• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS IMPLEMENTASI E VOTING DI INDONE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS IMPLEMENTASI E VOTING DI INDONE"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS IMPLEMENTASI E-VOTING DI INDONESIA

MAKALAH

Program Studi: Magister Teknik Elektro

Dosen: DR. Ir. Iwan Krisnadi, MBA

UNIVERSITAS MERCU BUANA

Diajukan Oleh:

ADNAN NULLAH HAKIM 55415110020

UNIVERSITAS MERCU BUANA

(2)

ANALISIS IMPLEMENTASI

E-VOTING

DI INDONESIA

Adnan Nullah Hakim

Magister Teknik Elektro – Universitas Mercubuana Jakarta E-mail: adnan.nullah@gmail.com

ABSTRAK

Indonesia adalah negara demokrasi yang menggunakan pemungutan suara untuk pemilihan anggota legislatif, presiden ataupun kepala daerah. Hingga saat ini kebanyakan metode yang digunakan dalam pemungutan suara masih menggunakan kertas suara yang mempunyai banyak kelemahan. E-voting merupakan salah satu solusi yang diharapkan dapat menutupi kekurangan yang terjadi pada saat pemungutan suara menggunakan kertas suara. Dalam implementasinya Badan Pengkajian dan Penerapan teknologi (BPPT) telah mengembangkan perangkat e-voting yang telah berhasil diimplementasikan untuk pemilihan kepala desa di beberapa kabupaten di Indonesia. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari implementasi e-voting di Indonesia dengan menggunakan analisis SWOT.

PENDAHULUAN

Ditengah semakin berkembangnya teknologi informasi dan sistem demokrasi di Indonesia, mayoritas proses pemungutan suara di Indonesia saat ini masih menggunakan teknik konvensional untuk pemilihan wakil rakyat, presiden maupun kepala daerah, yaitu dengan menggunakan kertas suara, proses tersebut dinilai mempunyai banyak kelemahan diantaranya adalah sebagai berikut [1] :

1. Banyak terjadi kesalahan dalam proses pendaftaran pemilih. Kesalahan ini terjadi karena sistem kependudukan yang masih belum berjalan dengan baik. Konsep penggunaan banyak kartu identitas menyebabkan banyaknya pemilih yang memiliki kartu suara lebih dari satu buah. Keadaan ini seringkali dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk meningkatkan jumlah suara pilihannya sehingga dapat memenangkan voting tersebut.

(3)

dinyatakan tidak sah. Pada tahapan verifikasi keabsahan dari kartu suara, sering terjadi kontroversi peraturan dan menyebabkan konflik di masyarakat.

3. Proses pengumpulan kartu suara yang berjalan lambat, karena perbedaan kecepatan pelaksanaan pemungutan suara di masing-masing daerah. Penyebab lainnya adalah kesulitan untuk memeriksa keabsahan dari sebuah kartu suara, sehingga pengumpulan tidak berjalan sesuai dengan rencana.

4. Proses penghitungan suara yang dilakukan di setiap daerah berjalan lambat karena proses tersebut harus menunggu semua kartu suara terkumpul terlebih dahulu. Keterlambatan yang terjadi pada proses pengumpulan, akan berimbas kepada proses penghitungan suara. Lebih jauh lagi, proses tabulasi dan pengumuman hasil penghitungan akan meleset dari perkiraan sebelumnya.

5. Keterlambatan dalam proses tabulasi hasil penghitungan suara dari daerah. Kendala utama dari proses tabulasi ini adalah kurangnya variasi metode pengumpulan hasil penghitungan suara. Hal ini disebabkan oleh masih lemahnya infrastruktur teknologi komunikasi di daerah. Oleh karena itu, seringkali pusat tabulasi harus menunggu data penghitungan yang dikirimkan dari daerah dalam jangka waktu yang lama. Akibat dari hal tersebut, maka pengumuman hasil voting

akan memakan waktu yang lama

6. Permasalahan yang terpenting adalah kurang terjaminnya kerahasiaan dari pilihan yang dibuat oleh seseorang. Banyak pemilih mengalami tekanan dan ancaman dari pihak tertentu untuk memberikan suara mereka kepada pihak tertentu. Lebih buruk lagi, terjadi “jual-beli suara“ di kalangan masyarakat tertentu, sehingga hasil voting

tidak mewakili kepentingan seluruh golongan masyarakat

Melihat dari banyaknya kelemahan-kelemahan dari sistem pemungutan suara konvensional, maka electronic voting (e-voting) dapat dijadikan solusi alternatif untuk diimplementasikan. E-voting sendiri memiliki pengertian Penggunaan teknologi komputer pada pelaksanaan voting atau pemungutan suara [2]. E-voting merupakan sebuah sistem yang memanfaatkan perangkat elektronik dan mengolah informasi digital untuk membuat surat suara, memberikan suara, menghitung perolehan suara, menayangkan perolehan suara dan memelihara serta menghasilkan jejak audit [3].

(4)

Mekanisme Teknik

Pemilih datang ke TPS (Voting at polling station)

Direct-Recording Electronic (DRE)  Optic Scanner

Pemilih tanpa harus datang ke TPS (Remote electronic voting)

 Internet

 SMS

 Telepon

IMPLEMENTASI

E-VOTING

DI INDONESIA

Penerapan e-voting di Indonesia telah dimulai di Kabupaten Jembrana untuk pemilihan kepala dusun [5] dan sampai akhir tahun 2015 ini dihasilkan lebih dari 250 Kepala desa hasil dari Pilkades elektronik (e-Voting) di 7 Kabupaten [6].

Teknologi e-voting yang telah berjalan selama ini dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menggunakan teknik DRE dimana sistem yang dikembangkan memiliki lima unsur perangkat, yaitu pembaca e-KTP, kartu V-token, pembaca kartu pintar (smart card reader), layar sentuh e-voting, dan printer kertas struk [7].

Gambar 1. Perangkat e-voting

(5)

1. Pemilih harus membawa e-KTP diverifikasi dengan pembaca e-KTP untuk memastikan kesesuaian data e-KTP dengan pemilih.

2. Setelah data sesuai, petugas mencocokkan nama pemilih pada daftar pemilih tetap online sebagai absensi pemilih.

3. Jika lolos dari dua verfikasi tersebut, pemilih diberikan V-token. Kartu ini berfungsi sebagai mengaktifkan e-voting.

4. V-token kemudian dimasukkan ke pembaca smartcard agar menampilkan surat suara virtual pada layar sentuh e-voting.

5. Setelah tampil surat suara calon, pemilih bisa memilih dengan menyentuh salah satu calon. Desktop nantinya akan memberi notifikasi 'ya' atau 'tidak' atas pilihan yang dimaksud. Jika sudah yakin, pemilih harus menekan enter atau ya. Pada tahap ini, pemilih bisa menyentuh pilihan 'tidak' jika ingin mengubah pilihan.

6. Setelah menentukan pilihan, pemilih akan mendapatkan kertas struk yang berupa kertas barcode. Ini sebagai bukti pemilih sudah memilih.

7. Kertas struk kemudian dimasukkan ke kotak audit. Fungsinya sebagai data pembanding jika terdapat kekeliruan jumlah pemilih yang memberikan suara.

Gambar 2. Proses e-voting [9]

REGULASI

E-VOTING

(6)

ada pada zaman orde baru, kemudian di era reformasi berkembang azas “JURDIL” yang merupakan singkatan Jujur dan Adil. Pemilukada dengan teknologi e-voting yang diusulkan BPPT diklaim sudah memenuhi semua azas pemilu luber jurdil di NKRI, di antaranya [8]:

1. Langsung: Pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakilkan. Keabsahan pemilih dapat dilakukan melalui card reader KTP -elektronik nasional yang kemudian dibandingkan dengan Daftar Pemilih Tetap (DPT) online. Pemilih yang mempunyai hak pilih, diberikan V-token berupa kartu pintar untuk mengaktifkan satu surat suara elektronik.

2. Umum : Pemilihan umum dapat diikuti seluruhwarga negara yang sudah memiliki hak pilih. Pemilih yang punya hak pilih pasti masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) atau Daftar pemilih tambahan.

3. Bebas: Pemilih memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Sistem dapat mengakomodasi pilihan pemilih berdasarkan pilihan yang tersedia dan memungkinkan pemilih untuk melakukan konfirmasi sesuai keinginannya, dan sebelum mengkonfirmasi masih ada kemungkinan untuk merubah pilihan sampai mengkonfirmasi dengan pasti pilihannya.

4. Rahasia: Suara yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia dan hanya diketahui oleh si pemilih itu sendiri. Sistem memberikan jaminan bahwa setiap hak suara yang diberikan tidak dapat dikaitkan dengan identitas pemilih. Identitas pemilih tidak terekam dalam sistem. Suara yang dihasilkan tidak mengandung identifikasi pemilih, dan perangkat tidak terhubung ke jaringan apapun selama proses pemungutan suara berlangsung.

(7)

pilihan pemilih. Struk audit tersebut diverifikasi pemilih sebelum dimasukkan ke dalam kotak audit.

6. Adil: Perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan pemilih, tanpa ada pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta atau pemilih tertentu. Setiap penduduk desa yang memiliki Kartu Tanda Penduduk yang sah dapat mengikuti proses pemilihan di TPS mana saja dengan menggunakan DPT online berdasarkan NIK.

Secara nasional e-voting sudah menjadi alternatif implementasinya dalam pemilihan kepala daerah secara serentak sesuai UU No.8 Tahun 2015 dengan latar belakang karena memudahkan pemilih, akurasi dalam penghitungan dan efektif dalam penyelenggaraan [6]. Selain itu terdapat payung hukum untuk menggunakan e-voting

dalam pemungutan suara diantaranya sebagai berikut [10]:

1. Amar Putusan Mahkamah Konstitusi No. 147/PUU-VII/2009 tanggal 30 Maret 2010

o ”Mencoblos / Mencentang” dapat diartikan pula menggunakan metode e-voting dengan syarat kumulatif sebagai berikut:

 tidak melanggar asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil;

 daerah yang menerapkan metode e-voting sudah siap dari sisi teknologi,

pembiayaan, sumber daya manusia maupun perangkat lunaknya, kesiapan masyarakat di daerah yang bersangkutan, serta persyaratan lain yang diperlukan;

2. UU No 11 Tahun 2008 - UU Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)

o Pasal 5 : Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah dan merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan hukum acara yang berlaku di Indonesia

3. RUU Pemilukada

o Pasal 109 : Pemberian suara untuk Pemilihan Bupati/walikota dapat dilakukan dengan cara :

(8)

o Pasal 85 ayat 1 : Pemberian suara untuk Pemilihan dapat dilakukan dengan cara: :

a. memberi tanda satu kali pada surat suara; atau

b. memberi suara melalui peralatan Pemilihan suara secara elektronik.

o Pasal 85 ayat 2 : Pemberian tanda satu kali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan berdasarkan prinsip memudahkan Pemilih, akurasi dalam penghitungan suara, dan efisiensi dalam penyelenggaraan Pemilihan.

o Pasal 85 ayat 3 : Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan KPU.

ANALISIS SWOT

Model yang digunakan dalam memberikan gambaran deskriptif dalam implementasi e-voting adalah dengan SWOT yang merupakan singkatan dari Srengths (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunities (Peluang) dan Threats (Ancaman). Analisis SWOT ini digunakan untuk membantu mengidentifikasi isu-isu internal maupun eksternal dalam implementasi e-voting seperti ditampilkan tabel berikut:

STRENGTHS

 Efisien dan efektif

 Akurasi penghitungan suara tinggi  Tidak ada duplikasi data pemilih  Pengetahuan masyarakat mengenai

TIK masih rendah

(9)

e-voting maka beberapa proses yang rumit sebelumnya dapat dilakukan dengan singkat karena proses yang ditangani secara otomatis oleh sistem.

2. Tidak ada duplikasi data pemilih

Dengan sistem verifikasi menggunakan e-KTP, maka setiap orang hanya memiliki satu hak suara sehingga diharapkan tidak ada lagi kisruh mengenai DPT dan juga tidak ada celah bagi pihak-pihak tertentu yang ingin meningkatkan jumlah suara pilihannya.

3. Hasil penghitungan suara sangat akurat

Hasil penghitungan suara menggunakan e-voting jauh lebih akurat daripada penghitungan manual karena seluruh faktor-faktor akibat kesalahan manusia pada saat penghitungan suara dapat dihilangkan.

4. Tidak ada suara rusak

Karena sistem e-voting tidak menggunakan kertas suara maka tidak ada lagi perdebatan mengenai sah atau tidaknya suara karena surat suara rusak sehingga persaingan lebih fair.

5. Penghitungan suara lebih cepat

Dengan e-voting data penghitungan suara dari TPS langsung dikirim ke pusat tabulasi data sehingga hasil penghitungan suara dapat diketahui tidak lama setelah proses pemungutan suara selesai.

WEAKNESS (KELEMAHAN)

1. Bergantung dengan e-KTP

E-KTP digunakan sebagai syarat yang digunakan pada saat verifikasi sebelum melakukan pemungutan suara, sehingga dengan belum tuntasnya penyediaan e-KTP bagi seluruh masyarakat, maka dikhawatirkan sistem e-voting ini belum dapat berjalan sepenuhnya, karena jika pemungutan suara masih menggunakan daftar Pemilih Tetap (DPT) maka kecurangan atau kericuhan karena masalah DPT masih mungkin akan terjadi.

2. Infrastruktur yang kurang memadai

Agar sistem e-voting dapat berjalan dengan baik maka diperlukan infrastruktur yang baik seperti pasokan listrik, teknologi komunikasi dan lain sebagainya. Namun hingga saat ini masih banyak desa dan kecamatan di Indonesia dimana infrastruktur tersebut masih kurang memadai.

(10)

Masih banyaknya masyarakat Indonesia yang belum familiar dengan teknologi informasi menjadi salah satu kendala tersendiri, oleh sebab itu sangat penting dilakukan sosialisi dan simulasi sebelum proses pemungutan suara dilakukan.

OPPORTUNITIES (PELUANG)

1. Meningkatkan partisipasi pemilih

E-voting berpotensi meningkatkan antusiasme warga dalam proses pemungutan suara sehingga diharapkan meningkatnya jumlah partisipasi pemilih dan jumlah suara.

2. Menghemat biaya pemungutan suara dalam jangka panjang

Penghematan terjadi karena peralatan-peralatan pada sistem e-voting dapat digunakan berkali-kali, berkurangnya waktu pekerja pemungutan suara serta tidak adanya biaya produksi dan distribusi surat suara.

THREATS (ANCAMAN)

1. Keamanan data

Keamanan data hasil pemungutan suara yang tersimpan pada pusat tabulasi suara harus terjamin dengan baik, karena terdapat ancaman dari pihak luar yang ingin meretas sistem maupun dari pihak dalam yang mempunyai hak istimewa untuk manipulasi data tersebut.

2. Keamanan jaringan

Karena data yang dikirim dari TPS ke pusat tabulasi menggunakan jaringan, maka keamanan jaringan juga harus diperhatikan agar tidak ada data dari luar yang menyusup masuk ke dalam jaringan tersebut.

3. Ketidakpercayaan masyarakat

Ketidakpercayaan masyarakat terhadap hasil penghitungan suara karena kecurigaan data dimanipulasi oleh pihak tertentu dapat menyebabkan kekacauan dan konflik di masyarakat.

4. Kegagalan sistem

(11)

listrik. Oleh sebab itu perlu dilakukan langkah antisipasi sebaik mungkin dan menyiapkan solusi apabila kegagalan sistem tersebut terjadi.

KESIMPULAN

Dengan perkembangan teknologi informasi dan internet di Indonesia maka sistem

e-voting yang sudah dikembangkan BPPT ini dapat diterapkan di Indonesia untuk pemilihan legislatif, kepala daerah maupun presiden dengan syarat seluruh masyarakat sudah memiliki e-KTP. Dari hasil analisa penerapan e-voting di Indonesia terdapat sejumlah manfaat yang diharapkan dapat mengurangi kelemahan-kelemahan sistem pemungutan suara menggunakan kertas suara, walaupun masih terdapat ancaman pada sistem e-voting ini terutama dalam masalah keamanan.

SARAN

Guna meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem e-voting yang sudah dikembangkan BPPT, maka diperlukan pengenalan sistem tersebut melalui sosialisasi dan simulasi kepada seluruh masyarakat, selain itu perlu diperbanyak pula implementasi langsung yang dimulai dari tingkat pemilihan kepala desa sehingga diharapkan penggunaan teknologi pada proses pemungutan suara dengan e-voting

akan membawa kehidupan demorkasi yang lebih baik di masa mendatang.

REFERENSI

[1] Azhari, R. (2005), “E-voting”, Makalah, Fakultas Ilmu Komputer, UI, Jakarta. [2] Neyman, S, N,. dkk. (2013), “Penerapan Sistem E-voting pada Pemilihan Kepala

Daerah di Indonesia”, Jurnal Sains Terapan Edisi III Vol-3 (1) hal : 45 – 61.

[3] BPPT. “E-VOTING DALAM KACAMATA KEBIJAKAN DAN PENGAWASAN”,

www.bppt.go.id diakses tanggal 28 Oktober 2015.

[4] Matej Travnícek. (2014), “Electronic Voting: To Have, Or Not To Have?”, European Scientific Journal February 2014 SPECIAL edition vol.3 ISSN: 1857 – 7881.

(12)

[6] BPPT. “BPPT Dorong Cita-Cita Presiden RI Lewat e-Nawacita”, www.bppt.go.id

diakses tanggal 28 Oktober 2015.

[7] BPPT. “E Voting, Demokrasi Di Ujung Jari (II)”, www.bppt.go.id diakses tanggal 28 Oktober 2015.

[8] BPPT. “E Voting, Pilkada Langsung dengan e-Voting, Kenapa Tidak?”,

www.bppt.go.id diakses tanggal 28 Oktober 2015.

[9] Riza, Hammam, A. Grahitandaru, B. Prasetyo, S. Saraswati W.W., F.Ba’abdullah, K. Supriatna, A. Santosa, Samargi, F. Ayuningtyas, dan M.D. Wahyu,. (2012). “Pengembangan Standar Keamanan Bagi Aplikasi dan Sistem E-Voting Nasional,” Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi, BPPT, Jakarta.

Gambar

Gambar 1. Perangkat e-voting
Gambar 2. Proses e-voting [9]

Referensi

Dokumen terkait

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan dalam “Undang -undang Republik Indonesia Nomor 20

Kondisi lahan pertanian di area perladangan Lau Pirik Pintun Besi (Zona Merah). Universitas

Dengan memperhatikan hasil analisis dan pembahasan diatas, maka saran-saran yang dapat diberikan kepada perusahaan bahwa perusahaan sebaiknya meningkatkan kemampuan karyawan

Gambar SEM (a) logam nikel dari penelitian Edouard Asselin, Akram Alfantazi, dan Steven Rogak saat melakukan analisa korosi suhu tinggi akibat oksidasi berbentuk

Pengertian rumah susun sederhana sewa, yang selanjutnya disebut rusunawa berdasarkan PERMEN No.14/2007 tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa adalah

Dengan mengetahui nilai rata-rata INP pada setiap tingkat pertumbuhan vegetasi mangrove yang terdapat di Desa Khatulistiwa, selanjutnya ditentukan nilai dari potensi

Dari berbagai pengertian diare diatas dapat disimpulkan bahwa, diare merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali

independen yang keempat dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor pengguna diterapkan dengan baik oleh oleh pemda- pemda di