• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Papua. 1 Pendidikan bertujuan untuk membantu anak-anak membuka akses mereka terhadap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Papua. 1 Pendidikan bertujuan untuk membantu anak-anak membuka akses mereka terhadap"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pembangunan pendidikan yang bermutu dan merata di seluruh wilayah Indonesia merupakan cita-cita besar yang belum terwujud. Banyak hal yang menjadi kendala, terlebih ketika ingin membangun pendidikan di daerah-daerah terpencil seperti di wilayah Provinsi Papua.1

Pendidikan bertujuan untuk membantu anak-anak membuka akses mereka terhadap pengetahuan, yang membantu mereka untuk bertumbuh dan berkembang dalam banyak aspek hidup mereka. Dengan adanya pendidikan maka pengetahuan bertambah serta dapat meningkatkan derajat hidup anak-anak Papua. Artinya, pengetahuan membantu mereka untuk menumbuhkan serta mengembangkan hakikat kemanusiaan mereka untuk mengenal dan menyerap nilai-nilai universal. Pengetahuan akan turut membentuk perspektif hidup anak-anak, dan akan membangun cara mereka menghayati dan menjalani hidup (way of life). Pendidikan membantu anak-anak untuk memiliki mata-budi dan mata-hati yang lebih peka sehingga bisa memandang lebih luas dan merasa lebih dalam. Pendidikan menggerakkan anak-anak untuk merdeka, untuk membangun kebebasannya sendiri (mandiri) dan kebebasan bersama yang lain.

Definisi pendidikan berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pasal 1 ayat (1), yaitu “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.” Sedangkan, “Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan” (Pasal 1 ayat (4)). 2

Di Papua, masih ada beberapa daerah yang mempunyai kualitas pendidikan yang rendah, namun sebenarnya bukan hanya di Papua saja yang mengalami mutu pendidikan yang rendah,

1

http://www.papuapos.com/index.php/utama/item/4461-penataan-pendidikan-di-papua-masih-mengalami-banyak-kendala, diakses pada tanggal 5 Mei 2015

2

(2)

2 tetapi ada juga daerah-daerah lain di seluruh dunia mengalami hal yang sama.3 Selain itu pula, di daerah Papua terdapat isu-isu yang berkaitan dengan kesejahteraan anak diantaranya: narkoba, merokok, kekerasan pada anak, dan drop out sekolah. Kasus drop out sekolah disebabkan karena orangtua melakukan kekerasan pada anak sehingga anak mengalami trauma dan tekanan yang mengakibatkan pendidikan mereka terganggu.4

Perkembangan mental anak juga mempengaruhi mereka dalam bersosialisasi sehari-hari. Anak-anak yang kurang diperhatikan oleh orangtua mereka cenderung akan melakukan hal-hal yang negatif, dan akhirnya pola pikir mereka menjadi jauh lebih lamban sehingga lama-kelamaan mereka tidak akan peduli dengan pendidikan mereka.

Untuk itulah Wahana Visi Indonesia hadir untuk mewujudkan impian setiap anak yang ingin mengecap pendidikan, dan juga turut serta membantu agar anak tersebut nantinya dapat mengembangkan potensi dirinya dalam masyarakat.

Wahana Visi Indonesia sendiri adalah sebuah organisasi kemanusiaan Kristen yang melayani di bidang sosial-kemanusiaan. Wahana Visi Indonesia adalah mitra khusus dari World Vision yang kemudian memberikan hak kepada Wahana Visi Indonesia untuk menjalankan sebagian besar program yang ada di Indonesia, termasuk di wilayah Papua.

Wahana Visi Indonesia menawarkan bantuan atas permasalahan tersebut dengan program-program yang dapat membantu untuk meningkatkan pendidikan di Papua. Program-program yang dilakukan mencakup dukungan pendidikan bagi anak-anak dan peningkatan kualitas pengajaran.

Wahana Visi Indonesia bersama para guru, sekolah dan masyarakat meningkatkan hasil pembelajaran dalam bidang pendidikan, membangun kepercayaan diri dan mengajarkan keahlian hidup yang berorientasi pada nilai. Wahana Visi Indonesia bekerja untuk memastikan semua anak memiliki akses pada pendidikan berkualitas yang diperlukan untuk menciptakan kehidupan di masa mendatang tanpa bergantung kepada orang lain dan produktif.5

Peneliti memilih isu dengan judul “Peran Wahana Visi Indonesia Dalam Peningkatan Pendidikan Pada Anak-Anak Melalui Penerapan Metode Pendidikan Harmoni Di Kota Jayapura”, oleh karena Peneliti merasa tertarik untuk membahas tentang peran suatu organisasi

3

http://www.dw.com/id/unesco-peringatkan-krisis-pendidikan-dunia/a-17394084, diakses pada tanggal 5 Mei 2015

4 http://www.unicef.org/indonesia/id/UNICEF_Annual_Report_%28Ind%29_130731.pdf, diakses pada tanggal 5

Mei 2015

5

(3)

3 internasional yang dapat membawa dampak positif bagi masyarakat di daerah Papua, khususnya di kota Jayapura. Memulai pendidikan pada usia dini sangat berpengaruh untuk kemajuan suatu bangsa, sekali lagi hal ini karena anak-anak adalah aset penting yang merupakan kunci bagi suatu negara untuk kedepannya.

Jika pemerintah dan masyarakat menganggap pendidikan kunci kemajuan bangsa, semua pihak harus segera memperbaiki proses pendidikan di Papua. Mengalirnya dana besar tidak akan pernah menyelesaikan masalah karena persoalan pendidikan bukanlah urusan uang semata. Mewujudkan Papua yang ramah bagi anak adalah salah satu upaya yang mendukung kebijakan pemerintah Indonesia Layak Anak, yang dibangun mulai dari tingkat keluarga sampai jenjang Negara. Konsep ini dibuat dalam rangka menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabatnya, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera sesuai amanat UU Perlindungan Anak No. 35 Tahun 2014. Peraturan tersebut menegaskan bahwa keterlibatan dan pertanggungjawaban orangtua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan Negara merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus demi terlindunginya hak-hak anak. Rangkaian kegiatan tersebut perlu dilakukan berkelanjutan dan terarah guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial.

Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Anak. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam menjawab permasalahan yang terdapat pada judul penelitian, maka ada pertanyaan bahwa “Apakah peran Wahana Visi Indonesia dalam meningkatkan pendidikan yang ada di kota Jayapura dengan penerapan pendidikan harmoni dapat meningkatkan capacity building masyarakat kota Jayapura?”

(4)

4

C. TINJAUAN LITERATUR

Sebuah jurnal yang berjudul “Peran UNICEF Dalam Membantu Memajukan Pemenuhan Hak Anak Atas Pendidikan di Nigeria”, karya Made Ayu Melia Dwiyani, Ni Wayan Rainy Priadarsini, dan A. A. Ayu Intan Prameswari, berisi tentang peran UNICEF dalam upaya untuk membantu mempromosikan perwujudan hak anak atas pendidikan di Nigeria dengan menggunakan teori dan konsep peran organisasi internasional, intervensi pembangunan, pendidikan, dan hak-hak anak. Mereka berpendapat bahwa pendidikan merupakan salah satu hak yang diperlukan untuk anak, dan Nigeria adalah salah satu negara dengan pendidikan anak-anak mereka masih di bawah standar rata-rata yang ditetapkan oleh pemerintah, khususnya dalam pendidikan sekolah.

Di tahun sejak UNICEF ditetapkan sebagai organisasi permanen PBB kesepakatan yang membangun telah ditandatangani antara UNICEF dan pemerintah Nigeria. Pertama kalinya UNICEF melakukan intervensi di Nigeria, yaitu terkait pengendalian penyakit kusta, lalu menangani penyakit malaria, dimana UNICEF bersama WHO sukses dalam programnya (UNICEF, n.d). Pada tahun 1954 untuk pertama kalinya UNICEF di Afrika mendukung Nigeria untuk didirikannya pembuatan pabrik susu di Nigeria itu sendiri. Dengan tujuannya adalah untuk memproduksi dan mendisribusikan susu kering bagi bayi dan anak-anak di Nigeria.

Dengan suksesnya program tersebut dan diikuti dengan kemerdekaan negara-negara Afrika tahun 1960 telah merubah fokus program di Nigeria menjadi lebih difokuskan pada pelayanan kesehatan dan pendidikan bagi anak-anak dan wanita di Nigeria (UNICEF, n.d). UNICEF dalam bidang pendidikan juga mendukung adanya produksi buku dan melanjutkan program bagi pendidikan pada bidang gizi. Pada tahun 1965 , kursus pendidikan gizi regional dikembangkan bersama-sama dengan Universitas London dan Ibadan. Lalu setelah itu UNICEF mulai mengadvokasi kebutuhan anak-anak sebagai bagian yang integral dari proses perencanaan nasional.

Sebagai organisasi internasional yang berfokus pada pemenuhan hak anak, UNICEF hadir di Nigeria yang mana pendidikan di Nigeria dinilai kurang, dilihat dari banyaknya anak yang tidak bersekolah. Nigeria merupakan negara dengan jumlah anak tertinggi di dunia yang sangat kurang minatnya dalam memperoleh pendidikan di sekolah. Terlihat pada negara bagian utara Nigeria banyak keluarga yang belum menyadari akan pentingnya pendidikan formal di sekolah bagi anak-anak mereka, sehingga banyak anak di sana yang terpaksa bekerja untuk

(5)

5 membantu orangtua mereka daripada bersekolah. Hal tersebut telah menimbulkan keprihatinan dalam dunia internasional. Untuk itu, UNICEF sebagai lembaga atau organisasi internasional memberikan bantuan kepada Nigeria untuk mencapai tujuannya, yaitu memajukan hak anak dalam hal pendidikan.6

Kemudian, ada juga sebuah jurnal berjudul “Kampanye Women and Children First pada Bidang Pendidikan di Tiongkok oleh UNICEF”, yang mengangkat tentang ketidaksetaraan gender dalam pendidikan di negara Cina.

Ada beberapa faktor dalam ketidaksetaraan gender di Cina, diantaranya faktor ekonomi atau kemiskinan, dan yang kedua adalah preferensi atau pola budaya prospek untuk pria, yang ketiga adalah kebijakan satu anak yang dikeluarkan oleh pemerintah Cina yang dalam hal ini mengarah pada kekerasan terhadap anak dan perempuan.

Berdasarkan ini, pada tahun 2004 UNICEF memainkan perannya sebagai organisasi internasional yang berfokus pada kesejahteraan anak-anak dan perempuan untuk membantu Cina dengan mengeluarkan kampanye berjudul “Perempuan dan Anak Pertama”. Kampanye ini bertujuan untuk mengurangi ketidaksetaraan gender di berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan.

Dalam kampanye ini UNICEF melakukan beberapa cara seperti instalasi dari iklan layanan masyarakat yang terkait dengan kesetaraan gender di radio, televisi, serta billboard dan spanduk, dan film animasi tentang kesetaraan gender yang secara langsung menargetkan individu dan masyarakat dalam Cina. Melalui kampanye ini UNICEF menyediakan informasi, pemahaman, nilai-nilai, dan norma-norma tentang makna kesetaraan gender di Cina.7

Ada juga penelitian yang ditulis oleh Rita Melani dengan judul “Peran ILO Melalui Proyek Education and Skill Training for Youth Employement (EAST) Dalam Upaya Pencegahan dan Penghapusan Pekerja Anak di Indonesia”. Dalam penelitian tersebut mengenai organisasi internasional, yaitu ILO untuk menghapuskan pekerja anak dan membantu pemerintah menanggulangi pekerja anak di Indonesia .

6 Lebih lanjut baca Dwiyani, Made Ayu Melia, Peran UNICEF Dalam Membantu Memajukan Pemenuhan Hak Anak

Atas Pendidikan Di Nigeria (2015). Jurnal Ilmiah Universitas Udayana, vol. 1, no. 3.

7 Lebih lanjut baca Ananta, Amatya, Kampanye Women and Children First pada Bidang Pendidikan di Tiongkok oleh

(6)

6 ILO memiliki sebuah program atau proyek yang khusus dilaksanakan pada lima wilayah Indonesia bagian timur, diantaranya Maluku, NTT, Papua, Papua Barat, Sulawesi Selatan, dan satu provinsi di Indonesia bagian barat, yaitu Naggroe Aceh Darusalam (NAD). Proyek tersebut dikenal dengan Education and Skill Training for Youth Employment (EAST). EAST merupakan proyek empat tahun yang mendapat dana dari kerajaan Belanda. Melalui proyek EAST tersebutlah yang nantinya akan dapat dilihat peran ILO di Indonesia. Fokus waktu yang diambil dalam penelitian tersebut adalah dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011.

Penelitian tersebut dikaji dengan menggunakan teori dan konsep organisasi internasional, pekerja anak, dan Development Intervention. Teori dan konsep organisasi internasional dan Development Intervention membantu peneliti dalam mengkaji penelitian tersebut. Konsep organisasi internasional membantu dalam mengkaji hak dan kewajiban sebuah organisasi dalam melihat dan menilai sebuah bantuan ataupun intervensi yang dilakukan oleh suatu organisasi internasional dalam memajukan pembangunan sebuah negara yang dilihat dari keseluruhan sistem sosial seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, maupun pendidikannya.8

D. KERANGKA KONSEPTUAL Teori Peran

Wahana Visi Indonesia dalam hal ini adalah sebagai NGO (Non Government Organization) atau organisasi internasional non-pemerintah, memiliki gambaran yang sangat beragam dengan tujuan, struktur dan motivasi yang sangat bervariasi. Coulumbis dan Wolfe (1990) mendefinisikan NGO sebagai organisasi yang dibentuk bukan oleh pemerintah negara melainkan lebih kepada asosiasi swasta internasional yang biasanya bergerak di bidang agama, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. 9 Sedangkan Vakil (1997), mendefinisikan NGO sebagai self-governing, swasta, organisasi non-profit yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup orang yang kurang beruntung. NGO merupakan istilah yang mencakup beragam organisasi. NGO bisa merupakan lembaga swasta yang mendukung pembangunan internasional, atau kelompok agama atau kelompok adat yang terorganisir secara nasional maupun regional. Keberadaan NGO dapat menjadi kelompok masyarakat yang meningkatkan kesadaran

8

Lebih lanjut baca Melani, Ni Made Rita, Peran ILO Melalui Proyek East Dalam Upaya Pencegahan Pekerja Anak di

Indonesia (2014). Jurnal Ilmiah Universitas Udayana, vol. 1, no. 2.

9

(7)

7 dikalangan masyarakat dalam mempengaruhi suatu kebijakan pemerintah.10 Swasta yang dimaksud dalam hal ini adalah bukan milik pemerintah.

Selain itu, PBB mendefinisikan NGO sebagai kelompok nirlaba yang bersifat independen dan otoritas pemerintah. NGO dapat terbentuk dalam skala lokal, nasional atau bahkan internasional untuk menyampaikan isu yang penting demi kepentingan bersama, NGO merupakan organisasi yang berorientasi tugas dan terdiri dari orang-orang yang memiliki kepentingan yang sama untuk menyediakan berbagai jasa dan memiliki fungsi tertentu sesuai dengan tujuannya pada spesifik isu tersebut.

Sedangkan Bank Dunia mendefinisikan NGO sebagai organisasi swasta (bukan milik pemerintah) yang aktivitasnya berupaya untuk meringankan penderitaan, mempromosikan kepentingan kaum miskin, melindungi lingkungan, menyediakan layanan dasar sosial, dan melakukan pelayanan terhadap masyarakat.

Ada empat peranan yang dapat dimainkan oleh NGO dalam sebuah negara, menurut Andra L. Corrothers dan Estie W. Suryatna dalam “Review of the NGO Sector in Indonesia and

Evaluation of the Asia Pasific Regional Community Concept Among Indoesian NGOs”, yaitu: 11

1. Sebagai katalis perubahan sistem. Hal ini dilakukan dengan mengangkat sejumlah masalah yang penting dalam masyarakat, membentuk sebuah kesadaran global, melakukan advokasi demi perubahan kebijaksanaan negara, mengembangkan kemauan politik rakyat, dan mengadakan eksperimen yang mendorong inisiatif masyarakat.

2. Memonitor pelaksanaan sistem dan cara penyelenggaraan negara, bahkan bila perlu melakukan protes. Hal itu dilakukan karena bisa saja terjadi penyalahgunaan kekuasaan, pelanggaran hukum, terutama yang dilakukan pejabat negara dan kalangan bisnis.

10 Vakil, A. C. (1997). Confronting the classification problem: Toward a taxonomy of NGOs. World Development.

25(12), 2057–2070

11 Corrothers, Andra L., Suryatna, Estie W. Suryatna. 1995. Review of the NGO Sector in Indonesia and Evolution of

the Asia Pasific Regional Community Concept Among Indonesian NGOs. In Tadashi Yamamoto (ed.). Emerging Civil Society in the Asia Pasific Community. Singapore : Institute of Souheast Asian Studies and Tokyo : Japan Center for

(8)

8 3. Memfasilitasi rekonsiliasi warga negara dengan lembaga peradilan. Hal ini dilakukan karena tidak jarang warga masyarakat menjadi korban kekerasan itu. Kalangan NGO muncul secara aktif untuk melakukan pembelaan bagi mereka yang menjadi korban ketidakadilan.

4. Alat untuk membantu mengimplementasi program pelayanan. NGO dapat menempatkan diri sebagai lembaga yang mewujudkan sejumlah program dalam masyarakat.

Barnet dan Finnemore (1999) juga menawarkan dua pendekatan untuk memahami peran organisasi internasional. 12 Dua pendekatan tersebut adalah pendekatan ekonomi dan pendekatan sosiologis. Pendekatan ekonomi melihat organisasi internasional adalah seperti pengorganisasian sebuah korporasi perusahaan. Penekanannya adalah pada efisiensi dan rasionalitas. Pada titik efisiensi, organisasi dilihat sebagai solusi yang efisien untuk memecahkan masalah-masalah yang terkait dengan ketidaksempurnaan pasar seperti informasi yang tidak berimbang, tingginya biaya transaksi dan distribusi sumber daya yang tidak merata. Sedangkan pada titik rasionalitas, organisasi internasional dibentuk berdasar perjanjian yang disepakati bersama diantara anggota-anggotanya. Perjanjian pembentukan organisasi ini termasuk didalamnya, yaitu tujuan, wewenang, dan instrumen institusinya mencerminkan tarik ulur kepentingan negara-negara anggotanya. Ketika sudah disetujui, maka organisasi inernasional berdiri sebagai otoritas legal yang rasional. Artinya, dia memiliki wewenang resmi yang diakui oleh negara-negara anggotanya.

Kemudian, pada pendekaan sosiologis organisasi internasional dibentuk tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan material para anggotanya tapi juga untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan normatif dan budaya. Organisasi dibentuk bisa jadi untuk alasan-alasan legitimasi dan normatif daripada untuk mencapai hasil secara efisien. Organisasi juga diciptakan bukan untuk apa yang mereka lakukan tapi lebih kepada simbol dan nilai yang dianut lingkungan sekitar. Organisasi internasional juga turut menciptakan simbol dan nilai yang ada dalam masyarakat.

William (1991) mengemukakan bahwa komunikasi dan kemampuan berjaringan adalah modal utama yang dimiliki NGO dalam melakukan peran-perannya.

12

Barnett, M., Finnemore, M. 1999. The Politics, Power, and Pathologies of International Organization. International Organization, 53 (4). Hal 699-732

(9)

9 NGOs use interpersonal methods of communication, and study the right entry points whereby they gain the trust of the community they seek to benefit. The significance of this role to the government is that GNOs can communicate to the policy making levels of government, information about the lives, capabilities, attitudes, and cultural characteristics of people at the local level. NGOs can facilitate communication upward from people to the government and downward from the government to the people. NGOs are also in a unique position to share information horizontally, networking between other

organizations doing similar work.13

Jadi, secara singkat dapat dikategorikan peran NGO menjadi dua kelompok. Pertama, peranan dalam bidang non-politik, yaitu berupa pemberdayaan masyarakat dalam bidang sosial ekonomi. Kedua, peranan dalam bidang politik, yaitu sebagai wahana untuk menjembatani warga masyarakat dengan negara atau pemerintah.

Dalam sebuah buku karya Citra Henida yang berjudul “Rezim dan Organisasi Internasional”, dikatakan bahwa peran suatu organisasi internasional non-pemerintah (NGO) adalah sebagai organisasi konsultatif bagi negara untuk menentukan kebijakan. Yang artinya bahwa peran suatu NGO berbeda dengan IGO (International Government Organization – organisasi internasional milik pemerintah) yang lebih berperan dalam menyelesaikan masalah-masalah pemerintah dalam dunia internasional.14

Keberadaan NGO juga dibutuhkan akibat adanya kepentingan pihak-pihak yang mungkin kurang atau bahkan tidak terwakili oleh pemerintah dan NGO akan berusaha untuk mengakomodasi dan memperjuangkan kepentingan itu (Thomas, dalam Lillehammer 2007). Kepentingan yang dibawa oleh NGO bukanlah kepentingan umum menyangkut seluruh umat manusia yang berhubungan dengan isu yang diangkatnya (Betsill dan Corell 2008).15

Walaupun NGO memang secara normatif terlepas dari kepentingan negara, namun memang untuk mempermudah kerjasama dan komunikasi memang terdapat suatu hubungan

13 William, C. 1991. Non-Governmental Initiatives. The Urban Poor and Basic Infrastructure Services in Asia and

Pasific. ADB Report. Manila : Asian Development Bank

14 Hennida, Citra. 2015. Rezim Dan Organisasi Internasional. Malang : Intrans Publishing. Hal 61 15

(10)

10 dengan entitas negara itu sendiri dalam hal pemberian ijin dan penempatan kantor sekretariat maupun kantor perwakilan di masing-masing negara dan lain sebagainya (Acher 1983).

Dalam karyanya, Citra Henida juga mengatakan bahwa tujuan dan kegiatan tiap NGO tentu saja berbeda-beda, sesuai dengan fokus dan kepentingan yang diusungnya. Tetapi, secara umum, NGO memiliki tujuan dan kegiatan untuk memberi kemampuan bagi masyarakat dan komunitas untuk menentukan dan bertanggungjawab terhadap hidupnya sendiri, dan agar pemerintah mampu mendengar apa keinginan komunitas tersebut (Thomas, dalam Lillehammer 2003).16

Meskipun peran NGO seringkali dikhawatirkan akan menggantikan peran, fungsi, bahkan kedaulatan negara, namun sebenarnya NGO tidak bisa menggantikan peran negara. NGO hanya menyediakan informasi dan komunikasi antara negara dan komunitas lokal, dan menggunakan perannya itu untuk memajukan kepentingan yang diusungnya unuk menjadi perhatian pemerintah.

E. HIPOTESIS

Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesa sementara yaitu : “Pendidikan anak-anak di kota Jayapura meningkat dengan adanya penerapan metode pendidikan harmoni sehingga meningkatkan capacity building masyarakat”.

F. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan metode kualitatif, yaitu metode yang bersifat deskriptif dengan menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data dan penyajian data :

1. Pengumpulan data

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berdasarkan data primer, yaitu data yang diambil dari wawancara dan observasi. Sedangkan, untuk data sekunder yaitu studi pustaka dari buku-buku, literatur, media massa, situs internet, jurnal, koran, atau majalah. Data-data ini kemudian akan dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini.

2. Penyajian data

16

(11)

11 Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu Peneliti akan mendeskripsikan mengenai mekanisme penerapan pendidikan harmoni (pendidikan karakter) yang dilakukan oleh Wahana Visi Indonesia dan hasil realisasi dari penerapannya dengan menggunakan tabel dan gambar.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam tesis ini Peneliti ingin membagi dalam 4 bab penulisan dimana pada Bab 1, berbicara mengenai latar belakang permasalahan secara garis besar, rumusan masalah, tinjauan literatur, kerangka konseptual, hipotesis., metode penelitian serta sistematika penulisan.

Kemudian, pada bab 2 berbicara mengenai gambaran Wahana Visi Indonesia secara garis besar dan mengenai keadaan pendidikan yang ada di kota Jayapura, dimana nanti pembaca dapat membandingkan keadaan pada saat Wahana Visi Indonesia sebelum mengintervensi dan sesudah mengintervensi. Dalam bab ini juga akan dibahas secara garis besar, cara-cara kerja WVI dalam membangun masyarakat dan bagaimana proses WVI dalam menjalankan program-program mereka agar berdampak dalam peningkatan pendidikan anak di kota Jayapura.

Setelah itu, pada bab 3 Peneliti akan berbicara mengenai peran dari Wahana Visi Indonesia dalam meningkatkan pendidikan pada anak di kota Jayapura, serta output yang dihasilkan oleh Wahana Visi Indonesia melalui penerapan metode pendidikan harmoni.

Pada bab 4 merupakan penutup, dimana Peneliti akan mengkaji mengenai hal-hal apa saja yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan program, apa saja yang menjadi kelemahan dan kekuatan pada program-program yang sudah dibentuk dan dijalankan sehingga dapat menjadi pembelajaran dan Pembaca dapat membandingkan dan menimbang baik-buruknya program-program yang dijalankan oleh Wahana Visi Indonesia dalam meningkatkan pendidikan melalui pendidikan harmoni tersebut. Selain itu, dalam bab ini juga Peneliti akan membuat kesimpulan dari hasil penelitian, dan membuat masukan-masukan yang dapat membangun.

Referensi

Dokumen terkait

Engkau pun kiranya mendengarkannya di sorga, tempat kediaman-Mu yang tetap, dan Engkau kiranya bertindak sesuai dengan segala yang diserukan kepada-Mu oleh orang

Dalam penelitian ini, peneliti bertujuan untuk mengetahui dan memahami konsep sekufu dalam masyarakat suku Rawayan dan bagaimana tinjauan hukum Islam menyikapi

Perkenankanlah kami menyampaikan kepada yang mulia Ketua Mahkamah Konstitusi beserta yang mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi bahwa saat berlangsung Pemilihan Kepala

Sebelum pelaksanaan praktik mengajar di kelas, mahasiswa PPL harus membuat skenario atau langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan di kelas yang meliputi materi yang

Pendekatan terhadap konsep perencanaan dan perancangan yang dilakukan meliputi: pendekatan tentang bagaimana konsep pengembangan bagi Stasiun Kereta Api Tawang Semarang dalam

Menimbang, bahwa oleh karena pada waktu putusan perkara Nomor : 122/Pdt.G/2014/PN.Cbi dibacakan dipersidangan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Cibinong pada

Berfungsi untuk memfasilitasi transmisi informasi, dimana perlengkapan komunikasi terdiri dari modem yang memfasilitasi transmisi data lewat jaringan telefon pada processor

Hanya saja pemodal atau lembaga keuangan selalu mempertimbangkan risiko yang melekat pada usaha perikanan tangkap antara lain: (1) production risk, yaitu meliputi