• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

(2)
(3)

K

K

K

A

A

A

T

T

T

A

A

A

P

P

P

E

E

E

N

N

N

G

G

G

A

A

A

N

N

N

T

T

T

A

A

A

R

R

R

Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KPw BI Provinsi NTT melakukan pengkajian dan penelitian terhadap perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, serta masyarakat lainnya.

Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Nusa Tenggara Timur ini mencakup Makro Ekonomi Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran, serta Prospek Perekonomian Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data yang berasal dari internal Bank Indonesia maupun dari eksternal, dalam hal ini dinas/instansi terkait.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik, dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerjasama yang telah terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.

Kupang, Mei 2014

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur

Naek Tigor Sinaga Deputi Direktur

(4)

D

D

D

A

A

A

F

F

F

T

T

T

A

A

A

R

R

R

I

I

I

S

S

S

I

I

I

Halaman Judul --- i

Kata Pengantar --- ii

Daftar Isi --- iii

Daftar Grafik --- v

Daftar Tabel --- vii

Ringkasan Umum --- x

BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1 Kondisi Umum --- 1

1.2 Sisi Penggunaan --- 2

1.3 Sisi Sektoral --- 6

BOKS 1. KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM DI KOTA KUPANG --- 11

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 Kondisi Umum --- 14

2.2 Perkembangan Inflasi NTT --- 15

2.3 Disagregasi Inflasi --- 17

2.4 Inflasi NTT Berdasarkan Kota --- 19

2.4.1 Inflasi Kota Kupang --- 19

2.4.2 Inflasi Kota Maumere --- 21

BOKS 2. EL NINO DAN NTT: DAMPAKNYA TERHADAP LAJU INFLASI --- 23

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1 Kondisi Umum --- 27

3.2 Perkembangan Bank Umum --- 29

3.2.1 Intermediasi Perbankan --- 29

3.2.2 Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) --- 34

3.2.3 Kinerja Perbankan Umum Berdasarkan Sebaran Pulau --- 36

3.3 Sistem Pembayaran --- 37

3.3.1 Transaksi Non Tunai--- 37

3.3.2 Transaksi Tunai --- 38

BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH 4.1 Kondisi Umum --- 41

(5)

4.3 Belanja Daerah --- 43

BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 5.1 Kondisi Umum --- 45

5.2 Perkembangan Ketenagakerjaan --- 46

5.2.1 Kondisi Ketenagakerjaan Umum --- 46

5.2.2 Pengangguran --- 48

5.3 Perkembangan Kesejahteraan --- 49

5.3.1 Kondisi Kesejahteraan Umum --- 49

5.3.2 Tingkat Kemiskinan --- 50

BOKS 3. KUALITAS PENDIDIKAN DI NTT MASIH HARUS DITINGKATKAN --- 53

BAB VI OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH 6.1 Pertumbuhan Ekonomi --- 56

(6)

D

D

D

A

A

A

F

F

F

T

T

T

A

A

A

R

R

R

G

G

G

R

R

R

A

A

A

F

F

F

I

I

I

K

K

K

Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT --- 1

Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT --- 1

Grafik 1.3 Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penggunaan --- 2

Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Sektor Bisnis --- 3

Grafik 1.5 Realisasi Belanja Pemerintah Tw-I --- 3

Grafik 1.6 Kredit Konsumsi --- 3

Grafik 1.7 Perkembangan IKE --- 3

Grafik 1.8 Kredit Investasi --- 4

Grafik 1.9 PDRB Ekspor-Impor --- 5

Grafik 1.10 Perkembangan Bongkar Muat --- 5

Grafik 1.11 Negara Tujuan Ekspor --- 5

Grafik 1.12 Pengiriman Ternak --- 6

Grafik 1.13 Perkembangan Penjualan Eceran --- 7

Grafik 1.14 Kredit Sektor PHR --- 7

Grafik 1.15 Perkembangan Peti Kemas --- 8

Grafik 1.16 Jumlah Tamu Hotel --- 8

Grafik 1.17 Konsumsi Semen NTT --- 8

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT --- 15

Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan NTT --- 16

Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Triwulan I-2013 NTT --- 16

Grafik 2.4 Struktur Inflasi Bulanan NTT --- 17

Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi NTT --- 18

Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Kupang --- 19

Grafik 2.7 Inflasi Triwulanan Kupang --- 20

Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Maumere --- 21

Grafik 2.9 Inflasi Triwulanan Maumere --- 22

Grafik 3.1 Perkembangan LDR --- 29

Grafik 3.2 Perkembangan Undisbursed Loan --- 29

Grafik 3.3 Komposisi DPK --- 30

Grafik 3.4 DPK Menurut Golongan Pemilik --- 30

(7)

Grafik 3.8 Perkembangan Cek/BG Kosong --- 37

Grafik 3.9 Nilai Transaksi RTGS --- 38

Grafik 3.10 Volume Transaksi RTGS --- 38

Grafik 3.11 Perkembangan Transaksi Tunai --- 39

Grafik 4.1 APBD Provinsi NTT --- 41

Grafik 4.2 Realisasi APBD Triwulan I-2014 --- 41

Grafik 4.3 Realisasi Pendapatan --- 42

Grafik 4.4 Realisasi Belanja --- 43

Grafik 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT --- 48

Grafik 5.2 Perkembangan UMP NTT --- 49

Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Penghasilan --- 49

Grafik 5.4 Perkembangan NTP NTT --- 50

Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT --- 57

Grafik 6.2 Perkiraan SKDU dan Harga Jual --- 57

Grafik 6.3 Perkembangan Tendensi Konsumen Mendatang --- 58

(8)

D

D

D

A

A

A

F

F

F

T

T

T

A

A

A

R

R

R

T

T

T

A

A

A

B

B

B

E

E

E

L

L

L

Tabel 1.1 Kinerja Perbankan NTT --- 9

Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Sisi Sektoral --- 9

Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Sektoral --- 9

Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sisi Penggunaan --- 10

Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penggunaan --- 10

Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT --- 15

Tabel 2.2 Inflasi NTT per Kelompok Komoditas --- 16

Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok Komoditas --- 20

Tabel 2.4 Inflasi Maumere per Kelompok Komoditas --- 21

Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan NTT (Bank Umum dan BPR) ---- 27

Tabel 3.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai --- 28

Tabel 3.3 Perkembangan Transaksi Tunai --- 28

Tabel 3.4 Perkembangan Kinerja DPK Bank Umum --- 30

Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum --- 31

Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Modal Kerja Bank Umum --- 31

Tabel 3.7 Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum --- 32

Tabel 3.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral Bank Umum --- 33

Tabel 3.9 Perkembangan Komponen Kredit UMKM Bank Umum --- 34

Tabel 3.10 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral Bank Umum--- 35

Tabel 3.11 Indikator Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau --- 36

Tabel 3.12 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain --- 39

Tabel 4.1 Realisasi dan Rencana Tahun Anggaran 2014 --- 44

Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Kegiatan --- 46

Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama --- 47

Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Usia 15+ Menurut Status Pekerjaan Utama ---- 47

Tabel 5.4 Pendapat Konsumen Mengenai Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu --- 49

Tabel 5.5 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di NTT tahun 2005 s.d. September 2013 --- 51

Tabel 5.6 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah tahun 2005 s.d. September 2013--- 51

(9)

Tabel 6.1 Ekspektasi Kondisi Usaha Provinsi NTT Triwulan I-2014 (Indeks) -- 57 Tabel 6.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Global --- 59

(10)

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2 Kupang NTT

(11)

Ringkasan Umum

KER Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan I-2014

 EEEKKKOOONNNOOOMMMIIIMMMAAAKKKRRROOORRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL

Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan laporan sebesar 5,02% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,62% (yoy). Dari sisi penggunaan, peningkatan kinerja impor yang disertai dengan

perlambatan kinerja ekspor menyebabkan perlambatan net ekspor. Meskipun demikian, kinerja konsumsi dan investasi menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya

Dari sisi sektoral, kinerja sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengalami peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju pertumbuhan ekonomi NTT masing-masing sebesar 1,14% dan 1,87%. Sementara itu, kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) mengalami perlambatan yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya dengan andil sebesar 0,95%.

Secara triwulanan, perekonomian NTT turun signifikan sebesar 5,64% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,37% (qtq). Dari sisi penggunaan, seluruh komponen mangalami penurunan cukup signifikan dengan penurunan tertinggi berasal dari komponen investasi yang tercatat sebesar -37,68% (qtq). Dari sisi sektoral, penurunan kinerja terjadi hampir pada semua sektor ekonomi, dengan penurunan kinerja triwulanan paling tinggi terjadi pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang mencapai -12,72%% (qtq), kemudian diikuti oleh sektor PHR yang tercatat sebesar -10,10% (qtq), serta sektor bangunan sebesar -9,44% (qtq). Sementara itu, kinerja sektor pertanian justru mengalami peningkatan sebesar 0,10% (qtq).

 PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNNIIINNNFFFLLLAAASSSIIIRRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL

Inflasi NTT pada triwulan I-2014 tercatat lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya. Penurunan laju inflasi yang terjadi pada akhir

periode laporan menyebabkan pencapaian inflasi triwulan I-2014 secara umum lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari 8,41% (yoy) menjadi sebesar 7,78% (yoy). Kondisi tersebut didorong oleh penurunan harga kelompok

(12)

bergejolak (volatile foods) dan administered prices. Rendahya inflasi pada kelompok volatile foods selain disebabkan oleh faktor supply yang memadai juga disebabkan membaiknya kondisi cuaca terutama di akhir periode laporan. Pada kelompok administered prices, tekanan angkutan udara relatif rendah sesuai dengan polanya, dimana awal tahun merupakan periode low season sehingga permintaan berada pada level normal. Di sisi lain, inflasi inti (core inflation) mengalami peningkatan yang salah satunya disebabkan oleh peningkatan sewa rumah.

Rendahnya inflasi di Kota Kupang terjadi seiring lancarnya distribusi pasokan bahan makanan terutama subkelompok telur, susu dan hasilnya sebagai dampak kondusifnya kondisi cuaca. Sementara itu, Kota Maumere mengalami peningkatan inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang salah satunya disebabkan oleh peningkatan subkelompok ikan segar. Pada triwulan laporan, tercatat inflasi Kota Kupang sebesar 7,99% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 8,84% (yoy). Sedangkan inflasi Kota Maumere mencapai 6,39% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,24% (yoy).

Pergerakan inflasi NTT dan Nasional pada triwulan laporan secara umum searah. Faktor supply menjadi penyebab utama yang menggerakkan inflasi NTT. Di sisi lain, ekspektasi masyarakat, baik konsumen maupun pedagang, berkontribusi menggerakkan level inflasi NTT lebih tinggi dibandingkan Nasional. Permasalahan keterbatasan supply menjadi penyebab utama tingginya inflasi pada periode laporan. Selain itu, tingginya ketergantungan terhadap supply dari daerah lain menyebabkan NTT rentan terhadap guncangan penawaran (supply shock) yang terjadi di daerah pemasok.

 PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNNPPPEEERRRBBBAAANNNKKKAAANNNDDDAAANNNSSSIIISSSTTTEEEMMMPPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN

Kinerja perbankan dan sistem pembayaran pada triwulan laporan relatif melambat. Dari sisi kinerja keuangan, gabungan aset bank umum dan BPR

tercatat Rp23,66 triliun dengan pertumbuhan sebesar 11,23% (yoy), atau melambat dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya. Demikian pula dengan penyaluran kredit perbankan yang turut mengalami perlambatan. Pada triwulan laporan, penyaluran kredit juga tumbuh melambat sebesar 17,79% (yoy) dengan outstanding mencapai Rp15,34 triliun, namun dengan risiko kredit (NPL) yang sedikit

(13)

sisi lain, penghimpunan DPK tumbuh positif sebesar 11,56% (yoy) dengan nominal Rp17,33 triliun. Fungsi intermediasi perbankan di NTT juga relatif baik yang tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) yang sebesar 88,54%, meskipun angka tersebut menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 91,14%.

Kinerja sistem pembayaran juga mengalami perlambatan. Aktivitas transaksi non tunai melalui fasilitas Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) tercatat sebesar Rp542,52 miliar, sementara transaksi melalui fasilitas Real Time Gross Settlement (RTGS) tercatat sebesar Rp17,19 triliun selama triwulan laporan. Sementara dari sisi transaksi tunai, pada triwulan laporan terjadi net inflow yaitu jumlah uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk (inflow). Kondisi ini sejalan dengan tren yang terjadi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini diperkirakan sebagai akibat menurunnya aktivitas ekonomi selama triwulan laporan terkait dengan kondisi cuaca yang kurang kondusif.

 KKKEEEUUUAAANNNGGGAAANNNPPPEEEMMMEEERRRIIINNNTTTAAAHHH

APBD Provinsi Nusa Tenggara tahun 2014 secara umum meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Rencana anggaran pendapatan Tahun 2014

tercatat sebesar Rp 2,72 triliun, atau meningkat sebesar 16,16%(yoy) dibandingkan dengan tahun 2013. Selain rencana pendapatan, pos belanja juga mengalami peningkatan sebesar 14,05%(yoy) dari Rp 2,40 triliun menjadi Rp 2,74 triliun pada tahun 2014. Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi NTT pada periode laporan tercatat sebesar Rp 689,32 miliar atau mencapai 25,33%dari total rencana pendapatan tahun 2014. Realisasi tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 26,79%.Dari sisi belanja, realisasi anggaran belanja pemerintah tercatat sebesar Rp 331,94 miliar atau mencapai 12,12% dari total rencana belanja.

 KKKEEETTTEEENNNAAAGGGAAAKKKEEERRRJJJAAAAAANNNDDDAAANNNKKKEEESSSEEEJJJAAAHHHTTTEEERRRAAAAAANNN

Perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat NTT pada triwulan laporan menunjukkan kondisi yang positif. Berdasarkan data

(14)

2014 memperlihatkan peningkatan yang tergambar dari bertambahnya kelompok penduduk yang bekerja disertai berkurangnya tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja pada bulan Februari 2014 mencapai 2.383.116 jiwa, meningkat sebesar 33.557 jiwa atau 1,43% (yoy) dibandingkan Februari 2013. Sementara tingkat pengangguran terbuka tercatat sebesar 1,97% atau lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 2,12%. Tren perbaikan kondisi ketenagakerjaan juga tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan KPw BI Provinsi NTT. Hasil SKDU triwulan I-2014 menunjukkan, indeks ketenagakerjaan tercatat sebesar 8,08, naik dibanding tahun sebelumnya yang hanya sebesar 4,39.

Sementara itu, kondisi kesejahteraan masyarakat NTT berdasarkan data BPS posisi September 2013 menunjukkan kondisi yang positif tercermin dari penurunan persentasi penduduk miskin dari 20,41% pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 20,24%. Indeks keparahan dan kedalaman kemiskinan serta tingkat optimisme masyarakat perkotaan juga membaik pada September 2013. Berdasarkan hasil Survei Konsumen bulan Maret 2014, terlihat adanya kenaikan tingkat optimisme, khususnya pada masyarakat dengan penghasilan menengah ke atas terhadap tingkat kesejahteraan saat ini dibandingkan enam bulan yang lalu. Indikator kesejahteraan di daerah pedesaan yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

 PPPRRROOOSSSPPPEEEKKKPPPEEERRREEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN

Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan II-2014 diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan laporan. Berdasarkan historis, kondisi ekonomi terkini, dan prediksi shock yang akan terjadi di masa mendatang, pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan II-2014 diperkirakan akan berada pada kisaran 5,1% - 5,5% (yoy) dengan kecenderungan moderat.

Inflasi tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan mendatang diperkirakan akan berada pada kisaran 7,8%-8,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2014. Meningkatnya tekanan inflasi pada

triwulan II-2014 terutama disebabkan oleh tekanan dari kelompok administered prices. Kebijakan penyesuaian Tarif Tenaga Listrik (TTL) berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 9 Tahun 2014 tentang Tarif Tenaga

(15)

memberikan dampak cukup signifikan terhadap laju inflasi. Sebagai informasi, penerapan tarif listrik untuk golongan I ditetapkan setiap bulannya hingga akhir tahun. Sementara untuk golongan II dan III (sektor industri) diterapkan setiap 2 bulan sekali hingga bulan November. Selain itu, liburan sekolah yang diperkirakan jatuh pada bulan Juni diperkirakan akan meningkatkan tarif angkutan udara seiring meningkatnya permintaan.

(16)

E

E

E

K

K

K

O

O

O

N

N

N

O

O

O

M

M

M

I

I

I

M

M

M

A

A

A

K

K

K

R

R

R

O

O

O

R

R

R

E

E

E

G

G

G

I

I

I

O

O

O

N

N

N

A

A

A

L

L

L

Kinerja pertumbuhan ekonomi NTT mengalami perlambatan.

Dari sisi sektoral, sektor PHR mengalami perlambatan tertinggi.

Dari sisi penggunaan, peningkatan kinerja impor yang disertai penurunan kinerja ekspor membuat laju net ekspor NTT tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.

1

1..11 KKoonnddiissiiUUmmuumm

Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan laporan sebesar 5,02% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,62% (yoy). Dari sisi penggunaan, peningkatan kinerja impor yang

disertai dengan perlambatan kinerja ekspor menyebabkan perlambatan net ekspor. Meskipun demikian, kinerja konsumsi dan investasi menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya

Dari sisi sektoral,kinerja sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengalami peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju pertumbuhan ekonomi NTT masing-masing sebesar 1,14% dan 1,87%. Sementara itu, kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) mengalami perlambatan yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya dengan andil sebesar 0,95%.

-15% -10% -5% 0% 5% 10% 15% 3,000.00 3,100.00 3,200.00 3,300.00 3,400.00 3,500.00 3,600.00 3,700.00 3,800.00 3,900.00 4,000.00 I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 R p m ili ar

PDRB Pertumbuhan yoy (axis kanan) Pertumbuhan qtq (axis kanan)

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 Jasa-jasa

Keuangan dan Persewaan

Transp & Kom

PHR

Bangunan (konstruksi)

Listrik,Gas dan Air Industri Pengolahan Pertambangan Pertanian

Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT

(17)

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

Secara triwulanan, perekonomian NTT turun signifikan sebesar 5,64%(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,37% (qtq). Dari sisi penggunaan, seluruh komponen mangalami penurunan

cukup signifikan dengan penurunan tertinggi berasal dari komponen investasi yang tercatat sebesar -37,68% (qtq). Dari sisi sektoral, penurunan kinerja terjadi hampir pada semua sektor ekonomi, dengan penurunan kinerja triwulanan paling tinggi terjadi pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang mencapai -12,72%% (qtq), kemudian diikuti oleh sektor PHR yang tercatat sebesar -10,10% (qtq), serta sektor bangunan sebesar -9,44% (qtq). Sementara itu, kinerja sektor pertanian justru mengalami peningkatan sebesar 0,10% (qtq).

1

1..22 SSiissiiPPeenngggguunnaaaann

Positifnya kinerja konsumsi

belum mampu mendorong

pertumbuhan ekonomi secara

optimal. Aktivitas konsumsi periode

laporan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dengan laju pertumbuhan sebesar 7,11% (yoy) dan andil terhadap laju pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan sebesar 7,38% (yoy). Sejalan dengan hal

tersebut, kinerja investasi turut mengalami peningkatan yakni dari sebesar 6,37% (yoy) menjadi sebesar 7,46% (yoy). Sementara itu, kinerja net ekspor mengalami perlambatan sangat signifikan yakni dari sebesar -2,26% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar -23,68% (yoy) pada periode laporan. Tingginya ketergantungan impor terutama terhadap yang berasal dari daerah lain, menyebabkan defisit net ekspor (net impor) lebih tinggi pada periode laporan. 1. Konsumsi

Laju pertumbuhan konsumsi mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Total konsumsi pada periode laporan tumbuh sebesar

7,11% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya 2,17% (yoy). Peningkatan kinerja konsumsi terutama disebabkan oleh peningkatan

Grafik 1.3 Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penggunaan 7.38% 1.08% 0.55% 5.29% 1.29% 0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% Konsumsi Investasi Ekspor Impor Perubahan stok

(18)

seluruh subkomponen konsumsi dengan peningkatan tertinggi bersumber dari subkomponen konsumsi nirlaba yang tercatat sebesar 7,86% (yoy). Sementara itu, konsumsi secara triwulanan mengalami penurunan sebesar 7,25% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan tersebut terjadi pada seluruh subkomponen dengan penurunan tertinggi berasal dari subkomponen konsumsi pemerintah yang tercatat sebesar -25,88% (qtq). Realisasi anggaran pemerintah yang belum optimal menjadi faktor utama penurunan tersebut.

Selanjutnya subkomponen konsumsi nirlaba mengalami penurunan tertinggi setelah konsumsi pemerintah dengan angka sebesar -4,67% (qtq). Hal tersebut diantaranya terkonfirmasi oleh penurunan konsumsi listrik sektor bisnis pada triwulan laporan sebesar-10,69% (qtq).

5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 45,000

I II III IV I II III IV I II III IV I 2011 2012 2013 2014 ri b u kw h

Konsumsi (ribu kwh/axis kiri) Jumlah Pelanggan (axis kanan)

1, 036.09 1,139 .42 1, 164 .44 1, 257 .42 1, 350 .22 2, 353.82 2,400 .82 2, 738 .06 7.39% 13.05% 9.60% 10.49% 9.79% 13.16% 17.85% 12.12% 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 R p m ili ar Rencana Belanja Realisasi Belanja Tw-I

0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 10,000 I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014

Konsumsi y-o-y konsumsi

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014

Indeks Ekonomi Saat Ini Indeks Penghasilan Saat Ini Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Indeks Ketersediaan Kerja

Grafik 1.6 Kredit Konsumsi Grafik 1.7 Perkembangan IKE

Sumber : Biro Keuangan diolah Sumber : PLN Wilayah NTT diolah

(19)

2. Investasi

Kinerja investasi

menunjukkan peningkatan

dibandingkan triwulan

sebelumnya. Secara tahunan, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mengalami peningkatan dari 6,37% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,46% (yoy). Meningkatnya laju pertumbuhan

investasi salah satunya disebabkan oleh pelaksanaan proyek MP3EI terkait pembangunan PLTU-II Kupang, PLTU Alor dan PLTU Rote Ndao yang ditargetkan selesai akhir tahun ini. Hal tersebut terindikasi dari peningkatan kredit investasi sebesar 31,21% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Secara triwulanan, investasi mengalami penurunan signifikan sebesar 37,68% (qtq). Menurunnya investasi pada periode laporan diindikasikan terkait erat dengan menurunnya kinerja sektor bangunan. Hal tersebut dikonfirmasi dengan konsumsi semen di NTT yang mengalami perlambatan yang cukup signifikan yakni dari sebesar 19,49% (qtq) menjadi sebesar 3,23% (qtq) pada periode laporan. Kondisi tersebut juga sejalan dengan dimulainya tahun anggaran baru sehingga proyek proyek pemerintah yang berasal dari dana APBN dan APBD baru mulai proses pengadaan.

3. Net Ekspor

Secara tahunan, kinerja net ekspor mengalami perlambatan sangat signifikan sehingga mendorong perlambatan pertumbuhan ekonomi dibanding triwulan sebelumnya. Pada periode laporan, nilai tambah dari

kegiatan ekspor NTT sebesar Rp966 miliar atau sebesar 2,03% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,32% (yoy). Sementara itu, laju pertumbuhan impor mengalami peningkatan cukup tinggi dari 2,74% (yoy) pada triwulan IV-2013 menjadi sebesar 11,19% (yoy) pada periode laporan. Hal tersebut berdampak pada pertumbuhan net ekspor yang mengalami penurunan sangat signfikan yakni sebesar -23,68% (yoy). Kondisi ini dipengaruhi oleh tingginya impor, terutama impor antar daerah untuk pemenuhan kebutuhan

Sumber : KBI Kupang

Grafik 1.8 Kredit Investasi

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014

(20)

masyarakat. Minimnya sektor industri di NTT, baik industri makanan maupun non makanan berdampak pada ketergantungan masyarakat NTT yang cukup tinggi terhadap aktivitas impor antar daerah.

Secara triwulanan, kinerja ekspor dan impor di NTT mengalami penurunan cukup signifikan masing masing sebesar 15,15% (qtq) dan 26,17% (qtq). Kondisi tersebut dikonfirmasi dari data bongkar muat di Pelabuhan Tenau yang tercatat mengalami penurunan unloading (bongkar) cukup signifikan dibandingkan peningkatan loading (muat) sehingga net loading mengalami penurunan sebesar 35,42% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya.

Dari sisi ekspor antar negara, Tiongkok masih menjadi tujuan utama ekspor NTT. Sedangkan negara berikutnya adalah negara Afrika, dimana komoditas ekspor yang dominan adalah komoditas semen dan ikan Tuna. Pengiriman dilakukan melalui pelabuhan Tenau ataupun Pelabuhan Atapupu. Volume ekspor luar negeri pada triwulan laporan mencapai 9,47 ribu ton atau

(2,000.00) (1,500.00) (1,000.00) (500.00) 500.00 1,000.00 1,500.00 2,000.00 2,500.00 3,000.00 I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 M ili ar R p

Net Ekspor Ekspor Impor

(150,000) (100,000) (50,000) 50,000 100,000 150,000 200,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

To

n

Net Loading Unloading Loading Grafik 1.9 PDRB Ekspor - Impor

Sumber : KPw BI Prov. NTT Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

Grafik 1.11 Negara Tujuan Ekspor Grafik 1.10 Perkembangan Bongkar Muat

Sumber : PT Pelindo Tenau

0% 20% 40% 60% 80% 100% I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 EUROPE AUSTRALIA ASIA AMERICA AFRICA

(21)

mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 16,48 ribu ton. Dari total jumlah tersebut, sebanyak 76,79% ditujukan ke negara Tiongkok.

1

1..33 SSiissiiSSeekkttoorraall

Dari sisi sektoral, sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengalami peningkatan, sementara sektor PHR melambat. Tiga sektor utama yang

menjadi penggerak roda perekonomian Provinsi NTT memiliki andil paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan adalah sektor pertanian, sektor jasa-jasa serta sektor PHR. Ketiga sektor tersebut masing-masing memiliki andil sebesar 35,01%, 26,41%, dan 17,70%. Sementara sektor lainnya yang memiliki andil cukup besar (di atas 5%) yaitu sektor angkutan dan komunikasi (7,54%) serta sektor bangunan/konstruksi (6,22%).

1. Sektor Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada periode laporan tercatat meningkat. Kinerja sektor pertanian pada periode laporan tercatat sebesar 3,19% (yoy), meningkat dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang sebesar 2,82% (yoy). Penyebab utama meningkatnya kinerja sektor pertanian adalah peningkatan kinerja subsektor tabama dan

subsektor perikanan. Sementara laju pertumbuhan subsektor perkebunan, perternakan dan kehutanan mengalami perlambatan. Perlambatan tersebut salah satunya dipengaruhi tingginya intensitas curah hujan pada awal periode laporan (Januari-Februari).

Secara triwulanan, hampir semua subsektor mengalami penurunan, kecuali subsektor tabama. Musim panen tabama pada periode laporan menyebabkan terjadinya peningkatan laju pertumbuhan tabama menjadi sebesar 9,12% (qtq). Sementara menurunnya laju pertumbuhan subsektor peternakan diindikasikan dari -60% -40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 2,500 5,000 7,500 10,000 12,500 15,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Eko

r

Loading Ternak yoy (axis kanan)

Grafik 1.12 Pengiriman Ternak

(22)

menurunnya pengiriman ternak lewat jalur laut yang turun sebesar 38,02% (qtq) dibandingkan pengiriman triwulan sebelumnya.

2. Sektor Jasa-jasa

Kinerja sektor jasa-jasa mengalami peningkatan sebesar 7,24% (yoy). Sektor jasa masih dominan digerakkan oleh subsektor jasa pemerintahan

umum dengan kontribusi sebesar 75,81%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas ekonomi masih ditopang dari anggaran pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Laju pertumbuhan subsektor pemerintah umum mengalami kenaikan sebesar 7,97% (yoy) sebagai dampak dari kenaikan anggaran belanja dan gaji pemerintahan tahun anggaran 2014.

3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Kinerja sektor PHR relatif melambat pada triwulan laporan. Laju

pertumbuhan sektor PHR sebesar 5,40% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 8,82% (yoy). Melambatnya kinerja sektor PHR terutama disebabkan oleh perlambatan subsektor perdagangan besar dan eceran. Secara triwulanan, laju pertumbuhan sektor PHR mengalami penurunan sebesar 9,44% (qtq). Subsektor perdagangan besar dan eceran mengalami penurunan sebesar 9,55% (yoy) seiring dengan melambatnya konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan. Menurunnya kinerja subsektor perdagangan juga tercermin dari melambatnya perkembangan omset penjualan eceran dan aktivitas bongkar muat peti kemas melalui Pelabuhan Tenau yang mengalami penurunan cukup signifikan di awal tahun (terutama Januari-Februari).

-30.00% -20.00% -10.00% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% Ja n

Feb Mar Apr M

e i Ju n Ju l Ag u s t S e p Okt No p De s Ja n Feb Mar 2013 2013 2014 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 PHR PHR (yoy) Grafik 1.13 Perkembangan Penjualan Eceran Grafik 1.14 Kredit Sektor PHR

(23)

Periode laporan juga merupakan low season bagi pariwisata, sehingga hal tersebut mempengaruhi kinerja subsektor hotel. Menurunnya pertumbuhan subsektor hotel tercermin dari data jumlah kunjungan tamu hotel yang turun sebesar 28,54% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara umum, subsektor hotel mengalami penurunan laju pertumbuhan triwulanan sebesar 7,32% (qtq). 4. Sektor Lainnya

Sektor lain yang cukup signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di NTT adalah sektor bangunan. Pada

triwulan laporan, laju pertumbuhan sektor bangunan sebesar 5,65% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 4,39% (yoy). Peningkatan laju pertumbuhan sektor bangunan selain dipengaruhi oleh pertumbuhan investasi pemerintah, juga signifikan dipengaruhi

oleh investasi swasta. Secara triwulanan, pertumbuhan sektor bangunan mengalami penurunan sebesar 8,05% (qtq). Hal tersebut terkonfirmasi dengan laju konsumsi semen di NTT yang mengalami perlambatan yang cukup signifikan sebesar 3,23% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang mencapai 19,49% (qtq). Kondisi tersebut sejalan dengan dimulainya tahun anggaran baru sehingga proyek

proyek pemerintah yang berasal dari dana APBN dan APBD baru dimulai.

-20% -15% -10% -5% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 2,500 5,000 7,500 10,000 12,500 15,000 17,500 20,000 22,500 25,000

I II III IV I II III IV I II III IV I 2011 2012 2013 2014

Box

Peti kemas yoy (axis kanan)

2,000 7,000 12,000 17,000 22,000 27,000 32,000 37,000 42,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Jumlah Tamu Grafik 1.15 Perkembangan Peti Kemas

-40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 50 100 150 200 250 300

I II III IV I II III IV I II III IV I 2011 2012 2013 2014 R ib u t o n

Konsumsi Semen yoy (axis kanan) Grafik 1.16 Jumlah Tamu Hotel

Sumber : BPS diolah Sumber : PT.Pelindo diolah

Grafik 1.17 Konsumsi Semen NTT

(24)

Pertumbuhan sektor keuangan dan persewaan tercatat sebesar 7,42% (yoy). Laju pertumbuhan di sektor keuangan dan persewaan sedikit

melambat dibanding kinerja triwulan sebelumnya seiring penurunan kinerja subsektor bank dan subsektor jasa perusahaan masing masing menjadi sebesar 8,82% (yoy) dan 3,14% (yoy). Perlambatan ekonomi global berdampak terhadap peningkatan BI rate sehingga mempengaruhi kinerja funding perbankan.

Dalam Rp Miliar 2014 I II III IV I II III IV I Pertanian 1,204 1,237 1,229 1,240 1,237 1,270 1,259 1,275 1,276 Pertambangan 43 45 49 50 46 48 51 52 48 Industri Pengolahan 47 48 51 53 47 50 53 54 49 Listrik, Gas dan Air 15 15 16 17 16 16 17 18 17 Bangunan (Konstruksi) 202 219 232 236 215 233 241 247 227 Perdagangan, Hotel & Restoran 573 614 640 655 612 661 696 712 645 Transportasi & Komunikasi 251 256 270 274 266 267 285 291 275 Keuangan dan Persewaan 125 134 144 152 135 145 158 167 145 Jasa-jasa 835 877 941 982 898 949 1,013 1,048 963 PDRB 3,294 3,446 3,572 3,658 3,471 3,638 3,774 3,863 3,645 Sektor 2012 2013 2014 I II III IV I II III IV I Pertanian 2.78% 2.99% 3.70% 3.10% 2.67% 2.70% 2.42% 2.82% 3.19% Pertambangan 6.54% 5.78% 7.35% 6.70% 5.97% 6.41% 3.69% 4.10% 4.97% Industri Pengolahan 4.96% 3.90% 5.57% 5.44% 1.53% 3.02% 3.26% 3.48% 4.65%

Listrik, Gas dan Air 6.25% 4.91% 5.49% 4.82% 9.07% 7.10% 6.96% 7.02% 6.13%

Bangunan (Konstruksi) 8.52% 5.08% 8.38% 8.25% 6.45% 6.09% 4.05% 4.39% 5.65%

Perdagangan, Hotel & Restoran7.22% 6.34% 7.50% 7.60% 6.80% 7.68% 8.78% 8.82% 5.40%

Transportasi & Komunikasi 6.82% 5.19% 5.58% 4.86% 6.08% 4.13% 5.59% 6.20% 3.39%

Keuangan dan Persewaan 7.32% 8.15% 7.85% 7.36% 8.05% 7.69% 9.95% 9.89% 7.42%

Jasa-jasa 6.75% 5.93% 6.77% 6.34% 7.55% 8.22% 7.65% 6.65% 7.24%

PDRB 5.44% 4.87% 5.86% 5.47% 5.38% 5.58% 5.64% 5.62% 5.02%

2012 2013

Sektor

Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Sisi Sektoral

Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Sektoral

Sumber : BPS diolah Sumber : BPS diolah

(25)

Dalam Rp Miliar 2014 I II III IV I II III IV I Konsumsi 3,443 3,674 3,877 4,070 3,601 3,870 4,032 4,158 3,857 Investasi 473 553 581 621 504 594 645.09 660.71 541.84 Ekspor 876 971 1,023 1,101 946 1,047 1,117 1,138 966 Impor 1,556 1,965 2,246 2,405 1,640 2,087 2,350 2,471 1,824 Perubahan stok 59 213 337 269 60 214 329 376 104 PDRB 3,294 3,446 3,572 3,658 3,471 3,638 3,774 3,863 3,645 Penggunaan 2012 2013 2014 I II III IV I II III IV I Konsumsi 3.09% 5.78% 5.59% 7.25% 4.60% 5.35% 4.00% 2.17% 7.11% Investasi 15.75% 12.30% 7.09% 8.61% 6.63% 7.50% 10.99% 6.37% 7.46% Ekspor 6.80% 9.31% 0.62% 3.64% 8.08% 7.83% 9.26% 3.32% 2.03% Impor -4.80% 2.11% 0.04% 5.60% 5.43% 6.24% 4.63% 2.74% 11.19% PDRB 5.44% 4.87% 5.86% 5.47% 5.38% 5.58% 5.64% 5.62% 5.02% Penggunaan 2012 2013

Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sisi Penggunaan

Sumber : BPS diolah

Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penggunaan

(26)

KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM DI KOTA KUPANG

Sebagai salah satu bentuk dukungan terhadap pengembangan UMKM yang memiliki peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional, Bank Indonesia sejak lama telah mengembangkan penelitian Base Line Economic Survey. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai peluang investasi di daerah yang bermuara pada pemberian informasi potensi ekonomi di suatu daerah. Dalam perkembangannya, sejak tahun 2006, penelitian tersebut lebih diarahkan kepada penelitian mengenai komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) yang potensial untuk menjadi unggulan daerah dan dapat dikembangkan pada sektor UMKM sebagai pelaku ekonomi mayoritas di daerah.

Data dan informasi dalam penelitian KPJU unggulan UMKM meliputi berbagai aspek. Aspek makro berupa kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, serta potensi ekonomi daerah dalam rangka pengembangan UMKM. Sementara pada aspek mikro, meliputi kondisi dan potensi UMKM di daerah tersebut. Dengan adanya penelitian tersebut, setiap kabupaten/kota di suatu provinsi akan memiliki KPJU unggulan dari berbagai sektor ekonomi yang patut dan cocok untuk dikembangkan.

Pada tahun 2013, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT kembali melaksanakan penelitian KPJU unggulan UMKM, dimana pengumpulan data primer dan data sekunder diperoleh dari 21 kabupaten/kota dan 200 kecamatan. Data primer di tingkat provinsi dan kabupaten/kota diperoleh melalui Focus Group

Discussion (FGD) dengan Pemerintah Daerah, perbankan, akademisi, dan

lembaga/asosiasi terkait. Sedangkan data primer di tingkat kecamatan diperoleh melalui indepth interview dengan camat, mantri statisik, dan tokoh masyarakat. Sementara data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah maupun narasumber lainnya yang dianggap valid.

Dari hasil penelitian tersebut, diperoleh KPJU unggulan Kota Kupang untuk masing-masing sektor ekonomi dan lintas sektor ekonomi yang merupakan agregasi dari KPJU unggulan di tingkat kecamatan. Penetapan KPJU unggulan di tingkat kecamatan menggunakan beberapa kriteria yaitu jumlah unit usaha, jangkauan pemasaran, ketersediaan sarana produksi, dan kontribusi terhadap perekonomian daerah. Sedangkan kriteria yang digunakan untuk proses penetapan

(27)

Tabel 1. Kriteria untuk Penentuan KPJU Unggulan di Tingkat Kabupaten/Kota

Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJU unggulan lintas sektor. Dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha serta hasil skor KPJU unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh, dilakukan analisa dengan menggunakan Metoda Bayes.

Berdasarkan hasil analisa, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan. Pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJU unggulan lintas sektor di Kota Kupang adalah industri jasa tenda, musik dan alat masak, angkutan sewa, sewa kos-kosan, ternak dan hasil-hasilnya serta industri tahu. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel 2.

Kriteria Variabel yang Dipertimbangkan

1 Tenaga kerja terampil Tingkat pendidikan

Pelatihan yang pernah diikuti Pengalaman kerja

Jumlah lembaga/sekolah ketrampilan 2 Bahan baku

(khusus untuk sektor industri)

Ketersediaan/kemudahan bahan baku Harga perolehan bahan baku

Perishability bahan baku Kesinambungan bahan baku Mutu bahan baku

3 Modal Kebutuhan investasi awal Kebutuhan modal kerja

Aksesibilitas terhadap sumber pembiayaan 4 Sarana produksi/usaha Ketersediaan/kemudahan memperoleh

Harga

5 Teknologi Kebutuhan teknologi

Kemudahan (memperoleh teknologi) 6 Sosial budaya

(faktor endogen)

Ciri khas lokal

Penerimaan masyarakat Turun temurun

7 Manajemen usaha Kemudahan untuk memanage 8 Ketersediaan pasar Jangkauan/wilayah pemasaran Kemudahan mendistribusikan 9 Harga Stabilitas harga

10 Penyerapan tenaga kerja Kemampuan menyerap tenaga kerja 11 Sumbangan terhadap

perekonomian wilayah

Jumlah jenis usaha yg terpengaruh karena keberadaan usaha ini

(28)

Tabel 2. Sepuluh KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Kupang

Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor berturut-turut adalah perdagangan sembako, penjahitan, jasa boga dan hasil olahan dan tempe. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU unggulan lintas sektor, maka meskipun tidak berada pada level teratas namun sektor usaha perdagangan menempatkan 4 (empat) komoditasnya, sementara industri dan jasa berada pada posisi yang lebih baik dari sektor perdagangan.

No KPJU

Unggulan

Skor

Terbobot Sektor Usaha

1 Tenda/Musik/Alat Masak 0,0456 Jasa-Jasa

2 Angkutan sewa 0,0437 Angkutan

3 Sewa Kos-kosan 0,0432 Jasa-Jasa

4 Ternak dan Hasil-hasilnya 0,0370 Perdagangan

5 Industri Tahu 0,0336 Industri

6 Sembako 0,0299 Perdagangan

7 Industri Penjahitan dan Pembuatan Pakaian 0,0295 Industri

8 Jasa Boga 0,0293 Pariwisata

9 Pengolahan dan Pengawetan Ikan dan Produk Ikan (ikan kering, ikan asap, ikan asin) 0,0286 Industri

(29)

P

P

P

E

E

E

R

R

R

K

K

K

E

E

E

M

M

M

B

B

B

A

A

A

N

N

N

G

G

G

A

A

A

N

N

N

I

I

I

N

N

N

F

F

F

L

L

L

A

A

A

S

S

S

I

I

I

Inflasi NTT pada triwulan I-2014 tercatat lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya.

Membaiknya kondisi cuaca menjadi faktor kunci rendahnya pencapaian inflasi NTT.

Kelompok bergejolak (volatile foods) mengalami penurunan inflasi tertinggi.

Sementara itu, kelompok adminitered prices relatif stabil.

2

2..11 KKoonnddiissiiUUmmuumm

Inflasi NTT pada triwulan I-2014 tercatat lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya. Penurunan laju inflasi yang terjadi pada akhir

periode laporan menyebabkan pencapaian inflasi triwulan I-2014 secara umum lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari 8,41% (yoy) menjadi sebesar 7,78% (yoy). Kondisi tersebut didorong oleh penurunan harga kelompok bergejolak (volatile foods) dan administered prices. Rendahya inflasi pada kelompok volatile foods selain disebabkan oleh faktor supply yang memadai juga disebabkan membaiknya kondisi cuaca terutama di akhir periode laporan. Pada kelompok administered prices, tekanan angkutan udara relatif rendah sesuai dengan polanya, dimana awal tahun merupakan periode low season sehingga permintaan berada pada level normal. Di sisi lain, inflasi inti (core inflation) mengalami peningkatan yang salah satunya disebabkan oleh peningkatan sewa rumah.

Rendahnya inflasi di Kota Kupang terjadi seiring lancarnya distribusi pasokan bahan makanan terutama subkelompok telur, susu dan hasilnya sebagai dampak kondusifnya kondisi cuaca. Sementara itu, Kota Maumere mengalami peningkatan inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang salah satunya disebabkan oleh peningkatan subkelompok ikan segar. Pada triwulan laporan, tercatat inflasi Kota Kupang sebesar 7,99% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 8,84% (yoy). Sedangkan inflasi Kota Maumere mencapai 6,39% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,24% (yoy).

(30)

I II III IV I II III IV I year on year Nasional 3.97% 4.53% 4.31% 4.30% 5.90% 5.90% 8.40% 8.38% 7.32% NTT 3.60% 5.02% 5.21% 5.33% 7.11% 5.26% 8.29% 8.41% 7.78% Kota Kupang 3.11% 4.37% 4.66% 5.10% 7.06% 5.56% 8.88% 8.84% 7.99% Maumere 6.21% 8.45% 8.07% 6.49% 7.38% 3.73% 5.32% 6.24% 6.39% quarter to quarter Nasional 0.88% 0.90% 1.67% 0.78% 2.43% 0.90% 4.08% 0.75% 1.42% NTT 1.03% 1.65% 1.14% 1.40% 2.74% -0.11% 4.06% 1.51% 1.76% Kota Kupang 1.13% 1.29% 1.04% 1.55% 3.02% -0.13% 4.21% 1.51% 1.87% Maumere 0.49% 3.56% 1.68% 0.64% 1.33% 0.04% 3.25% 1.51% 1.06% 2014 2012 2013 Inflasi

Pergerakan inflasi NTT dan Nasional pada triwulan laporan secara umum searah. Faktor supply menjadi penyebab utama yang menggerakkan inflasi NTT. Di sisi lain, ekspektasi masyarakat, baik konsumen maupun pedagang berkontribusi menggerakkan level inflasi NTT lebih tinggi dibandingkan Nasional. Permasalahan keterbatasan supply menjadi penyebab utama tingginya inflasi pada periode laporan. Selain itu, tingginya

ketergantungan terhadap supply dari daerah lain menyebabkan NTT rentan terhadap guncangan penawaran (supply shock) yang terjadi di daerah pemasok. 2.2 Perkembangan Inflasi NTT

Membaiknya kondisi cuaca di akhir periode triwulan I menyebabkan pencapaian inflasi NTT lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.

Inflasi NTT pada triwulan laporan sebesar 7,78% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,41% (yoy). Laju inflasi yang lebih rendah secara dominan dipengaruhi oleh penurunan harga yang terjadi pada kelompok bahan makanan. Normalnya pasokan barang terutama kelompok bahan makanan mampu menghambat gejolak harga. Hal tersebut tercermin dari penurunan inflasi pada kelompok bahan makanan dari 4,57% (yoy) pada triwulan IV-2013 menjadi 1,43% (yoy). Pada kelompok bahan makanan, komoditas yang mengalami penurunan inflasi terendah adalah komoditas buah-buahan dan daging & hasilnya

0.00% 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% 5.00% 6.00% 7.00% 8.00% 9.00% 10.00% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2013 2014 y o y (% ) Nasional NTT Sumber : BPS diolah Sumber : BPS diolah

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT

Sumber : BPS diolah Sumber : BPS diolah

(31)

deflasi yang cukup dalam pada komoditas bumbu-bumbuan mampu menahan terjadinya inflasi pada level yang lebih tinggi.

2014 I II III IV I II III IV I

UMUM 3.60% 5.02% 5.21% 5.33% 7.11% 5.26% 8.29% 8.41% 7.78%

BAHAN MAKANAN -1.71% -1.63% -0.90% 3.43% 7.80% 2.16% 5.41% 4.57% 1.43% MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 3.82% 6.13% 7.28% 9.15% 9.19% 7.89% 10.87% 9.97% 9.46% PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 4.17% 7.60% 8.54% 8.42% 8.27% 6.57% 6.69% 8.89% 10.06% SANDANG 14.49% 14.34% 10.88% 9.27% 7.59% 5.94% 6.48% 5.71% 5.41% KESEHATAN 4.22% 3.93% 1.84% 2.06% 2.40% 2.39% 4.59% 4.33% 4.48% PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 4.07% 3.47% 7.32% 6.62% 6.45% 7.14% 5.31% 7.12% 7.23% TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 10.08% 10.71% 8.42% -0.08% 2.98% 7.33% 17.20% 16.22% 15.35%

2012

Komoditas 2013

Sementara itu, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar rumah tangga mengalami peningkatan inflasi tertinggi yakni sebesar 10,06% (yoy). Tingginya inflasi pada kelompok tersebut salah satunya disebabkan kenaikan harga sewa rumah yang sesuai dengan polanya terjadi setiap awal tahun (antara Maret April). 1.76% 2.88% 0.82% 2.17% 2.65% 1.35% 0.46% 2.34% 0.87% 0.77% 0.64% 1.23% 0.00% 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK

& TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB

BIAYA TEMPAT TINGGAL BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN

AIR

PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH

RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K

0.42%

1.48%

-0.14%

JAN-14 FEB-14 MAR-14

Secara triwulanan, inflasi NTT mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, tercatat laju inflasi sebesar 1,76% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 1,51% (qtq). Koreksi harga pada komoditas ikan segar dan komoditas sayur-sayuran akibat cuaca buruk yang terjadi bulan Februari mendorong tekanan inflasi yang cukup tinggi pada awal tahun.

Tabel 2.2 Inflasi NTT per Kelompok Komoditas

Sumber : BPS diolah

Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan NTT Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Triwulan I-2013 NTT

(32)

Secara bulanan, tekanan inflasi akibat cuaca buruk mulai terasa pada bulan Januari 2014. Komoditas ikan tongkol memberikan andil tertinggi sebesar 0,11% terhadap laju inflasi bulan Januari. Sementara itu, tarif angkutan udara menjadi penyumbang deflasi sebesar 0,07% yang disebabkan tingkat permintaan yang kembali normal. Secara keseluruhan, laju inflasi bulan Januari tercatat sebesar 0,50% (mtm). Puncak inflasi tertinggi terjadi pada bulan Februari dengan inflasi sebesar 1,48% (mtm). Komoditas penyumbang inflasi terbesar pada bulan yang bersangkutan adalah komoditas ikan tongkol dengan sumbangan inflasi mencapai 0,18% terhadap inflasi NTT. Selain itu, tekanan harga pada komoditas sayur-sayuran yang diwakili oleh komoditas sawi putih dengan andil 0,09% juga menjadi penyumbang inflasi tertinggi kedua pada bulan Februari. Sementara itu, pada bulan Maret terjadi deflasi sebesar 0,14% (mtm). Mulai membaiknya kondisi cuaca pada bulan Maret yang berimbas terhadap lancarnya pasokan barang menjadi penyebab utama rendahnya inflasi. Telur ayam ras dan daging ayam ras memberikan andil deflasi tertinggi masing-masing tercatat sebesar 0,18% dan 0,10%. Sementara itu, tarif angkutan udara memberikan andil tertinggi terhadap laju inflasi bulan Maret. Berkurangnya frekuensi dan jumlah maskapai penerbangan dari dan ke NTT mengakibatkan peningkatan pada tarif angkutan udara. -10.00% -5.00% 0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2012 2013 2014 SANDANG KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K

BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB UMUM

2.3 Disagregasi Inflasi

Inflasi NTT pada triwulan laporan secara dominan didorong oleh meningkatnya laju inflasi inti (core inflation). Andil inflasi inti menunjukkan

Grafik 2.4 Struktur Inflasi Bulanan NTT

(33)

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 6,58% (yoy). Andil inflasi inti meningkat dari 3,53% pada triwulan IV-2013 menjadi 3,83% pada triwulan laporan. Peningkatan laju inflasi inti disebabkan oleh meningkatnya inflasi pada subkelompok biaya tempat tinggal yakni peningkatan tarif sewa rumah yang berdasarkan pola historisnya terjadi antara bulan Maret - April.

Inflasi administered prices relatif stabil pada level 17,40% (yoy) dengan kecenderungan menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 18,73% (yoy). Meskipun demikian, tekanan yang terjadi pada subkelompok transportasi cukup berdampak signifikan dalam mendorong laju inflasi administered prices. Berkurangnya jumlah maskapai penerbangan yang beroperasi di NTT serta berkurangnya frekuensi beberapa penerbangan berdampak signifikan terhadap laju inflasi administered prices.

Sementara itu, laju Inflasi kelompok volatile foods selama periode laporan tercatat lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, laju inflasi volatile foods sebesar 1,66% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,21% (yoy). Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan subkelompok bumbu-bumbuan dan buah-buahan. Membaiknya kondisi cuaca pada akhir triwulan I menyebabkan pasokan barang terutama bahan makanan kembali normal.

-6 -1 4 9 14 19 24 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2011 2012 2013 2014 %,yoy

Inflasi IHK (yoy) Core Adm Price Volatile Foods

Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok)

(2) 0 2 4 6 8 10 12 14 16 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2011 2012 2013 2014 %,yoy

Volatile Foods Adm Price Core

Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok)

Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi NTT

(34)

2.4 Inflasi NTT Berdasarkan Kota

2.4.1 Inflasi Kota Kupang

Lancarnya distribusi pasokan barang terutama

bahan makanan mampu

menghambat laju inflasi pada periode laporan. Inflasi Kota

Kupang pada triwulan I-2014 tercatat sebesar 7,99% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 8,84% (yoy). Membaiknya kondisi cuaca pada

akhir triwulan laporan yang berimbas kepada lancarnya distribusi pasokan terutama pasokan dari daerah lain mampu menghambat laju inflasi secara umum. Rendahnya inflasi tahunan pada periode laporan terutama disebabkan oleh penurunan inflasi subkelompok bumbu-bumbuan dan buah-buahan masing-masing menjadi sebesar -23,75% (yoy) dan 5,50% (yoy). Secara umum, pergerakan inflasi yang terjadi dipengaruhi juga oleh ekspektasi inflasi dari daerah pemasok.

Penurunan harga yang terjadi pada kelompok bahan makanan terlihat pada rendahnya laju inflasi yang cukup signifikan dari 4,90% (yoy) pada triwulan lalu menjadi sebesar 0,88% (yoy). Hal tersebut sejalan dengan periaku sebagian besar kelompok lainnya yang mengalami penurunan inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sementara itu, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari semula 9,80% (yoy) menjadi sebesar 11,15% (yoy) yang terutama disebabkan oleh peningkatan tarif sewa rumah yang sejalan dengan pola historisnya yang biasanya terjadi pada bulan Maret - April.

Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Kupang

Sumber : BPS diolah -2.00% 0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 10.00% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2012 2013 2014 Inflasi bulanan Inflasi tahunan

(35)

2014

I II III IV I II III IV I

UMUM 3.11% 4.37% 4.66% 5.10% 7.06% 5.56% 8.88% 8.84% 7.99%

BAHAN MAKANAN -3.72% -4.58% -2.76% 2.94% 7.81% 2.88% 5.58% 4.90% 0.88%

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU3.97% 6.42% 7.36% 9.58% 9.19% 7.64% 11.48% 9.11% 8.88%

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 4.34% 8.45% 8.64% 8.73% 8.61% 6.60% 7.50% 9.80% 11.15%

SANDANG 15.59% 15.25% 11.25% 9.39% 8.06% 6.45% 7.13% 6.23% 5.98%

KESEHATAN 4.27% 4.00% 1.28% 1.61% 2.21% 2.37% 4.85% 4.30% 4.56%

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 3.52% 2.73% 4.19% 3.26% 3.34% 4.32% 5.61% 7.69% 7.69%

TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN11.49% 12.28% 9.86% -0.08% 3.39% 7.82% 17.37% 16.47% 15.60%

2013 2012

KOMODITAS

Selama periode laporan terjadi perubahan IHK triwulanan sebesar 1,87% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan IV-2013 yang hanya sebesar 1,51% (qtq). Tekanan inflasi tertinggi selama periode laporan terjadi pada kelompok bahan makanan dengan inflasi sebesar 2,97% (qtq) diikuti dengan kelompok perumahan, listrik,air, gas dan bahan bakar rumah

tangga yang mengalami inflasi sebesar 2,45% (qtq). Kenaikan harga subkelompok ikan segar dan biaya tempat tinggal juga menyebabkan tingginya inflasi triwulanan pada periode laporan.

Tekanan inflasi bulanan Kota Kupang pada bulan Januari 2014 sebesar 0,50% (mtm) lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 1,59% (mtm). Rendahnya inflasi pada bulan Januari salah satunya disebabkan oleh penurunan tarif angkutan udara seiring normalnya permintaan. Sementara itu, pada bulan Februari mengalami inflasi tertinggi yang mencapai 1,46% (mtm). Tingginya inflasi pada Februari 2014 bersumber pada kenaikan komoditas ikan segar serta komoditas sawi putih seiring cuaca yang tidak kondusif. Sementara pada bulan Maret Kota Kupang mengalami deflasi sebesar 0,10% (mtm). Faktor pendorong deflasi salah satunya disebabkan oleh penurunan harga komoditas telur ayam ras dan daging ayam ras.

Grafik 2.7 Inflasi Triwulanan Kupang

Sumber : BPS diolah -1% 1% 3% umum bahan makanan makanan jadi,rokok,tembakau perumahan,listrik,air sandang kesehatan pendidikan,rekreasi,olah raga transpor,komunikasi,jasa 1.87% 2.97% 0.65% 2.45% 1.01% 0.87% 0.64% 1.50% Sumber : BPS diolah

Gambar

Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT  Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT
Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Sektor Bisnis  Grafik 1.5 Realisasi Belanja Pemerintah Tw-I
Grafik 1.9 PDRB Ekspor - Impor
Grafik 1.13 Perkembangan Penjualan Eceran  Grafik 1.14 Kredit Sektor PHR
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) Rencana induk pembangunan kepariwisataan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup visi dan misi serta tahapan sasaran yang akan diwujudkan, kebijakan

T ujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi terumbu karang serta kesehatan karang kaitannya dengan densitas zooxanthellae di Perairan Kawasan

Penelitian ini menyimpulkan bahwa prevalensi dismenore pada remaja putri usia 15-17 tahun di Surakarta masih tinggi, dan faktor yang berpengaruh pada derajat dismenore antara

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung Nomor : 07/Ba-HPL/Pws PL I/BM/PUTR/V/2017 Tanggal, 09

il.ntto\tah p4tlatano^

First- ly, it is analysed the traditional bilateral monopoly, in which international telephone carriers operate in each national market and sell each other intermedi- ate

Dalam mencapai pengembangan jama’ah, Masjid Nurul Huda sudah mampu mengajak seluruh masyarakat untuk shalat berjama’ah di masjid, hampir semua kaum laki-laki shalat di masjid