ABSTRAK
ABSTRAK
Microservice
Microservice adalah arsitektur perangkat lunak yang disusun dari komponen independen kecil
adalah arsitektur perangkat lunak yang disusun dari komponen independen kecil
yang masing-masing berjalan dengan prosesnya sendiri namun saling berinteraksi melalui
yang masing-masing berjalan dengan prosesnya sendiri namun saling berinteraksi melalui
mekasime jaringan. Aplikasi Pengelolaan Keuangan Desa adalah aplikasi yang harus mengelola 5
mekasime jaringan. Aplikasi Pengelolaan Keuangan Desa adalah aplikasi yang harus mengelola 5
(lima) tahapan proses Pengelolaan Keuangan Desa untuk memenuhi kebutuhan Kepala Desa dan
(lima) tahapan proses Pengelolaan Keuangan Desa untuk memenuhi kebutuhan Kepala Desa dan
Perangkat Desa dalam menjalankan tugasnya. Namun arsitektur yang digunakan oleh aplikasi di
Perangkat Desa dalam menjalankan tugasnya. Namun arsitektur yang digunakan oleh aplikasi di
Desa Kertawangi masih terbungkus dalam satu
Desa Kertawangi masih terbungkus dalam satu package
package besar, dilihat nya jika ada kegagalan
besar, dilihat nya jika ada kegagalan
dalam satu proses akan berpengaruh pada proses lainnya dan menyulitkan
dalam satu proses akan berpengaruh pada proses lainnya dan menyulitkan dalam pemulihan
dalam pemulihan
aplikasi. Arsitektur
aplikasi. Arsitektur Microservice
Microservice akan diterapkan dalam aplikasi Pengelolaan Keuangan Desa di
akan diterapkan dalam aplikasi Pengelolaan Keuangan Desa di
Desa Kertawangi karena dalam Pengelolaan Keuangan Desa terdapat banyak layanan pada setiap
Desa Kertawangi karena dalam Pengelolaan Keuangan Desa terdapat banyak layanan pada setiap
proses yang dilakukan
proses yang dilakukan maka
maka microservice
microservice ini sangat cocok untuk diterapkan. Pada penerapannya
ini sangat cocok untuk diterapkan. Pada penerapannya
akan menggunakan 2 (dua) tahap proses awal dari pengelolaan keuangan desa yaitu perencanaan
akan menggunakan 2 (dua) tahap proses awal dari pengelolaan keuangan desa yaitu perencanaan
dan pelaksanaan dengan cakupan pad
dan pelaksanaan dengan cakupan pada proses perencanaan yaitu RPJM, RKP, dan APBDes, untuk
a proses perencanaan yaitu RPJM, RKP, dan APBDes, untuk
proses pelaksanaan yaitu Pendapatan, Belanja, Pembiayaan.
proses pelaksanaan yaitu Pendapatan, Belanja, Pembiayaan.
Kata kunci : Pengelolaan Keuangan Desa, Arsitektur Microservice
Kata kunci : Pengelolaan Keuangan Desa, Arsitektur Microservice
ABSTRACT
ABSTRACT
Microservice
Microservice is a software architecture that is composed of small independent components that
is a software architecture that is composed of small independent components that
each run with the process by themselves but interact with each other through network mech
each run with the process by themselves but interact with each other through network mech anism.
anism.
Application of Village Financial Management is an application that can manage
Application of Village Financial Management is an application that can manage 5 stages of Village
5 stages of Village
Finance Management process to meet the needs of Village Head and Village Device in carrying
Finance Management process to meet the needs of Village Head and Village Device in carrying
out its duties. However, the architecture used by the application in Kertawangi Village is still
out its duties. However, the architecture used by the application in Kertawangi Village is still
wrapped up in a large package where if there is a failure in one process will affect other processes
wrapped up in a large package where if there is a failure in one process will affect other processes
that will be difficult if there are obstacles and also in application development. Microservice
that will be difficult if there are obstacles and also in application development. Microservice
architecture will be applied in the Village Finance Management
architecture will be applied in the Village Finance Management application in Kertawangi Village
application in Kertawangi Village
because
because in
in the
the Village
Village Financial
Financial Management
Management there
there are
are many
many services
services in
in every
every process d
process done
one so
so
this microservice is very suitable to be applied. In its application will use 2 stages of the initial
this microservice is very suitable to be applied. In its application will use 2 stages of the initial
process
process of
of village
village financial
financial management
management that
that is
is planning
planning and
and implementation
implementation with
with coverage
coverage on
on
planning
planning process
process that
that is
is RPJM,
RPJM, RKP,
RKP, and
and APBDes,
APBDes, for
for the
the implementation
implementation process
process that
that is
is
Revenue, Expenditure, Financing.
Revenue, Expenditure, Financing.
Keywords: Village Financial Management, Microservice Architecture
Keywords: Village Financial Management, Microservice Architecture
iii
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
ABSTRAK
ABSTRAK
1
1
ABSTRACT
ABSTRACT
iiii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
iii
iii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
vi
vi
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
viii
viii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
10
10
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1
1
1.1
1.1 Latar
Latar Belakang
Belakang
1
1
1.2
1.2 Rumusan
Rumusan Masalah
Masalah
3
3
1.3
1.3 Tujuan
Tujuan
3
3
1.4
1.4 Ruang
Ruang Lingkup
Lingkup
4
4
1.5
1.5 Batasan
Batasan Sistem
Sistem yang
yang Dikerjak
Dikerjakan
an
4
4
1.6
1.6 Metodologi
Metodologi Penyelesaian
Penyelesaian Tugas
Tugas Akhir
Akhir
5
5
1.6.1
1.6.1 Pendefinisian
Pendefinisian Masalah
Masalah
5
5
1.6.2
1.6.2 Studi
Studi Literatur
Literatur
5
5
1.6.3
1.6.3 Metode
Metode Pengembangan
Pengembangan Perangkat
Perangkat Lunak
Lunak
6
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
8
8
2.1
2.1 Teori
Teori Pendukung
Pendukung
8
8
2.1.1
2.1.1
Arsitektur M
Arsitektur Monolitik
onolitik
8
8
2.1.2
2.1.2
Arsitektur M
Arsitektur Microservice
icroservice
10
10
2.1.3
2.1.3
Pengelolaan
Pengelolaan Keuangan
Keuangan Desa
Desa
14
14
2.1.4
2.1.4
Peraturan Pemerintah Mengenai Proses Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan
Peraturan Pemerintah Mengenai Proses Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan
Desa
23
Desa
23
2.2
2.2
Teknologi
Teknologi Dan
Dan Tools
Tools Pendukung
Pendukung
26
26
2.2.1
2.2.1
Angular
Angular
26
26
2.2.2
2.2.2
Spring
Spring Framework
Framework
26
26
2.2.3
2.2.3
MySQL
MySQL
27
27
BAB III ANALISIS
BAB III ANALISIS
28
28
3.1
3.1 Analisis
Analisis Sistem
Sistem yang
yang Sedang
Sedang Berjalan
Berjalan (As-Is)
(As-Is)
28
28
3.1.1
3.1.2 Analisis Stakeholder Sistem
29
3.1.3 Analisis Proses Penganggaran
31
3.1.4 Analisis Proses Penatausahaan
39
3.1.5 Analisis Proses Pelaporan
43
3.1.6 Analisis Arsitektur
48
3.1.7 Analisis Domain Model Proses Pelaksanaan
48
3.2 Analisis Proses Pelaksanaan Pada Juklak
50
3.3 Evaluasi Hasil Analisis Sistem yang Sedang Berjalan (As-Is)
61
3.4 Analisis Data
62
3.4.1
Evaluasi Analisis Data
62
3.4 Evaluasi dan Usulan
63
3.4.1 Kesimpulan Hasil Analisis
63
3.4.2 Usulan Solusi Berdasarkan Hasil Analisis
64
3.4.3 Domain Sistem
65
BAB IV REQUIREMENT APLIKASI PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
67
4.1
Use Case Diagram Proses Pelaksanaan Aplikasi PKD
67
4.2
Use Case Text Proses Pelaksanaan Aplikasi PKD
68
4.3
System Sequence Diagram (SSD) dan Operation Contract (OC)
83
BAB V PERANCANGAN APLIKASI
97
5.1
Perancangan Frontend Application
97
5.1.1
Perancangan Arsitektur
97
5.1.2
Perancangan Class
100
5.1.3
Perancangan User Interface
106
5.2
Perancangan Backend Application
111
5.2.1
Perancangan Arsitektur
111
5.2.2 Perancangan Class
112
5.3
Perancangan Database
121
BAB VI MODEL IMPLEMENTASI & PENGUJIAN APLIKASI PENGELOLAAN KEUANGAN
DESA
126
6.1
Deployment View
126
v
BAB VII KESIMPULAN & SARAN
128
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 The Waterfall Model ... 6
Gambar 2 Lima Tahapam Pengelolaan Keuangan Desa ...15
Gambar 3 Proses Pengaggaran Data Umum ...31
Gambar 4 Proses Penganggaran Kegiatan ...32
Gambar 5 Sistem Sejenis Format Data RAB ...33
Gambar 6 Sistem Sejenis Format APB Desa ...34
Gambar 7 Proses Penganggaran Pendapatan ...36
Gambar 8 Penganggaran Pembiayaan ...38
Gambar 9 Pencatatan Buku Kas Umum ...40
Gambar 10 Format Buku Kas Umum ...40
Gambar 11 Pencatatan Buku Pembantu Pajak ...41
Gambar 12 Proses Input Data Buku Bank ...42
Gambar 13 Sistem Sejenis Format Data Buku Bank ...43
Gambar 14 Pelaporan Laporan Semester ...44
Gambar 15 Laporan Kekayaan Desa ...45
Gambar 16 Laporan Akhir Tahun ...46
Gambar 17 Format Laporan Akhir Tahun ...47
Gambar 18 Arsitektur Monolitik ...48
Gambar 19 Domain Model Pelaksanaan ...49
Gambar 20 Pelaksanaan Penerimaan Pendapatan Retribusi/Pungutan/dan Sewa ...51
Gambar 21 Pelaksanaan Ketuplak Penerimaan Pendapatan Swadaya Masyarakat ...53
Gambar 22 Pelaksanaan Ketua RT Menerima Pendapatan Swadaya Masyarakat ...54
Gambar 23 Penerimaan Pendapatan Transfer dari Provinsi/Kabupaten/Kota ...56
Gambar 24 Pelaksanaan Persetujuan RAB ...58
Gambar 25 Pelaksanaan Pembayaran Tanpa Melalui Panjar ...59
Gambar 26 Pelaksanaan Pembayaran Melalui Panjar ...60
Gambar 27 Domain Sistem To-Be ...66
Gambar 28 Use Case Diagram Proses Pelaksanaan ...67
Gambar 29 SSD Mengelola Data realisasi Belanja ...85
Gambar 30 SSD Mengelola Data Realisasi Pendapatan ...87
Gambar 31 SSD Mengelola Data Realisasi Pembiayaan ...89
Gambar 32 SSD Mengelola Data Rencana Laporan Pelaksanaan ...91
Gambar 33 SSD Menyetujui Laporan Pelaksanaan ...92
Gambar 34 SSD Melihat Laporan Pelaksanaan ...92
Gambar 35 Gambar Arsitektur Frontend dan Backend ...98
Gambar 36 Package Diagram pada Frontend Website ...99
Gambar 37 Class Diagram FE ... 100
vii
Gambar 42 Tampilan Form Update ... 111
Gambar 43 Package Diagram BE ... 112
Gambar 44 Class Diagram Realisasi Pembiayaan ... 113
Gambar 45 Class Diagram Realisasi Pendapatan ... 114
Gambar 46 Class Diagram Realisasi Belanja ... 115
Gambar 47 Conceptual Data Model Proses Pelaksanaan ... 122
Gambar 48 Conceptual Data Model Rencana Pelaksanaan... 123
Gambar 49 Physical Data Model Proses Pelaksanaan ... 124
Gambar 50 Physical Data Model Rencana Pelaksanaan ... 125
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Daftar Singkatan dan Lambang ...10
Tabel 2 Stakeholder Sistem ...29
Tabel 3 Proses Pengaggaran Data Umum ...31
Tabel 4 Proses Pengaggaran Kegiatan ...32
Tabel 5 Sistem Sejenis Format Data RAB ...33
Tabel 6 Sistem Sejenis Format APB Desa ...34
Tabel 7 Penganggaran Pendapatan ...36
Tabel 8 Penganggaran Pembiayaan ...39
Tabel 9 Pencatatan Buku Kas Umum ...40
Tabel 10 Penjelasan Buku Kas Umum ...41
Tabel 11 Penjelasan Pencatatan Buku Pajak ...41
Tabel 12 Proses Input Data Buku Bank ...42
Tabel 13 Sistem Sejenis Format Data Buku Bank ...43
Tabel 14 Pelaporan Laporan Semester ...44
Tabel 15 Laporan Kekayaan Desa ...45
Tabel 16 Laporan Akhir Tahun ...46
Tabel 17 Penjelasan Format Laporan Akhir Tahun ...47
Tabel 18 Pelaksanaan Penerimaan Pendapatan Retribusi/Pungutan/dan Sewa ...51
Tabel 19 Pelaksanaan Ketuplak Penerimaan Pendapatan Swadaya Masyarakat ...53
Tabel 20 Pelaksanaan Ketua RT Menerima Pendapatan Swadaya Masyarakat ...55
Tabel 21 Penerimaan Pendapatan Transfer dari Provinsi/Kabupaten/Kota ...56
Tabel 22 Pelaksanaan Persetujuan RAB ...58
Tabel 23 Pelaksanaan Pembayaran Tanpa Melalui Panjar ...59
Tabel 24 Pelaksanaan Pembayaran Melalui Panjar ...60
Tabel 25 Kelebihan dan Kekurangan Arsitektur Monolitik ...61
Tabel 26 Data Realisasi Pendapatan ...62
Tabel 27 Data Realisasi Belanja ...63
Tabel 28 Data Realisasi Pembiayaan ...63
Tabel 29 Use Case Text Mengelola Data Laporan Pelaksanaan Belanja ...68
Tabel 30 Use Case Text Mengelola Data Laporan Pelaksanaan Pendapatan ...72
Tabel 31 Use Case Text Mengelola Data Laporan Pelaksanaan Pembiayaan ...75
Tabel 32 Use Case Text Menyetujui Laporan Pelaksanaan ...79
Tabel 33 Use Case Text Mengelola Data Rencana Laporan Pelaksanaan ...80
Tabel 34 Use Case Text Melihat Data Laporan Pelaksanaan ...82
Tabel 35 Contract CO1 requestPelaksanaan ...93
Tabel 36 Contract CO2 choosePelaksanaan ...93
Tabel 37 Contract CO3 insertNewBidang ...93
ix
Tabel 42 Contract CO8 chooseKelompok ...94
Tabel 43 Contract CO9 insertNewJenis ...95
Tabel 44 Contract CO10 chooseJenis ...95
Tabel 45 Contract CO11 insertNewObyek ...95
Tabel 46 Contract CO12 chooseObyek ...95
Tabel 47 Contract CO13 insertNewRincian ...96
Tabel 48 Package Diagram pada Frontend Website ...99
Tabel 49 Class FE KegiatanModel ... 100
Tabel 50 Class FE KelompokModel ... 101
Tabel 51 Class FE JenisModel ... 102
Tabel 52 Class FE ObyekModel ... 103
Tabel 53 Class FE RincianModel ... 104
Tabel 54 Tampilan Login ... 106
Tabel 55 Tampilan Pelaksanaan Ketua Pelaksana ... 107
Tabel 56 Tampilan Pelaksanaan Sekretaris ... 108
Tabel 57 Tampilan Form Input ... 109
Tabel 58 Tampilan Form Update ... 110
Tabel 59 Package Backend ... 112
Tabel 60 Class BE BidangModel ... 115
Tabel 61 Class BE KegiatanModel ... 116
Tabel 62 Class BE Kelompok Belanja/Pendapatan/Pembiayaan ... 117
Tabel 63 Class BE Jenis Belanja/Pendapatan/Pembiayaan ... 118
Tabel 64 Class BE Obyek Belanja/Pendapatan/Pembiayaan ... 119
Tabel 65 Class BE Rincian Belanja/Pendapatan/Pembiayaan ... 120
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
SINGKATAN Nama Pemakaian
pertama kali pada halaman
APBDes Anggaran Pendapatan Belanja Desa 1
BPD Badan Permusyawaratan Desa 9
BSD Bumi Serpong Damai 6
HIMAKOM Himpunan Mahasiswa Komputer 1
MVC Model View Controller 5
Permendagri Peraturan Mentri Dalam Negeri 2
PPh Pajak Penghasilan 11
RAB Rancangan Anggaran Biaya 3
RKPDes Rencana Kerja Pemerintah Desa 7
RPJMDes Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa 7
SDD Software Desain Description 22
SiLPA Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 11
SPP Surat Permintaan Pembayaran 3
SRS Software Requirements Specification 22
UU Undang Undang 2
BPD Badan Permusyawaratan Desa 9
BSD Bumi Serpong Damai 6
HIMAKOM Himpunan Mahasiswa Komputer 1
MVC Model View Controller 5
Permendagri Peraturan Mentri Dalam Negeri 2
PPh Pajak Penghasilan 11
RAB Rancangan Anggaran Biaya 3
RKPDes Rencana Kerja Pemerintah Desa 7
RPJMDes Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa 7
SDD Software Desain Description 22
SiLPA Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 11
SPP Surat Permintaan Pembayaran 3
SRS Software Requirements Specification 22
UU Undang Undang 2
PAK Perubahan Anggaran Keuangan 97
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian dan teknologi semakin cepat perkembangannya. Akhir-akhir ini, muncul
tren baru dikalangan peneliti/praktisi Software Arcitect, yaitu microservice, di mana
software/sistem informasi dirancang untuk terdistribusi serta memberikan layanan
spesifik dan terfokus. Menurut Hatma Suryotrisongko (2017), microservice adalah cara
mengembangkan dan menyusun sistem perangkat lunak seperti mereka dibangun dari
komponen independent kecil yang berinteraksi satu sama lain melalui jaringan [1]. Dan
menurut James Lewis dan Martin Fowler (2014), arsitektur microservice adalah sebuah
pendekatan untuk mengembangkan satu aplikasi sebagai rangkaian layanan kecil yang
masing-masing berjalan dalam prosesnya sendiri dan berkomunikasi dengan
mekanisme jaringan [5].
Dengan mengembangkan satu aplikasi menggunakan arsitektur microservice tentunya
terdapat keuntungan baik bagi developer maupun bagi pengguna aplikasi itu sendiri.
Dalam suatu tim, pembagian tugas akan lebih mudah karena service dari sistem atau
aplikasi yang akan dibangun terbagi menjadi service-service kecil yang masing-masing
berjalan dalam prosesnya dan saling berhubungan. Pengguna aplikasi masih dapat
menggunakan beberapa service meskipun suatu service tidak berfungsi. Pada aplikasi
yang menggunakan arsitektur microservice, jika salah satu service pada aplikasi gagal
maka tidak akan berpengaruh terhadap service yang lain karena setiap service tidak
ketergantungan pada service lainnya namun masih tetap saling berhubungan.
Pengelolaan Keuangan Desa merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputin
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban
keuangan desa [12]. Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan di Desa
Kertawangi terdapat aplikasi yang membantu perangkat desa dalam mengelola
keuangan desa bernama SISKEUDES. Aplikasi ini menggunakan arsitetur monolitik
dan berbasis desktop. Seluruh proses pengelolaan keuangan desa yang terdapat pada
aplikasi ini tergabung dalam satu rangkaian besar dan setiap service saling
ketergantungan.
Menurut Rizel Yogi Pratama (2018) arsitektur monolitik, merupakan sebuah arsitektur
dimana dalam pembuatan aplikasi semua komponen menjadi satu kesatuan, dan pada
pengembangannya para tim developer hanya dibangun 3 bagian yaitu database,
client-side, dan server-side [11]. dimana pada bagian server-side akan menangani request
HTTP kemudian menjalankan beberapa logika sesuai dengan domain, kemudian
mengambil dan memperbarui data dari database, dan jika salah satu layanan mengalami
kegagalan saat melakukan pengembangan maka seluruh layanan tidak dapat
dijalankan, dalam hal ini mengakibatkan tim developer sangat sulit dalam
mengembangkan aplikasi yang diinginkan.
Pada aplikasi SISKEUDES terdapat empat proses pengelolaan keuangan desa. Setiap
proses tersebut menggunakan service - service yang saling ketergantungan. Suatu
service dapat dijalankan ketika service yang lainnya dapat dijalankan juga, sehingga
ketika salah satu service mengalami kegagalan maka seluruh service pada aplikasi ini
tidak dapat dijalankan. Setiap proses pengelolaan keuangan d esa pada aplikasi ini dapat
dijalankan jika service
–service nya berfungsi dan jika salah satu service tidak
berfungsi maka seluruh proses pengelolaan keuangan desa pada aplikasi ini tidak dapat
dijalankan. Hal ini menyebabkan proses penyusunan laporan pengelolaan keuangan
desa terhambat.
Berdasarkan permasalahan – permasalahan tersebut, dibuatlah aplikasi pengelolaan
keuangan desa dengan menerapkan arsitektur microservice yaitu memisahkan setiap
proses pengelolaan keuangan desa menjadi service
–service yang kecil. Selain itu,
aplikasi ini berbasis web sehingga Operating System apapun dapat mengaksesnya.
Aplikasi ini bertujuan untuk membantu perangkat desa dalam mengelola serta
menyusun laporan pengelolaan keuangan desa menjadi lebih efektif.
3
realisasi belanja, pengelolaan data realisasi pendapatan, pengelolaan data realisasi
pembiayaan, pengelolaan data rencana pelaksanaan dan menyetujui laporan
pelaksanaan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah pada
topik ini adalah :
1. Seluruh proses pengelolaan keuangan desa yang terdapat pada aplikasi
SISKEUDES dapat dijalankan jika service
–service nya berfungsi. Jika salah satu
service pada aplikasi ini tidak berfungsi maka seluruh proses pengelolaan keuangan
desa pada aplikasi ini tidak dapat dijalankan. Akibatnya seluruh proses pengelolaan
keuangan desa terhambat dan perangkat desa tidak dapat melihat data keuangan
desa. Untuk menangani masalah ini dibutuhkan aplikasi yang setiap service nya
dapat berdiri sendiri dan tidak ketergantungan terhadap service yang lain.
2. Pada proses pelaksanaan terdapat beberapa service diantaranya pengelolaan data
realisasi belanja, pengelolaan data realisasi pendapatan, pengelolaan data realisasi
pembiayaan dan pengelolaan data rencana pelaksanaan. Pada saat
ini service- service tersebut masih dibangun dalam arsitektur monolitik sehingga upaya dan
lingkup dalam pengembangan aplikasi lebih besar. Untuk itu service-service pada
proses pelaksanaan yang nantinya dibangun akan menerapkan arsitektur
microservice.
1.3 Tujuan
Tujuan
dari
pengembangan
aplikasi
ini
yaitu
untuk
memudahkan
developer/
pengembang dalam mengembangkan aplikasi dengan menerapkan arsitektur
microservice sehingga setiap service dapat berdiri sendiri dan cakupannya lebih kecil.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada pengembangan perangkat lunak ini adalah :
1. Aplikasi yang dibangun mencakup empat proses pengelolaan keuangan desa yaitu
proses perencanaan, proses penganggaran, proses pelaksanaan dan proses
pelaporan.
2. Aplikasi dapat menampilkan informasi mengenai proses perencanaan, proses
penganggaran, proses pelaksanaan dan proses pelaporan.
1.5 Batasan Sistem yang Dikerjakan
Batasan masalah yang diterapkan pada pengembangan perangkat lunak pengelolaan
keuangan desa yaitu :
1. Aplikasi menangani proses pelaksanaan.
2. Data yang dikelola meliputi tahun pelaksanaan, bidang, kegiatan, kelompok
belanja, kelompok pendapatan, kelompok pembiayaan, jenis belanja, jenis
pendapatan, jenis pembiayaan, obyek belanja, obyek pendapatan, obyek
pembiayaan, rincian belanja, rincian pendapatan dan rincian pembiayaan.
3. Proses pelaksanaan dapat dilakukan oleh Kepala Desa, Sekretaris Desa, Ketua
pelaksana dan untuk kebutuhan data dari proses pelaksanaan ini disediakan oleh
pegawai kecamatan. Sehingga peran stakeholder pada aplikasi memiliki tugas
sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing.
4. Aplikasi yang dibangun berbasis website.
5. Aplikasi memerlukan koneksi internet untuk dapat dijalankan, karena aplikasi
dijalankan oleh web server serta memerlukan integrasi data dari server.
5
1.6 Metodologi Penyelesaian Tugas Akhir
Dalam pelaksanaan Tugas Akhir ini akan dijelaskan beberapa tahapan dan metodologi
yang diterapkan untuk membangun aplikasi pengelolaan keuangan desa dengan
arsitektur microservice.
1.6.1 Pendefinisian Masalah
Pada tahap awal dalam pengerjaan adalah mencari topik tugas akhir yang akan diambil.
Dengan diskusi anggota kelompok dan berkomunikasi dengan dosen pembimbing
untuk menentukan kelayakan permasalahan yang diambil dan menentukan
permasalahannya. Dihasilkan definisi masalah, latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah serta tujuan. Pada penyelesaian tugas akhir ini, topik yang
diambil adalah pemanfaatan arsitektur microservice dalam pengembangan perangkat
lunak pengelolaan keuangan desa yang merupakan aplikasi yang akan digunakan
perangkat desa dan pegawai di kecamatan. Pengembangan tersebut berfokus pada
arsitekturnya yang akan menggunakan microservice. Dengan adanya pengembangan
dalam aplikasi tersebut, diharapkan permasalahan yang terdapat pada pengelolaan
keuangan desa dapat ditangani.
1.6.2 Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk memahami lebih dalam mengenai permasalahan yang
terjadi, yaitu dengan cara :
1. Melakukan wawancara ke Kepala Desa pada satu Desa yaitu Desa Kertawangi
Kecamatan Cisarua Bandung Barat.
2. Mencari buku pedoman dan peraturan mengenai Pengelolaan Keuangan Desa.
3. Mencari jurnal yang terkait tentang arsitektur microservice.
1.6.3 Metode Pengembangan Perangkat Lunak
Pada metode pengembangan perangkat lunak akan digunakan metodologi waterfall.
Metode ini memiliki lima tahapan yaitu Requirement Definition, System and Software
Design, Implementation and Unit Testing, Integration and System Testing dan
Operation and Maintenance [6]. Tetapi, pada tugas akhir ini hanya akan dilakukan
sampai dengan tahapan Integration and System Testing saja. Metode waterfall yang
diadopsi mengacu pada buku “Software Engineering by Ian Sommerville 9
thed
”yang
digambarkan pada Gambar 1 [6] :
Requirement D efi nition
Pada tahapan ini dilakukan pendefinisian layanan, kendala dan tujuan dari perangkat
lunak yang akan dibangun melalui studi litelatur dan konsultasi dengan pengguna
aplikasi [6]. Studi litelatur
yang dilakukan pada tahapan ini meliputi proses
7
Business Process serta Requirement dari aplikasi sejenis dan aplikasi yang akan
dibangun. Sementara, untuk konsultasi dilakukan wawancara dengan kepala desa
Kertawangi.
System and Software Design
Pada tahap ini dilakukan perancangan terhadap aplikasi yang akan dibangun serta
menggambarkan interaksi yang terdapat pada sistem. Pada Tugas Akhir ini akan
dilakukan perancangan
Skema Database, Interaksi antara aktor dan sistem,
perancangan User Interface serta arsitektur pada front-end dan back-end dari aplikasi
pengelolaan keuangan desa yang menerapkan arsitekturmicroservice.
I mplementation and Unit Testing
Merupakan tahap implementasi dari hasil perancangan dan analisis pada tahapan
sebelumnya. Dalam implementasi digunakan teknologi-teknologi dalam pembangunan
aplikasi pengelolaan keuangan desa dengan arsitektur microservice yang meliputi
Framework Angular dalam pembuatan web, Framework Spring dalam pembuatan
REST API serta MySQL untuk database atau penyimpanan data. Sementara pada tahap
Unit Testing akan dilakukan pengujian fungsi dari hasil implementasi aplikasi
pengelolaan keuangan desa dengan arsitektur microservice.
I ntegration and System Testing
Pada tahap ini dilakukan pengujian secara keseluruhan aplikasi pengelolaan keuangan
desa yang telah dibangun. Tahap pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
aplikasi yang dibangun sudah memenuhi requirement dan tidak terjadi kesalahan atau
error pada aplikasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Pendukung
Pada sub bab ini dijelaskan mengenai landasan teori yang digunakan pada Tugas
Akhir Implementasi Arsitektur Microservice pada Aplikasi Pengelolaan Keuangan
desa.
2.1.1 Arsitektur Monolitik
Berikut ini teori-teori mengenai arsitektur monolitik yaitu sebagai dasar pengetahuai
tentang sistem arsitektur.
●
Definisi Arsitektur Monolitik
Menurut kamus bahasa indonesia monolitik adalah yang memiliki sifat atau
menyerupai monolit. monolit merupakan bongkahan batu besar yang sering kali
dibentuk menjadi pilar atau tugu yang kokoh dan kuat, dalam kesatuan organisasi
membentuk kekuatan tunggal dan saling berpengaruh.
Arsitektur monolitik adalah arsitektur yang memiliki semua fungsionalitas berada
pada satu unit saja [11]. unit yang dapat menangani segalanya terkait businerss
logic, database access, templating, dll. struktur aplikasi monolitik biasanya terdiri
dari client-side, server-side, dan database.
Menurut Dmitry Namiot dan Manfred Sneps-Sneppe pada jurnalnya disebutkan
bahwa arsitektur monolitik memiliki banyak service, compontent dan lain
sebagainya tetapi dibangun dalam satu rangkaian [15]. Suatu aplikasi memiliki
banyak service dan component didalamnya dan dibangun dalam satu rangkaian
besar.
9
Karakteristik sistem monolitik, yaitu Prosedur dapat saling dipanggil oleh prosedur
lain di sistem bila diperlukan dan karnel berisi semua layanan yang disediakan
sistem operasi untuk pengguna. Inisialisasi-nya terbatas pada fungsional perangkat
keras yang terbagi menjadi dua bagian yaitu karnel dan sistem program. Karnel
terbagi menjadi serangkaian interface dan device driver dan menyediakan sistem
file, penjadwalan CPU, Manajemen memori, dan fungsi-fungsi sistem operasi
lainnya melalui system calls.
●
Keunggulan Monolitik
Keunggulan dari arsitektur monolitik ini adalah layanan dapat bekerja secara cepat
karena berada pada satu ruang alamat memory [17].
●
Kelemahan Arsitektur Monolitik
Berikut ini kelemahan pada apliasi saat menggunakan arsitektur monolitik [17]:
1. Pengajuan dan penghilangan kesalahan sulit dilakukan karena tidak dapat
dipisahkan dan dilokasikan.
2. Sulit dalam menyediakan fasilitas pengamanan.
3. kurang efisien dalam penggunaan memori dimana setiap komputer harus
menjelaskan karnel yang besar sementara tidak memerlukan seluruh layanan
yang disediakan karnel.
4. Kesalahan pemograman di satu bagian karnel menyebabkan matinya seluuh
sistem.
●
Contoh Sistem Operasi Arsitektur Monolitik
Contoh sistem operasi yang menggunakan Arsitektur Microservice yaitu Unix.
Kebanyakan Unix sampai saat ini berstruktur monolitik. Meskipun monolitik,
seluruh komponen/subsistem pada sistem operasi terdapat di satu ruang alamat
yang berlapis, tetapi secara logika terdapat satu komponen/subsistem
layanan-layanan pada lapisan bawah yang menyediakan layanan-layanan-layanan-layanan untuk lapisan
paling atas.
2.1.2 Arsitektur Microservice
Berikut ini teori-teori mengenai arsitektur microservice yaitu sebagai dasar
pengetahuai tentang sistem arsitektur.
●
Definisi Arsitektur
Menurut Kamus Oxford arsitektur adalah seni praktek perancangan dan konstruksi
bangunan. Rancangan struktur yang kompleks dan penuh ketelitian [13].
Menurut Ching (1994) arsitektur adalah proses pemecahan masalah atau proses
perancangan sebagai tanggapan terhadap sekumpulan kondisi yang ada, kadang
hanya bersifat fungsional semata atau juga refleksi [14] .
Menurut ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa arsitektur adalah
struktur perancangan yang komplek dan penuh ketelitian sebagai tanggapan
terhadap sekumpulan kondisi yang hanya bersifat fungsional semata atau juga
refleksi. arsitektur perangkat lunak adalah struktur-struktur untuk menentukan
keberadaan komponen perangkat lunak dengan cara
komponen-komponen tersebut harus saling berinteraksi untuk membentuk perangkat lunak.
komponen tersebut merupakan program-program bagian (prosedur, fungsi) yang
dieksekusi oleh program utama.
●
Definisi Microservice
Menurut kamus Oxford American Dictionary definisi dari service adalah sistem
yang mensuplai kebutuhan publik. Service dalam dunia software harus manyuplai
kebutuhan client dan di design dengan prespektif client dalam bentuk API yang
dapat dikonsumsi [13].
Pada buku Advance Microservice disebutkan bahwa microservice merupakan pola
untuk mengimplementasikan logika bisnis dalam suatu organisasi dengan
menggunakan layanan-layanan yang kecil dan setiap layanan memiliki tujuan
11
Microservice adalah setiap service yang terfokus pada satu fungsionalitas tertentu,
satu service dan service lainnya saling berkomunikasi un tuk menghasilkan business
value yang sesungguhnya.
Menurut ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa microservice adalah
rangkaian service-service kecil yang dapat menjalankan prosesnya masing masing,
namun satu service dan service lainnya saling berkomunikasi untu menghasilkan
bussiness value yang diinginkan.
●
Definisi Arsitektur Microservice
Arsitektur Microservice adalah gaya arsitektur yang menyatukan aplikasi sebagai
sekumpulan layanan yang digabungkan secara longgar dengan menerapkan
kegiatan bisnis.[8]
Menurut Open Group (pada TOGAF® 9.1 standar) arsitektur merupakan struktur
komponen, hubungan antar komponen dan prinsip serta pedoman yang mengatur
desain dan evolusi komponen dari waktu ke waktu. Arsitektur microservice adalah
gaya arsitektur yang mendefinisikan serta menciptakan sistem melalui penggunaan
independen layanan kecil dan mandiri yang selaras dengan kegiatan bisnis. [9]
Menurut kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa arsitektur microservice
adalah sekumpulan layanan yang digabungkan dan menciptakan sistem melalui
penggunaan independen layanan kecil dan mandiri dan saling berkomunikasi.
●
Metode Pengembangan Aplikasi Berbasis Microservice
Aplikasi akan dirancang agar setiap fungsi bekerja secara independent . Dan setiap
fungsi dapat menggunakan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan, walaupun itu
artinya akan terdapat teknologi yang berbeda-beda dalam satu aplikasi besar.
Dengan infrastruktur yang berbeda, kita akan menemukan keberagaman karena
konfigurasi dan optimalisasi sistem yang berbeda antara service satu dengan yang
lain.
●
Keunggulan Arsitektur Microservice
Keuntungan yang didapatkan dari penerapan arsitektur microservice ini bisa dilihat
dengan cara membandingkan arsitektur microservice dengan arsitektur monolitik
[11]. keuntungan arsitektur microservice dari perbandingan ini dapat dilihat dari
beberapa sudut pandang yaitu:
1. Sudut pandang pengembang
Aplikasi besar dengan arisitektur monolitik biasanya memiliki basis kode
aplikasi yang besar, hal tersebut seringkali mengintimidasi para pengembang.
Pengembang yang baru masuk untuk mengembangkan aplikasi membutuhkan
waktu cukup lama untuk beradaptasi dengan basis kode aplikasi tersebut.
Basis kode yang besar dapat menyebabkan
integrated development
environment (IDE) bekerja tidak maksimal atau dalam beberapa kasus terjadi
crash. Hal tersebut dapat meningkatkan siklus waktu pengembangan bagi
pengembang untuk mendapatkan umpan balik dari perubahan ko de mereka.
Berikut keuntungan yang didapatkan pengembang pada aplikasi yang
menggunakan arsitektur microservice :
● Memungkinkan pengembang menghindari basis kode yang besar. Hal
tersebut membuat pengembang lebih mudah dalam mempertahankan atau
menambah fitur aplikasi.
● Membuat pengembang lebih mudah menggunakan keterampilan yang
dimiliki atau menggunakan bahasa yang paling optimal.
● Penggunaan IDE lebih optimal.
● Proses debug menjadi lebih mudah.
● Memungkinkan tim bekerja secara independen satu sama lain.
2. Sudut pandang tester
13
perubahan kode pada aplikasi membutuhkan waktu yang lama untuk memulai
atau memuat ulang aplikasi.
Dengan basis kode yang kecil dan terbagi menjadi service – service kecil pada
aplikasi microservice, tester lebih mudah dalam melakukan pekerjaannya.
Waktu yang diperlukan untuk memulai atau memuat ulang aplikasi setiap kali
ada perubahan kode lebih singkat.
3. Sudut pandang pemilik bisnis
Pengembangan aplikasi microservice memungkinkan pemilik bisnis untuk
mengalokasikan biaya dan sumberdaya lebih mudah. Pada aplikasi
microservice, seorang pengembang lebih fokus pada pekerjaan yang
lingkupnya kecil sehingga memudahkan tim untuk mengalokasikan pekerjaan
pada anggota. Dengan begitu pemilik bisnis lebih mudah untuk mengukur biaya
dan sumberdaya yang diperlukan.
4. Sudut pandang service manajemen
Aplikasi monolitik yang besar memiliki ruang lingkup bisnis yang besar juga
dan memerlukan titik sentuh infrastruktur IT yang banyak. Pengembangan pada
aplikasi membutuhkan banyaknya tinjauan dan persetujuan sehingga
membutuhkan peningkatan waktu siklus penerapan.
Dengan mengadopsi gaya arsitektur microservice , service manajemen lebih
mudah untuk mendukung tim pada beberapa produk dan service. Service
manajemen lebih efisien dalam pekerjaannya dengan mengotomasi praktik
deployment, logging dan monitoring pada beberapa tim proyek microservice.
Pelanggan yang diwawancarai berharap untuk mewujudkan penghematan biaya
3 hingga 1 dengan mengotomatisasi banyak infrastruktur dan platform sebagai
sebuah service (PaaS).
●
Kelemahan arsitektur microservice
Kelemahan arsitektur microservice yaitu:
1. Ketika satu entry pada database berubah maka setap entity yang sama
di setiap database service harus diubah.
2. Untuk beberapa kasus, sulit untuk menerapkan perubahan service jadi
jika perlu perancangan yang matang.
3. Deployment yang kompleks, perlu konfigurasi untuk menjalankan
setiap service karena memilikiruntime yang berbeda, tidak seperti
aplikasi monolitik tinggal upload, deploy dan beres.
4. Perlu automation yang tinggi dalam melakukan deployment.
●
Teknologi untuk membangun aplikasi arsitektur microservice
Microservice dapat dikembangkan dalam bahasa pemrograman apapun.
Mereka berkomunikasi satu sama lain menggunakan language-neutral
application programming interfaces (API) seperti Representational State
Transfer (REST). Layanan-layanan mikro juga memiliki konteks terbatas.
Mereka tidak perlu tahu apa pun tentang penerapan atau arsitektur dasar
dari microservices lain.
Satu teknologi yang penting dalam pembangunan aplikasi arsitektur
microservice yaitu Docker Container. Docker Container merupakan
penyedia platform atau wadah (container ) untuk membangun, mengemas,
menangani, dan menjalankan aplikasi di cloud yang ringan.
Arsitektur microservice akan diimplementasikan pada tugas akhir ini dengan
mengambil studi kasus aplikasi pengelolaan keuangan desa. Arsitektur microservice
akan diterapkan pada pembangunan aplikasi pengelolaan keuangan desa yang
sebelumnya masih menggunakan arsitektur monolitik.
2.1.3 Pengelolaan Keuangan Desa
Berikut ini teori-teori mengenai pengelolaan keuangan desa yaitu sebagai dasar
pengetahuai dalm pembuatan aplikasi.
15
Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban
keuangan desa yang dilaksanakan dalam satu anggaran, terhitung 1 Jan uari sampai
31 Desember. Sementara itu Keuangan Desa menurut Pemendagri No. 113 tahun
2014 adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta
segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak
dan kewajiban desa.
●
Metode Pengerjaan Pengelolaan Keuangan Desa
1. Perencanaan Keuangan Desa, adalah kegiatan untuk memperkirakan
pendapatan dan belanja dalam kurun waktu tertentu dimasa yang akan datang
[2]. Kegiatan penyusunan RPJMDes dan RKPDes untuk membangun desa
berdasarkan hasil kesepakatan dalam musyawarah desa yang dilaksanakan
paling lambat bulan Juli tahun anggaran berjalan.
2. Pelaksanaan Keuangan Desa, adalah serangkaian kegiatan yang berkaitan
dengan pengeluaran uang dan kegiatan di lapangan [2]. Rangkasian kegiatan
untuk melaksanakan APBDes dalam satu tahun anggaran melalui 1 Januari
hingga 31 Desember. Kegiatan Pencatatan transaksi pengeluaran dan
pemasukan uang desa yang diolah melalui rekening desa dengan pengajuan
RAB untuk setiap kegiatan yang menjadi dasar pengajuan SPP.
3. Penatausahaan Keuangan Desa, adalah Kegiatan pencatatan yang khususnya
dilakukan oleh Bendahara Desa dengan cara sederhana, yaitu berupa
pembukuan belum menggunakan jurnal akuntansi [3]. Bendahara yang
diwajibkan melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib dan
mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban yang
disampaikan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
4. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa, Pelaporan adalah
kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan hal-hal yang berhubungan
dengan hasil pekerjaan yang telah dilakukan selama satu periode tertentu
sebagai bentuk pelaksanaan pertanggungjawaban atas tugas dan wewenang
yang diberikan [2]. Pelaporan yang disampaikan yaitu Laporan Realisasi
Pelaksanaan APBDes berupa Laporan Semester Pertama yang disampaikan
paling lambat akhir bulan Juli tahun berjalan dan Laporan Semester Akhir
Tahun yang disampaikan paling lambat pada akhir bulan Januari tahun
berikutnya.
Proses yang akan diimplementasikan dalam tugas akhir ini adalah proses
pelaksanaan. Proses pelaksanaan merupakan serangkaian kegiatan yang berkaitan
dengan pengeluaran uang dan kegiatan yang terjadi dilapangan [2].
●
APB Desa
Menurut permendagri nomor 113 tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa,
APB Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintah desa. Peraturan tersebut
memuat sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran desa dalam kurun
waktu satu tahun. APB Desa terdiri dari Pendapatan Desa, Belanja Desa, dan
Pembiayaan Desa.
17
Pendapatan Desa merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yan g tidak
perlu dibayar kembali oleh desa. Pendapatan Desa terdiri dari Pendapatan Asli
Desa, Pendapatan Transfer Desa, Pendapatan lain-lain.
A. Pendapatan Asli Desa.
Kelompok pendapatan asli desa terdiri dari :
1. Hasil Usaha, yaitu sumber pendapatan lain yang dapat diusahakan oleh
desa berasal dari Beban Usaha Milik Desa, pengelolaan pasar desa,
pengelolaan kawasan wisata skala desa, pengelolaan tambang mineral
bukan logam dan tembaga batuan dengan tidak menggunakan alat berat,
serta sumber lainnya dan tidak untuk dijualbelikan. Misalnya hasil
BUM Desa dan tanah kas desa.
2. Hasil Aset , misalnya tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian
umum dan jaringan irigasi.
3. Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong, misalnya adalah memban gun
dengan kekuatan sendiri yang melibatkan peran serta masyarakat
berupa tenaga dan barang yang dinilai dengan dengan uan g.
4. Lain-lain Pendapatan Asli Desa, antara lain hasil pungutan desa.
B. Pendapatan Transfer Desa
Kelompok Transfer Desa terdiri dari:
1. Dana Desa, merupakan dana yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukan bagi desa yang
ditransfer melalui APBD Kabupaten/Kota dan digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
2. Bagian dari Hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota dan Retribusi
Daerah, meupakan paling sedikit 10% dari sealisasi penerimaan hasil
pajak dan retribisi daerah kabupaten/kota.
3. Alokasi Dana Desa, merupakan bagian dari dana perimbangan yang
diterima pemerintah daerah kabupaten/kota paling sedikit 10% setelah
dikurangi dana alokasi khusus.
4. Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi/Kabupaten/kota, merupakan
bantuan yang didapat dari ptovinsi/kabupaten/kota yang bersumber dari
APBD provinsi/kabupaten/kota kepada desa sesuai dengan keuangan
pemerintah daerah yang bersangkutan.
C. Pendapatan Lain-lain Desa.
Merupakan pendapatan lain-lain desa yang sah berupa hibah sumbangan
yang tidak mengikat berupa pemberian uang dari pihak ketiga, hasil kerja
sama dengan pihak ketiga atau bantuan perusahaan yang berlokasi di desa.
2. Belanja Desa.
Merupakan semua pengeluaran dari rekening desa yang diwajibkan oleh desa
dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh desa. Pada belanja desa terdapat klasifikasi menurut kelompok,
kegiatan, dan jenis.
● Kelompok Belanja
Klasifikasi Belanja Desa menurut kelompok terdiri dari:
1) Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa.
2) Bidang Plaksanaan Pembangunan Desa
3) Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa.
4) Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa, dan
5) Bidang Belanja Tak terduga.
● Kegiatan Belanja
Berdasarkan kelompok belanja tersebut selanjutnya dibagi dalam kegiatan
sesuai dengan kebutuhan desa yang telah dituangkan dalam RKP Desa.
Rincian Bidang dan Kegiatan berdasarkan Permendagri Nomor 114 tahun
19
1) Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa, antara lain:
● Penetapan dan pengesahan batas desa,
● Pendataan desa.
● Penyusunan tata ruang desa.
● Penyelenggaraan musyawarah desa
● Pengelola informasi desa.
● Penyelenggaraan perencanaan desa.
● Penyelelnggaraan evaluasi tingkat perkembangan pemerintah desa.
● Penyelenggaraan kerjasama antar desa.
● Pembangunan sarana dan prasarana kantor desa.
● Kegiatan lainnya sesuai kondisi desa.
2) Bidang Plaksanaan Pembangunan Desa, antara lain:
● Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur dan
lingkungan desa antara lain, tambatan perahu, jalan pemukiman,
jalan desa antar permukaan ke wilayah pertania, Pembangkit listrik
tenaga mikrohidro, lingkungan pemukiman masyarakat, dan
infrastruktur desa lainnya sesuai dengan kondisi desa.
● Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
kesehatan antara lain, air bersih berskala desa, senitasi lingkungan,
pelayanan kesehatan desa seperti posyandu, dan sarana prasarana
kesehatan lainnya sesuai dengan kondisi desa.
● Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana prasarana
pendidikan dan kebudayaan antara lain, taman bacaan masyarakat,
pendidikan usia dini, balai pelatihan/kegiatan belajar masyarakat,
pengembangan dan pembinaan sanggar seni, dan sarana pendidikan
dan pelatihan lainnya sesuai dengan kondisi desa.
● Pembangunan usaha ekonomi produktif serta pembangunan,
pemanfaatan dan pemeliharaan sarana prasarana ekonomi antara
lain, Pasar Desa, pembentukan dan pembangunan BUM Desa,
pungutan permodalan BUM Desa, pembibitan tanaman pangan,
penggilingan padi, Lumbung Desa, dan pembukuan lahan pertanian,
pengelolaan usaha hutan desa, kolam ikan dan pembenuhan ikan,
kapal penakapan ikan, cold storage(gudang pendingin), tempat
pelelangan ikan, tambak garam, kandang ternak, instalasi biogas,
mesin pakan ternak, sarana dan prasarana ekonomi lainnya sesuai
kondisi desa.
● Pelestarian lingkungan hidup antara lain, penghijauan, pembuatan
terasering, pemeliharaan hutan bakar, pelindungan mata air,
pembersihan daerah aliran sungai, perlindungan terumbu karang,
dan kegiatan lainnya sesuai dengan kondisi desa.
3) Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa, antara lain:
● Pembinaan lembaga kemasyarakatan.
● Pembinaan kerukunan umat beragama.
● Pengadaan sarana dan prasarana olah raga.
● Pembinaan lembaga adat.
● Pembinaan kesenian dan solusi budaya masyarakat, dan
● Kegiatan lain sesuai kondisi desa.
4) Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa, antara lain:
● Pelatihan usaha ekonomi, pertanian, perikanan, perdagangan.
● Pelatihan teknologi tepat guna.
● Pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan bagi kepala desa, perangkat
desa, dan BPD.
● Peningkatan kapasitas masyarakat, antara lain kader pemberdayaan
masyarakat desa, kelompok ekonomi produktif, kelompok usaha
ekonomi produktif, kelompok perempuan, kelompok tani,
kelompok masyarakat miskin, kelompok nelayan, kelompok
pengrajin, kelompok pemerhati dan perlindungan anak, kelompok
pemuda, dan kelompok lainnya sesuai dengan kondisi desa.
21
Bidang belanja tak terduga merupakan keadaan luar bisa yang sifatnya
tidak biasa atau tidak diharapkan berulang atau mendesak antara lain,
dikarenakan bencana alam, sosial, kerusakan darana dan prasarana.Pada
keadaan ini pemerintah Desa dapat melakukan belanja yang belum
tersedia amggarannya. Namun tetap harus dengan keputusan
Bupati/walikota untuk melaksanakan belanja takterduga dalam APB
Desa terlebih dahulu harus membuat RAB yang telah disahkan oleh
Kepala Desa.
● Jenis Belanja
Klasifikasi Belanja berdasarkan jenis terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja
Barang/Jasa, dan Belanja Modal.
1) Belanja Pegawai
Belanja Pegawai dianggarkan untuk pengeluaran penghasilan tetap dan
tunjangan bagi Kepala Desa dan Perangkat Desaserta tunjangan BPD
yang pelaksanaannya dibayar setiap bulan. Belanja Pegawai
dianggarkan dalam kelompok penyelenggaraan pemerintah desa,
dengan kegiatan pembayaran tetap dan tunjangan.
2) Belanja Barang/jasa
Belanja
Barang
dan
jasa
digunakan
untuk
pengeluaran
pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12(dua
belas) bulan. Belanja Barang dan Jasa antara lain, Alat tuliskantor,
benda pos, bahan/material, pemeliharaan, cetak/penggandaan, sewa
kantor desa, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan
minuman rapat, pakaian dinas dan atributnya, perjalanan dinas, upah
kerja, honorarium narasumber/ahli, operasional pemerintah desa,
operasional BPD, insentif rukun tetangga/rukun warga, dan pemberian
barang pada masyarakat/kelompok masyarakat.
Belanja Modal digunakan untuk pengeluaran dalam rangka
pembelian/pengadaan barang atau bangunan yang nilai manfaatnya
lebih dari 12 (dua belas) bulan yang digunakan untuk kegiatan
penyelenggaraan kewenangan desa antara lain, pembangunan jalan
desa, pembangunan jembatan desa, pengadaan komputer, pengadaan
meublair, dan lain sebainya.
3. Pembiayaan Desa
Merupakan semua penerimaan yang perlu dibayar kembali atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan
desa terdiri dari Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan.
A. Penerimaan Pembiayaan.
Penerimaan pembiayaan terdiri dari:
1) SiLPA tahun sebelumnya
SiLPA merupakan pelampauan penerimaan penapatan terhadap
belanja, penghemat belanja, dan sisa dana kegiatan lanjutan. SiLPA
digunakan untuk menutupi defisit anggaran apabila realisasi
pendapatan lebih kecil dari pada realisasi belanja, mendanai
pelaksanaan kegiatan lanjutan, dan mendanai kewajiban lainnya
yang sampai akhir tahun anggaran belum diselesaikan.
2) Pencairan Dana Cadangan.
Pencairan dana cadangan digunakan untuk menganggarkan
pencairan dana cadangan dari rekening dana cadangan ke rekening
kas desa dalam tahun anggaran berkenaan.
3) Hasil Pengajuan Kekayaan Desa yang Dipisahkan
23
Pengeluaran Pembiayaan, terdiri dari:
1) Pembentukan Dana Cadangan
Pembentukan dana cadangan digunakan untuk mendanai kegiatan
yang penyedeiaan dananya tidak dapat sekaligus/sepenuhnya
dibebankan dalam satu tahun anggaran. Pembentukan dana
cadangan ditetapkan dengan peraturan desa yang memuat paling
sedikit yaitu penetapan tujuan pembentukan dana cadangan,
program dan kegiatan yang akan dibiayai dari dana cadangan,
besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang harus dianggarkan,
sumber dana cadangan, tahun anggran pelaksanaan dana cadangan
2) Pernyataan Modal
Pernyataan modal digunakan untuk pemerintah daerah agar dapat
melakukan pernyataan modal desa yaitu BUM Desa [12].
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBD) digunakan dalam tugas akhir ini
karena sebagai dasar dari proses pelaksanaan. Proses pelaksanaan tidak dapat berjalan
jika proses pengaggaran belum dilaksanakan. Pada proses pelaksanaan membutuhkan
beberapa data dari hasil proses penganggaran.
2.1.4
Peraturan Pemerintah Mengenai Proses Pelaksanaan Pengelolaan
Keuangan Desa
Menurut Permendagri nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa
dijelaskan pada pasal 1 ayat 6 yang berbunyi “Pengelolaan Keuangan Desa adalah
keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan desa”. Desa memiliki kewenangan
khusus untuk mengatur dan mengurus penerimaan dan pengeluaran dana yang
penggunaannya harus dimanfaatkan untuk kemakmuran Desa. Oleh karena itu
perangkat Desa menjadi kunci utama dalam proses Pengelolaan Keuangan Desa.
Dalam Pemendagri terdapat beberapa bab yang menjelaskan Pengelolaan Keuangan
Desa salah satunya yaitu Bab 5. Berikut adalah pasal-pasal pada Bab 5 yang berkaitan
dengan proses pelaksanaan pengelolaan keuangan desa:
●
Pasal 26
yang menjelaskan Pengeluaran Desa yang mengakibatkan beban APBDes
tidak dapat dilakukan sebelum Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes
ditetapkan menjadi Peraturan Desa. Pengeluaran Desa tidak termasuk untu k belanja
pegawai yang bersifat mengikat dan operasional perkantoran yang ditetapkan
dalam peraturan Kepala Desa. Penggunaan biaya tak terduga terlebih dahulu harus
dibuat RABiaya yang telah disahkan oleh Kepala Desa.
●
Pasal 27
yang menjelaskan Pelaksanaan Kegiatan mengajukan pendanaan untuk
pelaksanaan untuk melaksanakan kegiatan harus disertai dengan dokumen antara
lain RAB yang akan di verifikasi oleh Sekertaris Desa dan disahkan oleh Kepala
Desa. Pelaksana Kegiatan bertanggungjawab terhadap pengeluaran yang
menyebabkan beban atas anggaran belanja kegiatan dengan mempergunakan buku
pembantu kas kegiatan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan desa.
●
Pasal 28
yang menjelaskan Pelaksana Kegiatan mengajukan SPP kepada Kepala
Desa, dimana SSP tersebut tidak boleh dilakukan sebelum barang atau jasa
diterima.
●
Pasal 29
yang menjelaskan Pengajuan SPP terdiri dari SPP, Pernyataan
tanggungjawab belanja, dan lampiran buku transaksi.
●
Pasal 30
yang menjelaskan Kewajiban Sekertaris Desa dalam pengajuan
pelaksanaan pembayaran.
●
Pasal 35
yang menjelaskan Bendahara Desa wajib mencatat setiap penerimaan d an
pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib dan
Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan
pertanggungjawaban yang disampaikan setiap bulan kepada Kepala Desa dan
paling lambat 10 bulan berikutnya.
●
Pasal 35
yang menjelaskan Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran
menggunakan Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu Pajak, dan Buku Bank.
25
●
Pasal 37
yang yang menjelaskan Kepala Desa menyampaikan Laporan Realisasi
APBDes kepada Bupati/Walikota berupa Laporan Semester Pertama yang yaitu
Laporan Realisasi APBDes yang disampaikan paling lambat bulan Juli tahun
berjalan dan Laporan Semerter Akhir yang disampaikan paling lambat pada akhir
bulan Januari tahun berikutnya.
●
Pasal
38
yang
menjelaskan
Kepala
Desa
menyampaikan
Laporan
Pertanggungjawaban Realisasi APBDes kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun
anggaran yang terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembayaran yang ditetapkan
dalam Peraturan Desa dengan dilampiri format Laporan Pertanggungjawaban
Realisasi Pelaksanaan APBDes tahun anggaran berkenaan, format Laporan
Kekayaan Milik Desa per 31 Desember tahun anggaran berkenaan dan format
Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang masuk ke desa.
●
Pasal 39
yang menjelaskan Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan
APBDes merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
●
Pasal 40
yang menjelaskan Laporan Realisasi dan Laporan Pertanggungjawaban
Realisasi APBDes diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis dan media
informasi yang mudah diakses oleh masyarakat berupa papan pengumuman, radio
komunikasi, dan media informasi lainnya.
●
Pasal 41
yang menjelaskan Laporan Realisasi dan Laporan Pertanggungjawaban
Realisasi Pelaksanaan APBDes disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui
Camat atau sebutan lain paling lambat 1 bulan setelah akhir tahun anggaran
berkenaan.
●
Pasal 42
yang menjelaskan format Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes,
Buku Pembantu Kas Kegiatan, RAB dan SPP serta Pernyataan Tanggungjawab
Belanja, Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDes pada semester pertama dan
semester akhir tahun serta Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan
APBDes.
●
Pasal 43
yang menjelaskan Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengelolaan
Keuangan Desa diatur dalam Peraturan Bupati/Walikot
2.2
Teknologi Dan Tools Pendukung
Berikut teknologi dan tools pendukung yang akan digunakan dalam membangun
aplikasi Pengelolaan Keuangan Desa.
2.2.1 Angular
Merupakan sebuah framework javascript yang dikembangankan atau dibangun oleh
tim Google. Menggunakan metode MVC yang membuat source code aplikasi kita
menjadi bersih dan mudah untuk dikembangkan. Sampai saat ini angular sudah
menjadi salah satu framework javascript yang paling populer dan banyak digunakan
oleh para developer di seluruh dunia untuk membangun aplikasi. Angular ini
digunakan untuk pembangunan User Interface pada aplikasi pengelolaan keuangan
desa dengan arsitektur microservice.
2.2.2 Spring
F ramework
Spring merupakan framework Java yang mempermudah para programmer dalam
membuat sebuah aplikasi Java dengan menerapkan salah satunya adalah design-patern
: dependency-injection. Beberapa Fitur yang disediakan Spring Framework adalah
sebagai berikut.
1. Depedency Injection.
2. Aspect Oriented Programming.
3. Spring MVC dan Restful Web Service.
4. Support koneksi database, dsb.
Spring framework ini digunakan untuk membangun REST API ( Application
Programming Interface) pada aplikasi pengelolaan keuangan desa dengan arsitektur
27
2.2.3 MySQL
MySQL merupakan sebuah perangkat lunak sistem manajemen database. Pada
pengembangan aplikasi pengelolaan keuangan desa dengan arsitektur microservice,
MySQL digunakan sebagai perangkat lunak untuk menyimpan dan mengelola data
karena MySQL mudah digunakan dan dapat melakukan proses pengelolaan data
dengan sta
BAB III
ANALISIS
Pada bab ini dijelaskan mengenai analisis dari sistem yang sedang pada desa
Kertawangi. Analisis pada sistem yang sedang berjalan ini meliputi : analisis proses
bisnis pada proses penganggaran dan pelaporan, analisis data yang dibutuhkan,
analisis arsitektur, business rules, pengguna dan perannya dan domain model.
Hasil yang diperoleh dan evaluasi yang dilakukan dari tahap analisis ini dapat
digunakan untuk membuat solusi dalam menentukan requirements untuk membuat
perancangan Pengembangan Aplikasi Pengelolaan Keuangan Desa dengan
Arsitektur microservice.
3.1 Analisis Sistem yang Sedang Berjalan (As-Is)
Analisis Sistem yang Sedang Berjalan menjelaskan proses bisnis, aturan bisnis,
analisis data dan domain model pada proses-proses yang terkait dalam proses
pelaksanaan pengelolaan keuangan desa pada aplikasi SISKEUDES di desa
Kertawangi. Tujuan dari menganalisis sistem yang berjalan adalah agar dapat
mengetahui apa saja kekurangan dan kelebihan yang terdapat dalam sistem serta
sebagai acuan untuk pengembangan aplikasi pengelolaan keuangan desa dengan
arsitektur microservice. Untuk kemudian kelebihan yang ada pada sistem itu
dipertahankan dan kekurangan pada sistem di kembangkan menjadi lebih baik.
3.1.1 Deskripsi Sistem
Sistem yang sedang berjalan adalah proses-proses yang terkait dalam proses
pelaksanaan pada aplikasi pengelolaan keuangan desa pada aplikasi SISKEUDES
di desa Kertawangi. Aplikasi ini berbasis dekstop application dan menggunakan
penyimpanan data ODBC. Aplikasi ini menangani proses perencanaan,
pengelolaan data anggaran belanja, pengelolaan data anggaran pendapatan dan
pengelolaan data anggaran pembiayaan. Proses penatausahaan meliputi buku-buku
atau dokumen terkait pengelolaan keuangan desa. Proses pelaporan meliputi
laporan-laporan terkait pengelolaan keuangan desa.
Aplikasi SISKEUDES dipublikasi oleh pemerintah pada tahun 2015 dan
diimplementasikan perdana di Pemerintahan Kabupaten Masmasa pada ta hun yang
sama. Aplikasi ini dikembangkan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) dalam rangka meningkatkan kualitas tata kelola keuangan
desa [18]. Fitur – fitur yang ada dalam aplikasi ini dibuat sederhana dan user
friendly sehingga memudahkan pengguna dalam mengoperasikan aplikasi ini [18].
Aplikasi SISKEUDES ini masih menggunakan arsitektur monolitik. Service yang
terdapat pada aplikasi ini tergabung dalam satu package bersamaan dengan user
interface. Service ini yang nantinya akan dipanggil atau diminta oleh user melalui
user interface untuk mengoperasikan data – data yang berada pada database.
3.1.2 Analisis Stakeholder Sistem
Untuk menganalisis proses-proses yang terdapat pada sistem yang berjalan, maka
perlu mengetahui stakeholder dan perannya terlebih dahulu. Berikut ini penjelasan
stakeholder beserta peran dan tugasnya.
No Stakeholder Role, Task, Rule
1 Kepala Desa Role:
Kepala Desa merupakan pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekasayaan milik desa yang dipisahkan.
Task:
1. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APB Desa. 2. Menetapkan PTPKD (Perencanaan Tenaga Kerja Desa).
3. Menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa.
4. Menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan dalam APB Desa.