MAKALAH
IMPLEMENTASI KODE ETIK PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL
STUDI KASUS DI KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH (BKD) KOTA MALANG
Disusun oleh:
DEASY AYU S 135030101111066
ROSITA ADHE S 135030107111038
ELFANANDA ISTIQLALIA 135030101111060
ABDUL KHAFID 135030100111075
REINALDI AGUNG N 145030107111022
HUSEIN ABDILLAH 145030101111143
PRODI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
KATA PENGANTAR
Assalammu alaikum Wr. Wb
Puji syukur Alhamdulillah penulis tunjukkan kepada Allah SWT yang telah memberi kemampuan sehingga penulis mampu menyelesaikan mkalah mengenai IMPLEMENTASI KODE ETIK PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) STUDI KASUS DI KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA MALANG ini tanpa adanya kendala apapun yang berarti.
Dengan pemberian tugas ini penulis berharap mampu menambah pengetahuan dalam memahami bentuk dan karakteristik komunikasi politik.
Terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Bu Firda Hidayati selaku dosen pengampu mata kuliah Etika Administrasi Publik, 2. Teman-teman yang turut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini, serta 3. Orang tua yang telah mendukung dalam doa atas penyelesaian tugas ini.
Tak ada gading yang tak retak. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini mampu memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat dalam meninjau komunikasi politik terhadap pola pikir masyarakat dalam pembangunan bangsa. Wassalammu alaikum Wr. Wb
Malang, Desember 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman, diskursus tentang etika sudah menjadi bahan pembicaraan yang sangat renyah dewasa ini. Wacana etika yang pada tempo dulu belum mendapat perhatian dari pemikir-pemikir ilmu administrasi negara, yang mana pada bahasan klasik dalam perkembangan etika administrasi negara masih mengagungkan aturan formal yang mengatur jalannya proses-proses administrasi negara. Namun, dewasa ini ketika aturan formal birokrasi masih dianggap kurang untuk menjadikan birokrasi lebih baik, karena dengan aturan formal yang mengekang individu yang masuk dalam birokrasi masih banyak penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh individu tersebut dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai pegawai birokrasi. Akhirnya munculah wacana tentang etika administrasi negara guna mengatasi masalah-masalah yang berada didalam birokrasi tersebut.
Etika juga disebut ilmu normative, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan (norma-norma) dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Etika merupakan cabang filsafat, yang mempelajari pandangan-pandangan dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan, dan kadang-kadang orang memakai istilah filsafat etika, filsafat moral, atau filsafat susila. Dengan demikian dapat dikatakan, etika ialah penyelidikan filosofis mengenai kewajiban-kewajiban manusia, dan hal-hal yang baik dan buruk. Etika tidak membahas keadaan manusia, melainkan membahas bagaimana manusia itu seharusnya bertingkah laku.
Berkaitan dengan pengertian etika, sering kita mendengar istilah kode etik dan etika jabatan. Kode etik merupakan aturan-aturan susila, atau sikap akhlak yang ditetapkan bersama dan ditaati bersama oleh para anggota, yang tergabung dalam suatu organisasi (organisasi profesi). Oleh karena itu, kode etik merupakan suatu bentuk persetujuan bersama, yang timbul secara murni dari diri pribadi para anggota. Kode etik merupakan serangkaian ketentuan dan peraturan yang disepakati bersama guna mengatur tingkah laku para anggota organisasi (organisasi profesi). Kode etik lebih meningkatkan pembinaan para anggota sehingga mampu memberikan sumbangan yang berguna dalam pengabdiannya di masyarakat.
tidak penting, akan tetapi dalam pelaksanaanya masih banyak penyimpangan berkaitan dengan etika, oleh sebab itu dibahaslah secara mendalam mengenai etika dan seluk-beluknya, dan diskursus etika menjadi sangat ramai diperbincangkan oleh kaum intelektual muda sekarang ini.
Seperti yang kita ketahui birokrasi merupakan suatu wadah kelembagaan yang menentukan efektifitas dari suatu pembangunan, maka yang menjadi tinjauan disini adalah sifat-sifat daripada budaya birokrasi itu sendiri. Apa yang dilakukan oleh birokrasi terhadap masyarakat hanya akan di patuhi jika pegawai birokrasi itu dapat memberikan contoh yang baik pada masyarakatnya yakni dengan tindakannya sebagai penyelenggaran negara yang bermartabat.
Secara garis besar peraturan pegawai pemerintah sudah ditetapkan sebagaimana mestinya yang mana seyogyanya harus dipatuhi dan ditaati oleh setiap pegawai pemerntah baik di pusat maupun di daerah karena itu sudah merupakan peraturan baku. Namun, pada kenyataannya peraturan tersebut hanya sebagai formaslitas belaka yang dipandang sebelah mata oleh kebanyakan pegawai pemerintahan daerah.
Pada kajian ini lokus yang kami ambil berobjek di Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang kami mengambil lokus disini, bertujuan untuk mengetahui bagaimana sebenarnya pegawai pemerintah daerah itu berkinerja berdasarkan etika kepegawaian.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pentingnya kode etik bagi PNS?
2. Bagaimana pengimplementasian kode etik di kantor BKD Kota Malang? 3. Bagaimana membina moral etika PNS?
1.3 Manfaat
1. Mengetahui pentingnya kode etik bagi PNS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kode Etik
Kata etika, sering disebut pula dengan istilah etik, atau ethics (bahasa Inggris), mengandung banyak pengertian. Dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin “ethicus” dan dalam bahasa Yunani disebut “ethicos” yang berarti kebiasaan. Dengan demikian menurut pengertian yang asli, yang dikatakan baik itu apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Kemudian lambat laun pengertian ini berubah, bahwa etika adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai tidak baik.
Etika pemerintahan merupakan bagian dari aturan main dalam organisasi birokrasi atau pegawai negri yang secara structural telah diatur aturan mainnya. Dalam perjalannanya etika birokrasi dalam system kepegawaian lebih dikenal dengan sebutan kode etik pegawai negri yang diatur melalui Undang-undang tentang kepegawaian. Kode etik yang biasa kita kenal tersebut yang berlaku bagi pegawai negri sipil (PNS) disebut Sapta Prasetya Korps Pegawai Republik Indonesia (Panca Prasetya KORPRI).
Sehingga dalam mewujudkan sebuah pelayanan publik yang prima, seorang pegawai negri sipil harus mematuhi segala kode etik pegawai negri yang telah diatur tersebut sebagai tanggung jawab pegawai negri sipil. Sebagai bentuk apresiasi dari pemerintah atas kinerja dari pegawai negri sipil tersebut terdapat reward (penghargaan). Sedangkan, apabila terdapat pegawai negri sipil yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang telah di buat tersebut akan dikenai punishment (sanksi).
Kode etik adalah merupakan suatu bentuk aturan tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan demikian kode etik adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.
terhadap penyalahgunaan profesi di bidang apa pun. Kita pun tidak boleh bersikap diskrimatif dan tebang pilih dalam menegakkan hukum di Indonesia. Kode etik dan sumpah jabatan harus ditegakkan dengan sungguh-sungguh. Profesi apa pun sesungguhnya tidak memiliki kekebalan di bidang hukum. Penyalahgunaan profesi dengan berlindung di balik kode etik profesi harus diberantas. Kita harus mengakhiri praktik-praktik curang dan penuh manipulatif dari sebagian elite masyarakat. Ini penting dilakukan, kalau Indonesia ingin menjadi sebuah Negara dan Bangsa yang bermartabat.
Kode etik profesi itu merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi. Ada tiga hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik profesi:
a. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
b. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalangan sosial).
c. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau perusahaan.
2.2 Badan Kepegawaian Daerah (BKD)
Tugas utamanya sebagai Perangkat Daerah adalah untuk mewujudkan manajemen kepegawaian Daerah yang handal, untuk menciptakan aparatur PNS yang bermoral, professional, netral, berwawasan global, menjadi perekat persatuan dan kesatuan bagsa serta sejahtera jasmani dan rohani.
Adapun tugas pokok BKD adalah sebagai berikut.
1. Menyusun rencana dan program kerja Bidang Kepegawaian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2. Mempelajari, menelaah peraturan perundang-undangan, keputusan, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk bidang pengembangan pegawai, mutasi dan kepangkatan, pembinaan dan pengawasan pegawai;
3. Memberikan petunjuk, arahan dan mendistribusikan tugas kepada bawahan guna menunjang kelancaran pelaksanaan tugas;
4. Melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas dengan instansi terkait baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan masukan, informasi serta untuk mengevaluasi permasalahan agar diperoleh hasil kerja yang optimal;
5. Merumuskan kebijakan teknis dan perencanaan program kerja bidang pengembangan pegawai, mutasi dan kepangkatan, pembinaan dan pengawasan pegawai, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
6. Menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang pengembangan pegawai, mutasi dan kepangkatan, pembinaan dan pengawasan pegawai dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintah bidang kepegawaian;
7. Melaksanakan pembinaan dan fasilitasi bidang pengembangan pegawai, mutasi dan kepangkatan, pembinaan dan pengawasan pegawai lingkup kabupaten;
8. Melaksanakan kebijakan bidang pengembangan pegawai, mutasi dan kepangkatan, pembinaan dan pengawasan pegawai sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
9. Melaksanakan pemantauan, evaluasi bidang pengembangan pegawai, mutasi dan kepangkatan, pembinaan dan pengawasan pegawai;
10. Melaksanakan pelayanan administrasi pengembangan pegawai, mutasi dan kepangkatan, pembinaan dan pengawasan pegawai sesuai dengan norma standar dan prosedur yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan;
12. Melaporkan pelaksanaan tugas program kegiatan bidang pengembangan pegawai, mutasi dan kepangkatan, pembinaan dan pengawasan pegawai kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah baik secara lisan maupun tertulis;
13. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Bupati baik secara lisan maupun tertulis sebagai bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas;
14. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan Bupati sesuai dengan tugas pokok dan fungsi BKD.
Fungsi BKD adalah.
1. Perumusan kebijakan teknis dan perencanaan program bidang kepegawaian; 2. Pengkoordinasian dan fasilitasi bidang kepegawaian;
3. Pengarahan dan pemberian petunjuk teknis bidang kepegawaian;
4. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang kepegawaian; 5. Pelaksanaan tugas di bidang kepegawaian meliputi pengembangan pegawai, mutasi dan
kepangkatan, pembinaan dan pengawasan pegawai; 6. Pengelolaan Tata Usaha Sekretariat BKD;
7. Pengiventarisasian permasalahan dalam pelaksanaan tugas BKD dan penyusunan alternatif penyelesaian masalah;
8. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan bidang kepegawaian dan kesekretariatan BKD;
9. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan Bupati sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
2.3 Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Pengertian PNS menurut UU nomor 8 tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian, dalam bab 1 pasal 1 huruf a UU tersbut, di sebutkan bahwa “Pegawai Negeri adalah mereka yang setelah mempengaruhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundangang-undngan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan Negeri atau diserahi tugas Negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal yang harus di jalankan oleh PNS, antara lain:
1. Memenuhi syarat-syarat yang sudah di tentukan dalam UU 2. Diangkat oleh pejabat yang berwenang
4. PNS digaji menurut UU yang beralaku
Pegawai Negeri Sipil merupakan abdi negara dan abdi masyarakat. Maksudnya PNS akan memberikan motivasi dan dorongan dengan kesederhanaan yang penuh untuk mendahulukan kewajiban daripada hak dalam situasi apapun. Pengabdian melairkan kesediaan berkorban untuk negara dan masyarakat, hal ini harus di pegang teguh oleh PNS dalam melaksanakan tugasnya yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara material dan spiritual. Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan tingkatan an golongan telah mengikuti penataan pedoman penghayatan dan pengalaman Pancasila dari berbagai Tipe, antara lain: tipe A, tipe B, tipe C, dan tingkat nasional. Pegawai Negeri Sipil di tuntut untuk secara aktif mengemban peranan sebagai pengalaman pancsila di dalam kehidupan sehari-hari dan dalam rangka memasyarakatkan pancasila dan memancasilakan masyarakat.
Pegawai Negeri Sipil sebagai abdi negara dan abdi masyarakat di dalam mengemban tugasnya tidak hanya berpedoman pada „mind behind the man‟. Atas dasar tersebut maka diharapkan PNS akan mampu:
1. Menjadi insan pengabdi kepada Tuhan yang Maha Esa, kepada negara dan kepada masyarakat dengan seiklasnya dan sejujurnya.
2. Mempertinggi dan mempertebal rasa kerjasama dan kesetiakawanan sesame PNS
3. Menjadi suri teladan bagi masyarakat sekitar dalam mewujudkan pembangunan nasional sebagai pegalaman pancasila
4. Mengutamakan dayaguna dan hasil guna dalam mengemban pelaksana tugas 5. Meningkatkan kreativitas dan presentasi kerja dan membina serta
mengembangkan diri demi kelancaran tugas
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pentingnya Kode Etik bagi PNS
Alasan yang melandasi mengapa Pembinaan Mental Pegawai Negeri Sipil (PNS) penting adalah, karena ada tuntutan nasional dan tantangan global agar meningkatkan kualitas kinerja aparatur pemerintah sebagai pelayan publik yang sampai saat ini masyarakat masih belum merasakan tugas dan fungsi pelayanan sebagaimana yang diharapkan. Tidak dapat dipungkiri, bahwa pada aspek mental Pegawai Negeri Sipil (PNS) sering menuai kritik dari masyarakat dikarenakan oleh perilaku menyimpang, baik pada tataran perundang-undangan, agama maupun budaya.
Kelancaran tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional sangat dipengaruhi oleh kesempurnaan pengabdian aparatur negara. Pegawai Negeri Sipil (termasuk di dalamnya Calon Pegawai Negeri Sipil) merupakan unsur aparatur negara yang bertugas memberikan pelayanan yang terbaik, adil dan merata kepada masyarakat. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan nasional, diperlukan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang netral, mampu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, profesional dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas, serta penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah Republik Indonesia. Agar PNS mampu melaksanakan tugasnya sebagaimana tersebut di atas secara berdaya guna dan berhasil guna, diperlukan pembinaan secara terus menerus dan berkesinambungan. Pembinaan jiwa korps akan berhasil dengan baik apabila diikuti dengan pelaksanaan dan penerapan kode etik dalam kehidupan sehari-hari PNS.
Dengan adanya kode etik bagi PNS dimaksudkan sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas PNS dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2004 Tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS antara lain diatur mengenai nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam pembinaan jiwa korps dan kode etik yang memuat kewajiban PNS terhadap negara dan Pemerintah, terhadap organisasi, terhadap masyarakat, terhadap diri sendiri, dan terhadap sesama PNS, serta penegakan kode etik.
perjuangan, pengabdian, kesetiaan dan ketaatan PNS kepada Negara kesatuan dan Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Kode Etik PNS adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan PNS di dalam melaksanakan tugasnya dan pergaulan hidup sehari-hari. Dalam pelaksanaan tugas kedinasan dan kehidupan sehari-hari setiap PNS wajib bersikap dan berpedoman pada etika dalam bernegara, dalam penyelenggaraan Pemerintahan, dalam berorganisasi, dalam bermasyarakat, serta terhadap diri sendiri dan sesama PNS sebagaimana yang diatur dalam PP No. 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil.
Etika dalam bernegara meliputi:
a. Melaksanakan sepenuhnya Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; b. Mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara;
c. Menjadi perekat dan pemersatu bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia; d. Menaati semua peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam melaksanakan tugas; e. Akuntabel dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan
berwibawa;
f. Tanggap, terbuka, jujur, dan akurat, serta tepat waktu dalam melaksanakan setiap kebijakan dan program Pemerintah;
g. Menggunakan atau memanfaatkan semua sumber daya Negara secara efisien dan efektif; h. Tidak memberikan kesaksian palsu atau keterangan yang tidak benar.
Etika dalam berorganisasi adalah:
a. Melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang berlaku; b. Menjaga informasi yang bersifat rahasia;
c. Melaksanakan setiap kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang; d. Membangun etos kerja untnk meningkatkan kinerja organisasi;
e. Menjalin kerja sama secara kooperatif dengan unit kerja lain yang terkait dalam rangka pencapaian tujuan;
f. Memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas;
g. Patuh dan taat terhadap standar operasional dan tata kerja;
h. Mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam rangka peningkatan kinerja organisasi;
i. Berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja. Etika dalam bermasyarakat meliputi:
b. Memberikan pelayanan dengan empati hormat dan santun tanpa pamrih dan tanpa unsur pemaksaan;
c. Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka, dan adil serta tidak diskriminatif; d. Tanggap terhadap keadaan lingkungan masyarakat;
e. Berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam melaksanakan tugas. Etika terhadap diri sendiri meliputi:
a. Jujur dan terbuka serta tidak memberikan informasi yang tidak benar; b. Bertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan;
c. Menghindari konflik kepentingan pribadi, kelompok, maupun golongan;
d. Berinisiatif untuk meningkatkan kualitas pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap;
e. Memiliki daya juang yang tinggi;
f. Memelihara kesehatan jasmani dan rohani; g. Menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga; h. Berpenampilan sederhana, rapih, dan sopan. Etika terhadap sesama PNS:
4. Saling menghormati sesama warga negara yang memeluk agama/kepercayaan yang berlainan;
5. Memelihara rasa persatuan dan kesatuan sesama PNS;
6. Saling menghormati antara teman sejawat, baik secara vertikal maupun horizontal dalam suatu unit kerja, instansi, maupun antar instansi;
7. Menghargai perbedaan pendapat;
8. Menjunjung tinggi harkat dan martabat PNS;
9. Menjaga dan menjalin kerja sama yang kooperatif sesama PNS;
10. Berhimpun dalam satu wadah Korps Pegawai Republik Indonesia yang menjamin terwujudnya solidaritas dan soliditas semua PNS dalam memperjuangkan hak-haknya. 3.2 Implementasi Kode Etik di kantor BKD Kota Malang
Dalam kaitannya dengan perihal etika birokrasi, terutama di BKD Kota Malang ini, secara umum pegawainya sudah mematuhi akan peraturannya dengan baik, seperti halnya saat datang ke kantor, dimana pada peraturan masuknya adalah pukul 07.00 dengan toleransi keterlambatan 15 menit atau selambat-lambatnya 30 menit, kecuali dengan alasan tertentu seperti terlambat karena ada urusan diluar kantor.
Satya. Satyalancana Karya Satya adalah sebuah tanda penghargaan yang diberikan kepada anggota Korps Pegawai Negeri Republik Indonesia yang telah berbakti selama 10 atau 20 atau 30 tahun lebih secara terus menerus dengan menunjukkan kecakapan, kedisiplinan, kesetian dan pengabdian sehingga dapat dijadikan teladan bagi setiap pegawai lainnya. Satyalancana Karya Satya dibagi dalam tiga kelas, yaitu Satyalancana Karya Satya 10 Tahun, Satyalancana Karya Satya 20 Tahun, dan Satyalancana Karya Satya 30 Tahun.
Khusus pemberian punishment atau sanksi kepada PNS, Pemerintah Kabupaten Banyumas melalui Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang telah menerbitkan hukuman disiplin kepada PNS yang telah melakukan tindakan indisipliner setelah sebelumnya dilakukan pemeriksaan dengan berkoordinasi dengan Inspektorat serta Kepala Satuan Kerja.
3.3 Membina moral etika PNS
Sebagai unsur aparatur Negara dan abdi masyarakat Pegawai Negeri Sipil memiliki akhlak dan budi pekerti yang tidak tercela, yang berkemampuan melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan, serta bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, wajib memberikan pelayanan secara adil dan merata kepada masyarakat dengan dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah.
Untuk menjamin agar setiap Pegawai Negeri Sipil selalu berupaya terus meningkatkan kesetiaan ketaatan, dan pengabdiannya tersebut, ditetapkan ketentuan perundang-undangan yang mengatur sikap, tingkah laku, dan perbuatan Pegawai Negeri Sipil, baik di dalam maupun di luar dinas. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah abdi negara dan abdi masyarakat, sehingga dalam bersikap dan bertindak perlu diatur sedemikian rupa agar yang disebut abdi negara dan abdi masyarakat senantiasan menjadi contoh dan suri tauladan.
Dalam Rancangan Peraturan Perundangan (RPP) mengenai Kode Etik Pegawai negeri Sipil (PNS) dalam Bab I Pasal 1 ayat (1) dijelaskan pengertian Kode Etik PNSsebagai ; “Norma -norma sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan Pegawai Negeri Sipil yang diharapkan dan dipertanggung jawabkan dalam melaksanakan tugas pengabdiannya kepada bangsa, negara, masyarakat, dan tugas-tugas kedinasan organisasinya serta pergaulan hidup sehari-hari sesama PNS dan individu-individu di dalam masyarakat”.
PNS dengan Pusat maupun Daerah, hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, Negara, Pemerintah, Organisasi , masyarakat dan dengan dirinya sendiri. Salah satu pembahasan dalam masalah ini hanya akan ditekankan pada hubungan PNS dengan Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan salah satu pokok Kode Etik PNS.Dalam modul Etika Organisasi Pemerintah oleh Drs. Desi Fernanda, M.Soc. Sc. dijelaskan bahwa hubungan PNS dengan Tuhan Yang Maha Esa adalah: Setiap PNS bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan memilih agama sesuai keyakinannya masing-masing. Setiap PNS harus bersikap hormat menghormati antar sesama warga negara pemeluk agama/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan melaksanakan kerukunan anatar umat beragama dalam semangat persatuan dan kesatuan.
Setiap PNS wajib menghayati dan mentaati serta mengamalkan sikap kepatutan,kelayakan dan tata nilai yang berlaku dan berkembang di dalam masyarakat sesuai nilai-nilai agama yang ada sebagai bagian dari jati diri dan integritas Pegawai Negeri Sipil.Pemerintah dan seluruh jajarannya di negara manapun sering menjadi obyek kritikan masyarakat karena berbagai kelemahan yang ditunjukkannya. Ini adalah resiko dari sektor publik, khususnya dalam lingkungan demokrasi, menghadapi kondisi masyarakat yang sangat bervariasi, kompleks, dan dinamis. Organisasi pemerintahan pada umumnya dirancang sebagai sistem birokrasi yang besar dan berorientasi kepada aturanaturan hukum dan perundang-undangan, serta prosedur yang baku, sehingga dalam interaksinya dengan masyarakat cenderung kaku, rumit, lamban, bahkan korupsi.
Dalam kondisi masyarakat seperti sekarang ini, pemerintah di sebuah negara cenderung menentukan arah dan komitmen melakukan reformasi dalam berbagai aspek penyelenggaraan pemerintahannya. Alasan mengapa pemerintah perlu melakukan perubahan, salah satunya adalah bahwa sistem-sistem dalam pemerintahan tidak cukup efektif membentuk kompetensi dan kualitas sumber daya manusia yang handal. Sebaliknya sistem dalam pemerintahan telah cenderung membentuk para birokrat menjadi kurang responsif, lamban, berorientrasi pada status quo, korupsi dan sebagainya. Akan tetapi kenyataannya tetap saja pemerintah mendapat kritikan dan sorotan yang tajam, karena dianggap para abdi negara khususnya para PNS yang belum bisa memberikan pelayanan yang optimal bahwa salah satu prinsip dalam pemerintahan adalah pelayanan, yaitu semangat untuk melayani masyarakat (a spirit of public service), dan menjadi mitra masyarakat (partner of society). Untuk mewujudkan hal itu, maka diperlukan suatu proses perubahan perilaku yang antara lain dapat dilakukan melalui 3
daerah-daerah. Dengan demikian, untuk meningkatkan standar etika organisasi pemerintah itu,sebenarnya adalah meningkatkan kualitas perwujudan atau pemenuhan batasan-batasan nilai atau norma sikap dan perilaku dalam kebijakan dan tindakan aparatur pemerintah, yang dapat memuaskan dan membangun kepercayaan masyarakat. Karena tanpa kepercayaan masyarakat, pemerintah dimanapun tidak akan mampu menjalankan pemerintahannya secara efektif dan efisien. Nilai-nilai atau norma sikap dan perilaku PNS akan terjawab, salah satunya apabila setiap PNS telah mengamalkan ajaran agamanya dengan sebaik mungkin.
Dalam setiap kehidupan sehari-hari setiap anggota masyarakat akan berhadapan dengan batasan-batasan nilai normatif, yang berlaku pada situasi tertentu yang cenderung berubah-ubah dari waktu kewaktu, sejalan dengan perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat itu sendiri. Batasanbatasan nilai normatif dalam interaksi dengan masyarakat dan lingkungannya itulah yang kemudian dapat kita katakan sebagi nilai etika. Sedangkan nilai-nilai dalam diri seseorang yang akan mengendalikan dimunculkan atau tidaknya kepatuhan terhadap nilainilai etika dapat kita sebut dengan moral atau moralitas.
Secara konseptual, etika merupakan bagian dari disiplin ilmu filsafat yang berfokus pada nilai-nilai yang diyakini dan dianut oleh manusia beserta pembenarannya, termasuk nilai-nilai hidup dan hukum-hukum yang mengatur tingkah laku manusia. Istilah etika memiliki kecenderungan dipandang sebagai suatu sistem nilai apa yang baik dan buruk bagi manusia dan masyarakat. Sehingga kesemua permasalahan tentang nilai yang di anut oleh manusia, penulis memandang nilai keagamaanlah yang merupakan kunci utama dari permasalahan ini dan dalam implementasinya, memang benar bahwa nilai keagamaan seseorang akan menyumbangkan peranan yang sangat besar dalam membicarakan masalah kode etik.
Sering kali terjadi dilingkungan PNS dan bahkan dilingkungan para pejabat berslogan bebaskan Korupsi, nepotisme, kolusi, tetapi tingkah laku, tindakan, dan pelaksanaannya tetap saja tidak bisa memberikan contoh dan suri tauladan yang baik seperti yang diucapkan, akan tetapi secara sadar atau tidak sadar tetap saja korupsi, nepotisme dan kolusi. Contoh: Ia berslogan Basmi Korupsi tapi justru ia sendiri yang paling banyak korupsinya, ia berslogan basmi nepotisme justru ia sendiri yang menggunakan kesempatan dalam kesempitan, bahkan seluruh anaknya cucunya dibawa masuk menjadi PNS tampa menindahkan prosedure, Ia berslogan basmi Kolusi tapi dalam kenyataannyannya ialah yang paling banyak kolusi, bahkan sampai penertuan jabatan masih saja menggunakan kolusi dan nepotisme, sehingga kondisi ini sangat merugikan bagi pihak pihak yang potensial dan bagi mereka yang berprestasi kerja.
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan
Kode etik untuk sebuah profesi adalah sumpah jabatan yang juga diucapkan oleh para pejabat Negara. Kode etik dan sumpah adalah janji yang harus dipegang teguh. Artinya, tidak ada toleransi terhadap siapa pun yang melanggarnya. Benar adanya, dibutuhkan sanksi keras terhadap pelanggar sumpah dan kode etik profesi. Bahkan, apabila memenuhi unsur adanya tindakan pidana atau perdata, selayaknya para pelanggar sumpah dan kode etik itu harus diseret ke pengadilan.Kita memang harus memiliki keberanian untuk lebih bersikap tegas terhadap penyalahgunaan profesi di bidang apa pun. Kita pun tidak boleh bersikap diskrimatif dan tebang pilih dalam menegakkan hukum di Indonesia. Kode etik dan sumpah jabatan harus ditegakkan dengan sungguh-sungguh. Profesi apa pun sesungguhnya tidak memiliki kekebalan di bidang hukum. Penyalahgunaan profesi dengan berlindung di balik kode etik profesi harus diberantas. Kita harus mengakhiri praktik-praktik curang dan penuh manipulatif dari sebagian elite masyarakat. Ini penting dilakukan, kalau Indonesia ingin menjadi sebuah Negara dan Bangsa yang bermartabat.
Jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil adalah rasa Kesatuan dan persatuan, kebersamaan, kerja sama, tanggung jawab, dedikasi, disiplin, kreativitas, kebanggaan dan rasa memiliki organisasi Pegawai Negeri Sipil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kode Etik Pegawai Negeri Sipil adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan Pegawai Negeri Sipil di dalam melaksanakan tugasnya dan pergaulan hidup sehari hari. Untuk menjamin agar setiap Pegawai Negeri Sipil selalu berupaya terus meningkatkan kesetiaan ketaatan, dan pengabdiannya tersebut, ditetapkan ketentuan perundang-undangan yang mengatur sikap, tingkah laku, dan perbuatan Pegawai Negeri Sipil, baik di dalam maupun di luar dinas.
DAFTAR PUSTAKA
https://chandrasilaen.wordpress.com/2010/04/20/kode-etik/ bkd.malangkota.go.id
https://id.wikipedia.org/wiki/Kode_etik_profesi