• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV STUDI KASUS RUNWAY UTARA BANDARA SOEKARNO - HATTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV STUDI KASUS RUNWAY UTARA BANDARA SOEKARNO - HATTA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

STUDI KASUS RUNWAY UTARA BANDARA SOEKARNO - HATTA

IV.1 Kategori Pesawat Pada Runway Utara

Type pesawat yang beroperasi di runway utara pada saat melakukan pendekatan ke runway dikelompokan dalam kategori C dan D. Pengelompokan ini didasarkan pada approach speed untuk setiap pesawat. Data ini diperoleh dari Tabel aircraft performance (Lampiran V). Berdasarkan pengelompokan pesawat yang beroperasi di runway utara (Lampiran IV- D) diperoleh :

 Kategori C ada 69 %  Kategori D ada 31 %

IV.2 Lokasi Touchdown Pesawat Pada Runway Utara

Dari hasil survei lokasi touchdown pesawat pada runway utara dari arah landing 25R diperoleh titik touchdown diukur dari threshold 25R. Survei dari arah 25R dilakukan karena pada bulan Maret umumnya landing dan take -

off pesawat dilakukan dari arah 25R, sehingga pesawat yang melakukan touch down dari arah 07L diasumsikan berprilaku sama dengan arah 25R. Dari hasil

analisa dan memperhatikan lokasi penempatan PAPI ditetapkan bahwa rata - rata pesawat melakukan touchdown pada jarak 550 meter dari threshold 07L. Hasil

survei selengkapnya dan gambar lokasi touchdown pesawat dapat dilihat pada Lampiran XII.

IV.3 Kecepatan Rencana Di HST

Untuk merencanakan kecepatan rencana keluar di HST digunakan interpolasi sesuai Tabel II.2. Interpolasi ini berdasarkan jari - jari HST yang akan direncanakan adalah 500 meter. Dari hasil interpolasi untuk R = 500 meter,

maka kecepatan keluar runway pada setiap HST adalah sebesar : 96 – (16/165 x 40) = 92,1212 km/jam atau 26 m/detik. Berdasarkan penjelasan

pada bab II, maka kecepatan di HST sebesar 26 m/detik dapat digunakan sebagai kecepatan rencana di HST.

(2)

  IV. 4 Model Lokasi HST Ideal

Untuk menentukan lokasi HST ideal digunakan persamaan (II.1). Kecepatan melakukan touchdown diambil 5 knot lebih lambat dari kecepatan melewati ambang landasan, perlambatan rata rata diudara adalah sebesar 0.75 m/det2, perlambatan rata - rata didarat adalah sebesar 1,5 m/det2 (Horronjeff, Hal 306). Dari hasil perhitungan (Lampiran XIV - A) diperoleh lokasi HST

ideal untuk masing - masing kategori pesawat, yaitu :

Tabel IV.1 Lokasi HST Ideal Kelompok

Pesawat

V OT (m/det) VE (m/det)

L (meter) Minimal Maksimal Minimal Maksimal

C 62 72 26 1518 1941

D 73 85 26 1965 2595

IV.5 Waktu Pemakaian Runway Utara Untuk Landing Pesawat Kondisi Eksisting

Waktu pemakaian runway total diperoleh dengan menjumlahkan waktu dari threshold ke titik touchdown, waktu dari titik touchdown ke lokasi

HST ideal, waktu dari HST ideal ke actual. Untuk perhitungan waktu dari HST ideal ke actual digunakan Matchad 13 untuk seluruh kategori pesawat adalah :

IV.5.1 Analisa Waktu Tempuh Dari HST Ideal Ke Aktual

Untuk Landing dari arah 07L hanya ada satu lokasi HST, yaitu HST

N2 yang berjarak 2647 meter dari threshold 07L. Sehingga waktu tempuh ke HST aktual setiap pesawat kategori C adalah 35 detik. Sedangkan untuk pesawat

kategori D memerlukan tambahan waktu sebesar 14 detik untuk mencapai lokasi

HST N2. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel IV.2 dibawah ini. (Seluruh

hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran XIV - B)

(3)

Tabel IV.2 Penambahan Waktu Pemakaian Runway Utara Kategori

Pesawat

Penambahan Waktu Pemakaian Runway Utara (Detik) Arah landing 07L Arah landing 25R

C 35 17

D 14 25

IV.5.2 Analisa Waktu Pemakaian Runway Utara

Perhitungan ini dilakukan pada saat posisi pesawat mulai berada pada ketinggian 50 feet dari threshold runway utara, melakukan touchdown hingga mencapai kecepatan rencana di HST sebesar 26 m/detik dan keluar runway. Dengan excell diperoleh : (Seluruh hasil perhitungan dapat dilihat pada

Lampiran XIV - D).

 Waktu rata - rata landing pesawat dari arah 07L adalah 57,03 detik  Waktu rata - rata landing pesawat dari arah 25R adalah 48,07 detik IV.5.3 Persentase Arah Pendaratan Di Runway Utara

Pemakaian runway utara untuk landing di Bandara Soekarno - Hatta, selama satu tahun (Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran II - B) memperlihatkan pesawat melakukan :

 Landing dari arah 07L : 33 %  Landing dari arah 25R : 67 %

IV.5.4 Rata - Rata Pemakaian Runway Utara Untuk Landing

Berdasarkan persentase pemakaian runway baik dari arah 07L dan 25R akan diperoleh rata - rata pemakaian runway dari dua arah, yaitu :

 Rata - rata waktu total pemakaian runway dari arah 07L untuk seluruh pesawat adalah 57 detik.

 Rata rata total pemakaian runway dari arah 25R untuk seluruh pesawat adalah 48 detik.

Sehingga rata - rata pemakaian runway untuk landing dari dua arah adalah : (0,33 x 57 +0,67 x 48 ) = 50,97 detik

(4)

 

Dari hasil analisa diatas dan pengamatan langsung dari ATC, untuk landing dari arah 25R jumlah dan posisi HST masih memenuhi untuk melayani landing pesawat. Untuk landing dari arah 07L hanya ada satu HST N2. Keadaan ini menyebabkan beberapa pesawat seperti B737, B735, B734, B733, B732 menggunakan HST N3 untuk keluar dari runway utara. Untuk mengatasi hal ini perlu dikembangkan suatu model analisis untuk penambahan HST dari arah 07L.

IV.6 Model Analisis Penambahan HST Dari Arah 07L

Untuk landing dari arah 07L hanya ada satu lokasi HST aktual (N2) yang berjarak 2647 meter dari thereshold 07L. Dalam kenyataannya untuk kategori Pesawat C lokasi HST ideal pada interval 1518 sampai dengan 1941 meter, sedangkan untuk kategori pesawat D pada interval 1965 sampai dengan 2595 meter. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar IV.1 dibawah ini.

    

Gambar IV.1 Lokasi HST Ideal Kategori Pesawat C Dan D Landing Arah 07L

IV.6.1 Model Analisis Gabungan Penambahan HST Dari Arah 07L Analisa gabungan ini dikembangkan untuk dapat menentukan satu lokasi HST tambahan yang merupakan gabungan dari kategori pesawat C dan kategori pesawat D, sehingga dapat menurunkan waktu penambahan

pemakaian runway akibat lokasi HST aktual (N2). Penentuan nilai HST gabungan

  Ket :

   Lokasi HST aktual

       Fungsi kumulatif kategori pesawat C  Fungsi kumulatif kategori pesawat D Runway

07 L N2 

Kategori C Kategori D

1941 1965 2595 2647

(5)

dilakukan dengan cara membandingkan persentase pesawat kategori C dan D yang beroperasi saat ini, sehingga batas bawah dan atas HST gabungan adalah : Batas bawah HST gabungan : 1965 - (1965 - 1518) x 0.69 = 1656,57 meter Batas atas HST gabungan : 2595 - (2595 - 1941) x 0.69 = 2143,74 meter

Gambar IV.2 Lokasi HST Ideal Gabungan Eksisting

Untuk prediksi 10 tahun mendatang ditentukan berdasarkan skenario yang mungkin dari proporsi kategori pesawat C dengan D yang beroperasi. Skenario ini tidak pasti akan terjadi, hal ini disebabkan oleh karena tiap maskapai penerbangan mempunyai strategi yang berbeda - beda dalam memilih pesawat. Namun berdasarkan data - data pemesanan pesawat yang dilakukan oleh beberapa maskapai penerbangan dan juga memperhatikan General Charactersitics

Airplane, maskapai penerbangan lebih cenderung menggunakan B737 - 800,

B737 - 900, B737 - 900 ER, A380, A320, B777- 300 ER.   2144 1657 07 L 2647 N2  Kategori C 69% Kategori D 31 % 2595 1941 1518 1965 Lokasi HST Gabungan     Ket :       Lokasi HST aktual

      Fungsi kumulatif kategori pesawat C  Fungsi kumulatif kategori pesawat D Runway

(6)

 

Tabel IV.3 Skenario Perbandingan Kelompok Pesawat Skenario (S) Perbandingan Kelompok Pesawat C Dengan D Lokasi HST (Meter) Minimal Maksimal 1 100% : 0% 1518 1941 2 90% : 10% 1563 2006 3 80% : 20% 1607 2072 4 69% : 31% 1652 2137 5 60% : 40% 1697 2203 6 50% : 50% 1742 2268 7 40% : 60% 1786 2333 8 30% : 70% 1831 2399 9 20% : 80% 1876 2464 10 10% : 90% 1920 2530 11 0% : 100% 1965 2595

Berdasarkan Tabel IV.3 diatas dapat dibuat diagram garis untuk ke tujuh skenario. Diagram garis diperlihatkan pada Gambar IV.3 dibawah ini.

Gambar IV.3 Diagram Garis Lokasi HST Gabungan

Dengan menggabungkan ketujuh skenario seperti pada diagram garis diatas diperoleh lokasi HST tambahan yang mungkin, yaitu pada interval 1876 s/d 2072 meter. Berdasarkan interval lokasi HST yang mungkin akan ditetapkan lokasi HST yang menghasilkan total penambahan waktu pemakaian runway

terkecil untuk seluruh skenario. Dengan Matchad 13 (Lampiran XIV - E) Lokasi HST Gabungan 1786 2333 1607 2072 1652 2137 1697 2203 1742 2268 1831 2399 1876 2464   Sumber : Analisa 2008

(7)

diperoleh total penambahan waktu pemakaian runway yang dihasilkan untuk seluruh skenario :

Tabel IV.4 Total Penambahan Waktu Pemakaian Runway Untuk HST Terpilih Pada Berbagai Skenario

Lokasi HST (meter)

Penambahan Waktu Pemakaian Runway (Detik) Total (Detik) S1 S2 S3 S 4 S5 S6 S7 1876 8,21 18,28 24,71 24,81 22,59 20,46 18,35 137,41 1896 5,85 14,04 22,70 24,37 22,58 20,46 18,35 128,35 1916 4,68 10,10 19,74 23,44 22,54 20,46 18,35 119,31 1936 4,43 7,08 16,04 21,77 22,41 20,46 18,35 110,54 1956 4,74 5,22 12,14 19,21 22,07 20,44 18,35 102,17 1976 5,33 4,44 8,69 15,90 21,35 20,39 18,34 94,44 1996 6,04 4,42 6,18 12,26 19,99 20,29 18,34 87,52 2016 6,79 4,85 4,77 8,90 17,87 19,87 18,32 81,37 2036 7,56 5,50 4,29 6,35 15,01 19,09 18,26 76,06 2056 8,33 6,23 4,45 4,83 11,77 17,71 18,08 71,40 2072 8,94 6,83 4,85 4,30 9,27 16,09 17,78 68,06

Dari hasil perhitungan pada tabel diatas, menunjukan bahwa lokasi HST pada jarak 2072 meter menghasilkan total waktu paling kecil yaitu sebesar 68,06 detik. Kelemahan model analisa ini adalah adanya pergeseran kurva lokasi HST ideal akibat dari bertambah atau berkurangnya persentase pesawat kategori C dan kategori D, yang dalam kenyataannya lokasi HST ideal untuk setiap kategori pesawat akan selalu tetap.

IV.6.2 Model Analisis Terpisah Penambahan HST Dari Arah 07L

Berdasarkan batas bawah dan atas lokasi HST ideal untuk tiap kategori pesawat seperti yang dijelaskan pada Gambar IV.1 diatas, maka lokasi

HST tambahan berada pada jarak 1518 meter sampai dengan 2595 meter dari

threshold 07L. Hasil analisa dengan bantuan Matchad 13 (Lampiran XIV - F dan

Lampiran XIV - G) diperoleh penambahan waktu pemakaian runway untuk

masing - masing kategori pesawat. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel IV.5 berikut ini.

(8)

 

Tabel IV.5 Penambahan Waktu Pemakaian Runway Berdasarkan Lokasi HST Tambahan Untuk Arah Landing 07L

Lokasi HST (Meter)

Penambahan Waktu (Detik) Total (Detik) Kategori C Kategori D 1518 35,26 14,12 49.38 1568 35,26 14,12 49.38 1618 34,77 14,12 48.89 1668 31,10 14,12 45.22 1718 20,53 14,12 34.65 1768 8,84 14,12 22.96 1818 4,65 14,12 18.77 1830 4,54 14,12 18.66 1868 5,41 14,12 19.53 1918 7,25 14,12 21.37 1968 9,17 14,12 23.29 2018 11,10 14,12 25.22 2072 13,17 14,12 27.29 2122 15,10 14,10 29.20 2172 17,02 13,83 30.85 2222 18,94 12,07 31.01 2272 20,86 7,76 28.62 2322 22,79 4,09 26.88 2372 24,71 2,02 26.73 2422 26,63 5,48 32.11 2472 28,56 7,39 35.95 2522 30,48 9,31 39.79 2572 32,40 11,23 43.63 2595 33,29 12,12 45.41

Dari hasil analisis sesuai Tabel IV.5 diatas menunjukan bahwa penambahan HST pada jarak 1830 meter lebih efektif untuk menurunkan penambahan waktu pemakaian runway kategori pesawat C dari 35 detik menjadi 4,54 detik. Dari hasil analisa gabungan, total waktu penambahan pemakaian runway adalah sebesar 27,29 detik pada jarak 2072 meter dari threshold 07L. Dimana selisih waktu antara hasil analisa gabungan dengan terpisah adalah 8,63 detik. Lokasi penambahan HST yang diperkenankan adalah pada interval 1818 sampai dengan 2072 meter dari threshold 07L, walaupun untuk lokasi HST pada jarak 2372 meter total penambahan waktunya masih lebih kecil pada lokasi HST 2072 meter. Hal ini disebabkan oleh selisih jarak yang cukup besar antar lokasi HST pada

(9)

2072 meter dan lokasi HST pada 2372 meter. Sedangkan untuk pesawat kategori D sudah efektif menggunakan HST N2, hal ini juga berlaku untuk masa mendatang dimana diperkirakan penggunaan B737 - 800 dan B737 - 900 akan meningkat.

IV.6.3 Model Analisis Terpisah Penambahan HST Dari Arah 25R

Gambar IV.4 Lokasi HST Ideal Kategori Pesawat C Dan D Landing Arah 25R

Untuk pesawat kategori C masih efektif menggunakan HST N4 dengan penambahan waktu pemakaian runway sebesar 17 detik. Sedangkan pesawat kategori D masih mungkin mengurangi penambahan waktu pemakaian runway dengan melakukan penambahan HST pada interval 2159 meter s/d 2595 meter dari threshold 25R. Hasil perhitungan (Lampiran XIV - H) dengan Matchad 13 diperlihatkan pada Tabel IV.6 dibawah ini :

2595 1965 1941 1518 25R N3 1457 2158 2933 N4 N5     Ket : Lokasi HST aktual

Fungsi kumulatif kategori pesawat C Fungsi kumulatif kategori pesawat D Runway

(10)

 

Tabel IV.6 Penambahan Waktu Pemakaian Runway Berdasarkan Lokasi HST Tambahan Untuk Arah Landing 25R Lokasi HST

(Meter)

Penambahan Waktu (Detik) Total (Detik) Kategori C Kategori D 2180 16,46 24,43 40,89 2200 16,46 23,53 39,98 2250 16,46 17,79 34,25 2280 16,46 12,42 28,88 2300 16,46 9,03 25,49 2350 16,46 4,41 20,87 2400 16,46 4,71 21,17 2450 16,46 6,46 22,92 2500 16,46 8,36 24,82 2550 16,46 10,27 26,73 2595 16,46 11,99 28,45

Berdasarkan hasil analisa sesuai Tabel IV.6 diatas, untuk mengurangi penambahan waktu pemakaian runway pesawat kategori D perlu dilakukan penambahan HST pada jarak 2350 dari threshold 25R. Penambahan lokasi HST tersebut perlu dipertimbangkan mengingat persentase penggunaan runway untuk landing dari arah 25R sebesar 67%.

IV.7 Keadaan Dengan Penambahan HST

IV.7.1 Alternatif 1

Melakukan penambahan HST pada jarak 1830 meter dari threshold

07L. Tujuannya adalah menurunkan penambahan waktu pemakaian runway kategori pesawat C dari 35 detik menjadi 4,54 detik. Akibat keadaan ini waktu pelayanan runway utara dalam melayani pesawat yang landing menjadi :

 Rata - rata waktu total pemakaian runway dari arah 07L untuk seluruh pesawat adalah 36 detik.

 Rata - rata waktu pemakaian runway dari arah 25R untuk seluruh pesawat adalah 48 detik.

(11)

Sehingga rata - rata pemakaian runway untuk landing dari dua arah adalah : (0,33 x 36 + 0,67 x 48 ) = 44,04 detik, artinya terjadi pengurangan sebesar 6,94 detik dari sebelum adanya penambahan HST. Reduksi waktu dari kategori pesawat C sebesar 30,46 detik, berpotensi untuk meningkatkan kapasitas sampai dengan enam pergerakan perjam.

IV.7.2 Alternatif 2

Melakukan penambahan HST pada jarak 2350 meter dari threshold

25R. Tujuannya adalah menurunkan penambahan waktu pemakaian runway kategori pesawat D dari 25 detik menjadi 4,41 detik. Akibat keadaan ini waktu pelayanan runway utara dalam melayani pesawat yang landing menjadi :

 Rata - rata waktu pemakaian runway dari arah 07L untuk seluruh pesawat adalah 57 detik.

 Rata - rata waktu pemakaian runway dari arah 25R untuk seluruh pesawat adalah 42 detik.

Sehingga rata rata pemakaian runway untuk landing dari dua arah adalah : (0,33 x 57 + 0,67 x 42 ) = 46,95 detik, artinya terjadi pengurangan sebesar 4,02 detik. Reduksi waktu yang diberikan dari kategori pesawat D sebesar 20,59 detik, sehingga berpotensi untuk meningkatkan kapasitas sampai dengan empat pergerakan perjam.

IV.7.3 Alternatif 3

Merupakan gabungan dari alternatif 1 dan 2. Akibat keadaan ini waktu pelayanan runway utara dalam melayani pesawat landing menjadi :

 Rata - rata waktu total pemakaian runway dari arah 07L untuk seluruh pesawat adalah 37 detik

 Rata - rata waktu pemakaian runway dari arah 25R untuk seluruh pesawat adalah 42 detik

Sehingga rata - rata pemakaian runway untuk landing dari dua arah adalah :

(0,33 x 37 + 0,67 x 42 ) = 10,35 detik, artinya terjadi pengurangan sebesar 10,62 detik. Alternatif ini berpotensi meningkatkan kapasitas sampai sepuluh pergerakan pergerakan perjam.

(12)

  IV.8 Alternatif Terbaik

Berdasarkan rata - rata waktu pelayanan landing pesawat maka diperoleh alternatif terbaik, yaitu :

 Alternatif 1 merupakan alternatif terbaik, dimana reduksi waktu penambahan

pemakaian runway yang disebabkan oleh pesawat kategori C akan berkurang

secara ekstrim dari 35 detik menjadi 5 detik. Alternatif 1 ini dapat digunakan untuk memecahkan masalah HST yang ada pada runway utara saat ini.

 Alternatif 2 juga akan mereduksi waktu penambahan pemakaian runway pesawat kategori D sebesar 20,59 detik. Tetapi jika dilihat lokasi HST yang telah ada untuk landing dari arah 25R, maka penerbang masih bisa untuk memperbesar lokasi touchdown agar waktu penambahan pemakaian runway setelah pesawat melakukan touchdown tidak terlalu besar (untuk mencapai lokasi HST N5). Jadi dapat dikatakan bahwa alternatif 1 masih lebih penting dari alternatif 2.

 Alternatif 3 sangat berguna untuk meningkatkan kapasitas sampai dengan 10 pergerakan perjam, tetapi alternatif ini membutuhkan biaya yang besar.

IV.9 Pemakaian Runway Untuk Landing Pesawat

Perhitungan waktu pemakaian runway yang dijelaskan diatas dilakukan berdasarkan pada presentase pesawat kategori C sebesar 69% dan presentase pesawat kategori D sebesar 31%. Hasil analisa berikut ini menggambarkan waktu rata – rata pelayanan pesawat dalam berbagai perbandingan jumlah pesawat yang beroperasi. Hal ini dimaksudkan untuk melihat keadaan sistem setelah adanya penambahan HST pada berbagai jenis perbandingan yang mungkin terjadi pada masa mendatang dan juga sebagai kontrol terhadap kebijakan yang diambil. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

(13)

Tabel IV.7 Waktu Pelayanan Rata - Rata Kondisi Eksisting Persentase Pesawat Waktu Pelayanan Rata - Rata

(Detik)

Kat. C Kat.D 07L 25R Total

0 100 45.00 56.0 52.37 10 90 46.70 54.8 52.13 20 80 48.40 53.6 51.88 30 70 50.10 52.4 51.64 40 60 51.80 51.2 51.40 50 50 53.50 50.0 51.16 60 40 55.20 48.8 50.91 70 30 56.90 47.6 50.67 80 20 58.60 46.4 50.43 90 10 60.30 45.2 50.18 100 0 62.00 44.0 49.94

Tabel IV.8 Waktu Pelayanan Rata - Rata Kondisi Alternatif 1 Persentase Pesawat Waktu Pelayanan Rata - Rata

(Detik)

Kat. C Kat.D 07L 25R Total

0 100 45.00 56.00 52.37 10 90 43.70 54.80 51.14 20 80 42.40 53.60 49.90 30 70 41.10 52.40 48.67 40 60 39.80 51.20 47.44 50 50 38.50 50.00 46.21 60 40 37.20 48.80 44.97 70 30 35.90 47.60 43.74 80 20 34.60 46.40 42.51 90 10 33.30 45.20 41.27 100 0 32.00 44.00 40.04 Sumber : Analisa 2008 Sumber : Analisa 2008

(14)

 

Tabel IV.9 Waktu Pelayanan Rata - Rata Kondisi Alternatif 2 Persentase Pesawat Waktu Pelayanan Rata -Rata

(Detik)

Kat. C Kat.D 07L 25R Total

0 100 45.00 36.00 38.97 10 90 46.70 36.80 40.07 20 80 48.40 37.60 41.16 30 70 50.10 38.40 42.26 40 60 51.80 39.20 43.36 50 50 53.50 40.00 44.46 60 40 55.20 40.80 45.55 70 30 56.90 41.60 46.65 80 20 58.60 42.40 47.75 90 10 60.30 43.20 48.84 100 0 62.00 44.00 49.94

Tabel IV.10 Waktu Pelayanan Rata Rata Kondisi Alternatif 3

Persentase pesawat Waktu pelayanan rata rata (Detik)

Kat. C Kat.D 07L 25R Total

0 100 45.00 36.00 38.97 10 90 43.70 36.80 39.08 20 80 42.40 37.60 39.18 30 70 41.10 38.40 39.29 40 60 39.80 39.20 39.40 50 50 38.50 40.00 39.51 60 40 37.20 40.80 39.61 70 30 35.90 41.60 39.72 80 20 34.60 42.40 39.83 90 10 33.30 43.20 39.93 100 0 32.00 44.00 40.04

Secara keseluruhan berdasarkan perubahan persentase pesawat, menunjukan bahwa alternatif ke-3 menurunkan waktu pelayanan rata - rata dalam dua arah yang paling kecil. Namun mengingat besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk pembuatan HST yakni sebesar Sebelas Milyard Tujuh Ratus Tujuh juta

Sembilan Ratus Tiga Puluh Ribu Rupiah, maka alternatif 1 yang tepat untuk

dilaksanakan saat ini.

Sumber : Analisa 2008

Gambar

Tabel IV.1  Lokasi HST Ideal  Kelompok
Tabel  IV.2  Penambahan Waktu Pemakaian Runway Utara  Kategori
Gambar IV.1   Lokasi HST Ideal Kategori Pesawat C Dan D                                            Landing Arah 07L
Gambar IV.2  Lokasi HST Ideal  Gabungan Eksisting
+7

Referensi

Dokumen terkait

Respon spektrum menggunakan sebuah kurva respon dengan periode getar struktur T (sumbu x) dan respon-respon maksimum berdasarkan rasio redaman dan gempa tertentu (sumbu y).

Zakat dalam kaitannya dengan pajak dalam hal ini pajak penghasilan pasal 21 penulis menyimpulkan bahwa tidaklah mungkin menggantikan kedudukan zakat dengan pajak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Perencanaan supervisi akademik di MI Muhammadiyah PK Kartasura ; (2) Pelaksanaan supervisi akademik di MI Muhammadiyah

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan izin perkawinan di bawah umur dengan alasan anak tersebut sudah hamil terlebih

Variabel terikat (dependent variabel) adalah kondisi atau karakteristik yang berubah, atau muncul, atau yang tidak muncul ketika mengintroduksi, merubah, atau

Hasil pengamatan ikan asin selama 2 minggu menunjukkan warna Kuning keemasan, aroma khas ikan asin, rasa asin dan juga teksturnya lebih empuk dari ikan asin komersil.. LAMPIRAN

Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan.. dan keterampilan yang berkaitan

Tanggapan tanaman kedelai terhadap pemberian besi pada campuran tanah mineral dan kapur dengan