• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Pemerintah Terhadap Pembentuka (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kebijakan Pemerintah Terhadap Pembentuka (1)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Kebijakan Pemerintah Terhadap Pembentukan

Undang

Undang Tentang Pangan Dalam Program

Legislasi Nasional

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Politik Hukum

Oleh: Devid Akbar H 110620170003

Dosen:

Prof. Dr. H. Rukmana Amanwinata,S.H.,M.H

Dr.Hernadi Affandi, S.H.,LL.M

PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

(2)

1 A. Pendahuluan

Dalam kehidupan manusia tidak lepas dari unsur – unsur pangan karena

merupakan kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup, ketahanan pangan

merupakan hal yang sangat penting dan strategis, serta menjadi salah satu faktor

penentu dalam stabilitas nasional suatu negara, baik di bidang ekonomi,keamanan,

politik dan social pemerintah telah mengikrarkan kemauan politik dan komitmennya

untuk mencapai ketahanan pangan dan melanjutkan upaya penghapusan kelaparan

terhadap masyarakat Indonesia, karena pangan merupakan bagian penting dalam hak

asasi manusia.1

Penyelenggaraan pangan di Indonesia didasarkan atas asas kedaulatan, kemandirian,

ketahanan, keamanan, manfaat, pemerataan, berkelanjutan dan keadilan. Dengan

berbagai asas tersebut, perlu berbagai upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah

dalam menjamin pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Pangan

merupakan komoiditas ekonomi yang mana terkait dengan peluang pasar dan

peningkatan daya saing yang berasal dari keunggulan kualitas dengan penerapan

teknologi yang inovatif.

Pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat Indonesia sangatlah beragam.

Dengan melihat kebutuhan pangan yang sangat beragam, tentu dapat dikatakan

bahwa permintaan akan pangan di Indonesia semakin meningkat. Indonesia memiliki

potensial cukup tinggi diliat dari wilayah Indonesia yang kaya akan tumbuhan dan

alam yang berlimpah.

Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia ditegaskan oleh Undang- Undang

Pangan Nomor 18 Tahun 2012 pengganti Undang-Undang Pangan Nomor 7 Tahun

1996, yang dibangun berlandaskan kedaulatan dan kemandirian pangan. Hal ini

menggambarkan bahwa apabila suatu negara tidak mandiri dalam pemenuhan

pangan, maka kedaulatan negara bisa terancam. Undang-Undang Pangan ini

1

(3)

2 menekankan pada pemenuhan kebutuhan pangan di tingkat perorangan, dengan

memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial,ekonomi dan kearifan lokal

secara bermanfaat. Gagasan diversifikasi pangan sebenarnya bukan merupakan hal

baru.Slogan diversifikasi pangan bahkan telah dicanangkan sejak tahun 1970, jauh

sebelum kita meraih swasembada beras. Bahkan pada Repelita IV, pemerintahan

Orde Baru memberikan perhatian cukup besar terhadap diversifikasi dengan

menempatkannya pada urutan teratas program di sektor pertanian, baru kemudian

diikuti intensifikasi, ekstensifikasi, dan rehabilitasi. Namun dalam perjalanannya,

pemerintah Orde Baru justru lebih menekankan pentingnya swasembada beras, yang

kini telanjur menjadi konsumsi pangan pokok mayoritas masyarakat Indonesia.

Hukum adalah kehendak dari penguasa, hal ini sesuai dengan apa yang jelaskan oleh

Lili Rasyidi dan Ira Rasyidi yang dikutip dari Relasi Hukum dan Politik dalam

Pembentukan peraturan perundang-undangan di suatu negara mungkin akan memiliki

perbedaan dengan di negara lainnya. Demikian pula halnya terkait dengan proses

pembentukannya, tata cara pengajuannya, tata cara pembahasannya, tata cara

pengesahannya, tata cara pengundangannya, dan sebagainya.2

Di Indonesia sendiri untuk merancang/merencanakan dan menyusun pembentukan

suatu peraturan perundang-undangan dilakukan melalui program legislasi nasional (

prolegnas ), termasuk dalam hal ini untuk merencanakan pembentukan dan

penyusunan peraturan perundang-undangan tentang hukum tenaga kesehatan. Melihat

uraian diatas, mengingat begitu pentingnya pembentukan peraturan

perundang-undangan tentang tenaga kesehatan yang bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan

masyarakat dalam bidang ketahanan pangan yang meliputi kesehatan fisik dan

nonfisik. Maka perencanaan pembentukan hukum ketahanan pangan nasional perlu

dimasukan dalam program legislasi nasional untuk dilakukan perencanaan

pembentukan undang-undangnya.

2

(4)

3 Istilah program legislasi nasional ( prolegnas) baru muncul pada tahun 1970an,

terutama setelah diselenggarakannya kegiatan lokakarya yang dislenggarakan oleh

badan pembinaan hukum nasional (BPHN). Namun demikian, istilah tersebut belum

merupakan suatu istilah seperti dikenal kemudian. Istilah prilegnas tersebut lebih

merupakan istilah praktik pembentukan undang-undang belum merupakan suatu

perencanaan pembentukan undang-undang. Kehadiran prolegnas sebagai suatu

perencanaaan di bidang pembentukan peraturan undang-undang lebih menunjukan

urgensinya dengan dikeluarkannya undang-undang nomor 25 tahun 2005 tentang

program pembangunan nasional.

Peraturan perundang-undangan tidak akan hadir dengan sendirinya tanpa ada

lembaga pembentuknya. Demikian pula halnya, lembaga pembentukan peraturan

perundang-undangan juga tidak akan berperan penting apabila tidak membentuk

peraturan perundang-undangan. Dengan demikian antara pembentukan peraturan

perundang-undangan dengan lembaga pembentukannya akan selalu berkaitan. Hal ini

pula yang membedakan peraturan perundang-undangan dengan bentuk hukum lain

yang tidak tertulis, seperti hukum adat atau hukum kebiasaan.

Dalam menentukan arah dan tujuan pembentukan suatu peraturan perundang

undangan atau produk hukum dalam ketahanan nasional untuk mendapatkan

perlindungan bagi produsen dan konsumen yang optimal untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dan kestabilan iklim

politik pada suatu Negara itu sendiri. Selain itu pengaruh perkembangan kehidupan

dimasyarakat juga akan mempengaruhi produk hukum yang dihasilkan karena pada

intinya bertujuan untuk kepentingan dan melindungi masyarakat itu sendiri. Tujuan

memberikan pasokan pangan yang merupakan kebutuhan manusia untuk mencapai

kesejahteraan masyarakat yang tertuang dalam undang-undang dasar tahun 1945,

yang dalam hal ini tidak membeda - bedakan kedudukan masyarakat itu sendiri

dimata hukum untuk mendapatkan hak yang sama.

Sistem Hukum Indonesia dalam arti perintah dari mereka yang memiliki

(5)

4 hukum dan politik memiliki akar sejarah panjang dalam ilmu hukum. Bagi kalangan

penganut positivism hukum seperti John Austin, hukum adalah tidak lain dari produk

politik atau kekuasaan. Pada sisi lain, pandangan berbeda datang dari kalangan aliran

sejarah dalam ilmu hukum, yang melihat hukum tidak dari dogmatika hukum dan

undang-undang semata, akan tetapi dari kenyataan sosial yang ada dalam masyarakat

dan berpandangan bahwa hukum itu tergantung pada penerimaan umum dalam

masyarakat dan setiap kelompok menciptakan hukum yang hidup.3

Hikmahanto Juwana dalam Politik Hukum Undang - Undang Bidang Ekonomi di

Indonesia, membagi politik hukum dalam dua dimensi. Pertama, politik hukum yang

menjadi alasan dasar dari diadakannya suatu peraturan perundang-undangan.

Kedua, politik hukum adalah tujuan atau alasan yang muncul di balik pemberlakuan

suatu peraturan perundang-undangan. Dewasa ini perkembangan politik hukum

masuk ke berbagai kegiatan pemerintahan termasuk mengenai Pangan, pengertian

pangan sendiri menurut Nur dan Sunarti Menurutnya, salah satu usaha yang dapat

meningkatkan ketersediaan pangan adalah dengan memanfaatkan hasil pertanian,

seperti ketersediaan umbi-umbian yang dapat menjadi alternatif dalam memenuhi

bahan pangan penduduk yang mengandung karbohidrat tinggi, Kebutuhan pangan

nasional terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, sehingga

mengaharuskan produksi pertanian untuk terus ditingkatkan.

Berbagai upaya terus dilakukan termasuk kebijakan ketahanan pangan berbasis

sumber daya lokal. Secara normatif, untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan

sumber utama pasokan pangan harus dapat diproduksi sendiri hingga ke tingkat

rumah tangga Sementara itu, sektor pertanian sebagai tumpuan utama dalam

memenuhi kebutuhan pangan nasional kini kondisinya semakin terpuruk. Hal ini

dapat dilihat dari semakin meningkatnya jumlah penduduk yang berarti pula semakin

meningkatnya jumlah kebutuhan pangan nasional, sedangkan sektor pertanian

3

(6)

5 semakin terpuruk sebagai akibat semakin rendahnya daya dukung lingkungan. Oleh

karena itu, paradigma pembangunan pertanian dalam rangka ketahanan pangan

nasional lebih dititik beratkan pada pertanian berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan dan lebih memusatkan pada keanekaragaman sumber pangan.4

Dalam perkembangannya Politik hukum adalah legal policy yang akan atau telah

dilaksanakan secara nasional oleh pemerintahan Indonesia yang meliputi : pertama,

pembangunan hukum yang berintikan pembuatan dan pembaruan terhadap materi –

materi hukum agar dapat sesuai dengan kebutuhan; kedua, pelaksanaan ketentuan

hukum yang telah ada termasuk penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para

penegak hukum. Dari pengertian di atas terlihat politik hukum mencakup proses

pembuatan dan pelaksanaan hukum yang dapat menunjukan sifat dan ke arah mana

hukum akan dibangun dan ditegakkan, menurut Satjipto Raharjo Politik hukum

adalah aktivitas memilih suatu tujuan social tertentu dan keharusan untuk

menentukan suatu pilihan mengenai tujuan maupun cara – cara yang hendak dicapai

untuk mencapai tujuan tersebut sedangkan menurut Padma Wahjono adalah kebijakan

dasar yang menentukan arah, bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk

kebijakan penyelenggaraan Negara yang bersifat mendasar dalam menentukan

arah,bentuk, maupun isi dari hukum yang akan dibentuk.5

Maka, atas apa yang ditulis diatas Penulisan hukum ini akan membahas “ Kebijakan

Pemerintah Terhadap Pembentukan Undang – Undang Tentang Pangan Dalam

Program Legislasi Nasional ”.

4E.S. Beranang. 2012. “Jagungku Pendukung Kemandirian Pangan di Flores Timur”. Prosiding Seminar Nasional, Surakarta : Fakultas Pertanian UNS, April 2012.

5

(7)

6 B. Indetifikasi Masalah

1. Bagaimana peranan pemerintah terhadap ketahanan pangan nasional.

2. Bagaimana perkembangan politik hukum untuk mencapai ketahan pangan

nasional

C. Pembahasan

Peranan pemerintah terhadap ketahanan pangan nasional

Tujuan nasional menjadi pokok pikiran ketahanan ekonomi nasional karena

sesuatu organisasi dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan akan selalu

berhadapan dengan masalah-masalah internal dan eksternal sehingga perlu kondisi

yang siap menghadapi. Ketahanan ekonomi nasional adalah suatu kondisi dinamis

suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk

mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala macam dan bentuk

ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik yang datang dari dalam maupun

dari luar, secara langsung maupun yang tidak langsung yang mengancam dan

membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta

perjuangan dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional. Menurut mochtar

kusumaatmadja suatu konsep atau tujuan nasional harus berdasarkan ketertiban

karena ketertiban tujuan pokok dan pertama dari segala hukum, kebutuhan terhadap

ketertiban ini syarat pokok (fundamental) bagi adanya suatu masyarakat manusia

yang teratur.6

Konsepsi ketahanan ekonomi nasional Indonesia adalah konsepsi

pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan

kesejahteraan dan keamanan yang seimbang, serasi dalam seluruh aspek kehidupan

secara utuh dan menyeluruh yang berlandaskan Pancasila, Undang – Undang 1945

6

(8)

7 dan Wawasan Nusantara. Termasuk didialamnya dalam hal memajukan pertahanan

keamanan yang didukung dari adanya upaya untuk memajukan ketahanan pangan.

Ketahanan pangan seringkali diidentikkan dengan suatu keadaan dimana

pangan tersedia bagi setiap individu setiap saat dimana saja baik secara fisik, maupun

ekonomi. Ada tiga aspek yang menjadi indikator ketahanan pangan suatu wilayah,

yaitu sektor ketersediaan pangan, stabilitas ekonomi (harga) pangan, dan akses fisik

maupun ekonomi bagi setiap individu untuk mendapatkan pangan . Ketahanan

pangan mencerminkan ketersediaan bahan makanan yang cukup, sama dalam jumlah

maupun kualitas dan berbagai bahan makanan yang dapat digunakan. Menurut World

Food Confrence on Human Right (1993) dan World Food Summit (1996) ketahanan

pangan adalah kondisi terpenuhinya keperluan zat setiap individu dalam jumlah dan

kualitas, agar dapat hidup aktif dan selalu sehat serta sesuai dengan kondisi budaya

tempat tinggal. Bertitik tolak dari definisi diatas, persoalan jaminan ketahanan pangan

tidak hanya sebatas bagaimana pencapaian pengeluaran pertanian oleh suatu negara

atau daerah secara kuantitas mampu mencukupi keperluan masyarakat, namun yang

lebih penting adalah merupakan persoalan yang lebih kompleks, yang memiliki

perspektif pembangunan dan ekonomi politik.

Ketahanan pangan dipandang sebagai hal yang sangat penting dalam

rangka Pembangunan nasional untuk membentuk manusia Indonesia berkualitas,

mandiri, dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diwujudkan

ketersediaan pangan yang cukup, aman, bermutu, bergizi dan beragam serta tersebar

merata di seluruh wilayah Indonesia dan terjangkau oleh daya beli masyarakat

Ketahanan pangan menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996, diartikan sebagai

kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya

pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang

diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi

(9)

8 lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan

makanan atau minuman.7

Ketahanan pangan sesungguhnya sangat erat kaitannya dan berpengaruh

besar terhadap sektor produksi suatu negara, yang kemudian berpengaruh pada devisa

suatu negara, yang akan dimanfaatkan dalam sektor ekspornya, dan akan berdampak

pada pertumbuhan ekonomi suatu negara. Selain itu, ketahanan pangan pun sangat

erat kaitannya dengan kebijakan-kebijakan politik suatu negara, tentang persetujuan

kerja sama antar aktor dalam sektor pangan, kebijakan-kebijakan pembangunan, dan

pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan dalam suatu sistem. Berangkat dari

pemahaman tersebut, sehingga ketahanan pangan menjadi salah satu wacana yang

cukup berpengaruh dalam bidang ekonomi politik. Istilah Ketahanan Pangan (food

security) pertama kali muncul sebagai sebuah konsep dalam kebijakan baru pada

tahun 1974 pada saat dilaksanakannya Konferensi Pangan Dunia. Berdasarkan Pasal

1 butir 3 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan

Gizi (untuk selanjutnya akan disebut sebagai Undang-Undang Ketahanan Pangan dan Gizi), bahwa : “Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup,

baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta

tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat

hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Berdasarkan pengertian diatas,

dapat dijelaskan lebih lanjut yaitu diantaranya:

1. Tersedianya pangan yang cukup

Dengan terpenuhinya pangan dalam ketersediaan pangan yang cukup, berarti

ketersediaan pangan dalam arti luas yang mencakup pangan yang berasal dari

tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein,

7

(10)

9 lemak, vitamin dan mineral serta turunannya, yang bermanfaat bagi kesehatan

manusia.

2. Aman

Dengan terpenuhinya pangan dalam kondisi yang aman, berarti bebas dari

pencemaran secara kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, serta

membahayakan kesehatan manusia, dan juga aman secara agama.

3. Merata

Dengan terpenuhinya pangan dalam kondisi yang merata, berarti pangan tersedia

setiap saat dan merata di seluruh wilayah Indonesia.

4. Terjangkau

Dengan terpenuhinya pangan dalam kondisi yang terjangkau, berarti pangan

dapat diperoleh dengan harga yang terjangkau. Ketahanan pangan di Indonesia terdiri

dari 3 sub sistem yang terdiri dari:

1. Sub sitem ketersediaan pangan

Sub sistem ketersediaan pangan yang tujuan akhirnya untuk mencapai

ketersediaan pangan dalam jumlah dan mutunya. Selain menjamin hal tersebut,

menjamin keamanan pangan. Sub sistem ini berfungsi menjamin ketersediaan pangan

dalam kuantitas, kualitas, keragaman dan juga keamanan. Pemenuhan ketersediaan

pangan yang berasal dari tiga sumber, yaitu diantaranya:

a. Produksi dalam negeri

b. Impor pangan

c. Pengelolaan cadangan pangan

(11)

10 Sub sistem ditribusi pangan yang tujuan akhirnya untuk memenuhi kondisi

pemerataan keseluruh wilayah Indonesia yang dimaksudkan untuk

pemerataan pangan. Sub sistem ini berfungsi untuk menjamin setiap lapisan

masyarakat agar dapat mencukupi sumber pangan baik secara kualitasnya dan

kuantitasnya.

3. Sub sistem konsumsi

Sub sistem konsumsi yang tujuan akhirnya untuk memenuhi pangan yang

terjangkau secara harga. Sub sistem ini berfungsi untuk mengarahkan agar pola

pemanfaatan pangan memenuhi mutu, keragaman, kandungan gizi, keamann dan

kehalalan dan juga berfungsi untuk mencegah pemborosan.

Berdasarkan ketiga sub sistem yang terdiri dari sub sistem ketersediaan, sub

sistem distribusi, dan sub sistem konsumsi, yang mana ketiga subsistem tersebut

saling berinteraksi dan saling berkesinambungan antara satu dengan yang lainnya.

Sub sistem ini berfungsi untuk mengarahkan pola pemanfaatan pangan dalam

memenuhi mutu, keragaman, kandungan gizi, keamanan dan kehalalan secara

nasional.8

Dalam perkembangannya pemerintah telah berupanya melakukan upaya perlindungan

mengeluarkan regulasi – regulasi serta kebijakan – kebijakan yang disecara langsung

maupun tidak langsung mengenai upaya untuk mewujudkan ketersediaan pangan

secara nasional, yaitu diantaranya:

1. Kebijakan dan strategi diversifikasi pangan di Indonesia serta program aksi

diversifikasi pangan.

2. Kebijakan Harga Dasar Pembelian Pemerintah (HDPP) dan tarif impor di

bidang perberasan.

8

(12)

11 3. Kebijakan mengenai kemandirian pangan.

4. Kebijakan mengenai transgenerik

Kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam mendorong pertumbuhan

penyediaan produksi di dalam negeri yaitu diantaranya melalui:

a. Perbaikan mutu intensifikasi, perluasan areal, perbaikan jaringan irigasi,

penyediaan sarana produksi yang terjangkau oleh petani, pemberian insentif

produksi melalui penerapan kebijakan harga input dan harga output;

b. Pengembangan teknologi pada saat panen dan setelah panen guna menekan

kehilangan hasil; dan

c. Pengembangan varietas tipe baru dengan produktivitas tinggi untuk komoditas

yang memiliki prospek pasar baik9.

Aspek – aspek dan tujuan dari pemerintah untuk menjaga dan memelihara ketahanan

pagan yang ada di Indonesia bertujuan untuk melindungi

serta

mencapai ketahanan

dalam bidang pangan dalam kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga

dari produksi pangan nasional yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup,

jumlah dan mutu, aman, merata dan terjangkau seperti diamanatkan dalam Undang –

undang tentang pangan. Ketahanan pangan diwujudkan oleh hasil kerja sistem

ekonomi pangan yang terdiri dari subsistem ketersediaan meliput produksi , pasca

panen dan pengolahan, subsistem distribusi dan subsistem konsumsi yang saling

berinteraksi secara berkesinambungan. Ketiga subsistem tersebut merupakan satu

kesatuan yang didukung oleh adanya berbagai input sumberdaya alam, kelembagaan,

budaya, dan teknologi. Proses ini akan hanya akan berjalan dengan efisien oleh

adanya partisipasi masyarakat dan fasilitasi pemerintah.

9

(13)

12 Partisipasi masyarakat (petani, nelayan dll) dimulai dari proses produksi, pengolahan,

distribusi dan pemasaran serta jasa pelayanan di bidang pangan. Fasilitasi pemerintah

diimplementasikan dalam bentuk kebijakan ekonomi makro dan mikro di bidang

perdagangan, pelayanan dan pengaturan serta intervensi untuk mendorong terciptanya

kemandirian pangan. Output dari pengembangan kemandirian pangan adalah

terpenuhinya pangan, SDM berkualitas, ketahanan pangan, ketahanan ekonomi dan

ketahanan nasional.10

perkembangan politik hukum untuk mencapai ketahanan pangan nasional

Politik hukum adalah suatu upaya dalam rangka ke arah mana hukum akan

diberlakukan atau bagaimana suatu cara dalam rangka memberlakukan atau

membentuk hukum. Dalam rangka pembentukan yang dilakukan oleh pemerintah

yaitu Prolegnas ,Prolegnas adalah salah satu realisasi dari politik hukum sendiri, yang

mana prolegnas merupakan penjabaran politik hukum untuk mencapai tujuan Negara

dalam periode tertentu. Prolegnas memuat rencana penyusunan perundang-undangan

yang akan dibuat dalam 5 tahun kedepan dan dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan

prioritas tahunan, maka dalam jangka 5 tahun tersebut tergambarkan politik hukum

yang sedang berjalan untuk waktu mendatang kearah mana suatu

perundang-undangan akan diberlakukan atau bahkan tidak diberlakukan. Oleh kareba itu

prolegnas bukan hanya suatu rencana hukum yang akan dibuat namun juga

merupakan pedoman atau mekanisme pembuatan perundang-undangan yang

mengikat. Maka dari itu dalam rangka membentuk suatu hukum agar terciptanya

konsistensi di dalamnya antara perundang-undangan dengan konstitusi maka harus

dilakukan melalui alur politik hukum nasional yang telah diatur dengan rapi agar

setiap hukum selalu mengalir dan konsisten dengan tujuan negara, sistem hukum,

10

(14)

13 kaidah penuntun, dan konstitusi.11 Essensi yang diharapkan atas perubahan dalam

pembangunan nasional adalah suatu keteraturan, yang mana dengan adanya

keteraturan tersebut perubahan akan menuju pada tujuan yang diharapkan.

Keteranunan dapat terwujud dengan adanya peranan dari suatu aturan hukum yang

berlaku. Perubahan yang teratur sebagaimana tersebut diatas dapat terwujud dengan

dukungan dari peraturan perundang-undangan ataupun putusan pengadilan maupun

kombinasi dari keduanya12

Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 Pasal 1 angka 9, Prolegnas adalah

instrumen perencanaan program pembentukan undang-undang yang disusun secara

berencana, terpadu, dan sistematis. Dari pengertian tersebut maka, prolegnas adalah

program yang merupakan kewenangan dan tugas dari para pembentuk

Undang-Undang yang dalam hal ini adalah DPR dan Pemerintah merencanakan pembangunan

materi hukum melalui perundang-undangan dalam suatu program yang terencana,

terpadu, serta sistematis. Dewasa kini semua peraturan dan kebijakan yang

dikeluarkan oleh pemerintah merupakan suatu produk politik yang tidak lepas dari

unsur penguasa menurut Lili Rasyidi Hukum adalah kehendak penguasa yang dalam

arti dari mereka yang memiliki kekuasaan tertinggi atau yang memegang kedaulatan.

Prolegnas merupakan potret politik hukum Indonesia yang berisi rencana

pembangunan peraturan perundang-undangan dalam periode tertentu. Misalnya untuk

lima tahun ke depan, sasaran politik hukum kita akan dibawa kepada good

governance, maka baik RUU yang diajukan oleh Pemerintah dan DPR maupun RUU

yang diprioritaskan untuk dibahas di DPR akan berkaitan dengan good governance,

seperti adanya RUU tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang sekaligus

11

Moh Mahfud MD, Konsistentsi Materi Muatan Undang-Undang dengan Konstitusi: Antisipasi Konstitusional Review hlm 8-11, Bandung: Departemen Hukum dan HAM RI, BHN, 2009.

12

(15)

14 mengamanatkan pembentukan institusi KPK, RUU tentang Keterbukaan Informasi

Publik, dan sebagainya.13

Namun demikian, sasaran politik hukum di sini tidaklah berdiri sendiri. Sasaran

politik hukum nasional dirumuskan untuk mencapai tujuan negara seperti yang

dimuat di Pembukaan UUD 1945, yaitu:

a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.

b. Mencerdaskan kehidupan bangsa

c. Memajukan kesejahteraan umum, dan

d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Dalam perkembangannya suatu produk hukum haruslah bertujuan dan

menjamin integrasi bangsa baik secara teritorial maupun ideologis. Hukum-hukum di

Indonesia tidak boleh memuat isi yang berpotensi menyebabkan terjadinya

disintegrasi wilayah maupun ideologi. Harus dicegah munculnya produk hukum yang

berpotensi memecah belah keutuhan bangsa dan negara Indonesia., hukum harus

bersamaan membangun demokrasi dan nomokrasi. Artinya, hukum harus

mengundang partisipasi dan menyerap aspirasi masyarakat luas melalui mekanisme

yang fair, transparan dan akuntabel. Hukum di Indonesia tidak dapat dibuat berdasar

menang-menangan jumlah pendukung semata tetapi juga harus mengalir dari filosofi

Pancasila dan prosedur yang benar.,hukum harus membangun keadilan sosial. Tidak

dibenarkan munculnya hukum-hukum yang mendorong atau membiarkan terjadinya

jurang sosial-ekonomi karena eksploitasi oleh yang kuat terhadap yang lemah tanpa

perlindungan negara. Hukum harus mampu menjaga agar yang lemah tidak dibiarkan

menghadapi sendiri pihak yang kuat yang sudah pasti akan selalu dimenangkan oleh

yang kuat., hukum harus membangun toleransi beragama dan berkeadaban. Hukum

13

(16)

15 tidak boleh mengistimewakan atau mendiskrimasi kelompok tertentu berdasar besar

atau kecilnya pemelukan agama. Indonesia bukan negara agama (yang mendasarkan

pada satu agama tertentu) dan bukan negara sekuler (yang tak peduli atau hampa

spirit keagamaan). Hukum negara tidak dapat mewajibkan berlakunya hukum agama.

Tetapi negara harus memfasilitasi, melindungi, dan menjamin keamanan jika

warganya akan melaksanakan ajaran agama karena keyakinan dan kesadarannya

sendiri.

Oleh karena itu, untuk mengawal konsistensi pembuatan hukum dengan

konstitusi, harus dilakukan melalui alur politik hukum nasional yang telah diatur

dengan rapi agar setiap hukum selalu mengalir dan konsisten dengan tujuan negara,

sistem hukum, kaidah penuntun dan konstitusi.

maka melihat dari sudut pandang politik hukum tentang arah tujuan untuk

mendukung ketahanan pangan nasional Politik hukum adalah suatu upaya dalam

rangka ke arah mana hukum akan diberlakukan atau bagaimana suatu cara dalam

rangka memberlakukan atau membentuk hukum. Prolegnas adalah salah satu realisasi

dari politik hukum sendiri, yang mana prolegnas merupakan penjabaran politik

hukum untuk mencapai tujuan Negara dalam periode tertentu. Prolegnas memuat

rencana penyusunan perundang-undangan yang akan dibuat dalam 5 tahun kedepan

dan dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan prioritas tahunan, maka dalam jangka 5 tahun

tersebut tergambarkan politik hukum yang sedang berjalan untuk waktu mendatang

kearah mana suatu perundang-undangan akan diberlakukan atau bahkan tidak

diberlakukan. Oleh karena itu prolegnas bukan hanya suatu rencana hukum yang akan

dibuat namun juga merupakan pedoman atau mekanisme pembuatan

perundang-undangan yang mengikat. Maka dari itu dalam rangka membentuk suatu hukum agar

terciptanya konsistensi di dalamnya antara perundang-undangan dengan konstitusi

maka harus dilakukan melalui alur politik hukum nasional yang telah diatur dengan

(17)

16 hukum, kaidah penuntun, dan konstitusi.14 Gagasan judicial review dalam suatu

negara hukum demokratis dilandasi oleh pemikiran bahwa hukum sebagai produk

politik senantiasa memiliki watak yang sangat ditentukan oleh konstelasi politik yang

melahirkannya. Hal itu memberi kemungkinan bahwa setiap produk hukum

mencerminkan kepentingan kekuatan politik dominan yang mungkin tidak sesuai

atau bahkan bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. Dasar ide akan

adanya mekanisme judicial review adalah bagaimana caranya memaksa pembentuk

undang agar taat kepada konstitusi, agar mereka tidak membuat

undang-undang yang bertentangan dengan undang-undang-undang-undang dasar.15

Dalam perkembanganya tidak bisa dipungkiri bahwa setiap peraturan

perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak lepas dari unsur politik hukum

yang kuat termasuk dalam Undang – Undang Tentang Pangan Nomor 18 Tahun 2012

di dalam Undang – Undang ini terdapat asas, tujuan, dan ringkup mengaturan tentang

ketahanan nasional yang akan disebut dibawah ini :

Penyelenggaraan Pangan dilakukan dengan berdasarkan asas:

a. kedaulatan;

b. kemandirian;

c. ketahanan;

d. keamanan;

e. manfaat;

f. pemerataan;

g. berkelanjutan; dan

h. keadilan

14

Moh Mahfud MD, Konsistentsi Materi Muatan Undang-Undang dengan Konstitusi: Antisipasi Konstitusional Review hlm 8-11, Bandung: Departemen Hukum dan HAM RI, BHN, 2009. 15

(18)

17 Penyelenggaraan Pangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang

memberikan manfaat secara adil, merata, dan berkelanjutan berdasarkan Kedaulatan

Pangan, Kemandirian Pangan, dan Ketahanan Pangan. Penyelenggaraan Pangan

bertujuan untuk:

a. meningkatkan kemampuan memproduksi Pangan secara mandiri;

b. menyediakan Pangan yang beraneka ragam dan memenuhi persyaratan

keamanan, mutu, dan Gizi bagi konsumsi masyarakat; wajar dan terjangkau

sesuai dengan kebutuhan masyarakat;

c. mempermudah atau meningkatkan akses Pangan bagi masyarakat, terutama

masyarakat rawan Pangan dan Gizi;

d. meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas Pangan di pasar dalam

negeri dan luar negeri;

e. meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang Pangan yang

aman, bermutu, dan bergizi bagi konsumsi masyarakat;

f. meningkatkan kesejahteraan bagi Petani, Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan

Pelaku Usaha Pangan; dan

g. melindungi dan mengembangkan kekayaan sumber daya Pangan nasional.

Lingkup pengaturan Penyelenggaraan Pangan meliputi:

a. perencanaan Pangan;

b. Ketersediaan Pangan;

c. keterjangkauan Pangan;

d. konsumsi Pangan dan Gizi;

e. Keamanan Pangan;

f. label dan iklan Pangan;

g. pengawasan;

h. sistem informasi Pangan;

i. penelitian dan pengembangan Pangan;

j. kelembagaan Pangan;

(19)

18 l. penyidikan.

Kesimpulan

Konsepsi ketahanan pangan nasional Indonesia adalah konsepsi pengembangan

kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan

keamanan yang seimbang, serasi dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan

menyeluruh yang berlandaskan Pancasila, Undang – Undang 1945 dan Wawasan

Nusantara. Termasuk didialamnya dalam hal memajukan pertahanan keamanan yang

didukung dari adanya upaya untuk memajukan pertahanan pangan, bahwa permintaan

akan pangan semakin meningkat karena Indonesia memiliki potensial cukup tinggi

diliat dari wilayah Indonesia yang kaya akan tumbuhan dan alam yang berlimpah

maka pemerintah wajib untuk melakukan perlindungan yang ditegaskan oleh

Undang- Undang Pangan Nomor 18 Tahun 2012 pengganti Undang-Undang Pangan

Nomor 7 Tahun 1996.

Dengan adanya program legislasi nasional tentang ketahanan pangan akan menjamin

kesejahteraan masyarakat yang hidup di Indonesia karena pangan merupakan kebutuhan

sehari – hari yang akan terus di perlukan serta dipergunakan setiap saat dengan ada

jaminan hukum serta perbaikan – perbaikan hukum yang dilakukan oleh pemerintah

akan mengurangi masalah – masalah yang terjadi serta pemerintah harus ikut serta untuk

melindungi Memajukan Pertahanan Pangan dilakukan dengan berbagai cara seperti

memperkuat struktur ekonomi,social, serta struktur pemerintah dalam membentuk

suatu produk hukum.

Saran

Tidak bisa dipungkiri bahwa Indonesia memiliki potensi alam yang sangat bagus

untuk kegiatan pangan untuk menunjang kesejahteraan dan kemakmuran rakyat yang

ada di Negara republic Indonesia oleh karena itu perlu pengawasan serta aturan yang

(20)

19 ketahanan pangan di Indonesia Karena kebutuhan akan pangan adalah hal yang

sangat penting, kebutuhan – kebutuhan akan pangan selalu akan terjadi di kehidupan

(21)

20 Daftar Pustaka

Achmad Suryana, Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional.

Achmad Suryana, Kebijakan Nasional Pemantapan Ketahanan Pangan. Makalah pada Seminar Nasional Teknologi Pangan, Semarang: 2001.

Anonymous, Program Kerja Pengembangan Kewaspadaan Pangan. Pusat Kewaspadaan Pangan 2001-2004. Pusat Kewaspadaan Pangan. Badan Bimas Ketahanan Pangan. Departemen Pertanian. Jakarta.

E.S. Beranang. 2012. “Jagungku Pendukung Kemandirian Pangan di FloresTimur”. Prosiding Seminar Nasional, Surakarta : Fakultas Pertanian UNS, 2012.

Hernadi Affandi, program legislasi nasional dalam pembangunan hukum nasional, bandung, mujahid press.

Levy, Leonard W., 2005, Judicial Review: Sejarah Kelahiran, Wewenang, dan Fungsinya Dalam Negara Demokrasi, Bandung, Nusamedia & Nuansa.

Mewa Ariani, Difersifikasi Konsumsi Pangan: Antara Harapan Dan Kenyataan Bogor: Pusat Analisis Sosial Dan Kebijakan Pertanian, 2010,

Mochtar kusumaatmadja,kosep-konsep hukum dalam pembangunan, bandung PT. Alumni, 2013, hlm 3

Mochtar Kusumaatmaja, Pembinaan Hukum Dalam Rangka Pembangunan Nasional hlm 3, Lembaga Penelitian Hukum dan Kriminologi FH UNPAD, 1975.

Moh Mahfud MD, Konsistentsi Materi Muatan Undang-Undang dengan Konstitusi: Antisipasi Konstitusional Review, Bandung: Departemen Hukum dan HAM RI, BHN, 2009.

Moh Mahfud MD, Konsistentsi Materi Muatan Undang-Undang dengan Konstitusi: Antisipasi Konstitusional Revie, Bandung: Departemen Hukum dan HAM RI, BHN. Moh. Mahfud MD, Politik Hukum Di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2009. Moh. Mahfud MD, Politik Hukum Di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.

Politik Hukum Nasional dan Hegemoni Globalisasi Ekonomi. Laili Bariroh. Jurnal Review Politik. Vol 2, Nomor 2, Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2012.

Referensi

Dokumen terkait

Hal itu dikarenakan sifat pemimpin yang baik dan bijaksana mampu meningkatkan motivasi dan membimbing karyawan dengan lebih baik, yang mana hal tersebut dapat meningkatkan

Wheel Loader adalah loader yang menggunakan ban karet, loader ini dipakai karena pergerakannya lebih cepat jika dibandingkan denga loader yang menggunakan roda rantai, oleh sebab

Studi pendahuluan yang dilakukan di kelas IX SMP Unismuh Makassar, melalui observasi yang dilakukan peneliti tentang pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IX,

kali berturut-turut dalam hal PIHAK KEDUA: a) Tidak dapat menyelesaikan pekerja an sesuai dengan jangka waktu sebagaimana yang dimaksud pada pasal 7 perjanjian ini dan

Pengawetan ikan Kembung ( Rastrelliger sp) yang diawetkan dengan perendaman hasil maksimum didapat pada konsentrasi kitosan 1,5% dengan nilai organoleptik 7,1 lama

Unit Kerja Nama Hutan Penelitian Kegiatan Penelitian yang dilakukan Tahun 2012 di Hutan Penelitian non KHDTK 1. Puskonser

Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengkaji persoalan mengenai “Perkawinan Madureso” yang terjadi di Desa Trimulyo Kecamatan Guntur Kabupaten Demak

Dari penelitian ini akan diperoleh gambaran mengenai kesejahteraan, interaksi sosial dan kemampuan manajemen, pendapatan, biaya serta investasi, yang akan mengetahui