• Tidak ada hasil yang ditemukan

OA GENU DEXTRA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OA GENU DEXTRA"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A.

A. LATAR BELAKANGLATAR BELAKANG

Sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah Sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial serta bukan keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.

hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.11 Dan pengertian sehat tersebutDan pengertian sehat tersebut sejalan dengan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa sehat adalah suatu sejalan dengan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental dan social merupakan kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental dan social merupakan aspek positif dan tidak hanya bebas dari penyakit serta kecacatan yang merupakan aspek  aspek positif dan tidak hanya bebas dari penyakit serta kecacatan yang merupakan aspek  negatif.

negatif.22

Dalam kegiatan sehari-hari tubuh manusia ditentukan oleh kemampuan fungsional Dalam kegiatan sehari-hari tubuh manusia ditentukan oleh kemampuan fungsional anggota gerak, yang menggunakan tungkai bawah untuk berjalan. Dan lutut adalah salah anggota gerak, yang menggunakan tungkai bawah untuk berjalan. Dan lutut adalah salah satu bagian yang sangat penting, karena sendi lutut merupakan sendi yang menopang satu bagian yang sangat penting, karena sendi lutut merupakan sendi yang menopang  berat badan. Apabila struktur pembentukkan sendi lutut mengalami kelainan maka dapat  berat badan. Apabila struktur pembentukkan sendi lutut mengalami kelainan maka dapat mengalami penurunan aktifitas fungsional, kelainan tersebut bisa berupa trauma, obesitas mengalami penurunan aktifitas fungsional, kelainan tersebut bisa berupa trauma, obesitas dan degenerasi menunjukkan peningkatan. Dari hasil pemeriksaan radiologis di ketahui dan degenerasi menunjukkan peningkatan. Dari hasil pemeriksaan radiologis di ketahui   bahwa + 50 % populasi diatas usia 40 tahun, sedikit banyak menunjukkan adanya   bahwa + 50 % populasi diatas usia 40 tahun, sedikit banyak menunjukkan adanya kelainan radiologis. Salah satu penyakit degenerasi yang sering timbul adalah kelainan radiologis. Salah satu penyakit degenerasi yang sering timbul adalah osteoarthritis.

osteoarthritis.

1 1

http://www

http://www.penataanruang.net/taru/huku.penataanruang.net/taru/hukum/UU m/UU No.9-1960.pdf No.9-1960.pdf  2

2

(2)

Osteoarthritis

Osteoarthritis merupakan merupakan suatu suatu penyakit penyakit degeneratif degeneratif (ketuaan) (ketuaan) yang byang bersifatersifat   progresif yang biasanya menyerang pada cartilago sendi diartrosis, kemudian timbul   progresif yang biasanya menyerang pada cartilago sendi diartrosis, kemudian timbul   pembentukkan tulang baru pada pinggir tulang.. Perubahan degeneratif pada sendi   pembentukkan tulang baru pada pinggir tulang.. Perubahan degeneratif pada sendi

merupakan akibat normal dar

merupakan akibat normal dari stress yang berulang dari jaringan yang menua.i stress yang berulang dari jaringan yang menua.

Pada penderita osteoarthritis lutut datang dengan keluhan sakit / nyeri yang hilang Pada penderita osteoarthritis lutut datang dengan keluhan sakit / nyeri yang hilang timbul yang sudah menahun pada lututnya dan lama kelamaan kekuatan otot berkurang, timbul yang sudah menahun pada lututnya dan lama kelamaan kekuatan otot berkurang, tidak mampu untuk naik tangga, sulit jongkok. Tetapi jika proses ini terjadi secara tidak mampu untuk naik tangga, sulit jongkok. Tetapi jika proses ini terjadi secara   berlebihan bisa timbul gejala yaitu rasa nyeri yang hebat. Maka keluhan tersebut   berlebihan bisa timbul gejala yaitu rasa nyeri yang hebat. Maka keluhan tersebut

mengakibatkan penderita akan

mengakibatkan penderita akan mengalami gangguan aktifitas sehari-hari.mengalami gangguan aktifitas sehari-hari.

Untuk itu diperlukan tindakan penanggulangan yang berupa tindakan terapi Untuk itu diperlukan tindakan penanggulangan yang berupa tindakan terapi dengan intervensi fisioterapi, namun ada juga tindakan medis dokter dengan medika dengan intervensi fisioterapi, namun ada juga tindakan medis dokter dengan medika mentosa. Adapun pengertian tentang Fisioterapi menurut SK No. 1363 / MenKes / SK  mentosa. Adapun pengertian tentang Fisioterapi menurut SK No. 1363 / MenKes / SK  /XII / 2001 adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan /XII / 2001 adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual,  peningkatan gerak peralatan (fisik e

 peningkatan gerak peralatan (fisik elektroterapeutis dan mekanis).lektroterapeutis dan mekanis).

Modalitas yang diberikan berupa Terapi Latihan Metode Quadriceps Exercise dan Modalitas yang diberikan berupa Terapi Latihan Metode Quadriceps Exercise dan Short Wave Diarthermy. Dalam pemberian terapi latihan metode quadriceps exercise Short Wave Diarthermy. Dalam pemberian terapi latihan metode quadriceps exercise   bertujuan untuk memperkuat otot-otot disekitar lutut, Sehingga mampu meningkatkan   bertujuan untuk memperkuat otot-otot disekitar lutut, Sehingga mampu meningkatkan stabilitas sendi lutut. Sesuai dengan judul penulis hanya membahas mengenai ³ stabilitas sendi lutut. Sesuai dengan judul penulis hanya membahas mengenai ³ PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE QUADRICEPS EXERCISE PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE QUADRICEPS EXERCISE

(3)

Osteoarthritis

Osteoarthritis merupakan merupakan suatu suatu penyakit penyakit degeneratif degeneratif (ketuaan) (ketuaan) yang byang bersifatersifat   progresif yang biasanya menyerang pada cartilago sendi diartrosis, kemudian timbul   progresif yang biasanya menyerang pada cartilago sendi diartrosis, kemudian timbul   pembentukkan tulang baru pada pinggir tulang.. Perubahan degeneratif pada sendi   pembentukkan tulang baru pada pinggir tulang.. Perubahan degeneratif pada sendi

merupakan akibat normal dar

merupakan akibat normal dari stress yang berulang dari jaringan yang menua.i stress yang berulang dari jaringan yang menua.

Pada penderita osteoarthritis lutut datang dengan keluhan sakit / nyeri yang hilang Pada penderita osteoarthritis lutut datang dengan keluhan sakit / nyeri yang hilang timbul yang sudah menahun pada lututnya dan lama kelamaan kekuatan otot berkurang, timbul yang sudah menahun pada lututnya dan lama kelamaan kekuatan otot berkurang, tidak mampu untuk naik tangga, sulit jongkok. Tetapi jika proses ini terjadi secara tidak mampu untuk naik tangga, sulit jongkok. Tetapi jika proses ini terjadi secara   berlebihan bisa timbul gejala yaitu rasa nyeri yang hebat. Maka keluhan tersebut   berlebihan bisa timbul gejala yaitu rasa nyeri yang hebat. Maka keluhan tersebut

mengakibatkan penderita akan

mengakibatkan penderita akan mengalami gangguan aktifitas sehari-hari.mengalami gangguan aktifitas sehari-hari.

Untuk itu diperlukan tindakan penanggulangan yang berupa tindakan terapi Untuk itu diperlukan tindakan penanggulangan yang berupa tindakan terapi dengan intervensi fisioterapi, namun ada juga tindakan medis dokter dengan medika dengan intervensi fisioterapi, namun ada juga tindakan medis dokter dengan medika mentosa. Adapun pengertian tentang Fisioterapi menurut SK No. 1363 / MenKes / SK  mentosa. Adapun pengertian tentang Fisioterapi menurut SK No. 1363 / MenKes / SK  /XII / 2001 adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan /XII / 2001 adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual,  peningkatan gerak peralatan (fisik e

 peningkatan gerak peralatan (fisik elektroterapeutis dan mekanis).lektroterapeutis dan mekanis).

Modalitas yang diberikan berupa Terapi Latihan Metode Quadriceps Exercise dan Modalitas yang diberikan berupa Terapi Latihan Metode Quadriceps Exercise dan Short Wave Diarthermy. Dalam pemberian terapi latihan metode quadriceps exercise Short Wave Diarthermy. Dalam pemberian terapi latihan metode quadriceps exercise   bertujuan untuk memperkuat otot-otot disekitar lutut, Sehingga mampu meningkatkan   bertujuan untuk memperkuat otot-otot disekitar lutut, Sehingga mampu meningkatkan stabilitas sendi lutut. Sesuai dengan judul penulis hanya membahas mengenai ³ stabilitas sendi lutut. Sesuai dengan judul penulis hanya membahas mengenai ³ PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE QUADRICEPS EXERCISE PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE QUADRICEPS EXERCISE

(4)

DAN SHORT WAVE DIARTHERMY UNTUK MENGURANGI NYERI PADA DAN SHORT WAVE DIARTHERMY UNTUK MENGURANGI NYERI PADA KASUS OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA ³.

KASUS OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA ³.

B.

B. RUMUSAN MASALAHRUMUSAN MASALAH

Aktivitas sehari-hari penderita seperti berlutut, naik tangga, berdiri (waktu yang Aktivitas sehari-hari penderita seperti berlutut, naik tangga, berdiri (waktu yang lama), dan berjalan akan terganggu karena adanya nyeri lutut dan kekuataan otot lama), dan berjalan akan terganggu karena adanya nyeri lutut dan kekuataan otot  berkurang, ini timbul akibat perubahan struktur pembentuk sendi lutut tersebut. Tindakan  berkurang, ini timbul akibat perubahan struktur pembentuk sendi lutut tersebut. Tindakan fisioterapi diperlukan pada kasus ini guna meningkatkan kemampuan fungsional dari fisioterapi diperlukan pada kasus ini guna meningkatkan kemampuan fungsional dari sendi lutut penderita, agar

sendi lutut penderita, agar dapat melakukan segala aktivitas kembali secara baik.dapat melakukan segala aktivitas kembali secara baik.

Metode yang diberikan adalah terapi latihan metode quadriceps exercise dan short Metode yang diberikan adalah terapi latihan metode quadriceps exercise dan short wave diarthermy yang berguna untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan kekuataan wave diarthermy yang berguna untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan kekuataan otot lututnya dan secara otomatis ini dapat mempengaruhi lingkup gerak sendinya. otot lututnya dan secara otomatis ini dapat mempengaruhi lingkup gerak sendinya. Berdasarkan hal tersebut, maka timbullah masalah : ³ Apakah Terapi Latihan Metode Berdasarkan hal tersebut, maka timbullah masalah : ³ Apakah Terapi Latihan Metode Quadriceps Exercise Dan Short Wave Diarthermy dapat mengurangi nyeri dan Quadriceps Exercise Dan Short Wave Diarthermy dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan kekuatan otot khususnya otot Quadriceps Femoris pada kasus meningkatkan kekuatan otot khususnya otot Quadriceps Femoris pada kasus Osteoarthritis Genu Dextra ³.

Osteoarthritis Genu Dextra ³.

C

C.. BATASAN MASALAHBATASAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis membatasi masalah pada Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis membatasi masalah pada Penatalaksanaan Terapi Latihan Metode Quadriceps Exercise Dan Short Wave Penatalaksanaan Terapi Latihan Metode Quadriceps Exercise Dan Short Wave Diarthermy Untuk Mengurangi Nyeri Pada Kasus Osteo

(5)

D.

D. TUJUAN PENULISANTUJUAN PENULISAN

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mempunyai

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mempunyai beberapa tujuan :beberapa tujuan :

1.

1. Untuk memenuhi persyaratan dalam Untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh Diploma III Akademi Fisioterapi.menempuh Diploma III Akademi Fisioterapi. 2.

2. Untuk mengetahui Penatalaksanan Terapi Latihan Metode Quadriceps Exercise dan ShortUntuk mengetahui Penatalaksanan Terapi Latihan Metode Quadriceps Exercise dan Short Wave Diarthermy Untuk Mengurangi Nyeri Pada

Wave Diarthermy Untuk Mengurangi Nyeri Pada Kasus Osteoarthritis Genu Dextra.Kasus Osteoarthritis Genu Dextra.

E.

E. TERMINOLOGI ISTILAHTERMINOLOGI ISTILAH

Untuk menghindari adanya salah pengertian pada penggunaan istilah yang dipakai Untuk menghindari adanya salah pengertian pada penggunaan istilah yang dipakai dalam judul penulisan pada Karya Tulis Ilmiah ini, maka diperlukan penjelasan terlebih dalam judul penulisan pada Karya Tulis Ilmiah ini, maka diperlukan penjelasan terlebih dahulu :

dahulu :

1

1.Terapi Latihan.Terapi Latihan

Adalah suatu usaha pemulihan / pengobatan yang dalam pelaksanaannya Adalah suatu usaha pemulihan / pengobatan yang dalam pelaksanaannya menggunakan latihan gerakan tubuh baik secara aktif maupun pasif.

menggunakan latihan gerakan tubuh baik secara aktif maupun pasif. 2.Quadriceps Exercise

2.Quadriceps Exercise

Merupakan suatu latihan otot yang diberikan pada quadriceps femoris dengan Merupakan suatu latihan otot yang diberikan pada quadriceps femoris dengan tehnik latihan aktif dengan t

tehnik latihan aktif dengan tipe kontraksi otot isometrik.ipe kontraksi otot isometrik. 3.Short Wave Diarthermy

3.Short Wave Diarthermy

Adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan frekuensi 27,33 MHz dan Adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan frekuensi 27,33 MHz dan  panjang gelombang 11 meter (sujatno dkk, 1993).

(6)

4

4.. NyeriNyeri

Merupakan suatu sensasi subjektif, rasa yang tidak nyaman biasanya berkaitan Merupakan suatu sensasi subjektif, rasa yang tidak nyaman biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial (Corwin J.E.).

dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial (Corwin J.E.). 5

5.. OsteoarthritisOsteoarthritis

Merupakan suatu penyakit degeneratif (ketuaan) yang bersifat progresif yang Merupakan suatu penyakit degeneratif (ketuaan) yang bersifat progresif yang   biasanya menyerang pada cartilago sendi diartrosis, kemudian timbul pembentukkan   biasanya menyerang pada cartilago sendi diartrosis, kemudian timbul pembentukkan

tulang baru pada pinggir tulang. tulang baru pada pinggir tulang. 6 6.. GenuGenu Adalah lutut Adalah lutut 7 7.. DextraDextra

Adalah sisi sebelah kanan Adalah sisi sebelah kanan

BAB II

BAB II

KAJIAN TEORI

KAJIAN TEORI

A.

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI SENDI LUTUTANATOMI DAN FISIOLOGI SENDI LUTUT

Sendi lutut merupakan sendi yang terbesar pada tubuh manusia. Sendi ini terletak  Sendi lutut merupakan sendi yang terbesar pada tubuh manusia. Sendi ini terletak    pada kaki yaitu antara tungkai atas dan tungkai bawah. Pada dasarnya sendi lutut ini   pada kaki yaitu antara tungkai atas dan tungkai bawah. Pada dasarnya sendi lutut ini terdiri dari dua articulatio condylaris diantara condylus femoris medialis, lateralis dan terdiri dari dua articulatio condylaris diantara condylus femoris medialis, lateralis dan condylus tibiae yang terkait dalam sebuah sendi pelana , diantara patella dan fascies condylus tibiae yang terkait dalam sebuah sendi pelana , diantara patella dan fascies

(7)

Sendi lutut dibentuk dari tiga buah tulang yaitu tulang femur, tulang tibia, tulang fibula dan tulang patella.

a. Tulang femur

Merupakan tulang panjang yang bersendi keatas dengan pelvis dan kebawah dengan tulang tibia. Tulang femur terdiri dari epiphysis proksimal, diaphysis dan epiphysis distalis. Pada tulang femur ini yang berfungsi dalam persendian lutut adalah epiphysis distalis. Epiphysis distalis merupakan bulatan sepanjang yang disebut condylous femoralis lateralis dan medialis.

Dibagian proksimal tonjolan tersebut terdapat sebuah bulatan kecil yang disebut epicondilus lateralis dan medialis. Bila dilihat dari depan, terdapat dataran sendi yang melebar ke lateral yang disebut facies patelaris yang nantinya bersendi dengan tulang   patella. Dan bila dilihat dari belakang, diantara condylus lateralis dan medialis terdapat

(8)

Gambar 1a. Tulang Femur Gambar 1b. Tulang Femur  tampak depan tampak belakang3

b. Tulang patella

Merupakan tulang sesamoid terbesar dalam tubuh manusia dengan bentuk segitiga dan gepeng dengan aspex menghadap kearah distal. Pada permukaan depan atau anterior  tulang patella kasar sedangkan permukaan dalam atau dorsal memiliki permukaan sendi yang lebih besar dan facies medial yang lebih kecil.

(9)

Gambar 2a. Patella tampak Gambar 2b. Patella tampak 

Depan belakang4

c. Tulang tibia

Merupakan salah satu tulang tungkai bawah selain tulang fibula, tibia merupakan tulang kuat satu-satunya yang menghubungkan femur dan tumit kaki. Seperti halnya tulang femur, tulang tibia dibagi tiga bagian, bagian ujung proksimal, corpus dan ujung distal bagian dari tulang tibia yang membentuk sendi lutut adalah bagian proksimal, dimana pada bagian ujung proksimal terdapat condillus medialis dan tubercullum inter  condiloseum lateral. Didepan dan dibelakang eminentia terdapat fossa intercondilodea anterior dan posterior.

(10)

Gambar 3. Tulang Tibia5

d. Tulang fibula

Tulang fibula ini berbentuk kecil panjang, terletak di sebelah lateral dari tibia juga terdiri dari tiga bagian : epiphysis proximal, diaphysis dan epiphysis distalis. Epiphysis  proximalis membulat disebut capitulum fibula yang keproximal.

(11)

Gambar 4. Fibula6

6

(12)

2) Jaringan lunak sekitar sendi lutut a.  Meniscus

 Meniscus merupakan jaringan lunak, meniscus   pada sendi lutut adalah meniscus lateralis. Adapun fungsi meniscus adalah:

 Penyebaran pembebanan

 Peredam kejut ( shock absorber )

 Mempermudah gerakan rotasi

 Mengurangi gerakan dan stabilisator setiap penekanan akan diserap oleh meniscus dan diteruskan ke sebuah sendi.

b.  Bursa

 Bursa merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan terjadinya gesekan

dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi oleh membrane synovial . Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain :

  bursa popliteus

  bursa supra patellaris

  bursa infra patellaris

  bursa subcutan prapatelaris

(13)

Ligamen mempunyai sifat yang cukup lentur dan jaringannya cukup kuat yang  berfungsi sebagai pembatas gerakan dan stabilitas sendi.

Ada beberapa ligamen sendi lutut yaitu : 1)  Ligamentum cruciatum anterior 

Berjalan dari depan   fossa intercondyloidea anterior ke permukaan medial condilus lateralis femoris yang berfungsi menahan hiperekstensi dan menahan bergesernya tibia ke depan.

2)  Ligamentum cruciatum posterior 

Berjalan dari facies lateralis condylus medialis femoris menuju ke fossa intercondylodea tibia yang berfungsi menahan bergesernya tibia ke arah belakang.

3)  Ligamentum collateral lateral 

Berjalan dari epicondylus lateralis ke capitulum fibula yang berfungsi menahan gerakan varus atau samping luar.

4)  Ligamentum collateral mediale

Berjalan dari epicondylus medial ke permukaan medial tibia (epicondylus medialis tibia)  yang   berfungsi menahan gerakan valgus atau samping dalam eksorotasi. Namun secara   bersamaan fungsi ± fungsi ligament collateralle menahan bergesernya tibia ke depan  pada lutut 90°.

5)  Ligamentum patella

Yang merupakan lanjutan dari tendon M. Quadriceps Femoris yang berjalan dari patella ke tuberositas tibia.

(14)

Ligament ini berada disebelah lateral dari tendon M. Quadricep Femoris dan berjalan menuju tibia, dimana ligamen-ligamen ini melekat denga n tuberositas tibia.

 )  Ligamentum popliteum articuatum

Terletak pada daerah condylus lateralis femoris erat hubungannya dengan M. Popliteum.

8 )  Ligamentum popliteum oblicum

Berjalan dari condylus lateralis femoris kemudian turun menyilang menuju fascia  popliteum yang berfungsi mencegah hyperekstensi lutut.

3) Otot-otot sendi lutut

(15)

Gambar 5. M. Quadriceps7 a) M. Rectus Femoris

Origo : Spina iliaca anterior superior 

Insertion : Tuberositas tibiae melalui ligament patela

7

(16)

Innervasi : N. Femoralis Aksio : Ekstensi tungkai bawah  b) M. Vastus Medialis

Origo : Bagian paling caudal line intertrochanterica Labium Mediale linea aspera

Insertion : Tepi medial tendon M. Rectus femoris bagian Lateral patella

Innervasi : N. Femoralis Aksio : Ekstensi tungkai bawah c) M. Vastus Intermedius

Origo : Permukaan anterior dan lateral femur  Insertion : Tendon M. Rectus femoris

Innervasi : N. Femoralis

Aksio : Ekstensi tungkai bawah d) M. Vastus Lateralis

Origo : Permukaan anterior dan caudal trochanter mayor  Insertion : Tepi lateral tendon M.Rectus femoris Innervasi : N. Femoralis

Aksio : Ekstensi tungkai bawah

(17)

Gambar 6. M. Hamstring8

a) M. Adductor Magnus

Origo : Ramus ossis ischii

Insertion : 2/3 proximal linea aspera

Innervasi : N. Obturatorius dan N. ischiadicus Aksio : adduksi-hip

 b) M. Piriformis

Origo : Os sacrum, facies pelvic (plexus scaralis) Insertion : Tepi patella, tuberositas tibia

8

(18)

Innervasi : N. Femoralis Aksio : Exorotasi dan adduksi hip c) M. Sartorius

Origo : Sias

Insertion : Tuberositas tibia Innervasi : N. Femoralis

Aksio : Fleksi-knee dan abduction-hip d) M. Gracilis

Origo : Ramus inferior ossis pubis Insertion : Mediale tuberositas t ibiae Innervasi : N. Obturatorius

Aksio : Adduksi-hip dan fleksi e) M.Gastrocnemius

Origo : - Caput mediale : epicondylus medialis femoris - Caput laterale : epicondylus lateralis femoris

Insertion : - Tuber calcanei dengan perantara tendo calcanei achilles

- Facies posterior fibulae dan Linea poplitea tibiae Innervasi : N. Tibialis

Aksio : Fleksi tungkai bawah f) M. Biceps femoris

(19)

- Caput brevis : Labium lateral linea aspera Insertion : - Capitulum fibulae

- Condylus lateralis tibiae Innervasi : - N. Tibialis -  N. Peroneus Communis

Aksio : Fleksi pada articulation coxae g) M. Semitendinosus

Origo : Tuber ischiadicum

Insertion : Tuberositas tibiae (medial) Innervasi : N. Tibialis

Aksio : Fleksi-knee dan endorotasi-knee h) M. Semi membranosus

Origo : Tuber ischiadicum

Insertion : Condylus medial tibiae dan lig. Popliteum oblicum Innervasi : N. Tibialis

Aksio : Flexi-knee dan endorotasi

(20)

Gambar 7. Meniscus9

 Meniscus medialis

Meniscus medialis berbentuk semi sirkulasi dan bersatu dengan ligament collateral medial.

 Meniscus lateralis

Meniscus lateralis berbentuk hampir sirkuler, tempat-tempat perlengketannya dekat satu sama lain. Meniscus lateralis tidak bersatu dengan kapsula atau ligament collateral dan maka dari itu meniscus lateral lebih mobile daripada meniscus medialis.

5) Vascularisasi dan persarafan sendi lutut

(21)

Di regio femoralis anterior dibungkus oleh selubung yang merupakan lanjutan dari   jaringan ikat ektraperitonial dan dinamakan femoral sheat yang dibungkus oleh fascia

latae sedangkan dasarnya merupakan lekukan yang dibentuk oleh mm.iliopsoas dan  pectineus.

 Regio femoralis posterior 

Di regio femoralis posterior terdapat a. perforantes yang dipercabangkan dari a.  profunda femoris.

 Regio genu anterior 

Di regio genu anterior tidak terdapat saraf dan pembuluh darah yang besar. Pada sisi medial kira-kira selebar tangan, di sebelah do rsal patella terdapat v. saphena magna.

 Regio posterior 

Arteri genu superior lateralis berjalan ke lateral proksimal terhadap condylus lateralis femoris tertutup oleh tendon M. biceps femoris menuju M. vastus lateralis.

B. BIOMEKANIK SENDI LUTUT

Biomekanik adalah ilmu yang mempelajari gerakan tubuh manusia. Pada bahasan Karya Tulis Ilmiah ini penulis hanya membahas komponen kinematis, ditinjau dari gerakan secara Osteokinematika dan secara Artrokinematika yang terjadi pada sendi lutut.

a. Osteokinematika sendi lutut

Lutut termasuk dalam sendi ginglyus (hinge modified) dan mempunyai gerak yang cukup luas seperti sendi siku, luas gerak fleksinya cukup besar. Osteokinematika yang

(22)

memungkinkan terjadi pada sendi lutut adalah gerak flexi dan extensi pada bidang segitiga dengan lingkup gerak sendi untuk gerak fleksi sebesar + 140° hingga 150° dengan posisi ekstensi 0° atau 5° dan gerak putaran keluar 40° hingga 45° dari awal mid  posisi, 20.

Fleksi sendi lutut adalah gerakan permukaan posterior ke bawah menjauhi permukaan   posterior tungkai bawah. Putaran ke dalam adalah gerakan yang membawa jari-jari ke

arah sisi dalam tungkai (medial). Putaran keluar adalah gerakan membawa jari-jari ke arah luar (lateral) tungkai. Untuk putaran (rotasi) dapat terjadi posisi lutut fleksi 90°, R  (<90°).

b. Artrokinematika sendi lutut

Pada kedua permukaan sendi lutut pergerakan yang terjadi meliputi gerak sliding dan rolling, maka disinilah berlaku hukum konkaf-konvek. Hukum ini menyatakan bahwa ³jika permukaan sendi cembung (konvek) bergerak pada permukaan sendi cekung (konkaf) maka pergerakan sliding dan rolling berlawanan. Dan ³jika permukaan sendi cekung, maka gerak slidding dan rolling searah´ (Mudasir, 2002). Pada permukaan femur  cembung (konvek) bergerak, maka gerakkan slidding dan rolling berlawanan arah. Saat gerak fleksi femur rolling ke arah belakang dan sliddingnya kebelakang. Dan pada  permukaan tibia cekung (konkaf) bergerak, fleksi ataupun ekstensi menuju ke depan atau

ventral.

(23)

Osteoarthritis merupakan suatu penyakit degeneratif (ketuaan) yang bersifat progresif  yang biasanya menyerang pada cartilago sendi diartrosis, kemudian timbul  pembentukkan tulang baru pada pinggir tulang.

2. Etiologi

Pada umumnya penderita Osteoarthritis lutut ini, etiologinya tidak diketahui. Namun   beberapa factor yang disebut-sebut mempunyai peranan atas timbulnya Osteoarthritis

antara lain : a. Umur 

Umumnya ditemukan pada usia lanjut (40 tahun), ini karena pada orang lanjut usia  pembentukan dasar tulan rawan berkurang dan dapat t erjadi fibrosis tulang rawan.

 b. Jenis kelamin

Sebelum usia 40 tahun kemungkinan laki-laki maupun perempuan yang terkena ini sama.   Namun setelah menopause frekuensi Osteoarthritis meningkatkan pada perempuan

(Setiawan, 2001). c. Pekerjaan

Pekerjaan yang membebani lutut akan mempunyai resiko terserang Osteoarthritis. d. kegemukan

Ini disebabhnkan karena penambahan beban tubuh pada sendi lutut mengakibatkan kerusakan struktur sendi lutut bertambah cepat.

e. Trauma

Resiko trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada ligament, tendon, meniscus, bursa  pada sendi lutut.

(24)

f. Faktor lain

Seperti kepadatan tulang yang terlalu tinggi dapat meningkatkan risiko timbulnya Osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak  membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.

3. Klasifikasi

Sehubungan dengan dengan penyebabnya Osteoarthritis mempunyai dua bentuk yaitu : a. Osteoarthritis primer / Idiopatik 

Osteoarthritis primer jenis ini paling sering ditemukan dimana faktor predisposisinya  belum diketahui.

b. Osteoarthritis sekunder

Osteoarthritis sekunder merupakan jenis osteoarthritis pada sendi yang sebelumnya sudah ditemukan kerusakan atau kelainan pada sendinya. Misalnya dysplasia sendi arthritis. 4. Patofisiologi

Pada Osteoarthritis lutut yang pertama kali mendapat serangan adalah kartilago sendi. Kartilago normal berfungsi untuk melicinkan gerakan dan mengurangi tekanan pada tulang. Kelainan Osteoarthritis berawal dari berkurangnya atau tidak terbentuknya substansi kartilago. Terjadilah perlunakan kartilago, sehingga fungsi dari kartilago menjadi hilang. Lama-kelamaan akhirnya kartilagomengalami pengikisan dan menjadi menipis. Setelah itu pada tepi persendian terjadi pertumbuhan tulang baru yang lebih

(25)

struktur-struktur disekitar kartilago, membrana synovial. Jika ada gerakan persendian, osteofit dapat lepas dan masuk kedalam ruang sendi (cavum sendi),sehingga pada  permukaan persendian kasar dan tidak rata. Kejadian ini dapat menimbulkan reaksi pada membrana synovial lebih banyak, maka terlihat sendi lutut bengkak. Akhirnya terjadilah fibrosis dan kontraktur pada kapsul sendi.

5. Tanda dan gejala

Dibawah ini ada beberapa keluhan yang serius diutarakan oleh penderita Osteoarthritis antara lain:

a. Nyeri sendi

 Nyeri pada sendi dapat timbul karena berbagai faktor antara lain akibat micro fraktur di tulang persendian, iritasi saraf, tekanan pada ligament kongesti pembuluh darah balik, tegangan otot, reumatik jaringan lunak atau sinovitis. Biasanya nyeri bertambah bila   bergerak dan berkurang bila istirahat. Beberapa gerakan tertentu bahkan dapat

menimbulkan rasa nyeri yang sangat hebat. b. Hambatan gerak sendi

Kesulitan bergerak pada sendi sering timbul meskipun penyakitnya masih dini. Hal ini   bisa disebabkan oleh berbagai macam masalah seperti nyeri, spasme otot dan apabila

terus dibiarkan bisa menyebabkan kontraktur. c. Kaku sendi pagi (morning steafness)

(26)

Kaku dan nyeri pada sendi bisa timbul setelah istirahat cukup lama, seperti duduk terlalu lama atau setelah bangun tidur. Rasa kaku umumnya kurang dari 30 menit.

d. Adanyarepitasi 

Rasa bergerak pada sendi yang sakit bila digerakkan dapat dirasakan oleh penderita atau   pemeriksa, bahkan kadang dapat terdengar. Gejala ini sering terdapat pada pemeriksa

sendi lutut. Bunyi ini mungkin akibat gesekan kedua permukaan tulang sendi saat digerakkan.

e. Pembengkakan sendi

Pembengkakan bisa terjadi akibat adanya cairan sendi yang biasanya tidak banyak (<100 cc) atau karena adanya osteofit yang dapat mengubah permukaan sendi.

f. Gangguan aktifitas fungsional

Yang disebabkan oleh akumulasi keluhan dan juga ditambah oleh karena menurunnya kekuatan otot.

g. Tanda-tanda peradangan dan deformitas

h. Tanda peradangan di persendiaan yang sakit kadang timbul, namun terkadang tidak  seperti nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat dan warna kemerahan. Selain itu disertai  juga perubahan bentuk sendi yang bisa disebabkan adanya perubahan dipermukaan sendi,   perubahan pada tulang dan timbul berbagai kecacatan seperti valgus dan valrus

(Dalimartha, 2001).

(27)

  Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik emosional yang tidak menyenangkan   berkaitan dengan jaringan yang rusak atau jaringan yang cenderung rusak (Widiastuti,

1991).

2. Macam-macam nyeri

Macam-macam nyeri dilihat dari sumber penyebab nyeri antara lain:

a) Nyeri neuromuscolosceletal non neurogenik yang dirasakan pada anggota gerak yang timbul akibat proses patologik jaringan yang d iliengkapi serabut nyeri.

 b)   Nyeri neuromuscolo societal neurogenik yaitu nyeri akibat iritasi langsung terhadap sensoris perifer dengan ciri khas nyeri menjalar sepanjang kawasan distal saraf yang  bersangkutan dan penjalaran nyeri tersebut berpangkal pada bagian saraf yang mengalami

iritasi.

c)   Nyeri radiculer yaitu nyeri yang timbul akibat adanya iritasi pada serabut sensorik  dibagian radiks posterior maupun saraf spinal (Sidharta, 1999).

3. Mekanisme nyeri

Melzack dan Wall mengemukakan teori gerbang kontol yang banyak diterima bayak  ahli. Menurut teori afferent terdiri dari 2 kelompok serabut yaitu serabut yang berukuran  besar (A-Beta) dan serabut kecil (A-delta dan C). Mekanisme nyeri melalui terapi latihan yaitu: terpi latihan merupakan salah satu pengobatan dalam fisioterapi yang dalam   pelaksanaannya menggunakan gerakan tubuh baik secara aktif maupun pasif sehingga

dapat mempercepat penyembuhan cidera atau penyakit lainnya yang telah merubah pola hidup yang normal.

(28)

Terapi latihan dilakukan secara berulang-ulang dan dilakukan secara perlahan-lahan secara ritmis dapat mengaktivitasi serabut saraf berpenanampang kecil (A-delta) da n akan menghinbisi serabut saraf beta berarti rasa nyeri tidak d icetuskan.

4. Pengukuran derajat Nyeri

  Nyeri dapat diukur dengan berbagai skala adalah skala VAS, VDS, Skala 5 tingkat yaitu berjalan 15 meter, jongkok berdiri, toileting, naik dan turun tangga.

Penulis melakukan pemeriksaan derajat nyeri dengan menggunakan skala VAS (V isual Analog Scale) yaitu cara pengukuran derajat nyeri dengan menunjukkan satu titik 

 pada garis skala (0 - 10). Cara penulisan nyeri dengan skala VAS yaitu:

0 10

Tidak Nyeri Nyeri tak 

  Nyeri ringan tertahankan

Salah satu ujung menunjukkan tidak nyeri dan ujung yang lain menunjukkan nyeri yang hebat. Panjang garris mulai dari titik tidak nyeri sampai titik yang menunjukkan  besarnynya nyeri.

(29)

Terapi latihan adalah gerak dari tubuh atau bagian dari tubuh untuk mengurangi gejala-gejala pada Osteoarthritis atau untuk meningkatkan fungsi tubuh akibat Osteoarthritis. Yang perlu diketahui pada terapi Osteoarthritis lutut adalah latihan yang tidak menyebabkan pembebanan yang berlebihan pada sendi lutut.

Dimana posisi aman untuk melakukan terapi latihan yaitu posisi duduk. Posisi duduk  dapat dikatakan posisi istirahat sendi lutut, karena secara biomekanik tekanan garis weight bearing dari pusat kaput femur tidak melalui pusat lutut sehingga beban yang ditimbulkan pada lutut minimal dan tidak menyebabkan nyeri (Kusumawati, 2003).

2. Tujuan Terapi Latihan

Terapi latihan sendiri dilakukan bertujuan untuk memperbaiki kerja otot yang tidak  efisien untuk kembali pada gerak sendi yang normal dan memajukan aktivitas penderita dimana dan bilamanapun perlu. Sedangkan tujuan diberikan terapi latihan pada otot Quadriceps Femoris terhadap penderita Osteoarthritis adalah untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan kekuatan otot.

3. Teknik Terapi Latihan

Dalam kondisi ini penulis hanya menggunakan terapi latihan berupa: a .  Assisteactive movement 

Suatu gerakan aktif dengan bantuan kekuatan dari luar, sedangkan pasien tetap mengkontraksikan ototnya dengan sadar. Bantuan dari luar dapat berupa tangan terapis,

(30)

 papan, suspention. Terapi latihan jenis ini dapat membantu mempertahankan fungsi sendi dan kekuatan otot (Kisner, 1996).

b. F ree Active Exercise

 F ree active exercise merupakan bagian dari active exercise yang dihasilkan oleh

kontraksi otot yang melawan gaya gravitasi, tanpa bantuan atau tenaga baik dari luar  tubuh ataupun dari dalam tubuh itu sendiri (Kisner, 1996).

c .  Resisted  Active Exercise

Salah satu bentuk latihan active movement adalah resisted active exercise, dimana  pada latihan ini terjadi kontraksi dari otot secara static maupun dinamis dengan tahanan dari luar. Tahanan dari luar dapat berupa tahanan manual maupun mekanik. Tujuan  pemberian terapi ini adalah peningkatan otot-otot penggerak sendi (Kisner, 1996).

d.  H ol d  Rel ax 

 H old relax adalah teknik latihan otot secara isometrik kelompok antagonis dan diikuti

rileksasi otot tersebut. H old relax bermanfaat untuk rilexasi otot dan menambah Lingkup

Gerak Sendi. Dengan kontraksi isometrik setelahnya otot menjadi rilex sehingga gerakan kearah agonis lebih mudan dilakukan (Kisner, 1996).

(31)

Adalah suatu latihan otot yang diberikan pada quadriceps femoris dengan tehnik  latihan aktif dengan tipe kontraksi otot isometrik.

2. Tujuan Terapi Latihan Quadriceps Exercise a. Memperlancar sirkulasi darah

 b. Mencegah kontraktur (memelihara ROM)

c. Meningkatkan kekuatan otot atau power muscle d. Rileksasi otot

e. Stabilisasi sendi lutut

3. Tehnik Terapi Latihan Quadriceps Exercise

Dalam pelaksanaan terapi latihan quadriceps exercise ada beberapa tehnik yang harus diperhatikan antara lain :

a. Posisi pasien harus stabil dan nyaman agar terjadi kontraksi otot yang sempurna, pasien dapat diposisikan tidur terlentang atau duduk diatas bed atas kursi.

 b. Perhatikan posisi sendi, sendi lutut yang akan diterapi harus dalam posisi Maximal Loose Pack Position (MLPP) yaitu posisi dimana permukaan sendi dalam keadaan longgar, sehingga baik untuk dilakukan mobilisasi. Pada sendi lutut posisi MLPP yaitu posisi fleksi 25°.

c. Kecepatan gerakan dilakukan secara teratur dan bertahap 20-30 kali gerakan dalam 1-2 menit.

(32)

e. Koordinasi antara pasien dengan terapis harus ada, memberikan penjelasan mengenai manfaat atau tujuan dari gerakan yang dilakukan agar pasien melaksanakan dengan  penuh konsentrasi.

4. Aplikasi Quadriceps Exercise Pada Penderita Osteoarthritis Genu a. Berikan contoh pada pasien, agar dapat mengikuti gerakan dengan benar.

 b. Untuk kontraksi otot dengan tahanan bisa dari pasien atau dengan menggunakan beban. c. Aba-aba yang diberikan terapis kepada pasien harus jelas.

d. Kontraksi dilakukan secara teratur tidak boleh terlalu cepat atau lambat. Tahan kontraksi selama 8 hitungan, lalu rileks kemudian ulangi sampai dengan 6 ± 8 kali tiap gerakan harus diselingi dengan istirahat.

e. Bila pasien sudah merasa lelah, walaupun latihan belum selesai sebaliknya latihan dihentikan.

f. Sebelum dan sesudah latihan nadi dan tekanan darah pasien harus dihitung. g. Latihan dilakukan setiap hari.

5. Indikasi Dan Kontra Indikasi Quadriceps Exercise

  I nd asi :

a. Kondisi kelemahan otot

 b. Fraktur yang masih diimobilisasi

c. Kondisi menyusutnya volume otot (atrofi)

  K ontra I nasi :

(33)

c. Adanya oedem akut atau inflamasi akut 6. Bentuk Quadriceps Exercise

Ada beberapa bentuk terapi latihan dari quadriceps exercise, antara lain : a. Isometrik Quadriceps Setting (Isometrik Kontraksi )

Pada bentuk latihan dari isometric quadriceps setting ini otot berkontrksi secara isometric untuk melawan suatu kekuatan atau tahanan tanpa disertai dengan gerakan.

Persiapan alat : - Bed - Handuk 

Posisi pasien : Tidur terlentang dibed dengan kedua kaki lurus, dan tumit dalam posisi dorsi fleksi.

Posisi terapis : Berdiri disisi pasien, dalam hal ini disisi

kaki pasien yang akan diberikan latihan (disisi kanan). Tangan terapis atau handuk  diletakkan dibawah lutut kanan pasien (dipoplitea).

Pelaksanaan : Terapis memerintahkan pasien untuk menekakan

tangan terapis dengan menggunakan lutut kanannya. Lalu tahan 5 hitungan lalu rileks kembali, lalu ulangi gerakannya kembali.

Aba-aba : Tahan«.,1,2,3,4,5,Rileks

Dosis Latihan

Frekuensi : 2x/hari

Intensitas : Ringan

Waktu : 10 menit

(34)

Gambar 8. Isometrik Quadriceps setting Exercise

b. Progressive Resisted Exercise (Pre Dolome )

Merupakan suatu latihan dengan memberikan pembebanan yang meningkat. Terdiri dari satu seri kontraksi dari suatu otot dengan beban yang dinaikkan. Latihan ini pada dasarnya adalah Rhytmic Dynamic Exercise atatu latihan dinamis dengan intensitas

(35)

mempersiapkan otot kontraksi maximal, bertujuan untuk menstimulus kenaikan kekuatan otot tersebut.

Prosedur pemberian latihan ini yaitu adanya peningkatan rangkaian gerakan otot sampai mencapai full ROM dan memastikan bahwa posisi pasien benar, sehingga hanya kelompok agonis (primer mover) saja yang mengalami kekuatan.

Menurut De Lorme dasar pemberian beban pada latihan ini untuk mentukan tahanan minimal yang dapat diangkat pasien sampai full ekstensi pada satu kali kontraksi otot tersebut 1 repitisi maximal atau ROM, juga dapat menentukan beban yang diangkat sampai full ekstensi penuh 10 RM.

Posisi pasien : Duduk ditepi bed dengan kedua tungkai terkulai dan diberi beban berupa kantung pasir diatas ankle kanannya. Posisi terapis : Terapis berada disamping kanan pasien dan terapis Pelaksanaan : Terapis menyuruh pasien untuk mengangkat beban sampai full ekstensi.

Dosis latihan

Frekuensi : 2x/ hari Intensitas : Ringan Waktu : 10 menit

(36)

Gambar 9. Progresive Resisted Exercise (Pre Dolorme)

b. Sepeda Static

Bertujuan untuk meningkatkan kekuataan otot-otot paha dan meningkatkan sendi lutut. Persiapan alat : Sepeda statis

Posisi pasien : Duduk diatas sepeda statis

Posisi terapi : Berdiri disisi pasien (disisi kanan)

Pelaksanaan : Terapis memasang beban seberat 1 kg pada sepeda

(37)

Frekuensi : 2x/hari Intensitas : Sedang Waktu : 15 menit

Gambar 10. Sepeda static

G. Short Wave Diathermy (SWD)

Adalah alat terapi yang menggunakan energi elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak-balik frekuensi tinggi. Frekuensi yang diperbolehkan pada pemakaian

(38)

SWD adalah 13,66 MHz, 27,33 MHz dan 40,98 MHz, panjang gelombang yang sesuai dengan frekuensi SWD yang sering juga disebut energi elektromagnetik 27 MHz.

Arus frekuensi tinggi adalah arus listrik bolak-balik yang frekuensinya lebih dari 500.000 cycle/detik yang tidak memberikan rangsang terhadap saraf sensorik maupun motorik. Arus ini sering juga disebut arus oscilasi (Sujatno, 19 93).

a. Efek SWD (EEM 27 MHz)

Efek SWD terdiri dan efek fisiologis dan efek t erapeutik. 1) Efek Fisiologis

Efek arus EEM 27 MHz terhadap tubuh adalah timbulnya panas dalam jaringan. Pengaruh fisiologis yang timbul disebabkan oleh kenaikan suhu jaringan, yaitu:

a) Metabolisme meningkat

Hukum V arit  H off menyatakan bahwa perubahan kimia dapat dipercepat oleh adanya

 panas. Dengan demikian, pemanasan jaringan akan mempercepat perubahan kimia yaitu   proses metabolisme. Supply O2 dan sari-sari makanan akan meningkat sehingga

kebutuhan jaringan akan O2 dan sari makanan akan cepat terpenuhi (Sujatno, et al., 1993).

b) Penambahan supply darah

Panas akan memberikan pengamh langsung pada dinding pembuluh darah berupa timbulnya vasodilatasi terutama pada jaringan  superficial . Sebagai akibat dari vasodilatasi jumlah supply darah di daerah tersebut bertambah. Dengan demikian jumlah O2 dan sari-sari makanan bertambah dan pembuangan sisa-sisa metabolisme akan lebih

(39)

c) Manfaat pada serabut saraf 

Apabila panas yang dihasilkan tidak berlebihan maka akan terjadi penurunan ekstabilitas susunan saraf sehingga akan menurunkan atau mengurangi rasa nyeri (Sujatno et al., 1993).

d) Kenaikan suhu tubuh

Pada bagian tubuh apabila mendapat pemanasan maka akan terjadi kenaikan suhu lokal  pada jaringan tersebut. Namun apabila pemanasan meliputi daerah yang luas dan waktu

yang lama akan mengakibatkan kenaikan suhu (Sujatno, et al., 1993). e) Manfaat pada jaringan otot

Kenaikan suhu jaringan akan memberikan rileksasi dan menambah efisiensi kerja otot-otot. Serabut-serabut otot akan berkontraksi dan rileksasi lebih cepat, meskipun kekuatan otot tidak berpengaruh. Rileksasi otot-otot antagonis memberikan kebebasan kerja dari otot-otot antagonis, kondisi optimum pada kontraksi o tot.

f ) Peningkatan aktivitas kelenjar keringat

Apabila kenaikan suhu tubuh, kelenjar keringat akan menjadi lebih aktif, disamping itu   pemanasan secara lokal pada kulit akan menambah aktifitas kelenjar keringat di daerah

tersebut (Sujatno, et al,, 1993). 2) Efek terapeutik 

Efek-efek terapeutik energi elektromagnetik 27 MHz antara lain: a) Meningkatkan sirkulasi darah

Dengan timbulnya panas yang dihasilkan oleh SWD (EEM 27 MHz) akan menimbulkan vasodilatasi lokal pada pembuluh darah, sehingga peredaran darah akan lebih lancar dan

(40)

 supply zat-zat yang dibutuhkan oleh proses metabolism akan meningkat pula (Sujatno, et  al., 1993).

b) Mengurangi nyeri

Akibat adanya penekanan ujung-ujung saraf sensoris pada persendian (nociceptor ) akan mengakibatkan rasa nyeri yang diakibatkan oleh aktifitas nociceptor  yang meningkat. Pemberian SWD (EEM 27 MHz) dapat memberikan efek sedatif dan analgetik pada ujung-ujung saraf sensoris oleh karena pengaruh thermal (panas). Sehingga merangsang thermoreceptor terjadi dumping terhadap aktifitas nociceptor (Sujatno, et al., 1993).

c) Mengurangi spasme dan menimbulkan relaksasi otot

Akibat adanya rasa nyeri maka otot-otot akan mengadakan protektif spasme, sehingga otot-otot akan tegang (spasme). Pemberian SWD akan menyebabkan otot-otot menjadi rileks, dan kondisi otot menjadi lebih baik (Sujatno, et al., 1993).

d) Mengurangi ketegangan struktur kapsul sendi

Adanya panas yang disebabkan oleh pemberian SWD pada jaringan pengikat seperti tendon, ligamen, dan kapsul sendi maka akan meningkatkan elastisitas jaringan pengikat sebagai bagian penyusun sendi maka struktur sekitar sendi akan kendor dan kekakuan sendi akan berkurang (Sujatno, et al., 1993).

b. Indikasi dan kontra indikasi Short Wave Diat her my (SWD)

Energi elektromagnetik intermitten bisa diterapkan pada fase-fase penyembuhan luka, terutama pada fase penenandaan sangat membantu melindungi jaringan dan struktur 

(41)

  proses penyembuhan lukanya dengan adanya pemberian EEM 27 MHz (Sujatno,et al., 1993). Sebagai syarat untuk menentukan indikasi perlu pertimbangan 3 hal yaitu:

1) Stadium dari proses penyembuhan luka.

2) Sifat dan jaringan atau organ yang mengalami kerusakan seperti otot, lemak atau jaringan lain

3) Lokalisasi dan jaringan atau organ yang mengalami kerusakan.

Beberapa kontra indikasi pada pemberian energi elektromagnetik 2 7 MHz : a) Logam dalam tubuh

Pemberian EEM 27 MHz pada jaringan tubuh yang ada logamnya akan menyebabkan konsentrasi energi pada logam. Sehingga disekitar logam akan dapat panas yang  berlebihan akibatnya bisa terbakar.

b) Gangguan peredaran darah

Pemberian EMM 27 MHz cendemng menimbulkan pendarahan gangren dan atau trombose, buerger dessease atau gangguan jantung yang mengarahi ke dekompensasi. c) Jaringan dan organ yang mempunyai banyak cairan

Misalnya pada mata atau luka basah dan eksim basah juga dapat menimbulkan kebakaran dari jaringan.

d) Gangguan sensibilitas

Pada gangguan ini terutama pada panas dan dingin maka pemberian dosis secara subyektif sebaiknya dihindari. Penggunaanya dilanjutkan menggunakan 30% lebih rendah dan intensitas semula.

(42)

e) Infeksi akut dan demam

Pada keadaan ini dapat memperluas infeksi bakteri melalui aliran darah. f ) Menstruasi

Pemberian EEM 27 MHz pada saat menstruasi pada daerah lumbal dan sacral dapat mengganggu siklus menstruasi.

g) Kehamilan

Aplikasi EEM 27 MHz secara langsung didaerah kehamilan atau lumbosacral menyebabkan gangguan keseimbangan zat asam (oksigen) pada placenta (Sujatno, et.al., 1993).

c. Pemberian dosis terapi

Pemberian dosis dalam suatu pengobatan ditentukan oleh: 1) Lama pul sasi 

Lama  pulsasi adalah waktu berlangsungnya pulsasi atau ms dan EEM intermitten didalam jaringan. Nilai lama pulsasi 0,4 ms tetapi beberapa alat yang modem mempunyai lama pulsasi yang bervariasi.

2) Frekuensi pengulangan pul sasi 

Jika frekuensi pulsasi tinggi, maka intensitas rata-rata juga tinggi dan sering menimbulkan panas. Frekuensi pengulangan pulsasi juga dapat menentukan efek  komulatif dan panas yang terjadi. Dengan menatakan pulsasi istirahat maka kenaikan temperatur dapat dicegah dan panas bisa diatur sampai dosis submitis.

(43)

3) Intensitas

Pada pemberian EEM intermitten maka intensitas dan pulsasi bisa tinggi. Pada beberapa alat intensitas yang diperbolehkan sampai mencapai 1000 watt.

4) Lama pengobatan

Lama pengobatan antara 10-15 menit, Earth dan Kern menyatakan bahwa dengan menggunakan kumparan untuk meningkatkan sirkulasi darah dalam otot diperlukan waktu kurang lebih 10 menit.

5) Frekuensi pengobatan

Pada dosis yang rendah pengobatan bisa diberikan setiap hari tanpa beban terhadap sirkulasi darah terutama untuk aktualitas radang yang tinggi. Pada dosis yang tinggi  pengobatan bisa diberikan 2-3 kali per rninggu atau

1 kali satu minggu.

H. Proses Fisioterapi a. Asesment Fisioterapi 1) Anamnesis

Anamnesis adalah cara pengumpulan data dengan jalan tanya jawab antara terapis dengan sumber data, hal ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

a) Autoanamnesis, bila mengadakan tanya jawab langsung kepada pasien.

 b) Heteroanamnesis, bila anamnesis dilakukan terhadap orang lain yang dianggap mengerti tentang keadaan pasien, dan untuk kasus ini anamnesis yang dilakukan adalah autoanamnesis yang meliputi:

(44)

(1) Anamnesis umum

Dari anamnesis ini didapatkan data nama pasien, umur, alamat, agama, jenis kelamin,  pekerjaan.

(2) Anamnesis khusus

Dari anamnesis khusus ini kita dapat memperoleh keterangan tentang hal-hal yang  berkaitan dengan keadaan atau penyakit pasien, seperti:

a) Keluhan utama merupakan keluhan yang paling dirasakan oleh pasien berkaitan dengan  penyakit yang dideritanya.

 b) Riwayat penyakit sekarang, menggambarkan riwayat perjalanan penyakit secara lengkap. c) Riwayat penyakit dahulu berupa penyakit-penyakit yang pernah dialami yang tidak 

 berhubungan langsung dengan munculnya keluhan sekarang. d) Riwayat pribadi menjelaskan tentang pekerjaan maupun hobi.

e) Riwayat keluarga, dimaksudkan untuk menelusuri adanya penyakit-penyakit yang  bersifat menurun (herediter) dan orang tua atau keluarga.

2) Pemeriksaan

a) Pemeriksaan fisik meliputi: (1) Pemeriksaan tanda vital

Yaitu pemeriksaan yang meliputi pengukuran tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, temperatur, tinggi badan, dan pada umumnya hasil pemeriksaan kondisi umum pada   penderita osteoarthritis kedua lutut ini adalah baik sehingga memungkinkan untuk 

(45)

Merupakan suatu cara pemeriksaan dengan cara melihat dan mengamati. Pada kasus osteoarthritis kedua lutut ini, inspeksi yang dilakukan didapatkan hasil seperti:

a) Keadaan umum baik 

 b) Inspeksi statis,  pada kondisi aktualitas tinggi umumnya didapatkan ekspresi wajah saat diam biasa, tidak ada bengkak pada kedua lutut, tidak ada atropi dan tidak ada hiperemia. c) Inspeksi dinamis, dengan mengamati sejak pasien datang apakah ekspresi wajah menahan

nyeri saat pasien duduk, saat jalan pasien tidak menggunakan alat bantu, tripod dan alat  bantu lain saat berjalan.

(3) Palpasi

Merupakan cara pemeriksaan dengan jalan meraba, menekan, dan memegang bagian tubuh pasien. Pada kasus osteoarthritis kedua lutut umumnya palpasi yang dilakukan untuk mengetahui.

a) Suhu pada daerah kedua lutut.

 b) Adanya nyeri tekan, pada kedua lutut. c) Adanya bengkak pada kedua lutut. d) Adanya spasme pada otot quadriceps. e) Adanya nyeri gerak.

(4) Auskultasi

Merupakan cara pemeriksaan dengan jalan mendengarkan bunyi dari lutut baik  menggunakan stetoskop maupun pendengaran. Pada kasus ini mungkin didapatkan adanya bunyi dari lutut (krepitasi).

(46)

Pemeriksaan dilakukan pada anggota gerak atas dan bawah bawah baik kanan maupun kiri pada penderita osteoarthritis, flexi dan extensi.

(a) Pemeriksaan gerak pasif 

Pemeriksaan gerak pasif pada kondisi osteoarthritis genu ini tentang gerak knee dextra dan sinistra tetapi pasien dibantu terapis. Pada pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya rasa nyeri, keterbatasan gerak, kekuatan otot, dan endfeel pasien. untuk  mengetahui ada tidaknya keterbatasan untuk sendi lutut menggunakan pengukuran lingkup gerak sendi pasif.

(b) Pemeriksaan gerak aktif 

Pemeriksaan gerak aktif pada kondisi osteoarthritis genu ini tentang gerak knee dextra dan sinistra tetapi pasien melakukan sendiri. Pada pemeriksaan ini untuk  mengetahui adanya rasa nyeri, keterbatasan gerak, dan kekuatan otot. Untuk    pemeriksaan kekuatan otot pada gerak aktif digunakan Manual Muscle Testing.

Sedangkan untuk mengetahui ada tidaknya keterbatasan untuk sendi lutut menggunakan  pengukuran lingkup gerak sendi aktif .

(c) Pemeriksaan gerak isometric melawan tahanan

Tahanan untuk terapis, arah gerak berlawanan flexi dan extensi. Dilakukan untuk  kedua tungkai dextra dan sinistra. Pemeriksaan ini untuk mengetahui kekuatan otot dan adanya nyeri.

(47)

Dilakukan untuk mengungkapkan ciri khusus serta ada tidaknya gangguan dan struktur atau jaringan tertentu. Pada kasus osteoarthritis sendi lutut ini, pemeriksaan yang dilakukan meliputi:

(a) Tes pengukuran nyeri VDS (Verbal Descriptive Scale)

Yaitu cara pengukuran derajat nyeri dengan tujuh skala penilaian yaitu : - Tidak nyeri

-  Nyeri sangat ringan -  Nyeri ringan

-  Nyeri tidak begitu berat -  Nyeri cukup berat

-  Nyeri berat

-  Nyeri tak tertahankan.

Pasien disuruh merasakan nyerinya pada nomor tersebut. Pasien tersebut harus memenuhi persyaratan yaitu bukan anak-anak dan tidak buta.

(b) Tes stabilitas sendi lutut - Tes laci sorong depan

Posisi pasien berbaring terlentang di atas bed, satu lutut pasien ditekuk dan lutut yang lain tetap lurus. Posisi pemeriksa duduk di pinggir bed, sambil menekan kaki pasien. Kedua tangan pemeriksa memberikan tarikan pada lutut ke arah anterior. Pemeriksaan ini untuk mengetahui stabilitas Ligamentum cruciatum anterior (de wolf, 1954). Instabilitas ligamentum krusiatum dapat di derajatkan dari 0 sampai 3+. Apabila tibia dapat di sorokkan terhadap femur ke depan kira-kira 5mm, maka derajat instabilitasnya ialah 1+.

(48)

Bila jarak sorokkan lebih dari 10mm, maka instabilitasnya berderakat 3+.10 Pada kondisi osteoarthritis dapat disertai krepitasi lutut.

Gambar 8.Tes laci sorong ke depan (de Wolf, 1994) - Tes laci sorong ke belakang

Posisi pasien berbaring terlentang di atas bed, satu lutut pasien ditekuk dan lutut yang lain tetap lurus. Posisi pemeriksa duduk di tepi bed sambil menekan kaki pasien. Kedua tangan pemeriksa memberikan dorongan pada lutut ke arah posterior Pemeriksaan ini untuk mengetahui stabilitas Ligamentum cruciatum posterior. (de wolf, 1994). Instabilitas ligamentum krusiatum dapat di derajatkan dari 0 sampai 3+. Apabila tibia dapat di sorokkan terhadap femur ke belakang kira-kira 5mm, maka derajat instabilitasnya ialah 1+. Bila jarak sorokkan lebih dari 10mm, maka instabilitasnya berderakat 3+.11 Pada kondisi osteoarthritis dapat disertai krepitasi lutut.

(49)

Gambar 9.Tes laci sorong ke belakang - Tes hipermobilitas valgus

Posisi pasien berbaring terlentang di atas bed, satu tungkai berada di luar bed. Posisi tangan terapis berada di bawah lutut pasien sementara tangan yang satunya memegang tumit pasien, gerakannya ke arah varus. Pemeriksaan ini untuk mengetahui stabilitas ligament collateral lateral. (de wolf, 1994)

Gambar 10.Hipermobilitas valgus (de wolf, 1994)

(50)

Posisi pasien berbaring terlentang di atas bed, satu tungkai berada di luar bed. Posisi tangan terapis berada di bawah lutut pasien sementara tangan yang satunya memegang  pergelangan kaki pasien, gerakannya ke arah valgus. Pemeriksaan ini untuk mengetahui

stabilitas ligament collateral medial. (de wolf, 1994)

Gambar 11. Hipermobilitas varus (de wolf, 1994)

- Tes Hiperekstensi

Pasien berbaring di atas bed dengan kaki dalam posisi lurus, lutut diganjal, sedangkan kaki di angkat. Dengan membandingkan jarak antara tumit kaki kiri dan kanan bed (de wolf, 1994).

(51)

Gambar II.16. Hiperekstensi (de wolf, 1994)

- Tes Ballotement

Pasien tidur terlentang di atas bed. Terapis mempalpasi persendian lutut, tangan yang satu menekan di patella sejenak lalu dilepaskan kembali. Apabila ada cairan hidrops subpatella yang cukup banyak, maka beradunya patella dengan kondylus femoris dapat dirasakan oleh jari. Bilamana cairan hidrops tidak banyak, maka ballottement tidak dapat diperoleh. Pada kondisi osteoarthritis genu apabila terdapat hidrops, maka cairan dapat dipindahkan sehingga terkumpul didalam bursa suprapatellaris.12

Gambar 12. Ballotement test

http://emedicine.medscape.com

- Pemeriksaan derajat nyeri menggunakan Hongkong Simple Knee Chart Nyeri

Tidak Nyeri 4

12

(52)

  Nyeri pada saat berjalan 3

  Nyeri setiap melangkah 2

  Nyeri pada saat istirahat 1 Lingkup Gerak Sendi

LGS penuh 4

Fleksi penuh sampai 900 3

Fleksi 900- 450 2

Fleksi < 450 1

Aktifitas Fungsional Dasar Aktifitas yang tidak terbatas 4 Sedikit keterbatasan 3

Terbatas 2

Dalam ruangan 1

(7) Pemeriksaan kognitif, intrapersonal, interpersonal

Pemeriksaan kognitif, intrapersonal dan interpersonal dilakukan untuk mengetahui fungsi kognitif dan emosional pasien sehingga fisioterapis dapat menyesuaikan bentuk   pertanyaan, instruksi dan home program yang sesuai.

(8) Kemampuan fungsional dan lingkungan aktifitas (a) Fungsional dasar 

(53)

dalam pelaksanaan aktifitas tersebut. Yang dimaksud dengan aktifitas fungsional dasar 

adalah makan, minum, mandi, berpakaian, pindah tempat

(transfering) dan berjalan. Pada kondisi osteoarthritis, umumnya pasien mengalami nyeri saat beraktifitas.

(b) Fungsional aktivitas

Pemeriksaan fungsional aktivitas untuk mengetahui aktivitas merawat diri secara mandiri serta memenuhi kelangsungan hidup. Yang dimaksud dengan fungsional aktivitas adalah aktivitas sholat, aktivitas untuk berjalan jauh, membersihkan rumah, dan mencuci. Pada kondisi osteoarthritis, biasanya pasien merasakan nyeri saat melakukan aktivitas.

(c) Lingkungan aktivitas

Pemeriksaan lingkungan aktivitas untuk mengetahui apakah lingkungan disekitar  aktivitasnya mendukung untuk kesembuhan pasien. Pada kondisi osteoarthritis lingkungan aktivitas yang mendukung misalnya posisi WC duduk, tidak terlalu sering menaiki tangga, jalan yang berbatu dll.

b. Diagnosa Fisioterapi

Diagnosa fisioterapi merupakan upaya menegakkan masalah kapasitas fisik dan kemampuan fungsional berdasarkan hasil interpretasi data yang telah di rumuskan menjadi pernyataan yang logis dan dapat dilayani oleh fisioterapi. Adapun tujuan dan

(54)

diagnosis fisioterapi adalah untuk mengetahui permasalahan fisioterapi yang dihadapi oleh penderita serta untuk menentukan layanan fisioterapi yang tepat. Hasil pemeriksaan fisioterapi yang telah dilaksanakan pada penderita osteoarthritis genu ini didapatkan  permasalahan fisioterapi sebagai berikut:

1) Permasalahan kapasitas fisik untuk Osteoarthritis : a) Adanya keterbatasan LGS.

 b) Adanya kelemahan otot.

c) Adanya nyeri gerak dan nyeri tekan. d) Adanya nyeri diam.

e) Adanya spasme otot quadriceps dan hamstring. f) Adanya oedema.

g) Adanya deformitas.

h) Adanya instabilitas sendi.

2) Permasalahan kemampuan fungsional, yaitu:

Adanya keterbatasan LGS, kelemahan otot, nyeri diam, nyeri gerak, nyeri tekan, spasme otot , oedema, deformitas, dan instabilitas sendi akibat Osteoarthritis genu.

c. Rencana Fisioterapi 1) Tujuan

Tujuan fisioterapi akan dibedakan antara tujuan jangka pendek dan jangka panjang. a) Tujuan jangka pendek ini meliputi:

(55)

(2) Meningkatkan dan memelihara kekuatan otot

(3) Mengurangi nyeri tekan, nyeri gerak dan nyeri diam (4) Mengurangi spasme pada otot quadriceps dan hamstring. (5) Mengurangi oedema.

 b) Tujuan jangka panjang, tujuan ini meliputi: (1) Meneruskan tujuan jangka pendek 

(2) Meningkatkan aktivitas gerak dan kemampuan fungsional.

2) Perencanaan Modalitas a) Modalitas Alternatif 

Merupakan semua metode yang dapat diaplikasikan atau diterapkan untuk mengatasi  problematik yang ada. Pada kondisi osteoarthritis genu modalitas yang biasa digunakan

antara lain: TENS dan Terapi Latihan Metode Quadriceps Exercise.  b) Modalitas Terpilih

Merupakan semua metode yang sangat tepat, efektif dan efisien dalam mengatasi   problematik pasien untuk mencapai tujuan terapi. Pada kondisi osteoarthritis genu

modalitas yang biasa digunakan antara lain: TENS dan Terapi Latihan Metode Quadriceps Exercise.

c) Modalitas Terlaksana

Adalah intervensi yang karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan atau ketidak tersediannya modalitas yang diterapkan.

(56)

3) Rencana Evaluasi a) Evaluasi Rutin

Evaluasi rutin dilakukan setiap kali terapi untuk mengetahui efek langsung terapi terhadap kondisi umum pasien. Objek evaluasi antara lain tanda vital, nyeri, tanda tropis.  b) Evaluasi Periodik 

Evaluasi periodik dilakukan untuk mengetahui hasil reaksi terhadap terapi yang diberikan. Evaluasi periodik dapat dilakukan setiap setelah 3 kali terapi dengan objek  evaluasi antara lain nyeri, kekuatan otot, keterbatasan gerak sendi, deformitas, spasme otot dan oedem pada sendi lutut.

c) Evaluasi Kumulatif 

Evaluasi kumulatif dilakukan setelah selesai sesi terapi, misalnya setelah 12 kali terapi untuk mengetahui hasil terapi dan mengambil kesimpulan yang akan digunakan sebagai acuan rencana fisioterapi selanjutnya. Objek evaluasi kumulatif pada kondisi OA antara lain: nyeri, kekuatan otot dan keterbatasan gerak.

Gambar

Gambar 1a. Tulang Femur  Gambar 1b. Tulang Femur 
Gambar 2a. Patella tampak  Gambar 2b. Patella tampak 
Gambar 3. Tulang Tibia 5
Gambar 4. Fibula 6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari himpunan data tegas yang diperoleh dalam suatu proses produksi, akan dicari batas pengendalinya dengan menggunakan konsep bilangan kabur segitiga untuk menghasilkan

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut di atas penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu; (1) mengamati pola adaptasi kancil pada kondisi penangkaran, (2)

perkara penting untuk diperhatikan demi keberhasilan sebuah perencanaan, yaitu: 1) Ketelitian dan kejelasan dalam membentuk tujuan; 2) Ketepatan waktu dengan tujuan

Screening and Characterization of a Novel Ruminal Cellulase Gene Umcel-1 from a Metagenomic Library of Gayal Bos frontalis.. Journal of

keterampelan mengadakan varease (variation skills), keterampelan membembeng deskuse kelompok kecel, keterampelan mengajar perorangan dan keterampelan mengelola

Penurunan kepercayaan dari masyarakat yang terus dialami Bank Syariah Mandiri yang cukup signifikan dari tahun 2010 sampai tahun 2012 dalam kategori bank syariah

Pada penelitian ini akan dianalisis konsentrasi radionuklida alam, gross gamma dan gross beta yang terkandung dalam sampel coklat dan susu bubuk dari daerah Jawa Barat, Jawa