• Tidak ada hasil yang ditemukan

FONOLOGI BAHASA DAYAK MENTERAP KABUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FONOLOGI BAHASA DAYAK MENTERAP KABUT"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

FONOLOGI BAHASA DAYAK MENTERAP KABUT

Frans Winarno, Firman Susilo, Hotma Simanjuntak

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan

e-mail: franzwno@yahoo.co.id

Abstrak: Judul penelitian ini adalah “Fonologi Bahasa Dayak Menterap Kabut”. Penelitian ini

bertujuan sebagai pendeskripsian aspek fonetik dan fonemik bahasa Dayak Menterap Kabut. Penelitian fonologi termasuk ke dalam penelitian lingusitik struktural, metode penelitiannya deskriptif dengan bentuk penelitian kualitatif. Data dalam penelitian ini berupa bunyi-bunyi bahasa dalam bahasa Dayak Menterap Kabut dengan sumber data adalah bahasa yang dituturkan oleh penutur asli bahasa Dayak Menterap Kabut yang diperoleh melalui pengamatan dan pencatatan lapangan secara langsung. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua teknik dasar, yaitu teknik sadap dan teknik pancing. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Bunyi vokal berjumlah sepuluh, yaitu: [i], [u], [u:], [e], [], [o], [o:], [], [a], dan [a:]. 2. Bunyi konsonan berjumlah 25, yaitu: [p], [p>], [b], [t], [t>], [d], [c], [j], [k], [k>], [], [g], [s], [h], [m], [pm], [n], [tn], [[l], [w], dan [y]3. Bunyi diftong berjumlah empat, yaitu: [ay], [aw], [iw], dan [uy]. 4. Fonem vokal berjumlah tujuh, yaitu: /i/, /u/, /e/, //, /o/, /a/, dan /a:/. 5. Fonem konsonan berjumlah 18: yaitu: /p/, /b/, /t/, /d/, /c/, /j/, /k/, /g/, /s/, /h/, /m/, /n/, //,/////l/, /w/, dan /y/. 6. Diftong berjumlah empat, yaitu: /ay/, /aw/, /iw/, dan /uy/. Kata kunci : fonologi, fonetik, fonemik

Abstact: The little of this research is “Phonology of Menterap Kabut Language”. The purpose of

this research is as the tool to describe the phonetics and phonemics aspect of Dayak Menterap Kabut. Phonology research is a part of structural language research wheter the method used in this research is descriptive with qualitative research form. The data are the sounds in Dayak Menterap Kabut Language the source of the data is the language while the source of the data is the language spoken by the native speaker of Dayak Menterap Kabut Language. The data were taken by observation and field note. The tachnique of data collecting was conducted with two technique, they are bug dan bouch technique. Based on the result of this research, the writer concluded that: 1. there are ten vocal sounds, they are: [i], [u], [u:], [e], [], [o], [o:], [], [a], dan [a:]. 2. there are twenty five conconant sounds, they are: [p], [p>], [b], [t], [t>], [d], [k], [k>], [], [g], [c], [j], [s], [h], [m], [pm], [n], [tn], [[l], [w], dan [y]. 3. there are four diphthongs, they are: [ay], [aw], [iw], dan [uy]. 4. they are seven vocal phonemics, they are /i/, /u/, /e/, //, /o/, /a/, dan /a:/. 5. they are eighteen conconant phonemics, they are: /p/, /b/, /t/, /d/, /c/, /j/, /k/, /g/, /s/, /h/, /m/, /n/, //,/////l/, /w/, dan /y/. 6. there are four diphthong, they are: /ay/, /aw/, /iw/, dan /uy/.

(2)

ahasa tidak terlepas dari kehidupan manusia. Bahasa sebagai alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan karena dengan bahasa manusia dapat berbicara mengenai apapun, baik yang disenangi maupun yang tidak disenangi. Bahasa digunakan untuk menimbulkan suasana gembira, jenuh, marah, dan sebagainya. Aktivitas manusia tidak dapat berlangsung tanpa bahasa. Pada era sekarang ini, semakin tinggi peradaban manusia maka semakin tinggi pula intensitas penggunaan bahasa yang didukung kemajuan teknologi. Pendekatan bahasa sebagai bahasa ini sejalan dengan ciri-ciri hakiki bahasa, yaitu: 1) bahasa adalah bunyi ujaran 2) bahasa bersifat unik 3) bahasa adalah suatu sistem 4) bahasa dapat berubah dari waktu ke waktu dan 5) bahasa bersifat empiris.

Dalam struktur internal bahasa, selain linguistik makro, ada juga linguistik mikro. Subdisiplin ilmu linguistik mikro, di antaranya fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikologi, subdisiplin ilmu linguistik yang paling mendasar adalah fonologi. Fonologi adalah bidang ilmu linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya (Kridalaksana, 1982:45). Pembahasan fonologi mencakup dua bidang kajian, yaitu fonetik dan fonemik.

Bangsa Indonesia memiliki keberagaman bahasa, dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa bahasa nasional. Setiap bahasa memiliki keunikannya sendiri, seperti: bahasa Batak, bahasa Melayu, bahasa Jawa, dan banyak lagi. Bahasa Dayak Menterap adalah satu di antara bahasa daerah diantara sekian banyak bahasa daerah di Indonesia yang juga memiliki satuan bahasa yang membedakannya dengan bahasa lainnya. Perbedaan paling mendasar dapat dilihat dari segi fonologi, yaitu unsur fonetik dan fonemik bahasa itu sendiri.

Bahasa Dayak Menterap Kabut berbeda dengan beberapa bahasa lainnya di sepanjang Sungai Sekadau. Dalam hal ini, bahasa Dayak Menterap Kabut banyak memerlihatkan perbedaan terutama dari aspek bunyi bahasanya. Perbedaan ini cukup menarik perhatian untuk dikaji lebih dalam karena bahasa Dayak Menterap Kabut setidaknya memperlihatkan ciri-ciri yang spesifik (Alloy dkk., 2008:233) Misalnya, dalam bahasa Dayak Menterap Kabut terdapat bunyi-bunyi panjang, seperti: [ci:pm] ‘cium’ dan [:k] ‘pintu’. Perubahan bunyi [i:] dan [:] merupakan bunyi panjang. Bunyi [i:] dan [:] diartikulasikan lebih lama. Inilah yang menjadikan bahasa Dayak Menterap Kabut memiliki keunikan dan kekhasannya sendiri.

Bahasa Dayak Menterap Kabut dituturkan oleh masyarakat Dayak Menterap Kabut yang bermukim di daerah Kecamatan Nanga Mahap, Kabupaten Sekadau. Suku ini menyebut identitasnya sebagai orang Menterap Kabut karena dulunya tinggal di Sungai Menterap. Mereka bermigrasi ke hulu Sungai Sekadau. Suku Dayak Dayak Menterap Kabut termasuk ke dalam rumpun Dayak Pantai yang bermukim di daerah aliran sungai (Alloy dkk., 2008:51). Suku Dayak Menterap Kabut menyebar di tiga kampung sepanjang sungai sekadau., yaitu di Kampung Landau Kumpai, Sei Mayong, dan Sei Pandak.

Kehidupan maysarakat yang dinamis berpengaruh terhadap penggunaan bahasa itu sendiri. Seiring berjalannya waktu, bahasa Dayak Menterap Kabut yang sudah mulai terpengaruh oleh bahasa-bahasa lain. Masuknya pengaruh bahasa luar ke dalam masyarakat tidak terlepas oleh beberapa faktor. Satu di antaranya yang paling dominan adalah akibat perkawinan campur. Perkawinan campur sebagai hal yang lumrah terjadi di kalangan masyarakat Dayak dan turut berkontribusi terhadap penggunaan bahasa yang ada (Alloy dkk., 2008: xxii). Berdasarkan keaslian bahasa Dayak Menterap Kabut dan dengan pertimbangan bahwa kehidupan sosial masyarakatnya yang masih utuh maka peneliti memutuskan mengambil daerah penelitian di Kampung Landau Kumpai.

(3)

Metode

Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori linguistik strukutural. Terori ini memandang bahasa sebagai suatu kesatuan sistem yang memiliki struktur sendiri. Terori struktur memandang setiap bahasa sebagai suatu sistem hubungan, yang unsur-unsurnya adalah bunyi dan kata (Lyons, 1995:78). Dengan demikian, permasalahan yang hendak dipecahkan dalam penelitian ini, maka penelitian ini didasarkan pada teori bahwa analisis fonologi mencakup dua satuan aspek analisis, yaitu fonetik dan fonemik.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif diarahakn sebagai prosedur pemecahan masalah yang akan diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek yang diteliti secara apa adanya sesuai dengan fakta pada saat penelitian dilakukan. Metode deskriptif menyarankan bahwa penelitian yang dilakukan semata-mata berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya, seingga dihasilkan atau dicatat berupa pemberian bahasa yang dikatakan sifatnya seperti potret, paparan seperti apa adanya (Sudaryanto, 1993:62).

Dengan metode deskriptif, penelitian dilakukan semata-mata berdasarkan fakta atau fenomena yang memang hidup pada penuturnya. Dalam hal ini, metode dekriptif memberikan gambaran yang objektif tentang fonologi bahasa Dayak Menterap Kabut yang akan dianalisis sesuai dengan faktor pemakaian sebenarnya dari bahasa Dayak Menterap Kabut.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kulaitatif merupakan bentuk penelitian yang menggambarkan suatu keadaaan dengan uraian. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka (Moleong, 2005:11). Pendekatan kualitatif memiliki ciri-ciri berlatar alamiah, bersifat deskriptif, lebih mengutamakan proses daripada hasil, dan analisis data bersifat induktif.

Data dalam penelitian ini berupa bunyi-bunyi bahasa dalam bahasa Dayak Menterap Kabut. Sumber data dalam penelitian ini adalah bahasa yang dituturkan oleh penutur asli bahasa Dayak Menterap Kabut. Subjek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah masyarakat asli penutur bahasa Dayak Menterap Kabut. Namun, tidak semua masyarakat asli penutur bahasa Dayak Menterap Kabut mempunyai kedudukan yang sama. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data yang valid, peneliti menggunakan dua orang informan.

Metode sebagai cara kerja haruslah dijabarkan sesuai dengan alat dan sifat alat yang dipakai. Jabaran metode sesuai dengan alat beserta sifat alat yang dimaksud disebut ”teknik”. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data. Strategi penyediaan data dilakukan dengan dua teknik dasar, yaitu teknik sadap dan teknik pancing (Sudaryanto, 1988a:26).

Alat pengumpul data dalam penelitian ini disesuaikan dengan teknik-teknik yang digunakan. Adapun alat pengumpul data yaitu. berupa daftar pertanyaan yang disertai dengan penunjukkan gambar dan peragaan (penggunaan bahasa tubuh dan alat lain).

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode padan. Metode padana adalah metode analisis bahasa yang alatnya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13). Metode padan dalam penelitian ini alat penentunya berupa organ wicara (metodenya fonetis artikkulatoris) yang didasarkan pada toeri bahwa analisis fonologi mencakup dua satuan analisis, yaitu fonetik dan fonemik.

Hasil analisis data pada penelitian ini disajikan dengan dua metode, yaitu: metode informal dan metode formal (Sudaryanto, 1993:145-146). Metode informal dimanfaatkan untuk menyajikan hasil analisis data yang berupa kata-kata biasa, sedangkan metode formal dimanfaatkan untuk menyajikan hasil analisis data yang berupa lambang-lambang.

(4)

Hasil dan Pembahasan A. Fonetik

Fonetik merupakan ilmu yang mengkaji bunyi-bunyi tanpa memperhatikan fungsinya untuk membedakan arti (Verhaar,1982:12). Fonetik yang dibahas dalam penelitian ini adalah fonetik organis (artikulatoris atau fisiologis). Fonetik organis mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara menghasilkan bunyi bahasa. Bunyi bahasa atau bunyi ujaran dihasilkan oleh alat-alat ucap manusia seperti pita suara, lidah, dan bibir. Pembahasan fonetik organis meliputi: deskripsi bunyi vokal dan konsonan, diftong, dan deret dalam bahasa Dayak Menterap Kabut.

1. Deskripsi Vokal

Bunyi vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan oleh arus udara dari paru-paru melalui pita suara dan penyempitan pada saluran suara di atas glottis. Vokal dalam bahasa Dayak Menterap Kabut yaitu: [i], [u], [u:], [e], [],[o], [o:], [], [a], dan [a:]. Deskripsi vokal dalam bahasa Dayak Menterap dijabarkan sebagai berikut.

a. Bunyi [i] adalah vokal tinggi depan tak bulat. Vokal ini terbentuk dengan kedua bibir agak terentang ke samping. Berikut contoh:

[bnih] ‘benih’ KDS 27 [si] ‘isi’ KBD 700 [cip>] ‘tiup’ KBD 194

[buwih] ‘memperoleh’ KBD 131 [buwit>] ‘pantat’ KBD 136

[ayi‘air’ KDS 2 ‘bawa’KBD 50

‘curi’ KBD 160 [bni] ‘istri’ KDS 95 [wi] ‘rotan’ KBD 834

b. Bunyi [u] adalah vokal tinggi belakang bulat. Vokal ini dibentuk dengan meninggikan lidah dan kedua bibir agak maju dan sedikit membundar. Pembentukan bunyi [u:] sama dengan [u], perbedaannya bunyi [u:] diartikulasikan lebih lama daripada bunyi [u] . Berikut contoh:

[uwu] ‘hulu’ KBD 820

[uwatn] ‘bagian depan perahu’ KBD 821

uk>] ‘beri’ KDS 30 [sawu‘anjing’ KDS 7 [panciyuk ‘pancung’KBD 538 ‘biar’ KBD 740 [cu] ‘bakar’ KDS 16 [bu:] ‘bulu’KDS 38 [pu:t>] ‘ketan’ KBD 515

[gu:k>] ‘kepala botak’ KBD 231

c. Bunyi [e] adalah vokal sedang depan takbulat. Vokal ini dibentuk dengan daun lidah dinaikkan, tetapi agak lebih rendah daripada vokal [i]. Vokal ini disertai dengan bentuk bibir yang netral, artinya tidak terentang dan juga tidak membundar. Berikut contoh:

[bayk>] ‘balik’ KDS 17 ‘habis’ KBD 82 ayl] ‘memancing’ KBD 586 [cpe] ‘bagaimana’ KDS 14 [bpe‘beberapa’ KDS 23 ‘betis’ KBD 120 [sayetn‘salin’ KBD 659 [p‘apa’ KDS 8 [te] ‘kita’ KDS 105

d. Bunyi [] adalah vokal sedang tengah takbulat. Vokal ini dibentuk dengan bagian lidah agak dinaikkan pada bagian tengah dan dengan bentuk bibir yang nertal. Berikut contoh vokal:

[mnsaw] ‘alis’ KBD 395 [kmk‘bengkak’ KDS 26 [tkaytn] ‘takin’ KBD 796 [gday]‘marah’KBD 232 [gta] ‘gatal’ KBD 218 ‘kepiting’ KBD 307 [ksa] ‘lumayan’ KBD 298 [dh] ‘tidak ada’ KBD 182 [n‘mama’ KBD 428  ‘pelan’ KBD 475

(5)

e. Bunyi [o] adalah vokal sedang belakang bulat. Vokal ini dibentuk dengan kedua bibir agak maju ke depan dan agak membundar serta belakang lidah agak meninggi, tetapi agak lebih rendah dan kurang bundar daipada vokal [u]. Pembentukan bunyi [] dan [:] sama dengan [], perbedaannya bunyi [] diartikulasikan setengah bulat dan bunyi [:] diartikulasikan lebih lama daripada bunyi []. Berikut contoh:

‘hilang’ KBD 446 [cop‘bagaimana’ KDS 14 ‘lepas’ KBD 469 [ju ‘bosan’ KBD 472 [aws] ‘haus’ KBD 8 [dy] ‘sana’KBD 199 [ptay] ‘lihat’ KDS 129 [key] ‘engkau’ KDS 70 [b:s] ‘beras’ KBD 89 :] ‘mulut’ KDS 143

f. Bunyi [a] adalah vokal rendah tengah bulat. Vokal ini dibentuk dengan cara bagian tengah lidah agak merata dan mulut pun terbuka lebar. Pembentukan bunyi [a:] sama dengan [u], perbedaannya bunyi [a:] diartikulasikan lebih lama daripada bunyi [a] Berikut contoh:

[amat>] ‘lama’ KBD 4 [akay] ‘suami’ KBD 41 [muwak‘kembali’ KBD 397 iyatn] ‘bunyi’ KBD 690 [piyatn] ‘belum’ KBD 505 [pak>] ‘demam’ KBD 517 [ma] ‘ayah’ KDS 13 [ba:] ‘orang’ KBD 47 :>‘ambil’ KBD 7 [a:s] ‘alas’ KBD 17 2. Deskripsi Konsonan

Bunyi konsonan adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan menghambat aliran udara pada satu di antara tempat di saluran suara di atas glotis. Konsonan bahasa Dayak Menterap Kabut yaitu: [p], [p>], [b], [t], [t>], [d], [k], [k>], [], [g], [c], [j], [s], [h], [m], [pm], [n], [tn], [], [], [k]. [], [l], [w], dan [y].Berikut konsonan dalam bahasa Dayak Menterap Kabut. Deskripsi konsonan dalam kata bahasa Dayak Menterap Kabut dijabarkan sebagai berikut.

a. Bunyi [p] adalah konsonan hambat bilabial tak bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan bibir atas dan bawah terkatup rapat. Udara dari paru-paru tertahan sebentar. Pembentukan bunyi [p>] sama dengan [p], perbedaannya bunyi [p>] diartikulasikan dengan kedua bibir tertutup dan arus udara ditahan. Berikut contoh:

[p‘apa’ KDS 8 [pahut] ‘lutut’ KDS 133 [pohaw] ‘perahu’ KBD 577 [pu:k‘tempurung’ KBD 646 ‘berapa’ KDS 23 ‘lepas’ KBD 469 [bpay] ‘masak’ KBD 139 [tmp‘tempa’ KBD 892 :>‘ambil’ KBD 8 >‘depan’ KBD 215

b. Bunyi [b] adalah konsonan hambat bilabial bersuara. Konsonan ini di bentuk dengan bibir atas dan bibir bawah terkatup rapat. Udara di paru-paru tertahan sebentar. Berikut contoh:

[baw] ‘abu’ KDS 1 [bu:] ‘bulu’ KDS 38 :s] ‘balas’ KBD 105 ‘bantal’ KBD 116 [ba:k‘batal’ KBD 121 ‘padam’ KBD 146 [baa‘sebentar’ KBD 148 [b‘tercecer’ KBD 157 [obuk‘rebung’ KBD 559

c. Bunyi [t] adalah konsonan hambat dental tak bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan menempelkan ujung lidah pada gusi untuk menghambat udara dari paru-paru dan kemudian

(6)

dilepaskan. Pembentukan bunyi [t>] sama dengan [t], perbedaannya bunyi [t>] diartikulasikan dengan ujung lidah masih tetap melekat pada gigi. Berikut contoh:

‘atas’ KBD 847 [tay] ‘hati’ KDS 81 [ta] ‘kata’ KBD 814 ‘ayahnya kakek’ KBD 209 [pontaw] ‘kuburan’ KBD 602 >‘panas’ KDS 149 [kuwit>] ‘kulit’ KDS 117 [onsot>] ‘lansat’ KBD 542 >‘pantat’ KBD 145

d. Bunyi [d] adalah konsonan hambat alveolar bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan menempelkan ujung lidah pada gusi untuk menghambat udara dari pari-paru dan kemudian dilepaskan. Berikut contoh:

‘ayahnya kakek’ KBD 209 ‘dulu’ KBD 185 [da:h] ‘darah’ KDS 51 [da:pm] ‘dalam’ KBD 190 [d‘di’ KBD 200 >‘berhadapan’ KBD 117 [sidya‘mereka’ KDS 141 [sudu‘sendok makan’ KBD 752 [tduk‘tutup’ KBD 888

e. Bunyi [k] adalah konsonan hambat velar tak bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan menempelkan bagian belakang lidah pada langit-langit lunak untuk menghambat udara dari paru-paru dan kemudian dilepaskan. Pembentukan bunyi [k>] sama dengan [k], perbedaannya bunyi [k>] diartikulasikan dengan pangkal lidah masih tetap melekat pada langit-langit lunak. Berikut contoh:

[ka‘akar’ KDS 3 KDS 3 ‘kakak’ KBD 378 [kiyuk‘ekor’ KBD 330 [kay] ‘kaki’ KBD 325 [ks] ‘cepat’ KBD 527 [kay] ‘kering’ KDS 113 ‘tempat’ KBD 138 [sa:k>] ‘gonggong’ KBD 730 [ju:k>] ‘jolok’ KBD 297 [kosk>] ‘pasir’ KDS 151

f. Bunyi [] adalah hambat glottal tak bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan merapatkan posisi pita suara sehingga menutup glottis dengan menghalangi penuh arus udara pada pangkal tenggorokan. Berikut contoh:

[ayi] ‘air’ KDS 2 [sawu‘anjing’ KDS 7 [na‘anak’ KDS 5 ‘ayahnya kakek’ KBD 191 ‘kakek/nenek’ KBD 425 ‘antar’ KBD 16 ‘abang’ KBD 335

g. Bunyi [g] konsonan hambat velar bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan menempelkan bagian belakang lidah pada langit-langit lunak untuk menghambat udara dari paru-paru dan kemudian dilepaskan. Berikut contoh:

[gma‘bingung’ KBD 238 [gesah] ‘cerita’ KBD 231 [g‘cari’ KBD 262 [ga:h] ‘galah’ KBD 251

[gu:>‘kepala botak’ KBD 258 [go:p>] ‘petang’ KBD 260

[bagawot] ‘bercengkerama’ KBD 125 [cgh] ‘cegah’ KBD 177

[ga] ‘harga’ KBD 532 [cgp>] ‘tangkap’ KBD 182 ‘sentuh’ KBD 850

(7)

h. Bunyi [c] adalah konsonan afrikat palatal tak bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan menempelkan daun lidah pada langit-langit keras untuk menghambat udara dari paru-paru dan kemudian dilepaskan. Berikut contoh:

[cop‘bagaimana’ KDS 14 [cu] ‘bakar’ KDS 16 [cipm] ‘cium’ KDS 46 [ck>] ‘cecak’ KBD 166 [co:p>] ‘dingin’ KDS 63 [com‘kotor’ KDS 115 [cgp>] ‘tangkap’ KBD 182 [tacik‘cacing’ KBD 817 [acitn] ‘licin’ KDS 127 ‘pecah’ KBD 625

i. Bunyi [j] adalah konsonan afrikat palatal bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan menempelkan daun lidah pada langit-langit keras untuk menghambat udara dari paru-paru dan kemudian dilepaskan. Berikut contoh:

[jmpawu‘bayam’ KBD 284 [jay ] ‘tangani’ KBD 304 [jahat>] ‘jelek’ KBD 291 [ju:k>] ‘jolok’ KBD 297 :] ‘jala’ KBD 301 ‘biar’ KBD 740 [bjay] ‘belajar’ KBD 109 [ju‘bosan’ KBD 526 ‘kerja’ KBD 307 [mjuk>] ‘terjun’ KBD 465

j. Bunyi [s] adalah konsonan frikatif alveolar tak bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan menempelkan ujung lidah pada gusi sambil melepaskan udara lewat samping lidah sehingga menimbulkan bunyi desis. Berikut contoh:

[sawu‘anjing’ KDS 7 ‘isi’ KBD 732 [sigya‘liar’ KBD 735 [suwak>] ‘lobang air’ KBD 736 [osuk‘lesung’ KBD 543

[busuk‘tulah’ KBD 158 [pos] ‘hapus’ KDS 80 [oms] ‘lemas’ KBD 550 ‘tulis’ KBD 872

k. Bunyi [h] adalah konsonan frikatif glotal tak bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan melewatkan arus udara di antara pita suara yang menyempit sehingga menimbulkan bunyi desis tanpa dihambat oleh tempat lain. Berikut contoh:

[htn] ‘berbagi sama besar’ KBD 273 [hay] ‘iya’ KBD 269 [haw] ‘tahu’ KBD 268 [muhu] ‘muka’ KBD 450 [pohaw] ‘perahu’ KBD 577 ‘berubah’ KBD 98 ‘buat’ KBD 421 [tmah] ‘ikut’ KBD 844 ‘jangan’ KBD 76 [puh] ‘kejar’ KBD 594

l. Bunyi [m] adalah konsonan nasal bilabial bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan kedua bibir dikatupkan, kemudian arus udara dilepaskan melalui rongga hidung. Pembentukan bunyi [pm] sama dengan [m], perbedaannya bunyi [pm] diartikulasikan dengan menghambat arus udara yang dikeluarkan dari rongga hidung. Berikut contoh:\

‘buat’ KBD 421 ‘bohong’ KBD 440 [muwak‘kembali’ KBD 447 [bumuk‘bubungan’ KBD 130 ‘kelambu’ KBD 375 [amat>] ‘lama’ KBD 4 [omay] ‘ramai’ KBD 555 dpm] ‘diam’ KBD 672 [ka:pm] ‘karam’ KBD 384 [sipm] ‘musim’ KBD 740

m. Bunyi [n] adalah konsonan nasal alveolar bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan cara menempelkan ujung lidah pada gusi untuk menghambat udara dari paru-paru dan kemudian

(8)

dikeluarkan lewat rongga hidung. Pembentukan bunyi [tn] sama dengan [n], perbedaannya bunyi [tn] diartikulasikan dengan menghambat arus udara yang dikeluarkan dari rongga hidung. Berikut contoh:

[na‘anak’ KDS 5 KDS 5 ‘kakek/nenek’ KBD 485 [n‘mama ‘ KBD 498 [kn‘betul’ KBD 343 ‘keluang’ KBD 356 [knap>] ‘kecoa’ KBD 393 [onsayi‘robek’ KBD 562 KBD 562 [saytn] ‘asin’ KBD 741 [omutn] ‘embun’ KBD 534 iyatn] ‘suara’ KBD 698

n. Bunyi [] adalah konsonan nasal palatal bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan menempelkan bagian depan lidah pada langit-langit keras untuk menahan udara dari paru-paru dan kemudian dikeluarkan melalui rongga hidung sehingga terjadi persengauan. Berikut contoh:

uk>] ‘beri’ KDS 30

u:h] ‘menyuluh’ KBD 659 ampay] ‘sangkut’ KBD 668 a:k>] ‘mengonggong’ KBD 665

opuh] ‘menempa besi’ KBD 667

‘antar’ KBD 17 [baa‘sebentar’ KBD 148 ‘bernafas’ KBD 99

>‘hanyut’ KBD 51

[pak‘panjang’ KBD 575

o. Bunyi [] adalah konsonan nasal velar bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan menempelkan bagian belakang lidah pada langit-langit lunak dan kemudian dilepaskan melalui rongga hidung. Berikut contoh:

ah] ‘om (sapaan)’ KBD 685 ‘baring’ KDS 19

ayi‘buang air besar’ KBD 689

:pm] ‘pagi’ KBD 695 [pak>] ‘demam’ KBD 608 [kay] ‘kering’ KDS 113 [piyatn] ‘piring’ KBD 616 [:k‘elang’ KBD 528 [kiyuk‘ekor’ KBD 330 [a:k‘halang’ KBD 21

p. Bunyi [] adalah konsonan getar uvular. Konsonan ini dibentuk bila artikulator aktif yang menyebabkan bergetarnya udara itu adalah pangkal lidah dan articulator pasifnya adalah anak tekak. Berikut contoh:

tk>] ‘garis tangan’ KBD 649 wak‘rahang’ KBD 561 uwat>] ‘urat’ KBD 562 [gk>] ‘jakun’ KBD 227 [ct>] ‘ingin’ KBD 162 ‘sore’ KBD 468 [apa‘lapar’ KBD 41 [jk‘jengkol’ KBD 290 [kaka‘tipu’ KBD 411

q. Bunyi [l] adalah konsonan lateral alveolar bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan menempelkan ujung lidah pada gusi dan mengeluarkan udara melewati samping lidah. Sementara itu pita suara dalam keadaan bergetar. Berikut contoh:

[li‘hilir’ KBD 416 [lawk>] ‘lauk’ KBD 375 ‘bela’ KBD 438 [slwa‘calana’ KBD 742 [sliyup>] ‘sandal’ KBD 757 ‘silau’ KBD 775 ‘pilu’ KBD 623 [powl] ‘penis’ KBD 604 [buwl] ‘bual’ KBD 126 [kayel] ‘pancing’ KBD 402

(9)

r. Bunyi [w] adalah konsonan semivokal bilabial bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan mendekatkan kedua bibir tanpa menghalangi udara yang dihembuskan dari paru-paru. Berikut contoh:

[wih] ‘dapat’ KBD 926 [wi] ‘rotan’ KBD 928 [wa‘ular’ KBD 927 [slwa‘celana’ KBD 742

s. Bunyi [y] adalah konsonan semivokal palatal bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan mendekatkan depan lidah pada langit-langit keras, tetapi tidak sampai menghambat udara yang keluar dari paru-paru. Berikut contoh:

[yya] ‘ia’ KDS 90

[yuwa‘kakak (sapaan)’ KBD 925 [yuwak‘orang’ KBD 921 [aya‘layar’ KBD 34 [pya‘lumpur’ KBD 643 [bayapm] ‘main’ KDS 134 [oya] ‘raya’ KBD 554 [kuyu‘pipi’ KBD 397 >‘tempoyak’ KBD 642 3. Deskripsi Diftong

Diftong adalah vokal yang berubah kualitasnya pada saat pengucapannya. Dalam sistem tulisan diftong dilambangkan dengan dua huruf vokal. Kedua huruf vokal itu tidak dapat dipisahkan (Alwi, dkk. 2003: 52). Bunyi diftong dibentuk apabila keadaan posisi lidah sewaktu mengucapkan bunyi vokal yang satu dengan bunyi vokal yang lainnya saling berbeda. Bunyi diftong dalam Dayak Menterap ada empat, yaitu [ay], [aw], [iw], dan [uy]. Berikut beberapa contoh diftong.

a. Diftong [ay] [pay] ‘api’ KDS 9 KDS 9 ‘bermain’ KBD 691 [pay] ‘gotong royong’ KBD 598 ‘hilang’ KBD 446

b. Diftong [aw] [pohaw] ‘perahu’ 557 [mnsaw] ‘alis’ KBD 443 [bahaw] ‘bahu’ KBD 136 [kaw] ‘saya’ KDS 166 [haw] ‘tahu’ KBD 268 c. Diftong [iw] [tmiw] ‘apung’ KDS 10

[biw] ‘biru’ KBD 108 d. Diftong [uy] [tauy] ‘payung’ KBD 911

[buy] ‘kelereng’ KBD 137

4. Deskripsi Deret

a. Deret Vokal

Setiap vokal pada deretan vokal mendapatkan hembusan nafas yang sama atau hampir sama (Alwi, dkk. 2003: 52). Vokal yang berurutan masing-masing bersifat silabis, jadi masing-masing vokal merupakan anggota suku yang berlainan dan apabila dilafalkan akan terdengar bunyi

(10)

konsonan luncuran [w] atau [y]. Berikut contoh deret vokal dalam bahasa Dayak Menterap Kabut.

1) Deret vokal [iu] [diyup>] ‘hidup’ KDS 83 [tiyuk] ‘hitung’ KDS 87 2) Deret vokal [ia] [siyap>] ‘hisap’ KDS 85

[aciyak>] ‘becek’ KBD 24 3) Deret vokal [i] [jiy] ‘hijau’ KDS 84

[siy] ‘pisau’ KBD 797

4) Deret vokal [ui] ‘tulis’ KBD 872 >‘pantat’ KBD 145

5) Deret vokal [u] [puws] ‘pulas’ KBD 634 [buwl] ‘bual’ KBD 126 6) Deret vokal [ua] ‘upah’ KBD 645

‘sudah’ KBD 202

7) Deret vokal [e] [dy‘situ’ KDS 61

[key] ‘engkau’ KDS 70 8) Deret vokal [a] [nmyat>] ‘berulah’ KBD 486

  ‘perempuan’ KDS 155

9) Deret vokal [a] [sigya‘liar’ KBD 735

[skya] ‘masing-masing’ KBD 795 10) Deret vokal [ [kyh] ‘kayuh’ KBD 383

[dy] ‘sana’ KBD 218

11) Deret vokal [ou] [kowup>] ‘benam’ KBD 355 [pwuh] ‘keringat’ KBD 570 12) Deret vokal [a] [awtn] ‘awan’ KDS 12

[dawtn] ‘daun’ KDS 53 13) Deret vokal [ai] [ayi] ‘air’ KDS 2

[ayi‘buang air besar’ KBD 689 14) Deret vokal [au] [sawu] ‘anjing’ KDS 7

[dawu] ‘dulu’ KBD 185 15) Deret vokal [ae] [ayetn] ‘angin’ KDS 6

[bayek>] ‘baik’ KDS 15 b. Deret Konsonan

Berbeda dengan kluster, tidak semua deretan konsonan itu membentuk kluster (Alwi, dkk. 2003: 52-53). Masing-masing konsonan mempunyai satu hembusan nafas dan termasuk dalam suku kata yang berbeda. Berikut contoh deret konsonan dalam bahasa Dayak Menterap Kabut. 1) Deret Konsonan [mp] [jmpawu] ‘bayam’ KBD 284

[cmpo] ‘campur’ KBD 176 2) Deret Konsonan [nt] [bnta] ‘bantal’ KBD 116

[nintik] ‘membidik’ KBD 509 3) Deret Konsonan [k] [pka] ‘guntur’ KBD 599

(11)

[tukuwap>] ‘menular’ KBD 908 4) Deret Konsonan [ns] [bunsu] ‘anak termuda’ KBD 92

[mnsaw] ‘alis’ KBD 443

5) Deret Konsonan [nc] [kunco] ‘aduk’ KBD 351 [planca] ‘pembohong’ KBD 597

B. Fonemik

Fonemik dapat didefinisikan sebagai kajian mengenai sistem fonem suatu bahasa (Kridalaksana, 2008:56). Fonem itu sendiri merupakan satuan bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan fonem memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem juga dapat dibatasi sebagai suatu unit bunyi yang signifikan. Pembahasa fonemik meliputi: fonem dan alofonnya, realisasi diftong, dan suku kata.

1. Vokal dan Alofon

Vokal dalam bahasa Dayak Menterap Kabut terbagi dalam tujuh vokal, yaitu: /i/, /u/, /e/, //, /o/, /a/, dan /a:/. Berikut fonem vokal dan alofon bahasa Dayak Menterap Kabut

a. Fonem /i/

Fonem /i/ hanya mempunyai satu alofon, yaitu [i]. Alofon [i] terdapat pada tengah dan akhir suku kata. Berikut contoh:

[siy] ‘pisau’ KBD 797 [bnih] ‘benih’ KDS 27 [bci‘benci’ KBD 134 [bni] ‘istri’ KDS 95 [buwi] ‘kelereng’ KBD 137 b. Fonem //

Fonem // mempunyai dua alofon, yaitu [u] dan [u:]. Alofon /u/ terdapat pada awal, tengah dan akhir suku kata. Berikut contoh:

[uwat>] ‘ulat’ KBD 822 [uwatn] ‘depan perahu’ KBD 852 uh] ‘benar’ KDS 25 uk>] ‘beri’ KDS 30 ] ‘ladang’ KBD 420 [muhu] ‘muka’ KBD 421

Fonem /u/ dilafalkan [u:] jika terdapat pada awal, tengah, dan akhir suku kata. Berikut contoh.

[u:tn]‘pemimpin’ KBD 823 [u:‘ulur’ KBD 8826 [u:t>] ‘urut’ KBD 851

[gu:k>] ‘kepala botak’ KBD 231

[gu:tn] ‘jerami’ KBD 228 [pu:] ‘peluru’ KBD 537 [bu:] ‘bulu’ KDS 38 c. Fonem /e/

Fonem /e/ hanya mempunyai satu alofon, yaitu [e]. Alofon [e] berada pada tengah dan akhir suku kata. Berikut contoh:

[bes] ‘habis’ KBD 52 [gesah] ‘cerita’ KBD 208

[bajtak>] ‘lebih dari banyak’ KBD 55

[p ‘apa’KDS 8 [te] ‘kita’ KDS 105 [ne] ‘mana’KDS 59 d. Fonem //

Fonem // hanya mempunyai satu alofon, yaitu []. Alofon [] berada pada tengah dan akhir suku kata. Berikut contoh alofon []. Berikut contoh:

(12)

[kmpak ‘anak luar nikah’ KBD 308 [mnsaw] ‘alis’ KBD 395 ‘bermain’ KBD 595 [n‘mama’ KBD 4428  ‘pelan’ KBD 475 [tup‘tupai’ KBD 752 e. Fonem //

Fonem // mempunyai tiga alofon, yaitu [], [o:], dan []. Fonem /o/ dilafalkan [o] jika terdapat pada awal, tengah, dan akhir suku kata. Berikut contoh:

‘hilang’ KBD 438 [okuk ‘leher’ KDS 124 [kosk>] ‘pasir’ KDS 151

[tokuk‘potong’ KDS 159 [nugo] ‘menanam padi’ KBD 433 [ho] ‘tua’ KBD 236

Fonem /o/ dilafalkan [o:] jika terdapat pada awal, tengah, dan akhir suku kata. Berikut contoh: [o:k] ‘pintu’ KBD 477 [:] ‘olok’ KBD 476 [go:p>] ‘petang’ KBD 233 :‘besok’ KBD 301 [sn:] ‘sendawa’ KBD 693 [:] ‘mulut’ KDS 143

Fonem /o/ dilafalkan [] jika terdapat pada awal, tengah, dan akhir suku kata. Berikut contoh:

[ju‘bosan’ KBD 472 [ks] ‘cepat’ KBD 473 [g‘cari’ KBD 205

[htn] ‘cara berbagi sama rata’ KBD 243 [bunt] ‘busuk’ KDS 44

[m] ‘paman’ KBD 398 f. Fonem //

Fonem // mempunyai satu alofon, yaitu [. Alofon [a] terdapat pada awal, tengah, dan akhir suku kata. Berikut contoh:

 ‘ilalang’ KBD 16

[amat>] ‘lama’ KBD 24 [pay] ‘api’ KDS 9

[sawu ‘anjing’ KDS 7 [ksa] ‘lumayan’ KBD 298 [ka] ‘ke (kata depan) KBD 715 g. Fonem /a:/

Fonem /a:/ mempunyai satu alofon, yaitu [a:]. Alofon terdapat pada awal, tengah, dan akhir suku kata. Berikut contoh:

[a:k] ‘halang’ KBD 1 [a:p>] ‘ambil’ KBD 7 [ba:k] ‘tidak jadi’ KBD 76

[ka:pm] ‘karam’ KBD 340 [ba:] ‘orang’ KBD 47

[ka:] ‘kalajengking’ KBD 204

2. Konsonan dan Alofon

Konsonan dalam bahasa Dayak Menterap Kabut terbagi dalam delapan belas macam, yaitu /p/, /b/, /t/, /d/, /c/, /j/, /k/, /g/, /s/, /h/, /m/, /n/, //, //, //, /l/, /w/, dan /y/. Berikut konsonan dan alofon dalam bahasa Dayak Menterap Kabut.

a. Fonem /p/

Fonem /p/ mempunyai dua alofon, yaitu [p] dan [p>]. Alofon [p] adalah alofon yang lepas, kedua bibir yang terkatup dibuka untuk menghasilkan bunyi. Alofon [p] terdapat pada posisi awal suku kata. Berikut contoh:

(13)

[p‘apa’ KDS 8 [pay] ‘api’ KDS 10 [pu:t>] ‘ketan’ KBD 515

[kmpak‘anak di luar nikah’ KBD 308 ‘kumpul’ KBD 334

[kpa‘kapar’ KBD 341

Alofon [p>] adalah alofon tak lepas, kedua bibir terkatup untuk beberapa saat sebelum pembentukan bunyi berikutnya. Alofon [p>] terdapat pada akhir suku kata. Berikut contoh:

[sap>] ‘asap’ KDS 11 :>‘ambil’ KBD 7 [kowup>] ‘benam’ KBD 313 [c:p>] ‘dingin’ KDS 63 >‘depan’ KBD 196 [diyup>] ‘hidup’ KDS 83 b. Fonem /b/

Fonem /b/ hanya mempunyai satu alofon, yaitu [b]. Alofon [b] terdapat pada awal suku kata. Berikut contoh:

[baw] ‘abu’ KDS 1

[bunsu] ‘anak termuda’ KBD 86 [bu:] ‘bulu’ KDS 38

[bu:k‘burung’ KDS 43 [tubuwah] ‘utuh’ KBD 801 [baba] ‘berlama-lama’ KBD 44 c. Fonem /t/

Fonem /t/ mempunyai dua alofon, yaitu [t] dan [t>]. Alofon [t] adalah alofon lepas. Alofon ini terdapat pada awal suku kata. Berikut contoh:

‘biar’ KBD 740 [tay] ‘hati’ KDS 81 [t:tn] ‘telan’ KBD 761

[gotak>] ‘jembatan’ KBD 229 >‘omelan’ KBD 805

Alofon [t>] adalah alofon tak lepas. Alofon ini terdapat pada akhir suku kata. Berikut contoh: [pu:t>] ‘ketan’ KBD 515 > ‘hangat’ KBD 582 >‘ibunya kakek’ KBD 830 [ct>] ‘ingin’ KBD 153 [amat>] ‘lama’ KBD 4 [a:t>] ‘lalat’ KBD 25 d. Fonem /d/

Fonem /d/ hanaya mempunyai satu alofon, yaitu [d]. Alofon [d] ini terdapat pada awal suku kata. Berikut contoh:

‘ayahnya kakek’ KBD 191 [da:h] ‘darah’ KDS 51 a: ‘dalam’ KBD 58 ‘bermain’ KBD 595 dpm] ‘diam’ KBD 580 ‘gila’ KBD 631 e. Fonem /c/

Fonem /c/ hanya mempunyai satu alofon, yaitu [c]. Alofon ini ini terdapat pada awal suku kata. Berikut contoh:

[cu] ‘bakar’ KDS 16 [ci:pm] ‘cium’ KDS 46 [cO:tn] ‘cangkir’ KBD 158 [planca‘pembohong’ KBD 506 [paciyak>] ‘ketiak’ KBD 509 [acitn] ‘licin’ KDS 127 f. Fonem /j/

Fonem /j/ hanya mempunyai satu alofon, yaitu [j]. Alofon ini terdapat pada awal suku kata. Berikut contoh:

(14)

[jmpawu‘bayam’ KBD 253 [juk‘hujung’ KBD 254 [ja:tn] ‘jalan’ KDS 98 ‘biar’ BD 740 [bjay] ‘belajar’ KBD 109 [kjiyapm] ‘nyamuk’ KBD 532 g. Fonem /k/

Fonem /k/ mempunyai tiga alofon, yaitu [k], [k>], dan []. Alofon [k] adalah alofon lepas dan terdapat pada awal suku kata. Berikut contoh:

[kmpak‘anak luar nikah’ KBD 308 :‘besok’ KBD 301

[kpat>] ‘penghalang’ KBD 282

[tukuwap>] ‘menular’ KBD 804 [akay] ‘suami’ KBD 41

Alofon [k>] merupakan alofon tak lepas dan terdapat pada akhir suku kata. Berikut contoh: >‘banyak’ KBD 70 uk>] ‘beri’ KBD 571 [bu:k>] ‘buruk’ KDS 42 [ck>] ‘cecak’ KBD 157 [pak>] ‘demam’ KBD 517 [sa:k>] ‘gonggong’ KBD 630 Alofon [] terdapat pada akhir suku kata. Berikut contoh:

[ayi] ‘air’ KDS 2 [sawu‘anjing’ KDS 7 ‘kakek/nenek’ KBD 425 [jmpawu‘bayam’ KBD 253 [gma ‘bingung’ KBD 213 ‘bohong’KBD 393 h. Fonem /g/

Fonem /g/ hanya mempunyai satu alofon, yaitu [g]. Alofon [g] terdapat pada awal suku kata. Berikut contoh: [gma‘bingung’ KBD 238 [g‘cari’ KBD 262 [guwo] ‘gula’ KBD 241 [[gta] ‘gatal’ KBD 218 [ga;h] ‘galah’ KBD 251 i. Fonem /s/

Fonem /s/ hanya mempunyai satu alofon, yaitu [s]. Alofon [s] terdapat pada awal dan akhir suku kata. Berikut contoh:

[sawu‘anjing’ KDS 7 ‘gila’ KBD 631 [mnsaw] ‘alis’ KBD 395 KBD 392 ‘habis’KBD 82 [b:s] ‘beras’ KBD 89 j. Fonem /h/

Fonem /h/ hanya mempunyai satu alofon, yaitu [h]. Alofon [h] terdapat pada awal dan akhir suku kata. Berikut contoh:

[htn] ‘cara berbagi sama rata’KBD 243 [hay] ‘iya’ KBD 240 ‘mertua’ KBD 819 [pohaw] ‘perahu’ KBD 490 uh] ‘benar’ KDS 25 [wih] ‘dapat’ KBD 832 k. Fonem /m/

Fonem /m/ mempunyai dua alofon, yaitu [m] dan [pm]. Alofon [m] terdapat pada awal suku

kata. Berikut contoh: [ma] ‘ayah’ KDS 13 [mnsaw] ‘alis’ KBD 395 ‘bohong’ KBD 393

[kmpak ‘anak di luar nikah’ KBD 308 [gma ‘bingung’ KBD 213

(15)

Alofon [pm] merupakan bunyi hambat nasal. Alofon [pm] hanya terdapat pada akhir suku kata. Berikut contoh:

:‘besok’ KBD 301 [ci:pm] ‘cium’ KDS 46 dpm] ‘diam’ KBD 580  ‘kepiting’ KBD 307 :pm] ‘pagi’ KBD 599 tpm] ‘panen padi’ KBD 600 l. Fonem /n/

Fonem /n/ hanya mempunyai dua alofon, yaitu [n] dan [tn] . Alofon [n] terdapat pada awal suku kata. Berikut contoh:

[nmyat>] ‘berulah’ KBD 426 [n‘mama’ KBD 428

[nugo] ‘menanam padi’ KBD 433

‘keluang’ KBD 314 [pontaw] ‘kuburan’ KBD 511 [onsayi‘robek’ KBD 465

Alofon [tn] merupakan bunyi hambat nasal. Alofon [tn] hanya terdapat pada akhir suku kata. Berikut contoh:

[htn] ‘berbagi sama rata’ KBD 234 [ja:tn] ‘jalan’ KDS 98

[hutn] ‘pohon’ KBD 239

[huwatn] ‘tuan’ KBD 241 [t:tn] ‘telan’ KBD 761

[uwatn] ‘bagian depan perahu’ KBD 821

m. Fonem //

Fonem // hanya mempunyai satu alofon, yaitu []. Alofon [] terdapat pada awal suku kata. Berikut contoh: uk>] ‘beri’ KBD 571 u‘itu’ KBD 565 [k‘menyerang’ KBD 566  ‘antar’ KBD 16 ‘bermain’ KBD 595 [pwa ‘napas’ KDS 146 n. Fonem //

Fonem // mempunyai dua alofon, yaitu [] dan [k]. Alofon [] terdapat pada awal suku kata. Berikut contoh:

ah] ‘om (sapaan)’ KBD 685 ay] ‘baring’ KDS 19

uh] ‘benar’ KDS 25

[pak>] ‘demam’ KBD 517

[pay] ‘gotong royong’ KBD 506 ‘terlena’ KBD 411

Alofon [k] merupakan bunyi hambat nasal. Alofon [k] hanya terdapat pada akhir suku kata. Berikut contoh:

[kmpak‘anak luar nikah’ KBD 308

[:k‘pintu’ KBD 477 [bumuk ‘bubungan’ KBD 122 [a:k ‘halang’ KBD 21 [ompuk ‘ringan’ KBD 463 [tduk‘tutup’ KBD 783 o. Fonem //

Fonem // hanya mempunyai satu alofon, yaitu []. Alofon [] terdapat pada awal dan akhir suku kata. Berikut contoh:

otk>] ‘garis tangan’ KBD 558 [ay] ‘lari’ KBD 557

[kk>] ‘gigit’ KDS 76

[pay] ‘gotong royong’ KBD 507 [pka‘guntur’ KBD 508

[kaka ‘tipu’ KBD 367 p. Fonem /l/

Fonem /l/ hanya mempunyai satu alofon, yaitu [l]. Alofon [l] terdapat pada awal dan akhir suku kata. Berikut contoh:

(16)

[li‘hilir’ KBD 374 [losu] ‘malas’ KBD 376 [sliyu‘kuku’ KDS 116

[tlik‘trenggiling’ KBD 753 [buwl] ‘bual’ KBD 126

[kayel] ‘pancing’ KBD 403

q. Fonem /w/

Fonem /w/ hanya mempunyai satu alofon, yaitu [w]. Alofon [w] terdapat pada awal suku kata. Berikut contoh.:

[wih] ‘dapat’ KBD 832 [wi] ‘rotan’ KBD 834 [wa‘ular’ KBD 833 [slwa‘celana’ KBD 641 ‘tumpah’ KBD 141 [uwu] ‘hulu’ KBD 820 r. Fonem /y/

Fonem /y/ hanya mempunyai satu alofon, yaitu [y]. Alofon [y] terdapat pada awal suku kata. Berikut contoh:

[yya] ‘ia’ KDS 90

[yawu] ‘belum lama’ KBD 829 [yuwa] ‘kakak’ KBD 831

[gyawu‘garuk’ KBD 224 [bayapm] ‘main’ KDS 134 [kuyu‘pipi’ KBD 353

3. Realisasi Diftong

Realisasi diftong dalam bahasa Dayak Menterap Kabut adalah sebagai berikut. a. Diftong /ay/

Realisasi diftong /ay/ yang umum adalah [ay] yang terdapat pada posisi akhir kata. Berikut contoh:

 ‘bermain’ KBD 595 [pay] ‘gotong royong’ KBD 507 ‘hilang’ KBD 438

b. Diftong /aw/

Realisasi diftong /aw/ yang umum adalah [aw] yang terdapat pada posisi akhir kata. Berikut contoh:

[mnsaw] ‘alis’ KBD 395 [pontaw] ‘kuburan’ KBD 511 [pohaw] ‘perahu’ KBD 490 c. Diftong [iw]

Realisasi diftong /iw/ yang umum adalah [iw] yang terdapat pada posisi akhir kata. Berikut contoh:

[amiw] ‘jeruk’ KBD 21  ‘ribu’ KBD 12 [tmiw] ‘apung’ KDS 10 d. Diftong [uy]

Realisasi diftong /uy/ yang umum adalah [uy] yang terdapat pada posisi akhir kata. Berikut contoh:

[tauy] ‘payung’ KBD 911 [buy] ‘kelereng’ KBD 137

(17)

4. Struktur Suku Kata

Kata dasar dalam bahasa Dayak Menterap Kabut umumnya terdiri atas dua dan tiga suku kata, tetapi ada juga yang bersuku kata empat. Berikut struktur suku kata dalam bahasa Dayak Menterap Kabut.

a. Struktur kata bersuku Satu

VK /ap/ ‘ambil’ KBD 16

KV /pe/ ‘apa’ KDS 8

KVK /sap/ ‘asap’ KDS 11

b. Struktur kata bersuku dua

V-KV /-m/ ‘pelan’ KBD 475 V-VK /a-n/ ‘awan’ KBD 12 V-KVK /a-l ‘alir’ KDS 4 VK-KVK /-kay/ ‘kering’ KDS 113 KV-V /yi-a/ ‘dia’ KBD 920 KV-VK /a-l/ ‘memancing’ KBD 586 KV-KV /k-sa/ ‘lumayan’ KBD 395 KV-KVK /p-k/ ‘pikir’ KDS 157 KVK-KV /s-ka/ ‘sangka’ KBD 786

KVK-KVK /to-ku/ ‘potong’ KDS 159

c. Struktur kata bersuku tiga

V-KV-VK /a-ci-ak/ ‘becek’ KBD 24

VK-KV-VK /an-ti-a/ ‘lintang’ KBD 27

KV-KV-VK /--/ ‘berubah’ KBD 98

KV-KV-KV /k-mu-di/ ‘belakang perahu’ KBD 354

KVK-KV-V /s-k-a/ ‘masing-masing’ KBD 795

KV-KV-KVK /s-l-wa/  ‘calana’ KBD 742 KVK-KV-VK /jm-pa-u/  ‘bayam’ KBD 284 KV-KVK-KVK /p-lan-ca/  ‘pembohong’ KBD 597 d. Struktur kata bersuku empat

KV-KV-KV-V /k-m-a- / ‘kemarau’ KBD 345 KVK-KV-KV-V /s-ki-di-o/ ‘sendok nasi’ KBD 753 KV-KV-KV-VK /s-ma-da-i/  ‘sembarang’ KBD 773

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada fonologi bahasa Dayak Menterap Kabut, dapat disimpulkan sebagai berikut. Deskripsi fonetik bahasa Dayak Menterap Kabut sebagai berikut. Bunyi vokal bahasa Dayak Menterap Kabut berjumlah sepuluh bunyi, yaitu: [i], [u], [u:], [e], [], [o], [o:], [], [a:], dan [a]. Bunyi konsonan bahasa Dayak Menterap Kabut berjumlah 25, yaitu: [p], [p>], [b], [t], [t>], [d], [c], [j], [k], [k>], [g], [], [s], [h], [m], [pm], [n], [tn], [Bunyi diftong bahasa Dayak Menterap Kabut, yaitu: [ay], [aw], [iw], dan [uy]. Deskripsi fonemik bahasa Dayak Menterap Kabut dideskripsikan sebagai berikut. Fonem vokal berjumlah tujuh, yaitu: /i/, /u/, /e/, //, /o/, /a/, dan /a:/. Fonem konsonan

(18)

berjumlah 18, yaitu: /p/, /b/, /t/, /d/, /c/, /j/, /k/, /g/, /s/, /h/, /m/, /n/, //,/////l/, /w/, dan /y/Diftong bahasa Dayak Menterap Kabut berjumlah empat, yaitu /ay/, /aw/, /iw/, dan /uy/. Deret vokal dalam dalam berjumlah 14 deret, yaitu: iu, ia, iui, u ua, ea, ou, aai, au, dan ae. Deret konsonan berjumlah empat, yaitu: mp, nt, k, dan ns. Konsonan luncuran [w] atau [y] berdistribusi di antara deret vokal, bunyi tersebut dalam sistem fonem diabaikan dan dikembalikan kepada inti fonem tersebut. Struktur suku kata bahasa Dayak Menterap Kabut adalah VK, KV, dan KVK.

Daftar Rujukan

Alloy, Surjani dkk. 2008. Mozaik Dayak Kegeragaman Subsuku dan Bahasa Dayak di Kalimantan Barat. Pontianak: Institut Dayakologi.

Alwi, Hasan dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Lyons, Jhon. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Moleong, Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sudaryanto. 1988. Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data (Bagian Kedua). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Inspirasi yang dapat ditarik dari perspektif historis tersebut adalah: (i) terciptanya dinamika yang digerakkan olek aktor untuk melakukan perubahan struktural yang telah

dari pusat layanan kesehatan rujukan persalinan, rendahnya pengetahuan dan sikap masyarakat, serta masih banyaknya kasus persalinan muda (di bawah usia 18 tahun) sangatlah

Semua kegiatan yang merupakan amanah peraturan perundang-undangan dalam berbagai bentuk yang pada intinya merupakan representasi yang harus dilakukan oleh lembaga Legislatif Daerah,

Pengadaan Lemari Kayu keperluan Bagian Distribusi ,Penyimpanan dan Penghapusan Biro Perlengkapan dan Pengelolaan Aset Pengadaan Gordyn keperluan Kantor PKK.. Pengadaan Lemari

Dengan demikian fungsi transportasi udara untuk berbagai kegiatan sangat diperlukan, salah satu kebutuhan moda ransportasi udara dapat dilayani di Bandar Udara Kelas

To examine the accuracy of the analytical estimates of trap density needed to control a tsetse population, we ran a series of simulations with the radius of attraction

[r]