LAPORAN PENDAHULUAN
AMPUTASI
Nama Mahasiswa : Robiatul Adawiyah
NIM : 2009720045
Tempat Praktik : RS. Fatmawati (Gedung Prof. Soelarto Lantai 1) Tanggal Praktik : 6-8 Desember 2011
Mata Kuliah : Praktik Keperawatan Klinik 3
Program : A
Smstr/th akademik : V (Lima)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA Desember 2011
Amputasi (2009720045) 2 A. Definisi
Menghilangkan sebagian atau seluruhnya dari extermitas (Burke, 2008 ). Amputation is the removal of a body part, usually an extremity (Brunner & Suddarth, 2005).
Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”. Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan madsalah psikologis bagi klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.
B. Etiologi
Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi :
1. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki. 2. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
3. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
4. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya. 5. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif. 6. Deformitas organ.
C. Indikasi
- Crush injury pada tibia dengan fr segmental dan - Lambat untuk revacularisasi lebih dari 6 jam. - Fraktur terbuka grad III C
- Iskemic oleh karena gangguan pada neurovaskuler - Perifer.
D. Tujuan
- Untuk meredakan gejala - Meningkatkan fungsi
Amputasi (2009720045) 3 - Meningkatkan kualitas hidup pasien
E. Jenis Amputasi
Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi : 1. Amputasi selektif/terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir
2. Amputasi akibat trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.
3. Amputasi darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
Jenis amputasi yang dikenal adalah : 1. Amputasi terbuka
2. Amputasi tertutup.
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama. Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 sentimeter dibawah potongan otot dan tulang.
Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya meliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegah kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan protese ( mungkin ). Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien yang mengalami amputasi maka perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai dengan kompetensinya.
F. Tingkat Amputasi
Amputasi dilakukan pada bagian terdistal yang masih berhasil sembuh. Tempat amputasi ditentukan 2 faktor:
Amputasi (2009720045) 4 Sirkulasi pada bagian yang diamputasi
Functional usefulness (seperti, kebutuhan pemakaian prosthesis).
G. Tahap Amputasi
- Tahapan amputasi digunakan apabila terdapat gangrene dan infection.
- Pada permulaan, guillotine amputation dilakukan utk membuang jaringan infeksi dan necrotic.
- Luka didebridemen dan dibiarkan mengalir (drain) - Sepsis diobati dg systemic antibiotics.
- Dalam beberapa hari, setelah infeksi dapat diatasi dan kondisi ps stabil amputasi definitif dilakukan dengan menutup kulit (flap).
H. Rehabilitasi
- Dukungan psikologis dlm menerima perubahan mendadak pd body image dan mengatasi stres hospitalisasi, rehabiltasi yg lama, dan modifikasi gaya hidup
- Dukungan melewati fase berduka, marah, benci dll
- Team rehabilitasi multidisciplin (patient, nurse, physician, social worker, psychologist, prosthetist, vocational rehabilitation worker) membantu ps mencapai tingkatan fungsi yg tertinggi dan partisipasi dlm aktivitas hidup
Amputasi (2009720045) 5 - Klinik prosthetic dan kelompok pendukung (amputi) dpt digunakan untk
memfasilitasi proses rehabilitasi
- Konseling vocational dan job retraining mungkin diperlukan utk membantu pasien kembali bekerja.
I. Komplikasi 1. Hematoma
- Hemostasis sebelum ditutup - Gunakan drain
- Gunakan rigid dressing
- Hematoma dpt memperlambat wound healing dan medium bagi bacterial infection. - Jika hematoma terbentuk, lakukan compressive dressing.
- Jika hematoma disertai delayed wound healing dg atau tanpa infection, harus di evakuasi di OK
2. Infection
- Umumnya pd amputasi karena PVD, terutama pd ps DM
- Infeksi luka dalam segera débridement dan irrigasi di OK dan management luka terbuka.
- Antibiotics diberikan sesuai hasil kultur intraoperatif
- Penutupan yg lambat mungkin menyulitkan karena edema dan retraksi flaps - Metode Smith & Burgess: 1/3 tengah luka ditutup, dan sisanya tetap terbuka. 3. Wound Necrosis
- Reevaluasi pemilihan level amputasi preoperative
- Lakukan transcutaneous oxygen studies utk mengevaluasi potensi wound healing - Periksa kadar albumin serum dan total lymphocyte count
- Akan timbul masalah wound healing jika albumin <3.5 g/dL atau total lymphocyte counts <1500 cells/mL.
- Hentikan merokok krn mengganggu cutaneous blood flow, menurunkan tekanan oksigen jaringan
- Risiko infeksi dan amputasi ulang 2.5 kali lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan nonperokok
4. Pain
- Beberapa ps merasakan nyeri kronik postop akibat berbagai sebabManagemennya: diagnosis penyebab scr akurat; bedakan phantom limb pain dg residual limb pain
Amputasi (2009720045) 6 - Residual limb pain sering disebabkan poorly fitting prosthesis
- Stump hrs dievaluasi dari penekanan abnormal, terutama pada penonjolan tulang - Distal stump edema (“choking”) dpt terjadi jika ujung-ujungnya tidak menapak scr
lengkap pada prosthesis, dan dapat menyebabkan ulcerasi atau gangrene. Masalah ini dapat dihindari dg memodifikasi socket.
- Nyeri neuroma terjadi jika ujung-ujung saraf mengalami penekanan atau iritasi berulang.
- Treatment:
a. Socket modification b. Simple neuroma excision c. Proximal neurectomy
d. Phantom limb sensations: normal 5. Dermatological Problems
- Cuci stump dg mild soap minimal 1x/hari
- Bilas dan keringkan stump sebelum memakai prosthesis - Prosthesis tetap bersih dan kering sebelum digunakan
- Perhatikan terjadinya dermatitis kontak dan bedakan dg infeksi - Inflamasi akibat gatal yang hebat saat memakai socket
- Penyebab adanya sisa detergen di stump, nickel, chromates dlm leathers, skin creams, antioxidants pada rubber, topical antibiotics, and topical anesthetics.
- Treatment consists of removal of the irritant, soaks, steroid cream, and compression. - Utk cegah bakterial folikulitis: tingkatkan higiene; modifikasi socket utk mengurangi
abnormal pressure.
PROSES KEPERAWATAN Pengkajian
a. Pre Operatif
Pada tahap praoperatif, tindakan keperawatan lebih ditekankan pada upaya untuk mempersiapkan kondisi fisik dan psikolgis klien dalam menghadapi kegiatan operasi. Pada tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang erkaitan dengan kondisi fisik, khususnya yang berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk menjalani operasi.
Amputasi (2009720045) 7 - Pengkajian Riwayat Kesehatan
Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru. Perawat juga mengkaji riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.
- Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh klien secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala tindakan amputasi merupakan tindakan terencana/selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi tubuh sebaik mungkin manakala merupakan trauma/ tindakan darurat. Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :
SISTEM TUBUH KEGIATAN
Integumen :
Kulit secara umum. Lokasi amputasi
Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat hidrasi.
Lokasi amputasi mungkin mengalami keradangan akut atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus return.
Sistem Cardiovaskuler : Cardiac reserve
Pembuluh darah
Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator fungsi jantung.
Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian terhadap elastisitas pembuluh darah.
Sistem Respirasi Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai adanya sianosis, riwayat gangguan nafas.
Sistem Urinari Mengkaji jumlah urine 24 jam.
Menkaji adanya perubahan warna, BJ urine. Cairan dan elektrolit Mengkaji tingkat hidrasi.
Memonitor intake dan output cairan. Sistem Neurologis Mengkaji tingkat kesadaran klien.
Amputasi (2009720045) 8 dan sensorik daerah yang akan diamputasi.
Sistem Mukuloskeletal Mengkaji kemampuan otot kontralateral.
- Pengkajian Psikologis, Sosial, Spiritual
Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada kondisi psikologis ( respon emosi ) klien yaitu adanya kemungkinan terjadi kecemasan pada klien melalui penilaian klien terhadap amputasi yang akan dilakukan, penerimaan klien pada amputasi dan dampak amputasi terhadap gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat operasi itu sendiri. Disamping itu juga dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang mungkin timbul.
Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan memperhatikan tingkatr persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri klien dengan meninjau persepsi klien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh klien sendiri, pandangan klien terhadap rendah diri antisipasif, gangguan penampilan peran dan gangguan identitas.
Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama dan bersama-sama dengan klien melakukan pemilihan tujuan tindakan dan pemilihan koping konstruktif.
Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti terjadinya gangguan fungsi jantung dan sebagainya perlu didiskusikan dengan klien setelah klien benar-benar siap untuk menjalani operasi amputasi itu sendiri. Kesadaran yang penuh pada diri klien untuk berusaha berbuat yang terbaik bagi kesehatan dirinya, sehingga memungkinkan bagi perawat untuk melakukan tindakan intervensi dalam mengatasi masalah umum pada saat pre operatif. Asuhan keperawatan pada klien preoperatif secara umum tidak dibahas pada makalah ini.
- Laboratorik
Tindakan pengkajian dilakukan juga dengan penilaian secara laboratorik atau melalui pemeriksaan penunjang lain secara rutin dilakukan pada klien yang akan dioperasi yang meliputi penilaian terhadap fungsi paru, fungsi ginjal, fungsi hepar dan fungsi jantung.
Amputasi (2009720045) 9 b. Intra Operatif
Pada masa ini perawat berusaha untuk tetap mempertahankan kondisi terbaik klie. Tujuan utama dari manajemen (asuhan) perawatan saat ini adalah untuk menciptakan kondisi opyimal klien dan menghindari komplikasi pembedahan.
Perawat berperan untuk tetap mempertahankan kondisi hidrasi cairan, pemasukan oksigen yang adekuat dan mempertahankan kepatenan jalan nafas, pencegahan injuri selama operasi dan dimasa pemulihan kesadaran. Khusus untuktindakan perawatan luka, perawat membuat catatan tentang prosedur operasi yang dilakukan dan kondisi luka, posisi jahitan dan pemasangan drainage. Hal ini berguna untuk perawatan luka selanjutnya dimasa postoperatif.
c. Post Operatif
Pada masa post operatif, perawat harus berusaha untuk mempertahankan tanda-tanda vital, karena pada amputasi, khususnya amputasi ekstremitas bawah diatas lutut merupakan tindakan yang mengancam jiwa.
Perawat melakukan pengkajian tanda-tanda vital selama klien belum sadar secara rutin dan tetap mempertahankan kepatenan jalas nafas, mempertahankan oksigenisasi jaringan, memenuhi kebutuhan cairan darah yang hilang selama operasi dan mencegah injuri.
Daerah luka diperhatikan secara khusus untuk mengidentifikasi adanya perdarahan masif atau kemungkinan balutan yang basah, terlepas atau terlalu ketat. Selang drainase benar-benar tertutup. Kaji kemungkinan saluran drain tersumbat oleh clot darah.
Berikutnya fokus perawatan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan klien untuk membentuk pola hidup yang baru serta mempercepat penyembuhan luka. Tindakan keperawatan yang lain adalah mengatasi adanya nyeri yang dapat timbul pada klien seperti nyeri Panthom Limb dimana klien merasakan seolah-olah nyeri terjadi pada daerah yang sudah hilang akibat amputasi. Kondisi ini dapat menimbulkan adanya depresi pada klien karena membuat klien seolah-olah merasa „tidak sehat akal‟ karena merasakan nyeri pada daerah yang sudah hilang. Dalam masalah ini perawat harus membantu klien mengidentifikasi nyeri dan menyatakan bahwa apa yang dirasakan oleh klien benar adanya.
Diagnosa Pre-Operatif
Amputasi (2009720045) 10 Data : - Mengungkapkan rasa takut akan pembedahan.
- Menyatakan kurang pemahaman. - Meminta informasi.
Tujuan : Kecemasan pada klien berkurang.
Kriteria hasil : - Sedikit melaporkan tentang gugup atau cemas. - Mengungkapkan pemahaman tentang operasi. Intervensi :
- Memberikan bantuan secara fisik dan psikologis, memberikan dukungan moral. - Menerangkan prosedur operasi dengan sebaik-baiknya.
- Mengatur waktu khusus dengan klien untuk berdiskusi tentang kecemasan klien. Rasional :
- Secara psikologis meningkatkan rasa aman dan meningkatkan rasa saling percaya.
- Meningkatkan/memperbaiki pengetahuan/ persepsi klien.
- Meningkatkan rasa aman dan memungkinkan klien melakukan komunikasi secara lebih terbuka dan lebih akurat.
2. Berduka yang antisipasi (anticipated griefing) berhubungan dengan kehilangan akibat amputasi.
Data : - Mengungkapkan rasa takut kehilangan kemandirian. - Takut kecacatan.
- Rendah diri, menarik diri.
Tujuan : Klien mampu mendemontrasikan kesadaran akan dampak pembedahan pada citra diri.
Kriteria evaluasi : - Mengungkapkan perasaan bebas, tidak takut.
- Menyatakan perlunya membuat penilaian akan gaya hidup yang baru.
Intervensi : - Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan tentang dampak pembedahan pada gaya hidup.
- Berikan informasi yang adekuat dan rasional tentang alasan pemilihan tindakan pemilihan amputasi.
- Berikan informasi bahwa amputasi merupakan tindakan untuk memperbaiki kondisi klien dan merupakan langkah awal untuk menghindari ketidakmampuan atau kondisi yang lebih parah.
Amputasi (2009720045) 11 - Fasilitasi untuk bertemu dengan orang dengan amputasi yang telah berhasil
dalam penerimaan terhadap situasi amputasi.
Selain masalah diatas, maka terdapat beberapa tindakan keperawatan preoperatif antara lain : Mengatasi nyeri
- Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik dalam mengatsi nyeri. - Menginformasikan tersdianya obat untuk mengatasi nyeri.
- Menerangkan pada klien bahwa klien akan “merasakan” adanya kaki untuk beberapa waktu lamanya, sensasi ini membantu dalam menggunakan kaki protese atau ketika belajar mengenakan kaki protese.
Mengupayakan pengubahan posisi tubuh efektif
- Menganjurkan klien untuk mengubah posisi sendiri setiap 1 – 2 jam untuk mencegah kontraktur.
- Membantu klien mempertahankan kekuatan otot kaki ( yang sehat ), perut dan dada sebagai persiapan untuk penggunaan alat penyangga/kruk.
- Mengajarkan klien untuk menggunakan alat bantu ambulasi preoperasi, untuk membantu meningkatkan kemampuan mobilitas posoperasi, memprtahankan fungsi dan kemampuan dari organ tubuh lain.
Mempersiapkan kebutuhan untuk penyembuhan
- Mengklarifikasi rencana pembedahan yang akan dilaksanakan kepada tim bedah.
- Meyakinkan bahwa klien mendapatkan protese/alat bantu ( karena tidak semua klien yang mengalami operasi amputasi mendapatkan protese seperti pada penyakit DM, penyakit jantung, CVA, infeksi, dan penyakit vaskuler perifer, luka yang terbuka ). - Semangati klien dalam persiapan mental dan fisik dalam penggunaan protese. - Ajarkan tindakan-tindakan rutin postoperatif : batuk, nafas dalam.
Diagnosa Post Operatif
Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder terhadap amputasi
Data : Menyatakan nyeri
Merintih, meringis.
Amputasi (2009720045) 12 Kriteria hasi : Menyatakan nyeri hilang
Ekspresi wajah rileks
Intervensi : Evaluasi nyeri : berasal dari sensasi panthom limb atau dari luka insisi. Bila terjadi nyeri panthom limb
Beri analgesik ( kolaboratif )
Ajarkan klien memberikan tekanan lembut dengan menempatkan puntung pada handuk dan menarik handuk dengan berlahan
Rasional : Sensasi panthom limb memerlukan waktu yang lama untuk sembuh daripada nyeri akibat insisi
Klien sering bingung membedakan nyeri insisi dengan nyeri panthom limb Untuk menghilangkan nyeri
Mengurangi nyeri akibat nyeri panthom limb
Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap amputasi
Data : Menyatakan berduka tentang kehilangan bagian tubuh Mengungkapkan negatif tentang tubuhnya
depresi
Tujuan : Mendemontrasikan penerimaan diri pada situasi yang baru. Kriteria evaluasi : Menyatakan penerimaan terhadap penerimaan diri
Membuat rencana untuk melanjutkan gaya hidup. Intervensi : Validasi masalah yang dialami klien.
Libatkan klien dalam melakukan perawatan diri yang langsung menggunakan patung
- Perawatan luka. - Mandi.
- Menggunakan pakaian. Berikan dukungan moral.
Hadirkan orang yang pernah amputasi yang telah menerima diri. Rasional : Meninjau perkembangan klien.
Mendorong antisipasi meningkatkan adaptasi pada perubahan citra tubuh Meningkatkan status mental klien.
Amputasi (2009720045) 13 DAFTAR PUSTAKA
Engram, Barbara ( 1999 ), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah, edisi Indonesia, EGC, Jakarta.
Brunner, Lillian S; Suddarth, Doris S ( 1986 ), Manual of Nursing Practice, 4th edition, J.B. Lippincott Co. Philadelphia.
Kozier, erb; Oliveri ( 1991 ), Fundamentals of Nursing, Concepts, Process and Practice, Addison-Wesley Co. California.
Amputasi (2009720045) 14 PASIEN RESUME PRAKTIK KEPERAWATAN KLINIK 3
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA Diagnosa Medis : Neglected Fracture Proximal Shaft Femur Sinistra
I. Pengkajian
Nama : Tn. K Tanggal masuk RS : 06/12/2011
Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 11/10/1964 Sumber informasi : Kardeks - Pasien
Umur : 47 Tahun Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA Suku : Sunda
Pekerjaan : Wiraswata Lama Bekerja : -
Alamat : Jl. Jeruk V RT 04/05 No. 145 Perum I Kranji - Bekasi a. Riwayat Keperawatan
Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengalami KLL pada tanggal 19 Juni 2010. Pada saat kejadian pasien mengendarai motor yang kemudian ditabrak dengan pengendara motor lain dan kemudian pasien tidak sadarkan diri. Keluarga menduga kaki kiri pasien dilindas oleh kendaraan lain hingga patah pada bagian proksimal femur, tibia, dan fibula.
Riwayat pengobatan
Setelah kejadian pasien dibwa oleh keluarganya ke dukun patah, tapi sudah hampir sebulan patah tsb tidak mau menangani karena terdapat luka pada kaki pasien sehingga dia takut untuk mengurut. Pasien baru dibawa ke RS namun dokter tidak mau menangani lagi tanpa menjelaskan alasan yang jelas pada keluarga pasien.
Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama : Nyeri, kaki kiri mengalami kelainan bentuk, pada ujung kaki kiri sudah baal (mati rasa).
Faktor pencetus : Trauma Tanggal kejadian : 19 Juni 2010
Amputasi (2009720045) 15 b. Pemeriksaan Fisik
KEADAAN UMUM
TB : 160 cm BB : 40 Kg
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 130/80 mmHg N : 72 x/mnt RR : 19 x/mnt Sh : 36°C
GCS : 15
Peningkatan TIK : Tidak ada
Mata : Konjungtiva ananemis Sklera anikterik Alat Bantu yg Digunakan : Kursi Roda
PENAFASAN : Thorako Abdominal Pola nafas : Normal
Bunyi nafas : Vesikuler/N Irama pernafasan : Teratur
Batuk : Tidak ada
Bentuk dada : Simetris Retraksi otot dada : Normal
PENCERNAAN : Mukosa mulut lembab Turgor kulit baik Napsu makan baik Pola BAB : Frekuensi 1x sehari
Konsistensi padat
Warna Kuning kecoklatan Pola BAK : Frekuensi 4-5x sehari
Warna kuning
Jumlah urine ±500 mL/hari
PSIKOSOSIAL : Cemas
MUSKULOSKELETAL Bentuk tubuh : Tegap
Amputasi (2009720045) 16 Tulang : Fraktur tertutup
Shortening
Sendi : Kontraktur sendi pada area lutut kanan ROM ekstensi 170°
Gangguan rentang gerak sendi : Fleksi Kekuatan otot : 5555 5555
0000 5555 Kapilari Refil : 2 detik
Akral : Hangat
Suhu lokal : Hangat Pulsasi bagian distal : Kuat
KULIT : Bekas luka di area tungkai kaki kiri Panjang 7cm Lebar 5cm c. Pemeriksaan Penunjang Labolatorium Homestasis (tgl 6/12) APTT : 27,4 dt (27,4 – 39,3) Kontrol APTT : 34,6 dt PT : 12,5 dt (11,3 – 14,7) Kontrol PT : 13,2 dt INR : 0,93 Sero Imuno (tgl 6/12) Gol. Darah : AB Rh (+) Hemato (tgl 22/11) Hemoglobin : 13,4 g/dl (13,2 – 17,3) Hematokrit : 42% (33 - 45) Leukosit : 98 ribu/ul (5,0 – 10,0) Trombosit : 569 ribu/ul (150 - 440) Eritrosit : 4,94 juta /ul (4,40 – 5,90) Ureum darah : 34 mg/dl (20 - 40) Kreatinin darah : 0,8 mg/dl (0,6 – 1,5) Glukosa sewaktu (tgl 22/11)
Amputasi (2009720045) 17
GDS : 77 mg/dl (70 - 140)
Glukosa urine : tanpa urine sewaktu reduksi Elektrolit darah Natrium : 143 mmol/L (135 - 147) Kalium : 4,18 mmol/L (3,10 – 5,10) Klorida : 109 mmol/L (95 - 108) Radiologi – Rontgent Terapi Obat : Ceftriaxon : 2x1 mg Ketorolak : 2x30 mg Gentamicine : 2x80 mg Ranitidine : 2x1 mg
Terapi cairan : Asering 3TPM Transfusi Post Op : Hb 500mL
Amputasi (2009720045) 18 II. Patofisiologi
III. Diagnosa Keperawatan Cemas/ansietas bd tindakan operasi
Data penunjang : Pasien terlihat tidak tenang
Selalu bertanya tentang operasinya Tidak dapat tidur nyenyak
Tujuan : Cemas berkurang/hilang Kriteria Hasil : Ekspresi wajah tenang
Pasien dapat tidur/istirahat Tampil santai
Melaporkan penurunan kecemasan
Pasien bertanya dan membicarakan masalahnya
Pasien dapatbekerja sama dalam tindakan keperawatan Mengidentifikasi perasaan cara sehat
KLL 19 Juni 2010
Kerusakan mobilitas fisik
Nyeri
Gesekan fragmen tulang Dekontinuitas tulang
Fraktur femur proksimal, tibia, fibula
Kurang informasi
Dibawa ke dukun patah namu tidak ditangani selama sebulan
karena ada luka
Deformitas
Gesekan fragmen tulang
Nonunion femur proksimal, tibia, fibula
Amputasi (2009720045) 19 Menyelesaikan masalah
Intervensi : Kaji tingkat kecemasan pasien
Jelaskan tujuan, efek samping setiap tindakan atau prosedur perawatan yang akan dilakukan
Erikan kesempatan pasien mengekspresikan perasaan Beri support mental
Diskusikan dengan tim hal-hal yang mungkin menyebabkan stimulus berlebihan
Bicara dengan tenang dan perlahan
Orientasikan pasien dengan lingkungan, perawat, dokter, dan lainnya Libatan keluarga dalam perawatan pasien
Gangguan rasa nyaman : Nyeri bd gesekan fragmen tulang, post op amputasi Data penunjang : Mengatakan nyeri
Didapatkan hasil rontgen dengan fraktur nonunion pada proksimal femur, tibia, dan fibula
Merintih, meringis Luka insisi post amputasi Tujuan : Nyeri berkurang/hilang Kriteria Hasil : Menyatakan tidak nyeri
Wajah rileks
Intervensi : Beri latihan napas dalam
Evaluasi nyeri : berasal dari sensasi panthom limb atau dari luka insisi. Bila terjadi nyeri panthom limb
Beri analgesik ( kolaboratif ) opioid analgesics
Ajarkan klien memberikan tekanan lembut dengan menempatkan puntung pada handuk dan menarik handuk dengan berlahan
Nyeri disebabkan inflammation, infection, pressure on a bony prominence, hematoma, atau muscle spasms
Lakukan intervensi nonpharmaceutical (relaksasi, imagery, dll) Evacuation hematoma/accumulated fluid.
Ubah position pasien/2 jam (pronasi/4 jam untuk amputasi ekstermitas bawah (BK, AK)
Amputasi (2009720045) 20 Letakan bantal/batal pasir (sandbag) pd residual limb utk counteract the muscle spasm
Evaluation nyeri ps dan responses thd interventions
Immibilisasikan menggunakan splint, untuk kurangi edema
Elevasi stump dengn bantal pada 24 jam pertama post operasi/dg meninggikan FOB.
Gangguan mobilitas fisik bd dekontinuitas tulang, keterbatasan fisik post amputasi Data penunjang : Terlihat hanya terbaring di tempat tidur
Aktifitas hanya kursi roda – tempat tidur Kriteria Hasil : Dapat beraktifitas seperti biasa
Dapat menggunakan alat bantu jalan Intervensi : Latihan mobilitas
Ajarkan cara menggunakan alat bantu kruk Exercise setelah 24- 48 jam post-op
Latih ROM aktif pasif menerangkan bahwa gerakan pada organ yang diamputasi berguna untuk meningkatkan kekuatan untuk penggunaan protese, menghindari terjadinya kontraktur
Menganjurkan klien untuk melakukan gerakan aktif pada daerah amputasi segera setelah pembatasan gerak tidak diberlakukan lagi Ubah posisi/2 jam; posisi pronasi/4 jam
Dorong partisipasi aktif latihan fisioterapi
Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap amputasi
Data penunjang : Menyatakan berduka tentang kehilangan bagian tubuh. Mengungkapkan negatif tentang tubuhnya.
Depresi.
Tujuan : Mendemontrasikan penerimaan diri pada situasi yang baru. Kriteria evaluasi : Menyatakan penerimaan terhadap penerimaan diri.
Membuat rencana untuk melanjutkan gaya hidup. Intervensi : Validasi masalah yang dialami klien.
Memulai melakukan perawatan diri atau aktivitas dengan kondisi saat ini
Amputasi (2009720045) 21 Libatkan klien dalam melakukan perawatan diri yang langsung menggunakan patung
- Perawatan luka. - Mandi.
- Menggunakan pakaian. Berikan dukungan moral Memberi dukungan psikologis
Hadirkan orang yang pernah amputasi yang telah menerima diri Diskusikan ketersediaan protese ( dengan terapis fisik, ortotis ). Mengajari klien cara menggunakan dan melepas protese
Menyatakan bahwa klien idealnya mencari bantuan/superfisi dari tim rehabilitasi kesehatan selama penggunaan protese
Mendemontrasikan alat-alat bantu khusus
Mengajarkan cara mengkaji adanya gangguan kulit akibat penggunaan protese.