• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORENSIK ENGINEERING INFRASTRUKTUR SISTEM JARINGAN AIR MINUM PERDESAAN DI BAWAH PROGRAM PAMSIMAS KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FORENSIK ENGINEERING INFRASTRUKTUR SISTEM JARINGAN AIR MINUM PERDESAAN DI BAWAH PROGRAM PAMSIMAS KABUPATEN LIMA PULUH KOTA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Amalia, K, Hidayat, B and Istijono, B (2017) Forensik Engineering Infrastuktur Sistem Jaringan Air Minum Perdesaan di Bawah Program Pamsimas Kabupaten Lima Puluh Kota. In: Hidayat, B and Purnawan, P (Eds.) Prosiding 4th Andalas Civil Engineering (ACE) Conference 2017, 9 November 2017,

Universitas Andalas, Padang. Jurusan Teknik Sipil Unand, 1-10

Kiki Rizky Amalia1, Benny Hidayat2, Bambang Istijono3 1Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang.

Email: [email protected]

2Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang. Email: [email protected]

3Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang. Email: [email protected]

ABSTRACT

community based program water supply and sanitation is one of the government’s effort to fulfill people necessity for water supply and sanitation access. Community base means community as a planner, executor, manager for the water supply and sanitation infrastructure. The objective of this research is to understand about malfunction factor on constructed infrastructure water supply and sanitation by using forensic management toward location selection, planning process, implementation and managerial (operational, controlling, monitoring and development) in Lima Puluh Kota regency. The research method is field survey and interview. The result of this research shows that every step of this program is inter connected each other, but the planning and operational process become important factor to make malfunction of the above mentioned infrastructure. Here operational has been done, but there were no good collaboration and cooperation between member of BP-SPAMS (Operational Board) and also lack og understanding of people abouts pamsimas program.

Keywords : Water supply, management forensic, community, planning, operational ABSTRAK

Penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat merupakan salah satu upaya Pemerintah dalam memenuhi kebutuhan akses air minum masyarakat. Masyarakat yang menjadi perencana, pelaksana dan yang mengelola sarana tersebut. Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyebab tidak berfungsinya sarana air minum yang telah dibangun, yaitu dengan melakukan forensik manajemen terhadap proses pemilihan lokasi, perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan (pengoperasian, pemeliharaan, pemantauan dan pengembangan) di Kabupaten Lima Puluh Kota. Metode Penelitian dilakukan dengan survey lapangan dan wawancara. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa setiap tahapan saling berkaitan, namun tahap perencanaan dan pengelolaan merupakan tahapan yang menentukan faktor tidak berfungsi sarana tersebut. Disini pengelolaan telah dilakukan, namun belum terjadinya kerjasama yang terorganisir antar anggota BP-SPAMS dan masyarakat, dan juga kurangnya pemahaman masyarakat tentang program Pamsimas.

Kata Kunci : Penyediaan air minum, Forensik manajemen, masyarakat, perencanaan, pengelolaan

(2)

2 1. PENDAHULUAN

Program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (pamsimas), merupakan program pembangunan infrastruktur pemerintah dalam meningkatkan akses masyarakat pedesaan dan peri-urban terhadap fasilitas air minum dan sanitasi yang layak dengan pendekatan berbasis masyarakat. Program seperti Pamsimas ini dibutuhkan oleh masyarakat pedesaan pada umumnya untuk meningkatkan akses pemenuhan sumber daya air minum agar lebih terjangkau dan tentunya dapat menunjang kesejahteraan masyarakat.

Sejak tahun 2008, Kabupaten Lima Puluh Kota telah melaksanakan kegiatan program pamsimas yang hingga tahun 2016 sebanyak 93 lokasi. Berdasarkan laporan pamsimas bulan September tahun 2016 terdapat sebanyak 10 lokasi yang sarana penyediaan air minum tidak berfungsi secara maksimal, bahkan ada yang tidak berfungsi sama sekali, sehingga membuat tidak tercapainya tujuan pelaksanaan program tersebut dan menyebabkan kerugian yang bersifat signifikan. Dari permasalahan diatas, perlu dilakukan forensik manajemen yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi tidak berfungsinya infrastruktur air pada program Pamsimas Kabupaten Lima Puluh Kota dan menemukan solusi untuk perbaikan kedepannya.

2. METODOLOGI 2.1 Studi Literatur

Studi Literatur dilakukan untuk mendapatkan referensi-referensi yang berhubungan dengan penelitian. Referensi-refensi tersebut dapat berupa buku-buku, jurnal, laporan-laporan dan media lainnya yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu tentang forensik manajemen, kegiatan pembangunan sarana penyediaan air minum di masyarakat, pemberdayaan masyarakat, proses kegiatan program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarat (pamsimas) dan infrastruktur dalam pembangunan sarana air minum.

2.2 Pengumpulan Data 2.2.1 Survei Lapangan

Survei lapangan dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung pada wilayah penelitian. Survei yang dilakukan adalah observasi nonpartisipan, karena dalam penelitian ini penulis hanya sebagai pengamat untuk kepentingan data penelitian dan tidak terlibat dengan aktifitas-aktifitas yang sedang dijalani oleh responden. Survei dilakukan dengan mengamati bangunan-bangunan sarana penyediaan air minum dan aktifitas kegiatan operasional sarana air minum masyarakat yang ada di masing-masing lokasi berupa Broncaptering, Intake, Reservoir, Saringan pasir lambat, Perpipaan baik itu pipa transmisi maupun pipa distribusi, Kran umum, Perpompaan, dan Hal-hal lain yang berhubungan dengan penyediaan sarana air minum.

Penelitian dilakukan di enam lokasi, dimana terdapat 3 lokasi yaitu D1, D2, dan D3 yang status sarana penyediaan air minum di desa tersebut berfungsi yaitu sarana tersebut

(3)

3

dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat. Desa D4 dan D5 status sarana penyediaan air minumnya berfungsi sebagian yaitu bebarapa dari sarana air minum yang telah dibangun belum dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan air minum masyarakat secara maksimal. Sarana penyediaan air minum di lokasi D6 tidak berfungsi, karena sarana yang telah dibangun saat ini tidak dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat. Lokasi desa yang menjadi daerah penelitian dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini:

Gambar 1: Lokasi penelitian 2.2.2 Wawancara

Wawancara dilakukan dengan menentukan calon responden yang mengetahui kondisi, permasalahan dan situasi dari tujuan penelitian, Responden terlibat dalam kegiatan program penyediaan sarana air minum dan sanitasi yang diteliti. Responden berjumlah 12 orang setiap lokasinya, 2 orang dari pemerintah daerah dan 1 orang dari konsultan program. Pedamping masyarakat yang menjadi responden di beberapa lokasi ada yang sama, jadi keseluruhan responden berjumlah 69 responden.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Kondisi yang dibangun

Jumlah dana dan pilihan sarana yang dibangun disesuaikan dengan keadaan di masing-masing lokasi. Rincian dana dan sarana penyediaan air minum di setiap lokasi antara lain adalah sebagai berikut:

1. Dana BLM di Jorong Gurun berjumlah Rp. 518.750.000 (lima ratus delapan belas juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah), pembangunan di mulai pada tahun 2009

(4)

4

dengan sarana yang di bangun yaitu 3 unit intake, 2 unit reservoir, 1 saringan pasir lambat, kran umum, jaringan perpipaan. Pada saat ini kondisi intake kedua dan reservoir kedua digunakan pada saat musim kemarau saja, sedangkan kondisi sarana yang ada secara keseluruhan dapat digunakan dengan baik.

2. Dana BLM di Jorong Lompek berjumlah Rp. 400.000.000 (empat ratus juta rupiah) yang pelaksanaan kegiatan dimulai pada tahun 2013 dengan sarana yang dibangun yaitu 3 unit intake, 1 unit reservoir, 1 unit saringan pasir lambat, 1 unit

filter air, 1 unit pompa, jaringan perpipaan dan kran umum. Kondisi sarana air

minum yang ada saat ini berfungsi secara maksimal sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan air minum.

3. Dana BLM di Jorong Tampuang Kodok berjumlah Rp. 375.000.000 (tiga ratus tujuh puluh lima juta rupiah) yang pelaksanaan kegiatan dimulai pada tahun 2013 dengan sarana yang dibangun berupa 1 unit broncaptering, 1 reservoir, 1 unit jembatan pipa, jaringan perpipaan, dan kran umum. Kondisi sarana air minum yang ada saat ini berfungsi secara maksimal sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan air minum.

4. Dana BLM di Jorong Kampung Tangah berjumlah Rp. 462.500.000 (empat ratus enam puluh dua juta lima ratus ribu rupiah) yang pelaksanaan kegiatan dimulai pada tahun 2008 dengan sarana yang dibangun berupa 1 unit intake, 1 unit sumur bor kedalaman 25 m dengan menggunakan sistem pompa, 2 unit reservoir, 1 saringan pasir lambat, kran umum dan jaringan perpipaan. Saat ini kondisi sarana tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal, sumber air baku yang menggunakan sistem pompa tidak dapat dimanfaatkan karena operasional sarana yang cukup tinggi tidak dapat terpenuhi dengan iuran masyarakat.

5. Dana BLM di Jorong Maur berjumlah Rp. 375.000.000 (tiga ratus tujuh puluh lima juta rupiah) yang pelaksanaan kegiatan dimulai pada tahun 2011 dengan sarana yang dibangun berupa 3 unit intake, 1 unit reservoir, kran umum dan jaringan perpipaan. Kondisi sarana tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal karena debit air dari masing-masing intake berkurang, bahkan dari salah satu intake tidak ada airnya lagi, dan air tidak tertampung di reservoir, air yang ada di reservoir hanya ± 5 cm dari dasar lantai.

6. Dana BLM di Jorong taratak berjumlah Rp. 275.000.000 (dua ratus tujuh puluh lima juta rupiah) yang pelaksanaan kegiatan dimulai pada tahun 2014 dengan sarana yang dibangun berupa 2 unit sumur gali kedalaman 12 m, 1 unit reservoir, kran umum dan jaringan perpipaan. Kondisi sarana tersebut tidak dapat dimanfaatkan karena air yang berasal dari sumur gali tidak ada lagi, jikapun ada sangat sedikit, sehingga tidak mencukupi untuk kebutuhan masyarakat.

3.2 Pembahasan

Penelitian dilakukan pada 4 tahapan proses kegiatan pamsimas, yaitu pada tahap pemilihan lokasi, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengelolaan.

(5)

5

Berdasarkan penelitian, didapatkan tahapan yang berpengaruh cukup besar terhadap tidak maksimalnya pemanfaatan sarana penyediaan air minum yang dibangun adalah tahap perencanaan dan pengelolaan. Dari hasil wawancara yang dilakukan dapat dilihat perbedaan keenam lokasi pada tahap perencanaan yang dapat dilihat di tabel 3 berikut:

Tabel 3. Perbedaan hasil wawancara pada tahap Perencanaan

1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Program Air Minum, Kesehatan dan Sanitasi (PJM ProAKSI) dibuat berdasarkan hasil IMAS telah didapatkan sejumlah opsi sarana air minum dan upaya perlindungan daerah tangkapan (sumber air) yang dapat ditawarkan kepada masyarakat, yang disesuaikan dengan kondisi dan potensi yang ada di setiap daerah

√ √ √ √ √ √x

2 PJM ProAKSI mengidentifikasi sumberdaya, baik alam, dana maupun manusia, dan potensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan rencana kegiatan yang sudah disepakati

√ √ √ x x

3 PJM ProAKSI menjelaskan untung-ruginya masing-masing pilihan sarana air minum yang ditawarkan, khususnya penjelasan tentang biaya yang harus dikeluarkan untuk keperluan operasi dan pemeliharaan

x x x x

4 PJM ProAKSI menjelaskan 5 faktor yang mempengaruhi keberlanjutan sarana air minum (teknik, sosial, keuangan, kelembagaan dan lingkungan)

x x x x x

5 Pada PJM ProAKSI telah disepakati kegiatan tahun pertama yang akan menjadi menjadi masukan untuk penyusunan Rencana Kerja Masyarakat (RKM) yang akan dibiayai oleh BLM program Pamsimas

√ √ √ x x

6 Pada PJM ProAKSI didapatkan pemahaman tentang untuk kegiatan apa saja sarana air minum dapat digunakan selain untuk minum dan masak

√ √ √ x √ √

7 Mempertimbangkan jumlah konsumen / pemakai air, peningkatan kebutuhan air-penambahan debit air, penambahan sarana-skala pelayanan

√ √ √ √x x

8 Keputusan yang diambil dalam perencanaan kerja

masyarakat sudah di musyawarahkan kepada masyarakat √ √ √ x √ √ 9 Memperhitungkan kebutuhan air untuk proyeksi 5 sampai

dengan 10 tahun kedepan dengan juga mempertimbangkan pertambahan penduduk penguna layanan air minum

√ √ √ x x x

10 Pembentuk tim pengadaan, yang anggotanya diluar anggota satlak, kkm dan kader, serta tidak ada campur tangan dari pihak luar

√ √ √ √ x

11 Pada RKM ada tahapan upaya yang akan dilakukan terhadap pengelolaan dampak lingkungan yang mungkin ditimbulkan dari kegiatan program (pelestarian daerah tangkapan air)

√ √ √ x x x

12

Perencanaan tentang manajemen masalah dan risiko program seperti tindakan pengaturan, penanganan dan pengendalian termasuk pemantauan terhadap hal-hal yang

(6)

6

berkaitan dengan upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap bencana atau yang menimbulkan gangguan pada tahap pengoperasian prasarana dan sarana pamsimas

Keterangan : √ = dilakukan x = tidak dilakukan √x = ragu-ragu

Sedangkan untuk hasil wawancara pada tahap pengelolaan yaitu tahap pengoperasian, pemeliharaan, pemantauan dan pengembangan dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini:

Tabel 4. Perbedaan hasil wawancara pada tahap Pengelolaan

1

Inspeksi air minum yaitu suatu kegiatan pengamatan dan penilaian terhadap sarana air minum sistem perpipaan, sistem sumur dangkal, sistem sumur dalam

√ √ √ √ x

2

Inspeksi sanitasi pada sistem perpipaan untuk mengamati keberfungsian sarana mulai dari penangkap air, intake, reservoir, pipa transmisi, pipa distribusi pada pengguna atau pada titik pelayanan terakhir

√ √ √ √ √x

3

Keberlanjutan teknis dari kegiatan pamsimas yaitu berfungsinya secara benar dan dapat diandalkan terhadap teknologi serta pelayanan sistem air minum

√ √ √ √x √x x

4 Keberlanjutan teknis dari kegiatan pamsimas yaitu kualitas

air yang memenuhi standar kesehatan √ √ √ √ √ x

5

Keberlanjutan teknis dari kegiatan pamsimas yaitu dapat memberikan pelayanan dengan jumlah air yang memadai secara kontinu

√ √ √ √x √x x

6

Pemanfaat (masyarakat) diberikan pilihan untuk teknologi pelayanan sesuai dengan kemampuan pembiayaan (terjangkau), budaya dan tata cara keseharian

√ √ √ x x

7 Masyarakat mengetahui kondisi dan perkembangan dalam

penyelenggaraan program √ √ √ x x

8

Diberikan peluang kepada masyarakat untuk dapat menguasai aset yang ada, tidak saja pada hak pengelolaan, tetapi juga kepemilikan, agar penyelenggaraan pamsimas dapat menjadi aset yang berkelanjutan dikembangkan oleh masyarakat

√ √ √ x x x

9

Kualitas dan kuantitas sistem penyediaan air minum merupakan tanggung jawab masyarakat bersama dengan badan pengelola yang telah ditunjuk

√ √ √ x x

10 Pemeliharaan perlindungan daerah tangkapan air (P-DTA)

untuk menjaga ketersediaan air baku x √ √ x x x

11

Daerah-daerah sumber air dilarang digunakan untuk pemanfaatan secara berlebihan dan mengeksplorasi di luar kepentingan konservasi sumber daya air

√ √ √ x x

12

BP-SPAMS bersama masyarakat menetapkan tarif/iuran pemanfaatan sarana air minum dan sanitasi untuk pengoperasian dan pemeliharaan

(7)

7

13 Dana BP-SPAMS untuk membiayai operasi, pemeliharaan

dan pengembangan √ √ √ x x x

14

Dana tambahan untuk biaya operasional, biaya pemeliharaan dan perbaikan penyediaan air minum, honor petugas

√ √ √ x x x

15

Dana kegiatan operasional dan pemeliharaan terencana untuk menjaga agar sarana yang telah dibangun tetap dapat berfungsi dengan baik

√ √ √ x x x

16

Pengurus BP-SPAMS membuat pelaporan keuangan

secara rutin dan

pengadministrasian dokumen secara tertib setiap bulannya

√ √ √ x x x

17

Kader AMPL membantu pemerintah desa menyusun laporan tiga bulanan dan tahunan mengenai kinerja SPAMS dan BP-SPAMS kepada pemerintah kecamatan dan asosiasi pengelola SPAMS perdesaan

x x x x

18

Pelaporan dan evaluasi pertanggungjawaban secara berkala kegiatan operasional dan pemeliharaan sarana air minum, serta biaya dan manfaatnya

√ √ √ x x x

19

Terbentuk kelompok masyarakat yang mampu mengelola dan mengembangkan prasarana air minum terbangun secara mandiri dan berkelanjutan

√ √ √ x x x

Keterangan : √ = dilakukan x = tidak dilakukan √x = ragu-ragu

Dari hasil survei lapangan dan wawancara yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan tidak berfungsinya atau berfungsi sebagian disetiap tahapannya antara lain dapat dilihat pada tabel 5 berikut:

Tabel 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi tidak berfungsinya sarana penyediaan air minum

Faktor Yang Mempengaruhi Tidak Berfungsinya Sarana Penyediaan Air Minum

1 Pemilihan Lokasi

1 Proses identifikasi masalah dan analisa situasi (IMAS) pada tahap awal mengenai kondisi sumber daya alam, sumber daya manusia, kondisi sosial ekonomi dan budaya, serta analisa kebutuhan air minum masyarakat yang masih belum sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

2 Kurangnya peran masyarakat dalam proses IMAS dan sosialisasi-sosialisasi tentang pengenalan program dan proses kegiatan pamsimas, yang berdampak sebagian dari masyarakat belum memahami proses kegiatan yang akan dilakukan.

2 Perencanaan

1 Kurangnya pemahaman masyarakat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Program Air Minum, Kesehatan dan Sanitasi (PJM ProAKSI) mengenai opsi sarana air minum (kegiatan-kegiatan, biaya, tanggung jawab, untung-rugi), upaya perlindungan daerah tangkapan air, faktor yang mempengaruhi keberlanjutan sarana air minum, kegiatan tahun pertama yang akan dilaksanakan, serta penyesuaian PJM ProAKSI dengan kondisi masyarakat.

2 Identifikasi potensi sumber air baku yang belum sesuai dengan kondisi alam dan kondisi masyarakat, seperti pemilihan sumber air baku yang ada, dipengaruhi

(8)

8

Faktor Yang Mempengaruhi Tidak Berfungsinya Sarana Penyediaan Air Minum sulitnya menemukan potensi sumber air baku yang sesuai dengan kebutuhan.

3 Pemilihan rencana sarana dan prasana yang belum sesuai dengan kondisi alam dan kondisi sosial, budaya dan ekonomi masyarakat. Seperti pemilihan sumber air baku yang mengunakan sistem pompa disebagian lokasi

4 Tidak adanya izin yang sesuai dalam penggunaan lahan dari pemilik.

5 Kurangnya pemahaman masyarakat dalam hal perencanaan, ditunjukkan dengan adanya perbedaan tahapan antara yang dilakukan fasilitator dan masyarakat, seperti dalam hal rencana sarana yang akan dibangun dan rencana anggaran biaya, meskipun telah mendapatkan pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan penyelenggaraan program pamsimas, sebagian masyarakat masih menyerahkan perencenaan yang ada di daerahnya kepada pendamping masyarakat.

6 Belum adanya rencana perlindungan daerah tangkapan air yang tepat di beberapa lokasi, karena sebagian lokasi sumber air berada di hutan yang telah dikeliling perpohonan pada saat perencanaan.

7 Kurangnya pemahaman tentang perencanaan manajemen masalah dan risiko program seperti tindakan pengaturan, penanganan dan pengendalian termasuk pemantauan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap bencana atau yang menimbulkan gangguan pada tahap pengoperasian prasarana dan sarana pamsimas.

3 Pelaksanaan

1 Perubahan desain yang direncanakan dengan yang dilaksanakan.

2 Kurangnya pemahaman dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui pelatihan mengenai teknis penyediaan sistem air minum, manajemen pengelolaan, keuangan dan adiministrasi serta hal-hal lainnya dalam proses kegiatan pamsimas.

3 Belum adanya kegiatan pemeliharaan perlindungan daerah tangkapan air seperti melakukan kegiatan penanaman kembali pasca konstruksi.

Pengoperasian, Pemeliharaan, Pemantauan dan Pengembangan

1 Belum maksimalnya inspeksi air minum dan sanitasi yang dilakukan oleh pemerintah disebagian tempat, hal ini juga dipengaruhi oleh pendapat pengelola BP-SPAMS yang terkadang menutupi kondisi yang sebenarnya ada di desa mereka.

2 Tidak adanya kegiatan operasional, maupun pemeliharaan yang rutin

3 Kurangnya peran serta tanggung jawab BP-SPAMS dalam mengoperasikan sistem pelayanan air minum, memonitor kuantitas dan kualitas air yang dihasilkan, serta melakukan tindakan yang diperlukan apabila terjadi kebocoran.

4 Tidak adanya keberlanjutan teknis dari kegiatan karena sarana yang telah dibangun tidak dapat digunakan secara maksimal dan tidak dapat memenuhi kebutuhan akan air minum masyarakat

5 Kurangnya pemahaman masyarakat tentang sistem sarana penyediaan air minum yang telah dibangun, sehingga masyarakat berpikir sarana tersebut belum sesuai dengan kondisi sosial dan ekonomi mereka, bahkan mereka tidak mengetahui kondisi dan perkembangan sarana air minum yang ada.

6 Masyarakat juga belum bertanggung jawab sepenuhnya terhadap sarana penyediaan air minum yang ada di desa mereka. Sebagian masyarakat lebih mementingkan pemenuhan kebutuhan pribadi daripada kebutuhan bersama, sehingga terjadi penyalahgunaan dalam pemanfaat air minum yang ada.

7 Kurangnya pemeliharaan masyarakat terhadap lingkungannya, salah satunya terhadap pemeliharaan sumber daerah resapan air, seperti banyaknya pembukaan lahan pertanian baru di daerah tersebut. Akan tetapi hal itu juga sangat dibutuhkan

(9)

9

Faktor Yang Mempengaruhi Tidak Berfungsinya Sarana Penyediaan Air Minum masyarakat dalam pemenuhan kondisi ekonomi mereka.

8 Belum sesuainya tarif iuran masyarakat sehingga dana yang ada tidak mencukupi untuk kegiatan pengoperasiaan, pemeliharaan dan pengembangan, hal ini sangat berdampak terhadap keberlanjutan pemanfaatan sarana yang ada.

9 Tidak adanya pelaporan pertanggung-jawaban masyarakat mengenai kegiatan operasional dan pemeliharaan, serta laporan keuangan di masyarakat.

10 Kurangnya kerjasama antara pengurus BP-SPAMS dengan masyarakat, sehingga masyarakat tidak mengetahui hal-hal mengenai penyelenggaraan kegiatan yang ada. .

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Faktor yang mempengaruhi kelancaran proses kegiatan penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat di setiap lokasi umumnya terjadi pada tahap pengelolaan, dimana kurangnya sumber daya masyarakat yang mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam memahami setiap proses kegiatan yang ada sehingga mempengaruhi tingkat iuran msyarakat untuk pengelolaan sarana penyediaan air minum tersebut.

2. Perlunya peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap proses kegiatan pamsimas, dan menimbulkan rasa kepemilikan masyarakat terhadap sarana penyediaan air minum yang ada sehingga masyarakat mampu untuk memanfaatkan sarana tersebut secara efisien dan semaksimal dalam pemenuhan kebutuhan air minum. Masyarakat hendaknya dapat lebih memahami setiap program pemerintah untuk kesejahteraan mereka, sehingga masyarakat diharapkan mampu menjaga dan memelihara fasilitas yang telah dibangun, serta memanfaatkan fasilitas tersebut dengan baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

3. Lokasi yang tidak berfungsi atau berfungsi sebagian mempengaruhi kinerja dari penyelenggaraan program Pamsimas yang ada. Namun, lokasi-lokasi tersebut selalu diberikan bimbingan dan arahan untuk memperbaiki kondisi sarana penyediaan air minum dan memperbaiki kelembagaan yang ada dimasyarakat, dengan membuat perencanaan kembali yang dapat diajukan kepada Pemerintah, sehingga Pemerintah mempertimbangkan apakah lokasi tersebut dapat diberikan bantuan kembali atau tidak.

5. DAFTAR PUSTAKA

Afriadi, Taufik dan Wahyono, Hadi, 2012. Partisipasi Masyarakat dalam Penyedian

Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di Kecamatan Simpur Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Jurnal Pembangunan Wilayah & Kota,

(10)

10

Pamsimas, Fieldbook proses identifikasi masalah dan analisis situasi, PAMSIMAS, 2010.

Insani, Safira, 2016. Efektivitas Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis

Masyarakat (PAMSIMAS) di Temanggung, Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi

Negara, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta.

Kholiq, Abdul, 2014. Evaluasi Keberhasilan Program Air Minum dan Sanitasi

(PAMSIMAS) di Kabupaten Tegal dan Kabupaten Brebes, Thesis Magister

Teknik Sipil, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Majalengka, Jawa Barat

Nahor, Josmar Lambok Banjar, 2010. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kegagalan

dan Keberhasilan Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum di Desa Wuran dan Tarinsing Kabupaten Barito Timur, Thesis Magister Teknik Pembangunan

Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 18 / PRT / M / 2012 tentang Pedoman Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum

Gambar

Gambar 1: Lokasi penelitian  2.2.2 Wawancara
Tabel 3. Perbedaan hasil wawancara pada tahap Perencanaan
Tabel 4. Perbedaan hasil wawancara pada tahap Pengelolaan
Tabel 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi tidak berfungsinya sarana penyediaan air  minum

Referensi

Dokumen terkait

Ada perbedaan nilai rerata post-test siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu setelah diajarkan menggunakan media pembelajaran grafis dan media pembelajaran audio-visual

Maka dari itu dibangunlah sebuah aplikasi yang dapat membantu masyarakat untuk menemukan informasi tersebut, yakni dengan menggunakan aplikasi BaViT (Bandung Visit

Tujuan dari pembahasan LCA ini adalah untuk mengetahui tahapan proses mana yang memberikan dampak terhadap lingkungan cukup besar dari proses produksi kipas

Atribut penting yang teridentifikasi berdasarkan pengukuran kepuasan dan kategori Kano adalah ketepatan waktu keberangkatan sesuai jadwal (kategori one-dimensional), fasilitas

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh asam humik terhadap pertumbuhan tanaman inang dan produksi spora cendawan mikoriza arbuskula pada media bersalinitas tinggi dalam

-(Dalam keadaan normal) untuk menampung keperluan oksigen sel-sel badan. [Maksima 5 markah] -latihan

Tampaknya realitas kehidupan Callie di dunia modern yang memiliki orangtua bercerai membuatnya mudah bersimpati dengan nasib Amelia si gadis kecil yang ternyata adalah anak hasil

Pasal 80 UU Nomor 11 tahun 2012 disebutkan bahwa Anak yang telah menjalani ½ dari lamanya pembinaan di dalam lembaga dan tidak kurang dari 3 bulan berkelakuan baik berhak