• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan praktikum Dan pasang surut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "laporan praktikum Dan pasang surut"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

OSEANOGRAFI FISIKA

Data Pasang Surut Tanjung Pandan

OLEH

Juaini Anggraini A

08111005006

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Dasar teori

Pasang surut adalah proses naik turunnya muka air laut secara periodik (hampir teratur), dibangkitkan terutama oleh gaya tarik bulan dan matahari. Pasang merupakan perubahan gerak relatif dari materi suatu planet, bintang dan benda-benda astronmis lainnya yang diakibatkan aksi gravitasi benda-benda angkasa di luar materi itu berada. Gelombang pasang (tidal waves) adalah gelombang yang mempunyai periode antara 12 jam sampai dengan 24 jam, disebabkan adanya gaya gravitasi dan percepatan gaya coriolis, tumbuh akibat gaya tarik benda-benda langit terutama matahari dan bulan. (Yogi,2010).

Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi yang besarnya tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik menarik tersebut. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar dibanding matahari. Hal ini disebabkan karena walaupun masa bulan lebih kecil dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi. Gaya-gaya ini mengakibatkan air laut, yang menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung pada sumbu yang menghadap ke bulan. Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi yang berada di bawah muka air yang menggelembung ini, yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan laut di wilayah pesisir secara periodik. Gaya tarik gravitasi matahari juga memiliki efek yang sama namun dengan derajat yang lebih kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut selama periode sedikit di atas 24 jam (Rio, 2012).

Pasang surut terjadi disebabkan gaya tarik menarik antara matahari dan bumi, bumi dan bulan, serta matahari-bulan dan bumi. Gaya tarik menarik antara bumi dan palnet lainnya kecil, sehingga bisa diabaikan. Gerakan-gerakan yang penting dalam sistem matahari-bumi-bulan adalah revolusi dari bumi mengitari matahari dan revolusi bulan mengelilingi bumi. Bidang dimana bumi mengitari matahari disebut bidang “ecliptic”, sumbu roasi bumi membuat sudut dengan bidang Ecliptic ini sebesar (Soebyakto, 2009).

(3)

tentang pasnag surut. Dengan melakukan pengamatan pasnag surut kita dapat memperoleh data sifat dan fenomena perairan yang berbeda-beda di tiap tempat, tergantung pada topografi tempat, letak geografis, sifat masing-masing lautan maupun karakteristik tempat tersebut (Wibowo, 2007).

Dengan waktu selama 15 atau 29 piantan (hari) pengamatan pasang surut dilakukan. Hasilnya kemuudian dianalisis dengan metode Admiralty dengan pertimbangan unsur bulan dan matahari. Metode Admiralty dilakukan dengan per-hitungkan unsur bulan dan matahari. Dari perhitungan dengan metode ini akan didapatkan data pasang surut. Data pasang surut dimanfaatkan sebagai referensi pembangunan daerah pantai, seperti coastal engineering, pengerukan (dredging), keselamat-an pelayaran (safety of navigation), untuk pembangunan pertambakan. Selain itu dapat digunakan untuk mengetahui dampak dari Sea Level Rise terhadap pesisir. Selain itu dapat juga digunakan sebagai upaya perencanaan proteksi ter-hadap bahaya tsunami dan abrasi (Wibowo, 2007).

Fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa dapat memahami bagaimana cara pengolahan data pesang surut dengan metode admiralty

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pasang Surut

Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer (atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat (tide of the solid earth) (Yogi,2010).

Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari (Wibowo, 2007).

2.2.a Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory)

Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727). Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia) diabaikan. Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut (King, 1966). Untuk memahami gaya pembangkit passng surut dilakukan dengan memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan sistem bumi matahari (Pond dan Pickard, 1978).

(5)

dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua lokasi (Gross, 1987).

2.2.b Teori Pasut Dinamik (Dynamical Theory)

Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang homogen masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat membangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan konstitue-konstituennya. Gelombang pasut yang terbentuk dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan dasar. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Laplace (1796-1825). Teori ini melengkapi teori kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasut dapat diketahui secara kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan gaya pembangkit pasut. Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain yang perlu diperhitungkan selain GPP.

Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah : 1. Kedalaman perairan dan luas perairan

2. Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis) 3. Gesekan dasar

Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan bumi akan berubah arah (Coriolis Effect). Di belahan bumi utara benda membelok ke kanan, sedangkan di belahan bumi selatan benda membelok ke kiri. Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin meningkat sejalan dengan garis lintang dan mencapai maksimum pada kedua kutub. Besarnya juga bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut. (Yogi,2010).

(6)

2.3 Faktor Penyebab Terjadinya Pasang Surut

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Khayana, 2012).

2.4 Tipe Pasang Surut

Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit pasang surut,sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir. Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu :

1. Pasang surut diurnal

Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali surut. Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.

2. Pasang surut semi diurnal

Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang hampir sama tingginya.

3. Pasang surut campuran

Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.

Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu : 1. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide)

Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat Karimata

2. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide)

(7)

3. Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal)

Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.

4. Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal)

Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur.

(AO1+AK1) F= ___________ (AM2+AS2)

Tipe pasang surut dapat ditentukan menggunakan rumus Formzahl dimana:

AO1 = unsur pasut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan

AK1 = unsur pasut tunggal yang disebabkan oleh gaya tarik matahari

AM2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan

AS2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari

Dimana :

F ≤ 0.25 : Pasut ganda 0.25 < F ≤ 1.5 : Pasut tunggal

1.5 < F ≤ 3.0 : Pasut campuran dominan ganda F > 3.0 : Pasut campuran dominan tunggal

(8)

Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi meter. Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan.Tide Staff (papan Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian muka laut atau tinggi gelombang air laut. Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain yang di cat anti karat. (Yogi,2010).

2.5.2 Tide Gauge

Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara mekanik dan otomatis. Alat ini memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian permukaan air laut yang kemudian direkam ke dalam komputer. Tide gauge terdiri dari dua jenis yaitu :

1. Floating tide gauge (self registering)

Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan air laut yang dapat diketahui melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). Pengamatan pasut dengan alat ini banyak dilakukan, namun yang lebih banyak dipakai adalah dengan cara rambu pasut.

2. Pressure tide gauge (self registering)

Prinsip kerja pressure tide gauge hampir sama dengan floating tide gauge, namun perubahan naik-turunnya air laut direkam melalui perubahan tekanan pada dasar laut yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). Alat ini dipasang sedemikian rupa sehingga selalu berada di bawah permukaan air laut tersurut, namun alat ini jarang sekali dipakai untuk pengamatan pasang surut (Sahala dan Steward, 2008)

2.5.3. Satelit

(9)

elektromagnetik (radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit (Wibowo, 2007).

Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut dengan teknik altimetri yaitu pada dasarnya satelit altimetri bertugas mengukur jarak vertikal dari satelit ke permukaan laut. Karena tinggi satelit di atas permukaan ellipsoid referensi diketahui maka tinggi muka laut (Sea Surface Height atau SSH) saat pengukuran dapat ditentukan sebagai selisih antara tinggi satelit dengan jarak vertikal. Variasi muka laut periode pendek harus dihilangkan sehingga fenomena kenaikan muka laut dapat terlihat melalui analisis deret waktu (time series analysis). Analisis deret waktu dilakukan karena kita akan melihat variasi temporal periode panjang dan fenomena sekularnya (Sahala dan Steward, 2008)

2. 6 Pasang Surut di Perairan Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh dua lautan yaitu Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik serta posisinya yang berada di garis katulistiwa sehingga kondisi pasang surut, angin, gelombang, dan arus laut cukup besar. Hasil pengukuran tinggi pasang surut di wilayah laut Indonesia menunjukkan beberapa wilayah lepas laut pesisir daerah Indonesia memiliki pasang surut cukup tinggi. Gambar 15 memperlihatkan peta pasang surut wilayah lautan Indonesia. Dari gambar tersebut tampak beberapa wilayah lepas laut pesisir Indonesia yang memiliki pasang surut cukup tinggi antara lain wilayah laut di timur Riau, laut dan muara sungai antara Sumatera Selatan dan Bangka, laut dan selat di sekitar pulau Madura, pesisir Kalimantan Timur, dan muara sungai di selatan pulau Papua (muara sungai Digul) (Sumotarto, 2003).

(10)

3.1 Waktu dan Tempat

Adapun pelaksanaan praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 18 Desember 2012 pukul 08.00 – 09.30 WIB bertempat di Laboratorium Penginderaan Jarak Jauh , Program studi Ilmu Kelautan, Fakultas MIPA, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.

3.2 Alat dan Bahan 1. 1 PC komputer 2. Modul Praktikum 3. Aplikasi Ms. Excel

3.3 Cara Kerja

Adapun cara kerja dari praktikum Pasang Surut ini adalah:

Sebelum dilakukan pengolahan data pasut dilakukan terlebih dahulu smoothing pada data lapangan yang diperoleh dari pengukuran alat, hal

ini dilakukan untuk menghilangkan noise.

Isi tiap kolom – kolom pada skema II ini dengan bantuan Tabel2 yaitu denganmengalikan nilai pengamatan dengan harga pengali

pada Tabel 2 untuk setiap hari pengamatan

Karena pengali dalam daftar hanya berisi bilangan 1 dan -1 kecuali untuk X4ada bilangan 0 (nol) yang tidakdimasukkan dalam perkalian, maka lakukan perhitungan dengan menjumlahkan bilangan yang harus dikalikan dengan 1 dan diisikan pada kolom

yang bertanda (+)dibawah kolom X1, Y1, X2, Y1, X4,dan Y4.

Lakukan hal yang sama untuk pengali -1 dan isikan kedalam kolom di bawah tanda (-).

Untuk mengisi kolom – kolom pada skema-III, setiap kolom pada kolom –kolom skema-IIImerupakan penjumlahan dari perhitungan

(11)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mengisi seluruh kolom – kolom pada skema-IV, diisi dengan data setelah penyelesaian skema-III dibantu dengan daftar 2 (Tabel-5)

Mengisi kolom – kolom pada skema-V dan kolom – kolom pada skema-VI dengan bantuan daftar 3a skema-V (Tabel 7) mempunyai

10 kolom, kolom kedua disisi pertama kali sesuai dengan perintah pada kolom satu dan angka – angkanya dilihat pada skema-V

Untuk kolom 3,4,5,6,7,8,9 dan 10 dengan melihat angka – angka pada kolom 2 dikalikan dengan faktorpengali sesuai

dengan kolom yang ada pada daftar 3a

Format isian pada skema VII dapat dilihat pada Tabel 9

Tabel-VIII dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok.

Setelah selesai pindahkan harga amplitude (A) dan kelambatan fase (go) untuk setiap komponen dari skema-VII ke hasil terakhir dengan

(12)

4.1 Hasil

a. Skema 1

Tabel 1. Penyusunan untuk Skema I

Tanggal 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1-Dec-12 151.2 125.1 100.6 80.4 67.3 63.3 69.2 84.6 107.5 135.1 164 191

2-Dec-12 156.9 136.8 117.1 100.3 88.7 84.4 88.5 100.7 119.9 143.5 168.5 192

3-Dec-12 153 139.3 125.8 114.3 106.7 104.6 109.2 120.4 137.4 158 179.8 200

4-Dec-12 139.9 132 125 119.8 117.9 120.2 127.5 140 156.7 176.1 195.8 213.6

5-Dec-12 120 116.2 114.6 115.7 120 128.1 140.1 155.8 174.3 194.2 213.6 230.3

6-Dec-12 97 94.8 96.7 102.8 112.9 126.9 144.5 164.9 187 209.2 229.8 247

7-Dec-12 75.1 71.8 74.6 83.4 97.8 117 140.1 165.8 192.4 218.3 241.6 260.5

8-Dec-12 58.4 51.4 52.4 61.3 77.6 100.3 127.9 158.4 189.8 219.9 246.7 268.5

9-Dec-12 49.8 37.5 34.2 40.6 56.3 80.2 110.3 144.4 179.7 213.9 244.4 269.6

10-Dec-12 51 32.5 23.6 25.4 38 60.5 90.8 126.5 164.5 201.7 235.4 263.6

11-Dec-12 61.6 37.3 22.3 18.4 26.1 45 73.4 108.5 147.1 185.8 221.6 252

12-Dec-12 79.4 51 30.7 20.9 22.9 36.8 61.3 93.8 131.1 169.6 205.8 237.2

13-Dec-12 100.9 70.8 47 32.5 29.1 37.5 57 85.5 119.8 156.2 191.3 222.1

14-Dec-12 122 92.9 68.2 50.9 43.4 47 61.5 85.2 115.4 148.5 181.1 210

15-Dec-12 138.5 112.9 90 72.6 63.2 63.5 73.8 93 118.8 148.1 177.3 203.3

16-Dec-12 147.1 127.1 108.3 93.4 84.7 84.7 91.8 107.6 129.7 155.1 180.7 203.3

b. Skema II

Tabel 2. Hasil Penyusunan untuk Skema II

X1 Y1 X2 Y2 X4 Y4

+ - + - + - + - + - +

-2160 1836 2656 1339 2123 1873 1997 1999 1336 1329 1996 2000 2166 1831 2500 1497 2113 1884 2037 1960 1336 1329 2004 1993 2237 1776 2365 1649 2099 1914 2076 1937 1341 1336 2020 1994 2363 1680 2278 1765 2085 1958 2108 1935 1349 1347 2039 2004 2520 1559 2256 1823 2072 2007 2126 1953 1359 1360 2058 2021 2678 1437 2302 1814 2063 2052 2127 1989 1370 1373 2074 2041 2809 1336 2406 1738 2060 2085 2110 2035 1378 1384 2084 2061 2888 1274 2549 1613 2061 2100 2078 2084 1383 1390 2085 2076 2901 1261 2701 1461 2068 2093 2037 2125 1384 1390 2077 2085 2846 1300 2833 1314 2080 2067 1995 2152 1379 1385 2063 2084 2736 1382 2919 1199 2092 2026 1959 2159 1371 1374 2043 2075

12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

213.4 229.8 239.7 243.7 243 239.1 233 225.4 216.3 205.4 191.9 175.7

211.2 224.7 231.7 232.9 229.3 222.7 214.5 205.6 196.6 187.3 177.2 165.8

216 226.4 230.3 228.1 221.1 210.7 198.9 187 175.8 165.8 156.7 148.2

227.1 234.7 235.8 230.5 219.8 205.5 189.2 172.9 157.8 144.8 134.2 126

242.3 248.2 247.3 239.6 226 207.9 187.3 166.1 145.9 128.2 113.9 103.4

258.9 264.4 262.6 253.7 238.3 217.6 193.4 167.7 142.3 119 99.4 84.5

273.7 280 278.9 270.1 254.4 232.7 206.4 177.4 147.5 118.9 93.4 72.7

284.1 292.3 292.9 285.7 271.2 250.1 223.7 193.2 160.6 127.7 96.9 70.2

288 298.9 302 297.4 285.4 266.6 241.8 212 178.7 143.7 109.1 77.3

284.9 298.6 304.5 302.9 294.1 278.7 257.1 230.1 198.4 163.6 127.5 92.6

275.5 291.5 299.9 301.1 295.7 284.1 266.7 243.7 215.7 183.5 148.5 112.9

261.9 279.2 289.2 292.4 289.7 281.6 268.4 250.3 227.2 199.4 167.9 134.3

246.7 264.1 274.4 278.5 277.2 271.5 261.8 248.2 230.3 208.1 181.9 152.6

233 249.2 258.5 261.9 260.6 255.8 248 237.7 224.4 207.8 187.5 164

223.8 237.6 244.7 246 243 237.2 229.6 220.7 210.4 198.2 183.6 166.4

(13)

2593 1489 2942 1141 2106 1976 1936 2146 1361 1361 2024 2059 2444 1601 2895 1150 2116 1929 1930 2115 1350 1347 2007 2039 2321 1694 2788 1226 2123 1892 1943 2071 1341 1336 1996 2019 2247 1750 2641 1355 2124 1872 1973 2023 1336 1329 1994 2002 2226 1757 2470 1514 2110 1874 2003 1980 1336 1328 1989 1994

X0 X1+ Y1+ X2+ Y2+ X4+ Y4+

+ 2000 2000 2000 2000 500 500

3996 2325 3317 2250 1998 507 496

3997 2334 3002 2229 2077 507 512

4014 2461 2717 2185 2139 505 526

4043 2683 2514 2127 2174 503 534

4079 2960 2433 2065 2173 500 537

4115 3241 2488 2011 2138 497 533

4145 3473 2668 1975 2075 494 523

4161 3614 2936 1962 1994 493 509

4162 3639 3240 1975 1912 493 493

4147 3546 3520 2013 1843 495 479

4118 3355 3720 2067 1799 497 469

4082 3104 3801 2129 1789 500 465

4045 2844 3746 2187 1815 503 468

4015 2627 3562 2231 1872 506 478

3996 2497 3286 2253 1950 507 491

3983 2469 2956 2236 2023 508 495

c. Hasil Skema IV

(14)

d. Ske

= 17171 171.705 -171.705 171.705 515.115 17170.5 -1201.9 171.705

X12 - Y1b = 1647 -32.93 148.2 -16.465 -148.185 -148.185 1646.5 -32.93 32.93

X13 - Y1c = -10427 -417.072 729.876 -104.268 -1355.48 -2085.36 6151.812 -312.804

X20 = 3894 -38.941 5.8 3894.1 1129.3 38.941 -77.882

X22 - Y2b = -13329 -133.294 -13329.4 1866.116 -8130.9 266.6 -399.9 -399.882 399.9

X23 - Y2c = -13740 274.806 8931.195 -3435.08 -13740.3 -412.209 687.015 137.403

X42 - Y4b = -2401 -24.007 -24.007 -240.07 -2400.7

20 + 33894 31770 3894 1770

(15)

X44 - Y4d = -976 9.759 -9.759 -19.518 -985.659 -48.8

VI

Y10 = 19906 -199.055 398.11 20104.56 -1592.4 199.055 199.055

Y12 + X1b = -4367 -218.3 -43.665 218.325 524.0 -4584.83 130.995 -43.7

Y13 + X1c = -18828 376.552 376.552 -1694.48 -4518.62 12237.94 -753.104 376.552

-Y20 = 1770 -283.248 1770.3 531.1 -17.703 35.406 -53.109 -17.703

Y22 + X2b = -2746 -2855.63 -411.9 1674.9 -54.916 274.6 -109.832 54.9

Y23 + X2c = -16918 11842.3 -4398.58 -17425.1 507.528 1065.809 1184.232 507.528

Y42 + X4b = -1078 -21.6 -118.6 -1078.4

Y44 + X4d = -2064 61.92 -20.64 -103.2 -2064 123.8

e. Skema VII

Tabel 6. Hasil penyusun untuk skema VII

S0 M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4

VII

V : PR cos r 64920.4 -3700.3 2366.4 -21774.0 14830.3 6196.5 -1190.5 -1879.3 VI : PR sin r 8902.0 2927.0- -16400.3 16544.8 7436.5 -1584.4 -631.0

PR 64920.4 9640.4 3763.9 27259.5 22218.6 9679.8 1981.8 1982.4 Daftar 3a : P 360.0 175.0 214.0 166.0 217.0 177.0 273.0 280.0

Tabel 7. Hasil Penyusun untuk Skema VIII

w dan (1+W), S2 , MS4

(16)
(17)
(18)

4.2 Pembahasan

Pada praktikum oseanografi kali ini, pengamatan pasang surut dilakukan di daerah Tanjung Pandan yang termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Tanjung Pandan ini terletak di Kabupaten Belitung, Pulau Bangka. Secara geografis daerah Tanjung Pandan terletak antara 107°08' BT- 107°58' BT dan 02°30' LS sampai 03°15' LS. Melihat kondisi topografi Pulau Belitung yang pada umumnya bergelombang dan berbukit-bukit telah membentuk pola aliran sungai di daerah ini menjadi pola Sentrifugal, dimana sungai-sungai yang ada berhulu di daerah pegunungan dan mengalir ke daerah pantai. Sedangkan daerah aliran sungai mempunyai pola aliran sungainya berbentuk seperti pohon

Data yang digunakan untuk penelitian ini berupa data-data numerik yang disusun dalam tabel kedudukan tinggi air laut (dalam satuan sentimeter) tiap jam (24 jam) untuk 15 hari pengamatan dan sudah terkoreksi sehingga sudah siap untuk dilakukan perhitungan selanjutnya.

Pada praktikum kali ini juga, menggunakan etode perhitungan Adiralti. Perhitungan dengan metode Admiralty, yaitu hitungan untuk mencari harga amplitudo (A) dan beda fase (g0) dari data pengamatan selama 15 piantan (hari

pengamatan) dan mean sea level (S0) yang sudah terkoreksi. Dari besaran

amplitudo (A) dan beda fase (g0) konstanta harmonik pasang surut air laut yang

diperoleh, dapat dianalisis sifat-sifat perairan Tanjung Pandan melalui tabiat pasang surutnya, yaitu: Tipe pasang surutnya melalui nilai F (Formzal), pada kriteria Courtier.

(19)

ganda. Hal ini diakibatkan karena nilai Formzal berkisar antara 0.25 < F < 1.50 berdasarkan kriteria Courtier.

Terdapat 9 komponen harmonic dalam perhitungan pasang surut dengan metode admiralty yaitu M2 yang merupakan Harian ganda: bulan orbit lingkaran

dan ’equatorial orbit’, S2 Harian ganda: bulan orbit lingkaran dan ’equatorial

orbit’, K2 Harian ganda: deklinasi bulan dan deklinasi matahari, N2 Harian ganda:

orbit bulan yang eliptis, K1 Harian ganda: deklinasi bulan dan deklinasi matahari,

O1 Harian ganda: deklinasi bulan, P1 Harian ganda: deklinasi matahari, M4

’quarter diurnal’: perairan dangkal dan MS4 yang merupakan ’quarter diurnal:

perairan dangkal, interaksi M2 dan S2.

Dengan waktu selama 15 atau 29 piantan (hari) pengamatan pasang surut dilakukan. Hasilnya kemuudian dianalisis dengan metode Admiralty dengan pertimbangan unsur bulan dan matahari. Metode Admiralty dilakukan dengan per-hitungkan unsur bulan dan matahari. Dari perhitungan dengan metode ini akan didapatkan data pasang surut

BAB V

(20)

1. Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turun-nya permukaan air laut secara berkala yang dipengaruhi oleh gaya tarik benda astronomi terutama oleh matahari, bumi, dan bulan.

2. Gaya-gaya pembangkit pasang surut ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara bumi, bulan dan matahari.

3. Tipe-tipe pasang surut antara lain adalah pasang surut harian tunggal, pasang surut harian ganda, pasang surut campuran condong harian tunggal, pasang surut campuran condong harian ganda.

4. Metode perhitungan pasang surut laut dengan menggunakan metode admiralty adalah perhitungan untuk menentukan Muka Laut Rata-rata (MLR).

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Syekh.dkk. 1997. Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jakarta: PT Delta Pamungkas

Anonim .2013. Alat-alat Pengukuran Pasang Surut. from

http://gdl.geoph.itb.ac.id. diakses pada tanggal 4 Desember 2013 pukul 20.00WIB.

Dronkers, J. J. 1964. Tidal Computations in rivers and coastal waters. North Holland Publishing Company. Amsterdam

Hutabarat, Sahala dan M.Evans, Stewart. 2008. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Heron Surbakti, M.Si. 2007. Oseanografi : Pasang Surut . from

http://surbakti77.wordpress.com/2007/09/03/pasang-surut/ . Akses pada tanggal 6 Desember 2013 pukul 19.25 WIB.

Pond dan Pickard, 1978. Introductory to Dynamic Oceanography. Pergamon Press, Oxford

Wyrtki, K. 1961. Phyical Oceanography of the South East Asian Waters. Naga Report Vol. 2 Scripps, Institute Oceanography, California.

Wibowo, Henky. 2007. Oseanografi Fisika. From

http://www.ilmukelautan.com/oseanografi/fisika-oseanografi/408-faktor-penyebab-terjadinya-arus . Diakses tanggal 6 Desember 2013 16.45 WIB. Yogi Suardi. 2010. Oseanografi Fisika – Pasang Surut. From

Gambar

Tabel 1. Penyusunan untuk Skema I
Tabel 4. Hasil Penyusunan untuk Skema IV
Tabel 6. Hasil penyusun untuk skema VII

Referensi

Dokumen terkait

Pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang – kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut

Pada tipe ini, dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut

Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam

 Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing diurnal), dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut tetapi kadang-kadang untuk

Pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan

Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal) merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi terkadang dengan

Pada minggu pertama di bulan September berdasarkan prediksi pasut dengan metode worldtide, terlihat bahwa pada tiap harinya selama seminggu terjadi satu kali

Namun beberapa kali waktu juga terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda.Gambar 2 menunjukkan grafik fluktuasi pasang surut