1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan sangat pesat dengan dukungan dari kemajuan teknologi yang semakin canggih akan berdampak pada kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan yang sebenarnya juga memberi gambaran akan kualitas ilmu pengetahuan. Tingkat keberhasilannya dipengaruhi oleh berbagai aspek mulai dari kurikulum, proses pembelajaran, penilaian, pendidik, tenaga kependidikan, pembiayaan, pengelolaan dan sarana prasarana. Sarana prasarana memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang sistem pembelajaran yang sekaligus akan menentukan kualitas pembelajaran itu sendiri. Salah satu sarana yang harus ada dan digunakan untuk menunjang efektifitas pembelajaran adalah perpustakaan.
2
Prastowo (2012: 45) menjelaskan bahwa:
”Perpustakaan sekolah sesungguhnya adalah sarana
penunjang pendidikan di sekolah yang berupa
kumpulan bahan pustaka, baik berupa buku-buku
maupun bukan buku”. Darmono (2007: 2) menyatakan
bahwa perpustakaan sebagai salah satu bentuk organisasi sumber belajar yang menghimpun berbagai informasi dalam bentuk buku dan bukan buku yang dapat dimanfaatkan oleh pemakai (guru, siswa, dan
masyarakat) dalam upaya mengembangkan
kemampuan dan kecakapannya. Perpustakaan sekolah berfungsi sebagai pusat sumber belajar dan sumber informasi bagi pemakainya.
Fungsi perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar siswa dapat berjalan optimal seyogyanya didukung oleh penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakan yang ideal. Pengelolaan perpustakaan sekolah yang ideal memperhatikan standar nasional perpustakaan. Standar nasional perpustakaan terdiri atas: a) standar koleksi perpustakaan; b) standar
sarana dan prasarana; c) standar pelayanan
perpustakaan; d) standar tenaga perpustakaan; e) standar sumber pendanaan; f) standar pengelolaan dan pengembangan (Undang-Undang Perpustakaan nomor 43 tahun 2007 bab VII pasal 23).
Keberadaan perpustakaan sekolah akan
meningkatkan minat baca siswa untuk gemar membaca
sehingga dapat menambah pengetahuan dan
memperluas wawasan. Perpustakaan dapat
3
sekolah. Beberapa faktor yang mempengaruhi minat siswa untuk mengunjungi perpustakaan, antara lain: adanya tugas dari guru, sarana dan prasarana yang memadai, lokasi yang strategis, dan pengelolaan perpustakaan yang baik. Perpustakaan menyediakan berbagai bahan pustaka yang sangat berguna bagi pelaksanaan dan peningkatan proses belajar mengajar di sekolah. Eksistensi perpustakaan diharapkan dapat menunjang proses kegiatan belajar mengajar, karena
perpustakaan juga sebagai perangkat pelengkap
pendidikan.
SMA Negeri 12 Semarang merupakan salah satu sekolah negeri di Kota Semarang Propinsi Jawa Tengah dengan jumlah rombongan belajar sebanyak 30 rombel. Berdasarkan UU Perpustakaan Nomor 43 tahun 2007 dan Permendiknas Nomor 24 tahun 2007, SMA Negeri 12 Semarang sudah menyediakan sumber belajar termasuk perpustakaan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti diperoleh informasi bahwa perpustakaan SMA 12 Semarang merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dimanfaatkan guru dan siswa untuk memperoleh bahan pustaka ilmu pengetahuan dan informasi. Perpustakaan sekolah ini pernah meraih juara ke-3 dalam lomba perpustakaan sekolah kelompok SMA tingkat kota Semarang pada tahun 2004. Hasil tersebut
mengindikasikan bahwa perpustakaan SMA 12
Semarang memiliki potensi untuk dikembangkan. Hasil observasi awal penelitian ditemukan kondisi faktual berkaitan dengan komponen perpustakaan di
4
5
Gambar 1.1
Model Awal Komponen Standar Perpustakaan Sekolah SMA Negeri 12 Semarang
Koleksi
1. Buku teks pelajaran 2. Buku panduan
4. Media pendidikan 5. Perlengkapan lain
Layanan 1. Kurang prima 2. Ada tata cara layanan 3. Sirkulasi masih
6. Belum ada kerjasama antarperpustakaan e. Hasil usaha jasa
Pengelolaan dan pengembangan 1. Jarang ada lomba menulis
resensi buku
2. Koleksi serial belum memiliki barcode
6
Berdasarkan gambar model di atas dapat diterangkan bahwa struktur organisasi perpustakaan belum dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsinya sesuai dengan enam komponen standar perpustakaan sekolah yaitu: 1) Koleksi buku. Pengadaan koleksi buku teks pelajaran, buku panduan pendidik, buku refrensi,
buku fiksi, koleksi serial, koleksi digital di
perpustakaan SMAN 12 Semarang sementara ini mengandalkan bantuan pemerintah. 2) Sarana dan prasarana belum lengkap. Ruang berada di lantai dua
sehingga memerlukan waktu untuk mengakses
perpustakaan. Sarana teknologi belum lengkap. Perabot mebelair model lama. Suasana di dalam perpustakaan kurang nyaman, ruang baca cenderung berantakan, terasa panas, penerangan redup menjadikan guru atau
siswa tidak betah berlama-lama. 3) Layanan
perpustakaan belum optimal. Infrastruktur yang dibutuhkan untuk pencarian dan pengolahan data
serta layanan online dan offline masih terbatas
ditunjukkan dengan fasilitas yang ditemui peneliti masih kurang terutama fasilitas berbasis teknologi
seperti digital library dan penggunaan barcode untuk
atribut koleksi buku. 4) Tenaga perpustakaan belum memadai. Ketersediaan tenaga perpustakaan belum
memenuhi kebutuhan minimal baik dari segi
7
informasi dan komunikasi masih rendah diindikasikan
dengan penggunaan sistem konvensional antara
pustakawan dan pengguna yang antara lain adalah siswa dalam melaksanakan proses transaksi maupun
sirkulasi sehingga terkesan lambat. Kebijakan
cenderung terpusat dan pasif. 5) Pendanaan belum
maksimal. Alokasi anggaran untuk pengelolaan
perpustakaan dan pengembangan sumber daya belum memadai ditunjukkan dengan keterbatasan dana yang masuk hanya berasal dari APBN dan APBD serta
minimnya dana pelatihan kepustakaan bagi
pustakawan atau guru yang berkompeten. 6)
Pengelolaan dan pengembangan perpustakaan sekolah belum maksimal. Kondisi tersebut menjadikan minat siswa atau guru dalam menggunakan perpustakaan dan memanfaatkan sumber daya informasi yang dimiliki masih rendah ditunjukkan ketika terdapat waktu istirahat sebagian siswa memilih pergi ke kantin atau duduk di dalam kelas. Terdapat siswa atau guru masih memiliki persepsi bahwa perpustakaan sebagai unit pengadaan koleksi untuk menunjang tugas belajar semata dan mengabaikan fungsi sebagai pusat informasi dan pusat penelitian. Ditunjukkan jika berdekatan dengan waktu ulangan akhir semeter peminjaman buku menurun.
Fenomena di atas menunjukkan bahwa
pengelolaan perpustakaan sekolah di SMA Negeri 12
Semarang belum berjalan optimal, cenderung
8
tidak maksimal. Diperlukan model pengembangan komponen perpustakaan yang sesuai dengan standar
pengelolaan perpustakaan sekolah sebagaimana
termaktub dalam UU Perpustakaan No 43 Tahun 2007 mengenai standar nasional perpustakaan sekaligus linear dengan karakteristik sekolah. Diperkuat oleh pendapat Sutarno (2006: 79-120) bahwa pengelolaan dan pembinaan perpustakaan sekolah mencakup aspek struktur organisasi, aspek koleksi, aspek pelayanan, aspek sarana dan prasarana, aspek sumber daya manusia, aspek anggaran serta aspek manajerial. Pengembangan model komponen perpustakaan sekolah di SMA Negeri 12 Semarang diharapkan mampu mengadopsi semua aspek tersebut untuk mewujudkan pengelolaan perpustakaan yang kreatif dan inovatif.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami
bahwa model pengembangan komponen standar
perpustakaan sekolah menjadi dasar penting dalam meningkatkan pembinaan perpustakaan sekolah. Hal itu menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai model pengembangan komponen standar perpustakaan sekolah, di samping terbatasnya hasil penelitian yang mengkaji mengenai model
pengembangan komponen standar perpustakaan
9
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana model pengembangan komponen standar perpustakaan sekolah di SMA Negeri 12 Semarang?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengembangkan model komponen standar
perpustakaan sekolah di SMA Negeri 12 Semarang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
a) Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang
model pengembangan komponen standar
perpustakaan sekolah yang kreatif dan inovatif.
b) Hasil penelitian dapat memberikan bukti empiris
terhadap pentingnya model pengembangan
komponen standar perpustakaan sekolah yang kreatif dan inovatif dapat meningkatkan potensi perpustakaan sekolah.
1.4.2 Manfaat praktis
a) Bagi pustakawan diharapkan dapat membantu
mempermudah pengelolaan perpustakaan di sekolah.
b) Memacu guru mata pelajaran untuk
berpartisipasi aktif dalam kegiatan pengelolaan perpustakaan sekolah.
c) Bagi siswa agar termotivasi menggunakan
fasilitas on line dan off line di perpustakaan
10
d) Bagi kepala sekolah, dapat mendukung
komponen pengelolaan perpustakaan sebagi
suatu dukungan sistem terselenggaranya
program pembinaan dan pengembangan
perpustakaan sekolah.
1.5 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Spesifikasi produk yang akan dikembangkan
dalam penelitian ini adalah berupa model
pengembangan komponen standar perpustakaan
sekolah. Model pengembangan komponen standar
perpustakaan sekolah yang dimaksud adalah
mengembangkan enam komponen standar
perpustakaan sekolah mencakup koleksi buku, sarana
dan prasarana pendukung, layanan, tenaga
perpustakaan, pendanaan, dan tahapan nyata
pengelolaan dan pengembangan sehingga mampu memaksimalkan fungsi perpustakaan bagi pengguna.
1.6 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
Model pengembangan komponen standar
perpustakaan sekolah ini memiliki keterbatasan
sebagai berikut:
1.6.1 Model pengembangan komponen standar
perpustakaan sekolah akan mudah diterapkan oleh pustakawan serta staf sekolah lainnya jika dilakukan secara bertahap.
1.6.2 Pengetahuan perpustakaan dapat diperoleh
11
yang diperoleh melalui cara pendidikan, pelatihan dan partisipasi langsung.
1.6.3 Pengelolaan perpustakaan sekolah dengan cara