• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Kepuasan Kerja Perawat Rawat Inap Rumah Sakit "X" di Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Kepuasan Kerja Perawat Rawat Inap Rumah Sakit "X" di Bandung."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan

kerja perawat rawat inap di Rumah Sakit “X” Bandung, yang berdasarkan teori

Ivancevich, John, Michael T. Matteson.,2001.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik survey. Variable penelitiannya adalah kepuasan kerja.

Teknik pengambilan data dilakukan pada perawat rawat inap Rumah Sakit “X” di

Bandung yang berjumlah 83 orang.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang dibuat berdasarkan aspek-aspek dalam kepuasan kerja ivancevich & Matteson dan terdiri dari 52 item. Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan rumus rank spearman dan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach diperoleh 36 item yang valid memiliki rentang validitas antara 0.305 – 0.709 dan reliabilitas 0.828 yang menunjukkan derajat reliabilitas tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa perawat rawat inap memiliki kepuasan kerja yang tersebar merata pada golongan yang puas dan tidak puas, yaitu sebanyak 51.8% perawat rawat inap merasa tidak puas dengan pekerjaannya. Sedangkan perawat rawat inap yang merasakan kepuasan kerja terhadap pekerjaannya sebanyak 48.2%.

▸ Baca selengkapnya: program kerja perawat rawat inap

(2)

Abstract

This research is an descriptive studies concerning job satisfaction of hospital in Bandung. The purpose for this research is to give overview of job satisfaction. The population for this research are nurse from “X” hospital in Bandung.

The questionnaire that consist 52 items. The instrument that being use to collect data about job satisfaction based on Ivancevich, John, Michael T. Matteson.,2001. Validity using rank spearman and reliability using alpha cronbach obtained 36 valid items with validity ranges between 0.305 – 0.709 and 0.828 for reliability which means it has a high degree of reliability.

For the final result we can see that degree of job satisfaction is 51.8% in patient nurse a low degree of job satisfaction and the remaining 48.2% in patient nurse has a high degree of job satisfaction.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK………i

ABSTRACT………..ii

KATA PENGANTAR………..……iii

DAFTAR ISI………iv

DAFTAR LAMPIRAN………x

BAB I - PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………...1

1.2 Identifikasi Masalah……….7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian……….…7

1.3.1 Maksud Penelitian………7

1.3.2 Tujuan Penelitian………..7

1.4 Kegunaan Penelitian……….……8

1.4.1 Kegunaan Teoritis……….…8

1.4.2 Kegunaan Praktis………..8

1.5 Kerangka Pemikiran……….9

(4)

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepuasan Kerja………..20

2.1.1 Definisi Kepuasan Kerja……….……….20

2.1.2 Teori Kepuasan Kerja………..…………..21

2.1.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja ………..22

2.1.4 Dampak kepuasan kerja……….…..25

BAB III – METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian………28

3.2 Bagan Rancangan Penelitian……….28

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………29

3.3.1 Variabel Penelitian………...29

3.3.2 Definisi Operasional……….29

3.4 Alat Ukur………30

3.4.1 Alat Ukur kepuasan kerja……….30

3.4.2 Prosedur Pengisian………...…32

3.4.3 Sistem Skoring……….33

3.4.4 Data Pribadi dan Data Penunjang………...…….34

3.4.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur………34

3.4.5.1 Validitas Alat Ukur………..34

3.4.5.2 Reliabilitas Alat Ukur………..36

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel……….…37

(5)

3.5.2 Karakteristik Sampel………37

3.5.3 Teknik Sampling………..38

3.6 Teknik Analisis Data………..38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran responden………40

4.2 Hasil penelitian……….44

4.3 Pembahasan………..50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………64

5.2 Saran………..65

5.2.1 Saran teoritis………65

5.2.2 Saran praktis………65

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RUJUKAN

(6)

DAFTAR TABEL

4.1.1 Gambaran responden berdasarkan jenis kelamin………40

4.1.2 Gambaran responden berdasarkan usia………...41

4.1.3 Gambaran responden berdasarkan status marital………41

4.1.4 Gambaran responden berdasarkan lama bekerja……….…42

4.1.5 Gambaran responden berdasarkan pendidikan terakhir………..43

4.2.1 Tabel kepuasan kerja……….…………..…...44

4.2.2 Tabel kepuasan kerja per aspek………..44

4.2.3 Tabulasi silang kepuasan kerja dengan aspek pay……….………...45

4.2.4 Tabulasi silang kepuasan kerja dengan aspek work it self………..…....46

4.2.5 Tabulasi silang kepuasan kerja dengan aspek promotion opportunities…… 46

4.2.6 Tabulasi silang kepuasan kerja dengan aspek supervision………..47

4.2.7 Tabulasi silang kepuasan kerja dengan aspek coworkers………48

4.2.8 Tabulasi silang kepuasan kerja dengan aspek working conditions………….49

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Alat Ukur (Identitas dan kuesioner)

Lampiran B. Uji validitas alat ukur dan item valid

Lampiran C. Uji reliabilitas alat ukur

Lampiran D. hasil penelitian

Lampiran E. Distribusi frekuensi, tabulasi silang data utama dan penunjang

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Di zaman globalisasi sekarang ini, kesehatan adalah hal yang penting dan

mahal, dimana bila kita sakit harus mengeluarkan biaya perawatan dan

pengobatan yang semakin mahal dan tidak terduga. Hal ini disebabkan karena

pengguna jasa yaitu pasien seringkali menilai kualitas rumah sakit tidak hanya

melalui kualitas pengobatan, tetapi juga melalui kualitas pelayanan. Rumah sakit

merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang penting dalam memelihara

dan meningkatkan kesehatan. Perkembangan jumlah rumah sakit di Indonesia,

diikuti pula dengan perkembangan pola penyakit, perkembangan teknologi

kedokteran dan kesehatan serta perkembangan harapan masyarakat terhadap

pelayanan rumah sakit. Tidak terkecuali dengan rumah sakit “X” yang senantiasa

meningkatkan kualitas pelayanannya terhadap masyarakat.

Rumah Sakit “X” merupakan rumah sakit Islam yang menawarkan

pelayanan kesehatan berdasarkan syariah Islamiyah seperti pada saat keluar

masuk ruangan pasien mengucapkan salam, dilakukan pembacaan doa-doa ayat

suci al-quran melalui speaker yang diletakan pada masing-masing kamar rawat

inap dan perawat juga memberikan saran-saran rohani seperti meminta pihak

keluarga untuk ikut serta dalam memberikan doa bagi kesembuhan pasien serta

mengingatkan untuk memperbanyak ibadah dan pada saat pasien wafat

(9)

2

pasien dengan menggunakan kasih sayang. Adapun visi dari Rumah Sakit “X”

adalah terwujudnya rumah sakit Islam modern yaitu Rumah Sakit golongan C

yang memiliki kapasitas ruangan yang memadai untuk segala macam golongan,

memiliki peralatan yang lengkap dan mengikuti perkembangan zaman namun,

Rumah Sakit X ini hanya mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis

yang terbatas. Visi Rumah Sakit X yang lainnya adalah memiliki kemampuan

yang handal mampu bersaing dan terciptanya pelayanan yang memuaskan bagi

masyarakat dan konsumen sedangkan misi dari Rumah Sakit “X” adalah

meningkatkan penataan sistem penyelenggaraan rumah sakit yang Islami agar

fungsi dan aktivitasnya sesuai dengan kebutuhan dan pembangunan kesehatan

masyarakat, meningkatkan pengelolaan rumah sakit yang berorientasi pada

peningkatan kualitas, profesionalisme, otonomi dan kemandirian, akuntabilitas,

kredibilitas dan evaluasi diri, memberikan pelayanan prima kepada masyarakat

melalui terselenggaranya pelayanan medis dan perawatan, serta bimbingan rohani

yang tepat dan memuaskan masyarakat serta pengguna jasa rumah sakit, dan

menjadikan rumah sakit “X” sebagai rumah sakit yang menarik penanam modal

untuk pengembangan diversifikasi usaha di bidang kesehatan

(http://www.pdpersi.co.id/?show=infors/jabar/muhammadiyah). Dalam

mewujud-kan visi dan misi Rumah Sakit “X, perawat memiliki peranan penting.

Tenaga keperawatan yang memegang peranan penting dalam Rumah Sakit

“X” adalah perawat rawat inap karena perawat tersebut memiliki hubungan yang

intensif selama 24 jam dengan pasien dan keluarganya sehingga perawat

(10)

3

menciptakan citra yang positif bagi Rumah Sakit “X”. Dalam kegiatan

operasionalnya, Rumah Sakit “X” didukung oleh tenaga keperawatan sebanyak

142 orang, dimana sebanyak 83 orang merupakan perawat rawat inap yang yang

sesuai kriteria penelitian dan 40 perawat rawat inap yang masih berada dalam

masa orientasi. Kemudian, sebanyak 19 orang merupakan perawat rawat jalan.

Adapun tugas-tugas dari perawat rawat inap Rumah Sakit “X” adalah

melaksanakan proses pengkajian pasien, membuat perencanaan asuhan dan

melakukan tindakan keperawatan sesuai batas kewenangan serta kebutuhan,

melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan, memelihara kebersihan rawat inap

dan lingkungannya, memelihara alat medis agar selalu siap pakai, melaksanakan

program orientasi kepada pasien, melakukan tindakan darurat kepada pasien

sesuai dengan prosedur, mengikuti pertemuan berkala dengan anggota tim

kesehatan, meningkatkan keterampilan dibidang keperawatan, serta melaksanakan

serah terima tugas dengan rekan perawat secara tertulis maupun lisan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala bidang keperawatan Rumah

Sakit “X”, diperoleh data dalam kurun waktu 6 bulan tepatnya dari bulan Januari

hingga Juni 2012, turnover di Rumah Sakit “X” yaitu dari 83 perawat rawat inap

sebanyak 19 perawat rawat inap (22,8%). Menurut kepala bidang keperawatan

tersebut, turnover yang cukup tinggi berkaitan dengan ketidakpuasan yang

dirasakan oleh perawat yang sebelumnya ditunjukkan dengan datang terlambat

saat bekerja sehingga dapat menghambat kinerja perawat pada shift berikutnya.

Alasan perawat yang mengundurkan diri adalah keinginan perawat yang

(11)

4

tersebut beranggapan bahwa pekerjaan sebagai PNS lebih menjamin dalam karir

di masa depannya dan ingin mendapatkan penghasilan dan pensiun yang lebih

baik, alasan keluarga, alih fungsi dan diterima di instansi lain. Data turnover pada

tahun 2012 menunjukkan bahwa mayoritas perawat rawat inap mengundurkan diri

dengan alasan untuk bekerja di instansi lain. Data turnover tersebut menunjukkan

bahwa perawat rawat inap di Rumah Sakit “X” memiliki turnover cukup tinggi.

55% perawat rawat inap juga menunjukkan tingkat absensi yang cenderung

rendah. Perilaku absensi yang cenderung rendah tersebut ditunjukkan dengan

penggunaan jatah cuti secara maksimal sesuai dengan yang telah ditetapkan

Rumah Sakit “X. Hal tersebut menunjukkan bahwa perawat rawat inap kurang

memiliki kepuasan kerja sehingga memperlihatkan perilaku tidak produktif

terhadap pekerjaannya.

Merujuk pada teori kepuasan kerja dari Ivancevich & Matteson (2002:121),

kepuasan kerja merupakan sikap individu terhadap pekerjaannya. Aspek-aspek

kepuasan kerja menurut Ivancevich & Matteson adalah gaji atau upah (pay),

pekerjaan itu sendiri (work it self), kesempatan untuk promosi(promotion

opportunities), pengawasan (supervison), rekan kerja (co- workers), kondisi kerja

(working conditions) dan rasa aman dalam bekerja (job security) sehingga

karyawan memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap pekerjaannya dan dapat

mempengaruhi tingkat kepuasan kerja karyawan tersebut. Kepuasan kerja dapat

berbeda bagi setiap orang karena dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berlainan.

Perawat yang puas dapat mencegah terjadinya perilaku non produktif seperti

(12)

5

kondisi memburuk, termasuk kemangkiran atau datang terlambat (Stephen P.

Robbins, 2003: 105). Perawat dengan tingkat kepuasan yang tinggi akan

menunjukkan sikap yang positif terhadap pekerjaannya, sedangkan perawat yang

tidak puas dengan pekerjaannya akan menunjukkan sikap yang negatif terhadap

pekerjaan tersebut. Ketidakpuasan kerja pada karyawan berdampak pada

produktivitas dan penarikan diri dari perusahaan seperti absenteeism

(ketidakhadiran) dan tingkat turnover (keluarnya karyawan dari perusahaan) yang

tinggi (Lilly M. Berry, 1998: 269, 294).

Berdasarkan survei awal yang menjaring mengenai kepuasan kerja dan

dilakukan terhadap 30 perawat rawat inap menunjukkan bahwa sebanyak 27

(90%) perawat rawat inap menyatakan bahwa tunjangan yang diperoleh kurang

sesuai dengan pekerjaan yang sudah dilakukan, sisanya sebanyak 3 (10%) perawat

rawat inap menyatakan bahwa tunjangan yang diperoleh sudah sesuai dengan

pekerjaan yang dilakukan dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Gejala

tersebut dalam kepuasan kerja disebut aspek pay. Selain itu, dari 30 orang perawat

rawat inap terdapat 20 (66,6%) perawat rawat inap yang merasa kurang memiliki

kesempatan untuk dipromosikan karena dilihat dari prestasi kerja,

pelatihan-pelatihan yang diikuti dan lamanya bekerja di Rumah Sakit “X”. Gejala tersebut

dalam kepuasan kerja disebut aspek promotion opportunities. Hal tersebut

membuat perawat rawat inap merasakan ketidakjelasan dalam hal promosi kerja.

Oleh karena itu, perawat merasa bahwa dengan berprofesi sebagai perawat kurang

menjamin untuk karir kerja kedepannya. Selain itu, sebanyak 23 perawat rawat

(13)

6

Sakit “X” seperti tidak terdapatnya kantin dan lahan parkir yang luas. Gejala

tersebut dalam kepuasan kerja disebut aspek working condition. Namun semenjak

bulan januari 2012 terjadi perubahan direksi mulai terealisasi salah satu visi

Rumah Sakit “X” yaitu dengan melakukan pembangunan demi memenuhi standar

kelayakan rumah sakit. Dimana kurang nyamannya perawat rawat inap terhadap

fasilitas Rumah Sakit “X” menjabarkan mengenai masalah kepuasan kerja

terhadap kondisi kerja. Selain itu sebanyak 16 (53.3%) perawat rawat inap

menyatakan bahwa terdapat ketidakjelasan dalam hal status keperawatan seperti

kepala bagian keperawatan menetapkan status keperawatan tetap yaitu telah

menjalankan pelatihan keperawatan selama 1 tahun. Namun, terkadang perawat

rawat inap baru dan hanya melakukan pelatihan selama 6 bulan bisa ditetapkan

sebagai perawat tetap. Hal tersebut menyebabkan adanya ketidakjelasan terhadap

status keperawatan. Masalah status keperawatan tersebut berkaitan dengan rasa

aman terhadap pekerjaanya (job security).

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian studi

deskriptif mengenai kepuasan kerja perawat rawat inap Rumah Sakit “X” di

Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah yang ingin diteliti adalah bagaimana gambaran mengenai kepuasan

(14)

7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data mengenai tingkat

kepuasan kerja pada perawat rawat inap Rumah Sakit “X” di Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran yang lebih rinci

mengenai tingkat kepuasan kerja pada perawat rawat inap yang bekerja minimal 1

tahun di Rumah Sakit “X” di Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Memberikan masukan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian

lanjutan mengenai tingkat kepuasan kerja pada perawat.

2. Memberikan sumbangan bagi bidang ilmu psikologi, khususnya psikologi

industri dan organisasi mengenai tingkat kepuasan kerja perawat.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Memberi masukkan kepada Kepala Perawat Rumah Sakit “X” agar dapat

mengetahui apakah perawat mereka merasa puas atau tidak puas terhadap

pekerjaannya serta aspek apa saja yang membuat mereka merasa puas atau tidak

puas terhadap pekerjaannya. Dengan demikian, dapat memperbaiki aspek- aspek

(15)

8

merasa puas sehingga perawat bisa tetap merasakan kepuasan terhadap

pekerjaannya.

1.4.3 Kerangka Pikir

Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang

penting dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Perkembangan jumlah

rumah sakit di Indonesia, diikuti pula dengan perkembangan pola penyakit,

perkembangan teknologi kedokteran dan kesehatan serta perkembangan harapan

masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit tidak terkecuali dengan rumah sakit

“X” yang senantiasa meningkatkan kualitas pelayanannya terhadap masyarakat.

Dalam suatu sistem, rumah sakit tidak terlepas dari sumber daya manusia (SDM)

yang berada dalam suatu organisasi rumah sakit. Sumber daya manusia berperan

penting dalam seluruh kegiatan yang dilakukan rumah sakit terutama pada bagian

perawat karena perawat merupakan karyawan terbesar di Rumah Sakit “X”.

Ivancevich & Matteson (2002: 121) mengatakan bahwa kepuasan kerja

merupakan sikap yang dimiliki oleh seorang karyawan terhadap pekerjaannya.

Kepuasan kerja berasal dari persepsi karyawan terhadap pekerjaannya dan derajat

kesesuaian individu dengan organisasi. Tiap-tiap perawat Rumah Sakit “X”

memiliki kepuasan kerja yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang

berlaku dalam dirinya. Hal ini disebabkan karena adanya aspek-aspek dalam

pekerjaan yang sesuai dan tidak sesuai dengan kebutuhan perawat yang

bersangkutan. Aspek-aspek yang menentukan kepuasan kerja menurut Ivancevich

(16)

9

kesempatan mendapatkan promosi (promotion opportunities), pengawasan

(supervision), rekan kerja (coworkers), kondisi kerja (working conditions) serta

rasa aman dalam bekerja (job security).

Perawat rawat inap rumah sakit “X” akan merasa puas terhadap

pekerjaannya apabila gaji atau upah (pay) yang mereka terima dirasa adil dengan

apa yang telah dikerjakan. Gaji (pay) adalah sejumlah upah yang diterima dan

dirasakan adil (Ivancevich & Matteson, 2002). Pay berupa upah maupun

tunjangan.Pemberian gaji yang sesuai standar gaji akan membuat para perawat

merasa puas karena mereka merasa telah dibayar dengan adil dan sesuai dengan

apa yang telah mereka lakukan untuk perusahaan tersebut. Sedangkan perawat

yang merasa mendapatkan gaji yang tidak sesuai dengan yang diharapkannya

akan merasa tidak puas dan berdampak pada keinginan perawat untuk

mengundurkan diri dari rumah sakit dan mencari pekerjaan lain di luar dari

Rumah Sakit “X”. Selain dari gaji, kepuasan kerja perawat berdasarkan aspek gaji

atau upah, juga bisa ditentukan dari tunjangan dan bonus yang mereka terima. Jika

besarnya gaji membuat perawat kurang puas, namun bonus dan tunjangan lainnya

dapat memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari, maka mungkin saja perawat

merasa puas dengan seluruh gaji yang diterimanya. Sedangkan jika besarnya

tunjangan dan bonus juga dirasakan kurang maka mereka pun merasa kurang

puas.

Aspek kepuasan kerja berikutnya adalah pekerjaan itu sendiri (work itself)

adalah tugas-tugas pekerjaan yang dianggap menarik dan memberikan

(17)

10

bersangkutan ( Ivancevich & Matteson, 2002 ). Keanekaragaman tugas sebagai

perawat rawat inap akan membuat mereka tidak merasa bosan dengan pekerjaan

tersebut. Perawat merasa puas jika mendapatkan kesempatan untuk rolling ke

ruangan lain atau mendapatkan pergantian shift atau variasi tugas. Jika hal itu

terjadi, perawat dapat merasa puas dan bertahan di rumah sakit. Selain itu,

pekerjaan juga harus memiliki komponen feedback agar perawat rawat inap

mengetahui apa yang diharapkan perusahaan dari pekerjaan mereka dan apa yang

perlu diperbaiki dari hasil kerja tersebut. Sedangkan perawat yang tidak puas

dengan pekerjaan yang dimilikinya, akan menampilkan perilaku mengerjakan

tugas dengan terpaksa, cepat bosan, dan tugas yang telah ditetapkan tidak akan

tercapai. Ketidakpuasan ini dapat terjadi karena kurangnya variasi kerja dan

tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas.

Aspek berikutnya dari kepuasan kerja adalah kesempatan mendapatkan

promosi (promotion opportunities) adalah tersedianya kesempatan untuk maju

atau tersedianya kesempatan untuk kenaikan jabatan ( Ivancevich & Matteson,

2002 ). Pemberian promosi atau penghargaan kepada para perawat atas prestasi

dan dedikasinya yang tinggi dapat membuat perawat merasa puas bekerja di

Rumah Sakit “X”. Kesempatan jenjang karir bagi perawat untuk menjadi kepala

ruangan merupakan bentuk penghargaan bagi perawat tersebut. Dengan adanya

kesempatan itu, perawat memiliki semangat kerja yang lebih tinggi dan merasa

puas dengan hasil kerjanya. Sedangkan perawat yang melihat kurangnya

kesempatan di Rumah Sakit “X” untuk naik jabatan atau promosi, dapat

(18)

11

Aspek berikutnya adalah pengawasan pekerjaan (supervision) adalah

kemampuan atasan memimpin bawahan baik secara teknikal atau interpersonal

(Ivancevich & Matteson, 2002), perawat rawat inap Rumah Sakit “X” akan

merasa puas terhadap pekerjaannya apabila atasannya memiliki kemampuan untuk

memimpin bawahannya baik secara teknikal atau interpersonal. Kecocokan yang

ada antara perawat dengan atasannya yaitu kepala perawat akan menimbulkan

perasaan positif pada perawat yang bersangkutan terhadap atasannya. Hal ini akan

menciptakan hubungan yang baik antara perawat dan atasan sehingga komunikasi

antar kedua belah pihak akan berjalan lancar. Kesediaan kepala perawat untuk

membantu perawat yang mengalami kesulitan dalam menghadapi pasien atau

mengatasi masalah alat-alat yang rusak serta kepala perawat yang dapat

memberikan penilaian kerja yang objektif pada perawatnya dapat menimbulkan

kesan positif pada kepala perawat sebagai atasan. Kepala perawat diharapkan

dapat menilai perawatnya dengan tepat dan menegur perawatnya dengan cara

yang sesuai. Hal ini menumbuhkan kepuasan kerja pada perawat. Sedangkan

perawat yang merasa sulit untuk berkomunikasi dengan atasannya, merasa atasan

adalah orang yang kurang ramah, kurangnya pengawasan yang tepat dari atasan

dan merasa kepala perawat adalah orang yang kurang dapat menilai kinerja

perawat secara objektif akan merasa kurang nyaman dengan situasi yang ada di

rumah sakit sehingga kondisi ini membuat perawat menjadi kurang puas.

Aspek selanjutnya adalah rekan kerja (coworkers) adalah rekan-rekan kerja

yang menunjukkan sikap bersahabat dan saling mendukung antara satu dengan

(19)

12

“X” akan merasa puas terhadap pekerjaannya, apabila ia memiliki rekan kerja

yang bersahabat dan saling mendukung satu sama yang lainnya (co-workers).

Rekan kerja yang saling mendukung sangat membantu proses sosialisasi dalam

bekerja. Hal ini akan membantu mengembangkan suatu perasaan setia kawan dan

teamwork dalam diri karyawan tersebut. Sedangkan karena tidak ada bantuan dari

teman maka perawat mengalami ketidakpuasan dalam bekerja.

Aspek berikutnya adalah rasa aman dalam bekerja (job security) adalah

keyakinan individu bahwa posisi atau jabatannya cukup aman (Ivancevich &

Matteson, 2002). Perawat rawat inap Rumah Sakit ”X” akan merasa puas

terhadap pekerjaannya apabila mereka mengetahui bahwa pekerjaan yang mereka

miliki itu aman dan dapat memberikan jaminan masa depan kepada mereka.

Perawat akan merasa puas jika mereka mengetahui bahwa perusahaan tersebut

tidak akan melakukan PHK atau Pemutusan Hubungan Kerja terhadap perawatnya

secara sepihak atau secara tiba-tiba. Hal ini akan membuat mereka merasa tidak

khawatir akan kehilangan pekerjaan mereka secara mendadak. Sebaliknya jika

pimpinan Rumah Sakit “X” dapat melakukan PHK secara sepihak atau

memberlakukan sistem kontrak yang dapat mengancam kelangsungan hidup

perawat di Rumah Sakit “X” maka dapat menimbulkan rasa tidak aman bekerja di

Rumah Sakit “X”.

Aspek yang terakhir adalah kondisi kerja (working conditions) adalah

kondisi lingkungan kerja fisik yang nyaman dan dapat mendukung produktivitas

dalam bekerja (Ivancevich & Matteson, 2002). Perawat rawat inap Rumah Sakit

(20)

13

bekerja nyaman dan mendukung produktivitas dalam bekerja. Tersedianya

fasilitas-fasilitas yang memadai seperti ruangan yang memadai, kantin dan AC

akan membuat karyawan merasa nyaman dan puas saat bekerja. Kekhawatiran

akan kurangnya ketersediaan alat di ruangan rawat inap atau rusaknya

alat-alat yang digunakan pasien dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman ketika

bekerja. Fasilitas kerja yang kurang lengkap dan kurang memadai tersebuut

berdampak pada keengganan perawat untuk bekerja dan pada akhirnya akan

mengurangi produktivitas dan kepuasan dalam bekerja.

Kepuasan kerja menjadi hal yang penting karena dapat berdampak pada

performance yang tampak pada produktivitas, turnover dan absenteeism dari

perawat rawat inap Rumah Sakit “X”. Kepuasan kerja perawat tidak terlepas dari

pengaruh lingkungan di mana perawat tersebut bekerja. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kepuasan kerja perawat dapat bervariasi. Secara umum,

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja perawat adalah usia dan tingkat

pekerjaan, pendidikan serta jenis kelamin (Lilly M. Berry, 1998: 288–292).

Terdapat hubungan yang positif antara usia dan kepuasan kerja. Para perawat

yang berusia lebih lanjut akan merasa lebih puas daripada karyawan yang berusia

lebih muda. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan nilai-nilai pada perawat

yang berusia lebih lanjut selama mereka bekerja dan kesempatan untuk bekerja di

tempat yang lain tidak memiliki pengaruh yang kuat seperti pada perawat yang

berusia lebih muda. Perawat yang berusia lebih lanjut juga akan merasa lebih

puas dengan tingkat pekerjaan mereka daripada perawat yang berusia lebih muda.

(21)

14

kebutuhan, harapan dan nilai selama mereka bekerja di Rumah Sakit yang

bersangkutan.

Pada faktor pendidikan, perawat yang memiliki pendidikan yang lebih

tinggi akan merasa lebih cepat puas terhadap pekerjaannya daripada perawat

dengan pendidikan yang lebih rendah. Hal ini akan berdampak terhadap

kesempatan untuk mendapatkan kenaikan jabatan. Dari segi jenis kelamin,

terdapat perbedaan nilai-nilai pada pria dan wanita. Pria akan merasa lebih puas

terhadap pekerjaannya jika mereka dapat bekerja secara mandiri dan terpenuhinya

extrinsic reward, misalnya gaji dan promosi. Sedangkan wanita akan merasa lebih

puas terhadap pekerjaannya jika pekerjaan tersebut dirasakan menarik dan

terpenuhinya social reward misalnya rekan kerja yang baik dan hubungan yang

baik dengan kepala perawat, dokter atau direksi. Peranan dari faktor-faktor ini

tergantung pada pribadi masing-masing perawat yang bersangkutan, hal inilah

yang menyebabkan kepuasan kerja bersifat individual.

Ketujuh aspek yang menentukan kepuasan kerja menurut Ivancevich &

Matteson yaitu aspek gaji atau upah (pay), pekerjaan itu sendiri (work itself),

kesempatan mendapatkan promosi (promotion opportunities), pengawasan

(supervision), rekan kerja (coworkers), kondisi kerja (working conditions) serta

rasa aman dalam bekerja (job security). Ketujuh aspek kepuasan kerja tersebut

akan dipersepsi oleh perawat rawat inap Rumah Sakit “X” di Bandung, dengan

cara yang berbeda-beda karena pengaruh dari faktor-faktor yang dimiliki oleh

perawat yang bersangkutan. Faktor usia, pendidikan dan jenis kelamin yang

(22)

15

secara tidak langsung dipengaruhi oleh nilai, kebutuhan dan harapan yang

berbeda-beda pula. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi persepsi perawat

terhadap ketujuh aspek kepuasan kerja. Hasil dari pemaknaan tersebut akan

menimbulkan sikap puas dan ketidakpuasan kerja pada perawat rawat inap Rumah

Sakit “X”.

Setiap perawat membawa nilai, kebutuhan serta harapan yang berbeda-beda

pada saat mereka masuk ke dalam rumah sakit. Nilai mengandung suatu unsur

pertimbangan dalam arti, nilai mengemban gagasan-gagasan seseorang mengenai

apa yang benar, baik atau apa yang diinginkan. Nilai yang dimiliki oleh perawat

rawat inap dapat mempengaruhi persepsi, sikap dan juga perilakunya. Selain

membawa nilai, perawat juga memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi. Hal

tersebut mendorong mereka untuk bekerja di Rumah Sakit ”X” dalam rangka

memenuhi kebutuhan yang mereka miliki. Kuat lemahnya suatu kebutuhan

dipengaruhi faktor-faktor yang terdapat di lingkungan sehingga kebutuhan setiap

individu dapat bervariasi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Perawat

memiliki harapan-harapan kepada pihak Rumah Sakit “X”, seperti mendapatkan

gaji yang sesuai dengan pekerjaannya, tunjangan-tunjangan yang diberikan oleh

perusahaan, kondisi kerja yang nyaman serta mempunyai supervisor yang

memiliki kemampuan untuk memimpin bawahannya dan mengerti keinginan

perawat serta rekan kerja yang dapat bekerja sama satu dengan yang lainnya.

Adanya kebutuhan-kebutuhan perawat diiringi dengan harapan-harapan atas

pekerjaannya. Harapan perawat dapat terpenuhi jika kebutuhan yang ada juga

(23)

16

sakit melalui imbalan (reward) yang disediakan oleh perusahaan. Imbalan

(reward) tersebut mencakup antara lain gaji, penghargaan, jaminan pekerjaan,

tempat kerja yang aman dan nyaman, teman kerja yang menyenangkan, atasan

yang kompeten dan kesempatan berprestasi.

Perawat rawat inap Rumah Sakit “X” yang mempersepsi bahwa faktor

kepuasan kerja sesuai dengan nilai, kebutuhan, dan harapan yang ada dalam

dirinya, akan memiliki perasaan yang puas terhadap pekerjaannya. Perawat yang

puas akan menjadi lebih bangga terhadap tugasnya melebihi tuntutan tugas

tersebut karena mereka ingin membalas perasaan positif yang mereka rasakan

terhadap pekerjaan mereka (Stephen P. Robbins, 2003: 105–106). Kepuasan kerja

dapat dirasakan perawat jika ia merasa kebutuhan atau sebagian besar

kebutuhannya dapat terpenuhi oleh perusahaan tersebut. Dengan kepuasan kerja

yang dirasakan perawat dapat mencegah terjadi perilaku non produktif dan dapat

mencapai tujuan perusahaan. Sebaliknya, perawat rawat inap Rumah Sakit “X”

yang mempersepsi bahwa faktor kepuasan kerja tidak sesuai dengan nilai,

kebutuhan dan harapan yang ada dalam dirinya akan memiliki perasaan yang

tidak puas terhadap pekerjaan mereka. Akibatnya perawat kurang melaksanakan

tugas dan tanggung jawab yang sesuai dengan job description yang ada dengan

baik. Ketidakpuasan kerja dapat dirasakan oleh perawat yang bersangkutan jika ia

merasa kebutuhan atau sebagian besar kebutuhannya tidak dapat terpenuhi oleh

perusahaan tersebut. Ketidakpuasan yang dirasakan oleh perawat tentang

pekerjaannya dapat memunculkan perilaku non produktif yang pada akhirnya

(24)

17

(25)

18

Perawat Rawat Inap Rumah Sakit “X” Bandung.

Kepuasan Kerja

Puas

Tidak Puas

7 aspek kepuasan kerja :

1. Gaji atau upah (pay)

2. Pekerjaan itu sendiri (work it self) 3. Kesempatan mendapatkan promosi

(Promotion opportunities) 4. Pengawasan (supervision) 5. Rekan kerja (co-workers)

6. Kondisi kerja (working conditions) 7. Rasa aman dalam bekerja (job security) Faktor – faktor yang mempengaruhi :

- Usia dan tingkat pekerjaan - Pendidikan

(26)

19

1.6 Asumsi

Asumsi dari penelitian ini adalah :

1. Setiap perawat rawat inap Rumah Sakit “X” di kota Bandung memiliki usia dan

tingkat pekerjaan, pendidikan dan jenis kelamin yang berbeda-beda.

2. Nilai, kebutuhan dan harapan yang berbeda-beda dari perawat rawat inap

Rumah Sakit “X” dapat mempengaruhi sikap perawat terhadap tujuh aspek

kepuasan kerja.

3. Ketujuh aspek kepuasan kerja yaitu, gaji atau upah (pay), pekerjaan itu sendiri

(work itself), kesempatan mendapatkan promosi (promotion opportunities),

pengawasan (supervision), rekan kerja (coworkers), kondisi kerja (working

conditions) serta rasa aman dalam bekerja (job security) akan dipersepsi

berbeda oleh masing-masing perawat sehingga sikap perawat terhadap tujuh

aspek kepuasan kerja tersebut akan berbeda satu sama lain.

(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan tentang

kepuasan kerja pada perawat rawat inap Rumah Sakit X di Bandung, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Perawat rawat inap Rumah Sakit X di Bandung menghayati ketidakpuasan

terhadap pekerjaannya. Yaitu sebanyak 51.8% perawat rawat inap Rumah

Sakit X di Bandung merasa tidak puas terhadap pekerjaannya.

2. Aspek kepuasan kerja yang dihayati paling puas oleh perawat rawat inap

Rumah Sakit X di Bandung adalah aspek Supervision, aspek kepuasan

kerja yang dihayati paling tidak puas oleh perawat rawat inap Rumah Sakit

X di Bandung adalah aspek Promotion Opportunities.

3. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja seperti usia, jenis

kelamin, lamanya bekerja dan status marital, ternyata kurang berpengaruh

terhadap kepuasan kerja yang dihayati oleh perawat rawat inap Rumah

(28)

65

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

1. Bagi peneliti lain yang ingin meneliti mengenai kepuasan kerja pada

perawat rawat inap Rumah Sakit X di Bandung, diharapkan lebih meneliti

data pribadi secara keseluruhan dan mengambil data penunjang tersebut.

2. Bagi peneliti lain yang ingin meneliti mengenai kepuasan kerja,

diharapkan pilihan alternatif jawaban itu sangat puas, puas, dan tidak

puasn.

3. Untuk penelitian selanjutnya survei awal dan data penunjang perlu

ditambahkan kembali dengan keluhan yang muncul dari sisi pimpinan

Rumah Sakit.

4. Aspek working condition harus benar-benar berkaitan dengan situasi kerja

di Rumah Sakit.

5.2.2 Saran Praktis

1. Disarankan kepada kepala perawat Rumah Sakit X agar menjelaskan dan

memberikan pemahaman mengenai pembangunan yang sedang dilakukan

kepada perawat rawat inap sehingga perawat rawat inap dapat menoleransi

keadaan tersebut dan tetap memperlihatkan perilaku kerja yang produktif.

2. Disarankan kepada kepala perawat Rumah Sakit X agar menjelaskan pada

saat menandatangani kontrak kerja mengenai jenjang karir, aturan, dan

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Penulisan Skripsi ( Juni 2000 ). Bandung : Fakultas Psikologi Universitas

Kristen Maranatha.

Berry, Lilly M. 1998. Psychology at work, second edition. Mc Graw-Hill Company

Davis and Newstrom. 1995. Perilaku dalam Organisasi. Jakarta : Erlangga

Gibson, Ivancevich and Donnelly. 1996. Organisasi, perilaku, struktur dan proses.

Edisi kedelapan, jilid satu. Jakarta : Binarupa Aksara

Ivancevich and Matteson. 2002. Organizational Behaviour and Management.

(30)

DAFTAR RUJUKAN

Norma. Setrayani. 2010. “Studi Deskriptif Mengenai Kepuasan Kerja Pada Karyawan

Divisi Caring PT. “X” Kota Bandung. Skripsi. Bandung : Fakultas Psikologi

Referensi

Dokumen terkait

Klik tombol IPR dari menu, kemudian buat area region yang mencakupi lightning effect pada layar pada kotak Render View yang muncul.. Perintah ini sangat memudahkan dalam

Menunjuk Berita Acara Penjelasan ( Aanwijzing ) Nomor: BA-11/ULPD/WII.8/2017 tanggal 20 April 2017, dengan ini diumumkan bahwa telah diunggah Adendum Dokumen

Please refer to the cutting conditions in the chart below according to the tube and tube sheet materials when using Facing Tool, Grooving Tool and Rolling tube cutter for

Kebersamaan peserta didik di kelas atau di sekolah inklusi jangan hanya dilihat dari kebersamaan mereka dalam kelas, tetapi kehidupan mereka di lingkungan sekolah

Moreover, the results of picture comparison and picture drawing tasks showed that when the interlocutors indicated their non-understanding directly, using a

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, Skripsi dengan judul ”Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya tabungan pada bank Umum di Kabupaten

Salah satu bentuk dokumen ilmiah kegiatan KKIN 2016 adalah diterbitkannya buku Prosiding ber- ISSN yang merupakan kumpulan artikel hasil penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan

Pada akhirnya program aplikasi modul interactive fisika dasar 3 ini akan diaplikasikan pada web universitas gunadarma untuk mempermudah dalam melaksanakan kegiatan belajar