• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keragaaan Pemasaran Kopra

Ada berbagai macam pengertian pemasaran yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya, Drucker (1954) dalam Alma (2009 : 3), mengemukakan pemasaran yaitu bukanlah sekedar perluasan penjualan, pemasaran meliputi keseluruhan bisnis, dan harus dilihat dari sudut pelanggan. Hanya pemasaran dan inovasilah yang menghasilkan uang, kegiatan yang lainnya adalah merupakan pos biaya saja. Dikatakan pemahaman Drucker ini merupakan peletakan sendi dasar pemasaran sebagai bisnis kunci dalam perusahaan. Menurut Kotler (1972) dalam Alma (2009 : 3), pemasaran adalah sekumpulan aktivitas manusia yang ditunjukkan untuk memfasilitasi dan melaksanakan pertukaran.

Menurut Hanafiah (1983) dalam Listianigsih (2008 : 58), keragaan pemasaran yaitu dapat dilihat dari harga dan penyebarannya, di tingkat produsen dan di tingkat konsumen, harga adalah nilai pasara atau nilai tukar barang tersebut yang dinyatakan dalam jumlah uang. Faktor-faktor harga pembentuk harga digolongkan dalam kekuatan permintaan dan penawaran, dimana besarnya berubah-ubah baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Hal yang dibahas dalam mengkaji keragaan pemasaran kopra yaitu terdiri dari struktur dan lembaga pemasaran kopra serta rantai pemasaran kopra. Pola pemasaran pada kopra terlibat beberapa pelaku mulai dari produsen (petani kelapa) yaitu orang yang menghasilkan barang dan jasa untuk dijual atau dipasarkan, pedagang perantara yaitu Orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya dengan nama sendiri melakukan perjanjian atau perikatan atas dan untuk tanggungan orang lain dengan mendapat upah atau balas jasa tertentu, misalnya komisioner. Pedagang perantara terdiri dari beberapa yaitu mulai dari tingkat desa (pengumpul), tingkat kecamatan, kabupaten dan provinsi (antar pulau), prosesor yaitu merupakan pusat kegiatan penjualan (pabrik minyak kelapa) dan eksportir yaitu

(2)

seseorang yang melakukan penjualan barang atau jasa ke luar negeri dengan sistem pembayaran, kualitas, kuantitas dan syarat penjualan yang telah ditentukan.

Dari beberapa pendapat para ahli tentang pemasaran dapat diambil kesimpulan bahwa pemasaran adalah suatu sistem yang menghubungkan mulai dari titik produksi primer sampai konsumen akhir, yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan. Dalam pemasaran terdapat beberapa fungsi pemasaran, Menurut Sudiyono (2004 : 82) Fungsi pemasaran terbagi atas tiga antara lain adalah :

1. Fungsi Pertukaran

Dalam pemasaran produk-produk pertanian meliputi kegiatan yang menyangkut pengalihan hal pemilikan dalam sistem pemasaran. Fungsi pertukaran ini terdiri dari fungsi penjualan dan pembelian. Dalam melaksanakan fungsi penjualan, maka produsen atau lembaga pemasaran yang berada pada rantai pemasaran sebelumnya harus memperhatikan kualitas, kuantitas, bentuk dan waktu serta harga yang diinginkan konsumen ataupun lembaga pemasaran yang ada pada rantai pemasaran. Sedangkan fungsi pembeli ini diperlukan untuk memiliki komoditi-komoditi pertanian yang akan dikonsumsi ataupun digunakan dalam proses produksi. Dalam melakukan pemindahan hak milik ini, lembaga yang melakukan penjualan maupun pembelian, tidak berhadap secara langsung. Lembaga pemasaran yang melakukan proses penjualan biasanya melibatkan makelar penjualan (selling broker), sedangkan lembaga pemasaran yang melakukan proses pembelian melibatkan makelar pembelian (buying broker).

2. Fungsi Fisik

Meliputi kegiatan-kegiatan yang secara langsung diberlakukan terhadap komoditi pertanian, sehingga komoditi-komoditi pertanian tersebut mengalami tambahan guna tempat dan guna waktu. Berdasarkan definisi fungsi fisik di atas, maka fungsi fisik ini meliputi pengangkutan dan penyimpanan. Fungsi pengangkutan ini meliputi perencanaan, pemilihan dan pergerakan alat-alat transportasi dalam pemasaran produk-produk pertanian. Fungsi pengangkutan ini pada prinsipnya adalah

(3)

memindahkan produk-produk pertanian dari daerah surplus, dimana kegunaan produk pertanian rendah, ke daerah minus atau dari daerah produsen ke daerah konsumen. Untuk meningkatkan efisiensi transportasi, maka harus diperhatikan aspek-aspek : macam alat angkut, resiko kerusakan selama pengangkutan, kapasitas muatan dan keadaan daerah antara produsen dan konsumen. Fungsi fisik lainnya adalah penyimpanan. Fungsi penyimpanan ini diperlukan karena produksi komoditi pertanian bersifat musiman, sedangkan pola konsumsi bersifat relatif tepat dari waktu ke waktu. Penyimpanan ini bertujuan untuk mengurangi fluktuasi harga yang berlebihan dan menghindari serangan hama dan penyakit selama proses pemasaran berlangsung.

3. Fungsi Penyediaan Fasilitas

Pada hakekatnya adalah untuk memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Fungsi penyediaan fasilitas merupakan usaha-usaha perbaikan sistem pemasaran untuk meningkatkan efisiensi operasional dan efisiensi penetapan harga. Fungsi penyediaan fasilitas ini meliputi standarisasi, penggunaan resiko, informasi harga dan penyediaan dana.

Dalam pemasaran juga ada sistem pemasaran yang mengatur jaringan-jaringan pemasaran. Sistem Pemasaran terbagi atas dua kata yaitu sistem dan pemasaran, sistem menurut Radiosunu (1982 : 7), adalah kumpulan komponen yang saling berinteraksi atau saling bergantungan yang dikoordinasikan sedemikian rupa sehingga membentuk suatu kebulatan dan diorganisir untuk mencapai tujuan tertentu sedangkan pemasaran yaitu suatu usaha dengan menggunakan pasar untuk melakukan pertukaran yang bertujuan untuk memenuhi aktivitas keinginan manusia. Radiosunu (1982: 8), mengemukakan sistem pemasaran adalah kumpulan lembaga-lembaga yang secara langsung atau tidak langsung terlibat di dalam kegiatan pemasaran barang dan jasa yang saling mempengaruhi dengan tujuan mengalokasikan sumber daya langka secara efisien guna memenuhi kebutuhan manusia sebanyak-banyaknya. Kertajaya dalam Alma (2009 : 3), mengemukakan Pemasaran adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan perubahan

(4)

values dari satu inisiator kepada stakeholder. Unsur-unsur dalam sebuah sistem pemasaran serupa dengan unsur-unsur yang ada pada sistem radio stereo. Bekerja secara terpisah, tetapi pada waktu dipertemukan secara tepat.

Jadi dapat diartikan sistem pemasaran adalah kumpulan lembaga-lembaga yang melakukan tugas pemasaran barang, jasa, ide, dan faktor-faktor lingkungan yang saling memberikan pengaruh dan membentuk serta mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pasarnya. Dalam pemasaran kelompok item yang saling berhubungan dan saling berkaitan.

Dengan banyaknya pelaku yang terlibat dalam bisnis kelapa, sistim pemasaran kopra sangat kompleks dan terkadang karateristik disetiap daerah berbeda. Dalam menelaah pola pemasaran kopra akan diuraikan kasus di beberapa daerah produsen utama kelapa dan kopra. Telaahan ini mencakup lembaga pemasaran, saluran pemasaran dan margin pemasaran.

B. Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran sangat berperan dalam pemasaran. Ada beberapa ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang lembaga pemasaran. Pelaku ekonomi disebut sebagai lembaga pemasaran. Menurut Sudiyono (2004 : 79), lembaga pemasaran adalah suatu badan usaha atau individu yang menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lain. Tugas lembaga pemasaran adalah menjalankan fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin.

Menurut Sudiyono (2004 : 79), lembaga-lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran ini lebih lanjut dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Tengkulak adalah lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan petani, tengkulak ini melakukan tranksaksi dengan petani baik secara tunai, ijon maupun kontrak pembelian.

(5)

2. Pedagang besar adalah pedagang yang selain melakukan proses kosentrasi (pengumpulan) komoditi dari pedagang-pedagang pengumpul, juga melakukan proses distribusi (penyebaran) keagen penjualan ataupun pengecer.

3. Agen penjualan, produk pertanian yang belum ataupun sudah mengalami proses pengolahan ditingkat pedagang besar harus didistribusikan kepada agen penjualan maupun pengecer.

4. Pengecer, merupakan lembaga pemasaran yang berhadapan langsung dengan konsumen. Pengecer ini sebenarnya merupakan ujung tombak dari suatu proses produksi yang bersifat komersil, artinya kelanjutan proses produksi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran tergantung dari aktivitas pengecer dalam menjual produknya kepada konsumen.

5. Konsumen (Pabrik) adalah suatu bangunan industri besar dimana ada orang-orang yang mengawasi atau mengolah suatu produk menjadi produk lain yang mempunyai nilai tambah. Pabrik mengumpulkan tenaga kerja, sumber daya alam, modal, dan mesin industri.

Struktur pasar adalah sifat-sifat atau karateristik pasar, yang ditentukan oleh empat faktor penentu, yaitu : jumlah atau ukuran pasar, kondisi atau keadaan produk, kondisi keluar atau masuk pasar, tingkat pengetahuan informasi pasar yang dimiliki oleh partisipan dalam pemasaran, misalnya biaya, harga dan kondisi pasar antar partisipan (Dahl dan Hammond, 1977) dalam Listianingsih (2008 : 23). Yang termasuk di dalam lembaga pemasaran seperti pedagang pengecer, pedagang pengumpul dan pedagang besar. Menurut Hanafiah (1983) dalam Listianingsih (2008 : 22), pedagang perantara yaitu yang mengumpulkan barang yang berasal dari produsen dan menyalurkan kepada konsumen.

Struktur pemasaran pada komoditas perkebunan rakyat, termasuk kopra. Yang dimana menggunakan peraturan pasar oligopsoni, yaitu pasar yang terdapat banyak penjual daripada pembeli. Pembeli mempunyai posisi lebih kuat untuk menentukan harga sedangkan penjual hanya menerima tingkat harga yang ditentukan oleh pembeli. Hal ini dipengaruhi oleh pembeli yang lebih menguasai informasi pasar

(6)

mengenai harga kopra dan jumlah kopra yang dijual relatif sedikit dengan sarana transportasi yang kurang memadai.

Azzaino (1981) dalam Listianingsih (2008 : 57), mengemukakan tingkah laku pasar adalah tingkah laku perusahaan dalam suatu pasar tertentu, yaitu bentuk keputusan apa yang sebaiknya diambil manager dalam struktur pasar yang berbeda, keragaan pasar adalah hasil situasi dari struktur dan perilaku pasar dalam kenyataan sehari-hari yang ditunjukkan dengan harga, biaya dan volume produksi yang akhirnya memberikan penilaian baik atau tidaknya suatu sistem pemasaran.

Hubungan permodalan juga terjadi antara produsen kopra dengan pedagang pengumpul desa. Pedagang pengumpul desa menyalurkan modal yang diterimanya kepada para produsen. Modal tanpa bunga ini diterima produsen berupa uang dan berstatus sebagai uang panjar/muka. Uang panjar yang diterima produsen tidak sekedar untuk biaya panen dan pembuatan kopra tetapi termasuk juga untuk memenuhi biaya kehidupan sehari-hari dan bahkan kebutuhan yang mendesak (Kingdangen, dkk.,1993) dalam Amang (1996 ; 162).

Upaya melindungi nasib produsen kopra telah lama dilakukan oleh pemerintah melalui pembentukan kelembagaan mulai dari pembentukan Yayasan Kopra pada tahun 1950, kemudian diganti oleh induk Koperasi Kopra pada tahun 1957 yang akhirnya juga dibubarkan dan sebagai gantinya dibentuk Badan Pengurus Kopra (Bapengko) pada tahun 1969. Bapengko sebagai badan pelaksana kebijaksanaan pemerintah dalam pemasaran kopra melakukan pengaturan dan sekaligus menetapkan wilayah pembelian kopra oleh pelaksana niaga (KUD dan pedagang perantara) yang telah ditunjuknya (Awang, 1991 : 164).

Dalam membahas tentang lembaga pemasaran perlu dikemukakan pengertian tentang saluran pemasaran.

C. Saluran Pemasaran kopra

Saluran pemasaran adalah jaringan pemasaran atau penghubung dalam menyalurkan barang atau jasa dari produsen ke konsumen akhir. Pedagang perantara

(7)

mengumpulkan barang yang berasal dari produsen dan menyalurkannya pada konsumen. Lembaga pemberi jasa (facilitating agencies) memberikan jasa atau fasilitas untuk memperlancar fungsi pemasaran yang dilakukan oleh produsen atau pedagang perantara. Lembaga ini terdiri dari bank, usaha pengangkutan, biro iklan, dan sebagainya Hanafiah (1983) dalam Listianigsih (2008 : 26).

Menurut Winardi (1981) dalam Listianingsih (2008 : 22), Rantai pemasaran atau saluran pemasaran ini berbeda di setiap daerah, perbedaan ini biasanya terletak pada panjang pendeknya rantai pemasaran yaitu pedagang-pedagang perantara yang terlibat. Rachmat dkk (1991) dalam Amang (1996 : 167) mengemukakan bahwa, rantai pemasaran kopra di Jawa Timur dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber : Rachmat, dkk., 1991

Gambar 1. Saluran Pemasaran Kopra di Jawa Timur

Dari Gambar 1 tersebut terlihat bahwa produsen kopra bukanlah petani kelapa tetapi pedagang kecil yang membeli kelapa butiran afkir tingkat desa. Pedagang ini mengolah kelapa afkiran menjadi kopra yang selanjutnya dijual kepada pedagang pengumpul dan pedagang pengumpul besar. Disamping dari pedagang kecil dan pedagang pengumpul, pedagang pengumpul besar juga memperoleh kopra dari pedagang kopra antar pulau. Kemudian pedagang pengumpul besar menjual kopra

Petani Kelapa Butiran

Pedagang Kecil : Pembuat Kopra Pabrik Pengolahan Minyak Kelapa Pedagang Pengumpul Besar Pedagang Kopra Antar Pulau Pedagang Pengumpul

(8)

kepada pabrik minyak kelapa lokal, pabrik juga dapat memperoleh kopra langsung dari pedagang antar pulau. Sedangkan di daerah Sulawesi Utara rantai pemasaran kopra dapat dilihat pada Gambar 2.

Sumber : Rachmat, dkk., 1991

Gambar 2. Saluran Pemasaran Kopra di Sulawesi Utara

Dari Gambar 2 di atas dapat dilihat perbandingan antara sistem pemasaran yang ada di Jawa Timur dan di Sulawesi Utara. Pelaku pemasaran pada lini terbawah adalah pedagang pengumpul desa dan pedagang komisioner. Pada lini berikutnya, pelaku pemasaran adalah agen pembelian kopra dan pedagang besar. Kopra dari pedagang pengumpul desa dan agen pembelian kopra oleh pedagang besar langsung dijual kepada pabrik minyak kelapa di daerahnya. Berbeda dengan agen pembeli

Petani Kecil Petani Besar Agen Pembelian Kopra Pedagang Komisioner Pedagang pengumpul desa Pedagang Besar Ekspor Pabrik Pengolah Minyak kelapa Pedagang Antar Pulau Pabrik Pengolah Minyak kelapa Antar Pulau Konsumsi Lokal

(9)

kopra, selain kopranya dijual kepada pabrik minyak kelapa setempat, juga kepada pedagang antar pulau yang selanjutnya dijual kepada pabrik minyak kelapa di Surabaya. Pabrik minyak kelapa berskala besar di Sulawesi Utara disamping menjual kelapa untuk konsumsi local juga untuk ekspor dan diperdagangkan antar pulau. Dari rantai pemasaran kopra di Sulawesi Utara dapat diketahui pula bahwa produsen kopra tidak bisa langsung menjual kopranya ke pabrik minyak kelapa, tetapi melalui pedagang perantara.

D. Analisis Margin Pemasaran

Menurut Hanafiah (1983) dalam Listianingsih (2008 : 58), margin pemasaran adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli akhir. Biaya pemasaran akan semakin tinggi jika banyak pemasaran yang dilakukan lembaga pemasaran terhadap suatu produk sebelum sampai ke konsumen akhir. Semakin tinggi kualitas dari suatu produk yang diinginkan konsumen maka akan semakin meningkat biaya pemasarannya.

Menurut Waite dan Trelogan (1951) dalam Sudiyono (2004 : 95), margin pemasaran adalah biaya dari jasa-jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran dari jasa-jasa pemasaran. Dalam teori harga diasumsikan bahwa penjual dan pembeli bertemu langsung sehingga harga hanya ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan secara agrerat. Dengan demikian, tidak perbedaan antara harga ditingkat petani dengan harga ditingkat pengecer atau konsumen akhir. Margin pemasaran dapat pula didefinisikan sebagai perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dan yang diterima produsen, atau harga sejumlah jasa pemasaran yang merupakan akibat permintaan dan penawaran jasa pemasaran (Sudiyono, 2004 : 94).

Menurut Sudiyono (2004 : 95), margin pemasaran terdiri atas dua bagian. Bagian pertama merupakan perbedaan antara harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen, dalam hal ini nelayan Muara Angke. Bagian

(10)

kedua dari margin pemasaran merupakan biaya jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran jasa pemasaran tersebut. Selain itu, informasi margin dan biaya pemasaran secara parsial dan tidak langsung dapat memberi petujuk apakah struktur pasar tersebut berada dalam kondisi bersaing sempurna atau bersaing tidak sempurna.

Dapat diambil kesimpulan margin pemasaran yaitu selisih biaya antara penjual pertama dan pembeli terakhir. Biaya pemasaran mencakup biaya pengolahan kelapa menjadi kopra, pengumpulan, pengangkutan, penyusutan, dan bunga bank. Setiap daerah mempunyai besar marjin yang bervariasi.

Distribusi margin pemasaran pada uraian dijelaskan bahwa margin pemasaran merupakan selisih antara yang dibayarkan oleh konsumen dan harga yang diterima petani (Pr ‒ Pf). Berdasarkan pemasaran dijelaskan bahwa margin pemasaran sendiri tediri dari biaya-biaya untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam aktifitas pemasaran suatu komoditi pertanian (Sudiyono, 2004 : 103).

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berhubungan dengan studi ini antara lain dilakukan oleh Nasution (2011), dengan Judul penelitian “Analisis Strategi Pemasaran Dalam Meningkatkan Daya Saing Melalui Analisis SWOT PT. AXA Financial Cabang Medan Sudirman”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis SWOT yaitu kekuatan (Strengths), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities), ancaman (Threats) pada PT. AXA Financial Cabang Medan Sudirman. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian analisis deskriptif, Matriks SWOT, Matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation – IFE Matrix), dan Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (Eksternal Factor Evaluation – EFE Matrix). Metode analisis yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif dan uji triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat ini PT. AXA Financial Cabang Medan Sudirman belum memanfaatkan peluang-peluang yang ada secara maksimal. Strategi

(11)

yang diterapkan oleh PT.AXA Financial Cabang Medan Sudirman tidak hanya menggunakan strategi promosi dan personal prospect saja, tetapi juga melalui strategi lain seperti lebih inovatif dalam menciptakan produk agar dapat memuaskan nasabah dan juga menambah kerja sama dengan pihak perbankan dengan beberapa bank terkemuka lain kedepan agar dapat memperoleh rasa kepercayaan (Trust) yang lebih pada nasabah. Kelemahan-kelemahan dengan nilai tertinggi adalah Agent yang tidak fokus dan kurang maksimal dalam bekerja sehingga kurang menguasai Product Knowledge.

Penelitian lain dilakukan oleh Tamrin (2012), dengan judul “Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Minyak Goreng Bimoli di Kota Gorontalo”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bauran pemasaran terhadap keputusan pembelian minyak goreng Bimoli di Kota Gorontalo dan mengetahui bauran pemasaran yang paling berpengaruhterhadap keputusan pembelian minyak goring Bimoli di Kota Gorontalo. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa 1). Bauran pemsaran yang terdiri dari produk, harga, tempat, dan promosi secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian minyak goring Bimoli di Kota Gorontalo. 2). Variabel produk, harga dan promosi secara sendiri-sendiri berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian minyak goring Bimoli di Kota Gorontalo, sedangkan tempat berpengaruh tidak nyata terhadap keputusan pembelian minyak goreng Bimoli di Kota Gorontalo.

Studi lain dilakukan oleh Yanda (2010), dengan judul “Analisa Tataniaga Kopra dan Permasalahannya di Kenagarian Tandikat Kecamatan Patamuan Kabupaten Padang Pariaman”. Penelitian ini dilaksanakan di Kenagarian Tandikat Kecamatan patamuan Kabupaten Padang Pariaman dari bulan Mei sampai Juni 2010. Tujuan penelitian ini adalah, pertama: mengetahui saluran tataniaga kopra, kedua: menganalisa margin tataniaga dan bagian yang diterima oleh masing- masing lembaga tataniaga yang terlibat serta efisiensi saluran tataniaga, ketiga: mengetahui permasalahan dari aspek fungsi tataniaga. Manfaat penelitian ini adalah, pertama; memberikan informasi kepada pemerintah mengenai usaha pengolahan kopra dan

(12)

pengelolaannya, sehingga membantu dalam merumuskan kebijakan dan perencanaan pembangunan yang lebih baik, kedua: memberikan masukan dan informasi bagi petani kopra sehingga dapat membantu dalam memasarkan hasil usahataninya, ketiga: menjadi acuan bagi penetian selanjutnya, Metode penelitian yang digunakan adalah survey dan pengambilan sampel dilakukan secara sensus dengan jumlah petani sampel sebanyak 50 orang dari Kenagarian Tandikat Kecamatan Patamuan. Dari hasil penelitian ini didapatkan tiga saluran pemasaran yaitu saluran A dimulai dari petani pengolah kopra, pedagang pengumpul jorong, pedagang pengumpul nagari, pabrik. Saluran kedua adalah saluran B dimulai dari petani sekaligus sebagai pedagang pengumpul jorong, pedagang pengumpul nagari, pabrik. Saluran ketiga adalah saluran C dimulai dari petani pengolah kopra, pedagang pengumpul keliling, pabrik.

Regowo (2008), meneliti tentang “Analisis Integrasi Pasar Kopra Dunia dengan Pasar Kopra dan Minyak Goreng Kelapa Domestik”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui integrasi pasar antara pasar kopra dunia dengan kopra dan minyak goreng kelapa domestik. Metode yang digunakan yaitu, untuk melihat gambaran umum pola data dari harga kopra dunia, kopra domestik, dan minyak goreng kelapa domestik, digunakan perangkat lunak Minitab 14, sedangkan untuk menganalisis integrasi pasar kopra dunia dengan pasar kopra domestik dan minyak goreng kelapa domestik, digunakan analisis Vector Autoregression (VAR), dan pengolahan data dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Microfit 4.1. Hasil penelitian menunjukkan harga kopra dunia, kopra domestik, dan minyak goreng kelapa domestik mengalami fluktuasi dengan kecenderungan mengalami peningkatan. Hasil penelitian juga menunjukkan terjadi integrasi pasar kopra dunia dengan pasar kopra domestik dan pasar minyak goreng kelapa domestik, di mana harga di pasar dunia mempengaruhi harga di pasar domestik. Dalam hal ini pasar kopra dunia bertindak sebagai pemimpin harga, sedangkan kedua pasar domestik sebagai pengikut harga. Hal ini terjadi sebagai konsekuensi dari ciri globalisasi ekonomi dunia, di mana ekonomi internasional tidak lagi merupakan bagian kecil dari ekonomi nasional suatu negara, tetapi justru ekonomi nasional suatu negara yang merupakan bagian kecil dari

(13)

ekonomi internasional, sehingga pembentukkan harga kopra dan hasil olahannya yaitu minyak goreng kelapa di Indonesia, disamping dipengaruhi oleh unsur biaya yang disebabkan oleh panjangnya mata rantai perdagangan dan unsur biaya lain yang ada di dalam kegiatan perdagangan domestik juga dipengaruhi oleh perkembangan harga yang terjadi di pasar dunia. Pada pasar domestik, terjadi integrasi pasar antara pasar kopra dan pasar minyak goreng kelapa, di mana harga minyak goreng kelapa yang mempengaruhi harga kopra. Hal ini disebabkan adanya struktur pasar yang cenderung bersifat oligopsoni di mana pemegang hak oligopsoni ini adalah pabrik minyak goreng kelapa. Selain itu, sebagian besar industri kopra juga diusahakan oleh rakyat di mana sering kali memiliki bargaining position yang rendah yang ikut pula mempengaruhi penerimaan harga kopra. Dengan adanya integrasi pada pasar domestik tersebut, mengindikasikan adanya informasi pasar yang baik akan menjadi sangat penting karena dapat mendatangkan keuntungan yang lebih besar pelaku industri kopra. Sampainya informasi pasar tentang tingkat mutu kopra kepada produsen akan menyebabkan nilai tambah dari hasil pemasaran juga dinikmati oleh produsen.

Drakel (2010), dengan judul “Kajian Marjin Pemasaran Kopra di Kecamatan Oba di Kota Tidore Kepulauan”. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui besarnya margin yang diperoleh setiap lembaga pemasaran dan efesiensi pemasaran pada setiap saluran pemasaran serta faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya marjin pemasaran di dalam proses pemasaran kelapa biji, kopra dan minyak kelapa di Kecamatan Oba. Penelitian ini untuk melihat populasi petani kelapa dan pedagang yang terlibat dalam rantai pemasaran kopra di Kecamatan Oba Kota Tidore Kepulauan. Penarikan sampel dilakukan secara Purposive sampling yaitu sebagai subyek dari populasi guna dijadikan responden sebanyak 20 orang petani kelapa di empat (4) desa, Kecamatan Oba yaitu Desa Gita, Desa Toseho, Desa Payahe dan Desa Kusu Sinopa yaitu 4 orang pengumpul kelapa dan 6 orang pedagang kopra. Semua sampel di atas terlibat dalam rantai pemasaran dan dianggap mewakili populasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) dalam proses pemasaran kopra di

(14)

Kecamatan Oba, marjin terbesar diperoleh yaitu pedagang pengecer dan pedagang pengumpul ke Kabupaten. (2) Saluran pemasaran yang efisien dalam proses pemasaran kopra di Kecamatan Oba adalah pemasaran II, yang masing-masing memperoleh presentase yang lebih rendah dibanding presentase pada saluran pemasaran I, (3) Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya marjin pemasaran kopra adalah biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran, sebab nilai t-hitung kedua variabel tersebut lebih besar dibanding t-tabel.

F. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka dapat di susun kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 3. Kerangka Pikir Penelitian Analisis Sistem Pemasaran Kopra di Kabupaten Gorontalo

Dapat dilihat dari Gambar 3 di atas, bahwa sistem pemasaran kopra terdiri dari beberapa komponen yaitu mulai dari keragaan yang dapat dilihat dari produksi

Pemasaran Kopra Produsen Keragaan : - Produksi - Harga Kelembagaan Pemasaran Distribusi Kopra Pedagang Konsumen

(15)

yang dihasilkan oleh produsen dan harga, dengan kelembagaan pemasaran yang berhubungan dengan distribusi kopra, distribusi kopra terbagi atas tiga yaitu produsen yaitu individu atau kelompok yang menghasilkan suatu produk hasil olahan, pedagang yaitu individu atau kelompok yang menjual produk tersebut kepada konsumen, dan kosumen yaitu individu atau kelompok yang membeli produk untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, ketiga komponen tersebut sangat berkaitan erat dengan margin pemasaran yaitu perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani. Dari komponen-komponen di atas apabila salah satunya tidak berjalan dengan optimal maka akan sangat mempengaruhi sistem pemasaran kopra.

Gambar

Gambar 1. Saluran Pemasaran Kopra di Jawa Timur
Gambar 2. Saluran Pemasaran Kopra di Sulawesi Utara
Gambar  3.  Kerangka  Pikir  Penelitian  Analisis  Sistem  Pemasaran  Kopra  di  Kabupaten Gorontalo

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan potensi, peluang dan tantangan terkait konservasi jenis ramin, telah dilakukan penelitian konservasi ramin melalui penyediaan bibit stek ramin pada

kami peroleh dalam melakukan Kunjungan Industri ke PT Liku Telaga adalah terkait proses pengolahan sulfur (belerang) berdasarkan reaksi kesetimbangan yaitu

Perbandingan jenis kelamin jantan dan betina secara keseluruhan di perairan Danau Tondano selama penelitian berfluktuasi dari total ikan yang tertangkap, disajikan

Hasil hipotesis teoritis yang diperoleh dari penelitian ini bahwa iklan sedih memiliki pengaruh yang positif terhadap empati yang mendorong perilaku konsumen yang

DAFTAR GURU PROFESIONAL DALAM BINAAN DIREKTORAT PENDIDIKAN

Anak usia >10 tahun atau lebih dengan obesitas atau berat badan >60 kg saat diagnosis mempunyai risiko tinggi untuk relaps dan event-free survival yang rendah.. 19

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahNya sehingga proposal tugas akhir dengan judul “Analisa Kestabilan Lereng Tambang Terbuka Pada

Peningkatan ini juga membuktikan bahwa ingatan siswa tentang konsep-konsep ataupun pengetahuannya yang sudah pernah didapat tetap ada dalam ingatannya (tidak mudah