• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSIDING Seminar Nasional ke-2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSIDING Seminar Nasional ke-2"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BADAN PENERBIT FAKULTAS GEOGRAFI

Universitas Gadjah Mada

Editor

Djati Mardiatno

Dyah R. Hizbaron

Estuning T.W. Mei

Fiyya K. Shafarani

Faizal Rachman

Yanuar Sulistiyaningrum

Widiyana Riasasi

Seminar Nasional ke-2

Pengelolaan Pesisir

dan Daerah Aliran Sungai

PROSIDING

Ikatan Geograf Indonesia MPPDAS Fakultas Geografi UGM Badan Informasi Geospasial

Diselenggarakan oleh

PROSIDING SEMINAR NASIONAL KE-2

Pengelolaan P

esisir dan Daerah Aliran Sungai

(2)

i

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL PENGELOLAAN PESISIR

DAN DAERAH ALIRAN SUNGAI KE-2

Editor:

Djati Mardiatno

Dyah R. Hizbaron

Estuning T. W. Mei

Fiyya K. Shafarani

Faizal Rachman

Yanuar Sulistiyaningrum

Widiyana Riasasi

BADAN PENERBIT FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS GADJAH MADA, YOGYAKARTA

(3)

ii

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGELOLAAN PESISIR DAN

DAERAH ALIRAN SUNGAI KE-2

ISBN: 978-979-8786-61-7

© 2016 Badan Penerbit Fakultas Geografi

Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan

sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, secara elektronis maupun

mekanis tanpa izin tertulis dari editor. Permohonan perbanyakan dan pencetakan

ulang dapat menghubungi Dyah R. Hizbaron, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah

Mada, Bulaksumur, Yogyakarta 55281 atau melalui email ke

semnas-mppdas@geo.ugm.ac.id

Hak kekayaan intelektual tiap makalah dalam prosiding ini merupakan milik para

penulis yang tercantum pada tiap makalahnya.

Tanggal terbit:

20 Juli 2016

Dipublikasikan oleh:

Badan Penerbit Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Sekip Utara, Jalan Kaliurang, Bulaksumur, Yogyakarta 55281

Telp:+62 274 649 2340, +62 274 589 595

Email: geografi@geo.ugm.ac.id

Website: www.geo.ugm.ac.id

Desain sampul:

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Seminar Nasional Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai ke-2 dilaksanakan di Auditorium Merapi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada tanggal 12 Mei 2016. Seminar ini diselenggarakan oleh Program Magister Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai (MPPDAS) yang merupakan minat dari Program Studi S2 Geografi. Salah satu tujuan utama seminar ini adalah untuk mendiskusikan perkembangan dan tren penelitian pengelolaan di wilayah pesisir dan daerah aliran sungai. Sebanyak 70 makalah yang telah direview dari tim editor ditampilkan dalam prosiding ini. Tema dari prosiding ini dibagi menjadi tiga, antara lain

1. Ekosistem, tata ruang, dan manajemen bencana di kawasan pesisir dan daerah aliran sungai

2. Teknologi geospasial dalam pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai

3. Sosial, politik, ekonomi, budaya, kependudukan, pendidikan dan kebijakan dalam pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai

Hasil dari seminar ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai kepadu-padanan pengelolaan pesisir dan DAS yang meliputi aspek fisik, lingkungan, regulasi, tata ruang, pemanfaatan ruang dan sumber daya. Semoga prosiding ini dapat bermanfaat untuk acuan peneliti maupun praktisi pada bidang yang terkait.

Terima Kasih

Ketua Panitia Kegiatan

(5)

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii DAFTAR ISI ... iv

Pembicara Utama

PERAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL DALAM PENGELOLAAN PESISIR DAN DAERAH ALIRAN SUNGAI ... 1 PERAN DAN FUNGSI EKOSISTEM BENTANGLAHAN KEPESISIRAN DALAM PENGELOLAAN PESISIR DAN DAERAH ALIRAN SUNGAI ... 11 TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK PENGELOLAAN PESISIR DAN DAERAH ALIRAN SUNGAI ... 18 HOLOCENE SEA-LEVEL VARIABILITY IN INDONESIA ... 51

Tema 1: Ekosistem, tata ruang, dan manajemen bencana di kawasan pesisir dan daerah aliran sungai

PEMANFAATAN METODE GALDIT DALAM PENENTUAN KERENTANAN AIRTANAH TERHADAP INTRUSI AIR LAUT DI PESISIR KOTA CILACAP ... 58 IDENTIFIKASI KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN PURWARUPA ARDUINO UNTUK MONITORING SAMPEL AIR OTOMATIS ... 68 PENDUGAAN KEBERADAAN AIRTANAH ASIN DI SEBAGIAN KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH ... 79 ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DENGAN AIRTANAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI KAYANGAN KABUPATEN KULONPROGO ... 86 UJI AKURASI APLIKASI ELECTROMAGNETIC VERY LOW FREQUENCY (EM VLF) UNTUK ANALISIS POTENSI AIRTANAH DI PULAU SANGAT KECIL ... 96 KAJIAN KARAKTERISTIK HIDROLOGI BEBERAPA SUB DAS DENGAN FORMASI GEOLOGI PEGUNUNGAN SELATAN(Studi di Sub DAS Keduang, Temon, Wuryantoro, dan Alang) ... 106 RESPON HIDROLOGI SEBAGAI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI KAWASAN DANAU KASKADE MAHAKAM... 117 EMBUNG SEBAGAI SARANA PENYEDIAAN AIR BAKU DI PESISIR TARAKAN TIMUR .... 129 ANALISIS SPASIAL DAN TEMPORAL B-VALUE SEBAGAI IDENTIFIKASI POTENSI GEMPABUMI TSUNAMI DI PULAU JAWA ... 140 ANCAMAN BAHAYA PENGUATAN REFRAKSI GELOMBANG TSUNAMI AKIBAT JEBAKAN STRUKTUR GEOMETRI TELUK SUNGAI SERUT UNTUK MITIGASI PENDUDUK DESA RAWA MAKMUR KOTA BENGKULU ... 148 BAHAYA PENGUATAN GELOMBANG TSUNAMI AKIBAT CEKUNGAN TELUK SUNGAI SERUT UNTUK MITIGASI PENDUDUK KELURAHAN PASAR BENGKULU DAN PONDOK BESI, KOTA BENGKULU ... 159 FENOMENA BANJIR BANDANG DAN PERENCANAAN TATA RUANG WILAYAH ... 167 KONSEP TATA RUANG UNTUK MENDUKUNG PENGELOLAAN PARIWISATA TERPADU DI WILAYAH PESISIR PULAU BANGGAI, PROVINSI SULAWESI TENGAH ... 177 ANALISIS MULTI KRITERIA UNTUK ARAHAN FUNGSI KAWASAN DI KABUPATEN MALANG BAGIAN SELATAN ... 187 ZONASI EKOSISTEM ZONA NERITIK UNTUK MENDUKUNG PENGELOLAAN BERKELANJUTAN DI PULAU KECIL STUDI KASUS PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU 199

(6)

v

EFEKTIVITAS CEMARA LAUT DALAM RANGKA PENCEGAHAN EROSI ANGIN DI PANTAI KEBUMEN ... 204 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KEANEKARAGAMAN HAYATI DI RESERVAT BATU BUMBUN DAS MAHAKAM ... 212 INDIKATOR KEANEKARAGAMAN HAYATI DALAM MENDUKUNG PENGELOLAAN DAS BERKELANJUTAN (Studi Kasus Daya Dukung Lingkungan Pemanfaatan Alur Sungai Kedang Kepala untuk Transportasi Tongkang Batubara) ... 223 ANALISIS KETERKAITAN EKOSISTEM DI SUNGAI CODE PENGGAL JETISHARJO, YOGYAKARTA ... 233 PERAMALAN LUAS HUTAN PENUTUP LAHAN PADA KAWASAN HUTAN KONSERVASI DI INDONESIA TAHUN 2015 ... 242 INVESTASI DAERAH DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA TSUNAMI UNTUK KETANGGUHAN (Tingkat Kesiapan Pembangunan Sosial di Wilayah Pesisir Kulonprogo) ... 251 PEMETAAN GEOMORFOLOGI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BLUKAR, JAWA TENGAH ... 263 ARAHAN PEMANFAATAN RUANG BERBASIS UPAYA PENCEGAHAN BENCANA KEKERINGAN DI KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BINANGA LUMBUA KABUPATEN JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN ... 270 ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KEPULAUAN TANAH KEKE KECAMATAN MAPAKASUNGGU KABUPATEN TAKALAR PROVINSI SULAWESI SELATAN ... 280 PEMETAAN DAERAH RAWAN BENCANA BANJIR UNTUK PENENTUAN LOKASI PERMUKIMAN DI KECAMATAN PANDAWAN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KALIMANTAN SELATAN ... 290 EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN LIMPASAN DI SUB DAS NGALE ... 299 ANALISIS POLA PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DAN NILAI KOEFISIEN LIMPASAN DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM PEMULIHAN DAS MENTAYA, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ... 309 MONITORING PERUBAHAN MORFOLOGI HULU SUNGAI SENOWO TAHUN 2012-2014 DENGAN PEMANFAATAN DATA LiDAR DAN UAV ... 323 KAJIAN PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH TANGGA PINGGIR SUNGAI/PARIT DI KECAMATAN TEMBILAHAN KABUPATEN INDRAGIRI HILIR ... 330

Tema 2: Teknologi geospasial dalam pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai

VARIASI BULANAN DAERAH PREDIKSI PENANGKAPAN IKAN DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN RI 711 ... 338 STRATEGI PEMETAAN DAERAH PASANG SURUT DENGAN CITRA SATELIT YANG DIREKAM PADA PASUT EKSTRIM ... 347 ANALISIS LINGKUNGAN GIANT SEA WALL DI TELUK JAKARTA BERDASARKAN PENDEKATAN SPASIAL ... 355 KAJIAN ANALISA PENGARUH PERUBAHAN LAHAN TERHADAP LUAS DAN KEDALAMAN GENANGAN DI SUB DAS BANG MALANG DENGAN PEMODELAN HEC GEORAS ... 367 PEMANFAATAN TEKNOLOGI SINGLEBEAM ECHOSOUNDER (SBES) DAN SIDE SCAN SONAR (SSS) UNTUK PEMETAAN KEDALAMAN PERAIRAN ... 380 ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN WILAYAH KAWASAN SAGARA ANAKAN, KABUPATEN CILACAP BERDASARKAN PENDEKATAN ANALISIS LANDSKAP ... 386

(7)

vi

PENGELOLAAN KAWASAN KARST MELALUI PENDEKATAN KARAKTER BIOFISIK (Studi di Sub DAS Alang Kabupaten Wonogiri) ... 397 ANALISIS KEMAMPUANLAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI PENTUNG, KECAMATANPATUK, GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ... 408 MITIGASI BENCANA GERAKAN TANAH PADA DAS SERAYU HULU, BANJARNEGARA . 421 PENYUSUNAN BASIS DATA PETA DESA UNTUK OPTIMALISASI PERKEMBANGAN WILAYAH KEPESISIRAN: STUDI KASUS DESA PARANGTRITIS KECAMATAN KRETEK KABUPATEN BANTUL ... 433 ATURAN TOPOLOGI UNTUK UNSUR PERAIRAN DALAM SKEMA BASIS DATA SPASIAL RUPABUMI INDONESIA ... 444 DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP LINGKUNGAN ATMOSFER DAN PANTAI DI WILAYAH PESISIR PAMEUNGPEUK GARUT ... 454

Tema 3: Sosial, politik, ekonomi, budaya, kependudukan, pendidikan dan kebijakan dalam pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai

KAJIAN KESESUAIAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA (Kasus di Bantaran Sungai Code) 464 URGENSI KONSERVASI PASIR VULKAN DI PESISIR SELATAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ... 476 LUBUK LARANGAN UJUNG TANJUNG DESA GUGUK: UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN DAN SUMBERDAYA PERIKANAN PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI TIPE

TRANSPORTING SYSTEM ... 487

KONDISI KUALITAS AIR SUNGAI, AKTIVITAS PENANGKAPAN, DAN PEMANGKU KEPENTINGAN (STAKEHOLDERS) PADA PERIKANAN SIDAT DI DAS CIMANDIRI, JAWA BARAT ... 497 PENDEKATAN SOSIO-KULTURAL DALAM PEMASANGAN TETENGER ZONA INTI SEBAGAI UPAYA RESTORASI GUMUK PASIR BARKHAN ... 507 KLASIFIKASI LIMBAH HASIL BUDIDAYA PEMANFAATAN LAHAN PESISIR DI DESA PATUTREJO PURWOREJO ... 519 KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN BEKAS TAMBANG PASIR BESI SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI SUMBER DAYA ALAM TERBARUKAN DALAM KAITANNYA DENGAN PENGELOLAAN PESISIR KABUPATEN PURWOREJO ... 528 WTP UNTUK KONSERVASI AIR DI KAWASAN RESAPAN SLEMAN, YOGYAKARTA ... 534 PEMANFAATAN DELTA BARITO SEBAGAI LAHAN PERTANIAN RAWA POTENSIAL DENGAN SISTEM BANJAR ... 547 ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR PULAU GILI KETAPANG DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA SWOT ... 557 PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA, MALUKU ... 564 OPTIMALISASI PELESTARIAN EKOWISATA MANGROVE BERBASIS LOCAL WISDOM DI BEDUL BANYUWANGI ... 582 PROSPEK DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PANTAI DITINJAU DARI PENDEKATAN KELINGKUNGAN DI KABUPATEN BLITAR, JAWA TIMUR ... 592 STRATEGI PENGHIDUPAN NELAYAN DALAM PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT DI PANTAI DEPOK ... 603 PERAN PARIWISATA UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT WILAYAH KEPESISIRAN TANJUNGSARI DAN TEPUS, KABUPATEN GUNUNGKIDUL ... 610

(8)

vii

DAS SEBAGAI BASIS PENILAIAN MANFAAT LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG SUMBERDAYA HUTAN ... 618 ASPEK MORFOMETRI SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI STUDI KASUS DAS CITANDUY ... 629 PELUANG DAN TANTANGAN REVITALISASI DAS LIMBOTO, SEBUAH PENDEKATAN HASIL PROSES ... 638

KONFLIK SPASIAL PEMANFAATAN LAHAN DALAM MANAGEMENT DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU PROVINSI BANTEN ... 652

KONDISI PEMBANGUNAN DESA-DESA PESISIR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA .... 661 KONFLIK KEPENTINGAN DALAM PEMANFAATAN RUANG DI KAWASAN PESISIR CANGGU, BALI ... 672 PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UTARA JAWA (Studi Kasus: Kota Semarang dan Kota Tegal) ... 689 EFEKTIFITAS TRANSPORTASI AIR ANTAR PULAU DI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI ... 703 KEHARMONISAN PEMANFAATAN RUANG PESISIR BERDASARKAN SUDUT PANDANG LINGKUNGAN DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DI DESA PUTUTREJO, KECAMATAN GRABAG, KABUPATEN PURWOREJO ... 716 PENGELOLAAN PESISIR SELATAN SEBAGIAN KULON PROGO DAN PURWOREJO BERDASARKAN KONDISI BANGUNAN FISIK ... 725 STRATEGI PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR BERKELANJUTAN BERBASIS ANALISIS

SWOT PASKA KEGIATAN TAMBANG PASIR BESI KABUPATEN PURWOREJO, JAWA

TENGAH... 735 PELAJARAN BERHARGA DARI KEGIATAN TAMBANG PASIR PANTAI DI DESA SELOK AWAR-AWAR KECAMATAN PASIRIAN - LUMAJANG... 746 KAJIAN KOMPARATIF FAKTOR PENYEBAB PERKAWINAN ANAK DI PERKOTAAN DAN PERDESAAN DI KABUPATEN GROBOGAN (Analisis Survei Pernikahan Dini Tahun 2011) ... 756 KECENDERUNGAN AKSEPTOR MEMAKAI NON METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ... 765

(9)

507

PENDEKATAN SOSIO-KULTURAL DALAM PEMASANGAN

TETENGER ZONA INTI SEBAGAI UPAYA RESTORASI

GUMUK PASIR BARKHAN

Theresia Retno Wulana,b,c

, Edwin Maulanac,d

aBadan Informasi Geospasial, noibako@gmail.com

bProgram Doktoral Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

cParangtritis Geomaritime Science Park, Badan Informasi Geospasial, edwinmaulana35@yahoo.com dMagister Manajemen Bencana, Universitas Gadjah Mada

ABSTRAK

Penetapan kawasan Kagungan Dalem Gumuk Pasir Barkhan sebagai kawasan konservasi menimbulkan respon yang beragam terhadap kondisi psiko-sosial masyarakat khususnya yang tinggal di Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul. Masyarakat pada Zona Inti dan Zona Terbatas cenderung menolak penetapan kawasan restorasi gumuk pasir barkhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis strategi multi-stakeholder untuk melakukan penyengkeran Kawasan Kagungan Dalem Gumuk Pasir. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki kebudayaan yang sangat kental. Pendekatan sosio-kultural mutlak perlu dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembangunan di DIY. Aplikasi kebijakan top-down yang biasa digunakan pemerintah pada umumnya cenderung dihindari di DIY. Pendekatan baru yang berupa kolaborasi top-down dan bottom-up digunkan untuk penerapan kebijakan penetapan kawasan konservasi melalui edu-restorasi gumuk pasir barkhan. Kebijakan top-down digunakan untuk penentuan zonasi kawasan. Kebijakan buttom-up dilakukan untuk sosialisasi dan upaya penyengkeran Zona Inti. Upaya aplikasi kebijakan bottom-up dilakukan dengan melakukan sosialisasi Keistimewaan DIY dan FGD di Balai Desa untuk penetapan Zona Inti Gumuk Pasir Barkhan. Perencanaan berbasis sosio-kultural dengan melibatkan masyarakat terbukti efektif dalam penyengkeran gumuk pasir barkhan Parangtritis.

Kata Kunci: Tetenger, Restorasi; Gumuk Pasir Barkhan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penggunaan lahan yang ada di Kawasan Kagungan Dalem Gumuk Pasir Barkhan Parangtritis mengalami perubahan yang pesat dari tahun ke tahun (Gambar 1). Perubahan penggunaan lahan tersebut diawali dari pembangunan Desa Parangtritis sebagai kawasan tujuan wisata sehingga menjadi faktor penarik bagi masyarakat untuk datang ke Desa Parangtritis (Torrido, 2012). Berbagai jenis pembangunan dilakukan untuk menyiapkan Desa Parangtritis sebagai kawasan tujuan wisata, mulai dari tempat parkir, rumah makan, fasilitas mandi, dan lain sebagainya. Perkembangan ini memicu penggunaan lahan lainnya yang ada di sekitar kawasan tujuan wisata, khususnya Pantai Parangtritis. Perubahan penggunaan lahan juga disebabkan oleh penghijauan yang dilakukan pemerintah karena kurangnya koordinasi antar instansi. Kawasan Kagungan Dalem Gumuk Pasir Barkhan Parangtritis, yang secara administrasi berlokasi di Desa Parangtritis, juga tidak luput dari perubahan penggunaan lahan.

(10)

508

Penggunaan lahan di Kawasan Kagungan Dalem Gumuk Pasir Barkhan Parangtritis bermacam-macam. Beberapa di antaranya adalah bangunan, vegetasi (pertanian lahan berpasir dan penghutanan), dan tambak udang. Kegiatan penghutanan merupakan Program Kerja dari Kementerian Kehutanan yang mencanangkan program penghutanan di pesisir Kabupaten Bantul (Sunarto, 2014). Kegiatan tambak udang telah dimulai pada tahun 2013 namun di akhir 2014 Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul telah memberikan pernyataan bahwa tambak udang perlu diatur kembali keberadaannya. Perubahan penggunaan lahan yang tidak tertata dengan baik dapat menghambat proses pembentukan gumuk pasir. Fenomena penghambatan pembentukan gumuk pasir disebabkan beberapa penggunaan lahan yang bersifat sebagai penghalang bagi angin sehingga mengurangi kecepatan angin. Proses selanjutnya adalah suplai material pembentuk gumuk pasir berkurang dan kelestariannya menjadi terancam (Sunarto, 2014).

Gambar 1. Perubahan kenampakan gumuk pasir

Sumber: Raharjo, 2007-2015

Penggunaan lahan yang ada saat ini telah berkembang menjadi konflik kepentingan penggunaan lahan (Kusumabrata, 2014). Suatu regulasi diperlukan untuk menata penggunaan lahan yang ada sehingga mampu mengakomodasi berbagai kepentingan. Kajian yang dilakukan oleh Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) Badan Informasi Geospasial, Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul, dan Fakultas Geografi UGM merekomendasikan Kawasan Kagungan Dalem Gumuk Pasir Barkhan Parangtritis ditetapkan oleh Pemerintah DIY sebagai kawasan konservasi (Maulana dan Wulan, 2015). Kawasan Konservasi Kagungan Dalem Gumuk Pasir Barkhan Parangtritis dibagi menjadi tiga zona, yaitu Zona Inti, Zona Terbatas, dan Zona Penunjang. Penetapan tiga zona konservasi juga diikuti dengan pemasangan tetenger Zona Inti.

Pemasangan tetenger di Zona Inti mendapat tanggapan yang bervariasi dari masyarakat setempat dan berpotensi menimbulkan konflik. Konflik maupun perselisihan yang terjadi di masyarakat dapat bersifat nyata maupun tersembunyi (Robbins, 1974). Konflik yang terjadi di masyarakat dapat memberikan dampak positif dan negatif (Bezzera dan Hirata, 2012), hal tersebut sangat bergantung pada pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah dan respon masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pendekatan dalam pemasangan tetenger Zona Inti gumuk pasir sehigga dapat meredam terjadinya konflik dan memberikan dampak positif terhadap masyarakat.

(11)

509

METODE

Deskripsi Wilayah

Penelitian ini dilakukan pada kawasan konservasi gumuk pasir barkhan yang terletak di Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul. Kawasan konservasi gumuk pasir barkhan merupakan Kawasan Kagungan Dalem yang berarti daerah tersebut merupakan daerah yang dimiliki oleh Kasultanan Yogyakarta. Saat ini kawasan konservasi yang direkomendasikan oleh PGSP BIG, Fakultas Geografi UGM dan Pemerintah Kabupaten Bantul sudah masuk dalam Revisi Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten Bantul. Secara geografis, Kawasan Kagungan Dalem Gumuk Pasir Barkhan terletak antara terletak antara 80 00’ 41,6” - 80 01’ 42,3” LS dan 1100 20’ 25,5” - 1100 18’ 8,3” BT. Gambaran umum lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Lokasi Penelitian

Sumber: SRTM 30 m

Data dan Metode

Data yang digunakan untuk menentukan batasan kawasan konservasi gumuk pasir adalah data foto udara dan citra satelit multiyears. Basis yang digunakan sebagai dasar penentuan kawasan konservasi gumuk pasir barkhan adalah hasil interpretasi foto udara tahun 1976. Interpretasi tersebut dikuatkan dengan kajian akademis yang dilakukan oleh akademisi dari Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada berkolaborasi dengan dinas terkait.

Penentuan titik-titik patok pada zona inti dilakukan melalui interpretasi foto udara dan survei lapangan. Pengukuran dengan GPS (Global Positioning System) Geodetik dilakukan untuk memperoleh data koordinat, tinggi geodetik dan tinggi ortometrik dengan akurasi yang sangat tinggi. Jumlah titik pengukuran adalah seratus titik. Selanjutnya data yang berupa titik-titik ditampilkan pada peta zonasi kawasan kagungan dalem gumuk pasir barkhan untuk mengecek kebenaran data hasil pengukuran lapangan.

(12)

510

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gumuk pasir barkhan di Parangtritis memiliki fungsi ekologis, ekonomis dan historis. Kerusakan gumuk pasir barkhan yang terjadi belakangan ini mendapat respon beragam dari berbagai unsur masyarakat dan menjadi perhatian serius mengingat pentingnya gumuk pasir barkhan. Kerusakan gumuk pasir barkhan tersebut lebih banyak disebabkan oleh aktifitas manusia dibandingkan dengan faktor alam. Pendirian bangunan, tambak, kandang, budidaya pertanian dan aktivitas manusia lainnya menyebabkan kerusakan gumuk pasir barkhan. Hasil sidik cepat yang dilakukan di tahun 2015 menunjukkan bahwa luasan gumuk pasir barkhan tersisa lebih kurang tigapuluh hektar (Maulana dan Wulan, 2015) sehingga langkah tegas harus segera diambil oleh pemerintah dan stakeholder.

Respon dan tindak cepat perlu diakukan oleh pemerintah dalam upaya untuk menyelamatkan gumuk pasir barkhan. Salah satu langkah awal yang dilakukan pemerintah adalah menggandeng multi-stakeholder dan akademisi untuk merumuskan strategi dalam upaya penyelamatan gumuk pasir barkhan dan kawasan gumuk pasir yang perlu dikonservasi. Beberapa alasan yang menjadi trigger bahwa kawasan gumuk pasir perlu dikonservasi; selain fungsi ekologis, ekonomis dan historis adalah karena gumuk pasir berbentuk barkhan sangat langka di seluruh belahan dunia. Salah satu tempat yang memiliki gumuk pasir barkhan adalah Mexico. Negara di Asean yang memiliki barkhan hanya Indonesia dan gumuk pasir tersebut terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Berdasarkan interpretasi foto udara tahun 1976 dan analisis dari akademisi ditetapkan kawasan konservasi gumuk pasir barkhan memiliki luas 413,95 ha. Kawasan konservasi gumuk pasir barkhan dibagi menjadi tiga zona yaitu Zona Inti Gumuk Pasir, Zona Terbatas Gumuk Pasir dan Zona Penunjang Gumuk Pasir. Kriteria Pengklasifikasian Zone mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota digolongkan sebagai Suaka Alam dan Cagar Budaya (SC) bagian dari kawasan yang memiliki khas tertentu berupa Bentukan Gumuk Pasir Barkhan. Penggunaan lahan eksisting pada setiap zona berdasarkan hasil interpretasi foto udara tahun 2015 disajikan pada tabel-tabel berikut.

Tabel 1. Penggunaan Lahan di Zona Inti Gumuk Pasir

No Penggunaan Lahan Luas (ha) %

1 Belukar 0,73 0,5

2 Beting Pantai 0,32 0,2

3 Gumuk Pasir 30,78 21,8

4 Hutan Lahan Kering 68,09 48,2

5 Jalan 1,83 1,3 6 Ladang 6,12 4,3 7 Lahan Terbangun 0,13 0,1 8 Lahan Terbuka 23,41 16,6 9 Pemukiman 2,02 1,4 10 Semak 6,61 4,7 11 Tambak 1,11 0,8 Total 141,15 100

(13)

511

Tabel 2. Penggunaan Lahan di Zona Terbatas Gumuk Pasir

No Penggunaan Lahan Luas (ha) %

1 Bangunan 0,13 0,1

2 Belukar 5,72 6,0

3 Beting Pantai 0,89 0,9

4 Hutan Lahan Kering 5,66 5,9

5 Jalan 1,19 1,3 6 Ladang 9,28 9,7 7 Lahan Terbangun 0,43 0,4 8 Lahan Terbuka 35,06 36,8 9 Pemukiman 21,92 23,0 10 Sawah Irigasi 5,25 5,5 11 Semak 9,51 10,0 12 Sungai 0,04 0,0 13 Tambak 0,21 0,2 Total 95,30 100

Sumber: Citra Foto Udara Tahun 2015

Tabel 3. Penggunaan Lahan di Zona Penunjang Gumuk Pasir

No Penggunaan Lahan Luas (ha) %

1 Belukar 17,92 10,1

2 Beting Pantai 6,52 3,7

3 Gumuk Pasir 2,66 2,4

4 Hutan Lahan Kering 71,95 40,7

5 Jalan 3,06 1,7 6 Ladang 3,91 2,2 7 Lahan Terbangun 1,61 0,9 8 Lahan Terbuka 36,19 20,5 9 Pemukiman 6,07 3,4 10 Saluran Irigasi 1,65 0,1 11 Sawah Irigasi 0,26 0,2 12 Semak 0,30 9,7 13 Tambak 17,19 3,7 14 Tubuh Air 6,46 0,5 Total 176,60 100

Sumber: Citra Foto Udara Tahun 2015

Rekomendasi penggunaan lahan untuk pada setiap zona disesuaikan dengan fungsi zona, pada zona inti; penggunaan lahan hutan, bangunan dan tambak direstorasi ke bentukan semula (gumuk pasir). Pelaksanaan restorasi dan pengosongan hutan dimulai dari selatan ke utara sampai 50 meter sebelum rencana Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) agar menjadi pelindung terhadap migrasi pasir. Zona inti dapat dimanfaatkan untuk kegiatan religi dan kegiatan spiritual, kegiatan wisata minat khusus terbatas (hiking, sandboarding, ATV). Zona terbatas direkomendasikan untuk tidak ada penambahan bangunan baru dan mempertahankan ruang terbuka hijau sebesar 30% dari luasan zona terbatas. Zona penunjang Gumuk Pasir seluas 2,4 % dari luasan zona penunjang merupakan bagian dari zonasi ruang terbuka hijau (RTH) yang diperuntukkan sebagai kawasan resapan air. Semak, Belukar, Hutan Lahan Kering, Ladang merupakan bagian dari RTH dan dipertahankan pada luasan 30% dari keseluruhan luasan zonasi. Lahan Terbangun dengan merupakan kawasan perkantoran pemerintah pusat dan pendidikan yang berfungsi untuk menunjang penelitian di kawasan pesisir. Sama halnya pada zona terbatas, tidak direkomendasikan penambahan bangunan baru dan atau pembangunan berupa bangunan vertikal dengan bentuk bangunan panggung.

(14)

512

Gambar 3. Peta Kagungan Dalem Gumuk Pasir Barkhan

Sumber: Maulana, 2016

Kawasan konservasi gumuk pasir barkhan ditetapkan sebagai Kawasan Kagungan Dalem Gumuk Pasir Barkhan Parangtritis, yang berarti adalah kawasan milik Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat karena seluruh wilayah gumuk pasir di Parangtritis merupakan

Sultan Ground (tanah milik Sultan). Kawasan Kagungan Dalem Gumuk Pasir Barkhan saat

ini sudah masuk dalam Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten Bantul dan ditetapkan sebagai kawasan konservasi. Kawasan gumuk pasir barkhan Parangtritis juga sudah ditetapkan sebagai salah satu dari sembilan Geoheritage yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambaran umum Kawasan Kagungan Dalem Gumuk Pasir Barkhan dapat dilihat pada Gambar 3.

Penetapan Kawasan Kagungan Dalem mulai disosialisasikan dan diinformasikan kepada dinas dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait dan juga kepada masyarakat luas melalui pemberitaan di media massa, media elektronik dan sosialisasi secara langsung. Penyengkeran oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X bersama dengan Menteri Ristekdikti pada 11 September 2015 merupakan tonggak awal penetapan Kawasan Kagungan Dalem sebagai kawasan konservasi gumuk pasir barkhan. Tahapan selanjutnya adalah mengumpulkan multi-stakeholder terkait untuk membahas keberlanjutan penetapan kawasan Kagungan Dalem Gumuk Pasir Barkhan Parangtritis. Beberapa dokumentasi dalam pelaksanaan Focused Group Discussion (FGD) dalam pembahasan fungsi Kawasan Kagungan Dalem Gumuk Pasir Barkhan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. FGD yang dilaksanakan di Parangtritis Geomaritime Science Park

(15)

513

Sosialisasi penyengkeran zona inti Kagungan Dalem Gumuk Pasir Barkhan dilakukan untuk menindaklanjuti penyengkeran oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X dan himbauan Sri Sultan Hamengkubuwono X untuk menjaga kelestarian kawasan gumuk pasir. Masyarakat, perangkat struktural Desa Parangtritis, dan Organisasi Karangtaruna tiap Dusun ikut menghadiri sosialisasi ini. Respon positif ditunjukkan dari berbagai elemen masyarakat Desa Parangtritis yang hadir. Kegiatan sosialisasi dilengkapi dengan penyampaian perspektif gumuk pasir dari beberapa narasumber, antara lain Kepala BIG, Perwakilan dari Kraton Yogyakarta, Kepala Bappeda Kabupaten Bantul, dan pakar geomorfologi kepesisiran dari Fakultas Geografi UGM. Kegiatan sosialisasi penyengkeran Gumuk Pasir Barkhan ke masyarakat dapat dilihat pada Gambar 5.

Penataan kawasan gumuk pasir parangtritis perlu dikomunikasikan antara stakeholder dengan masyarakat sekitar. Sosialisasi yang baik akan membuat masyarakat sadar terhadap kepentingan kelestarian gumuk pasir. "Meneguhkan Makna Garis Imajiner Merapi Parangkusumo dalam Rangka Membangun Masyarakat yang Hamemayu Hayuning Bawono". Presentasi yang dibungkus sangat rapi oleh Mas Bekel Joko Supriyanto mampu menghipnotis para peserta sosialisasi sehingga seisi ruangan menjadi hening. Dalam kesempatan tersebut, Mas Bekel menceritakan sejarah berdirinya Yogyakarta hingga filosofi-filosofi yang terus dipegang oleh masyarakat DIY hingga saat ini. Garis imajiner Merapi-Parangkusumo sangat penting dalam keistimewaan DIY, sehingga keberadaan gumuk pasir harus dijaga dan dilestarikan.

Gambar 5. Sosialisasi penyengkeran zona inti gumuk pasir barkhan

Sumber: Raharjo, 2015

Penentuan zonasi gumuk pasir parangtritis dan sosialisasi Penyengkeran Zona Inti Gumuk Pasir Parangtritis merupakan upaya pendekatan secara kultural oleh pemerintah. Pemerintah mencoba gaya pendekatan baru ke masyarakat dalam upaya konservasi gumuk pasir parangtritis. Pendekatan tersebut merupakan gabungan antara pendekatan bottom up dan top

down. Tahapan selanjutnya setelah sosialisasi dengan pendekatan kultural adalah pemasangan

tetenger sebagai penanda lokasi zona inti gumuk pasir barkhan.

Tetenger zona inti gumuk pasir barkhan memiliki bentuk dan desain seperti tetenger lain pada umumnya. Tebal bagian dasar tetenger berukuran 7,5 cm; dan panjang 45 cm. Tiang tetenger memiliki tinggi 50 cm dan lebar 15 cm. Bagian depan tetenger terdapat kotak bertulisan Patok Zona Inti Gumuk Pasir Barkhan beserta informasi Nomor id, Koordinat X dan Y. Ukuran kotak memiliki lebar 12 cm dan panjang 17,5 cm. Bagian atas tetenger terdapat lingkaran yang bertuliskan Patok Zona Inti Gumuk Pasir Barkhan Parangtritis. Bagian belakang tetenger berisi keterangan pihak yang bekerjasama dan mendukung pemasangan tetenger, yaitu Universitas Gadjah Mada, Badan Informasi Geospasial, Pemerintah Provinsi Yogyakarta, dan Pemerintah Kabupaten Bantul, serta didukung oleh Kementrian Riset, Teknologi, dan

(16)

514

Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. Tetenger dipasang diatas tiang pondasi yang tertanam 150 cm dalam tanah, dan memiliki lebar 25 cm. Desain tampak depan dan belakang tetenger Zona Inti Gumuk Pasir disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Desain tetenger zona inti gumuk pasir

Sumber: Maulana, 2016

Proses pemasangan tetenger zona inti gumuk pasir memiliki dua tahapan, yaitu proses pengukuran koordinat patok dan pemasangan. Proses pengukuran koordinat patok diawali dengan kegiatan interpretasi foto udara dan survei lapangan. Interpretasi foto udara dilakukan untuk mengidentifikasi batas kawasan kagungan gumuk pasir parangtritis. Survei lapangan dilakukan oleh tim Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP). Survei lapangan bertujuan untuk menentukan sampel lokasi titik patok zona kawasan kagungan gumuk pasir parangtritis. Survei lapangan dibantu alat GPS Geodetik. GPS Geodetik dipilih karena penentuan dan akurasi pembacaan titik koordinat yang sangat tinggi. GPS Geodetik mencatat dan membaca koordinat, titik geodetik, dan titik ortometrik dari setiap plot lokasi pengamatan.

Hasil survei lapangan tidak langsung dijadikan acuan untuk lokasi pemasangan tetengger. Koordinat lokasi hasil survei lapangan perlu divalidasi ulang dengan peta pembagian zonasi kagungan dalem gumuk pasir parangtritis. Jumlah titik lokasi pemasangan tetengger yang tervalidasi kurang lebih berjumlah 100 buah. Titik-titik tersebut tersebar di ketiga zona kagungan dalem gumuk pasir. Proses lebih lanjut, keseluruhan titik-titik tervalidasi akan dipasang tetengger penanda zona lokasi. Pemasangan tetengger di seluruh lokasi Kawasan Kagungan Dalem Gumuk Pasir digunakan sebagai titik ikat dari masing-masing zona. Kegiatan survei lapangan pengukuran koordinat dan proses pemasangan patok dapat dilihat pada Gambar 7a dan 7b.

(17)

515

Gambar 7. (a) Pengukuran koordinat patok; (b) proses pemasangan patok

Sumber: Raharjo, 2015

Penetapan zona inti gumuk pasir akan diikuti dengan pembersihan permukiman dan pepohonan, serta aktivitas lain yang mengganggu pelestarian zona inti gumuk pasir barkhan. Berbagai aktivitas tersebut diyakini akan mengubah arah angin dan mempengaruhi proses pembentukan gumuk pasir. Gubernur Provinsi Yogyakarta berharap pemasangan tetengger merupakan awal upaya konservasi gumuk pasir parangtritis. Upaya konservasi gumuk pasir parangtritis tidak sepenuhnya diserahkan kepada pemerintah dan instansi terkait, tetapi perlu kontribusi dari masyarakat. Perangkat struktural lurah, desa, dan dusun, serta seluruh elemen masyarakat diminta aktif mencegah kerusakan kawasan geoheritage tersebut. Pemerintah dan instansi terkait sedang berupaya melakukan rencana konservasi jangka panjang pada gumuk pasir Parangtritis. Pemerintah menyadari bahwa arah perkembangan wilayah di Jawa bagian utara dan selatan berbeda. Wilayah Jawa bagian utara didesain untuk pusat perekonomian, sedangkan di bagian selatan termasuk Yogyakarta merupakan wilayah pengembangan ekonomi berbasis budaya. Pemerintah beserta multi-stakeholder lain sedang berupaya melakukan kajian pemantapan tata ruang di Provinsi Yogyakarta untuk kepentingan masyarakat luas.

(18)

516

Gambar 8. Peresmian patok zona inti gumuk pasir barkhan

Sumber: Raharjo, 2016

Wilayah yang diberi tetenger nantinya akan bersanding harmonis dengan kawasan di sekitarnya. Pemasangan tetenger dilandasi oleh semakin kritisnya gumuk pasir barkhan, sehingga perlu percepatan untuk segera dilestarikan. Gumuk pasir merupakan benteng pertama dari kawasan pesisir terhadap ancaman abrasi maupun tsunami. Keberadaan dan kelestarian gumuk pasir barkhan apabila lingkungannya terbuka. Material gunungapi merapi yang terdeposisi di hilir dan muara Sungai Opak dan Sungai Progo dapat terdistribusi oleh kekuatan angin dari Samudera Hindia ke arah utara.

Rencana dibangunnya Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) yang melewati sebelah utara kawasan gumuk pasir menjadi pertimbangan tersendiri. Pemerintah Kabupaten Bantul sedang mengupayakan perencanaan tata ruang berbasis kebudayaan masyarakat pesisir Selatan Yogyakarta. Penertiban kawasan gumuk pasir saat ini cukup urgent dilakukan karena pembangunan dikhawatirkan akan mempengaruhi keberadaan gumuk pasir. Perkembangan keberadaan tambak, bangunan, dan tanaman yang berdekatan dan di dalam zona gumuk pasir dikhawatirkan akan mengganggu transportasi material pasir.

Pemasangan tetenger zona inti gumuk pasir barkhan akan mempermudah penyusunan rencana tata ruang gumuk pasir. Selain perencanaan tata ruang oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten, Dinas PUP ESDM Yogyakarta juga akan membuat rencana tata ruang. Tata ruang milik Dinas PUP ESDM lebih khusus menyoroti tentang rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL) untuk kawasan geoheritage gumuk pasir Parangtritis. RTBL menyusun tentang pengaturan kepadatan hingga ketinggian bangunan yang diperbolehkan di kawasan gumuk pasir. Kegiatan sosialisasi ke seluruh multi-stakeholder dan elemen masyarakat akan mempermudah upaya konservasi gumuk pasir barkhan dalam jangka waktu kedepan. Masyarakat telah diperkenalkan terlebih dahulu zona batas yang diwakili oleh tetenger di kawasan gumuk pasir parangtritis. Kenampakan tetenger zona inti gumuk pasir barkhan di lapangan dapat dilihat pada Gambar 9.

(19)

517

Gambar 9. Kenampakan tetenger zona inti gumuk pasir di lapangan

Sumber: Maulana, 2016

KESIMPULAN

Kerusakan gumuk pasir barkhan lebih banyak disebabkan oleh aktivitas manusia dibandingkan faktor alam. Pendirian bangunan, tambak, kandang, merupakan aktivitas manusia yang mempengaruhi kondisi gumuk pasir parangtritis. Respon cepat diambil pemerintah dengan menggandeng multi-stakeholder dan akademisi untuk merumuskan upaya penyelamatan gumuk pasir. Upaya penyelamatan gumuk pasir di DIY dilakukan dengan pendekatan gabungan antara top down dan bottom up. Pendekatan top down dilakukan dengan pembagian zonasi gumuk pasir, sedangkan bottom up diupayakan melalui kegiatan sosialisasi pada masyarakat terhadap kebijakan yang akan diambil. Pemasangan Tetenger Zona Inti Gumuk Pasir Barkhan diyakini mempermudah upaya penyelamatan gumuk pasir. Tetenger

(20)

518

Zona Inti Gumuk Pasir Barkhan merupakan upaya awal restorasi gumuk pasir. Pemasangan Tetenger Zona Inti Gumuk Pasir barkhan akan mempermudah penyusunan rencana tata ruang gumuk pasir yang akan dirumuskan oleh multi-stakeholder bersama masyarakat.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya disampaikan kepada Badan Informasi Geospasial, Parangtritis Geomaritime Science Park, Pemkab Bantul, Pemda DIY dan Kemen Ristekdikti. Ucapan terima kasih juga dihaturkan kepada Kanjeng Pangeran Haryo Wironegoro yang banyak memberikan pengalaman dalam memahami budaya Yogyakarta yang istimewa serta Prof. Dr.rer.nat. Junun Sartohadi yang selalu membimbing penulis.

REFERENSI

Bezzera, J.d.M., Hirata, C.M., (2012), Applying Conflict Management Process to Wiki Communities. ICEIS 2011, LNBIP 102, pp. 333–348, 2012. Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2012. Maulana, E., Wulan, R., (2015), Identifikasi Agihan Barkhan pada Zona Inti Gumuk Pasir Parangtritis

dengan Menggunakan Data UAV. Prosiding Simposium Nasional Sains Geoinformasi IV

2015. Penguatan Peran Sains Informasi Geografi dalam Mendukung Penanganan Isyu-Isyu Strategis Nasional. Yogyakarta, 25-26 November 2015. PUSPICS, Fakultas Geografi UGM

Yogyakarta.

Maulana, E., Wulan, R., (2015), Pemotretan Udara dengan UAV untuk Mendukung Kegiatan Konservasi Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis. Prosiding Simposium Nasional Sains

Geoinformasi IV 2015. Penguatan Peran Sains Informasi Geografi dalam Mendukung Penanganan Isyu-Isyu Strategis Nasional. Yogyakarta, 25-26 November 2015. PUSPICS,

Fakultas Geografi UGM Yogyakarta.

Robbins, S.P., (1974), Managing Organizational Conflict. Prentice Hall, Englewood Cliffs.

Sunarto., (2014), Geomorfologi dan Konribusinya dalam Pelestarian Pesisir Bergumuk Pasir Aeolian dari Ancaman Bencana Agrogenik dan Urbanogenik. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru

Besar Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta: Fakultas Geografi

Universitas Gadjah Mada.

Torrido, A., (2012), Pengembangan Industri Pariwisata Parangtritis: Studi Dampak Sosial, Ekonomi, dan Budaya. Jurnal Sosiologi Reflektif Volume 7 Nomor 1 Oktober 2012.

Gambar

Gambar 1.  Perubahan kenampakan gumuk pasir  Sumber: Raharjo, 2007-2015
Gambar 2.  Lokasi Penelitian  Sumber: SRTM 30 m  Data dan Metode
Tabel 1. Penggunaan Lahan di Zona Inti Gumuk Pasir  No  Penggunaan Lahan  Luas (ha)  %
Tabel 2. Penggunaan Lahan di Zona Terbatas Gumuk Pasir  No  Penggunaan Lahan  Luas (ha)  %
+7

Referensi

Dokumen terkait

(10 markah) (b) Apakah tiga (3) kaedah utama untuk penentuan kandungan gentian

(3) Ada perbedaan signifikan rata-rata hasil belajar praktik menggambar dan menginstal dia- gram sistem pneumatik dengan menggunakan me- dia video simulasi antara kelas

berorientasi kepada pekerja terdiri atas gabungan ukuran hasil generik/kepuasan, tingkat retensi, pelatihan dan keahlian pekerja ditambah dengan faktor pendorong

Cooper dan Slauson menjelaskan bahwa pada peradangan akut, sitokin akan menstimulasi peningkatan pelepasan baik segmen neutrofil dan band neutrofil ke dalam

Surat gugatan yang diajukan oleh pengugat sendiri atau melalui kuasa sendiri atau melalui kuasa hukum, bedanya hanya pada kepada gugatan dan tanda tangan.. hukum, bedanya hanya

Analisis Perencanaan dan Penganggaran Program Kesehatan Ibu dan Anak pada Puskesmas di Kota Banjar Barat Tahun 2007, Tesis Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

[r]

Pola pemberdayaan selama ini menimbulkan dampak- dampak negatif terhadap suku anak dalam itu sendiri, seperti ketidak mandirian, materialistis dan menimbulkan konflik,