• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUJIAN EMC TERHADAP WIRELESS LAN IEEE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGUJIAN EMC TERHADAP WIRELESS LAN IEEE"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUJIAN EMC TERHADAP WIRELESS LAN IEEE 802.11

Siska Novita P1, Mohammad Yanuar H2, Fuadhy Harwan3

Program Studi Teknik Elektronika Telekomunikasi Politeknik Caltex Riau

siska@pcr.ac.id1, yanuar@pcr.ac.id2, iguana_retrunz@yahoo.co.id3

Gangguan Elektromagnetik (EMI/Electro Magnetic Interference) terjadi bila pancaran (emisi) yang dihasilkan dari peralatan listrik dan elektromekanik mengganggu sinyal spektrum yang ditimbulkan dari peralatan lain. Hal tersebut menunjukkan masalah adanya gangguan elektromagnetik sehingga timbullah ilmu pembelajaran tentang EMC (electromagnetic compatibility). Pada paper ini dibahas pengujian dan pengukuran emisi pada perangkat receiver yang diasumsikan sebagai DUT dan sistem IEEE 802.11 Wireless LAN (WLAN). Pada pengujian EMC ini digunakan spectrum analyzer dan antenna Log Periodic, dengan hasil dari pengujian pada tiap DUT berupa data emisi pada frekuensi yang berbeda dan hasil olah data pada analisa di tiap DUT akan menghasilkan nilai field stregth dan power density yang berbeda. Nilai field stregth sebesar 0.296 V/m dengan power density sebesar 0.008 W/m². Emisi yang terjadi berada rata–rata pada frekuensi kerja sebesar 23.973 MHz. DUT kedua didapat nilai field strength sebesar 0.154 V/m dengan power density sebesar 0.006 W/m². Emisi yang terjadi berada rata– rata pada frekuensi kerja sebesar 23.44 MHz. DUT ketiga di dapat nilai field stregth sebesar 0.00987 V/m dengan power density sebesar 0.00026 W/m². Emisi yang terjadi berada rata – rata pada frekuensi kerja senilai 56.83 MHz.

Kata kunci: IEEE 802.11, EMC, emisi, WLAN, DUT, field stregth, power density

1. Pendahuluan

Semakin berkembangnya teknologi saat ini, kehidupan manusia menjadi lebih banyak tergantung pada teknologi yang selalu berkembang. Teknologi yang selalu berkembang salah satunya adalah dalam dunia telekomunikasi. Setiap teknologi dalam dunia telekomunikasi memiliki hal yang tidak mungkin bisa dihindari yaitu berupa gangguan atau interferensi, namun dengan batasan toleransi tertentu masih dapat diterima. Pada paper ini di bahas masalah EMC pada Wireless LAN. Sebagai pengguna alangkah lebih bijak apabila dapat menentukan teknologi yang mempunyai interferensi tidak mengganggu peralatan lainnya. Pada paper ini diambil contoh beberapa laptop yang didalamnya mempunyai fasilitas WLAN. Wireless LAN sendiri memiliki berbagai tipe dan karakteristik yang berbeda, untuk itu perlu diketahui bahwa wireless menghasilkan interferensi. Karena wireless LAN melakukan komunikasi dengan menggunakan frekuensi radio, wireless LAN diatur oleh suatu badan hukum untuk mengatur hal-hal seperti halnya pada AM/FM radio. Dalam hal

pemasaran Wireless LAN terdapat beberapa standar operasional dalam operasi yang ditentukan oleh IEEE. Pengukuran EMC (Electromagnetic Compatibility) yang pernah dilakukan oleh beberapa orang peneliti hanya mengukur regulator standar dan emisi terhadap antena[4]. Pengukuran EMC (Electromagnetic Compatibility) terhadap Wireless LAN IEEE 802.11 belum pernah ditemui oleh penulis dalam ruang lingkup kehidupan sehari–hari atau pun dalam ruang lingkup umum. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan pengujian EMC (Electromagnetic Compatibility) terhadap Wireless LAN IEEE 802.11.

2. Konsep dasar Wireless LAN[5]

Teknologi Wireless LAN menjadi sangat popular saat ini di banyak applikasi. Setelah evaluasi terhadap teknologi tersebut dilakukan, menjadikan para pengguna merasa puas dan meyakini realiability teknologi ini dan siap untuk digunakan dalam skala luas dan komplek pada jaringan tanpa kabel. Wireless LAN bekerja dengan menggunakan gelombang radio. Sinyal radio menjalar dari pengirim ke penerima

(2)

melalui free space, pantulan, difraksi, Line of Sight dan Obstructed LOS. Ini berarti sinyal radio tiba di penerima melalui banyak jalur (Multipath), dimana tiap sinyal (pada jalur yang berbeda-beda) memiliki level kekuatan, delay dan fasa yang berbeda-beda. Awalnya teknologi ini didesain untuk aplikasi perkantoran dalam ruangan, namun sekarang Wireless LAN dapat digunakan pada jaringan peer to peer dalam ruangan dan juga point to point diluar ruangan maupun point to multipoint pada aplikasi bridge. Wireless LAN di desain sangat modular dan fleksibel. Jaringan ini juga bisa dioptimalkan pada lingkungan yang berbeda, dapat mengatasi kendala geografis dan rumitnya instalasi kabel.

2.1 Frekuensi Kerja

Frekuensi yang dipakai adalah 2.4 Ghz atau 5 Ghz yakni frekuensi yang tergolong pada ISM (Industrial, Scientific, dan Medical). Dalam teknologi WLAN ada dua standar yang digunakan yakni :

a. 802.11 standar indoor yang terdiri dari

b. 802.16 standar outdoor salah satunya adalah WiMAX (World interoperability for Microwave Access) yang saat ini sedang berkembang penggunaannya di indonesia. 2.2 WLAN IEEE 802.11[2][7]

Selama ini banyak mengatakan bahwa 802.11 WLAN hanya "Ethernet nirkabel." Sebaliknya, 802.11 WLAN menggunakan protokol jaringan yang berbeda dan dikerahkan di topologi yang berbeda. Tujuan WLAN terutama untuk menyediakan koneksi LAN untuk portable dan

mobile station (komputer laptop, suara handset, dll). Pada dasarnya, WLAN menyediakan komunikasi data melalui radio link, dan mempunyai sifat-sifat propagasi RF dan dapat mengalami interferensi pada setiap sistem komunikasi radio. Seperti penyebaran sinyal radio baik di luar daerah yang ditutupi oleh WLAN yang dapat mengganggu layanan radio lain, sehingga pengoperasian WLAN diatur oleh peraturan nasional dan internasional bukan hanya secara eksklusif dibatasi oleh pertimbangan teknis atau pasar.

Sementara protokol IEEE 802.11 memungkinkan dibentuknya berbagai jenis topologi WLAN. WLAN terdiri dari dua jenis stasiun: client dan akses point (AP). Client seperti laptop adalah endpoint di WLAN, dan menjalankan aplikasi yang merupakan sumber data dan merupakan bagian dalam traffic. Di sisi lain, akses poin menyediakan portal ke sisa kabel LAN.

Sekelompok client dan AP secara kolektif membentuk sebuah layanan. Standar 802.11 mendefinisikan dua jenis set layanan: layanan dasar set (Base Service Set), yang terdiri dari satu AP dan beberapa jumlah client dan service set yang diperluas (ESS), yang bergabung bersama beberapa AP ke dalam jaringan umum dengan cara infrastruktur kabel. Gambar 2.1 menggambarkan model referensi di mana WLAN 802.11 beroperasi.

Gambar 2.1 Operasi WLAN

Terlihat pada gambar 2.1 bahwa link data nirkabel WLAN hidup berdampingan dengan kabel Ethernet link. Lalu lintas data dilakukan

(3)

melalui WLAN link menggunakan transmission control protocol (TCP) / Internet Protocol (IP). 2.3 Standar Wireless LAN

Standar WLAN ditetapkan oleh IEEE 802.11 Working Group (WG), yang merupakan subbagian dari IEEE 802 LAN / MAN Standards Committee. Komite 802.11 bekerja dalam batas-batas yang ditentukan oleh berbagai badan nasional dan badan-badan internasional untuk menentukan fungsi radio aktual dan protokol.

IEEE standar 802.11 tidak menentukan bagaimana perangkat WLAN harus dibuat seperti desain dan operasi client yang sebenarnya dan AP sampai dengan pelaksana. Sebaliknya, interaksi antara perangkat WLAN, secara kolektif disebut sebagai protokol WLAN. Tujuan dari standar ini adalah untuk

memastikan operasional antar perangkat tanpa terlalu membatasi perangkat desainer atau vendor. WLAN protokol dibagi menjadi beberapa bagian atau lapisan :

• Fisik atau lapisan PHY, yang berkaitan dengan pengiriman dan penerimaan sinyal radio.

• Medium Access Control atau MAC layer yang berkaitan dengan pertukaran pada paket yang akan diformat.

• Lapisan manajemen pada PHY, yang menangani interaksi yang diperlukan untuk mengendalikan lapisan PHY.

• MAC layer manajemen, yang juga berkaitan dengan interaksi yang diperlukan untuk mengendalikan MAC layer.

2.4 Persyaratan Pemancar

Pemancar untuk perangkat WLAN 802.11 diperlukan untuk menghasilkan 50 mW atau lebih daya output pada 2,400-2,483 GHz dan memungkinkan juga band-band frekuensi 5,150-5,825 GHz. Gambar 2.2 berikut menunjukkan frekuensi umum dan batas emisi dalam 3 negara.

Gambar 2.2 Frekuensi umum dan batas emisi dari beberapa Negara[2]

Gambar 2.2 ini menunjukkan frekuensi umum dan batas emisi dalam 3 negara berkembang, sebagai referensi standar untuk emisi pada perangkat wireless LAN IEEE 802.11.

3. EMC (Electromagnetic Compatibility)

Sebelum terjadinya EMC (Electromagnetic Compatibility) muncul suatu emisi (pancaran) magnet atau elektris (listrik) dari suatu peralatan atau suatu sistem yang mana mempengaruhi (menginterferensi) operasi normal dari peralatan atau sistem lainnya. Pengertian tersebut adalah pengertian dari EMI (electromagnetic interference), sedangkan EMC (electromagnetic compatibility) muncul setelah adanya EMI (electromagnetic interference). Pengertian dari EMC (electromagnetic compatibility) sendiri adalah suatu kemampuan dari suatu peralatan atau sistem untuk berfungsi tanpa eror (kerentanan terhadap sesuatu) dalam lingkungan elektromagnetisnya. Menurut standar internasional, EMC adalah suatu kemampuan dari peralatan/perlengkapan atau sistem untuk berfungsi dengan memuaskan dalam lingkungan elektromagnetis tanpa menghasilkan gangguan elektromagnetis terhadap apa saja di lingkungan tersebut. Gambar 2.3 menjelaskan tentang terjadinya EMI.

Gambar 2.3 Terjadinya EMI 3.1 Parameter EMC

a. Source (sumber)

Identifikasi dan pengukuran sumber sangat penting karena jenis sumber yang akan menentukan langkah-langkah berikut harus diambil:

(4)

• Membatasi gangguan yang dihasilkan.

• Menghindari cross-coupling (yaitu secara fisik memisahkan dua unsure yang sangat tidak kompatibel) • Mengurangi calon korban (misalnya

menggunakan pelindung)

Sebab utama berasal dari segala sesuatu peralatan atau fenomena fisik/elektrik yang memancarkan gangguan elektromagnetik. Penyebab utama gangguan elektromagnetik adalah distribusi tenaga listrik, gelombang radio, electrostatic discharge dan kilat. Karakterisitik gangguan dari sumber mungkin disengaja misalnya pemancar radio atau tidak misalnya pada kabel daya suatu unit.

b. Coupling

Ada beberapa mode coupling dalam EMC, coupling diasumsikan dengan segala sesuatu yang mengacu pada menghubungkan, transfer atau transmisi gangguan elektromagnetik dari sumber ke korban.

c. Victim (korban)

Victim (korban) dalam hal ini dianggap sebagai setiap peralatan yang dapat dipengaruhi oleh gangguan dapat. Hal ini biasanya peralatan elektronik yang berisi beberapa kerusakan karena gangguan elektromagnetik yang terjadi pada band frekuensi yang tidak diharapkan. Korban sendiri menderita kerusakan yang di dapat dari sumber, kerusakan-kerusakan peralatan tersebut dapat dikategorikan menjadi 4 kategori, yaitu :

• Kerusakan yang permanen dan dapat diukur

• Kerusakan yang acak dan tidak berulang, muncul ketika gangguan muncul.

• Kerusakan yang acak dan tidak berulang, yang tersisa setelah gangguan hilang

• Kerusakan kegagalan peralatan tetap (komponen fisik hancur)

Di atas merupakan ciri jenis kerusakan yang diakibatkan bukan dari kekerasan. Keparahan kerusakan adalah masalah fungsi atau dengan kata lain betapa pentingnya peralatan ini. Kerusakan tertentu mungkin dapat diterima untuk waktu yang terbatas seperti hilangnya sementara tampilan. Untuk mengatasi dan memperkecil kerusakan–kerusakan tersebut di butuhkan solusi untuk memecahkan masalah nya, Banyak solusi dalam hal bagaimana peralatan harus dibangun untuk menyediakan biaya rendah yang efektif dan kekebalan terhadap gangguan elektromagnetik. Tindakan pencegahan terjadi nya EMI dapat diambil pada : • Desain PCB (fungsional partisi, jejak

layout, interkoneksi)

Perancang sirkuit tercetak (Printed Circuit Board) harus mengikuti aturan-aturan tertentu yang menyangkut partisi dan tata letak fungsional. Dimulai dengan komponen penempatan, seminimal mungkin penempatan untuk mengurangi efek coupling yang berkaitan dengan dekatnya penempatan. Misalnya, pengelompokan bersama unsur-unsur yang termasuk kategori rangkaian yang sama (digital, analog, atau sirkuit power) sesuai dengan kerentanan mereka. Tata letak jejak/jalur papan sirkuit (routing) memiliki efek dramatis pada kerentanan, skematik listrik yang sama diterapkan dalam cara yang berbeda sehingga dapat menampilkan urutan magnitude dengan tingkat kekebalan yang berbeda.

• Pilihan komponen elektronik

Sejumlah komponen yang tersedia tidak selamanya layak untuk digunakan dalam rangkaian listrik. Komponen yang digunakan seharusnya di uji kelayakan sebelum penggunaan karena tidak baik jika menggunakan komponen untuk frekuensi rendah pada rangkaian yang akan berada pada frekuensi tinggi. Maka untuk menyediakan perlindungan yang efektif

(5)

terhadap gangguan pada modus umum (common mode) gangguan dalam rangkaian listrik, transformator akan digunakan jika kerusuhan berada di frekuensi rendah (<1 kHz) dan suatu filter digunakan jika berada pada frekuensi tinggi.

• Pilihan dan desain yang meliputi pelindung (shield)

Shields adalah bagian penting dari desain EMC, terutama dalam sistem yang memiliki EMC terhadap akibat langsung atau tidak langsung dari Lightning Effects. Agar efektif, ketebalan dari pelindung konduktif harus melebihi kedalaman kulit, agar terhindar dari gangguan frekuensi tinggi atau medan listrik, Hanya bahan permeabilitas tinggi yang dapat menghentikan frekuensi rendah medan magnetik.

• Interkoneksi ground

Ketika menghubungkan ke grounding, kontinuitas listrik yang baik diperlukan. Juga harus dirangkai secara hati-hati dan benar– benar saling terhubung.

e. Pengkabelan

Melindungi kabel merupakan hal yang sangat penting untuk melindungi bagian– bagian yang sangat sensitive. Karena itu diusahakan meminimalkan sambungan – sambungan agar terlindung dari gangguan frekuensi tinggi.

4. Pengujian IEE 802.11

Pegujian ini melalui beberapa langkah percobaan sebelum langsung mendapatkan hasil tampilan pada layar spectrum analyzer. Langkah percobaan ini mengacu dari block diagram sistem kerja pengujian.

Gambar 4.1 Block Diagram sistem kerja[2] Langkah percobaannya adalah sebagai berikut :

1) Susun parameter pengujian seperti gambar block diagram sistem kerja

2) Letakkan antena pengujian (LogPeriodic Antenna) pada kedudukan didalam anechoic chamber.

3) Hubungkan antenna pengujian ke spectrum analyzer dengan menggunakan PigTail, melewati sebuah lubang kecil yang berada di salah satu sisi anechoic chamber khusus untuk dilewati oleh kabel.

4) Letakkan DUT (laptop yang dalam kondisi full baterai, yang telah dihidupkan wireless pada laptop sebelumnya) di dalam anechoic chamber, dengan mengarahkan ke arah antenna pengujian dengan jarak kurang lebih 1,5 meter.

4.1 DUT 1

Gambar 4.3 merupakan hasil data capture pertama dari DUT 1, dari spesifikasi chipset nya dapat diketahui bahwa gelombang radio pada wireless DUT ini bekerja pada frekuensi 2,4 GHz dan faktanya didapat pada tampilan

spectrum analyzer bahwa emisi yang terjadi pada frekuensi kerja 25.3 MHz dengan total power diasumsikan sebagai level sinyal emisi nya sebesar 18.25 mV.

Gambar 4.3 hasil data capture 1

Pengujian terhadap DUT 1 ini dilakukan sebanyak 10 kali pengambilan data. Dari pengujian terhadap DUT pertama ini maka dibuat tabel hasil pengujian yang berdasarkan hasil pengujian yang didapat nilai frekuensi saat terjadi nya emisi serta di bandingkan dengan standar level sinyal pada range frekuensi kerjanya. Tabel ini juga menampilkan selisih antara hasil pengujian dengan nilai standar uji coba mengacu pada tabel 4.1

(6)

Untuk pengujian pada DUT 1 ini, nilai rata–rata dari level sinyal emisi hasil uji setelah di lakukan pengujian sebanyak 10 kali maka dihitung senilai 17.202 mV/m dan berada rata – rata pada frekuensi kerja 23.973 MHz.

4.2 DUT 2

Gambar 4.4 merupakan hasil data capture pertama dari DUT 2, pada faktanya didapat pada tampilan spectrum analyzer bahwa emisi yang terjadi pada frekuensi kerja 23.9 MHz dengan total power diasumsikan sebagai level sinyal emisi nya sebesar 12.05 mV.

Gambar 4.3 hasil data capture 1

Dari pengujian terhadap DUT kedua ini maka dibuat tabel hasil pengujian yang berdasarkan hasil pengujian yang didapat nilai frekuensi saat terjadinya emisi serta di bandingkan dengan standar level sinyal pada range frekuensi kerjanya. Tabel ini juga menampilkan selisih antara hasil pengujian dengan nilai standar uji coba mengacu pada tabel 3.1 .

Untuk pengujian pada DUT 2 ini, nilai rata – rata dari level sinyal emisi hasil uji setelah di lakukan pengujian sebanyak 10 kali maka dihitung senilai 12.403 mV/m dan berada rata – rata pada frekuensi kerja 23.4 MHz.

Tabel 4.2 Tabel pengujian emisi pada DUT 2

4.3 DUT 3

Gambar 4.4 merupakan hasil data capture pertama dari DUT 3, pada faktanya didapat pada tampilan spectrum analyzer bahwa emisi yang terjadi pada frekuensi kerja 59.9 MHz dengan total power diasumsikan sebagai level sinyal emisi nya sebesar 101.92 mV.

Gambar 4.4 hasil data capture 1 Dari pengujian dan pengambilan data dapat di buat tabel berdasarkan parameter yang di dapat dari tampilan dari pengujian DUT 3 yang tampil dari spectrum analyzer, tabel ini mengacu pada tabel 3.1 perbandingan range frekuensi dan level sinyal.

Dari pengujian terhadap DUT ktiga ini maka dibuat tabel hasil pengujian yang berdasarkan hasil pengujian yang didapat nilai frekuensi saat terjadinya emisi serta di bandingkan dengan standar level sinyal pada range frekuensi kerjanya. Tabel ini juga menampilkan selisih antara hasil pengujian dengan nilai standar uji coba mengacu pada tabel 4.3.

Untuk pengujian pada DUT 3 ini, nilai rata–rata dari level sinyal emisi hasil uji setelah dilakukan pengujian sebanyak 10 kali maka dihitung senilai 99.364 µV/m dan berada rata – rata pada frekuensi kerja 56.83 MHz.

(7)

Tabel 4.3 Tabel pengujian emisi pada DUT 3

Dari hasil pengujian ini, dapat dicari nilai Effective Radiated Power (ERP) yang di definisikan sebagai daya pancar ekivalen yang dibutuhkan oleh suatu antenna untuk menghasilkan rapat daya yang sama. Selain itu juga dapat hitung nilai power density pancaran radiasi dengan persamaan yang di dapat dari referensi [13] berikut : r P k r PG r ERP E= 30 = 30 = 30 2 2 r E ERP = π π π 4 120 4 2 2 2 E PG ERP S= = = Dimana : S = Power Density (W/m²) ERP = effective radiated power E = Field Stregth (V/m)

P = forward power

G = antenna gain (or constant)

r = distance from transmitting source (m)

k = 30G

Untuk tiap DUT dihitung rata – rata nilai field strength (V/m), power density (W/m²), serta forward power (Watt) dari tiap DUT. Untuk perhitungan nilai rata – rata field strength (V/m) di hitung dari rata-rata 10 kali pengujian data, namun untuk menghitung forward power harus menggunakan persamaan yang diturunkan dari hasil persamaan awal. Yaitu dengan mengunakan persamaan berikut :

r P k E = P k Er = P k Er = 2       = k Er p

Dan jika diketahui bahwa k= 30G dimana G adalah gain dari antena pegujian (LogPeriodic) sebesar 6 dBi maka nilai konstanta k dapat dihitung : k= 30

( )

6 =13.42

Untuk perhitungan power density pada tiap DUT menggunakan persamaan yang sama yaitu persamaan ….. (4), yang membedakan nya adalah nilai-nilai dari field strength tiap – tiap DUT saja. Untuk perhitungan effective radiated power (ERP) pada tiap DUT menggunakan persamaan yaitu persamaan,… (3). Berikut perhitungan nya :

DUT 1

Jika diketahui nilai:

rata-rata field strength pada DUT 1 (E²) = 0.296 V/m, maka nilai power density pada DUT 1 :

2 / 008 . 0 ) 14 . 3 ( 120 296 . 0 m W S= =

maka nilai effective radiated power untuk DUT 1 adalah : Watt ERP 0.022 30 ) 5 . 1 )( 296 . 0 ( 2 = =

Maka untuk nilai ERP pada DUT pertama :

dB dBm=log10(0.022)×10=log10(22)=22

DUT 2 Jika diketahui nilai :

rata-rata field strength pada DUT 2 (E²) = 0.154 V/m, maka nilai power density pada DUT 2 :

2 / 0006 . 0 ) 14 . 3 ( 120 154 . 0 m W S= =

maka nilai effective radiated power untuk DUT 2 adalah : ERP 0.012Watt 30 ) 5 . 1 )( 154 . 0 ( 2 = =

Maka untuk nilai ERP pada DUT kedua :

dB dBm=log10(12)×10=12

DUT 3

Jika diketahui nilai:

rata-rata field strength pada DUT 3 (E²) = 0.00987 V/m, maka nilai power density pada DUT 3 :

(8)

2 / 000026 . 0 ) 14 . 3 ( 120 00987 . 0 m W S= = Watt ERP 0.001 30 ) 5 . 1 )( 00987 . 0 ( 2 = = Maka untuk

nilai ERP pada DUT ketiga :

dB dBm=log10(1)×10=1

Untuk perhitungan forward power pada tiap DUT:

DUT 1

Jika diketahui nilai:

rata-rata field strength (E) = 0.296 V/m , dengan jarak pengujian (r) = 1.5 m dan konstanta k = 13.42, maka nilai forward power untuk DUT 1 adalah : mW 0.001095 42 . 13 ) 5 . 1 )( 296 . 0 ( 2 =       = p DUT 2

Jika diketahui nilai:

rata-rata field strength (E) = 0.154 V/m dengan jarak pengujian (r) = 1.5 m, maka nilai forward power untuk DUT 2 adalah :

0.000296mW 42 . 13 ) 5 . 1 )( 154 . 0 ( 2 =       = p DUT 3

Jika diketahui nilai:

rata-rata field strength (E) = 0.00987 V/m dengan jarak pengujian (r) = 1.5 m, maka nilai forward power untuk DUT 3 adalah :

mW 0.000001 42 . 13 ) 5 . 1 )( 00987 . 0 ( 2=       = p

Hubungan antara tegangan yang melalui plates pada antenna pemancar dari wireless LAN pada tiap DUT dengan field strength, dan jarak pengujian dapat dilihat dari persamaan dari referensi[6] berikut : r e E π ≈ Dimana : E = Field Strength (V/m)

r = distance from transmitting source (m) e = voltages through the plates (V)

Dari persamaan diatas maka dapat dihitung nilai tegangan yang melalui plates pada tiap DUT dengan menggunakan persamaan berikut :

r E

e≈ .

π

…. (11)

Maka perhitungan tegangan yang melalui plates pada antenna pancar wireless LAN pada tiap DUT adalah :

DUT 1

Jika diketahui nilai:

rata-rata field strength (E) = 0.296 V/m dengan jarak pengujian (r) = 1.5 m, maka nilai tegangan yang melalui plates untuk DUT 1 adalah :

1.39V 5 . 1 14 . 3 296 . 0 = ≈ x x e DUT 2

Jika diketahui nilai:

rata-rata field strength (E) = 0.154 V/m dengan jarak pengujian (r) = 1.5 m, maka nilai tegangan yang melalui plates untuk DUT 1 adalah :

0.72V 5 . 1 14 . 3 154 . 0 = ≈ x x e DUT 3

Jika diketahui nilai:

rata-rata field strength (E) = 0.00987 V/m dengan jarak pengujian (r) = 1.5 m, maka nilai tegangan yang melalui plates untuk DUT 1 adalah : V 046 . 0 5 . 1 14 . 3 00987 . 0 = ≈ x x e

Dari pengujian ini didapat bahwa energi gangguan atau yang disebut emisi yang dihasilkan dari pancaran gelombang elektromagnetik tergantung kepada faktor – faktor berikut :

a) Frekuensi dan atau panjang gelombang b) Bentuk polarisasi gelombang

c) Jarak dari sumber

Dari faktor tersebut terbukti bahwa shielding pada peralatan elektronik harus mempunyai sifat dasar yang merefleksi gejala elektromagnetik dari suatu permukaan konduktif dan menyerap gejala elektromagnetik terutama dalam sistem telekomunikasi, dimana industri telekomunikasi yang selalu berubah.

5. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tiap DUT pada pengujian diketahui bahwa

frekuensi kerja yang didapat pada pengujian menghasilkan emisi – emisi yang berbeda – beda ditiap frekeunsi kerja.

2. Pada pengujian DUT pertama di dapat nilai field stregth sebesar 0.296 V/m dengan power density sebesar 0.008 W/m². Emisi yang terjadi berada rata – rata pada

(9)

frekuensi kerja sebesar 23.973 MHz. Nilai ERP yang didapat berkisar 0.022 W dan forwad power bernilai 0.001095 mW. 3. Pada pengujian DUT kedua di dapat nilai

field stregth sebesar 0.154 V/m dengan power density sebesar 0.006 W/m². Emisi yang terjadi berada rata – rata pada frekuensi kerja sebesar 23.44 MHz. Nilai ERP yang didapat berkisar 0.012 W dan forwad power bernilai 0.000296 mW 4. Pada pengujian DUT ketiga di dapat nilai

field stregth sebesar 0.00987 V/m dengan power density sebesar 0.00026 W/m². Emisi yang terjadi berada rata – rata pada frekuensi kerja senilai 56.83 MHz. Nilai ERP yang didapat berkisar 0.001 W dan forwad power bernilai 0.000001 mW.

Daftar Pustaka

[1] Advantest®, “ R3131A Spectrum Analyzer Operation Manual “, ADVANTEST CORPORATION, 1997

[2] Alexander, Tom, “ Optimizing and Testing WLANs Proven Techniques for Maximum “, Elsevier Inc., 2007

[3] ED Co. Ltd, “ ED-3200 ANTENNA TRAINER “

[4] Gunawan Dwi ,Hantoro, “ Wireless LAN ”, agustus 2009

[5] Hardiati, Sri, “Pelindung peralatan elektronik dari gangguan elektromagnetik”, Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi, Desember 2005

[6] “WLAN Configure” diambil pada Februari dari

Http://www.dennycharter.multiply.com [7] J. Delaballe, “ EMC ”, Schneider Electric,

December, 2001

[8] Moy, Maximilian, “conducted emission testing for EMC”, California State Polytechnic University,

[9] Rob Flickenger,” Getting Started with Lucent’s 802.11b Wireless LAN Card “, March 11, 2000

[10] Technical data&detailed specifications, “coaxial cable belden 9907”,

[11] Wiley, “Press Testing for EMC Compliance Approaches and Techniques “, Apr, eBook-DDU, 2004

[12] Wolfgang, Langguth Prof, “fundamental of electromagnetic compatibility”, European Copper Institute, Belgium

Gambar

Gambar 4.1 Block Diagram sistem kerja [2]
Gambar 4.3 hasil data capture 1

Referensi

Dokumen terkait

Selain dengan school visit, humas pun menggunakan media dalam mempublikasikan program 5 pilar kesiswaan ini. Dalam hal ini, humas melakukan relasi dengan media

diperkenankan dalam rangka pemberian hadiah pada kegiatan yang bersifat perlombaan atau penghargaan atas suatu prestasi. 3) Penganggaran untuk pengadaan barang

Dinding sel tersusun dari dua lapis senyawa Selulosa, di antara kedua lapisan selulosa tadi terdapat rongga yang dinamakan Lamel Tengah (Middle Lamel) yang dapat terisi oleh

Hasil penelitian yang relevan dan buku-buku yang telah diterbitkan sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, yang ada kaitannya dengan penelitian ini

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 12 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Selain naskah STWK, peneliti juga menggunakan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yang berupa buku-buku dan naskah- naskah yang di dalamnya membahas

Aliran fauvism berasal dari bahasa Perancis Les Fauves, yang artinya binatang liar. Aliran fauvisme sangat mengagumkan kebebasan berekspresi, sehingga banyak objek

Koleksi  atau  karya  ilmiah  pada  Perguruan  Tinggi  pada  umumnya  berhubungan