• Tidak ada hasil yang ditemukan

HERBMEDISIN ORANG ORYA DI KABUPATEN JAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HERBMEDISIN ORANG ORYA DI KABUPATEN JAYA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

HERBMEDISIN ORANG ORYA DI KABUPATEN JAYAPURA Djekky R. Djoht

Abstract

The Orya people practicing 3 medical systems, that is physical, magic and supernatural. Media used in their medical system are plants, magic spells and specific behaviour. Two concepts related with sicknes are naturalistic and supranaturalistik. Therapy known by the Orya are herbmedicine, massages, hydrotherapy, dirty blood released and magical spells. The Orya knows 29 kind of plants that used to cure 18 diseases.

A. Pendahuluan

Etnobotani sangat penting karena di satu pihak masih banyak flora atau tumbuhan yang belum diketahui, demikian juga pemanfaatan tardisioanal oleh suku-suku bangsa kita yang tersebar diseluruh Papua. Di pihak lain kita dipacu untuk berlomba dengan hilangnya sumberdaya alam dan pengetahuan tradisional yang begitu cepat sebelum mengkajinya serta rusaknya dan berubahnya lingkungan dimana mereka tinggal karena pengaruh budaya modern dan pembangunan. Kita menyadari bahwa banyak sumberdaya nabati telah punah sebelum sempat diteliti. Demikian juga halnya dengan pengetahuan tradisional dan pemanfaatan tumbuhnan oleh masyarakat yang masih sederhana sudah hilang, sebelum informasi pengetahuan tradisional dicatat karena pengetahuan ini sifatnya lisan dari mulut ke mulut, dari generasi satu ke generasi lainnya. Dari sisi lain disadari pula bahwa teknologi maju telah menimbulkan banyak dampak negatif terhadap lingkungan dan juga efek negatif terhadap kesehatan. Akhir-akhir ini timbul gerakan untuk kembali ke alam atau yang disebut Back to Nature, diantaranya upaya untuk memanfaatkan sumberdaya nabati alami misalnya, penggunaan obat tradisional. Dan yang lebih penting lai adalah bagaimana pengetahuan tradisional dan pemanfaatan tumbuhan dapat diselamatkan dan dilestarikan untuk dikaji kembali.

Dari urain di atas jelas bagaimana pentingnya dan sekaligus dapat membantu penentuan tempat asal dan penyebaran tumbuhan dan manfaat dari masing-masing jenis tersebut. Kegunaan lain dari penelitian etnobotani adalah etnobotani adalah dapat dipakai untuk mengetahui status sumber daya alam disuatu daerah tertentu, mengetahui penyebaran tumbuhan dimasa lalu, dan dapat membantu untuk memberi arahan usaha industri pertanian dimasa sekarang. Hasil penelitian ini akan sangat berguna bagi pengembangan kesehatan guna meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat.

Papua mempunyai keanekaragaman suku bangsa dan keadaan ekologis yang berbe-beda4. Setiap suku bangsa yang menempati daerah ekologis tertentu berusaha dengan pengetahuannya untuk memanfaatkan

(2)

tumbuhan yang terdapat di daerahnya. Dengan demikian di Papua terdapat beraneka ragam pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhanoleh penduduk setempat karena mereka tinggal di daerah ekosistem yang beraneka ragam pula.

Untuk mengetahui keanekaragaman pengetahuan dan pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dan mencegah hilangnya pengetahuan tradisional di Papua maka artikel etnobotani medis pada suku bangsa Orya di desa Santosa Jayapura Papua merupakan dokumen yang bertujuan melestarikan pengetahuan tradisional.

Orang Orya tinggal di kecamatan Unurumguay dan Kaureh kabupaten jayapura disepanjang jalan HPH PT Youliemsari mulai dari KM 37 sampai KM 87 dan pesisir pantai Timur Jayapura. Daerah ini dapat dilalui dengan kendaraan darat.

Suku bangsa ini adalah masyaraka peramu dan peladang berpindah-pindah. Orang Orya, aksesnya pada modernisasi sudah cukup terbuka karena komunikasi dengan dunia luar cukup terbuka karena ada jalur transportasi darat yang menghubungkan mereka dengan dunia luar.

B. Etnografi Orya 1. Nomenculture

Nama suku bangsa Orya adalah nama yang diberikan oleh para peneliti bahasa dari SIL (Summer Institute of Language) Papua. Dalam bahasa Orya, kata “Orya” berarti Bahasa. Nama ini kemudian populer dikalangan peneliti Antroologi, bahasa dan dikalangan pergruan tinggi. Sedangkan suku bangsa tetangganya seperti Suku bangsa Nimboran (Orang Genyem) atau mereka sendiri menyebut dirinya dengan sebutan Yapji.Yapji berasal dari kata “Yap” yang berarti “pertama” dan “Ji” yang berarti “Manusia”. Dengan demikian Yapji berati “Manusia Pertama”. Dalam tulisan ini, penulisan memakai kata Orya untuk menyebut suku bangsa ini karena nama ini sudah populer dikalangan peneliti dan pemerintahan.

2. Ekologi Pangan.

Masyarakat Orya mempunyai beberapa sistem ekologi pangan yakni :

(3)

Meramu sagu merupakan salah satu mata pecaharian hidup masyarakat di desa Santosa. Pohon palm sagu (metroxylon spp) merupakan sumber daya yang amat penting dalam subsistensi penduduk. Pohon sagu yang dalam bahasa setempat disebut len, masyarakat dapat memperoleh beberapa jenis bahan makanan yakni, tepung sagu, sayur yang berasal dari pucuk daun pohon sagu, jamur (sengkong) , dan ulat sagu ( dobe yon).

Penduduk asli di daerah ini mengenal 38 jenis pohon palm sagu, yang secara umum dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu yang berduri dan tidak berduri. Memang dalam kenyataanya di masyarakat tidak semua jenis ini dapat diketahui dengan baik oleh semua anggota masyarakat, namun umumnya jenis-jenis pohon sagu dapat dikenal dengan baik oleh kaum wanita dewasa. Mereka (kaum wanita dewasa) ini umumnya dapat menguraikan ciri-ciri pohon sagu secara lebih rinci dan luas. Kenyataan terjadi karena kaum wanita di wilayah ini lebih banyak bertindak sebagai tenaga kerja dalam aktivitas meramu sagu.

Jenis-jenis Pohon Sagu Yang Dikenal Penduduk Desa Santosa

No Jenis Ciri-ciri

7 Bima Tidak berduri, tepungnya tidak banyak dan merah 8 Bahla Tidak berduri, mempunyai buah

(4)

36 Wiyas Tidak berduri

37 Yahlik Yang tumbuh dengan tunas berduri, yang tumbuh dengan buah tidak berduri

38 Ya Tidak berduri

Adapun proses untuk memperoleh tepung sagu (dobe) meliputi tahap-tahap kegiatan mulai dari memilih , menguji kadar pati, dan menebang pohon hingga sampai pada menumbuk/menghancurkan, meramas dan mengendapkan pati tepung dari serat daging pohon sagu. Pada umumnya hampir semua rangkaian meramu sagu dilakukan oleh kaum wanita. Laki-laki biasanya terlibat hanya sebatas menebang pohon sagu yang akan diramu tepungnya. Sedangkan proses meramu sagu dari satu batang pohon sagu dewasa dapat melibatkan satu atau dua orang perempuan dewasa dan aktivitas meramu ini dapat berlangsung selama beberapa hari, bahkan beberapa minggu. Peramuan sagu yang membutuhkan waktu yang cukup lama ini diakibatkan oleh adanya selingan aktivitas lainnya seperti, berkebun, berburu, menangkap ikan, atau meramu hasil hutan lainnya misalnya sayur genemo.

Sedikit gambaran tentang aktivitas meramu sagu, sbb :

Pohon sagu dewasa yang diketahui dengan telah berbunga pohon tersebut ditebang. Kemudian tiga helai pelepah dari pohon tersebut yang masih baik dan belum retak (rusak) dilepaskan. Satu helai pelepah dijadikan wadah untuk menampung serat-serat sagu yang sudah ditokok, dan dua pelepah yang lain dijadikan wadah untuk menampung air tepung sagu yang telah diramas. Setelah wadah yang diperlukan untuk memproses tepung sagu siap batang pohon sagu yang telah roboh itu dibersihkan durinya, lalu dipotong sesuai dengan keinginan sipenokok dengan ukuran kira-kira satu meter. Batang pohon sagu ini dipotong setengahnya, kemudian dibelah dengan kampak. Setelah potongan batang itu dibelah, maka si wanita dewasa akan menokok setengah bagian dari potongan pohon sagu tersebut. Serat-serat sagu yang telah ditokok kemudian dibawa ke tempat peras sagu yang disiapkan di dekat sumber air, agar mudah untuk mengambil air yang diperlukan untuk menyiram serta-serta sagu itu. Setelah serat-serat sagu disiram air dan diperas, air tepung sagunya dapat mengendap. Kemudain tepung sagu yang telah mengendap itu diambil dengan tangan lalu dimasukkan ke dalam wadah yang dibuat dari pelepah pohon nibun (sejenis palm hutan) yang disebut “bayi” dibawa pulang untuk kemudian disimpan dalam bakul yang terbuat dari kulit pohon “jok” yang diletakkan dalam rumah.

Selain memperoleh tepung sagu , hasil dari pohon sagu ini bisa diperoleh beberapa jenis bahan makanan seperti, sayur pucuk daun sagu, jamur (sengkong), dan ulat sagu (dobe yon).

2.2. Berkebun/berladang.

(5)

tertentu. Tahap-tahap pekerjaan yang mereka lakukan adalah sebagai berikut : Mula-mula pohon-pohon kecil, semak belukar dan tali-tali yang melingkari batang-batang besar dibersihkan oleh kaum wanita dan anak-anak, kemudian, pohon-pohon besar ditebang. Baik pohon-pohon besar atau kecil yang telah ditebang dibiarkan hingga kering, kemudan dibakar. Untuk mengendalikan api dari pembakaran tersebut sehingga tidak merambat ke hutan sekitarnya, maka pohon-pohon, semak belukar dan daun-daun kering yang dibakar dikumpulkan terpisah dengan jarak kira-kira tiga sampai lima meter dari lingkungan pohon-pohon dan belukar lainnya yang berada di sekitar areal kebun tersebut. Sehari setelah pembakaran kemudain kayu-kayu berhamburan di dalam kebun tersebut sebagai dikumpulkan disuatu tempat khusus. Setelah lahan kebun dianggap sudah bersih dan layak untuk ditanami kemudaian dengan menggunakan tugal bibit-bibit tanaman ditanam.

Adapun jenis-jenis tanaman yang biasanya ditanam antara lain, singkong, keladi, pisang, ubi jalar, nangka, pepaya, serta sayuran seperti, bayam, tomat, gedi, kacang panjang, kacang tanah.

2.3. Berburu

Dahulu sebelum adanya jalan raya dan masyarakat belum pindah dari kampung tua ke wilayah pinggiran jalan HPH Youlim Sari yakni, sebelum tahun 1990-an, maka aktivitas berburu, masih dianggap salah satu mata pencaharian yang sangat penting, karena aktivitas ini dilakukan baik secara bersamaan dengan aktivitas meramu makanan maupun aktivitas ini dilakukan secara khusus pada waktu malam atau pada musim-musim tertentu yang mereka kenal sebagai musim binatang buruan.

Namun dewasa ini mereka tidak lagi secara kontinu dan bahkan frekuensi melakukan aktivitas berburu ini dianggap hanya sebagai sambilan, apabila mereka bekerja di kebun dan kebetulan ada binatang buruan yang lewat, kesempatan ini dapat digunakan untuk mendapat bintang buruan tersebut. Cara yang biasanya digunakan adalah mengejar binatang buruan dengan menggunakan beberapa ekor anjing. Si pemburu akan mengejar binatang buruan dengan menggunakan busur (jenah) dan anak panah (guayab) bersama-sama dengan anjing yang mengejar mangsanya sambil menggonggong .

Perburuan dengan model seperti ini, biasanya dilakukan untuk jenis binatang buruan seperti, babi hutan, kuskus, kasuari, tikus tanah, rusa, kanguru, lao-lao. Sedangkan jenis-jenis burung seperti, kelelawar, mambruk, kum-kum, dan lain-lain, cara yang biasa digunakan adalah dengan menggunakan busur dan anak panah khusus, yakni, anak panah yang bagian penusuknya terbuat dari beberapa kawat yang ditajami. Selain itu itu saat ini masyarakat sudah mengenal cara pembuatan kartapel yakni, alat pemburu khusus untuk burung yang terbuat dari cabang kayu , karet dan kulit sepatu, yang digunakan untuk memburu burung dengan menggunakan batu. Ada juga alat pemburu lain yang dianggap sudah termasuk canggih yakni, senapan angin.

(6)

Menangkap ikan meruapakan salah satu mata pencaharian penduduk di desa Santosa, sekalipun tidak dapat dikategorikan sebagai mata pencaharian pokok. Pekerjaan ini biasanya dilakukan ketika mereka pergi kebun atau pada waktu mereka bekerja meramu sagu di dusun sagu. Penangkapan ikan ini bisa dilakukan secara bersama-sama (kelompok) dan juga bisa secara perseorangan. Biasanya jika dilakukan secara kelompok maka kelompok ini didasarkan atas kelompok kekerabatan yang juga mempunyai hak ulayat atas sungai tempat di mana mereka melakukan penangkapan ikan.

Adapun cara-cara yang biasanya digunakan untuk menangkap ikan antara lain, dengan cara meracuni ikan dengan akar tuba (somtok). Cara seperti ini biasanya dilakukan pada musim kemarau. Alasannya karena pada musim kemarau disungai itu ada daerah-daerah yang airnya berkurang dan sirkulasi pergantian airnya tidak terlalu cepat sehingga racun yang dimasukkan ke dalam air dapat membuat ikan-ikan yang ada di dalam air menjadi pusing atau bahkan langsung mati.

Selain cara sebagaimana dijelaskan di atas, mereka juga menggunakan cara-cara lain utnuk menangkap ikan dan udang, seperti, cara memancing ikan dengan menggunakan nelon dan mata kail, dan dengan cara menombak/memanah ikan ikan tombak atau panah. Menombak biasanya dapat dilakukan dengan cara melihat ikan dan menombak serta dengan cara menyelam kemudian menikam/menombak ikan. Cara-cara lainnya adalah dengan menggunakan lampu atau obor pada malam hari. Dengan cara ini bisanya pada malam hari ketika ikan atau udang melihat cahaya lampu atau obor biasanya keluar dari tempat persembunyiannya dan kemudian ikan/udang ditombak atau ditikam.

Jenis-jenis ikan yang biasanya ditangkap adalah, ikan gete-gete, ikan mujair, ikan gurami, ikan lele, ikan gabus/gastor (ophyre), ikan mas, serta udang.

1.4. Beternak

Beternak dalam konsep penduduk asli desa Santosa pada dasarnya tidak dikenal. Namun dengan berkembangnya pembangunan ke daerah ini seperti, dengan adanya bantuan Bangdes, bantuan sosial, bantuan Inpres Desa Tertinggal, misalnya babi, sapi, kambing, ayam, maka masyarakat secara lambat laun mulai mengenal tentang cara beternak..

Cara beternak pada masyarakat ini pada umumnya binatang-binatang piaraan mereka tidak dikandangkan, namun dilepaskan berkeliaran. Selain itu belum adanya penanganan secara profesional dari masyarakat baik dari segi pemberian makanan maupun sampai pada pemeliharaannya.

2. KEPEMILIKAN

(7)

dan diakui oleh masyarakat sekitarnya. Hampir semua penduduk, kecuali anak-anak kecil, dapat menunjukkan suku mana yang memiliki bagian-bagian wilayah desa Santosa. Wilaayah pemilikan suku yang dimanfaatkan sebagai lahan perburuan, kebun, dan padang sagu (dusun). Singkatnya, wilayah desa Santosa terbagi dalam dusun-dusun yang dimiliki oleh suku-suku sebagai mana yang tersebut di atas.

Batas-batas wilayah pemilikan suku umumnya ditandai oleh puncak-puncak gunung, sungai-sungai/kali. Batas-batas dan nama-nama dusun yang dikuasai suku-suku di wilayah desa Santosa ada di lingkungan sekitar mereka tinggal dan batas-batasnya cukup tegas dan jelas. Hal tersebut disebabkan oleh :

1. Peperangan antar suku dahulu kala mempertegas batas-batas wilayah penguasaan.

2. Adanya patroli pemerintah Belanda membuat batas-batas wilayah penguasaan suku menjadi lebih mantap lagi.

3. Orang tua secara turun temurun mengajak anak-anak mereka sebagai generasi baru untuk berkunjung ke dusun-dusun mereka. Di perjalanan mereka diberitahukan tentang nama-nama tempat dan siapa pemiliknya. (Ada juga waktu mengantar wanita ke pihak suaminya, perjalanan dari satu kampung ke kampung lainnya, orang tua selaku yang mengatahui tentang batas-batas ulayatnya akan menceritakan kepada anak-anak/ generasi baru yang ikut bersama dalam rombongan tersebut.

Pewaris hak milik (bina) atas dusun-dusun adalah anak laki-laki dari keturunan suku yang bersangkutan. Anak perempuan tidak mewarisi hak milik tetapi hanyalah hak untuk memanfaatkan sumber daya yang ada di dusun-dusun milik suku ayahnya.Anak laki-laki dari seorang janda yang kemudian menikah lagi dengan laki-laki dari suku yang lain daripada suku mendiang atau mantan suaminya dapat menyandang nama suku ayah tirinya. Dengan demikian yang bersangkutan dapat mewarisi hak milik dari dusun-dusun milik suku ayah tirinya, tetapi tidak atas dusun-dusun-dusun-dusun milik ayah kandungnya. Namun demikian yang bersangkutan masih mempunyai hak untuk memanfaatkan dusun-dusun milik suku ayah kandungnya.

Anak laki-laki dari keluarga suku lain yang diangkat sebagai anak sejak masih bayi oleh keluarga suku tertentu, dapat menyandang nama keluarga suku ayahnya angkatnya, dan mewarisi hak milik atas dusun-dusun keluarga suku ayahnya ankatnya. Tetapi apabila ketika diangkat sebagai anak, yang bersangkutan sudah besar, maka yang bersangkutan tidak dapat memakai nama suku keluarga ayah angkatnya; dan status yang bersangkutan hanya memperoleh hak untuk memanfaatkan dusun-dusun milik keluarga suku ayah angkatnya.

(8)

isterinya, keluarga atau suku ke dua nenek isterinya (baik dari pihak ayah atau ibunya). Akan tetapi anak ego tidak boleh memanfaatkan lahan dan sagu milik nenek ego (nenek buyut dari anak ego).

Untuk mendapatkan ijin atau akses untuk memanfaatkan dusun milik suku tertentu, seseorang yang menurut adat setempat tidak mempunyai hak milik atau hak pakai atas dusun milik orang lain, kecuali atas ijin kepala suku pemilik dusun tersebut. Pertimbangan pemeberian ijin dari kepala suku-pun biasanya didasarkan atas apakah tanah tersebut pernah atau tidak pernah terjadi konflik. Bila pernah terjadi konflik atas tanah dimana hendak dimanfaatkan, maka kepala suku akan berusaha untuk menghindari dari pemanfaatan tanah dimaksud, dengan memberikan alternatif tanah yang tidak menimbulkan konflik. Beberapa syarat yang biasanya diajukan oleh kepala suku kepada mereka dari klen lain yang hendak memanfaatkan tanah di wilayah tanah ulayat bukan klennya, adalah antara lain, tidak boleh menanam tanaman jangka panjang seperti , pinang, sukun, kelapa,sagu. Kepala klen-pun tidak mengharuskan adanya pembagian hasil atau sejenis imbalan dari si peminjam tanah ulayat.

3. ORGANISASI SOSIAL 3.1. Sistem kekerabatan.

Penduduk asli di desa Santosa mengenal sistem kekerabatan berdasarkan sistem Patrilineal ( Garis Keturunan berdasarkan laki-laki/ayah).

Hubungan kekerabatan lainnya yang mereka anut adalah hubungan kerabat dengan pihak kerabat ibu.

Mencari jodoh/pasangan kawin harus dilakukan diluar klen atau menganut prisip eksogami klen. Sedangkan prinsip tempat tinggal setelah menikah adalah bersifat patrilokal (tinggal di antara kerabat suami/mengikuti suami).

3.2. Sistem istilah Kekerabatan.

Tipe sistem kekerabatan pada masyarakat asli di desa Santosa adalah, tipe Hawaii. Penggolongan ini dapat dibuktikan berdasarkan istilah yang digunakan untuk menyapa saudara sepupu sama dengan istilah yang digunakan untuk menyapa saudara sekandung. Istilah yang digunakan untuk menyapa seorang individu akan digunakan juga untuk menyebut individu tersebut, misalnya ego menyapa ibu kandungnya dengan istilah Anyah, juga menggunakan istilah yang sama (anyah) untuk menyebut.

Unsur lain lagi yang dimasukkan dalam sistem kekerabatan adalah prinsip seks, yaitu membedakan istilah menyapa bagi kaum kerabat pria dan kaum kerabat wanita. Sebagai contoh, istilah anotane untuk menyapa anak laki-laki dan wenamto untuk anak perempuan.

(9)

1. aya : ego 2. anuwe : isteri ego

3. Oso : saudara perempuan ego 4. Somo : saudara laki-laki ego 5. anotane : anak laki-laki ego 6. wenamto : anak perempuan ego 7. Bian : ayah ego

8. anyan : ibu ego

9. aya : saudara laki-laki ayah ego. 10. nirwa : saudara perempuan ayah ego. 11. baba : saudara laki-laki ibu ego. 12. sowe : saudara perempuan ibu ego 13. aza : kakek ego/nenek ego 14. Abu : cucu ego

15. aibo : isteri anak ego

16. bayam : anak laki-laki/perempuan saudara laki-laki/perempuan ego.

BAGAN KEKERABATAN

(10)

Perkawinan yang berlangsung dikalangan anggota masyarakat, umumnya merupakan hasil perjodohan yang diatur oleh kedua belah pihak keluarga (laki-laki dan perempuan). Perkawinan yang terjadi tentunya karena eksogami klen, maka jodoh tentunya berasal dari klen yang berbeda.

Penduduk asli di desa Santosa menganggap bentuk perkawinan yang ideal adalah apa yang dinamakan sebagai perkawinan tukar (lidik son hwe we), di mana dua keluarga dari suku berbeda terlibat dalam pertukaran anak perempuan. Pihak keluarga/suku pertama memberikan anak perempuannya untuk dikawini oleh anak laki-laki dari pihak keluarga/suku kedua. Kemudian pada waktu yang lain pihak keluarga/suku kedua akan membalas kembali dengan memberikan kembali anak perempuannya untuk dikawinkan dengan anak laki-laki dari pihak keluarga/suku pertama.

Dalam upacara perkawinan ini, juga berlangsung pertukaran barang. Pihak keluarga mempelai laki-laki harus membayar mas kawin (wertabim) yang kini berupa uang air susu dan peralatan/perabotan rumah tangga kepada pihak keluarga mempelai perempuan. Biasanya, bila mempelai perempuan dari keluarga/suku yang berdiam di kampung yang berbeda dengankeluarga mempelai laki-laki, maka mas kawin tidak hanya ditanggung oleh keluarga-keluarga dari suku mempelai laki-laki saja, tetapi juga dari keluarga-keluarga suku lain yang tinggal di kampung yang sama. Sedangkan apabila kedua mempelai berasal dari kampung yang sama, maka mas kawin ditanggung oleh pihak keluarga/suku mempelai laki-laki saja.

Dengan adanya ikatan perkawinan ini, seorang suami atau isteri dapat memperoleh akses pada dusun-dusun milik suku dari kerabat isteri ataupun suami. Demikian juga kedua belah pihak orang tua dapat memperoleh akses pada dusun-dusun milik suku dari keluarga anak mantu mereka. Selain itu dengan adanya ikatan perkawinan , seorang perempuan mempunyai akses pada dusun-dusun keluarga suaminya. Lebih dari pada itu, orang tua perempuan itu juga dapat turut bersama keluarga anak mantunya berburu dan meramu sagu di dusun-dusun milik suku anak mantunya.

4. SISTEM RELIGI

Penduduk asli di desa Santosa sekalipun secara resmi telah memeluk agama kristen protestan. Namun demikian mereka hingga saat ini masih belum meninggalkan kepercayaan tradisonal tersebut, karena dianggap mempunyai pengaruh yang kuat dalam kehidupan masyarakat.

Kepercayaan mereka berpusat pada roh-roh orang mati yang mereka kenal sebagai roh-roh nenek moyang. Selain itu kepercayaan mereka juga kepada roh-roh yang ada di alam semesta yang bagi mereka terdapat pada pohon-pohon besar, batu-batu besar, goa-goa serta gunung-gunung diwilayah tempat tinggal mereka.

(11)

Penduduk asli ditempat ini juga mengenal dan mempraktekkan kepercayaan mereka yang identik dengan ajaran mesianik, yang disebut pergerakan tongkat. Ajaran yang ditekankan pada pergerakan ini adalah kepercayaan akan harapan mereka akan datangnya seorang tokoh yang membawa kebahagiaan dan kemakmuran bagi pengikutnya. Pergerakkan ini dalam aktivitasnya menempatkan aspek kebebasan seks sebagai pusat kebaktian demi harapan, penopang, pegangan hidup mereka. Jadi istilah tongkat ini hanyalah sebuah simbol untuk menyebut alat kelamin pria dan wanita. Alat-alat kelamin dilambangkan dalam ungkapan kata tongkat sebagai sepotong kayu.

Alat kelamin manusia dianggap dapat menolong manusia dari berbagai tantangan hidup yang riil yang dihadapi di dunia. Sebab seks dianggap sebagai sumber dan kunci segala kebahagiaan hidup dan disitulah mereka mempertaruhkan tumpuan harapannya akan masa depan mereka yang lebih baik.

Selain kepercayaan akan gerakan tongkat, mereka juga masih teguh memegang kepercayaan akan ilmu gaib dalam kehidupannya. Praktek ilmu gaib itu hingga sekarang msih tetap dipraktekkan misalnya, dalam hal untuk memperoleh hasil buruan yang banyak sesuai keperluan; dan dalam hal menolak penyakit/bala atau menyembukan penyakit. Di samping itu ada juga ilmu gaib yang digunakan untuk maksud-maksud jahat, seperti membuat orang sakit, membunuh orang, dan tau juga sebagi alat untuk mencegah pencuri, persinahan, dan sebagainya.

Adapun kegiatan religi ini seringkali dibuat dalam berbagai acara seperti, doa, menyanyi, membuat sesajian, kurban, dan tari-tarian keramat yang disebut Taar, Syan-syan, jitan pada upacara-upacara keagamaan secara nyata yang berkaitan dengan upacara-upacara yang dilaksanakan untuk menobatkan ondoafi yang disebut, Tambane Yawala. Aktivitas-aktivitas kepercayaan tradisional ini mulai berkurang, sejak masuknya injil lewat para zeendeling/missionaris yang masuk ke daerah Genyem (Maribu) sekitar tahun 1933.

C. KONSEP ETIOLOGY PENYAKIT ORANG ORYA

Dalam tulisan ini, konsep etiology penyakit dilihat dari dua aspek yaitu: Definisi sakit dan Penyebab sakit

1. Definisi Sakit

(12)

Definisi sakit tersebut diatas berkaitan erat dengan fungsi mekanistik tubuh yang tidak seimbang dan kemampuan untuk membuat dan mempertahankan hubungan dengan orang lain yang tidak seimbang. Sebagai contoh; orang Orya mengidentifikasi seseorang sakit apabila terdapat ganguan fisik seperti demam, kepala sakit, muntah, atau kena benda keras dan menyebabkan gangguan fisik. Selain itu Hubungan sosial antara individu yang tidak harmonis dan menimbulkan konflik seperti perbuatan magic, dikategori sebagai penyakit.

Dilihat dari aspek budaya masyarakat setempat, penyakit adalah pengakuan sosial bahwa seseorang itu tidak bisa menjalankan peran normalnya secara wajar, dan bahwa harus dilakukan sesuatu terhadap situasi tersebut. Dengan demikian konsep penyakit menurut orang Orya sebagai konsep Ilness (sakit) dan bukan sebagai konsep patologi. Artinya, seseorang yang diberi lebel sakit oleh kelompok sosialnya seperti keluarga, dukun, atau masyarakat pada umumnya bukan karena telah terserang agen (penyebab sakit seperti virus, parasit, dll seperti dalam kesehatan modern) tetapi karena gejala-gejala klinis yang nampak dan penyebab supranatural atau dicap/lebel bahwa individu tersebut sakit.

2. Penyebab penyakit

Pengertian sakit dan manifestasi penyakit mempunyai bentuk artian dan evaluasi berbeda pada setiap lapisan masyarakat. Pada masyarakat tradisional, orang menganggap menderita penyakit kalau tidak dapat bekerja, apakah karena gangguan gerakan alat tubuh, atau gangguan fungsi normal dalam kehidupan sehari-hari. Konsep kuman, apalagi hormonal, ataupun imunitas tidak dikenal. Penyakit banyak dihubungkan dengan penyebab yang berasal dari kekuatan supranatural.

Menurut orang Orya ada tiga penyebab seseorang dinyatakan sakit, yaitu:

1) Penyebab fisik

2) Penyebab Magic

3) Penyebab Supranatural.

a) Penyebab fisik

Penyebab fisik adalah penyakit disebabkan oleh gangguan-gangguan fisik seperti lelah bekerja, tertimpa benda keras, benda tajam, kecelakaan seperti jatuh dari tempat tinggi, tenggelam, digigit ular atau binatang buas, keracunan, salah makan dan lain-lain. Penyebab-penyebab fisik ini biasanya menimbulkan gangguan fisik seperti panas, demam, kepala pening, lemah, luka, bisul, dan lain-lain.

(13)

“ … Penyakit-penyakit yang diobati tanpa menggunakan mantra-mantra atau tanpa meminta bantuan mahkluk gaib adalah luka, tulang patah, kepala pening, batuk, lemas dan demam tetapi kalau diobati tidak sembuh-sembuh seperti batuk maka biasanya itu sebagai penyebab magic (guna-guna orang lain)…”

b) Penyebab Magic

Penyebab magic adalah penyakit yang diderita seseorang akibat dimagic oleh orang lain. Orang yang memberi lebel bahwa suatu penyakit disebabkan oleh magic adalah dukun. Umumnya penyakit itu setelah diobati tidak sembuh, kemudian sipenderita akan pergi kedukun meminta penyembuahan. Dukun akan mendiagnosa penyakit tersebut dengan cara menanya kesalahan-kesalahan apa yang pernah dibuat oleh penderita seperti mencuri, menghina orang, mengganggu istri atau anak gadis, dan pelanggaran-pelanggaran sosial lainnya.

Orang Orya mengkategori penyakit akibat magic cukup banyak tergantung pemberian lebel “akibat magic” dari dukun. Jadi semua penyakit dapat dikategori “penyebab magic”. Penyakit yang pasti akibat magic adalah penyakit mata seperti mata buta, katarak, perut bengkak, susah buang air besar dan kencing, susah makan, panas dan gelisah dan kaki menjadi bisul dan lambat laun menjadi luka besar dan bisa putus kakinya. Sebagai kasus penyakit akibat magic seperti ungkapan informan dibawah ini.

..” anak perempuan kepala desa, sering mencuri telur ayam ayahnya. Oleh ayahnya tempat bertelur ditaruh kapur makan pinang dan kemudian tempat itu dimantrai (diberi magi). Ketika anak perempuanya mencuri telur ayam lagi, ia mendapat musibah mata sebelah kanannya menonjol keluar dan terdapat bintik putih di kelopak matanya sampai sekarang”.

“… Buat lubang pada sarang rayap tanah, kemudian masukan ampas makanan dari orang yang hendak dimagic, korban akan menderita perut bengkak, tidak bisa buang air besar dan kencing dan tidak bisa makan. Cara lain, potong bambu, masukan ampas makanan dari orang yang menjadi sasaran magic, kemudian tancapkan bambu itu kedalam ampas hasil tokok sagu, korban akan menderita perut bengkak, tidak bisa buang air besar dan kencing dan badan panas dan gelisah. Cara lain lagi, mengambil bekas kaki sasaran korban magic, kemudian bekas kaki/tananya itu ditaruh diantara dua batang pohon yang merapat dan terus bergesekan. Kaki orang yang dimagic akan menjadi bisul dan lambat laun akan timbul luka besar bahkan kakinya bisa putus”.

c) Penyebab Supranatural

(14)

Orang Orya mengkategori penyebab penyakit akibat kekuatan Doal menjadi 8 jenis, yaitu:

1) Orayang

Orayang adalah nama mahkluk halus yang berasal dari kampung Taja, berbentuk seperti buaya besar. Ciri-ciri penyakit akibat perbutan Orayang adalah mencret dan kejang-kejang. Ia juga dapat membuat manusia mati tiba-tiba tanpa sakit terlebih dulu. Orayang dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, laki-laki maupun perempuan.

2) Kwebi

Kwebi adalah nama mahkluk halus yang berasal dari kampung Uria, berbentuk seperti babi memakai tanduk. Ciri-ciri penyakit akibat perbuatan Kwebi adalah Ibu susah melahirkan, panas tinggi dan mengigil. Kwebi hanya mengganggu orang dewasa, dan ibu yang hendak melahirkan.

3) Balala

Balala adalah nama mahkluk halus yang berasal dari kampung Nimbontong, berbentuk seperti manusia yang seluruh tubuhnya berwarna hitam gelap dan memakai tanduk dikepalanya. Ia selalu membawa busur-panah. Ciri-ciri penyakit akibat perbuatan Balala adalah Sudah melahirkan masih merasa mau melahirkan lagi. Kwebi hanya menyerang perempuan melahirkan.

4) Kasodoal

adalah nama mahkluk halus yang berasal dari kampung Buasum, berbentuk seperti batu besar. Ciri-ciri penyakit akibat perbuatan Kasodoal adalah ibu yang melahirkan panas tinggi dan orang sakit pans tinggi. Kasodoal dapat menyerang orang dewasa, laki-laki maupun perempuan dan perempuan yang hendak melahirkan.

5) Autbuem

adalah nama mahkluk halus yang berasal dari kampung Sausuma, berbentuk seperti burung malam. Ciri-ciri penyakit akibat perbuatan Autbuem adalah tulang-tulang sakit, luka-luka borok yang susah sembuh dan orang menjadi pinjang atau lumpuh. OAutbuem dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, laki-laki maupun perempuan.

6) Kuebsobab

adalah mahkluk halus yang berasal dari kampung Santosa, berbentuk seperti burung garuda. Ciri-ciri penyakit akibat perbuatan Kuebsobab adalah serampah dan kurus tinggal tulang. Ia hanya menyerang orang yang membuat kesalahan seperti mencuri, memperkosa, orang yang buat magic. OKuebsobab

(15)

7) Doardoar

adalah nama mahkluk halus yang berbentuk seperti manusia kerdil dan berwarna hitam pekat.

Doardoar biasanya bergerombol jika pergi kemana-mana. Mereka mempunyai pemimpin yang disebut dengan istilah Doarbi. Ciri-ciri penyakit akibat perbuatan Doardoar adalah susah tidur, gelisah, badan sakit dan sering berteriak, kalau siang hari nampak sehat setelah malam hari ia sakit dan gelisah. Ia juga dapat membuat manusia mati tiba-tiba tanpa sakit terlebih dulu. Doardoar hanya menyerang orang dewasa baik laki-laki maupun perempuan.

8) Wenamtol Yawal

adalah nama mahkluk halus yang berbentuk seperti Kasuari dan muncul pada malam hari. Wenamtol Yawal mempunyai anggota-anggota seperti Drik (hidup dibatu-batu dan berbentuk kasuari),

Tearadoar (hidup di pohon-pohon dan berbentuk seperti kasuari). Ciri-ciri penyakit akibat perbuatan

wenamtol Yawal adalah anak kejang dan pinsan, bicara sembarang seperti orang gila dan jalan sempoyongan. wenamtol Yawal dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, laki-laki maupun perempuan. Ia hanya menyerang orang yang berbuat kesalahan seperti mencuri, memperkosa, orang yang membuat magic, orang yang mengganggu perempuan dengan magic.

Melihat konsep sakit orang Orya seperti tersebut di atas, maka ada dua sistem medis yang bisa dikategorikan berdasarkan orientasi kognitif orang Orya, yaitu:

1) Sistem medis non-supranatural

Kategori-kategori etiologi yang bersifat non-supranatural adalah penjelasan yang seluruhnya didasarkan atas hubungan sebab akibat yang dapat diobservasi, lepas dari persoalan apakah hubungan yang terbentuk itu keliru atau tidak, disebabkan oleh observasi yang tidak lengkap atau keliru.

2) Sistem medis supranatural

Kategori-kategori etiologi supranatural merujuk pada penjelasan yang menempatkan asal-usul penyakit pada kekuatan-kekuatan yang terasa dasyat, atau tindakan-tindakan yang tidak dapat diobservasi secara langsung.

MATRIKS ETIOLOGI PENYAKIT

KONSEP SAKIT PENYEBAB PENYAKIT

SISTEM MEDIS YANG

DIKENAL TEHNIK PENGOBATAN

(16)

seimbang baik

Pengobatan penyakit orang Orya berhubungan erat dengan cara mereka menentukan penyebab penyakit seperti tersebut pada point A. Oleh karena itu, pengobatan penyakit masyarakat Orya dikategori berdasarkan tiga penyebab penyakit seperti tersebut pada point A.

1. Pengobatan penyakit penyebab fisik

Pengobatan penyakit akibat penyebab fisik, umumnya dilakukan oleh individu yang sakit atau keluarga dan kerabatnya. Pengobatan umumnya dilakukan dengan tehnik herb medicine, massage dan

hidrotherapy.

Herb medicine dilakukan dengan memakai tumbuh-tumbuhan yang ada disekitar tempat tinggal orang Orya, baik dari akar, daun, buah maupun kulit batang dan batang pohonnya. Jenis tumbuh-tumbuhan tersebut diambil sesuai dengan jenis penyakit penderita yang telah diketahui. Kemudian tumbuhan itu diramu dan diberikan pada penderita.

Massage dilakukan terutama pada gangguan fisik kelelahan dengan menggunakan jenis tumbuhan yang tersentuh tubuh akan terasa gatal atau dilakukan dengan menggunakan tangan sebagai alat massage.

(17)

2. Pengobatan Penyakit Penyebab Magic

Seperti telah disebutkan di atas pada point penyebab penyakit akibat magic mengenai media yang dipakai untuk magic seperti sisa makanan, tanah bekas kaki dan tempat mencuri yang dapat menimbulkan korban jatuh sakit. Pada bagian ini, akan diuraikan cara-cara menyembuhkan penyakit akibat perbuatan magic.

Penyakit akibat magic hanya bisa disembuhkan oleh dukun. Dukun akan mendiagnosa penderita dengan cara:

1) Mencaritahu tempat sakit dan gejala-gejala sakit;

2) Menanyakan penderita tentang perbuatan-perbuatannya yang lalu dengan pelanggaran-pelanggaran sosial yang dilakukannya seperti mencuri,bersinah, menipu, bermusuhan. Penderita harus menceritakan secara jujur apa yang dia lakukan dimasa laku;

3) Setelah dukun mengetahui cerita penderita. Ia dapat menentukan atau mengambil kesimpulan siapa yang melakukan magic dan cara apa yang dipakai untuk membuat penderita jatuh sakit.

4) Dukun melakukan pengobatan.

Ada dua cara melakukan pengobatan pada penderita:

1) Dukun mengisi air putih ditempurung kelapa, kemudian membaca mantra. Air dalam tempurung kelapa yang telah dimantrai dipercik ke seluruh tubuh penderita dengan menggunakan setangkai daun jenis apa saja beberapa kali. Sisa air dalam tempurung dituangkan lewat kepala penderita terus mengalir lewat belakang kepala.

2) Pembuat magic disuruh dukun untuk mengambil kembali sisa makan yang dipakai sebagai media mencelakakan penderita dan ditanam dalam tanah atau media sisa makan yang dimasukan dalam bambu yang ditancapkan dalam ampas totok sagu harus dicabut. Kalau pembuat magic tidak mau maka penderita akan meninggal tetapi kemudian akan diikuti oleh pembuat magic.

3. Pengobatan Penyakit Penyebab Supranatural

Seperti telah disebutkan di atas pada point penyebab penyakit akibat supranatural bahwa ada 8 jenis mahkluk gaib yang menyebabkan orang sakit dengan gejala-gejala khas. Menurut orang Orya, penyakit dengan gejala khas ini hanya dapat disembuhkan oleh dukun karena dukun mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan mahkluk gaib.

(18)

disembuhkan seperti cacat kaki, tetapi hanya bisa mengusir kekuatan supranatural agar penderita tidak sengsara seperti susah jalan atau sakit-sakitan.

4. Profesi pengobatan

Profesi pengobatan dalam suku Orya disebut dengan istilah Audana. Orang Orya mengkonsepsikan

Audana sebagai orang-orang tertentu yang mempunyai keahlian khusus untuk menyembuhkan penyakit yang dianggap berat (bukan penyakit lasim di masyarakat). Ia memiliki pengetahuan luas tentang jenis-jenis obat tradisional, cara-cara tradisional penyembuhan penyakit, juga diyakini mempunyai ketrampilan atau kemampuan berhubungan dengan supranatural power.

Karena hanya orang-orang tertentu yang memiliki kemampuan mengobati penyakit yang dianggap berat, maka biasanya kemampuan itu diturunkan dari orang tua kepada anaknya terutama anak tertua atau anak yang lebih dekat atau disayangi orang tuanya. Caranya lewat sosialisasi orang tua secara terus-menerus kepada anaknya, terutama keterlibatan anaknya dalam membantu orang tua menangani kasus-kasus penyakit dimasyarakat. Seperti yang diungkapkan Isbor.

"… Saya punya keahlian mengobati orang sakit ini saya dapati atau saya pelajari dari bapak saya. Sejak kecil dia sudah ajari saya tanaman-tanaman yang dipakai untuk mengobati penyakit dan cara-cara mengobati, setelah saya sudah besar sedikit dia ajarkan saya berhubungan dengan setan-setan (Mahkluk Gaib - red) dengan menggunakan fui-fui (kata-kata magic) dengan cara setiap dia mengobati orang dia membawa saya membantunya agar saya bisa lihat sendiri dan juga ia memberitahu saya cara-cara pengobatannya. Tapi saya juga belajar sendiri dari pengalaman-pengalaman saya mengobati orang dan mendengar cerita-cerita orang…"

Seseorang dapat menjadi Audana atau diakui sebagai Audana apabila memiliki syarat-syarat; memiliki ketrampilan menyembuhkan penyakit, menjadi panutan dalam masyarakat seperti jujur, tidak bersinah, tidak mencuri, penuh kesabaran, baik hati (mau menolong siapa saja tanpa memandang muka), tidak boleh marah pada orang lain, tidak boleh pukul istri dan anak-anak.

Menurut Isbor, Audana sangat dihormati dalam masyarakat Orya karena ia memiliki ketrampilan menyembuhkan penyakit yang tidak semua orang miliki sehingga banyak orang yang datang meminta bantuan Audana. Oleh karena itu Audana mendapat kedudukan yang berwibawa dalam tatanan sosial masyarakat. Ia dihargai karena jasanya menolong masyarakat yang mengalami krisis dalam kehidupanya seperti sakit, menolong orang dalam keadaan tidak berdaya seperti ibu hamil, menolong masyarakat, membina atau menjalin relasi yang baik dengan kekuatan-kekuatan supranatural seperti roh leluhur, roh orang meninggal dan mahkluk-mahkluk gaib.

(19)

"…. Jika ada ibu-ibu yang tidak mau mempunyai anak lagi atau yang belum dapat anak, ia bisa panggil dukun untuk tidak dapat anak lagi dengan membaca mantra-mantra, tetapi harus dengan imbalan kepada dukun, bisa dengan 500.000, gula, beras, dan lain-lain…"

Menurut informasi dari Yahsri bahwa Audana di desa Santosa mempunyai daerah pelayanan tidak hanya di dalam desa tetapi sampai di desa Taja, Sausuma, dan Nimbontong. Daerah-daerah ini masih merupakan desa-desa wilayah suku Orya karena menggunakan bahasa yang sama.

5. Herbmedicine

a) Tehnik Meracik tanaman obat menjadi obat

Hasil penelitian menemukan bahwa orang Orya mengenal 9 tehnik meracik tanaman menjadi, yaitu dengan cara direbus dengan air, ditumbuk atau diparut, diperas, diasapi, dihirup, dikunyah, ditempelkan, ditetesi dan diuapi. Matriks berikut ini menjelaskan tehnik meracik obat dan jenis taman yang digunakan.

MATRIKS TEHNIK MERACIK TANAMAN OBAT MENJADI OBAT

b) Bagian

Tanaman dipakai Sebagai Obat

Bagian tanaman yang dipakai sebagai obat adalah daun, kulit akar, batang, getah dan umbi. Bunga dan buah tidak dipakai sebagai bahan pembuatan obat. Bahan-bahan ini tidak dipakai terpisah, kadang daun dan akar dipakai bersamaan.

c) Tanaman Obat budidaya dan Tanaman Obat Liar

Tanaman obat yang sudah dibudidaya orang Orya adalah Cocor bebek, Erikin (Jahe), Hisasban (Serei), pepaya, sirih dan Gedi. Jenis tanaman ini kebanyakan ditanam di kebun. Hanya sere dan cocor bebek yang ditanam dihalaman rumah. Sebagian besar tanaman obat yang sudah dikenal orang Orya merupakan tanaman liar yang tumbuh di hutan-hutan sekitar desa.

DAFTAR TANAMAN OBAT ORANG ORYA

NO RACIKAN OBAT JENIS TANAMAN JENIS PENYAKIT

1. Direbus dengan air dan

Hasumhandam, Bula-bula, Bem, Tembakau, cocor bebek

Bisul, Luka, Hernia

5. Dihirup Kluartemule Batuk pilek

6. Dikunyah Hisasban, Dunggu,Kuest Sakit gigi, Asma

(20)

NO NAMA LOKAL

NAMA LATIN JENIS PENYAKIT ORYA INDONESIA

1 Aulu Daun gatal Laporthea Badan sakit, Tulang lutut sakit,

keseleo, demam.

2 Tegar Kayu susu - Mencret, Perut masuk angin, batuk

sampai hosa.

3 Gues Kayu lawang - Batuk sampai hosa, ibu hamil yang

sering rasa mual atau muntah-muntah.

4 Tali Nyong Tali Kuning - Perut sakit, batuk, cacingan, malas

makan, kepala sakit.

5 Pohon Osia - Lunatzia amara Luka baru/lama

6 - Daun tumbuh

daun/cocor bebek.

Kalanchoea Sakit kepala, sakit perut, bisul.

7 Eirikin Guraka/jahe Zingiber officinale Tulang belakang sakit.

8 Sabuan Daun

Tembakau

Nicotaniana tabacum Luka baru

9 Pohon Dunggu - - Gigi sakit

10 Pohon Tihuen - Dryoptheris Bisul

11 Pohon Koble - Anthocephalus

cadamba

Kudis (klemes)

12 Goddokod Tali rotan Calamus.Sp Batuk/hosa, luka lama-baru.

13 Tua Pisang hutan Musa paradisae Luka baru

14 Pohon Disir - Pleomele Sp. Belakang sakit

15 Pohon

Kluartumule

- Mauremia sp. Batuk, beringus, hosa.

16 Pohon Orja - Neprolepis indica Luka baru/lama,batuk.

17 Endang Alang-alang Inperata cylindrica Kudis (klemes)

18 Bula-bula - Ipomoea prescapre Bisul, kepala sakit.

19 Pohon

22 Pohon Eing - Disoxylum molle Luka, kudis.

23 Lantir Amaranthus sp. Perut sakit.

24 Bem Bete hutan - Bisul

25 Hisasban Serei Andropgon cytratus Gigi sakit/goyang.

26 Pohon Obaala - - Kadas

27 Bagar Daun Gedi - Menambah dan memperlancar air

susu ibu.

28 Gwes Daun Gnemo Genetum genemon Menambah dan memperlancar air

susu ibu.

29 Jabakan Daun pepaya Carica papaya Cacingan

30 Guitir - - Sakit perut, kepala pening

31 Disir-disir - - Nyeri, tulang sakit

32 Eititi Pohon Paku - Gelisah dan menangis terus

33 Dig - - Batuk

34 Walman - - Batuk

35 Okawen Batuk

36 Sia Batuk

37 Jibul-jibul - - Gelisah dan menangis terus

38 Jimir - - Kudis

E. AKULTURASI DALAM ASPEK MEDIS

(21)

medicine orang Orya adalah bentuk Orijinasi1. Perubahan situasi dalam akulturasi yang dimaksudkan disini adalah :

1) Perpindahan penduduk; dari kampung tua ke desa santosa; 2) Kemudahan transportasi;

3) Dibukanya puskesmas pembantu;

4) Kunjungan-kunjungan petugas pemerintahan; 5) Kunjungan penduduk ke kota Jayapura.

Agar orijinasi dapat dipahami lebih baik, perlu dijelaskan lebih detail perubahan situasi dalam perjalanan kehidupan orang Orya masa lampau sampai sekarang.

1. Perpindahan Penduduk dan Kemudahan transportasi

Orang Orya sebelum menempati tempat sekarang (1990-sekarang), tinggal di kampung jadam. Daerah ini merupakan hutan belantara dan diatas bukit. Tahun 1981 Departemen Sosial membangun pemukiman masyarakat terasing di tempat. Sebelumnya, setiap clan membuat kampung-kampung kecil yang terdiri dari 6-10 rumah tangga disetiap dusunnya. Sejak tahun 1981 mereka dikumpulkan dalam satu pemukiman di kampung Jadam. Dikampung ini kontak dengan dunia luar sangat sulit, mereka hidup dengan kebudayaannya sendiri. Pengenalan akan medis modern masih sangat kecil, karena kontak dengan dunia luar seperti pendidikan, tenaga kesehatan hampir tidak ada. Kontak-kontak seperti itu, kalaupun ada hanya dilakukan oleh beberapa orang ketika mereka harus ke kota Genyem dengan berjalan kaki selama sebulan. Dan disana mereka berkenalan dengan medis modern seperti puskesmas dan sistem medisnya.

Ketika PT. Youliemsari membangun jalan HPH melewati KM 50 (tempat desa Santosa sekarang), beberapa orang Orya mulai membangun rumahnya ditepi jalan tersebut dan kemudian diikuti oleh seluruh penduduk. Sejak tahun 1990 terbentuklah desa Santosa.

Adanya jalan HPH PT Youliemsari membuat segalanya menjadi mudah dan terbuka baik dari penduduk Orya sendiri seperti mendapat pekerjaan diperusahaan tersebut, bepergian ke kota jayapura dan daerah-daerah disekitarnya sehingga mendapat kesempatan menerima berbagai informasi yang berguna bagi mereka. Maupun dari institusi pemerintah seperti dari departemen kesehatan dapat membangun sebuah puskesmas pembantu dan menempatkan seorang petugas kesehatan seperti perawat dan dari institusi departemen pendidikan dan kebudayaan membangun sebuah gedung SD dengan sistemnya seperti guru dan belajar-mengajar.

2. Memperkenalkan Sistem Medis modern

(22)

Medis modern secara perlahan sudah diperkenalkan pada orang Orya sejak mereka masih dikampung tua (Jadam). Namun jalurnya lewat individu-individu yang kebetulan pergi keluar kampungnya dan mendapat informasi mengenai kesehatan modern di genyem dan jayapura.

Setelah mereka tinggal ditepi jalan HPH PT Yoeliemsari (1990), secara langsung dan intensif kesehatan modern diperkenalkan lewat puskesmas pembantu dengan seorang perawatnya. Penduduk mulai mengenal obat-obat modern dan sistem perawatan yang diperkenalkan oleh seorang perawat yang bertugas di desa Santosa. Kesehatan modern mulai dikenal secara intensif sejak tahun 1994, yaitu sejak dibangun puskesmas pembantu.

Banyak unsur-unsur baru dalam sistem kesehatan yang diperkenalkan pada orang Orya, yang sebelumnya tidak dikenal dalam sistem medis orang Orya. Konsep kuman dan gizi yang sebelumnya tidak dikenal, sekarang orang Orya sudah mengetahui konsep-konsep tersebut terutama pada penyakit-penyakit umum yang sering terjadi seperti demam, kepala pening dan panas tinggi.

Walaupun demikian sistem kesehatan tradisional masih tetap dipraktekan walaupun tetap mengadopsi sistem kesehatan modern. Kedua sistem kesehatan ini dijalani bersama-sama jika orang Orya mengalami gangguan kesehatan.

Sistem kesehatan yang digunakan, apakah sistem kesehatan tradisional atau kesehatan modern tergantung dari diagnosa yang dilakukan oleh penderita. Apabila penyakit itu akibat magic atau supranatural maka sistem pengobatan tradisional yang digunakan adalah mengundang dukun untuk menemukan penyebab dan penyembuhannya. Tetapi jika tidak sembuh dari dukun, biasanya penderita pergi ke puskesmas pembantu dan mendapatkan pengobatan dan perawatan. Jika diagnosa perawat menyatakan penyakitnya berat maka penderita mendapat rujukan ke RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) di Jayapura. Tetapi jika penyakit itu adalah penyakit umum atau bisa ditangani banyak orang biasanya menggunakan tanaman obat atau mendapat pengobatan dari perawat kesehatan di puskesmas pembantu.

Contoh kasus penggunaan medis modern dan tradisional bersamaan ditemukan dalam pengamatan dan wawancara kasus meninggal ibu lea, seperti terungkap dibawa ini:

(23)

3. Kunjungan Petugas Pemerintah dan Penduduk ke Luar Desa Santosa.

Salah satu faktor masuknya atau dikenalnya unsur kebudayaan baru adalah melalui individu-individu yang datang atau ke luar desa Santosa. Mereka biasanya membawa unsur-unsur baru berupa ide-ide, sikap dan tindakan-tindakan tentang sesuatu.

Individu-individu yang datang ke desa Santosa yang membawa transformasi medis adalah petugas kesehatan dari kota kecamatan dan dari dinas kesehatan Jayapura serta PKK propinsi Papua. Transformasi kesehatan yang diberikan berupa ide-ide (penyuluhan) yang bersifat preventif kesehatan seperti penyebab, penularan, gejala penyakit dan cara pencegahan dan pengobatan penyakit. Selain transformasi ide-ide kesehatan baru, juga diperkenalkan sikap dan tindakan-tindakan kesehatan seperti pengobatan masal.

Setiap bulan sekali puskesmas kecamatan dengan tenaga dokter dan perawatnya melakukan perjalanan keliling desa-desa di kecamatan Unurumguay. Kegiatan ini biasa disebut kegiatan posyandu. Kegiatan Posyandu yang dilakuakan adalah penimbangan balita dan pemeriksaan kehamilan pada ibu-ibu hamil, penyuluhan kesehatan dan gizi serta pengobatan. Dari kegiatan ini, terutama ibu-ibu mendapat banyak informasi mengenai sistem kesehatan modern.

Pada tahun 1994 militer melakukan kegiatan disini dengan program AMD (ABRI Masuk Desa). Banyak informasi dan cara-cara baru yang diperkenal anggota-anggota ABRI pada orang Orya di desa Santosa, termasuk informasi kesehatan dan praktek pengobatan modern melalui pengobatan masal.

Selain individu-individu atau institusi dari luar desa santosa yang datang memperkenalkan unsur-unsur kesehatan baru pada orang Orya. Sebaliknya banyak orang Orya yang pergi keluar desa melalui jalur transportasi (Bus) untuk melakukan berbagai keperluan seperti memasarkan hasil pertanian, hasil hutan non kayu, dan keperluan yang lain. Disana mereka belajar banyak dari apa yang mereka lihat, dengar, dan lakukan. Termasuk aspek kesehatan. Hal ini dapat diketahui dengan melihat sistem cadangan obat bebas yang disimpan dalam rumah mereka. Obat-obat ini mereka peroleh dengan membeli dari toko obat, apotik atau kios-kios yang terdapat di Sentani atau Jayapura. Obat-obat ini mereka gunakan apabila mengalami gejala-gejala penyakit yang umum seperti kepala pening, demam, panas tinggi.

(24)

4. Akulturasi Dalam Aspek Tanaman Obat

Faktor-faktor seperti tersebut di atas tidak hanya memperkenalkan atau membawa masuk sistem medis dari aspek KAP (Knowledge, Attitude dan Praktice), tetapi juga berupa mahkluk hidup seperti memperkenalkan tanaman obat baru yang sebelumnya tidak dikenal orang Orya. Jalur-jalur akulturasi juga seperti tersebut pada sub-bab diatas seperti melalui petugas kesehatan yang bertugas di desa Santosa dan orang-orang di kota Jayapura ketika orang Orya berkunjung ke kota Jayapura.

Tanaman-tanaman obat baru yang diperkenalkan pada orang Orya adalah cocor bebek, jahe, daun pepaya, daun sirih. Tanaman ini bukan tanaman baru bagi orang Orya karena sudah lama hidup dan tumbuh di sekitar desa Orya. Tetapi fungsi tanaman ini sebagai obat merupakan hal baru yang diperkenal individu-individu dari luar desa Santosa dan orang Orya yang belajar dari masyarakat kota di Jayapura.

F. ANALISIS HOLISTIK

Memperhatikan jalur-jalur akulturasi yang terjadi dan transformasi KAP tentang kesehatan dan tanaman obat pada orang Orya, maka dapat dibuat display data tersebut agar lebih memberi bentuk pemahaman yang lebih komprehensif dan holistik.

Pemahaman yang lebih komprehensif dan holistik berarti memandang persoalan etnobotany medicine tidak hanya dari aspek botany dan medisnya saja tetapi harus melihat aspek-aspek lain yang mempengaruhinya dalam konteks yang terintegrasi.

BAGAN JALUR-JALUR AKULTURASI DALAM ETNOBOTANY MEDICINE Jalur Akulturasi Dari Luar

Knowledge, Attitude, Practices (KAP) Kesehatan & Tanaman Obat

KAP Kesehatan & Tanaman Obat Jalur Akulturasi dari Dalam

Perawat Puskesmas Pembantu di Desa Santosa

Dokter dan Perawat dari Puskesmas kecamatan

Akulturasi

Etnobotany

Medicine Dokter dan petugas

kesehatan dari Jayapura

ABRI Masuk Desa

(25)

Bagan1. Jalur-jalur Akulturasi dalam Etnobotany Medicine

G. KESIMPULAN

1. Orang Orya adalah masyarakat peramu dengan orientasi ekologi pangan yang utama adalah pengumpulan bahan pangan dari hutan berupa tumbuh-tumbuhan (terutama pengumpulan sagu) dan hewan (perburuan hewan liar) serta mengenal budidaya tanaman dengan tehnik Swidden Agriculture

dan peternakan sederhana.

2. Akulturasi sudah terjadi sejak tahun 1981 pada saat Depsos membangun pemukiman terasing di kampung tua. Semakin intensif ketika mereka tinggal ditempat sekarang sejak tahun 1990, karena hubungan transportasi yang memudahkan mereka ke kota jayapura dan daerah lain di Jayapura. Pendidikan dasar, kesehatan moderen seperti puskesmas pembantu mulai masuk sejak tahun 1994. Kontak dengan sistem pengembangan bisnis seperti kayu gelondongan dan papan sudah dikenal sejak mereka tinggal ditempat sekarang melalui bekerja sebagai buruh diperusahaan PT Youlimsari.

3. Kepercayaan kepada mahkluk supranatural dan magic masih kuat dipraktekan dalam kehidupan hari-hari orang Orya. Setiap orang yang sakit selalu dikaitkan dengan magic dan supranatural. Oleh karena itu dukun mempunyai peran yang sangat menentukan dalam kehidupan orang orya jika dibanding dengan petugas kesehatan modern seperti Perawat dan dokter.

4. Orang oraya mengenal 29 jenis tumbuhan yang digunakan untuk mengobati 18 jenis penyakit. Ada banyak penyakit yang dianggap tidak bisa disembuhkan, sehingga dalam kognitif orang orya mereka tidak mengenal jenis tumbuhan atau tehnik pengobatan menyembuhkan penyakit tersebut.

5. Orang Orya mengenal tiga macam penyebab penyakit yaitu penyebab supranatural, penyebab magic dan penyebab fisik. Tehnik pengobatan disesuaikan dengan penyebab penyakit, oleh karena itu orang Orya mengenal 3 tehnik pengobatan yaitu pengusiran mahkluk gaib, pengembalian mantra dan penggunaan tanaman obat.

6. Tehnik pengobatan yang dikenal orang Orya adalah Pengurutan (Massage), Hidroteraphy (kukup) dan penggunaan tanaman obat serta pengeluaran darah kotor yang dipraktekan dalam sistem pengobatan orang Orya.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Djoht R. Djekky. 1992. Etnobotani Orang Karon Suatu Tinjauan Tentang Pengetahuan dan

Pemanfaatan Tumbuhan di Desa Sausapor Kecamatan Sausapor Kabupaten Sorong. Skripsi Sarjana, Jurusan Antropologi UNCEN. Jayapura

Kazahara S. 1986. Medical Herb Index In Indonesia. PT Eisei Indonesia, Jakarta

Meijer W. 1974. Field Guides For Trees of West Melanesia. Univ. Of Kentucky

Sikarman dan Riswan S. 1992. Status Pengetahuan Etnobotany di Indonesia, dalam Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Jakarta

Tjitradjaja Iwan, dkk. 1992. Perhutanan Sosial di Kawasan HPH Propinsi Papua. Jayapura

Tucker A.F. 1986. Ekosistem-ekosistem Tani Di Papua dan Arah Pembangunannya. PT Antika. Jayapura

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : “Peranan Analisis CVP Sebagai Alat Bantu Manajemen dalam Mengambil

Vica Mitra Sealindo, yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan kegiatan Evaluasi Sistem Informasi Penjualan Tunai pada PT.. Vica

Untuk mewujudkan karya seni rupa dua dimensi ini digunakan berbagai bahan, medium, dan teknik sesuai dengan obyek dan fungsi yang diinginkan.. Karya seni rupa ada

Terima kasih untuk Bapak Soni Agus Irwandi selaku dosen pembimbing saya yang selama 1 semester membimbing saya, walaupun susah untuk ketemu tapi Bapak sudah

Diagnosa awal berdasarkan riwayat gejala yang khas, seperti kesemutan dan gangguan rasa pada jari jari yang terpajan getaran. Gejala iini menetap dan bertamabah dalam

1) Evaluasi heuristik bersifat pragmatis, mudah dilakukan dan mendapatkan hasil yang cepat. Meskipun metode ini tidak menghasilkan solusi yang pasti, namun

Sedang Berdasarkan hasil verifikasi terkait dengan implementasi kegiatan pengelolaan fauna yang telah dilakukan oleh PT Rizki Kacida Reana yaitu kegiatan

Hasil Fahmi (2013) menyatakan bahwa pemberian Trichokompos dengan dosis 20 g/polibag merupakan dosis terbaik untuk pertumbuhan bibit pada bibit kelapa sawit pada