• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAK WARGA NEGARA (1) negara-negara budaya negara-negara budaya negara-negara budaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HAK WARGA NEGARA (1) negara-negara budaya negara-negara budaya negara-negara budaya"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MATA KULIAH KEWARGANEGARAAN

HAK WARGA NEGARA

Kelompok 7:

Azhari Dimas Prayoga (151041

Muhammad Berlian Nuansa .A (1510411116)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Kata Pengantar

Puji serta syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang atas berkat dan rahmatnya lah kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Ucapan terima kasih juga tak lupa kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini sampai selesai.

Kami tentunya sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Namun kami sangat berharap bahwa dengan terwujudnya makalah ini, dapat menambah pengetahuan dan informasi bagi yang membacanya.

Dengan banyaknya kekurangan tersebut, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Jakarta, 12 Maret 2016

(3)

A. Landasan Teori

1. Pengertian Hak

Prof. Dr. Notonegoro mengartikan hak sebagai kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Sedangkan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dan sebagainya), kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat.

Secara umum, kita dapat mendefinisikan hak sebagai suatu kewenangan yang seseorang dapat dari aturan-aturan yang dalam penggunaannya juga diatur oleh kaidah-kaidah aturan tersebut.

2. Definisi Warga Negara

Definisi warga negara di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya yang mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga dari negara itu.

Sementara itu Cambridge Dictionaries, mendefinisikan warga negara (citizen)

sebagai:

A person who is a member of a particular country and who has rights because of being born there or because of being given rights....”

“Seorang individu yang menjadi anggota di suatu negara tertentu dan memiliki hak karena dilahirkan di negara tersebut ataupun karena pemberian hak….”

(4)

Dari segi dasar hukumnya sendiri, hakikat warga negara Indonesia sudah tertuang di dalam UU no. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Yang mana menurut UU ini, orang-orang yang disebut sebgai Warga Negara Indonesia (WNI) adalah:

1. Setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI. 2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI.

3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga negara asing (WNA), atau sebaliknya.

4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.

5. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI.

6. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI.

7. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin.

8. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya..

9. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui.

10.Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.

11.Anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu WNI, yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.

12.Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

Selain itu, diakui pula sebagai WNI bagi:

(5)

2. Anak WNI yang belum berusia lima tahun, yang diangkat secara sah sebagai anak oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan.

3. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di wilayah RI, yang ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan Indonesia.

4. Anak WNA yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh WNI.

Kewarganegaraan Indonesia juga diperoleh bagi seseorang yang termasuk dalam situasi sebagai berikut:

1. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di wilayah Republik Indonesia, yang ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan Indonesia.

2. Anak warga negara asing yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh warga negara Indonesia.

3. Hak Warga Negara Menurut UUD 1945

Seperti yang telah kita ketahui dan akui bersama, UUD 1945 merupakan konstitusi bangsa Indonesia. Yang berarti bahwa UUD 1945 memuat berbagai macam pondasi kenegaraan kita di dalamnya. Begitu pun mengenai permasalahan kewarganegaraan, UUD 1945 dengan jelas mengatur dan menjabarkan apa-apa saja yang diberhaki oleh seluruh warga negara Indonesia, diantaranya sebagai berikut:

a. Pasal 27 Ayat 1

Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

b. Pasal 27 ayat 2

Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.

c. Pasal 27 ayat 3 UUD 1945 (hasil amandemen)

(6)

d. Pasal 28 UUD 1945

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

Undang-undang Nomor Dasar Tahun 1945 Pasal 28 (A-J) tentang Hak Asasi Manusia yang terdiri dari:

a. Pasal 28 A

Hak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupannya b. Pasal 28 B

(1) Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan dengan perkawinan yang sah.

(2) Hak anak untuk kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta hak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

c. Pasal 28 C

(1) Hak untuk mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasar nya, Hak untuk mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, dan budaya.

(2) Hak untuk mengajukan diri dalam memperjuangkan haknya secara kolektif.

d. Pasal 28 D

(1) Hak atas pengakuan, jaminan perlindungan dan kepastian hukum yang adil dan perlakuan yang sama di depan hukum

(2) Hak utnuk bekerja dan mendapat imbalan serta perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.

(3) Hak untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan. (4) Hak atas status kewarganegaraan.

e. Pasal 28 E

(1) Hak kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah menurut agamanya , memilih pekerjaannya, kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak untuk kembali.

(7)

(3) Hak kebebasan untuk berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.

f. Pasal 28 F

Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi. g. Pasal 28 G

(1) Hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda, Hak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi manusia.

(2) Hak untuk mendapat kemudahan dan perlakuan khusus guna mencapai persamaan dan keadilan.

(3) Hak atas jaminan sosial.

(4) Hak atas milik pribadi yang tidak boleh diambil alih sewenang-wenang oleh siapapun.

i. Pasal 28 I

(1) Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut (retroaktif).

(2) Hak untuk bebas dari perlakuan diskriminasi atas dasar apapun dan berhak mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminatif tersebut. (3) Hak atas identitas budaya dan hak masyarakat tradisional.

j. Pasal 28 J

(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

(8)

untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketetiban umum.

Pasal 29 Ayat 2 Tentang : “Setiap warga negara memiliki hak untuk memeluk agama masing tanpa adanya paksaan dan beribadah menurut kepercayaannya masing-masing.”

a. Pasal 30

1. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.

2. Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.

3. Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan laut dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.

4. Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan Hukum.

5. Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, hubungandan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalammenjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dankeamanan diatur dengan undang-undang. b. Pasal 31

1. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.

2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

(9)

4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi

2. Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.

d. Pasal 33

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.

2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.

3. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. 5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam

undang-undang. e. Pasal 34

1. Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. 2. Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan

memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.

(10)
(11)

B. ANALISIS KASUS

1. Kasus I

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, MEMPAWAH - Pengrusakan mobil milik eks Gafatar oleh massa berujung pada pembakaran mobil tersebut di halaman Kantor Bupati Mempawah, Senin (18/1/2016) malam.

Massa yang sudah kalap, tampak tidak puas hanya melakukan pengrusakan. Mereka membakar mobil Toyota Avanza itu karena kecewa pendatang eks Gafatar, menolak meninggalkan Mempawah sesuai harapan massa.

Massa sempat meminta perwakilan Gafatar dihadirkan di hadapan mereka. Namun pihak keamanan tak kunjung menghadirkannya.

Bupati Mempawah, Ria Norsan kemudian meminta massa untuk tidak melakukan apapun hingga keputusan besok.

Massa yang tidak puas, tak mengindahkan untuk menunggu dan ajakan bupati untuk pulang. Massa semakin ramai dan mengarahkan amarah mereka melanjutkan pengrusakan mobil dengan membakarnya.

Insiden ini merupakan salah satu bentuk aksi perwujudan dari tren negatif yang sedang berkembang di masyarakat plural modern ini, yaitu islamophobia. Phobia ini mulai marak dan menular luas sejak aksi terorisme di kota Paris pada 2015 lalu. Di mana pada peristiwa itu terjadi pembantaian massal oleh militan Islam. Yang setelahnya diakui oleh jaringan terorisme internasional yaitu ISIS sebagai ulah mereka.

(12)

“Allahuakbar!” dan sejenisnya tentulah menimbulkan kesan psikologis tersendiri bagi yang menyaksikannya. Yang mana seperti kita ketahui kalimat-kalimat tersebut adalah atribut khas umat Islam di seluruh dunia. Sehingga penisbatan negatif dari aksi mereka mau tak mau ikut melekat bagi umat Islam secara keseluruhan.

Di samping hal-hal tersebut, aksi terror yang mengatasnamakan Islam bukanlah kali pertama terjadi. Jauh sebelum aksi di Paris tersebut, sudah ada stigma seperti itu yang terlahir lewat peristiwa pemboman gedung kembar WTC di tahun 2001. Lewat insiden inilah isu terorisme menjadi isu yang sangat sensitif dan benar-benar ketat diperhatikan oleh dunia. Lewat insiden ini jugalah negara-negara kapitalis mampu memperluas pengaruh mereka secara internasional dengan merilis kebijakan-kebijakannya. Demi mematikan benih-benih terorisme dan segala keradikalannya, isu terrorisme harus terus diangkat ke permukaan. Supaya publik tidak lupa dan lengah. Dan yang terutama supaya publik tetap memegang pandangan yang seragam, bahwa segala bentuk radikalisme adalah berbahaya.

Di Indonesia yang notabene adalah negara demokrasi, pembentukan organisasi-organisasi kemasyarakatan yang terus menjamur tentulah tak terhindarkan. Atas nama menegakkan aspirasi dan usaha untuk mewujudkan hidup yang lebih baik, terlahirlah organisasi-organisasi yang beragam macamnya. Salah satunya adalah Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara).

Terlepas dari segala isu negatif yang berkembang di masyarakat, Gafatar sejatinya tetaplah sebuah ormas. Ormas besar yang legal secara hukum dan dilindungi undang-undang dalam pengaturannya. Di dalamnya sendiri, yang menjadi anggota juga adalah warga negara Indonesia yang masing-masingnya memiliki hak dan kewajibannya sebagai warga negara sesuai dengan yang sudah ditetapkan. Sehingga bagaimanapun, mereka adalah manusia-manusia yang dinaungi oleh undang-undang dan tak bisa diperlakukan seenaknya.

Dengan berbagai isu negatif yang terus menyeruak ke publik, para anggota Gafatar mulai keluar satu per satu. Namun tentulah isu-isu negatif tersebut takkan menguap begitu saja hanya karena anggota-anggotanya mengundurkan diri. Di tambah dengan pengalaman traumatik masyarakat atas aksi terrorisme yang sedang marak terjadi maka timbulah aksi-aksi penolakan dari masyarakat. Seperti insiden yang terjadi di Menpawah tersebut.

(13)

masih memiliki hak untuk tinggal maka mereka menolaknya. Yang mana hal itu menyulut kemarahan dan rasa tidak puas dari masyarakat Menpawah yang berujung aksi pengrusakan dan pembakaran tersebut.

Di sini sejatinya pemerintah harus menjalankan perannya sebagai pelaksana undang-undang. Yaitu melindungi hak warga eks Gafatar tersebut. Karena bagaimanapun juga warga eks Gafatar juga adalah bagian dari warga negara Indonesia, yang mana di konstitusi negara ini telah ditetapkan harus lindungi. Maka jika hak mereka sebagai warga negara terlanggar, itu adalah pelanggaran konstitusi.

Di sisi lain, warga Menpawah sendiri yang mengaku sebagai warga negara Indonesia yang tentunya juga mengakui konstitusi negara ini, haruslah sadar bahwa hal yang mereka lakukan merupakan perbuatan intimidasi yang melanggar hak mereka yang telah ditentukan konstitusi. Sehingga kejadian ini merupakan pelanggaran konstitusi besar-besaran meski masih belum mengancam integrasi nasional.

Ini adalah buah dari islamophobia. Buah dari aksi terror yang setelah terjadi bukannya dilupakan dan dievaluasi penanggulangannya justru di pelihara ketakutannya secara permanen. Sehingga kita diubah menjadi bentuk masyarakat yang alergi berlebihan dengan segala hal yang mengindikasikan radikalisme, apalagi jika dalam konteks Islam.

Lagi-lagi pemerintah adalah tokoh utama yang harus mengurusi hal ini. Mereka harus menjamin hak dari warga negaranya, siapapun itu sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Yang dalam konteks ini adalah warga eks Gafatar. Pembentukan shelter-shelter yang betujuan untuk penyuluhan demi meredam ancaman radikalisme harus secara terus-menerus dilakukan. Selain itu, pemerintah harus aktif dalam memantau setiap organisasi, perkumpulan, ataupun lembaga pendidikan yang berpotensi disisipi radikalisme.

2. Kasus II

BBC INDONESIA--Di Desa Riding, Kecamatan Pangkalan Lampam, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan, asap tampak mengepul sejauh mata memandang.

(14)

Untuk memadamkan asap itu, belasan petugas Manggala Agni dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup diturunkan.

Mereka bahu-membahu menyemprotkan air dari kanal-kanal di sekitar lahan dengan menggunakan mesin pompa.

Upaya mereka menemui kendala besar. Walau air yang disemprotkan telah merendam tanah sehingga tanah seperti bubur, asap masih mengepul.

Muhammad, salah seorang petugas, mengaku dia dan rekan-rekannya memerlukan empat jam untuk memadamkan api di lahan seluas 10 meter per segi.

“Ini terjadi karena kebakaran di lahan gambut terjadi dua hingga tiga meter di bawah tanah. Apalagi, lahan gambut mengandung gas metan sehingga sulit dipadamkan,” kata Tri Prayogi, kepala daerah operasi 3 Manggala Agni, Sumatera Selatan.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, jumlah hotspot di Sumatera berkurang dibandingkan dengan seminggu terakhir.

Khusus di Sumatera, jumlah hotspot pada Senin (21/09) mencapai 399 titik atau turun 72 titik ketimbang pekan lalu.

Sebaran asap di Sumatera makin sempit, hanya di sebagian Sumsel, Jambi dan Riau. Asap sudah tidak menyebar hingga Selat Malaka, Malaysia, dan Singapura.

Berbulan-bulan lamanya daerah-daerah di pula Sumatera dan sekitarnya dilanda kabut asap yang disebabkan terbakarnya berhektar-hektar hutan di pulau tersebut. Berbulan-bulan lamanya kabut asap meracuni sistem pernafasan mereka. Berbulan-bulan lamanya masalah ini tak kunjung beres diatasi pemerintah.

(15)

Di sisi lain, ada pula pihak-pihak yang justru dengan sengaja melakukan pembakaran. Dengan alasan yang bermacam, namun kurang lebih mengacu kepada keuntungan materi bagi pihaknya.

Terlepas dari sebabnya, bagaimana pun harus ada pihak yang bisa menjamin bahwa apapun yang terjadi tidak ada hak dari masyarakat Sumatera (dalam konteks ini Sumatera Selatan) yang dilanggar. Bahkan andai saja penyebab kebakaran ini adalah murni faktor alam, tuntutannya tetap sama. Dan pihak yang kami maksud di sini adalah pemerintah.

Jika kita perhatikan lagi, hak yang dilanggar di sini bukan hanya hak warga Sumatera sebagai warga negara saja, tetapi juga hak asasi mereka sebagai manusia. Sehingga ini bukan hanya tragedi kemasyarakatan, tetapi juga tragedi kemanusiaan.

Pemerintah tentunya telah melakukan berbagai macam usaha penanggulangan atas tragedi ini. Misalnya bantuan-bantuan berupa masker udara, perawatan medis, dan lain sebagainya. Dari segi tersebut kita haruslah memberikan aplause atas usaha pemerintah tersebut. Yang cukup bermasalah adalah bagaimana pemerintah mematikan titik-titik hotspot yang tersebar. Seperti keterangan di berita di atas, petugas pemadam mengaku sangat kesulitan dalam memadamkan titik-titik hotspot yang ada. Hal ini menunjukkan sumber daya dan metode yang dilakukan pemerintah masih belum efektif. Diperlukan usaha lebih lagi untuk menemukan cara yang paling efektif untuk memadamkan titik-titik hotspot tersebut.

Selain itu, pemerintah juga harus lebih tegas dalam memberikan sanksi bagi pihak-pihak atau perusahaan yang terlibat dengan insiden ini. Banyak dari perusahaan-perusahaan tersebut hanya diberi peringatan saja. Dan sedikit sekali yang diberikan sanksi berupa pembekuan atau bahkan pencabutan izin usaha.

(16)

3. Kesimpulan

Sebagai seorang manusia, kita semua memiliki hak masing-masing. Mulai dari yang paling mendasar yaitu hak-hak asasi kita sebagai manusia sampai hak kita sebagai warga negara Indonesia. Kesemua hak itu telah diatur dan dijaga dengan peraturan-peraturan yang diberlakukan oleh pihak terkait.

Saat kita membahas hak yang dimiliki oleh warga negara maka hal itu tak lepas dari realita bangsa ini di mana hak warga negara seringkali terabaikan oleh pemerintah. Kasus-kasus seperti penculikan manusia demi pembungkaman publik atas pemerintah, pembungkaman pers, penggusuran paksa oleh aparat, dan lain sebagainya merupakan peristiwa yang sama-sama kita sepakati sebagai suatu bentuk pelanggaran hak warga negara yang dilakukan oleh pemerintah.

Sejak masa reformasi tahun 1998, Indonesia sejatinya telah memasuki babak baru dalam kegiatan berbangsa dan bernegaranya. Melalui tahap inilah bangsa Indonesia baru mengerti dan paham betul mengenai betapa pentingnya kebebasan, tranparansi, serta persamaan hak. Di awal masa reformasi, Indonesia yang masih terseok-seok berusaha membenahi kekacauan di pelbagai sudut. Perbaikan rupiah, stabilitas ekonomi, pembatasan intervensi asing, dan lain sebagainya dalah beberapa bentuk dari usaha tersebut. Di sisi lain, pemuka bangsa ini saat itu juga berusaha mewujudkan kenegaraan dan perpolitikan yang lebih baik. Yaitu dengan penerapan demokrasi secara habis-habisan. Bangsa Indonesia yang meski sebenarnya sudah lama mengenal konsep demokrasi pun secara kolektif ikut mengawasi dan secara aktif membenahi bangsa ini. Demokrasi yang sebelumnya hanya konsep kurang praktek akhirnya benar-benar ditegakkan. Sehingga sedikit banyaknya, bangsa Indonesia saat itu bisa dikatakan sudah ‘melek’ demokrasi. Kenyataan ini dukung dengan kebijakan-kebijakan baru pemerintah. Seperti sikap pemerintah yang mengizinkan rakyat untuk menyalurkan aspirasi sebebas-bebasnya sehingga terbentuk banyak partai-partai politik baru. Dan beberapa undang-undang lainnya yang menyangkut urusan politik, pelaksaan pemilu, dan lain sebagainya.

(17)

dan lain-lain semakin memojokkan posisinya di mata rakyat. Hingga akhirnya beliau harus turun jabatan.

Peristiwa di atas merupakan salah satu bentuk perjuangan rakyat dalam menegakkan haknya sebagai warga negara yang ingin diperlakukan adil dan pantas oleh negaranya. Rakyat sudah muak dengan penekanan hak mereka yang marak terjadi pada masa Orde Baru. Bahkan, pada masa Orde Baru bukan hak mereka sebagai warga negara saja yang diinjak, hak asasi mereka sebagai manusia pun sering dirampas.

Seiring berjalannya waktu, akhirnya kesadaran bersama akan pentingnya hal ini ikut berkembang. Kebijakan perundang-undangan baru yang mengatur hal ini kian bermunculan. Semuanya demi mewujudkan pernyataan bangsa Indonesia yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 1 yang berbunyi, “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.

Warga negara sendiri dapat diartikan sebagai orang yang berada di suatu wilayah negara yang keberadaannya diatur dan diakui oleh undang-undang yang berlaku. Undang-undang yang berlaku di sini adalah undang-undang negara Indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Di dalam UUD 1945 BAB X tentang Warga Negara pasal 26 ayat 1 dijelaskan mengenai pengertian warga negara, yang berbunyi “yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara”. Dan pasal 26 ayat 2 “Penduduk adalah warga negara Indonesia atau orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia”.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

http://dictionary.cambridge.org/

Referensi

Dokumen terkait

pernafasan dan sirkulasi darah pada penderita pernafasan dan sirkulasi darah pada penderita yang mengalami henti nafas atau henti jantung.. yang mengalami henti nafas atau

Dengan menggunakan VPN apakah jaringan publik dapat terkoneksi dengan jaringan lan agar jaringan publik dapat mengakses web server yang berada pada jaringan lokal di

Pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 12 Semarang yang telah dilakukan praktikan adalah permasalahan dalam bimbingan dan konseling yang mencakup

Pelaksanaan program yang dilakukan praktikan adalah permasalahan-permasalahan dalam bimbingan dan konseling yang mencakup empat bidang yaitu bidang bimbingan belajar,

Setelah persiapan, hal yang dilakukan praktikan selanjutnya yaitu merencanakan kegiatan mengumpulkan data tentang kebutuhan siswa terhadap materi layanan yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model Example Non Example dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi struktur tumbuhan dan fungsinya, keterampilan

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai pola konsumen yang dibentuk oleh konsumen baru dari branding 9 merek yang

Ditambah lagi, dalam hasil analisis tambahan dalam penelitian ini ditemukan bahwa di antara berbagai aktivitas online yang dilakukan, aktivitas yang memiliki perbedaan