• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Guru SMP Negeri 9 Ambon T2 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Guru SMP Negeri 9 Ambon T2 BAB II"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka dalam penelitian ini mencakup (a)

evaluasi, (b) peran kepala sekolah, (c) profesionalisme guru, (d)

bentuk kompetensi Guru.

2.1 Evaluasi

A. Pengertian Evaluasi

Evaluasi berasal dari kata evaluation yang artinya suatu

upaya untuk menentukan nilai atau jumlah. Kata-kata yang

terkandung didalam defenisi tersebut pun menunjukkan

bahwa kegiatan evaluasi harus dilakukan secara hati-hati,

bertanggung jawab, menggunakan strategi, dan dapat

dipertanggung jawabkan. Evaluasi dilaksanakan untuk

menyediakan informasi tentang baik atau buruknya proses

dan hasil kegiatan. Evaluasi lebih luas ruang lingkupnya dari

pada penilaian, sedangkan penilaian lebih terfokus pada

aspek tertentu saja yang merupakan bagian dari lingkup

tersebut.

Arikunto dkk (2010 : 1-2) mengatakan evaluasi sebagai

sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya

tujuan. Defenisi lain dikemukakan oleh Stutflebeam dalam

Arikunto dan Jabar mengatakan bahwa, evaluasi merupakan

(2)

11 yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatife keputusan.

Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi oleh Sudjana

(2006 : 191) sebagai proses memberikan atau menentukan

nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria

tertentu. Lebih lanjut Arifin zainal (2010 : 31) mengatakan evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil

(produk). Hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah

sesuatu kualitas yang menyangkut tentang nilai atau arti,

sedangkan kegiatan untuk sampai pada pemberian nilai dan

arti itu adalah evaluasi. Hal yang senada juga disampaikan oleh Purwanto (2010 : 42) bahwa kegiatan evaluasi merupakan

proses yang sistematis. Evaluasi merupakan kegiatan yang

terencana dan dilakuakan secara berkesinambungan.

B. Pengertian Peran Kepala Sekolah

Veitzhal Rivai dan Sylvian Murni (2009 : 145)

menjelaskan peran adalah perilaku yang diatur dan

diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu. Berarti

bahwa peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan

dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat atau

sebuah lembaga. Dalam hal ini, kepala sekolah perlu

menjalankan perannya sesuai dengan hak dan kewajibannya.

Wahjosumidjo (2002 : 88) kata Kepala Sekolah terdiri dari

dua kunci yaitu “Kepala” dan “Sekolah”. Kepala berarti ketua atau pemimpin dalam sebuah organisasi atau lembaga.

Sedangkan Sekolah adalah sebuah lembaga tempat menerima

dan memberi pelajaran. Dengan demikian dapat diambil

(3)

12 seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas memimpin

suatu lembaga pendidikan dimana terjadi proses belajar

mengajar.

2.2 Peran Kepala Sekolah

Wahjosumidjo (2001 : 81) mengatakan kedudukan Kepala

Sekolah adalah kedudukan yang sangat sulit. Pada satu pihak

ia adalah orang atasan karena ia diangkat oleh atasan, pada

lain pihak ia adalah wakil guru-guru atau stafnya, ia adalah

suara dan keinginan guru-guru. Peran utama kepala sekolah

sebagai pemimpin pendidikan adalah menciptakan situasi

belajar mengajar sehingga guru-guru dapat mengajar dan

murid-murid dapat belajar dengan baik. Dalam melaksanakan

peran tersebut, kepala sekolah memiliki tanggung jawab

ganda yaitu melaksanakan administrasi sekolah sehingga

tercipta situasi belajar mengajar yang baik, dan melaksanakan

supervisi sehingga guru-guru bertambah dalam menjalankan

tugas-tugas pengajaran dan dalam membimbing pertumbuhan

murid-murid.

Hendiyat Seotopo dan Wasty Soemanto (1988 : 19-20)

mengatakan kepala sekolah harus mampu menciptakan

situasi mengajar yang baik. Ini berarti bahwa ia harus mampu mengelola “school plant”, pelayanan-pelayanan khusus sekolah, dan fasilitas-fasilitas pendidikan sehingga guru-guru

dan murid-murid memperoleh kepuasan menikmati

kondisi-kondisi kerja; mengelola personalia pengajar dan murid;

membina kurikulum yang memenuhi kebutuhan anak; dan

(4)

13 diharapkan, agar ia dapat memajukan program pengajaran di

sekolahnya.

Soekarto Indrafachrudi (1998 : 45) mengatakan dalam

dunia pendidikan, peran kepala sekolah sangat menentukan

dalam memperlancar kegiatan belajar mengajar (KBM).

Perannanya bukan hanya menguasai teori-teori

kepemimpinan, lebih dari itu seorang kepala sekolah harus

bisa mengimplementasikan kemampuannya dalam aplikasi

teori secara nyata. Untuk itu seorang kepala sekolah sudah

sepatutnya memiliki ilmu pendidikan secara menyeluruh.

Mulyasa (2005 : 98-104) menjelaskan bahwa untuk

mendorong visinya dalam meningkatkan kualitas tenaga

kependidikan kepala sekolah harus mempunyai peran sebagai

berikut:

1. Kepala sekolah sebagai leadership, harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan

kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi

dua arah dan mendelegasi tugas. Gaya kepemimpinan

kepala sekolah seperti apakah yang dapat

menumbuh-suburkan kreativitas sekaligus dapat mendorong

terhadap peningkatan kompetensi guru. Dalam teori

kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya

kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi

pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada

manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi

guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua

(5)

14 disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada.

Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan

kepribadian dan kepribadian kepala sekolah sebagai

pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat sebagai

barikut: (1) jujur; (2) percaya diri; (3) tanggung jawab; (4)

berani mengambil resiko dan keputusan; (5) berjiwa

besar; (6) emosi yang stabil, dan (7) teladan.

2. Kepala sekolah sebagai supervisor harus mampu

melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian

untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan.

Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu

melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala

sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang

dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas

untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung,

terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode,

media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam

proses pembelajaran. Dari hasil supervisi ini, dapat

diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam

melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan

kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya

diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut

tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan

yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya

dalam melaksanakan pembelajaran. Jones dkk.

(6)

15 berisi perubahan-perubahan yang cukup besar dalam

tujuan, isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sudah

sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka”. Dari ungkapan ini, mengandung makna bahwa kepala sekolah harus

betul-betul menguasai tentang kurikulum sekolah.

Mustahil seorang kepala sekolah dapat memberikan

saran dan bimbingan kepada guru, sementara dia

sendiri tidak menguasainya dengan baik.

3. Kepala sekolah sebagai motivator, harus memiliki

strategi yang tepat untuk memotivasi para tenaga

kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan

fungsinya. Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan

memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk

menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai

usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh

karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim

kerja yang kondusif, kepala sekolah hendaknya

memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : (1) para

guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang

dilakukannya menarik dan menyenangkan, (2) tujuan

kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan

diinformasikan kepada para guru sehingga mereka

mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat

dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, (3) para

guru harus selalu diberitahu tentang dari setiap

(7)

16 hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga

diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan

sosio-psiko-fisik guru, sehingga memperoleh kepuasan.

Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan

lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin,

dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan

berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat

Sumber Belajar (PSB).

4. Kepala sekolah sebagai inovator, harus memiliki strategi

yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis

dengan lingkungan, mencari gagasan baru,

mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan

kepala seluruh tenaga kependidikan di sekolah dan

mengembangkan model-model pembelajaran yang

inovatif. Dalam menerapkan prinsip-prinsip

kewirausaan dihubungkan dengan peningkatan

kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya

dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan

komparatif, serta memanfaatkan berbagai peluang.

Kepala sekolah dengan sikap kewirauhasaan yang kuat

akan berani melakukan perubahan-perubahan yang

inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam

hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran

siswa beserta kompetensi gurunya. Sejauh mana kepala

sekolah dapat mewujudkan peran-peran di atas, secara

langsung maupun tidak langsung dapat memberikan

(8)

17 pada gilirannya dapat membawa efek terhadap

peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

5. Kepala sekolah sebagai Manajer, yang pada hakekatnya

merupakan suatu proses merencanakan,

mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin, dan

mengendalikan usaha para anggota organisasi serta

mendayagunakan seluruh sumber daya organisasi

dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas

yang harus dilakukan kepala sekolah adalah

melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan

pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini, kepala

sekolah seyogyanya dapat memfasiltasi dan memberikan

kesempatan yang luas kepada para guru untuk dapat

melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui

berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang

dilaksanakan di sekolah, seperti MGMP/MGP tingkat

sekolah, in house training, diskusi profesional dan

sebagainya, atau melalui kegiatan pendidikan dan

pelatihan di luar sekolah, seperti: kesempatan

melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai

kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.

6. Kepala sekolah sebagai edukator (pendidik), meliputi

pembinaan mental, pembinaan moral dan pembinaan

fisik bagi tenaga kependidikan. Kegiatan belajar

(9)

18 guru merupakan pelaksana dan pengembang utama

kurikulum di sekolah. Kepala sekolah yang

menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap

pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar

mengajar disekolahnya tentu saja akan sangat

memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki

gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha

memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat

secara terus menerus meningkatkan kompetensinya,

sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan

efektif dan efisien.

Wahjosumidjo (2002 : 89-93) mengatakan peran khusus

kepala sekolah ini tidak terlepas dari ilmu pendidikan di

dalam melaksanakan peranan-peranannya sebagaimana

diungkapkan oleh Harry Mintzberg yang secara jelas

mengungkapkan ada tiga peranan seorang pemimpin, yaitu;

interpersonal roles, informational roles dan decisional roles.

a) Peranan hubungan antar perseorangan (interpersonal roles)

Peran ini timbul akibat otoritas formal dari seorang

manajer, meliputi:

- Figurehead (lambang), berarti lambang dengan pengertian sebagai kepala sekolah sebagai lambang

sekolah.

- Leadership (kepemimpinan), berarti kepala sekolah adalah pemimpin untuk menggerakkan seluruh

(10)

19 melahirkan tenaga kerja dan produktivitas yang

tinggi untuk mencapai tujuan.

- Liasion (penghubung), berarti kepala sekolah menjadi penghubung antara kepentingan kepala

sekolah dengan kepentingan lingkungan

di luar sekolah. Sedangkan secara internal kepala

sekolah menjadi perantara antara guru, staf dan

siswa.

b) Peranan informasional (informatinal roles)

- Sebagai monitor, berarti kepala sekolah selalu

mengadakan pengamatan terhadap lingkungan

karena kemungkinan adanya informasi-informasi

yang berpengaruh terhadap sekolah.

- Sebagai disseminator, berarti kepala sekolah

bertanggung jawab untuk menyebarluaskan dan

membagi-bagi informasi kepada para guru, staf, dan

orang tua murid.

- Sebagai Spokesman, berarti Kepala sekolah

menyabarkan informasi kepada lingkungan di luar

yang dianggap perlu.

c) Peranan sebagai pengambil keputusan (decisional roles)

Ada empat macam peran sekapala sekolah sebagai

pengambil keputusan, yaitu:

- Enterpreneur, kepala sekolah selalu berusaha

memperbaiki penampilan sekolah melalui berbagai

(11)

20 melakukan survey untuk mempelajari berbagai

persoalan yang timbul di lingkungan sekolah.

- Orang yang memperhatikan gangguan

(disturbancehandler), kepala sekolah harus mampu

mengantisipasi gangguan yang timbul dengan

memperhatikan situasi dan ketepatan keputusan

yang diambil.

- A negotiator roles, kepala sekolah harus mampu

untuk mengadakan pembicaraan dan musyawarah

dengan pihak luar dalam memenuhi kebutuhan

sekolah.

2.2 Profesionalisme Guru

A. Pengertian Profesionalisme

Syaiful Sagala (2005 : 198) mengemukakan bahwa

profesional berasal dari bahasa latin yaitu “profesia”, yang mengandung arti pekerjaan, keahlian, jabatan, jabatan guru

besar. Sedangkan Javis (1983) menjelaskan profesional dapat

diartikan bahwa seorang yang melakukan suatu tugas profesi

juga seorang yang melakukan suatu tugas profesi juga sebagai

seorang ahli (expert) apabila dia secara spesifik

memperolehnya dari belajar.

Moh. Uzer Usman (2002 : 11) menyatakan bahwa kata “profesional” berasal dari kata sifat berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai

keahlian seperti guru, dokter dan sebagainya. Dengan kata

(12)

21 hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus

dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan

oleh mereka yang karena tidak dapat memeperoleh pekerjaan

itu.

Moh. Uzer Usman (2002 : 13) mengatakan

profesionalisme diartikan sebagai mutu, kualitas, yang

merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional.

Sedangkan profesionalisme sendiri berasal dari kata

professien. Profesi mengandung arti yang sama dengan kata

occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang

diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus. Dengan

kata lain, profesi dapat diartikan sebagai suatu bidang

keahlian yang khusus untuk menangani lapangan kerja

tertentu yang membutuhkannya.

Moh. Uzer Usman (2002 : 15) mengemukakan syarat

khusus untuk profesi yaitu:

a. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan

konsep dan teori ilmu pengetehuan yang mendalam.

b. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang

tertentu sesuai dengan profesinya.

c. Menuntut adanya tingkat keguruan yang memadai.

d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan

dari pekerjaan yang dilaksakannya.

e. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan

dinamika kehidupan.

Melihat beberapa definisi di atas maka profesionalisme

(13)

22 ciri dari suatu profesi atau orang yang melakukan suatu tugas

profesi atau jabatan profesional bertindak sebagai pelaku

untuk kepentingan profesinya dan juga sebagai ahli (expert)

apabila ia secara spesifik memperoleh keahlian dari belajar.

B. Profesionalisme Guru

Suparlan (2006 : 20-21) mengatakan guru adalah salah

satu faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan. Betapa

bagusnya sebuah kurikulum (official), hasilnya sangat

bergantung pada apa yang dilakukan guru di luar maupun di

dalam kelas (actual). Berangkat dari permasalahan tersebut

maka profesionalisme keguruan dalam mengajar sangat

diperlukan. Guru sebagai pendidik profesional mempunyai

citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan

kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau

teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan

melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari,

apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak.

Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya, meningkatkan

pengetahuannya, memberi arahan dan dorongan kepada anak

didiknya, dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara

serta cara bergaul baik dengan siswa, teman-temannya serta

anggota masyarakat, sering menjadi perhatian masyarakat

luas.

Seotjipto dan Rafliks Kosasi (2004 : 42) mengatakan

walaupun segala perilaku guru selalu diperhatikan

(14)

23 adalah khusus perilaku guru yang berhubungan dengan

profesinya. Hal ini berhubungan dengan bagaimana pola

tingkah laku guru memahami, menghayati, serta

mengamalkan sikap profesionalnya. Pola tingkah laku guru

yang berhubungan dengan itu akan dibicarakan sesuai

dengan sasarannya, yakni sikap profesional keguruan

terhadap: (1) peraturan perundang-undangan, (2) Organisasi

profesi, (3) teman sejawat, (4) anak didik, (5) tempat kerja, (6)

pemimpin, dan (7) pekerjaan.

Suparlan (2006 : 26) mengatakan profesi kependidikan,

khususnya profesi keguruan mempunyai tugas utama

melayani masyarakat dalam dunia pendidikan. Sejalan dengan

alasan tersebut, jelas kiranya bahwa profesioanlisasi

keguruan mengandung arti peningkatan segala daya dan

usaha dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang

akan diberikan kepada masyarakat.

Mulyasa (2005 : 187) mengatakan untuk meningkatkan

kompetensi guru, perlu dilakukan suatu sistem pengujian

terhadap kompetensi guru. Sejalan dengan kebijakan otonomi

daerah telah melakukan uji kompetensi guru, mereka

melakukannya terutama untuk mengetahui kemampuan guru

di daerahnya, untuk kenaikan pangkat dan jabatan, serta

untuk mengangkat kepala sekolah dan wakil kepala sekolah.

Uji konpetensi guru dapat dilakukan secara nasional, regional,

maupun lokal.

Secara nasional dapat dilakukan oleh pemerintah pusat

untuk mengetahui kualitas dan standar kompetensi guru,

(15)

24 keseluruhan. Secara regional dapat dilakukan oleh

pemerintah provinsi untuk mengetahui kualitas dan standar

kompetensi guru, dalam kaitannya dengan pembangunan

pendidikan di provinsi masing-masing. Sedangkan secara

lokal dapat dilakukan oleh daerah (kabupaten dan kota) untuk

mengetahui kualitas dan standar kompetensi guru, dalam

kaitannya dengan pembangunan pendidikan di daerah dan

kota masing-masing.

Mulyasa (2005 : 189) Kompetensi keguruan meliputi

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi

profesional. Dalam banyak analisis tentang kompetensi

keguruan, aspek kompetensi kepribadian dan kompetensi

sosial umumnya disatukan. Hal ini wajar karena sosialitas

manusia (termasuk guru) dapat dipandang sebagai baik

pribadinya.

Mulyasa (2005 : 190) Merumuskan tiga kompetensi yang

harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional. Tiga

kompetensi tersebut yaitu:

a) Kompetensi profesional, artinya bahwa guru harus memiliki pengetahuan yang luas serta dalam tentang

subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan,

serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki

pengetahuan konsep teoritik, yang mampu memilih

metode yang tepat, serta mampu menggunakannya

dalam proses belajar-mengajar.

b) Kompetensi personal, artinya bahwa guru harus memiliki sikap kepribadian yang mantap, sehingga

(16)

25 Arti lebih terperinci adalah bahwa ia memiliki

kepribadian yang patut diteladani seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro: “Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun kurso, tutwuri handayani”.

c) Kompetensi sosial, artinya bahwa guru harus

memiliki kemampuan berkomunikasi sosial, baik

dengan murid-muridnya maupun dengan sesama

teman guru, dengan kepala sekolah, dengan

pegawai, dan tidak lupa dengan anggota masyarakat.

Arikunto (1990 : 115) mengatakan salah satu dari tiga

kompetensi yang disebutkan ini akhirnya dirinci lebih kecil

karena dipandang penting dan harus bukan hanya dipahami

tetapi juga diraih oleh guru adalah kompetensi profesional.

Dalam kompetensi profesional, seorang guru dituntut

mempunyai kemampuan dasar keguruan sebagai berikut:

1) Guru dituntut menguasai bahan yang akan

diajarkan,

2) Guru mampu mengelola program belajar-mengajar,

3) Guru mampu mengelola kelas dengan baik,

4) Guru mampu menggunakan media dan sumber

pengajaran,

5) Guru menguasai landasan-landasan kependidikan,

6) Guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar, 7) Guru mampu menilai prestasi belajar siswa untuk

(17)

26 8) Guru mengenal fungsi serta program pelayanan

bimbingan dan penyuluhan,

9) Guru mengenal dan mampu ikut menyelenggarakan

administrasi sekolah, dan

10)Guru memahami prinsip-prinsip penelitian

pendidikan dan mampu menafsirkan hasil-hasil

penelitian pendidikan untuk kepentingan

pengajaran.

Sedangkan berdasarkan undang-undang pemerintah No. 14 Tahun 2005 tentang kompetensi guru “kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesioanl yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.

2.3 Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang berhubungan dengan evaluasi peran kepala

sekolah yang dilaksanakan sebelumnya diantaranya oleh:

1. Gatot Kuncoro (2008) hasil penelitian menyimpulkan

bahwa evaluasi peran kepala sekolah dalam

implementasi manajemen berbasis sekolah. Yaitu

menemukan bahwa; 1. Implementasi MBS, Kurang

insentif dan tegas dalam melakukakn sosialisasi

implementasi MBS, sehingga mengakibatkan tidak

semua warga sekolah memahami kebijakan kepala

sekolah yang menerapkan MBS, juga pemerintah dalam

(18)

27 dalam pengembangan otonomi sekolah yang telah

menerapkan MBS. 2. Peran kepala sekolah cukup

dominan dalam manejerial. Kepala sekolah

bersama-sama warga dan komite sekolah menjalankan

fungsi-fungsi manajemen pendidikan. Tetapi ada peran-peran

kepala sekolah yang lain kurang intensif dilakukannya.

sehingga harus melakukan tindakan evaluasi untuk

mengetahui kekurangan atau kelemahan yang ada.

2. Irsan Abubakar (2010) hasil penelitian evaluasi peran

kepala sekolah sebagai motivator dalam peningkatan

profesinalisme guru, menemukan bahwa kualifikasi

guru. Untuk kualifikasi guru sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan bahwa guru telah mengajar

sesuai dengan bidang-bidangnya, namun demikan

masih terdapat beberapa orang guru yang honorer yang

mangajar tidak sesuai bidangnya. Kemudian kompetensi

guru, dalam penelitian penulis menemukan sebagian

kecil guru MTs. N belum menjalankan tugas sesuai

dengan empat kompentsi sebagaimana yang tertuang

dalam UU Guru dan dosen, terutama dalam hal

administrasi yang sala satu peran guru sebagai

administrator. Untuk kompetensi kepala sekolah

sebagai jaminan mutu pendidikan, kepala sekolah

memiliki standar kompentensi yang diatur dalam

Peraturan Mentri Pendidikn No.13 Tahun 2017. Maka

dari it empat kompetensi setidaknya harus dimiliki oleh

(19)

28 menemukan bahwa kepala sekolah MTs kurang

memerankan peran dalam kompentsi manajerial.

Selanjutnya peran kepala sekolahs sebagai motivator.

Menemukan bahwa motivasi yang dilakukan oleh

kepala sekolah dalam upaya peningktan profesionalisme

guru yaitu mememnuhi kebutuhan dasar setiap guru

antara lain; memenuhi kebutuhan fisilogikal,

pengharapan, pengaturan lingkungan fisik, suasana

kerja, kerja sama, dan nilai spritual. Hal ini telah

dilakukan oleh kepala sekolah MTs. N dalam

peningkatan profesionalisme guru.

3. Dewi n soegara (2010) hasil penelitan evaluasi peran

kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru pada

kegiatan belajar. Dari hasil penelitian penulis

menemukan kualitas guru mampu menjadikan pendidik

dan pengajar yang baik, untuk menghasilkan anak didik

yang berkualitas. Sehingga ada peran yang penting oleh

seorang kepala sekolah dalam memberdayakan guru

antara lain; pelimpahan wewenang berdasarkan

kemampuan guru, mempermudah aturan,

menyelesaikan konflik dan hambatan lainnya untuk

mendukung tugas guru, memberikan arahan,

menghargai kontribusi setiap guru, memotivasi,

memfasilitasi guru dalam membuat perencanaan dan

pengambilan keputusan, tidak mengambil keputusan

yang menjadi kewenangan guru, memiliki inisiatif dan

(20)

29 kepuasan bagi guru. Inilah tugas sebagai seorang

pemimpin , ia telah mampu membimbing, mengarahkan

serta meningkatkan kualitas guru-guru yang ada

disekolah yang dipimpinya.

4. Wahyudin (2011) hasil penelitian menyimpulkan bahwa

menurut persepsi guru bahwa evaluasi peran kepala

sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan

melaksanakan kompetensi manajerialnya terbukti

cukup mampu. Hal ini terbukti dalam perencanaan,

pelaksanaan perngoraganisasi, penyusunan tugas dan

wewenang dalam tanggung jawab, pengarahan pendidik,

penyusunan kurikulum, perbaikan sarana prasarana

dan meningkatkan prestasi belajar siswa, menunjukkan

bahwa kepala sekolah cukup optimal dalam

melaksanakannya. Akan tetapi ada beberapa hal kepala

sekolah harus melakukan evaluasi secara berkala,

sehingga ada peningkatan kemampuan individu yang

perlu ditingkatkan.

5. Masluyah Suib, ahmadi M. Syukri (2012) hasil

penelitian menyimpulkan bahwa evaluasi peran kepala

sekolah sebagai pendidik dalam meningkatkan kinerja

mengajar guru. Yaitu menemukan bahwa; 1. peran

kepala sekolah sebagai pendidik dalam membimbing

guru menyusun perencanaan pembelajaran di SD Negeri

Kecamatan Delta Pawan, terutama dalam penyusunan

alokasi waktu, penyusunan program tahunan da

(21)

30 dengan optimal. 2. Peran kepala sekolah sebagai

pendidik dalam membimbing guru melaksanakan

pembelajaran berlangsung efekstif dalam meningkatkan

kinerja guru. 3. Peran kepala sekolah sebagai pendidik

dalam membimbing guru melaksanakan evaluasi

pembelajaran yang lebih khusus hasil evaluasi bagi

pembelajaran melalui kegiatan analisis hasil belajar

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji inferensial dengan Uji F menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan atau serentak antara indikator rasio keuangan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pentingnya faktor – faktor yang dapat mempengaruhi turnover intention. Karena pada perkembangan bisnis yang dinamis ini

Bagi calon investor yang hendak menanamkan dananya pada saham perusahaan dapat melihat faktor Market Value Added (MVA) karena berdasarkan hasil dari penelitian ini

user berbeda telah berhasil berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dari tabel diatas dapat diketahui

In Boztepe (2012) which has proven the influence of environmental awareness, green products, green prices, and green promotion of significant purchasing decisions

Maka untuk kemudahan download dan pencarian nama Ilmubeton.com telah membagi-bagi file tersebut.. Tanpa mengubah, menambahi, mengurangi Isi dari

Sesuai dengan Keputusan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 5 tahun 2009 tentang Pedoman Praktik Pengalaman Lapangan Bagi Mahasiswa Program Kependidikan

Dalam hal ini biasanya setelah selesai melakukan kegiatan latihan praktik mengajar praktikan langsung meminta penilaian dan bimbingan dari guru pamong, karena praktikan ingin