• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Sosiologis Tinjauan Psikologis Pelaj

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tinjauan Sosiologis Tinjauan Psikologis Pelaj"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia, yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang sangat cepat. Kenyataan ini sudah lebih dari cukup untuk mendorong pakar dan praktisi pendidikan melakukan kajian sistematik untuk membenahi atau memperbaiki sistem pendidikan nasional. Agar lulusan sekolah mampu beradaptasi secara dinamis dengan perubahan dan tantangan itu, pemerintah melontarkan berbagai kebijakan tentang pendidikan yang memberikan ruang yang luas bagi sekolah dan masyarakatnya untuk menentukan program dan rencana pengembangan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing.

Pendidikan juga sangat berpengaruh dalam pembangunan, baik itu dalam pembangunan sumber daya manusia, ekonomi, sosial, dan bahkan masih lebih banyak lagi peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat, bangsa, dan Negara.

Pendidikan pada hakikatnya berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, secara hakiki, pembangunan pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya pembangunan manusia. Upaya-upaya pembangunan di bidang pendidikan, pada dasarnya diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan manusia itu sendiri. Karena pendidikan merupakan hak setiap warga negara, di dalamnya terkandung makna bahwa pemberian layanan pendidikan kepada individu, masyarakat, dan warga negara adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga.

Sejarah pendidikan di Indonesia telah berlangsung sejak lama. I Tsing, pendeta Budha yang singgah di kerajaan Sriwijaya pada 687 masehi, menjelaskan bahwa Palembang di masa tersebut merupakan pusat agama Budha dimana pemikir dari berbagai negara berkumpul disana. Hanya saja, pendidikan saat itu belum diatur dan berfokus pada ajaran Budha.

Upaya meningkatkan mutu dan partisipasi pendidikan terus berlanjut hingga kini. Mempelajari sejarah perkembangan pendidikan mestinya membuat kita dapat memahami apa saja yang telah dicapai lewat pendidikan dan mengevaluasi perbaikan yang dibutuhkan untuk menciptakan mutu dan partisipasi pendidikan yang lebih baik.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa hubungan antara:

a. Pendidikan dan masyarakat;

b. Pendidikan dan pembangunan masyarakat; c. Penddikan dan kesadaran kebangsaan; d. Pendidikan dan kelestarian Pancasil, dan e. Pendidikan dan kesejahteraan masyarakat?

(2)

3. Bagaimanakah proses pendidikan autovikasi? 4. Jelaskan sejarah pendidikan di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan adalah sebagai berikut: 1. Memahami hubungan tinjauan sosiologis antara:

a. Pendidikan dan masyarakat;

b. Pendidikan dan pembangunan masyarakat; c. Penddikan dan kesadaran kebangsaan; d. Pendidikan dan kelestarian Pancasil, dan e. Pendidikan dan kesejahteraan masyarakat.

2. Memahami hal apa saja yang termasuk kedalam hukum dasar perkembangan kejiwaan manusia.

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

A. TINJAUAN SOSIOLOGIS PENDIDIKAN 1. Pendidikan dan Masyarakat

Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, orangtua, dan masyarakat. Tanpa dukungan masyarakat, pendidikan tidak akan berhasil dengan maksimal. Sekarang hampir semua sekolah telah mempunyai komite sekolah yang merupakan wakil masyarakat dalam membantu sekolah, sebab masyarakat dari berbagai lapisan sosial ekonomi sudah sadar betapa pentingnya dukungan mereka untuk keberhasilan pembelajaran di sekolah.

Masyarakat sangat berperan penting dalam pengembangan pendidikan seorang anak. Oleh karena itu hendaknya masyarakat ikut berpartisipasi dalam pendidikan anak baik secara langsung maupun tidak langsung. Antara lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat memiliki keterikatan yang sangat kuat. Karena masyarakat merupakan pembantu pada proses pematanagn individu sebagai anggota kelompok dalam suatu masyarakat.

Sebetulnya banyak sekali jenis-jenis dukungan masyarakat pada sekolah. Namun sampai sekarang dukungan tersebut lebih banyak pada bidang fisik dan materi, seperti membantu pembangunan gedung, merehab sekolah, memperbaiki genting, dan lain sebagainya. Masyarakat juga dapat membantu dalam bidang teknis edukatif antara lain menjadi guru bantu, sumber informasi lain, guru pengganti, mengajar kebudayaan setempat, ketrampilan tertentu, atau sebagai pengajar tradisi tertentu. Namun demikian, hal tersebut belumlah terwujud karena berbagai alasan.

Salah satu dari sekian banyak tujuan pendidikan yang disebutkan oleh para ahli pendidikan, adalah :

Bahwa pendidik itu bertujuan membimbing anak agar kelak hidupnya dapat serasi dengan masyarakat. Jadi, yang penting disini adalah membekali kemampuan kepada anak didik agar anak itu kelak dapat mudah menyesuaikan dirinya dengan masyarakat lingkungannya. Hal ini perlu disadari, bahwa hidup di dalam masyarakat itu tidak mudah, adapun yang menjadi penyebabnya adalah:

1. Bahwa didalam masyarakat terdapat tata kehidupan yang beraneka ragam. 2. Bahwa kepentingan antara individu yang satu tidak sama dengan kepentingan

individu yang lain.

3. Bahwa masyarakat itu sendiri selalu mengalami perkembangan-perkembangan.

(4)

dengan yang lain berbeda. Adapun norma-norma tersebut adalah norma moral, ada norma yuridis, ada norma tradisional.

Dengan adanya norma-norma tersebut anak harus disiapkan agar dapat menerima dengan sukarela ikatan-ikatan, dari berbagai norma-norma itu dan apabila anak sanggup melaksanakan norma-norma yang hidup didalam masyarakat itu,ia akan dapat hidup serasi dengan masyarakatnya.

Pendidikanlah yang mempersiapkan anak untuk dapat hidup secara damai dengan orang lain di sekitarnya. Pendidikanlah yang mempunyai tugas untuk mempersiapkan anak, agar kelak dapat hidup dengan mempertahankan kepentingan orang lain, sehingga tidak megganggu kepentingan orang lain, hidup secara egoistis dan hidup secara egosentris. Tidak demikianlah semangat hidup di dalam masyarakat, bahkan seharusnya adalah sebaliknya yaitu sedapat mungkin, akulah yang harus dapat melayani kebutuhan orang lain.

Bergaul di dalam masyarakat memang sulit, karena itu anak harus sudah dilatih untuk bergaul semenjak anak masih kecil karena berhadapan dengan orang lain, maka anak harus dilatih untuk menghargai orang lain, yang dihadapinya itu. Betapapun rendah derajatnya, atau pangkat orang yang dihadapi dalam pergaulan itu. Di dalam hal ini, latihan atau pendidikan tentang pengendalian diri tentang memberi reaksi secara sosioemosional tentang bagaimana caranya selalu menyenangkan orang yang bergaul dengannya.

Masyarakat itu betapapun statisnya, cepat atau lambat pasti mengalami perubahan. Katakanlah, bahwa masyarakat itu selalu maju setapak demi setapak. Didalam menghadapi kemajuan atau perubahan-perubahan ini, anak harus disiapkan untuk dapat mengikutinya dengan baik, sebab apabila tidak frustasilah yang akan selalu dialami oleh anak itu ini juga merupakan kewajiban pendidikan.

Tuntutan pengembangan sumber daya manusia dari waktu kewaktu semakin meningkat. Oleh karena itu layanan pendidikan harus mampu mengikuti perkembangan tersebut. Selain kleuarga dan sekolah, masyarakat memiliki perran tersendiri terhadap pendidikan. Peran dominan orang tua pada saat anak-anak dalam masa pertumbuhan hingga menjadi orang tua. Dan pada masa tersebut orang tua harus mampu memenuhi kebutuhan pook seorang anak. Sedangkan peran pada pendewasaan dan pematangan individu merupakan peran dari kelompok masayarakat.

Partisipasi adalah proses aktif dan inisiatif yang muncul dari masyarakat serta akan terwujud sebagai suatu kegiatan nyata apabila terpenuhi olehh tiga faktor pendukungnya, yaitu :

1. Adanya kemauan 2. Adanya kemampuan 3. Adanya kesempatan

(5)

menjadi peraturan UU No.2 tahun 1989 yaitu sumberdaya pendidikan adalah dukungan dan penunjang pelaksanaan pendidikan yang terwujud sebagai tenaga, dna, sarana da prsarana yang tersedia yang digunakan dan didayagunakan olehh keluarrga, sekolah dan masyarakat, peserta didik dan pemerintah secara bersama-sama.

Ada tidaknya kemauan keluarga/warga masyarakat dalam pengembangan pendidikan tekait dengan paradigma pembangunan di Indonesia. Agar kemampuan berpartisipasi dimiliki oleh masyarakat maka perlu peningkatan sumber daya manusia dengan cara memperluaskan tiga jenis pendidikan di masyarakat baik formal, nonformal, maupun informal.

Kaitan masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi yaitu :

1. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan baik dilembagakan maupun tidak dilembagakan.

2. Lembaga-lembaga masyarakat atau kelompok sosial masyarakat baik langsunng maupun tidak langsung mempunyuai peranandan fungsi edukatif.

3. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang maupun tidak dirancang dan dimanfaatkan.

2. Pendidikan dan Pembangunan Masyarakat

Cepat atau lambat masyarakat pasti akan berubah, bukan kearah kemunduran atau keterbelakangan tetapi kearah kemajuan. Gerak kemajuan ini sebagian berlangsung secara sadar dan sebagian lagi berlangsung secara tidak sadar. Gerak maju yang secara sadar adalah gerak kemajuan masyarakat karena pembangunan.

Jadi, pembangunan pada hakekatnya adalah suatu usaha untuk bergerak majunya masyarakat. Namun siapa yang menjadi agen dalam pembangunan itu yang masih menjadi pertanyaan. Yaitu tidak lain adalah orang-orang yang hidup di dalam masyarakat itu sendiri. Jika anggota suatu masyarakat itu sendiri tidak mau menjadi agen dari pembangunan masyarakat, masyarakat pasti akan statis, tidak mau mengalami perkambangan. Jika ada kemajuan pasti juga berjalam dengan lambat.

Anggota masyarakat itu bisa digolongkan menjadi 2 bagian masyarkat berdasar ciri-cirinya terhadap pembangunan yaitu masyarakat yang statis dan dinamis.

a. Masyarakat yang bersifat statis yaitu orang yang selalu ingin mempertahankan yang lama saja. Orang semacam ini tidak mau melakukan adanya perubahan yang terjadi di dalam masyarakatnya. Jika ada sesuatu yang baru maka dengan segera orang tersebut menolaknya dengan seribu alasan. Contoh dari orang ini terletak pada suku Samin dan Badui.

(6)

Mereka inilah yang menjadi agen pembangunan dalam masyarakat, yang menjadi pendorong dan penghela masyarakatnya untuk mengalami kemajuan. Adalah tugas pendidikan untuk mencetak individu anggota masyarakt golongan itu. Jadi, pendidikan harus mempersiapkan anak didik untuk kelak dapat menjadi agen pembangunan bagi masyarakat bangsanya. Kelak anak-anak harus dapat melaksanakan pembaharuan masyarakat bangsanya tanpa menimbulkan kerawanan.

Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara keseluruhan. Dalam proses pembangunan tersebut peranan pendidikan amatlah strategis.

Menurut John C. Bock, dalam Education and Development, A Conflict Meaning (1992), mengidentifikasi peran pendidikan tersebut sebagai: memasyarakatkan ideologi dan nilai-nilai sosio-kultural bangsa, mempersiapkan tenaga kerja untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, dan mendorong perubahan social, dan untuk meratakan kesempatan dan pendapatan. Peran yang pertama merupakan fungsi politik pendidikan dan dua peran yang lain merupakan fungsi ekonomi.

Berkaitan dengan peranan pendidikan dalam pembangunan nasional muncul dua paradigma yang menjadi kiblat bagi pengambil kebijakan dalam pengembangan kebijakan pendidikan. Paradigma Fungsional dan paradigma Sosialisasi. Paradigma fungsional melihat bahwa keterbelakangan dan kemiskinan dikarenakan masyarakat tidak mempunyai cukup penduduk yang memiliki pengetahuan, kemampuan dan sikap modern. Menurut pengalaman masyarakat di Barat, lembaga pendidikan formal sistem persekolahan merupakan lembaga utama mengembangkan pengetahuan, melatih kemampuan dan keahlian, dan menanamkan sikap modern para individu yang diperlukan dalam proses pembangunan.

Bukti-bukti menunjukkan adanya kaitan yang erat antara pendidikan formal seseorang dan partisipasinya dalam pembangunan. Perkembangan lebih lanjut muncul, tesis Human lnvestmen, yang menyatakan bahwa investasi dalam diri manusia lebih menguntungkan, memiliki economic rate of return yang lebih tinggi dibandingkan dengan investasi dalam bidang fisik.

Melihat perkembangan pendidikan sekarang ini, ada kendala utama adalah kurang seriusnya pemerintah. Contoh kecilnya saja bisa kita lihat betapa besarnya perbedaan baik, sarana prasarana sekolah di perkotaan dan pedesaan. Bagaimana kita bisa mencapai pemertaan pendidikan yang sama, jika masalah seperti ini masih terabaikan, dan kita mengetahui bersama dampaknya sangat besar. Pendidikan haruslah menjadi sorotan penting bagi kita semua karena kemajuan dalam segala hal di lihat dari latar belakang pendidikan.

Peranan Pendidikan Dalam Bidang Pembangunan Ekonomi.

(7)

dan penelitian empiris telah membuktikan keabsahannya. Pendidikan bukan hanya melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, tetapi juga dapat menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi. Karena itu, investasi di bidang pendidikan tidak saja berfaedah bagi perorangan, tetapi juga bagi komunitas bisnis dan masyarakat umum.

Pencapaian pendidikan pada semua level niscaya akan meningkatkan pendapatan dan produktivitas masyarakat. Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dan pencapaian kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sedangkan kegagalan membangun pendidikan akan melahirkan berbagai problem krusial: pengangguran, kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, dan welfare dependency yang menjadi beban sosial politik bagi pemerintah.

Ada tiga paradigma yang menegaskan bahwa pembangunan merujuk knowledge based economy tampak kian dominan:

1. Kemajuan ekonomi dalam banyak hal bertumpu pada basis dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Hubungan kausalitas antara pendidikan dan kemajuan ekonomi menjadi kian kuat dan solid.

3. Pendidikan menjadi penggerak utama dinamika perkembangan ekonomi, yang mendorong proses transformasi struktural berjangka panjang.

Peranan Pendidikan Dalam Membangun SDM

Pendidikan pada hakikatnya berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, secara hakiki, pembangunan pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya pembangunan manusia. Upaya-upaya pembangunan di bidang pendidikan, pada dasarnya diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan manusia itu sendiri. Karena pendidikan merupakan hak setiap warga negara, di dalamnya terkandung makna bahwa pemberian layanan pendidikan kepada individu, masyarakat, dan warga negara adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga. Karena itu, manajemen sistem pembangunan pendidikan harus didesain dan dilaksanakan secara terpadu, serta diarahkan pada peningkatan akses pelayanan yang seluas-luasnya bagi warga masyarakat, dengan mengutamakan mutu, efektivitas dan efisiensi.

Upaya pembangunan pendidikan yang dilakukan memiliki landasan komitmen internasional, sebagai visi bersama berbagai negara di dunia, melalui kesepakatan yang dikenal dengan kesepakatan Dakkar-Senegal tahun 2000.

Kesepakatan Dakkar yang diimplementasikan dalam kesepahaman Education for All (EFA) meliputi enam komponen penting, yaitu:

(8)

3. pendidikan keaksaraan;

4. pendidikan kecakapan hidup (life skill); 5. kesetaraan dan keadilan gender, dan 6. peningkatan mutu pendidikan.

Pendidikan Dan Pengaruhnya Dalam Pembangunan Sosial. 1. Pembangunan Berwawasan Kependudukan.

2. Secara sederhana pembangunan berwawasan kependudukan mengandung dua makna sekaligus, yaitu:

a. Pembangunan berwawasan kependudukan

Pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan kondisi penduduk yang ada, penduduk harus dijadikan titik sentral dalam proses pembangunan. Penduduk harus dijadikan subjek dan objek dalam pembangunan. Pembangunan adalah oleh penduduk dan untuk penduduk.

b. Pembangunan berwawasan kependudukan

Pembangunan sumberdaya manusia, pembangunan lebih menekankan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dibandingkan dengan pembangunan infrastruktur semata-mata.

3. Pendidikan dan Kasadaran Kebangsaan Indonesia

Pendidikan merupakan pondasi utama untuk membangun peradaban pada sebuah bangsa. Kesadaran akan arti penting pendidikan akan menentukan kualitas kesejahteraan lahir batin dan masa depan warganya. Oleh karena itu materi pengajaran dan manajemen pendidikan sudah seharusnya menjadi perhatian bagi para penyelenggara negara. Terbukti bahwa semua bangsa yang berhasil mencapai tingkat kemajuan kebudayaan dan teknologi tinggi mesti disangga oleh akan

(9)

Pendidikan Indonesia harus mengorbankan semangat kebangsaan, menanamkan kesadaran kepada anak didiknya. Sebab apabila kesasaran kebangsaan ini tidak ditumbuhkan, dipupuk dan dikembangkan pada anak didik atau generasi muda Indonesia, maka akan terulanglah nasional yang amat memilukan, yaitu terpecahnya bangsa Indonesia menjadi di bagian yang kecil-kecil lagi yang berarti Negara Republik Indonesia hancur.

Negara Indonesia adalah Negara yang terdiri atas daratan dan lautan. Daratan yang menjadi daerah Negara Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau. Adalh dapat dimengerti bahwa bangsa Indonesia terdiri atas beragam suku bangsa.meskipun demikian, bangsa yang terdiri atas banyak suku bangsa itu bersatu dalam sebuah keluarga besar, bangsa Indonesia. Tak lain ini karena jiwa persatuan, jiwa kesatuan dan kebangsaan yang dalam kesadaran berbangsa yang dimiliki oleh kita bangsa Indonesia.

Jika diteliti di dalam sejarah Indonesia, dapat terlihat bahwa kesadaran bangsa Indonesia itu mengalami pasang surut juga. Apabila kesadaran kebangsaan itu dalam keadaan pasang, maka teguhlah persatuan Indonesia. Dan apabila kesadaran kebangsaan itu surut, maka kesatuan bangsa terancam. Hal ini jelas dapat terlihat dalam sejarah bangsa Indonesia dalam masa-masa sebelum kedatangan bangsa barat. Zaman Sriwijaya, Zaman Majapahit dimana zaman kesadaran kebangsaan Indonesia mengalami pasang. Tetapi di luar zaman itu, pada saat kesadaran kebangsaan surut, muncullah kesadaran kesukuan, sehingga terpecah belah bangsa Indonesia.

Pendidikan di Indonesia harus mengkorbankan semangat kebnagsaan, menanamkan kesadaran kepada peserta didik. Sebab apabila kesadaran kebangsaan itu tidak ditumbuhkan, dipupuk dan dikembangkan pada anak didik atau generasi muda Indonesia, maka akan terulang lagi tragedy nasional yang amat memilukan yaitu terpecahnya bangsa Indonesia menjadi bagian yang kecil-kecil lagi yang berarti Negara republic hancur.

Dengan melalui pelajaran, dengan melalui seni suara dan melalui sarana-sarana lain, jiwa kesadaran kebangsaan harus ditanamkan dan dikembangkan pada anak didik kita. Ini bukan monopoli pendidikan di dalam sekolah saja, melainkan juga harus dilaksanakan dalam tri pusat pendidikan yaitu yang meliputi:

a. Pendidikan Informal yaitu pendidikan yang terjadi dalam lingkungan keluarga. Hal yang paling utama dikembangkan dalam pendidikan Informal yaitu masalah afktif atau perasaan anak.

b. Pendidikan Formal yaitu pendidikan yang terjadi dalam suatu institusi sekolah baik dalam jenjang dasar yang terdiri atas Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama, jenjang menengah yang terdiri atas Sekolah Menengah Atas serta jenjang tinggi yang terdiri atas perguruan tinggi. Hal yang paling utama dikembangkan dalam pendidikan formal adalah kognitif anak atau kecerdasan. c. Pendidikan nonformal yaitu pendidikan yang terjadi di luar pendidikan sekolah.

(10)

lain. Hal yang paling utama dikembangkan dalam pendidikan nonformal adalah psikomotorik anak yang pada akhirnya melahirkan keterampilan.

4. Pendidikan dan Kelestarian Pancasila

Pancasila adalah dasar Negara Indonesia. Dijadikannya Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia ini bukanlah semena-mena. Melainkan mempunyai alasan-alasan yang mendalam. Terutama bahwa Pancasila merupakan pandangan hidup yang asli dari bumi Indonesia yang diwariskan oleh nenek moyang. Demikianlah maka Pancasila merupakan jiwa, pribadi dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena Pancasila sebagai pandangan hidup, maka Pancasila harus ditanamkan kepada generasi muda.

Sebagai jiwa dan pribadi, Pancasila harus dikembangkan pada diri anak didik, generasi muda Indonesia. Pendek kata Pancasila harus dijaga kelestariannya. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Pancasila harus terus menerus menjadi pandangan hidup bangsa, jiwa dan pribadinya bangsa Indonesia. Pelestarian Pancasila dapat dilakukan melalui 3 jalur yaitu melalui jalur pendidikan, jalur media massa, jalur organisasi politik.

Pendidikan dalam keluarga memiliki peranan penting dalam pelestarian Pancasila. Sebab, apabila tidak, maka Pancasila itu hanya tinggal kenang-kenangan saja bagi generasi yang akan datang. Betul bahwa Pancasila adalah pribadi bangsa Indonesia. Tetapi pribadi yang demikian tidak akan berkembang bila tidak mendapat siraman air pendidikan. Betul bahwa Pancasila adalah jiwa bangsa Indonesia, jiwa masyarakat Indonesia. Tetapi apabila tidak terpelihara, maka pasti akan terkena erosi, dan jika tidak diusahakan pelestariannya lewat pendidikan, maka Pancasila akan tenggelam dilupakan oleh bangsa Indonesia. Demikian juga dalam hal sekolah.

Media massa merupakan salah satu media informasi yang dapat mempengaruhi pemikiran bangsa Indonesia tentang banyak hal yang sesuai dengan isis media massa itu sendiri. Kita sebagai anggota bangsa Indonesia di dalam media massa kita dapat membagikan paham-paham Pancasila dengan selalu menyelipkan artikel tentang Nasionalisme dan Patriotisme. Supaya Pancasila dapat dikenal oleh bangsa Indonesia yang memang pada awalnya belum mengerti apa itu Pancasila.

(11)

5. Pendidikan dan kesejahteraan Masyarakat

Dari pembukaan Undang-Undang dasar 1945 dapat diketahui bahwa Negara Republik Indonesia ingin mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sejahtera berdasar Pancasila.

1. Hierarki Tujuan Pendidikan Indonesia

Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kegiatan masyarakat. Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan masyarakat, namum perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing bangsa atau masyarakat menyebabkan adanya perbedaan penyelenggaraan termasuk perbedaan sistem pendidikan tersebut. Penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang hendak dicapainya, rumusan tujuan pendidikan selalu mengalami perubahan dari pelita ke pelita sesuai dengan tuntutan pembangunan dan perkembangan kehidupan masyarakat dan negara Indonesia.

Tujuan pendidikan adalah kualifikasi yang diharapkan dimiliki anak didik setelah dia menerima atau menyelesaikan program pendidikan pada lembaga pendidikan tertentu. Indonesia mengalami dua kali pergantian Undang-Undang Pendidikan. Yang pertama adalah UU No.2 tahun 1954, dan yang kedua adalah UU No.2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional.

Pasal yang terdapat di dalam tubuh Undang-Undang Dasar 1945 dapat diketahui bahwa Negara Indonesia, yang mengatur tentang pendidikan adalah pasal 30 bunyi pasal adalah sebagai berikut:

Ayat 1: setiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran

Ayat 2: pemerintah berusaha menyelenggarkan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur dengan undang-undang

2. Fungsi Tujuan Pendidikan.

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan mempunyai dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan menduduki posisi penting diantara komponen-komponen pendidikan lainya.

(12)

1. Tujuan individual yaitu untuk membentuk manusia susila yang cakap. 2. Tujuan kemasyarakatan yaitu untuk membentuk warga Negara yang

demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan dan tanah air.

Bagian pertama menyatakan bahwa tujuan pendidikan untuk membentuk manusia atau individu susila yang cakap.

Itulah manusia yang cakap, memang berlainan dengan istilah manusia yang cakap dan susila. Dengan istilah manusia yang cakap dan susila dimaksudkan, behwa setiap manusia Indonesia harus mendapatkan pendidikan dan pengajaran, sehingga manusia Indonesia menjadi manusia yang susila, tetapi juga cakap. Jadi sifat susila dan cakap harus dimiliki setiap individu. Manusia susila diutamakan karena:

a. Individu susila yang tidak dapat memajukan kesejahteraan dan kemakmuran bangsanya.

b. Individu yang cakap tetapi tidak susila dapat membahayakan bagi bangsa dan masyarakatnya. Sebab kecakapanyang dimiliki seseorang dapat digunakan untuk menjalankan kejahatan terhadap masyarakat dan bangsanya seperti memeras, menggelapkan uang, membantai, membohongi masyarakat, dsb. Manusia yang tidak cakap namun susila itu lebih baik daripada manusia yang cakap namun tidak susila. Ini karena manusia yang susila tetapi tidak cakap tidak akan membahayakan bagi masyarakat ataupun bangsanya serta tidak mengganggu kesejahteraan.

Pada bagian kedua rumusan tujuan pendidikan adalah membentuk warga Negara yang demokratis.

Jadi yang dikehendaki rumusan itu adalah warga Negara yang berjiwa demokratis dan sekaligus bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat serta tanah air. Setiap warga Negara harus bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakatnya. Jadi, setiap warga Negara harus susila, cakap, demokratis, bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Dengan demikian, pendidikan Indonesia berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat.

3. Pendidikan Manusia Seutuhnya

(13)

phyique, ap-pearance, intellegence, aptitudes, and characters traits. All thes contribute, although in varying degree, to a persons total quality that is, to the impression which he makes on the people. “

Kepribadian manusia ialah suatu perwujudan keseluruhan segi manusiawinya yang unik, lahir batindan dalam antar hubungannya dengan kehidupan sosial dan individualnya. Kepribadian, disamping satu perwujudan setiap manusia (yang dalam proses berkembang terus-menerus), juga suatu kualitas dan integritasyang diinginkan, yakni sebagai suatu derajat atau martabat manusia. Pengertian demikian, tersirat dalam ungkapan ia tidakmempunyai kepribadian. Padahal istilah dan konsepsi kepribadian, hanyalah satu konsep kejiwaan yang belum diberikan persyaratan dan predikat apapun. Dengan perkataan lain, istilah kepribadian dapat mengandung makna (diberi predikat) baik, ideal ataupun buruk, jahat, dan sebagainya.

Membahas pendidikan manusia seutuhnya, sebenarnya dalah menganalisa secara konsepsional (teoritis dan praktis) apa dan bagaimana perwujudan manusia seutuhnya itu. Konsepsi tradisional, seutuhnya (kebulatan) dimaksud ialah kebulaan atau integritas antara aspek jasmaniah dengan rohaniah; antara akal dengan keterampilan. Atau lebih luas sedikit yakni konsepsi kebulatan (keseimbangan) antara3 hs: head (akal), heart (hati nurani), dan hand (keterampilan). Ada pula teori ilmu jiwa daya (= Faculty psycology dari Hebart) yang mengatakan bahwa daya-daya jiwa seperti ingatan, pikiran, perasaan, tanggapan dan sebagainya, salig berasosiasi.

Manusia seutuhya sebagai satu konsepsi modern perlu kita analisa menurut pandangan (berdasarkan sistem nilai dan psikologi)sosio-budaya Indonesia. Untuk inilah pemikiran secara konsepsional perlu dirintis. Berdasarkan pikiran demikian dapat diuraikan konsepsi manusia seutuhnya itu secara mendasar, yakni mencakup pengertian:

1. Kebutuhan potensi subyek manusia sebagai subyek yang berkembang. 2. Keutuhan wawasan (orientasi) manusia sebagai subyek yang sadar nilai

(yang menghayati dan yakin akan cita-cita dan tujuan hidupnya).

B. TINJAUAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN DI INDONESIA

Hukum-Hukum Dasar Perkembangan Kejiwaan Manusia

Sejak proses terjadinya konsepsi sampai mati, anak akan mengalami perubahan karena bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan itu bersifat jasmaniah maupun kejiwaannya. Jadi sepanjang kehidupan manusia terjadi proses pertumbuhan yang terus menerus. Proses perubahan itu terjadi secara teratur dan terarah, yaitu ke arah kemajuan, bukan kemunduran.

(14)

yang selalu terjadi itu dimaksudkan agar orang di dalam kehidupannya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Lingkungan manusia terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

Lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar anak yang non manusia, sedangkan lingkungan sosial adalah semua orang yang ada dalam dunia kehidupan anak yakni orang yang bergaul dengan anak, melakukan kegiatan bersama atau bekerjasama. Tugas pendidikan yang terutama ialah memberikan bimbingan agar pertumbuhan anak dapat berlangsung secara wajar dan optimal. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan tentang hukum-hukum dasar perkembangan kejiwaan manusia agar tindakan pendidikan yang dilaksanakan berhasil guna dan berdaya guna. Beberapa hukum dasar yang perlu kita perhatikan dalam membimbing anak dalam proses pendidikan:

1. Tiap-tiap anak memiliki sifat kepribadian yang unik

Anak didik merupakan pribadi yang sedang bertumbuh dan berkembang. Apabila kita amati secara saksama, mungkin kita menghadapi dua orang anak didik yang tidak sama benar. Di samping memiliki kesamaan-kesamaan, tentu masing-masing memiliki sifat yang khas, yang hanya dimiliki olah diri masing-masing. Dikatakan bahwa tiap-tiap anak memilki sifat kepribadian yang unik; artinya anak memiliki sifat-sifat khas yang dimiliki oleh dirinya sendiri dan tidak dimiliki oleh anak yang lain. Keunikan sifat pribadi seseorang itu terbentuk karena peranan tiga faktor penting, yakni:

a. Keturunan (heredity)

Sejak terjadinya konsepsi yakni proses pembuahan sel telur oleh sel jantan, anak memperoleh warisan sifat-sifat pembawaan dari kedua orang tuanya yang merupakan potensi-potensi tertentu. Potensi ini relatif sudah terbentuk (fixed) yang sukar berubah baik melalui usaha kegiatan pendidikan maupun pemberian pengalaman. Beberapa ahli ilmu pengetahuan terutama ahli biologi menekankan pentingnya peranan faktor keturunan ini bagi pertumbuhan fisik, mental maupun sifat kepribadian yang diinginkan.

Pandangan ini nampaknya memang cocok untuk dunia hewan. Namun demikian dalam lingkungan kehidupan manusia biasanya potensi individu juga merupakan masalah penting. Sedang para ahli ilmu jiwa yang menekankan pentingnya lingkungan seseorang dalam pertumbuhannya cenderung mengecilkan makna pengaruh pembawaan ini (native endowment). Mereka lebih menekankan pentingnya penggunaan secara berdaya guna pengalaman sosial dan edukasioanal agar seseorang dapat bertumbuh secara sehat dan mengadakan penyesuaian hidup secara baik.

b. Lingkungan (environment)

(15)

pertumbuhan maupun yang menghambat pertumbuhan. Sama pentingnya dengan kondisi lingkungan fisik yang sudah disebutkan itu terhadap pertumbuhan anak adalah lingkungan sosial anak berupa sikap, prilaku orang-orang di sekitar anak.

Kebiasaan anak makan, berjalan, berpakaian itu bukan pembawaan, melaikan hal yang diperoleh dan dipelajari anak dari lingkungan sosialnya. Bahasa yang dipergunakan merupakan media penting untuk menyerap kebudayaan masyarakat dimana anak tinggal. Tidak saja makna harfiah kata yang terdapat dalam bahasa itu yang dipelajari melainkan juga asosiasi perasaan yang menyertai kata dalam perbuatan.

c. Diri (self)

Faktor penting yang sering diabaikan dalam memahami prinsip pertumbuhan anak ialah faktor self, yaitu kehidupan kejiwaan seseorang. Kehidupan kejiwaan itu terdiri atas perasaan, usaha, pikiran, pandangan, penilaian, keyakinan, sikap dan anggapan yang semuanya akan berpengaruh dalam membuat keputusan tentang tindakan sehari-hari. Apabila dapat dipahami self seseorang, maka dapat dipahami pula pola kehidupannya. Pengetahuan kita tentang pola hidup seseorang akan dapat membantu kita untuk memahami apa yang menjadi tujuan orang itu dibalik perbuatan yang dilakukan.

Seringkali kita menginterpretasikan pengaruh pembawaan dan lingkungan secara mekanis tanpa memperhitungkan faktor yang lain yang tidak kurang pentingnya bagi pertumbuhan anak yaitu self. Memang pengaruh pembawaan dan lingkungan bagi pertumbuhan anak saling berkaitan dan saling melengkapi, tetapi masalah pertumbuhan belum berakhir tanpa memperhitungkan peranan self; yakni bagaimana seseorang menggunakan potensi yang dimiliki dan lingkungannya.

Disinilah pemahaman tentang self atau pola hidup dapat membantu memahami seseorang. Self mempunyai pengaruh yang besar untuk meginterpretasikan kuatnya daya pembawaan dan kuatnya daya lingkungan.

Contoh ekstrim: ada anak cacat fisik beberapa fungsinya tetap berdaya guna, sedang anka cacat lain menggunakan kecacatannya sebagai suatu “excuse untuk ketidakmampuannya”. Ini tidak lain karena self. Self berinteraksi dengan pembawaan dan lingkungan yang membentuk pribadi seseorang.

2. Proses Pendidikan Autoaktifitas

Manusia merupakan makhluk yang aktif. Keaktifannya itu diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Di dalam diri seseorang terdapat kekuatan yang menjadi daya penggerak keaktifan yang disebut motivasi. Proses pendidikan merupakan salah satu aktifitas manusia. a. Motivasi

(16)

terdapat bermacam-macam motivasi yang mendasari perbuatan seseorang. Demikian halnya dengan kegiatan pendidikan. Misalnya apa yang mendorong seseorang menjalani pendidikan di perguruan tinggi itu macam-macam, misalnya :

1. Untuk memenuhi rasa ingin tahu;

2. Untuk memperoleh kedudukan yang lebih baik; 3. Untuk dapat mengungguli orang lain, dan sebagainya.

Besarnya tingkatan motivasi seseorang dengan orang lain tidak sama. Besarnya tingkatan motivasi itu hanya dapat kita amati pada efek perbuatan yang dihasilkan; yaitu dengan melihat dari beberapa aspeknya :

1. Seberapa besar tenaga yang dipergunakan.

2. Seberapa besar gigihnya usaha meskipun menghadapi bermacam-macam rintangan.

3. Seberapa banyak macam cara pendekatan yang dipergunakan untuk dapat mencapai yang diinginkan.

Kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi seseorang memilki tingkatan makna yang tidak sama. Menurut Maslow kebutuhan tertentu merupakan dasar kebutuhan yang lain. Kebutuhan tertentu itu harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum beralih kepada pemenuhan kebutuhan yang lain yang mempunyai makna lebih tinggi.

Menurut pandangan Maslow tentang motivasi ini, kebutuhan fisiologis yang paling kuat menuntut kepuasan. Apabila dorongan fisiologis telah terpenuhi, maka kebutuhan pada tingkat berikutnya muncul dan mendesak untuk dipenuhi yaitu kebutuhan untuk mendapatkan rasa aman (safety-needs) merupakan dorongan untuk menghindarkan diri atau menjauhkan diri dari bahaya yang mengancam atau dorongan mendapat perlindungan. Terpenuhinya kebutuhan rasa aman ini akan diikuti oleh motivasi untuk mendapatkan kasih sayang, untuk memiliki, untuk berteman, untuk menjadi bagian kelompok. Selangkah diatasnya adalah kebutuhan untuk dihargai, memperoleh respek orang lain, memperoleh kepercayaan, memperoleh pengaguman orang lain, dan memperoleh kepercayaan diri (self confidence) dan penghargaan diri (self respect), kalau kebutuhan ini telah terpenuhi motivasi diarahkan kepada aktualisasi diri (self actualization), selanjutnya kepada pemuasan dorongan untuk mengetahui dan mengerti dan dorongan yang paling akhir prioritas pemuasannya adalah kepekaan akan rasa keindahan dari segi manusianya, kelengkapannnya dan lingkungan hidupnya.

Menurut Maslow seseorang dinamakan “self actualized”apabila telah mempunyai kepekaan yang tinggi sebagai makhluk sosial yang mampu self motivating dan self managing (memotivasi diri sendiri dan mengendalikan diri). Untuk lebih memperoleh gambaran yang jelas mengenai hirarki kebutuhan menurut Maslow, perhatikanlah bagan berikut :

(17)

Hirarki kebutuhan sebagaimana yang dikemukakan di atas di dalam pemuasannya 4 hirarki di bawah, yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan memperoleh kasih sayang dan memiliki, kebutuhan memperoleh penghargaan, pemuasannya sangat tergantung kepada orang lain, sedang kebutuhan untuk mengaktualisasi diri, kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti, kebutuhan estetis kurang sekali tergantung kepada orang lain melainkan semakin tergantung kepada diri sendiri dan aspek “non manusia” dalam pemuasannya.

Terdapat dua jenis motivasi, yaitu motivasi internal (dari dalam) dan motivasi eksternal (dari luar).

a. Motivasi internal

Motivasi berpuncak dari dalam ataupun dari luar diri seseorang. Dalam pembelajaran, guru perlu tahu pada pelajarnya cenderung kearah motivasi yang timbul dari dalam ataupun dari luar diri mereka. Ini perlu supaya guru dapat bertindak dengan sewajarnya bagi memberikan rangsangan kepada pelajarnya supaya berusaha. Motivasi yang berpuncak dari dalam diri yaitu yang didorong oleh faktor kepuasan dan ingin tahu disebut ‘motivasi internal’.

Motivasi internal (dari dalam) melibatkan pelajar sebagai sebahagian daripada proses pembelajaran. Ia melibatkan perasaan ingin tahu mengenai sesuatu perkara dan melibatkan penggunaan praktikal perkara yang dipelajari. Dalam proses pengajaran dan pembelajaran, motivasi internal lebih terlibat dengan keperluan penghargaan kendiri. Dorongan dari dalam ialah kesediaan seseorang itu melakukan sesuatu tugas karena tugas itu sendiri yang menyebabkannya berasa menyenangkan dan puas hati.

(18)

Menurut Deci (1975), motivasi internal dapat diterangkan sebagai suatu keadaan psikologi yang diakibatkan apabila individu menganggap diri mereka berkebolehan dan dapat menentukan sesuatu dengan sendiri. Seseorang itu mengalami motivasi internal yang tinggi sekiranya dapat melakukan sesuatu yang digemari seperti memandu kereta, melawat tempat-tempat yang disukai, memilih tempat penginapan dan memilih makanan yang diidamkan.

b. Motivasi eksternal

Motivasi yang berpuncak dari luar yaitu apabila kita buat sesuatu bagi mendapatkan hadiah adalah ‘motivasi eksternal’. Ia melibatkan hadiah yang jelas dan nyata seperti memberi keistimewaan, penghargaan, pujian, persaingan dan sebagainya yang diberi untuk sesuatu pencapaian prestasi yang baik.

Motivasi dari luar boleh menjadi kurang berkesan karena penggunaannya mungkin disalah tafsirkan oleh pelajar. Ini berlaku karena pemberian hadiah ditakuti menjadi fokus dan objektif pembelajaran pelajar yang sebenar. Bagaimanapun motivasi ektrinsik yang berbentuk sederhana seperti memberi pujian dan penghargaan tetap berkesan karena ianya boleh memberi dorongan dan peneguhan positif yang memberangsangkan pelajar.

Tujuan motivasi ektrinsik ini ialah menggerakkan orang untuk melakukan sesuatu tingkah laku yang akan membawa faedah kepadanya. Motivasi eksternal diwujudkan daripada rangsangan dari luar dengan tujuan menggerakkan individu supaya melakukan sesuatu aktivitas yang membawa faedah kepadanya. Motivasi eksternal ini dapat dirangsang dalam bentuk-bentuk seperti pujian, insentif, hadiah, penghargaan dan membentuk suasana dan iklim sekitar yang kondusif bagi mendorongkan pelajar belajar. Contohnya, pujian yang diberikan oleh guru kepada seseorang pelajar karena kerjanya yang baik akan menyebabkan daya usaha pelajar itu meningkat. Peneguhan adalah suatu motivasi eksternal yang boleh memberi kesan kepada tingkah laku seseorang pelajar.

C. SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA 1. Pendidikan Indonesia di Masa Kerajaan

(19)

1) Kerajaan Hindu-Buddha

Pada abad ke-4 hingga abad ke-7 di wilayah Jawa Barat terdapat kerajaan bercorak Hindu-Budha yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I Ching mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Barat dan Semenanjung Melayu. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan dalam kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.

Pendidikan dimasa kerajaan dimulia dari kerajaan Sriwijaya. Pada kerajaan Mataram Kuno yang terletak/berpusat di Jawa Tengah, aktifitas pendidikannya:

1. Menterjemahkan buku-buku agama Budha

2. Menterjemahkan buku-buku lain ke bahasa Jawa kuno, umpamanya Ramayana.

3. Perguruan tinggi di masa Kerajaan Mataram kuno sudah meliputi: Fakultas Agama, Fakultas Sastra, Fakultas Bangunan/teknik bangunan.

2) Kerajaan Islam

Islam sebagai sebuah pemerintahan hadir di Indonesia sekitar abad ke-12, namun sebenarnya Islam sudah sudah masuk ke Indonesia pada abad 7 Masehi. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat sejak abad 7.

Menurut sumber-sumber Cina menjelang akhir perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab muslim di pesisir pantai Sumatera. Islam pun memberikan pengaruh kepada institusi politik yang ada. Hal ini nampak pada Tahun 100 H (718 M) Raja Sriwijaya Jambi yang bernama Srindravarman mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Kekhalifahan Bani Umayyah meminta dikirimkan da'i yang bisa menjelaskan Islam kepadanya.

(20)

menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Allah. Saya telah mengirimkan kepada anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.” Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula Hindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama 'Sribuza Islam'. Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi ditawan oleh Sriwijaya Palembang yang masih menganut Budha.

Islam terus mengokoh menjadi institusi politik yang mengemban Islam. Misalnya, sebuah kesultanan Islam bernama Kesultanan Peureulak didirikan pada 1 Muharram 225 H atau 12 November 839 M. Contoh lain adalah Kerajaan Ternate. Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun 1440. Rajanya seorang Muslim bernama Bayanullah.

Kesultanan Islam kemudian semikin menyebarkan ajaran-ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran, menggantikan Hindu sebagai kepercayaan utama pada akhir abad ke-16 di Jawa dan Sumatera. Hanya Bali yang tetap mempertahankan mayoritas Hindu. Di kepulauan-kepulauan di timur, rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam diketahui sudah aktif pada abad ke-16 dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan tersebut.

Penyebaran Islam dilakukan melalui hubungan perdagangan di luar Nusantara; hal ini, karena para penyebar dakwah atau mubaligh merupakan utusan dari pemerintahan Islam yang datang dari luar Indonesia, maka untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, para mubaligh ini bekerja melalui cara berdagang, para mubaligh inipun menyebarkan Islam kepada para pedagang dari penduduk asli, hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaan lah yang pertama mengadopsi agama baru tersebut. Kerajaan Islam penting termasuk di antaranya: Kerajaan Samudera Pasai, Kesultanan Banten yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara Eropa, Kerajaan Mataram, dan Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore di Maluku.

2. Sejarah Pendidikan pada Zaman Pendudukan Belanda Memasuki abad ke 16, bangsa Portugis datang ke Indonesia dengan tujuan perdagangan dan berusaha menyebarkan agama katolik. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendatang Portugis ini mendirikan sekolah yang bertujuan memberikan pendidikan baca, tulis, dan hitung sekaligus mempermudah penyebaran agama katolik.

Masuknya masa pendudukan Belanda membuat kegiatan belajar mengajar di sekolah milik pendatang Portugis menjadi terhenti.

(21)

melanjutkan apa yang dirintis oleh bangsa Portugis dengan mengaktifkan kembali beberapa sekolah berbasis keagamaan dan membangun sekolah baru di beberapa wilayah. Ambon menjadi tempat yang pertama dipilih oleh Belanda dan setiap tahunnya, beberapa penduduk Ambon dikirim ke Belanda untuk dididik menjadi guru. Memasuki tahun 1627, telah terdapat 16 sekolah yang memberikan pendidikan kepada sekitar 1300 siswa.

Setelah mengembangkan pendidikan di Ambon, Belanda memperluas pendidikan di pulau Jawa dengan mendirikan sekolah di Jakarta pada tahun 1617. Berbeda dengan Ambon, tidak diketahui apakah ada calon guru lulusan dari sekolah ini yang dikirim ke Jakarta. Lulusan dari sekolah tersebut dijanjikan bekerja di berbagai kantor administratif milik Belanda.

Memasuki abad ke 19, saat Van den Bosch menjabat Gubernur Jenderal, Belanda menerapkan sistem tanam paksa yang membutuhkan banyak tenaga ahli. Keadaan ini membuat Belanda mendirikan 20 sekolah untuk penduduk Indonesia di setiap ibukota karesidenan dimana pelajar hanya boleh berasal dari kalangan bangsawan. Ketika era tanam paksa berakhir dan memasuki masa politik etis, beberapa sekolah Belanda mulai menerima pelajar dari berbagai kalangan yang kemudian berkembang menjadi bernama Sekolah Rakjat.

Pada akhir era abad ke 19 dan awal abad ke 20, Belanda memperkenalkan sistem pendidikan formal bagi masyarakat Indonesia dengan struktur sebagai berikut.

1. ELS (Europeesche Lagere School) – Sekolah dasar bagi orang eropa. 2. HIS (Hollandsch-Inlandsche School) – Sekolah dasar bagi pribumi. 3. MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) – Sekolah menengah. 4. AMS (Algeme(e)ne Middelbare School) – Sekolah atas.

5. HBS (Hogere Burger School) – Pra-Universitas.

Memasuki abad ke 20, Belanda memperdalam pendidikan di Indonesia dengan mendirikan sejumlah perguruan tinggi bagi penduduk Indonesia di pulau Jawa. Beberapa perguruan tinggi tersebut adalah:

1. School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) – Sekolah kedokteran di Batavia.

2. Nederland-Indische Artsen School (NIAS) – Sekolah kedokteran di Surabaya.

3. Rechts Hoge School – Sekolah hukum di Batavia.

4. De Technische Hoges School (THS) – Sekolah teknik di Bandung.

PERKEMBANGANPOLITIK ETIS

(22)

simpatisan mendukung rakyat indonesia untuk disejahterakan juga, sebagai pekerja dan ditambah dengan dukungan dari orang-orang belanda sehingga menamabah para simpatisan yang peduli pada saat itu lalu lahirlah wacana dari belanda yang mengemukakan tentang Politik etis, dalam perkembangan politik etis sangat jelas terlihat bahwa politik etis yang diberikan belanda sangat pincang artinya berat sebelah atau sama saja, hanya menguntungkan belanda, tetapi para pekerja indonesia sudah puas diberi upah sedikit merasa sangat banyak, tetapi muncullah atau lahirlah golongan indonesia yang merubah segalanya.

Tumbuhan kesadaran perikemanusiaan dalam hubungan kolonial, yang melahirkan keinginan untuk memperatikan nasib rakyat pribumi menjadi program semua partai politik di Negeri Belanda. Pandangan itulah kemudian dikenalsebagai haluan etis, yang kemudian melahirkan politik etis adalah sebagai tanda alas budi atau berhutang budi terhadap bangsa Indonesia yang dikemukakan oleh belanda yang bernama Mr. C. Th Van Deventer sekitar tahun 1899, dan pada tahun 1900 pemerintah belanda menjalankan Politik etis tersebut .

Politik ini kemudian didukung oleh Politik Asosiasi yang memandang perlunya kerjasama yang erat antara golongan Eropa dan rakyat pribumi untuk kemajuan tanah jajahan. Sudah tentu kemajuan yang dimaksud itu adalah dalam rangka sistem kolonial. Akhirnya sikap paternal (membapaki) dalam politik Kolonial mulai tampak dalam pidato takhta Ratu Belanda pada tahun 1901, di mana dinyatakan bahwa, “Negeri belanda mempunyai kewajiban untuk mengusahakan kemakmuran serta perkembangan sosial dan otonomi dari penduduk Hindia”.

Politik etis mulai dilaksanakan dengan pemberian bantuan sebesar 40 juta gulden .Begitulah selama periode antara tahun 1900-1914 pemerintah kolonial mulai memperhatikan aspirasi rakyat indonsia yang menginginkan emansipasi dan kemerdekaan.

Pada tahun 1903 diumumkan Undang-Undang Desentralisasi yang menciptakan dewan-dewan lokal, yang mempunyai wewenang membuat peraturan-peraturan tentang pajak dan urusan-urusan bangunan umum (Sekarang di kelola Oleh PUTL). Pada tahun 1905 didirikan dewan kota di Jakarta, Jatinegara dan Bogor, dan sudah tentu mayoritas anggotanya orang Belanda. Dalam rangka desentralisasi ini, secara berangsur-angsur dibentuk provinsi dankabupaten sebagai daerah otonom.

Sejalan dengan kebijaksanaan tersebut diadakanlah dinas pertanian, perikanan, kerajinan, kesehatan dan peternakan.

(23)

Jawa, karena makin meluasnya daerah perkebunan dan bertambahnya penduduk, dilakukan transmigrasi. Mula-mula dan daerah Jawa Tengah ke ujung Jawa Timur untuk bekerja pada perkebunan tebu. Transmigran ke daerah luar Jawa dikirimkan sebagai tenaga kerja ke daerah-daerah perkebunan Sumatra Utara, khususnya di Deli, sedangkan tranmigran ke Lampung mempunyai tujuan untuk menetap. Sejak permulaan abad ini telah dilakukan perluasan pengajaran baik sekolah umum maupun kejuruan dalam berbagai tingkat. Begitupun beberapa jenis perguruan tinggi dibuka seperti:

1. Perguruan pertanian di Bogor (1902) 2. Perguruan tinggi hukum (1909).

Pada masa ini sekolah swasta mulai tumbuh dan berkembang dengan pesat. Untuk meningkatkan pertanian, pemerintah membangun sistem irigasi yang luas, seperti irigasi Brantas di Jawa Timur. Untuk kepentingan petani dan rakyat kecil didirikan bank-bank kredit pertanian, bank padi, bank simpanan dan rumah-rumah gadai. Koperasi juga didirikan, tetapi kurang mendapat kemajuan. Meskipun usaha ini tidak berhasil mendorong produksi pribumi, tetapi telah berhasil mendidik rakyat mengenai penggunaan uang.

Pergerakan Budi Utomo

Organisasi Budi Utomo (BU) didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 oleh para mahasiswa STOVIA di Batavia dengan Sutomo sebagai ketuanya. Terbentuknya organisasi tersebut atas ide dr. Wahidin Sudirohusodo yang sebelumnya telah berkeliling Jawa untuk menawarkan idenya membentuk Studiefounds.

Gagasan Studiesfounds bertujuan untuk

menghimpun dana guna memberikan beasiswa bagi pelajar yang berprestasi, namun tidak mampu melanjutnya studinya. Gagasan itu tidak terwujud, tetapi gagasan itu melahirkan Budi Utomo. Tujuan Budi Utomo adalah memajukan pengajaran dan kebudayaan. Tujuan tersebut ingin dicapai dengan usaha-usaha sebagai berikut:

1) memajukan pengajaran;

2) memajukan pertanian, peternakan dan perdagangan; 3) memajukan teknik dan industri

4) menghidupkan kembali kebudayaan.

Dilihat dari tujuannya, Budi Utomo bukan merupakan organisasi politik melainkan merupakan organisasi pelajar dengan pelajar STOVIA sebagai intinya. Sampai menjelang kongresnya yang pertama di Yogyakarta telah berdiri tujuh cabang Budi Utomo, yakni di Batavia, Bogor, Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya, dan Ponorogo.

(24)

Untuk mengonsolidasi diri (dengan dihadiri 7 cabangnya), Budi Utomo mengadakan kongres yang pertama di Yogyakarta pada tanggal 3-5 Oktober 1908. Kongres memutuskan hal-hal sebagai berikut:

1. Budi Utomo tidak ikut dalam mengadakan kegiatan politik.

2. Kegiatan Budi Utomo terutama ditujukan pada bidang pendidikan dan kebudayaan.

3. Ruang gerak Budi Utomo terbatas pada daerah Jawa dan Madura.

4. Memilih R.T. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar sebagai ketua.

5. Yogyakarta ditetapkan sebagai pusat organisasi.

Sampai dengan akhir tahun 1909, telah berdiri 40 cabang Budi Utomo dengan jumlah anggota mencapai 10.000 orang. Akan tetapi, dengan adanya kongres tersebut tampaknya terjadi pergeseran pimpinan dari generasi muda ke generasi tua. Banyak anggota muda yang menyingkir dari barisan depan, dan anggota Budi Utomo kebanyakan dari golongan priayi dan pegawai negeri. Dengan demikian, sifat protonasionalisme dari para pemimpin yang tampak pada awal berdirinya Budi Utomo terdesak ke belakang. Strategi perjuangan BU pada dasarnya bersifat kooperatif.

Mulai tahun 1912 dengan tampilnya Notodirjo sebagai ketua menggantikan R.T. Notokusumo, Budi Utomo ingin mengejar ketinggalannya. Akan tetapi, hasilnya tidak begitu besar karena pada saat itu telah muncul organisasi-organisasi nasional lainnya, seperti Sarekat Islam (SI) dan Indiche Partij (IP).

Namun demikian, Budi Utomo tetap mempunyai andil dan jasa yang besar dalam sejarah pergerakan nasional, yakni telah membuka jalan dan memelopori gerakan kebangsaan Indonesia. Itulah sebabnya tanggal 20 Mei ditetapkan sebagai hari Kebangkitan Nasional yang kita peringati setiap tahun hingga sekarang.

Jenis- jenis Sekolah

a) Pergerakan Muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912. Asas perjuangannya ialah Islam dan kebangsaan Indonesia, sifatnya nonpolitik. Muhammadiyah bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, dan sosial menuju kepada tercapainya kebahagiaan lahir batin. Tujuan Muhammadiyah ialah sebagai berikut:

a) Memajukan pendidikan dan pengajaran berdasarkan agama Islam;

(25)

Untuk mencapai tujuan tersebut, usaha yang dilakukan oleh Muhammadiyah adalah sebagai berikut:

1) mendirikan sekolah-sekolah yang berdasarkan agama Islam ( dari TK sampai dengan perguruan tinggi);

2) mendirikan poliklinik-poliklinik, rumah sakit, rumah yatim, dan masjid; 3) menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan.

Muhammadiyah berusaha untuk mengembalikan ajaran Islam sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadis. Itulah sebabnya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran agama Islam secara modern dan memperteguh keyakinan tentang agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenarnya. Kegiatan Muhammadiyah juga telah memperhatikan pendidikan wanita yang dinamakan Aisyiah, sedangkan untuk kepanduan disebut Hizbut Wathon ( HW ).

Sejak berdiri di Yogyakarta (1912) Muhammadiyah terus mengalami perkembangan yang pesat. Sampai tahun 1913, Muhammadiyah telah memiliki 267 cabang yang tersebar di Pulau Jawa. Pada tahun 1935, Muhammadiyah sudah mempunyai 710 cabang yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.

b) Kristiani

Kedatangan bangsa Barat ke berbagai belahan dunia, selain untuk perdagangan, juga untuk menyebarkan agama Kristen. Berbagai armada dagang Barat sering disertai dengan pendeta atau Pastor. Mereka memasuki daerah-daerah yang disinggahi dan membangun sekolah dan rumah sakit.

Masyarakat yang menganut agam Kristen setidaknya mengenal dua agama kristiani, yaitu agama Katolik dan Kristen Protestan. Kedua agama ini tumbuh di daerah Palestina dan menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia.

a. Agama Katolik

Pada tahun 1321, seorang pastor bernama Odorico de Pordone pernah singgah di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Dalam perjalanannya, ia juga pernah singgah di kerajaan Majapahit dan Bandar Lamuri di Aceh. Pada tahun 1347, seorang Pator lain bernama Joao de Marigolli juga pernah datang ke wilayah Indonesia. Ia menyinggahi Kerajaan Samudera Pasai.

Pada bulan Juni 1546, seorang pastor asal Spanyol bernama Fansiskus Xaverius datang bersama sebuah kapal dagang Portugis. Ia menyinggahi Malaka kemudian berkunjung ke daerah Ternate, Tidore, dan Halmahera. Di Jawa, vikaris apostolic telah dibentuk di Batavia pada tahun 1842. Hal ini diikuti dengan pembukaan sekolah dan rumah sakit Katolik.

(26)

bidang pendidikan. Hal ini ditunjukkan melalui sekolah guru yang ia dirikan pada tahun 1904 di Muntilan. Pendidirian sekolah guru bertujuan untuk membina guru-guru yang bersungguh-sungguh beragama Katolik dan diharapkan murid-muridnya kelak mampu mengajar di sekolah negeri. Sekolah yang didirikan Pastor Van Lith ini tidak hanya menerima murid-murid yang sudah beragama Katolik. Hal ini sebabkan kesadara Pastor Van Lith terhadap kesadaran Pastor Van Lith ini tidak hanya dibutuhkan oleh anak-anak katolik.

Pada tahun 1904, Pastor Van Lith menerima utusan dari penduduk daerah pedesaan Kalibawang untuk memberikan pelajaran agama. Keinginan penduduk desa diterima dengan baik oleh Pastor Van Lith yang mengajarkan agama dari desa ke desa. Sekolah guru yang didirikan pada tahun 1904 mencapai hasil yang baik. Hasil lulusannya dapat menjadi guru bantu yang dapat mengajar di sekolah dasar negeri Ongko Loro (tweede class, SD pribumi) dan sekolah rakyat latihan. Pada tahun 1906, lulusan sekolah guru berhak menjadi kepala sekolah negeri tingkat satu (Eeste Class).

Di beberapa daerah, para misionaris luar negeri mendirikan seminari-seminar. Tujuan seminari untuk mendidik calon-calon imm (pastor) pribumi, misionaris, dan biarawan. Imam-imam pribumi kemudian menjadi tulang punggung pembinaan dan pendamping umat daerah-daerah yang telah menganut agama Katolik. Sementara itu, kaum misionaris dan biarawan akan diutus ke daerah-daerah lain yang belum mengenal Katolik. Beberapa seminari di Indonesia adalah Seminari Petrus Kanisius di Mertoyudan (Magelang); Seminari Stella Maris di Bogor; serta Seminari Pius XII dan Seminari Yohanes Berkhamans di Flores.

b. Agama Kristen Protestan

Penyebaran agama Kristen Prostestan (lebih sering disebut agama Kristen saja) di Indonesia berlangsung setelah kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia. Pemerintahan Belanda pada awalnya membatasi pelayanan dan penyebaran agama Kristen karena dianggap mengganggu perdagangan. Akan tetapi, proses peyebaran agama Kristen akhirnya tetap berjalan juga.

Zending Protestan pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1831 dengan dua orang pendeta bernama Riedel dan Schwarz ke Minahasa. Pada tahun 1850 mereka membuka sebuah Kweekschool (sekolah pendidikan guru) di Tomohon dan pada tahun 1868 dibuka pula Sekolah Guru Injil (Hulpzendelingen).

(27)

Di kepulauan Sangihe dan Talaud bangsa Portugis telah lebih dahulu menyiarkan agama Kristen. Pekerjaan ini kemudian diambil alih dan diteruskan oleh bangsa Belanda di Ambon dan Maluku dipelopori antara lain oleh: J. Kam pada pertengahan abad ke 19 juga. Dia adalah utusan dari Nederlandse Zendinggenootschap tersebut. Kemudian mereka luaskan sampai ke pulau Buru. Adapun daerah Sulawesi Tengah dan Tenggara kristenisasi dilakukan oleh Bala Keselamatan atau Leger des Heils, sedang Gereformeerde Zendingbond mengirimkan pendeta Van Den Loodrecht ke Luwuk pada tahun 1913.

Di Bolaang Mongondow pengkristenan dilakukan oleh Nederlandse Zendinggenootsehap. Pada tahun 1904 seorang raja meminta kepada Zending itu untuk mendirikan sebuah H.l.S. di sana. Sekolah ini terlaksana pada tahun 1913. Perkumpulan De Nederlandse Zendingvereniging yang semula diberikan tugas mengkristenkan Jawa Barat, pada tahun 1915 juga beroperasi di Sulawesi Tenggara.

c) Taman Siswa

Sekembalinya dari tanah pengasingannya di Negeri Belanda (1919), Suwardi Suryaningrat menfokuskan perjuangannya dalam bidang pendidikan. Pada tanggal 3 Juli 1922 Suwardi Suryaningrat (lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara) berhasil mendirikan perguruan Taman Siswa di Yogyakarta. Dengan berdirinya Taman Siswa, Suwardi Suryaningrat memulai gerakan baru bukan lagi dalam bidang politik melainkan bidang pendidikan, yakni mendidik angkatan muda dengan jiwa kebangsaan Indonesia berdasarkan akar budaya bangsa.

Sekolah Taman Siswa dijadikan sarana untuk menyampaikan ideologi nasionalisme kebudayaan, perkembangan politik, dan juga digunakan untuk mendidik calon-calon pemimpin bangsa yang akan datang.

Dalam hal ini, sekolah merupakan wahana untuk meningkatkan derajat bangsa melalui pengajaran itu sendiri. Selain pengajaran bahasa (baik bahasa asing maupun bahasa Indonesia), pendidikan Taman Siswa juga memberikan pelajaran sejarah, seni, sastra (terutama sastra Jawa dan wayang), agama, pendidikan jasmani, dan keterampilan (pekerjaan tangan) merupakan kegiatan utama perguruan Taman Siswa.

Pendidikan Taman Siswa dilakukan dengan sistem "among" dengan pola belajar "asah, asih dan asuh". Dalam hal ini diwajibkan bagi para guru untuk bersikap dan berlaku "sebagai pemimpin" yakni di depan memberi contoh, di tengah dapat memberikan motivasi, dan di belakang dapat memberikan pengawasan yang berpengaruh. Prinsip pengajaran inilah yang kemudian dikenal dengan pola kepemimpinan "Ing ngarsa sung tulodho, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani". Pola kepemimpinan ini sampai sekarang masih menjadi ciri kepemimpinan nasional.

(28)

ditetapkan sebagai hari Pendidikan Nasional. Di samping itu, "Tut Wuri Handayani" sebagai semboyan terpatri dalam lambang Departemen Pendidikan Nasional.

d) Sekolah Kerja

Dari berbagai tempat datang permintaan supaya Angku M. Syafei mendirikan sekolah yang dicita-citakanya itu. Di Jakarta mendapat dukungan dari M.Thamrin dengan partainya, Kaum Betawi, Pastor Wabbe yang memimpin perguruan katholik serta Budi Utomo, di Ambon di Makasar, medan dan Ujung pandang. Sesudah dipertimbangkan maka pilihan jatuh untuk mendirikan di Sumatera Barat (Minangkabau), yang menjadi faktor pendorong adalah karena kebiasaan pemudanya yang suka merantau ketempat lain.Tetapi di Minangkabau sendiri menghadapai berbagai kendala karena disana sering terjadi pemberontakan dan udara politik yang hangat yang dihidupkan kaum politik dan islam.

Untuk mengatasi kendala itu dibuatlah kerjasama dengan perkumpulan pegawai kereta api dan tambang Ombilin yang dipimpin oleh ayahnya sendiri pada waktu di Sumatra Barat yang mendapat kepercayaan penuh dari pemerintah Hindia Belanda. Kerjasama itu berjalan dengan baik selama lebih dari 10 tahun , kemudian karena beban sekolah itu sudah bertambah banyak dan tidak dapat dipenuhi lagi oleh perkumpulan itu maka Tanggal 31 oktober 1926 diserahkan kepada M. Syafei untuk mengelolanya dengan tidak ada syarat apapun.

Ruang Pendidikan INS Kayutanam

Kayutanam adalah sebuah nama desa kecil di Sumatera Barat sedangkan INS sebuah lembaga pendidikan yang tersohor dengan nama RP Indonesche Nederlandsche School (Ruang Pendidikan INS) Kayutanam. RP INS kayutanam tahun 1926 memiliki 75 orang siswa terdiri atas dua kelas (1A dan 1B) dengan bahasa pengantar bahasa Indonesia. Gedung sekolah RP INS Kayutanam dibangun sendiri oleh siswa tahun 1927 terbuat dari bambu beratap rumbia.

(29)

Proses pemindahan dari Kayutanam ke Desa Palabihan selesai pada tahun 1939. Kemajuan terus tercapai dengan terbangunnya asrama dengan kapasitas 300 orang dan 3 perumahan guru, dengan jumlah ,murid 600 orang, asrama dilengkapi dengan satu ruang makan dan dapur, 1 restoran, 1 gedung koperasi, 1 lapangan tennis, 1 tempat berenang dan bersampan, 1 tambak ikan, taman bacaan, 1 tempat bersenam, 1 ruang ibadah, 1 workshop (ruang teori dan praktek), 1 pesanggerahan, 1 ruang auditorium (teater dan paneran), 1 kebun percobaan, 1 ruang peternakan, 2 buah rumah peranginan, 1 tribun lapangan bola dengan kamar pakaian, ruang musik, 1 politeknik dan 8 ruang belajar Kolom renang disini dimaksudkan untuk menumbuhkan jiwa watermindednes pada pelajar karena letak Indonesia yang dikelilingi oleh lautan dihalaman depan INS di Pelabihan terdapat tanah seluas 20 hektar milik R. Sjofjan Rassat yang kemudian diserahkan untuk pemeliharaan ternak kerbau kolektif dan sawah-sawah serta pemerahan susu, tumbuhan-tumbuhan disini mengenai getah, kelapa dan buah-biahan sedang dihalaman INS ditanami tanaman muda atau sayur.

Pemeindahan dan pembangunan INS menelan banyak biaya untuk keperluan itu Ibu Chalidjah megizinkan menjual sebagian perhiasannya seharga enam ribu gulden. Untuk membayar pelunasan dan biaya operasional INS ini diperoleh dari berbagai kerajinan tangan siswa dan kreatifitas lainnya seperti dengan menggelar Pertunjukan dengan tiket terjangkau, termasuk tidak menerima subsidi dari pihak manapun termasuk dari pemerintah Belanda.

Walaupun sebenarnya pihak Belanda bersedia memberikan segala macam bantuan tetapi semua bantuan itu dia tolak .Untuk engku M. Sjafei sendiri Belanda berusaha untuk membujuk beliu dengan berbagai macam kedudukan seperti menjadi asisten Lektor dalam Bahasa Indonesia di Universitas Leiden,menjadi Hoofdredaktur pada balai pustaka, serta menjadi Ajunct Inspektur pada pendidikan untuk anak-anak Bumiputra.Beliau lebih suka pada perguruan sendiri walaupun sulit tetapi merdeka. Tahun 31 oktober 1941 M.Sjafei berhenti sebagai orang yang mempunyai perguruan tersebut semua Inventarisnya diserahkan pada Nusa dan Bangsa Indonesia.

e) Kongres Pendidikan Nasional

Gerakan Guru pada Masa Perjuangan Kemerdekaan. Semangat nasionalisme sudah lama tumbuh di kalangan guru semenjak lahirnya kesadaran berorganisasi, kesadaran perjuangan nasional, kesadaran untuk menuntutpersamaan hak dan posisi dengan pihak belanda.

Usaha perjuangan nasib dan posisi guru berjalan terus. Hasilnya antara lain adalah kepala HIS yang dahuli selalu dipegang oleh orang belanda, satu persatu pindah ke tangan bangsa indonesia. Perjuangan ini akhirnya memuncak pada kesadaran dan cita – cita kemerdekaan bukan sekedar nasib belaka.

(30)

organisasi ini mengejutkan Belanda, karena nama Indonesia termasuk yang paling tidak desenangi oleh penjajah Belanda karena mencerminkan tumbuhnya semangat Nasionalisme.

Pada tahun 1938 atas usul Ki Hajar Dewanatara diadakan Kongres Pendidikan Nasional ( KPN ) denagn tugas pokok : mencari sistem pendidikan nasional. Akan tetapi sayang sebelu tugas pokok KPN selesai pecah perang dunia II.

Perang dunia 2 pecah pada tahun 1939. Setahun kemudian, negri Belanda diduduki tentara Jepang. Pada tahun 1941 semua guru laki-laki Belanda ditugaskan menjadi milisi, untuk mengatasi kekurangan guru di Indonesia. Pada zaman kedudukan Jepang keadaan berubah segala organisasi dilarang, sekolah ditutup. Segala kegiatan pendidikan dan politik membeku. Barulah menjelang Jepang takluk kepada tentara sekutu, sekolah dibuka kembali. 3. Pendidikan Indonesia pada Zaman Pendudukan Jepang

Memasuki masa pendudukan Jepang, sistem pendidikan Belanda dihentikan dan digantikan oleh sistem pendidikan dari Jepang. Jepang menyediakan sekolah rakyat (Kokumin Gakko) sebagai pendidikan dasar, sekolah menengah sebagai pendidikan menengah, dan sekolah kejuruan bagi guru.

Berbeda dengan sistem pendidikan Belanda yang dibatasi bagi kalangan tertentu, pendidikan yang diterapkan Jepang tersedia bagi semua kalangan.

Jepang melarang sekolah mengadakan pendidikan dalam bahasa Belanda. Mereka menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama diikuti bahasa Jepang sebagai bahasa kedua. Selain itu, Jepang juga banyak menanamkan ideologi mental kebangsaan dengan memberlakukan tradisi seperti menyanyikan lagu kebangsaan Jepang, senam bersama menggunakan lagu Jepang (taiso), mengibarkan bendera, dan penghormatan terhadap kaisar.

Sistem pendidikan pada masa pendudukan Jepang itu kemudian dapat diikhtisarkan sebagai berikut:

1. Pendidikan Dasar (Kokumin Gakko / Sekolah Rakyat). Lama studi 6 tahun. Termasuk SR adalah Sekolah Pertama yang merupakan konversi nama dari Sekolah dasar 3 atau 5 tahun bagi pribumi di masa Hindia Belanda.

2. Pendidikan Lanjutan. Terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah Pertama) dengan lama studi 3 tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah Tinggi) juga dengan lama studi 3 tahun.

3. Pendidikan Kejuruan. Mencakup sekolah lanjutan bersifat vokasional antara lain di bidang pertukangan, pelayaran, pendidikan, teknik, dan pertanian. 4. Pendidikan Tinggi.

(31)

Seisyin, yaitu latihan kemiliteran dan semangat Jepang; (3) Bahasa, sejarah dan adat-istiadat Jepang; (4) Ilmu bumi dengan perspektif geopolitis; serta (5) Olaharaga dan nyanyian Jepang.

Sementara untuk pembinaan kesiswaan, Jepang mewajibkan bagi setiap murid sekolah untuk rutin melakukan beberapa aktivitas berikut ini: (1) Menyanyikan lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo setiap pagi; (2) Mengibarkan bendera Jepang, Hinomura dan menghormat Kaisar Jepang, Tenno Heika setiap pagi; (3) Setiap pagi mereka juga harus melakukan Dai Toa, bersumpah setia kepada cita-cita Asia Raya; (4) Setiap pagi mereka juga diwajibkan melakukan Taiso, senam Jepang; (5) Melakukan latihan-latihan fisik dan militer; (6) Menjadikan bahasa Indonesia sebagai pengantar dalam pendidikan. Bahasa Jepang menjadi bahasa yang juga wajib diajarkan.

Kelemahan pendidikan zaman Jepang

1. Kerja bakti; kinrohosi, cari iles-iles : nama jarak cari besi tua 2. Bahasa Inggris dilarang : pengetahuan sempit

3. Latihan kemiliteran/ baris-berbaris : kyoren

4. Sejarah Pendidikan Indonesia a. Zaman Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka, Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) mengusulkan pembaruan pendidikan Indonesia. Ki Hajar Dewantara, yang saat itu menjabat Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Indonesia, membentuk Panitia

Penyelidik Pengajaran untuk menyediakan struktur, bahan pengajaran, dan rencana belajar di Indonesia. Kurikulum ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran bernegara dan bermasyarakat, meningkatkan pendidikan jasmani, dan pendidikan watak. Dari upaya tersebut, disusunlah kurikulum SR 1947 yang terdiri dari 15 mata pelajaran.

Memasuki era demokrasi liberal pada 1950, pelaksanaan pendidikan Indonesia diatur dalam UU no. 4 Tahun 1950 dan diperbarui menjadi UU no. 12 tahun 1954. Pendidikan dan pengajaran bertujuan membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Seiring dengan Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959, Indonesia kembali menggunakan UUD 1945 sebagai dasar negara. Meskipun demikian, perubahan ini tidak banyak mengubah sistem pendidikan yang telah berlangsung di Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

- Sikap, tindakan atau keputusan yang diambil oleh Direksi didalam menjalankan, mengarahkan dan mengendalikan kegiatan kerja tertentu atau menyelesaikan suatu

Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta yang telah menerapkan metode PBL pada mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I (KMBI) pada 8 sub pokok bahasan dan

Dari hasil penelitian tersebut, disimpulkan bahwa wisata malam di Yogyakarta telah memenuhi tiga aspek pertama yaitu kelayakan teknis, pasar dan pemasaran serta ekonomi,

Menunjuk dan memberi kuasa dengan hak substitusi kepada Direksi Perseroan untuk melakukan segala tindakan yang berhubungan dengan keputusan Rapat, termasuk namun

Modalitas bahasa Jepang menurut Sutedi (2011 : 99), merupakan kategori gramatikal yang digunakan pembicara dalam menyatakan suatu sikap terhadap sesuatu kepada lawan bicaranya,

Filosofi Pendidikan Katolik dalam Perspektif Filsafat Aristotelian Agustinus Wisnu Dewantara Pandangan Rasul Paulus tentang Gereja Persekutuan dan Relevansinya bagi Umat Katolik

Pengelolaan sampah sampah di RW 09, 10 dan 11 Kelurahan Bandarharjo belum dilakukan secara optimal baik oleh masyarakat maupun pemerintah terkait .Timbulan sampah

Dengan demikian implementasi sistem administrasi perpajakan modern yang terdiri dari modernisasi struktur organisasi, modernisasi prosedur organisasi, modernisasi strategi