• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepemimpinan Politik dalam Islam Studi K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kepemimpinan Politik dalam Islam Studi K"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

Makalah Pemikiran Politik Islam (PPIS):

“KEPEMIMPINAN POLITIK DALAM ISLAM : STUDI KASUS

KEBIJAKAN UMAR BIN ABDUL AZIZ DI BIDANG POLITIK

DAN PEMERINTAHAN PADA ZAMAN DINASTI BANI

UMAYYAH”

Disusun oleh:

Aditya Fathurrahman Abdillah

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM SARJANA ILMU POLITIK

(2)

Pendahuluan

Muhammad SAW adalah pemimpin kepala pemerintahan sekaligus pemimpin

umat Islam di muka bumi yang patut dijadikan suri teladan. Setelah beliau wafat,

kepemimpinan politik dalam islam menjadi salah satu hal yang menarik menjadi

pembahasan. Beliau tidak menunjuk atau mengisyaratkan wasiat kepemimpinannya

kepada siapapun. Di dalam Al-Quran dan Hadist Nabi pun tidak terdapat petunjuk

tentang bagaimana mekanisme menentukan pemimpin setelah Nabi Muhammad.

Yang ada hanya petunjuk bersifat umum dengan menyerukan umat-umat Islam

mencari penyelesaian dari suatu masalah yang menyangkut kepentingan bersama

melalui musyawarah.

Setelah Rasulullah wafat pemerintahan dilaksanakan oleh empat sahabatnya

yang dikenal dengan sebutan masa pemerintahan al-Khulafa’ al-Rasyidun yang

memiliki arti “para pengganti yang mendapatkan bimbingan kejalan lurus”. Bukan

berarti ada sebuah anggapan nepotisme dengan dasar melihat faktor sahabat dekat

Rasulullah namun, proses pergantian kepemimpinan tersebut dilakukan dengan

melalui proses pemilihan secara demokratis melalui musyawarah yang di setiap

pemilihan Khulafa al-Rasyidin memiliki ciri khas masing-masing. Pada setiap

khalifah di zaman para sahabat Khulafa al-Rasyidin juga mempunyai ciri khas gaya

kepemimpinannya masing-masing.

Selanjutnya, setelah masa kepemimpinan para sahabat Khulafa’

al-Rasyidun pemimpin Islam digantikan dengan Dinasti Ummayah. Di dalam Dinasti

ini, pemerintahan dalam keadaan kacau. Pemilihan pemimpin di Dinasti Umayyah

memakai cara warisan keluarga, tidak melalui musyawarah yang sebelumnya sebuah

cara yang digunakan oleh para sahabat nabi. Permusuhan antara kaum Ali dan

Muawaiyah semakin kompleks dan berakibat buruk terhadap konsolidasi negara.

Bahkan, sikap saling mencela antara kaum Ali dan Muawaiyah dijadikan agenda

(3)

bersifat tirani dan mengabaikan rakyatnya.1 Namun, terdapat satu khalifah yang

merubah kondisi-kondisi tersebut dan menyelamatkan umat Islam dari perpecahan

karena masalah yang terjadi pada zaman itu khusunya di bidang politik dan

pemerintahan. Khalifah tersebut bernama Umar bin Abdul Aziz yang disebut-sebut

sebagai al-Khulafa al-Rasyidin yang kelima. Muncul sebuah pertanyaan, mengapa

Umar bin Abdul Aziz bisa disebut sebagai al-Khulafa al-Rasyidin yang kelima?

Memang bagaimana kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz semasa hidupnya di zaman

Dinasti Umayyah? Bagaimana kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz dalam mengatasi

masalah-masalah yang terjadi di bidang politik dan pemerintahan?. Semua pertanyaan

itu akan terjawab di dalam makalah ini.

Kerangka Teori (Kepemimpinan Dalam Islam)

Dalam menjalankan pemerintahan Islam, pengangkatan amir atau ketua dari

masyarakat bertujuan agar segala macam urusan masyarakat dapat berjalan secara

teratur. Pemimpin yang ditunjuk harus memiliki karakteristik kepemimpinan Islam.

Dalam menjalankan pemerintahan karakteristik kepemimpinan Islam dibagi menjadi

dua bagian yaitu2 :

1. Intern Golongan Islam untuk mengakomodasi kebutuhan golongan dan menjadi pemimpin dalam membutuhkan karakteristik pemimpin seperti :

 Mampu menumbuhkan sikap Tasamuh (Toleransi)

 Mampu menumnuhkan kerjasama dan solidaritas sesame umat Islam

 Mampu menghilangkan kultus wadah dan diganti dengan fastabiqul khairat

1 Susanti, Denny. 2010. Skripsi : Gagasan-Gagasan Dakwah Umar Dalam Menghidupkan Kembali Syi’ar Islam. Medan : Sekolah Tinggi Manajemen Ilmu Komputer Trigunadarma. Hlm. 4

(4)

 Bersikap terbuka

 Mampu menciptakan tenaga pengganti dan berjiwa demokratis

 Mampu mengatasi penyakit jahid dan jamid dalam tubuh golongan

2. Intern Umat Islam untuk mengakomodasi kepentingan umat Islam secara menyeluruh membutuhkan karakteristik pemimpin seperti :

 Adil dan Jujur

 Bijaksana dalam menghadapi masalah

 Berpandangan luas serta tidak fanatic golongan

 Berjiwa Integrasi

 Wibawa dan disegani oleh semua golongan

 Lebih mementingkan kepentingan ummat daripada kepentingan

golongan

Riwayat Umar bin Abdul Aziz

Umar bin Abdul Aziz lahir pada tahun 63 H di Madinah dari ayah yang

bernama Abdul Aziz bin Marwan seorang gubernur Mesir dan ibu bernama Ummi

Ashim bin Ashim bin Umar bin Khattab.3 Sifat-sifat mulia dari Umar bin Abdul Aziz

bisa dilihat dari sifat ayah dan ibunya.

Ayah Umar bin Abdul Aziz terkenal sebagai gubernur yang pemurah dan

ramah di tengah Dinasti Ummayah yang berisi ambisi-ambisi politik mencapai

kekuasaan bahkan untuk mencapai atau mempertahankan kekuasaan pada zaman itu

bisa dilakukan dengan cara cara curang dan keji. Beliau juga sesorang yang memiliki

(5)

keinginan untuk terus belajar dan bersedia dikritik. Suatu hari Abdul Aziz berbicara

pada seseorang, tetapi dia salah mengucapkan kata-kata (man khatanak menjadi man

khatanuk), Abdul Aziz malu dan memperbaikinya. Karena kejadian tersebut beliau

mengundang ahli bahasa untuk mengajarinya, sehingga menjadi seorang yang fasih

berbicara.4Abdul Aziz juga berhasil meningkatkan kehidupan warganya dengan cara

membuat jembatan di Teluk Amirul Mukmin, merenovasi Masjid Jami’ Amru,

membangun kolam air, menanam pohon korma untuk penghijauan, serta membangun

kantor pemerintahan dan Baitul Mal. Abdul Aziz juga berani untuk tidak

mengirimkan pendapatan daerahnya ke pusat hanya untuk kesejahteraan masyarakat

di daerahnya. Beliau juga dikenal dengan kejujurannya. Hal ini bisa dilihat dari

sikapnya yang tidak pernah menumpuk harta untuk kepentingan pribadinya. Selama

20 tahun beliau menjabat menjadi Gubernur Mesir kekayaannya hanya mencapai

7.000 dinar, sebuah nilai kekayaan yang terlalu kecil untuk ukuran gubernur saat itu.

Ibunya Ummi Ashim adalah seorang perempuan yang jujur dan sederhana.

Beliau adalah seorang perempuan yang patuh terhadap kebijaksanaan suaminya dan

tegas dalam mendidik anak-anaknya. Sifat bapaknya Abdul Aziz yang tekun belajar,

jujur, serta dermawan dan ibunya Ummi Ashim yang jujur, sederhana, serta taat

menjadi dasar perkembangan pribadi Umar bin Abdul Aziz yang baik.

Umar bin Abdul Aziz dibesarkan di Madinah. Kondisi Madinah pada waktu

itu memberikan pendidikan agama yang baik bagi beliau. Selain mendapatkan

pendidikan dari lingkungan keluarga, beliau juga mendapatkan pendidikan dari

guru-guru besar di Madinah. Pengetahuan yang dikuasai dan diminati Umar bin Abdul

Aziz adalah menghafal al-Quran, hadist, fikih, dan ilmu kalam.

Umar bin Abdul Aziz lebih menghabiskan waktu mudanya untuk belajar

sungguh-sungguh, sehingga dia memiliki wawasan yang luas. Kecerdasan beliau

dalam menyerap semua ilmu pengetahuan tersebut juga diiringi dengan ketundukan

(6)

hatinya untuk mengamalkan pengetahuan yang dimilikinya. Terbukti dengan larangan

yang dikeluarkan Umar bin Abdul Aziz kepada kelompok Bani Ummayah dan Syi’ah

yang saling mencela karena menurut beliau perbuatan tersebut adalah perbuatan yang

dibenci Allah.

Umar bin Abdul Aziz menikah dengan Fatimah puteri dari khalifah Abdul

Malik bin Marwan. Setelah pernikahan, Umar bin Abdul Aziz langsung dipersiapkan

oleh Abdul Malik bin Marwan sebagai penggantinya. Rencana Umar bin Abdul Aziz

sebagai pengganti khalifah bukan dikarenakan statusnya sebagai menantu khalifah,

melainkan kaena keluasan wawasan dan kemampuan memimpin yang mahir dari

sosok beliau.’

Kebijakan Umar bin Abdul Aziz di Bidang Politik dan Pemerintahan Sebelum Menjadi Khalifah

Umar bin Abdul Aziz menjadi gubernur di Madinah pada masa pemerintahan

Khalifah Walid.5 Selama menjadi gubernur beliau selalu memperhatikan kepentingan

rakyatnya. Hal ini bisa dilihat dari kebijakannya membuka pintu pengaduan bagi

masyarakat luas dan bertindak tegas terhadap penyimpangan yang dilakukan

bawahannya. Sayangnya perbuatan baik Umar bin Abdul Aziz menjadi senjata bagi

lawan politiknya, panglima Hajjaj, untuk menjatuhkan beliau. Panglima Hajjaj

menuduh Umar bin Abdul Aziz yang memihak kaum tertindas (mayoritas adalah

kaum Syi’ah) sebagai pelindung pemberontak Irak (kaum Syi’ah sebagian besar

tinggal di Irak). Tuduhan ini disampaikan Panglima Hajjaj kepada khalifah Al Walid

yang berujung dengan pemecatan Umar bin Abdul Aziz dipecat dari jabatannya

sebagai gubernur. Pengalaman menjadi orang yang di fitnah dalam kejadian tersebut

menjadi motivasi Umar bin Abdul Aziz untuk berusaha menghilangkan sikap saling

fitnah yang terjadi di Dinasti Umayyah.

(7)

Setelah Umar bin Abdul Aziz tidak lagi menjadi gubernur, beliau tetap

bersuara menyeruakan ketidaksetujuannya terhadap perilaku penguasa-penguasa

Umayyah. Beliau selalu mengkritik segala kebijakan yang dibuat oleh penguasa

Umayyah yang menurutnya menyimpang. Kritiknya sangat frontal, tajam dan

mendasar. Beliau sampai berani menyebut nama siapa yang dikritiknya.

Pada masa kekhalifahan Sulaiman bin Abd Malik, Umar bin Abdul Aziz

diangkat sebagai sekretaris khalifah. Kedekatan mereka berdua begitu erat sehingga

menumbuhkan rasa percaya dalam diri khalifah Sulaiman bin Abd Malik terhadap

Umar bin Abdul Aziz. Rasa kepercayaan tersebut membuat Khalifah Sulaiman bin

Abd Malik mewasiatkan Umar bin Abdul Aziz menjadi penggantinya bila beliau

wafat walaupun menurut ketentuan Dinasti Umayyah bahwa khalifah hanya boleh

digantikan oleh anaknya sendiri atau saudara kandungnya.

Kebijakan Umar bin Abdul Aziz di Bidang Politik dan Pemerintahan Saat Menjadi Khalifah di Dinasti Umayyah

Sebelum membahas mengenai kebijakan Umar bin Abdul Aziz di bidang politik

dan pemerintahan, kita bahas dahulu bagaimana awalnya beliau menjabat menjadi

khalifah di Dinasti Umayyah. Pada tahun 99 H, Umar bin Abdul Aziz diangkat

menjadi khalifah disaat wafatnya Khalifah Sulaiman bin Abd Malik.6 Tatkala

namanya dinyatakan sebagai pengganti Sulaiman, dia mulai terkulai lemas dan

berkata, “ Demi Allah, sesungguhnya saya tidak pernah memohon perkara ini kepada

Allah satu kali pun”. 7

6 dikutip dariAnonym. Khalifah Umar Bin Abdul Aziz. http://hizbut-tahrir.or.id/2010/10/10/khalifah-umar-bin-abdul-aziz/ (diakses pada 11 November 2013 pukul 20.48)

(8)

Kemudian Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah. Dan saat itu merupakan

garis pemisah antara hidupnya yang lama dan hidupnya yang baru. Beliau menyadari

tanggung jawabnya yang besar dan kezaliman-kezaliman yang banyak terjadi di masa

itu, serta resiko berat yang harus dihadapinya. Maka mulailah beliau bekerja dengan

segala kesungguhannya sejak dari saat-saat yang pertama. Peristiwa yang mula-mula

dihadapinya setelah selesai menguburkan jenazah Sulaiman bin Abd Malik, ialah

tatkala dibawakan orang kepadanya kendaraan-kendaraan kerajaan.

Kendaraan-kendaraan itu terdiri dari beberapa ekor kuda yang mengangkut barang-barang,

beberapa ekor kuda tunggangan dan beberapa ekor bagal, masing-masing lengkap

dengan alat-alat sainsnya. Umar bertanya: ”Apakah ini?” Mereka menjawab: ”Inilah

kendaraan khalifah”. Umar menyahut: “Hewanku lebih sesuai bagiku”. Kemudian

dijualnya semua hewan-hewan kendaraan itu, dan uangnya disimpan di Baitul Mal.

Begitu pula semua tenda-tenda, permadani-permadani, dan tempat-tempat kaki yang

biasanya disediakan untuk khalifah-khalifah yang baru, semuanya itu dijualnya, dan

uangnya dimasukkan ke Baitul Mal.8

Sesudah itu Umar bin Abdul Aziz mengadakan perhitungan terhadap dirinya

sendiri. Beliau menjauhkan dirinya dari segala macam kenikmatan hidup dan

dikembalikannya semua tanah-tanah perkebunan yang dulunya telah dihibahkan

kepadanya. Dilepaskannya semua tanah dan harta benda yang telah diwarisinya,

karena beliau yakin semua itu bukanlah harta yang halal dan baik. Ditinggalkannya

pakaiannya yang mahal itu, lalu digantinya dengan pakaian yang berharga hanya

delapan dirham. Ibnu ‘Abdil Hakam meriwayatkan, bahwa Umar sebelum menjadi

khalifah masih menganggap kasar pakaian yang berharga sampai 800 dirham. Dan

kini, pakaian yang hanya 8 dirham dianggapnya begitu halus, dan ia mencari yang

lebih kasar dari pada itu.

(9)

Umar bin Abdul Aziz membasuh dirinya dari bekas-bekas minyak wangi dan

dipanggilnya tukang bekam untuk memotong rambutnya yang panjang. Dijualnya

semua pakaian dan wangi-wangiannya yang ada padanya dan uangnya dimasukkan

ke Baitul Mal. Umar bin Abdul Aziz menjauhkan diri dari makanan yang lezat-lezat,

dan beliau hanya memakan makanan kering. Beliau melayani dirinya sendiri, dan

tidak membolehkan orang lain melayaninya.

Kemudian Umar bin Abdul Aziz berpaling kepada istrinya yang sebagaimana

telah disebutkan diatas dia adalah anak dari khalifah Abdul Malik bin Marwan .Dari

asal usul yang agung ini mengalirlah kepadanya beraneka ragam permata, mutiara,

barang-barang perhiasan dan prabot-prabot rumah yang amat mahal harganya. Kini

dinda boleh memilih antara dua hal, yaitu: “Memilih aku serta melepaskan semua

harta benda ini, ataukah dinda memilih harta benda ini dan aku melepaskan engkau?”.

Akhirnya ia memilih beliau dan relalah ia hidup bersama suaminya itu, dengan

kehidupan yang bersahaja, seperti yang diinginkan Umar bin Abdul Aziz.9

Ketika Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah, para pelayan mengira

bahwa mereka telah berkuasa terhadap rakyat. Tetapi setelah keadaan mereka begitu

jelek mereka malah menyesal atas pengangkatan Umar bin Abdul Aziz sebagai

khalifah dan mereka sama menjauhkan diri dari beliau. Umar bin Abdul Aziz

mempunyai seorang bujang yang bernama Dirham. Setelah beberapa hari Umar jadi

kholifah ia bertanya kepada Dirham: “Apa kata orang, hai Dirhan?”. Dirham

menjawab: “Apa pula lagi yang hendak mereka katakan, mereka semua baik-baik

saja, hanya aku dan Tuan yang menjadi celaka!”. Umar bertanya lagi: “Mengapa

demikian?”. Dirham menjawab: “aku mengenal Tuan sebelum jadi kholifah sebagai

orang yang parlente, berbau harum semerbak, berpakaian indah, dan suka pada

kendaraan yang tangkas, dan makanan yang lezat. Setelah tuan diangkat menjadi

kholifah aku berharap akan dapat istirahat dan melepaskan diri dari segala kesibukan.

Tapi nyatanya, pekerjaanku malah bertambah berat, aku dan Tuan jadi sengsara!”.

(10)

Umar barkata: “kini engkau merdeka, pergilah dariku dan tinggalkanlah aku dalam

keadaan begini, hingga allah memberikan jalan keluar bagiku”. Dengan demikian

jadilah Umar bin Abdul Aziz bersama istrinya dan rumah tangganya dalam keadaan

bersahaja.10

Dalam pelaksanaan kekhalifahan, Umar bin Abdul Aziz banyak mengeluarkan

kebijakan di bidang politik dan pemerintahan, sehingga di bidang ini lah yang paling

menonjol di bawah kepemimpinan beliau. Beliau mengangkat orang-orang baru

untuk menduduki jabatan yang paling penting, bukan karena mereka termasuk dalam

pihaknya, tetapi karena dia menganggap mereka tulus dan jujur. Tidak seperti para

pendahulunya yang memberikan Untuk Spanyol, dia mengangkat Samh bin Malik,

seorang bangsa Yaman, dan untuk Afrika, Ismail bin Abdullah. Umar bin Abdul Aziz

mengetahui bahwa mereka ini tidak menjadi anggota salah satu pihak, mereka sangat

pemurah terhadap orang-orang yang tertindas. Umar bin Abdul Aziz cukup baik

terhadap keluarga Ali yang pengutukan terhadapnya dilarang dalam khotbah shalat

Jumat yang telah berlangsung diseluruh kerajaan. Kebun Fedak yang dahulu dirampas

oleh Marwan dikembalikan kepada keluarga Nabi.

Dalam menyebarkan missi Nabi di Kurasan dan Asia Tengah, Umar bin Abdul

Aziz menggunakan politik baru. Politiknya ialah bahwa orang yang menerima islam

akan dibebaskan dari beban pajak dan menempatkan mereka pada pijakan yang sama.

Ketika Gubernur Mesir mengeluh mengenai turunnya pendapatan karena banyaknya

orang masuk Islam, Umar bin Abdul Aziz menjawab, “Allah mengirim Nabi-nya

sebagai seorang pengumpul pajak”. Di Kurasan para pejabat biasanya menguji

ketulusan hati orang yang baru masuk islam dengan menyunat. Dia melarang hal ini

dengan mengatakan, “Muhammad Saw. Dikirim untuk menyeru manusia kejalan

agama Allah, bukan untuk menyunat mereka”. Pada waktu yang sama beliau

melindungi orang kristen, tetapi tidak mengizinkan mereka membangun kembali

gereja.

(11)

Tujuan Umar bin Abdul Aziz ialah terjaminnya konsolidasi pemerintahan.

Karena kerajaan terdiri atas berbagai bangsa, dia menyadari bahwa kerajaan nya akan

sangat lemah jika tidak berlandaskan maksud yang baik dan kerjasama semua

golongan rakyat. Mawali (orang islam yang baru) berperang dipihak umat islam,

tetapi mereka tidak diberi jaminan keuangan yang sama dengan orang arab yang

islam, dan akibatnya mereka menjauhkan diri dari pemerintah Umayyah. Masalah ini

yang akhirnya menjadi tujuan Umar bin Abdul Aziz untuk menghapuskan

kesenjangan antara orang islam Arab dengan dorang islam non-Arab.Beliau juga

memberi tunjangan kepada anak-anak para pahlawan Arab (Mukatilah) yang

sebelumnya dibatasi dan dikurangi oleh Muawiyah dan ditahan oleh Abdul Malik.

Meskipun dia seorang muslim ortodoks, dia berhasil menunjukkan kemurahan hati

dan damaskus memohon kepadanya agar mengembalikan Gereja St.John yang diubah

oleh Walid menjadi Masjid, karena tidak mampu memenuhi tuntutan mereka. Orang

kristen dari Najran mengeluh bahwa pajak yang dikenakan pada mereka sangat berat.

Umar bin Abdul Aziz, sebagai seorang penguasa adil, menurunkan pajak 2.000 helai

kain, menjadi 200 helai kain.11

Dalam pemerintahannya Umar bin Abdul Aziz melaksanakan terobosan

politik berupa menginstruksikan penarikan semua pasukan di Bizantium dan Asia

Tengah. Pasukan tersebut ditarik mundur dikarenakan penempatan pasukan di daerah

tersebut hanya unutk program gengsi dan keserakahan yang menurut beliau sangat

merugikan masyarakat. Kebijakan yang dibuat oleh Umar bin Abdul Aziz

mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat dan pasukan yang ditarik. Hal ini

disebabkan mereka sudah bosan dengan pertumpahan darah.12 Umar bin Abdul Aziz

dalam terobosan politiknya juga memecat beberapa pejabat yang zalim.

11 Adang affandi,1999, Study Sejarah Islam, Bandung: Putra A Bardim, hlm. 202-204

(12)

Kebijakan lain yang dilakukan oleh Umar bin Abdul Aziz adalah

berkomunikasi dengan ulama. Kebijakan ini dilaksanakan untuk tempat menuntut

ilmu dan meminta nasehat. Beliau tidak pernah menyuruh ulama agar mengeluarkan

fatwa menurut kemauannya sendiri, tetapi beliau mendorong para ulama untuk

berfatwa sesuai dengan perintah Allah. Umar bin Abdul Aziz akhirnya memberikan

tempat di pemerintahannya untuk para ulama sebagai penerjemah ajaran agama,

pemberi fatwa, serta menjadi pendorong dan pembimbing rakyat untuk berpartisipasi

dalam pembangunan.

Dalam pemerintahannya, Umar bin Abdul Aziz juga melakukan usaha untuk

mendamaikan kaum Ali dan kaum Muawaiyah. Kebijakan mengenai hal ini

merupakan kebijakan yang sangat terkenal dalam kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz.

Langkah pertama dalam usaha mendamaikan kedua pihak, beliau menghapus kutukan

kepada Ali bin Abu Thalib yang telah menjadi budaya di Dinasti Ummayah.

Penghapusan ini didasarkan atas Ali bin Abu Thalib bukanlah musuh umat Islam,

melainkan seorang tokoh Islam yang harus dihormati. Kebijakan yang dibuat oleh

Umar bin Abdul Aziz membuat kaum Syi’ah dan kaum Khawarij mengakui beliau

sebagai seorang khalifah yang shalih.13

Perubahan juga dibawa di bidang pemerintahan. Umar bin Abdul Aziz juga

berani merubah pola pemerintahan Dinasti Ummayah yang faternalistik dan nepotism

menjadi sistem pemerintahan yang professional. Pemerintahan yang professional ini

memprioritaskan kualitas seseorang sebagai syarat menduduki sebuah jabatan, bukan

berdasarkan pada keturunan. Syarat tersebut menjadi sarana untuk memecat

pemimpin yang bersifat tirani. Di bidang pemerintahan yang lain, beliau menjadikan

pemilihan khalifah menjadi hak rakyat.

Banyak hal yang dibawa dan diperbaharui oleh khalifah umar bin abdul aziz,

seperti menghapuskan cacian terhadap Saidina Ali bin Abu Thalib dan keluarganya

(13)

yang disebut dalam khutbah-khutbah Jumaat dan digantikan dengan beberapa

potongan ayat suci al-Quran, merampas kembali harta-harta yang disalahgunakan

oleh keluarga Khalifah dan mengembalikannya ke Baitulmal, memecat

pegawai-pegawai yang tidak profesional, menyalahgunakan kuasa dan pegawai-pegawai yang tidak

layak yang dilantik atas pengaruh keluarga Khalifah, menghapuskan pegawai

peribadi bagi Khalifah sebagaimana yang diamalkan oleh Khalifah terdahulu. Beliau

hidup dengan bebas bergaul dengan rakyat jelata tanpa sekatan, tidak seperti khalifah

dahulu yang mempunyai pengawal peribadi dan askar-askar yang mengawal istana

yang menyebabkan rakyat sukar berjumpa. Selain daripada itu, beliau amat

mengambil berat tentang kebajikan rakyat miskin di mana beliau juga telah

menaikkan gaji buruh sehingga ada yang menyamai gaji pegawai kerajaan.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang terkenal dengan keadilannya telah

menjadikan keadilan sebagai keutamaan pemerintahannya. Beliau mau semua rakyat

dilayani sama adil tidak mengira keturunan dan pangkat supaya keadilan dapat

berjalan dengan sempurna. Keadilan yang beliau perjuangan adalah menyamai

keadilan di zaman datuknya, Khalifah Umar Al-Khatab yang sememangnya

dinanti-nantikan oleh rakyat yang selalu ditindas oleh pembesar yang angkuh dan zalim

sebelumnya.

Dalam masa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz, kerajaan Ummayah

semakin kuat tiada pemberontakan dalam, kurang berlaku penyelewengan, rakyat

mendapat layanan yang sewajarnya dan menjadi kaya-raya hinggakan Baitulmal

penuh dengan harta zakat kerana tiada lagi orang yang mau menerima zaka

kebanyakannya sudah kaya ataupun sekurang-kurangnya boleh berdikari sendiri.

Semua ini adalah jasa Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang sangat masyhur,

adil dan warak yang wajar menjadi contoh kepada pemerintahan zaman moden ini,

hanya 852 hari dapat mengubah sistem pemerintahan ke arah pemerintahan yang

diridhoi Allah dan menjadi contoh sepanjang zaman. satu record yang sukar diikuti

(14)

Namun, kemuliaan Umar bin Abdul Aziz dalam cara memimpin menjadikan

beliau sebagai musuh para petinggi-petinggi Dinasti Ummayah sebelum Umar bin

Abdul Aziz karena para petinggi tersebut memiliki sikap vested interest dengan

keadaan sebelum Umar bin Abdul Aziz. Hal ini membuat para petinggi tersebut

meracuni Umar bin Abdul Aziz dan menjadi penyebab kematian beliau.

Kesimpulan

Latar belakang pemerintahan Bani Umayyah yang haus akan kekuasaan

menguatkan sikap dan menunjukan karakteristik Umar bin Abdul Aziz sebagai salah

satu pemimpin dengan karakteristik kepemimpinan islam yang menonjol di

kekhalifahan Bani Umayyah. Sikap dan karakteristik Umar bin Abdul Aziz yang

sesuai dengan karakteristik kepemimpinan Islam dapat dilihat dari sifat toleransi

terhadap umat maupun golongan lain, mampu menumbuhkan kerjasama antar sesama

umat Islam, adil dan jujur dalam menjalankan pemerintahan, serta memiliki aqidah

yang kuat.

Sikap dan karakteristik itu pula yang membuka kesempatan pada Umar bin

Abdul Aziz untuk masuk kedalam pemerintahan melalui kepercayaan Sulaiman bin

Abd Malik. Pengangkatannya menjadi seorang khalifah tidak menghilangkan

karakteristik kepemimpinannya yang telah lama ia bangun. Hal itu ia tunjukan

dengan mendasari pemerintahan dengan karakteristik kepeimpinannya yang

menjunjung tinggi toleransi, menguatkan kerjasama pemerintahan antar

bangsa-bangsa Islam, adil dan jujur serta memiliki sikap Zuhud yang berarti meninggalkan

kepentingan duniawi yang tidak berhubungan dengan perannya sebagai seorang

khalifah. Pada akhirnya, dibalik kepemimpinannya yang sangat sejalan dengan

karakteristik kepemimpinan Islam menimbulkan bumerang dengan banyaknya

musuh-musuh politik yang tidak menyukai cara kepemimpinannya yang islami dan

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Susanti, Denny. 2010. Gagasan-Gagasan Dakwah Umar Dalam Menghidupkan

Kembali Syi’ar Islam. Medan : Sekolah Tinggi Manajemen Ilmu Komputer

Trigunadarma

Munawwir, Imam. Asas-asas Kepemimpinan Dalam Islam. Surabaya : Al – Ikhlas

Imam As-Suyuti,2010, Tarikh Khulafa, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,), Cet. 7.,

Sou’yb, Joesoef.1977. Sejarah Daulah Umayyah di Damaskus. Jakarta : Bulan

Bintang

Syalabi, Ahmad.1997. Sejarah dan Kebudayaan Islam 2. Jakarta : Al-Huzna Zikra

Sumber Internet :

Anonym. Khalifah Umar Bin Abdul Aziz.

http://hizbut-tahrir.or.id/2010/10/10/khalifah-umar-bin-abdul-aziz/ (diakses pada 11 November

2013 pukul 20.48)

Ahmed, Nazeer. Omar Bin Abdul Aziz.

http://historyofislam.com/contents/the-age-of-faith/omar-bin-abdul-aziz/(diakses pada 11 November 2013 pada pukul 20.11 WIB)

Ahmad Jamil, Umar Bin Abdul Aziz, http://www.renaissance.com.pk/novletfor95.html

Referensi

Dokumen terkait

Adalah fluida kerjanya mendapat panas dari luar(extral heating) sehingga fluida kerja ini tidak bersinggungan langsung dengan gas panas hasil pembakaran.Karena

Penyebab kemampuan komu- nikasi matematis siswa yang meng- ikuti pembelajaran dengan model Inkuiri Terbimbing lebih baik daripada yang mengikuti pembelajar- an

Yang menjadi factor penghambat Partisipasi politik masyarakat dalam pilgub tahun 2015 di Desa Koha Selatan Kecamatan Mandolang Kabupaten Minahasa terdiri dari beberapa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi khususnya bagi pihak- pihak lain yang meneliti dengan kajian yang sama yaitu Voluntary Disclosure, Asimetri

Pasar Johar Semarang merupakan pasar tradisional terbesar di kota Semarang. Pasar yang merupakan warisan budaya peninggalan Belanda ini terletak di kawasan

Inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga secara keseluruhan yang berlangsung terus-menerus. Sebenarnya inflasi tidak terlalu buruk, asalkan masih berada pada tingkat yang

Kesenjangan harapan antara nasabah dan manajemen bank syariah dalam penelitian ini tidak terjadi, hal ini disebabkan karena kebutuhan nasabah akan media penyampaian

Line Tracking Tracking Robot ini meru*akan ebua3 alat yang beker?a berdaarkan kondii *antulan Robot ini meru*akan ebua3 alat yang beker?a berdaarkan kondii *antulan ca3aya