• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Hukuman Kerja Sosial dan Rehab

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penerapan Hukuman Kerja Sosial dan Rehab"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Hukuman Kerja Sosial dan Rehabilitasi dalam Perlindungan Anak yang Terlibat Jual Beli Narkotika di Indonesia

Oleh: Rizky Karo Karo1

Intisari

Anak Indonesia adalah generasi penerus bangsa dalam melanjutkan perjuangan pahlawan Indonesia. Anak Indonesia berhak mendapatkan pendidikan, kehidupan yang layak, dan terhindar dari bahaya narkotika. Namun, faktanya, anak Indonesia banyak yang terlibat dalam jual beli narkotika, dan jumlahnya meningkat dari tahun 2011-2014.

Kegiatan tersebut adalah kegiatan melawan hukum, dan dapat dikenakan sanksi hukum. Berdasarkan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 sanksi yang diberikan bagi pengedar adalah pidana penjara seumur hidup, pidana penjara dengan minimal khusus,dan maksimal khusus, pidana denda dengan minimal dan maksimal khusus. Namun, jika anak yang melakukannya maka disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPAN) sebagai ketentuan khusus.

Penerapan pidana penjara dapat menganggu perkembangan psikologis/mental anak, membuat anak menjadi trauma, stress, depresi terlebih jika penjara anak masih sama dengan penjara orang dewasa oleh karena itu penerapan sanksi yang tepat adalah penerapan hukuman kerja sosial, dan rehabilitasi.

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode yuridis normatif, Metode yuridis normatif adalah suatu proses menemukan satu prinsip atau doktrin untuk menjawab dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Penelitian dengan sistem ini digunakan untuk menghasilkan menghasilkan argumentasi, atau konsep baru dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi (Marzuki. 2009:35).

Kesimpulan yang didapat adalah hukuman kerja sosial dapat membuat anak mengembangkan bakatnya, mempersiapkannya untuk kembali ke kehidupan sosial masyarakat. Rehabilitasi adalah hal yang wajib dilakukan walaupun anak yang terlibat jual-beli narkotika adalah bukan juga sebagai pencandu narkotika. Bentuk hukuman kerja sosial perlu diatur lebih tegas oleh Pemerintah dengan mengharmonisasi peraturan terkait narkotika dengan rancangan kitab undang-undang hukum pidana.

Kata Kunci: Anak, Jual-Beli Narkotika, Rehabilitasi, Hukuman Kerja Sosial

(2)

Punishment Implementation of Social and Rehabilitation Work in the Protection of Children Involved Buy Sell Narcotics in Indonesia

Oleh: Rizky Karo Karo2

Abstract

Indonesian Children are the next generation to continue the struggle of Indonesian heroes. Indonesian Children are entitled to education, a decent life, and to avoid the dangers of narcotics. However, in fact, many Indonesian children who are involved in the buying and selling of narcotics, and the number increased from 2011-2014.

The activities are illegal activities, and subject to legal sanctions. Based on Law No. 35 of 2009 sanctions provided for dealers is life imprisonment, imprisonment with a special minimum, and special maximum, with a minimum penalty and a maximum of specialty. However, if the child were suspect so the law was adjusted to Law Number 11 Year 2012 on Child Criminal Justice System (UU SPPAN) as a special provision.

Application of imprisonment can disturb the development of the psychological / mental child, give trauma, stress, depression, especially if the child is still the same prison with adult prisons therefore the application of appropriate sanctions is using punishment social work, and rehabilitation.

The method used in this paper is a method normative, normative juridical method is a process of finding a principle or doctrine to address and resolve the problems encountered. Research with this system is used to produce arguments, or new concepts in solving problems (Marzuki. 2009: 35).

The conclusion was sentenced to community service can make a child develop his talents, preparing to return to social life. Rehabilitation is something that must be done even if the child involved in the sale of narcotics is not as well as drug addicts. Forms of social labor sentence needs to be regulated more firmly by the Government to harmonize the relevant rules of narcotics with the draft statute books of criminal law.

Keywords: Children, Trade and Sell Narcotics, Rehabilitation, Social Work Punishment

(3)

A. Latar Belakang Masalah

Penulis menggunakan definsi anak sebagaimana yang diatur dalam Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, selanjutnya disebut UU PAN. Definisi anak adalah “seorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.”

Anak-anak Indonesia adalah generasi penerus bangsa, generasi emas yang harus dijaga untuk melanjutkan estafet founding fathers Indonesia menjadi bangsa yang besar. Anak-anak Indonesia sangat berhak memperoleh pendidikan, kehidupan yang layak, mengembangkan bakat dan kecerdasannya bukan malah menjadi pengedar ataupun terlibat dilibatkan dalam jual beli narkotika.

Pemerintah melalui Badan Narkotika Nasional (BNN), Kementrian terkait, dan berbagai pihak telah berupaya untuk memberantas narkoba baik di kalangan remaja, dewasa, anak usia Sekolah Dasar (SD), dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Upaya paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan narkoba pada anak-anak yakni pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan dapat mengawasai dan mendidik anaknya untuk selalu menjauhi narkoba, dan melalui program yang menitikberatkan pada anak usiah sekolah (school-going age oriented3). Namun rupanya, upaya

Pemerintah tersebut belum membuahkan hasil yang maksimal.

Angka yang sangat miris dipaparkan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Berdasarkan data dari KPAI4 tahun 2015, dalam 3 (tiga)

tahun terakhir, jumlah pengedar narkoba anak meningkat hingga 300 (tiga ratus) persen. Pengedar, anak yang terlibat jual beli dari tahun 2011 hingga 2014 meningkat hampir 300 persen. Pada tahun 2012 berjumlah 17, 3 BNN, artikel berjudul Penyebaran Narkoba di Kalangan Anak-anak dan Remaja, tanggal 20 Juni 2016 http://jabar.bnn.go.id/artikel/penyebaran-narkoba-di-kalangan-anak-anak-dan-remaja diakses tanggal 13 Desember 2016

(4)

meningkat menjadi 31 pada tahun 2013, dan pada tahun 2014 menjadi 42 anak.

Salah satu contoh, anak-anak Indonesia terlibat dalam jual beli narkotika ataupun menjadi pengedar narkotika adalah pada bulan Agustus lalu BNN menangkap 3 tersangka berinisial AML, AMM, dan satu orang anak berinisial X berumur 16 tahun yang terlibat dalam peredaran narkotika jenis ganja dari Amerika Serikat dengan barang bukti sebreat 256,80 gram. Paket ganja tersebut dikemas dalam 2 (dua) plastik besar mainan lego, namun berbeda dengan mainan lego biasa, di dalamnya terdapat 13 (tiga belas) bungkus plastik berisi daun ganja seberat 256,8 gram5. Tersangka tersebut salah satunya

dikenakan Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang isinya adalah : “Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).”

Ancaman pidana penjara ataupun hukuman pokok lainnya yang terdapat dalam Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yakni (1). Hukuman mati; (2). Hukuman penjara; (3). Hukuman kurungan; (4). Hukuman denda, sedangkan yang termasuk pidana tambahan adalah (1). pencabutan beberapa hak tertentu, (2). perampasan barang yang tertentu, (3). pengumuman keputusan hakim. Jika Ancaman hukum tersebut juga ditujukan bagi anak yang terlibat dalam jual beli narkotika seyogyanya ditelaah lebih lanjut dengan pertimbangan psikologis anak jika berada di dalam penjara, bahkan jika sel-nya masih menjadi satu dengan terpidana dewasa. Sudikno

5 Sandy Indra dalam artikel berjudul Peredaran Ganja dari Amerika Serikat Libatkan Anak

Indonesia, tanggal 25 Agustus 2016

(5)

Mertokusumo6 memberikan pendapat bahwasanya hukum yang baik harus

menjamin kepastian hukum, kemanfaatan umum, dan keadilan. Atas dasar latar belakang tersebut penulis mengangkat judul “Penerapan Sanksi Sosial dan Rehabilitasi dalam Perlindungan Anak yang Terlibat Jual Beli Narkotika di Indonesia”

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode yuridis normatif, Metode yuridis normatif adalah suatu proses menemukan satu prinsip atau doktrin untuk menjawab dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Penelitian dengan sistem ini digunakan untuk menghasilkan menghasilkan argumentasi, atau konsep baru dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi 7.

B. Rumusan Masalah

Atas latar belakang masalah tersebut, penulis mengangkat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Mengapa diperlukan hukuman kerja sosial dalam perlindungan anak yang terlibat jual beli Narkotika di Indonesia?

2. Bagaimana upaya pembentukan hukuman kerja sosial dan rehabilitasi dalam Perlindungan Anak yang terlibat jual beli Narkotika di Indonesia, serta apa bentuk hukuman kerja sosial yang dapat diberikan?

C. Pembahasan

1. Alasan diperlukan hukuman kerja sosial dalam perlindungan anak yang terlibat jual beli Narkotika di Indonesia, serta bentuk hukuman kerja sosial

6 Sudikno Mertokusumo, 2005, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, hlm.10.

(6)

a) Contoh Kasus Pidana Khusus bagi Anak

Penulis mengambil 2 (dua) contoh bahwasanya anak yang terlibat dalam jual beli narkotika diberikan hukuman pidana berupa penjara. (1). Putusan Pengadilan Negeri Pelaihari Nomor 1/Pid.Sus-Anak/2014/PN Pli dengan terdakwa bernama Tirtajaya berumur 17 tahun/16 Januari 1997 terbukti secara sah tanpa hak menual narkotika golongan I bukan tanaman, melanggar Pasal 114 ayat (1) UU Narkotika, menjatuhkan pidana selama 2 (dua) tahun dan 6 (enam bulan), dan denda sebear Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah), jika denda tidak dibayar maka harus diganti dengan penjara selama 1 (satu) tahun; (2). Putusan Pengadilan Tinggi Bengkulu Nomor 32/Pid.Sus-Anak/2015/PT.BGL yang memperkuat dan memperbaiki Putusan Pengadilan Negeri Curup Nomor 6/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Crp dengan terdakwa bernama Wardiman Adi, usia 17 tahun/1 April 1998, isi Putusan tersebut antara lain: menjatuhkan pidana dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun, memerintahkan agar pidana tersebut tidak usah dijalani oleh anak, kecuali jika dikemudian hari berdasarkan Putusan Hakim, anak terbukti bersalah melakukan suatu perbuatan yang dapat dipidana sebelum lewat masa percobaan selama 2 (dua) tahun dan 6 (enam) bulan, dan anak dilarang merokok selama menduduki bangku sekolah SMK.

b) Sanksi Pidana Jika Jual Beli Narkotika

Jual beli narkotika secara tidak sah tidak dibenarkan oleh undang-undang, dan melawan hukum, apalagi jika dipersalahgunakan.Penulis akan memaparkan sanksi pidana bagi perantara, orang yang terlibat dalam jual beli narkotika di Indonesia:

(7)

menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

(2) Berdasarkan Pasal 114 ayat (2) UU Narkotika mengatur bahwa: Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, atau menerima Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 6 (enam) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga);

(3) Berdasarkan Pasal 119 ayat (1) UU Narkotika mengatur bahwa: Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika GolonganII, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (duabelas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).

(8)

tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

c) Efek Pidana Penjara bagi Anak

Menurut Sudarto dalam Muladi dan Barda Nawawi8, pengertian

pidana adalah penderitaan yang sengaja dibebankan kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Pidana penjara menurut Kamus Hukum9 diartikan bahwa sebagai hukuman

pokok yang juga dinamakan hukuman badan yang dimaksudkan untuk memberikan penderitaan kepada seseorang terhukum yang agak berat, dibedakan dari hukuman badan lain yang dinamakan ‘kurungan’ yang memberikan penderitaan ringan.

Menurut Sudarto10, terdapat tujuan pemidanaan yakni: (a). untuk

mencegah dilakukannya tindak pidana demi pengayoman negara, masyarakat, dan penduduk; (b). untuk membimbing agar terpidana insyaf dan menjadi anggota masyarakat yang berbudi baik dan berguna; (c). untuk menghilangkan noda-noda yang diakibatkan tindak pidana.

Pidana penjara akan menimbulkan efek yang tidak baik bagi anak. Menurut Seto Mulyadi11, Pemerhati anak, hukuman penjara dapat

menyebabkan anak tertekan dan trauma sehingga berakibat pada tumbuh kembangnya. Anak akan kehilangan kebebasan yang juga menyebabkan psikologisnya tertekan. Oleh karena itu hukuman penjara seharusnya menjadi pilihan terakhir bagi anak karena terlalu kejam.

8 Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1984, Pidana dan Pemidanaan, BP UNDIP, Semarang, hlm.2.

9 Subketi, 1978, Kamus Hukum, Pradya Paramita, Jakarta, hlm.92 10 Sudarto, 1977, Hukum dan Hukum Pidana, hlm.58.

(9)

Menurut Direktur Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak, Djoko Setyono12, hukuman penjara harus menjadi opsi terakhir,

hal tersebut bukan pemanjaan, hal tersebut adalah langkah agar anak tidak mengulangi kesalahnnya, restorative justice sehingga jangan dibiasakan teori balas dendam karena tidak baik untuk tumbuh kembang anak.

Menurut penulis, efek pidana penjara bagi anak yang terlibat dalam jual beli narkotika haruslah dijadikan upaya terakhir. Anak-anak tersebut sebetulnya juga adalah korban/tumbal orang dewasa yang menjadi bandar penjualan narkotika. Anak tersebut tidak mengetahui apa yang dilakukanya. Banyak faktor yang menyebabkan anak tersebut terlibat dalam jual beli narkotika, pengaruh lingkungan tempat anak tinggal yang sangat buruk, kumuh, orang tua yang tidak berperan mendidik anak dengan baik, hingga faktor kemiskinan dimana anak terpaksa terlibat dalam jual beli narkotika untuk membiayi dirinya sendiri ataupun keluarganya.

Pemenjaraan anak akan menimbulkan pikiran bahwa anak tersebut sudah tidak memiliki masa depan, menjadi ‘sampah masyarakat’, tidak daapt berubah menjadi baik. Terlebih jika, anak tersebut disatukan sel-nya/penjara-nya dengan orang dewasa. Tidak terbayangkan anak akan menjadi frustasi, stress, depresi, kesehatan terganggu.

2. Upaya Pembentukan Hukuman Kerja Sosial Dan Rehabilitasi Dalam Perlindungan Anak Yang Terlibat Jual Beli Narkotika Di Indonesia, serta Bentuk Hukuman Kerja Sosial

a) Konsep Hukuman/Pidana Kerja Sosial

Hukuman kerja sosial adalah konsep baru yang belum dikenal di peraturan perundang-undangan Indonesia saat ini. Namun konsep tersebut, telah digagas dalam Rancangan KUHP yang baru. Hukuman

(10)

kerja sosial dapat dijatuhkan oleh hakim yang bermaksud menjatuhkan pidana penjara tidak lebih dari 12 (dua belas) bulan.

Adapun maksud pembentukan hukuman/pidana kerja sosial13

adalah sebagai alternatif perampasan kemerdekaan jangka pendek (short prison sentence) yang akan dijatuhkan oleh hakim, hukuman kerja sosial tersebut dapat membantu untuk membebaskan diri dari rasa bersalah, di samping untuk menghindari efek destruktif dari pidana perampasan kemerdekaan. Masyarakat dapat berinteraksi dan berperan serta secara aktif membantu terpidana dalam menjalankan kehidupan sosialnya ecara wajar dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat.

Pertimbangan dijatuhkannya pidana/hukuman kerja sosial adalah (a). pengakuan terdakwa terhadap tindak pidana yang dilakukan; (b). usia layak kerja terdakwa menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku; (c). persetujuan terdakwa sesudah dijelaskan mengenai tujuan dan segala hal yang berhubungan dengan pidana kerja sosial; (d). riwayat sosial terdakwa; (e). perlindungan keselamatan kerja terdakwa; (f). keyakinan agama dan politik terdakwa; (g). kemampuan terdakwa membayar pidana denda.14

Dalam pelaksanaannya, pidana kerja sosial tidak boleh dikomersialkan dan dijatuhkan paling singkat 7 (tujuh) jam dan paling lama: (a). 240 (dua ratus empat puluh) jam bagi terdakwa yang telah berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas; dan (b). 120 (seratus dua puluh) jam bagi terdakwa yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun.15

Pelaksanaan pidana kerja sosial dapat diangsur dalam waktu paling lama 12 (dua belas) bulan dengan memperhatikan kegiatan terpidana

13 Naskah Akademik Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, hlm.176 14 Ibid, hlm.187

(11)

dalam menjalankan mata pencahariannya dan/atau kegiatan lain yang bermanfaat. Apabila terpidana tidak memenuhi seluruh atau sebagian kewajiban menjalankan pidana kerja sosial tanpa alasan yang sah, maka terpidana diperintahkan: (a). mengulangi seluruh atau sebagian pidana kerja sosial tersebut; (b). menjalani seluruh atau sebagian pidana penjara yang diganti dengan pidana kerja sosial tersebut; atau3. membayar seluruh atau sebagian pidana denda yang diganti dengan pidana kerja sosial atau menjalani pidana penjara sebagai pengganti pidana denda yang tidak dibayar.16

b) Bentuk Hukuman Kerja Sosial dan Sanksi Sosial

Menurut sociology dictionary online17, social sanction is a way to enforce rules through rewards for positive behavior and punishments for negative behavior. Menurut Abdulsyani18, sanksi sosial ataupun

pengawasan sosial/social control sebagai suatu proses pembatasan tindakan yang bertujuan untuk mengajak, memberi teladan, membimbing, atau memaksa setiap anggota masyarakat agar tunduk pada norma-norma sosial yang berlaku,

Sanksi sosial bagi orang yang terlibat dalam jual beli narkotika, dan khususnya bagi anak yang terlibat dapat diberikan dalam bentuk apapun. Misalnya: (1). Masyarakat dan tokoh masyarakat di Kecamatan Batang Angkola, Tapanuli Selatan19 akan memberikan

sanksi sosial bagi orang yang memiliki narkotika, sanksi tersebut berupa pengucilan dari masyarakat bagi setiap orang yang kedapatan memiliki narkotika; (2). Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri), sanksi sosial bagi penyalahguna narkotika di Indonesia diberikan dengan cara jika tersangka sudah tertangkap tangan dan

16 Ibid.

17 http://sociologydictionary.org/sanction/ diakses tanggal 13 Desember 2016

(12)

barang bukti berada padanya, maka wajib untuk diperkenalkan tanpa mengenakan tutup wajah20.

Bentuk hukuman kerja sosial memang belum diatur di Indonesia, sehingga perlu diatur dengan tegas, dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang terkait dalam hal ini, harmonisasi peraturan perundang-undangan terkait narkotika, sistem peradilan anak, dan rancanangan kitab undang-undang hukum pidana yang sedang disusun. Menurut penulis, hukuman kerja sosial yang dapat diterapkan seperti membersihkan tempat ibadah yang sesuai dengan agama anak, membersihkan dan merawat fasilitas layanan publik, melakukan kerja sosial di panti asuhan, panti jompo, mengajar anak-anak di kolong jembatan. Hukuman kerja sosial ini juga perlu diawasi oleh pejabat terkait agar anak benar-benar melaksanakannya, dan berubah menjadi lebih baik.

c) Sekilas tentang Sistem Peradilan Anak

Pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, selanjutnya disebut UU SPPAN. UU SAN ini adalah lex specialis bagi anak yang melakukan tindak pidana. Berdasarkan Pasal 1 angka (1) UU SPPAN, sistem peradilan pidana anak adalah keseluruhan proses penyelesaian perkara anak yang berhadapan dengan hukum, mulai tahap penyidikan sampai dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana.

Beberapa hal penting yang diatur dalam UU SPPAN ini adalah (a). konsep diversi21 yakni pengalihan penyelesaian perkara anak dari

proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana. Diversi bertujuan salah satunya untuk menghindarkan anak dari perampasan

20 Vkar Sammana dalam artikel berjudul “Selain Pidana ,Kapolri Berikan Sanksi Sosial bagi

Penyalahguna Narkoba, tanggal 26 Agustus 2016,

http://news.rakyatku.com/read/18425/2016/08/26/selain-pidana-kapolri-berikan-sanksi-sosial-bagi-penyalahguna-narkoba diakses tanggal 13 Desember 2016

(13)

kemerdekaan22. Upaya diversi wajib dilakukan, dan dilaksanakan

untuk tindak pidana yang dilakukan dengan ancaman pidana denda penjara di bawah 7 (tujuh) tahun, dan bukan merupakan pengulangan tindak pidana23. Upaya diversi dilakukan melalui musyawarah dengan

melibatkan anak, orang tua/wali, korban, dan atau orang tua/wali korban, pembimbing kemasyarakatan, pekerja sosial profesional berdasarkan pendekatan keadilan restoratif24. Namun jika upaya divesi

gagal, tidak menghasilkan kesepakatan ataupun kesepakatan tidak dapat dilaksanakan maka proses peradilan anak dilanjutkan25.

Kedua, terkait pidana pokok bagi anak terdiri atas: (a). pidana peringatan; (b). pidana dengan syarat (1). Pembentukan di luar lembaga; (2). Pelayanan masyarakat; atau (3) pengawasan; (c). pelatihan kerja; (d). pembinaan dalam lembaga; (e). penjara. Sedangkan pidana tambahan terdiri atas: (a). perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana atau (b). pemenuhan kewajiban adat.

Terkait anak yang terlibat jual beli narkotika, berdasarkan Pasal 75 UU SPPAN, pidana pembinaan di luar lembaga dapat berupa keharusan untuk (a). mengikuti program pembimbingan dan penyuluhan yang dilakukan oleh pejabat pembina; (b). mengikuti terapi di rumah sakit jiwa; atau (c). megiktui terapi akibat penyalahgunaan alkohol, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.

Jual beli narkotika adalah bukan merupakan tindak pidana ringan, karena berdasarkan Penjelasan 9 Ayat 2 huruf b, tindak pidana ringan adalah tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara atau pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan.

22 Lebih lengkapnya, lihat Pasal 6 UU SPPAN 23 Lihat Pasal 7 UU SPPAN

(14)

Berdasarkan Pasal 79 ayat (1) UU SPPAN mengatur bahwa pidana pembatasan kemerdekaan diberlakukan dalam hal anak melakukan tindak pidana berat atau tindak pidana yang disertai dengan kekerasan. Pasal 79 ayat (2) mengatur bahwa penjatuhan pidana yakni paling lama ½ (satu perdua) dari maksimum pidana penjara yang diancamkan terhadap orang dewasa. Pasal 79 ayat (3) mengatur bahwa minimum khusus pidana penjara tidak berlaku terhadap anak.

Berdasarkan Pasal 81 ayat (1) UU SPPAN mengatur bahwa anak dijatuhi pidana penjara di LPKA (Lembaga Pembinaan Khusus Anak) apabila keadaan dan perbuatan anak akan membahayakan masyarakat. Pasal 81 ayat (2) UU SPPAN mengatur bahwa lamanya pidana penjara yang dijatuhkan adalah ½ (satu per dua) dari maksimum ancaman pidnaa penjara bagi orang dewasa). Pasal 81 ayat (3) UU SPPAN Pembinaan di LPKA dilaksanakan sampai Anak berumur 18 (delapan belas) tahun. Pasal 81 ayat (4) UU SPPAN Anak yang telah menjalani 1/2 (satu perdua) dari lamanya pembinaan di LPKA dan berkelakuan baik berhak mendapatkan pembebasan bersyarat. Pasal 81 ayat (5) UU SPPAN Pidana penjara terhadap Anak hanya digunakan sebagai upaya terakhir. Pasal 81 ayat (6) Jika tindak pidana yang dilakukan Anak merupakan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, pidana yang dijatuhkan adalah pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun.

(15)

menjalani masa paling lama ½ dari 20 tahun yakni 10 tahun, dan menjalani paling singkat ½ dari 5 tahun yakni 2,5 tahun. Namun, berdasarkan Pasal 79 ayat (3) UU SPPAN mengatur bahwa minimum khusus pidana penjara tidak berlaku terhadap anak. Jadi semua tergantung pertimbangan/musyawarah hakim akan menjatuhkan putusan selama berapa tahun.

d) Upaya Rehabilitasi dan Perlindungan Anak

UU Narkotika mengatur tentang rehabilitasi, baik rehabilitasi medis, suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika, dan rehabilitasi sosial yakni suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental maupun sosial agar bekas pecandu narkoba dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat.26 Ketentuan

rehabilitasi ini bersifat wajib bagi pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika27. Berdasarkan Penjelasan Pasal 58 UU

Narkotika, rehabilitasi termasuk melalui pendekatan keagamaan, tradisional, dan pendekatan alternatif lainnya.

UU PAN Pasal 1 angka (2) memberikan definisi tentang perlindungan anak yakni “segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Pasal 20 UU PAN mengatur bahwa “Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat, Keluarga, dan Orang Tua atau Wali berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.

(16)

Berdasarkan Pasal tersebut, Pemerintah, Pemerintah Daerah memiliki kewajiban untuk melindungi anak dari bahaya apapun, khsusunya dari penyebaran narkotika, dan memafasilitasi anak-anak yang tidak sengaja/terjerumus dalam jual beli narkotika.

Pasal 59 ayat (2) UU PAN juga mengatur bahwa anak dapat diberikan perlindungan khusus misalnya bagi anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Bentuk perlindungan khusus anak tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 59A UU PAN dapat berupa: (a). penanganan yang cepat, termasuk pengobatan, dan/atau rehabilitasi secara fisik, psikis, dan sosial serta pencegahan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya; (b). pendampingan psikososial pada saat pengobatan sampai pemulihan; (c). pemberian bantuan sosial bagi anak yang berasal dari keluarga tidak mampu; (d). pemberian perlindungan dan pendampingan pada setiap proses peradilan.

Berdasarkan Pasal 67 UU PAN, perlindungan khusus anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) huruf e dan anak yang terlibat dalam produksi dan distribusinya dilakukan melalui upaya pengawasan, pencegahan, perawatan, dan rehabilitasi

D. Kesimpulan

Atas dasar pembahasan diatas, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

(17)

harus berada dalam satu sel dengan orang dewasa tentu akan menganggu psikologis anak, dan membuat anak menjadi stress.

Upaya pembentukan hukuman kerja sosial dapat dilakukan dengan harmonisasi peraturan perundang-undangan khususnya terkait penegakan hukum narkotika, peraturan tentang sistem peradilan pidana anak, dan rancanagan kitab undang-undang hukum pidana yang baru dan upaya rehabilitasi dalam perlindungan anak yang terlibat jual beli narkotika di Indonesia adalah hal wajib yang diberikan bagi anak, walaupun belum tentu anak yang terlibat dalam jual beli narkotika juga merupakan pecandu/pemakai narkotika. Bentuk hukuman kerja sosial yang dapat diberikan adalah seperti membersihkan tempat ibadah yang sesuai dengan agama anak, membersihkan dan merawat fasilitas layanan publik, melakukan kerja sosial di panti asuhan, panti jompo, mengajar anak-anak di kolong jembatan, dan lain sebagainya. Hukuman kerja sosial ini juga perlu diawasi oleh pejabat terkait agar anak benar-benar melaksanakannya, dan berubah menjadi lebih baik, serta mengembalikan rasa kepercayaan diri anak di masyarakat kelak. Pidana penjara adalah upaya terakhir yang diberikan kepada anak, jika berbagai cara untuk merubah anak menjadi lebih baik telah gagal.

Daftar Pustaka Buku

Abdulsyani, 1994, Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan, Bumi Aksara,

Jakarta,

Mertokusumo, Sudikno,, 2005, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta

Marzuki, 2005, Metodologi Riset, Ekonisia Yogyakarta

(18)

UNDIP, Semarang

Subketi, 1978, Kamus Hukum, Pradya Paramita, Jakarta

Sudarto, 1977, Hukum dan Hukum Pidana

Naskah Akademik Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara

RI Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 5062)

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

(Lembaran Negara RI Tahun 2012 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5332).

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 (Lembaran Negara RI Tahun 2014

Nomor 297, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5606) tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara RI Tahun 2012 Nomor 153, Tamabhan Lembaran Negara Nomor 5332).

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Putusan Pengadilan

Putusan Pengadilan Tinggi Bengkulu Nomor 32/Pid.Sus-Anak/2015/PT.BGL

jo. Putusan Pengadilan Negeri Curup Nomor 6/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Crp

Putusan Pengadilan Negeri Pelaihari Nomor 1/Pid.Sus-Anak/2014/PN

Artikel Internet

(19)

Remaja, tanggal 20 Juni 2016 http://jabar.bnn.go.id/artikel/penyebaran-narkoba-di-kalangan-anak-anak-dan-remaja diakses tanggal 13 Desember 2016

http://sociologydictionary.org/sanction/ diakses tanggal 13 Desember 2016 Indra, Sandy, dalam artikel berjudul Peredaran Ganja dari Amerika Serikat

Libatkan Anak Indonesia, tanggal 25 Agustus 2016 http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt57be744493667/peredaran-ganja-dari-amerika-serikat-libatkan-anak-indonesia diakes tanggal 13 Desember 2016

Juraidi dalam artikel berjudul “Sanksi Sosial bagi Pengguna Narkoba tanggal 12 Mei 2016 http://www.antarasumut.com/berita/158031/sanksi-sosial-bagi-pengguna-narkoba diakses tanggal 13 Desember 2016

Nodia, Firsta dalam artikel berjudul “Ini Kata Kak Seto tentang Hukuman

Penjara Bagi Anak, tanggal 14 Juni 2016, http://www.suara.com/news/2016/06/14/153631/ini-kata-kak-seto-tentang-hukuman-penjara-bagi-anak diakses tanggal 13 Desember 2016

Sammana, Vkar dalam artikel berjudul “Selain Pidana ,Kapolri Berikan Sanksi Sosial bagi Penyalahguna Narkoba, tanggal 26 Agustus 2016, http://news.rakyatku.com/read/18425/2016/08/26/selain-pidana-kapolri-berikan-sanksi-sosial-bagi-penyalahguna-narkoba diakses tanggal 13 Desember 2016

Setyawan, Davit dalam artikel berjudul “KPAI: Jumlah Pengedar Narkoba Anak Meningkat Hingga 300 Persen , 28 April 2015,

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat pengaruh antara motivasi dan disiplin kerja terhadap produktivitas kerja studi pada karyawan toko Konveksi di Pasar Kliwon Kudus, sesuai dengan nilai F

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stres kerja dan keluhan muskuloskeletal terhadap produktivitas kerja pada tenaga kerja bagian penjahitan di

Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa Kepemimpinan Camat memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Kinerja Pegawai di Kantor Camat Medan Selayang..

Judul : Pengaruh Kewibawaan Guru Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah Kecamatan Bone- Bone Kabupaten Luwu Utara. Skripsi ini membahas tentang

9 PRIBADI GINTING MUNTE BRIGADIR/80120200 BANIT BINKAMSA SMA TAMTAMA - INSTRUKTUR

Kemudian interaksi sosial asosiatif dalam bentuk kerjasama kooptasi antar peserta didik kelas VIII di Sekolah Luar Biasa Dharma Asih Kota Pontianak menunjukkan bahwa

Tingkat kepuasan wisatawan tentang daya tarik wisata ditinjau indikator Jasa pendukung pariwisata yang diklasifikasikan melalui skor pencapaian responden dapat dilihat

Lewat bukunya, al-Islam wa Ushul al-Hukmi, ia mengemukakan ide-ide dan alasan persetujuannya itu, antara lain : Pertama, Al- 4XU¶DQ GDQ KDGLWV WLGDN PHQJDWXU WHQWDQJ