• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Penulisan Naskah dalam keikutserta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tugas Penulisan Naskah dalam keikutserta"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Penulisan Naskah dalam keikutsertaan penguatan nilai-nilai kebangsaan yang dilaksana oleh Lembaga Ketahanan Nasioanal RI

Nama : Hardiansyah

Banjamasin, 27 Agustus 2014

Perwakilan Pelita(Pemuda Lintas Agama Kalsel)

“KAYUH BAIMBAI” KEARIFAN LOKAL DALAM BINGKAI BHINIKA TUNGGAL IKA DITENGAH PLURALITAS MASYARAKAT BANJAR

Kemajemukan masyarakat Banjar sebagian dari masyarakat Indonesia sampai saat ini masih terlihat jelas. Hiruk pikuk aktifitas masyarakatnya tidak terlepas dari hubungan sosial dengan sesame dan lingkungan yang cenderung mempunyai terciptanya konflik. Pluralitas masyarakat banjar dapat dilihat dari berbagai segi kehidupan, antara lain bidang politik, social, ekonomi dan budaya, yang kesemuanya mempunyai hubungan erat terhadap perkembangan masyarakat banjar itu sendiri.

(2)

Dilihat dari laatar belakang masyarakat banjar itu, masyarakat banjar merupakan sebuah kelompok atau grup. Orang Banjar itu setidak-tidak terdiri dari etnik dominan kemudian unsur Bukit, Ngaju, dan Maanyan. Perpaduan etnik tersebut lama-kelamaan menimbulkan perpaduan kultural. (A. Gazali Usman, 1990).

Bhinika Tunggal Ika” Berbeda-beda tetapi tetap satu jua, semboyan tersebut sudah kita akui sebagai semboyan nasional yang memadukan semua unsur di dalamnya. Dalam kehidupan masyarakat Banjar kita juga semboyan pemersatu sekaligus penyemangat dalam keseharian yang merupakan kesepakatan bersama dan mempunyai makna serta tujuan tersendiri. Semboyan; Gawi sabarataan, Gawi Sabumi, Ruhui Rahayu, kayuh Baimbai, Salidah, Saijaan, Rakat Mufakat dan sebagainya merupakan tafsiran para pendahulu dalam upaya untuk meredam konflik plularitas di Masyarakat.

Gawi sabumi, seperti juga Gotong royong, merefleksikan mengerjakan sesuatu secara bersama tetapi secara serabutan. Dari sisi ini sebenarnya mencerminkan kebiasaan dari banyak suku bangsa di Indonesia. Bahwa dalam hal gotong royong menurut Koentjaraningrat(1984: 56) juga merupakan istilah yang baru diperkenalkan kepada bangsa Indonesia mungkin menjelang atau tidak lama sesudah proklamasi. Dalam kayuh baimabai terdapat unsure keserasian, keharmonisan, saling menghargai dan percaya kepada pihak yang melakukan pekerjaan secara bersama-sama. Pada konsep ini, kayuh baimbai tidak bermuatan soal kemitraan semata tetapi juga tidak meninggalkan esinsi nilai tolong menolong dan salim bantu. (Baambang Subiayakto< banjarbaru 2005)

Membicarakan pluralitas kiranya kita perlu juga membahas tentang kebudayaan karena pluralitas itu sendiri merupakan bagian dari kebudayaan dan merupakan wujud dari kebudayaan itu sendiri. Secara umum dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutan kebudayaan mempunyai arti :

 Hasil kegiatan dan penciptaan bathin (akal budi) manusia seperti kepercayaan,

kesenian, dan adat istiadat.

(3)

Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia (1997) disebutkan bahwa dalam ilmu sosial, kebudayaan merupakan himpunan keseluruhan dari semua cara manusia berpikir, berperasaan dan berbuat serta segala sesuatu yang dimiliki manusia sebagai anggota masyarakat yang dapat dipelajari dan dialihkan dari satu generasi kegenerasi selanjutnya.

Koentjaraningrat (1995) menyebutkan kebudayaan sebagai keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya cipta dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Masyarakat Banjar dikenal identik dengan agama islam, Alfian daut (1997) secara baik sekali mengemukakan tentang kebudayaan masyarakat banjar dalam disertasinya islam dan masyarakat banjar : Deskripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar. Alfian menguraikan tentang kepercayaan yang dianut oleh orang-orang banjar yang dibedakan atas tiga macam, yaitu pertama kepercayaan yang bersumber dari ajaran islam (kepercayaan islam), kedua kepercayaan yang mungkin ada kaitanya dengan struktur masyarakat Banjar pada zaman dulu atau dikenal dengan istilah bubuhan. (bubuhan ini masih ada dalam masyarakat Banjar sekarang). Ketiga, kepercayaan dengan tafsiran masyarakat atas alam lingkungan sekitarnya, yang mungkin adakalanya berkaitan pula dengan kategori kedua.

Dengan pemahaman kebudayaan tersebut kiranya dapat secara arif dan bijaksaana untuk menyikapi adanya pluralitas yang ada di masyarakat. Sangat menari pula untuk dikemuakan disini tentang Tradisi Demokrasi dalam perspetif sejarah Banjar yang di kemukakan oleh Bambang Subiyato (2001) bahwa masyarakat Banjar pada dasarnya adalah masyarakat agraris yang terbuka, egaliter dan resiprokal. Karena itu kebudayaan masyarakatnya dengan sendiri bersifat Demokratis, sebab hierarki bukan merupakan produk alamiah melainkan produk kultural, akal budi manusia.

Sifat egaliter dan resiprokal tersebut pada masyarakat Banjar tercermin oleh rasa tidak suka terhadap pemaksa kekuasaan. mereka lebih mengutamakan kebebasan dan kemerdekaaan serta perdamaian atau bekerja sama,

(4)

situasi kontak personal dan langsung. Implikasinya pertama ikatan orang Banjar pada struktur simbolik yang abstrak itu. Termasu didalamnya seperangat norma atau aturan mengenai hubungan sosial. Kedua, sofistikasi budaya Banjar relative rendah karena keterikatanya yang relatif kuat pada hubungan-hubungan yang bersifat langsung baik hubungan produksi (dengan alam), hubungan sosial, ekonomi maupun politik.

Demorasi dalam prespektif budaya dan sejarah Banjar adalah demokrasi yang bersifat langsung dari setiap struktur atau kebijaksanaan sebagai dampak tidak langsung atau jangka panjangnya (faruk,1994)

Dengan demikian jelas terlihat bagaimana sebenarnya masyarakat Banjar dengan kemajemukannya tersendiri telah mampu menyatukan unsure-unsur budayanya menjadi satu kesatuan sebagai cirri khas daerah dari masyarakat banjar itu sendiri. Apapun alasan dalam upaya penyeragaman budaya yang ada merupakan suatu pengingkaran atas realita yang ada dimasyarakat. Seperti dikemukakan terdahulu bahwa dalam budaya banjar terdapat nilai-nilai demokrasi yang sudah lama mengakar, kemudian peranan bubuhan juga sangat dominan dalam keseharian kita, menjadikan masyarakat banjar sebenarnya sudah mempunyai filter terhadap konfik. Namun begitu sebagaimana perkembangan zaman yang mampu mempengaruhi kehidupan seorang dimasyarakat dan masyarakat itu sendiri benih-benih konfik itu tetap ada. Sekarang adalah tugas kita bersama-sama untuk tetap menjaga dan meningkatkan rasa kebersamaan dalam keeluargaan yang terhimpun dalam satu kesatuan budaya banjar usaha untuk meredam konfik yang ada dalam fluralitas masyarakat.

(5)

Upaya yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari adalah agar kita dapat menghormati adanya perbedaan yang ada, jangan menjadikan sebagai pemisah tetapi menjadian sebagai pemersatu bangsa . saling menghargai antar sesama dan menumbuhkan kembali sifat serta sikap kekeluargaan yang menjungjung tinggi musyawarah untuk mufakat. Menghindarkan persaingan yang tidak sehat dala segi kehidupan berpolitik, sosial, ekonomi dan budaya. Menghilangkan adanya rasa curiga antar sesame untuk mecegah rasa permusuhan yang berkepanjangan, dan sebagai Negara hukum hendaknya kita menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan kebenaran dalam hukum. Melihat pluralitas yang ada dimasyarakat, pemerintah daerah dan pusat hendaknya lebih bijaksana untuk merencanakan, memutuskan dan menjalankan kebijakan yang ada agar tidak bertentangan dengan keinginan masyarakat. Para pengambil keputusan janganlah hanya mengambil keuntungan sepihak dan sesaat untuk kepentingan pribadi atau kelompok atau etnik tertentu yang merupakan pemicu awal yang harus dihindari, sebalinya yang harus kita kembangkan adalah upaya memahami adanya perbedaan itu untuk menjadikannya alat sebagai pemersatu. Akhirnya dengan adanya kesadaran pluralitas dengan mengambil contoh Gawi sabumi tadi diharapkan masyaraat kita akan lebih dewasa dalam memahami dan menyikapi hal itu yang tentunya memgang teguh sesanti bangsa ini. Yaitu Bhinika Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu jua.

Dalam perjalan sejarah daerah ini telah menunjukan bagaimana pluralitas yang ada akan berdampak positif bagi perkembangan masyarakat Banjar itu sendiri.

Referensi

Dokumen terkait

Data citra perkebunan dengan resolusi tinggi dapat diperoleh menggunakan teknik pemetaan photogrammetry. Penghitungan jumlah pohon dapat dilakukan

Setelah mendapatkan hasil penelitian selanjutnya semua item akan dibahas dengan mengkaitkannya dengan teori dan realitas yang ada di lapangan sehingga dapat ditarik

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENERAPAN HAZARD

Sosialisasi terkait PPI pada saat rapat ruangan dimasing-masing unit Sesuai dengan jadwal rapat

Dalam konteks pembangunan yang bias orientalis itu, kebudayaan yang berbeda dengan yang diandaikan oleh pemegang teguh orientalisme yang sangat biasa itu, the master , maka

Reduksi data dilakukan dengan memilah-milah data berupa implementasi sistem among dalam menanamkan karakter dan karakter yang dihasilkan melalui metode pendidikan

Analisis Efektivitas dan Kontribusi Pajak Reklame Terhadap Pendapatan Asli Daerah Studi Kasus pada Pemerintah Kabupaten Wonogiri [Skripsi]. Yogyakarta: Universitas

Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran writing in the here and now dalam menulis bahan ajar mahasiswa