• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. Kata Kunci : Pola Komunikasi, Komunitas Vespa, Solidaritas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. Kata Kunci : Pola Komunikasi, Komunitas Vespa, Solidaritas"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

vi ABSTRAK

KUTU Vespa Region Bali terbentuk karena kesamaan hobi dan kegemaran yaitu mengkoleksi dan mengendarai Vespa. Komunitas ini sangat menjunjung tinggi rasa persaudaraan dan solidaritas antar anggota tanpa membedakan latar belakang anggotanya. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan dan menjelaskan pola komunikasi internal KUTU Vespa Region Bali dalam mempertahankan solidaritas kelompok. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Informan dipilih dengan menggunakan teknik purposive dan snowball. Data diperoleh melalui wawancara, observasi langsung dan studi dokumentasi. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian melalui beberapa tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KUTU Vespa Region Bali menggunakan dua jenis pola komunikasi, pertama pola komunikasi roda yang berlaku pada saat kegiatan bersifat formal dan struktural, kedua pola komunikasi semua saluran yang berlaku pada saat kegiatan yang bersifat informal. Pola komunikasi semua saluran mendorong adanya rasa kekeluargaan untuk semakin mempererat solidaritas. Terbangunnya solidaritas pada KUTU Vespa Region Bali dikarenakan beberapa faktor yaitu hubungan interpersonal yang berjalan baik, intensitas pertemuan, keterbukaan komunikasi yang dilakukan melalui kegiatan rutin, upaya-upaya dalam mengalami kendala komunitas, dan tidak ada perbedaan melainkan semua satu bagian menjadi KUTU Vespa Region Bali.

(2)

ABSTRACT

KUTU Vespa Bali’s region formed because of the similarity of their hobby and interest in collecting and riding vespa. This community is keep in honor the brotherhood and the solidarity of their members without distinguish the background between of their members. The goal of this research is to describe and to explain the internal communication pattern of KUTU Vespa Bali’s Region in keep their group’s solidarity. This research is using descriptive qualitative approachment. The informan is selected by using purposive and snowball technique. The data is obtained by interview, direct observation and documentation study. The technique of analyzing the data that used in this research through several steps that was data reduction, data presentation and conclution. The result of this research shows that KUTU Vespa Bali’s Region using two kind of communication patterns. First is wheel communication pattern in which occur when they hold a formal and structural activity. Second is all channels communication pattern that occur when they hold on informal activity. The all channels communication pattern stimulate the brotherhood’s feel and begin more tighten their solidarity. The rise of the solidarity in KUTU Vespa Bali’s Region is caused by same factors that are the interpersonal’s relationship which run in a good way, the meeting’s intensity, the open communication that held on routine activity, the efforts in handling the group problem, and there is no difference but all is begin into the one that is to be KUTU Vespa Bali’s Region. Keywords : Communication Pattern, Vespa Community, Solidarity

(3)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN……… ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……….. 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5 1.3 Batasan Masalah... 5 1.4 Tujuan Penelitian ... 6 1.5 Manfaat Penelitian ... 6 1.5.1 Manfaat Teoritis ... 6 1.5.2 Manfaat Praktis... 6 1.6 Sistematika Penulisan... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka... 8

2.2 Kerangka Konseptual... 12

2.2.1 Komunikasi Antar Pribadi... 12

2.2.1.1 Teori Penetrasi Sosial... 13

2.2.2 Proses Komunikasi ... 17

(4)

2.2.4 Komunikasi Kelompok dalam Komunitas ... 20

2.2.5 Pola Komunikasi Kelompok... 23

2.2.6 Solidaritas Kelompok……….. ... 27

2.3 Kerangka Pemikiran... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 31

3.2 Sumber Data... 32

3.3 Unit Analisis ... 32

3.4 Teknik Penentuan Informan... 33

3.5 Teknik Pengumpulan Data... 35

3.5.1 Wawancara ... 35

3.5.2 Observasi Partisipan ... 35

3.5.3 Studi Dokumentasi ... 37

3.6 Teknik Analisis Data... 37

3.7 Teknik Penyajian Data ... 39

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian.. ... 40

4.1.1 KUTU Vespa Region Bali ... 40

4.1.2 Struktur Komunitas KUTU Vespa Region Bali……... 41

4.1.3 Logo KUTU Vespa Region Bali……….. 41

4.1.4 Visi,Misi, dan Slogan KUTU Vespa Region Bali…… 43

4.2 Hasil Penelitian………... 44

4.2.1 Proses Komunikasi……… 45

4.2.1.1 Proses Komunikasi AntarPribadi………. 46

4.2.1.2 Proses Komunikasi Kelompok………. 48

4.2.2 Pola Komunikasi Kelompok……….. 58

4.2.3 Solidaritas Kelompok ………... 61

4.3 Analisis Temuan Penelitian……….. 66

(5)

x

4.3.2 Proses Komunikasi Kelompok………. 71 4.3.3 Pola Komunikasi……….. 74 4.3.4 Solidaritas Kelompok….………. 78 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan... 82 5.2 Saran... 84 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(6)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ……….. 10

3.1 Informan Penelitian ……… 34

3.2 Time Table ………. 36

(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

2.1 Model Komunikasi Lasswell ……… 18

2.2 Model Pengembangan Kelompok Bruce Tuckman ………. 20

2.3 Struktur Jaringan Roda ………. 25

2.4 Struktur Jaringan Lingkaran ………. 25

2.5 Struktur Jaringan Rantai ………... 26

2.6 Struktur Jaringan Semua Saluran ………. 26

2.7 Struktur Jaringan Y ……….. 27

2.8 Kerangka Pemikiran ………. 29

3.1 Analisis Data ……… 39

4.1 Struktur KUTU Vespa Region Bali ………. 41

4.2 Logo KUTU Vespa Region Bali ……….. 42

4.3 Kegiatan Kopdar ………… ... 53

4.4 Akun sosial media instagram @kuturegionbali………..… 55

4.5 Akun sosial media line ………... ………. 56

4.6 Interaksi pada saat berdiskusi ………... 60

4.7 Kegiatan Rolling ………... .... ……….. 64

4.8 Kampanye Safety Riding ……….. 64

4.9 Kegiatan Touring ……….. ... …... 65

4.10 Kegiatan Kunjungan komunitas ……… 65

4.11 Kegiatan Futsal ………... ….. 66

4.12 Kegiatan Donor Darah ……….. 66

4.13 Proses komunikasi kelompok KUTU Vespa Region Bali……….. 71

4.14 Pola Roda ……….…. 76

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Identitas Narasumber Lampiran 2 : Daftar Pertanyaan Lampiran 3 : Transkrip Wawancara

(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial, maka manusia pada dasarnya tidak mampu hidup sendiri dan cenderung untuk bergabung dalam suatu kelompok tertentu. Kelompok merupakan wadah manusia untuk melangsungkan hidupnya. Dengan berkelompok manusia dapat memenuhi kebutuhannya seperti mengembangkan diri (Liliweri, 2014:1). Kelompok adalah suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan sekaligus membedakan karakteristik mereka dengan orang lain, mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka (Liliweri, 2014:19).

Minat untuk berkelompok merupakan kebutuhan untuk terlibat bersama dengan orang lain, mengembangkan relasi dengan orang lain, membangun kesetiakawanan yang bermutu dan merupakan bagian dari proses tumbuh kembang yang alami. Individu yang mempunyai minat dan kepribadian unik akan cenderung memilih suatu kelompok yang bukan sekadar kelompok biasa, melainkan sebuah kelompok yang memiliki kekhasan orientasi, nilai-nilai, norma, dan kesepakatan yang secara khusus hanya berlaku dalam kelompok tersebut (Liliweri, 2014:21).

(10)

2

Salah satu kelompok yang keberadaannya cukup menarik minat para anggotanya untuk bergabung adalah komunitas Vespa. Komunitas ini menarik karena mempunyai ciri khas tersendiri. Menurut Basma (2015), pengemar Vespa tahun 1980-an, kebersamaan komunitas Vespa dikatakan sangat kuat. Hal ini tak hanya berlaku di satu komunitas saja, namun di manapun mereka berada dan berpapasan dengan komunitas lainnya, dengan cepatnya mereka dapat berbaur melupakan perbedaaan yang ada satu sama lain, yang ada hanyalah persamaan nasib sebagai pengendara Vespa.

Berdasarkan wawancara awal dengan Alit selaku pengamat komunitas Vespa ditemukan bahwa komunitas Vespa selalu mengedepankan slogan “Satu Vespa Sejuta Saudara”. Salah satu bentuk dari keakraban komunitas Vespa terlihat pada saat mereka melihat ada sesama pengendara Vespa yang mogok di jalan. Pengendara Vespa yang lain akan berhenti untuk menawarkan bantuan walaupun mereka tidak saling mengenal. Tak hanya itu saja, di jalan pun ketika berpapasan mereka akan saling menegur sapa dengan membunyikan klakson atau sekedar melempar senyuman. Hal tersebut menjadikan komunitas Vespa terkenal dengan rasa solidaritasnya yang tinggi, sehingga membedakannya dengan komunitas motor lainnya.

Yuki (2013:40), menyatakan bahwa solidaritas pada masing-masing individu akan menjadi suatu ikatan tanggung jawab dalam organisasi. Hal tersebut dapat terwujud melalui kesadaran pada masing-masing individu yang didasari atas masalah dan kebutuhan bersama. Ikatan sosial dapat dilakukan dengan suatu

(11)

3

bentuk usaha saling memahami antara komunikator dan komunikan, yang disebut dengan pola komunikasi.

Pola komunikasi merupakan proses komunikasi dalam menyampaikan sebuah pesan dari anggota satu kepada anggota lain di dalam suatu organisasi. Pola komunikasi yang terjadi pada kelompok sangat berpengaruh terhadap kelangsungan kelompok tersebut. Seperti halnya pola komunikasi yang dilakukan oleh KUTU Vespa Region Bali dalam mempertahankan solidaritasnya.

KUTU Vespa Region Bali merupakan salah satu dari 40 Komunitas Vespa yang berada di Bali. Komunitas lainnya adalah Dewata scooter, Tua Berasap, Jamteves, Dick-Up Vespa, dan Bali scooter. KUTU Vespa Region Bali dapat dikatakan memiliki perkembangan yang pesat. Hal ini dikarenakan setelah satu tahun terbentuk pada tanggal 24 Maret 2015, anggota aktif Komunitas KUTU Vespa Region Bali saat ini telah mencapai 70 orang. Awalnya, KUTU Vespa Region Bali hanya memiliki 25 orang anggota dan sempat mencapai 80 anggota. Penurunan jumlah anggota sebanyak 10 orang disebabkan oleh kesibukan para riders dalam mengatur waktu dengan pekerjaannya masing-masing.

Jenggo selaku Ketua KUTU Vespa Region Bali menyatakan pesatnya perkembangan KUTU Vespa Region Bali dikarenakan komunitas ini memiliki solidaritas yang tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan selalu mengedepankan kedekatan yang berasaskan kekeluargaan yaitu saling menolong, membantu sesama anggota, semangat setia kawan, menghargai segala perbedaan serta aktif mengadakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya positif dan kreatif. Hal inilah yang menyebabkan KUTU Vespa Region Bali cepat memperoleh anggota dalam waktu

(12)

4

satu tahun. Berbeda halnya dengan Komunitas Vespa lain seperti Dewata scooter, yang mencapai jumlah anggota sebanyak 130 orang, membutuhkan waktu selama 10 tahun.

KUTU yang merupakan kependekan dari (Ketika Usia Tak Jadi Urusan) merupakan Komunitas Vespa yang sudah tersebar di beberapa kota yang ada di Indonesia, seperti Bali, Bandung, Malang, Bengkulu, Semarang, Balikpapan, Palembang, Surabaya, Samarinda, Bogor, Kepulauan Riau, dan Padang. KUTU Vespa Region Bali dibentuk karena kesamaan hobi yaitu mengoleksi dan mengendarai Vespa, selain itu KUTU juga merupakan sebuah komunitas Vespa yang tidak mempermasalahkan usia anggotanya maupun jenis Vespa yang dimilikinya. Untuk mempererat solidaritas, KUTU Vespa Region Bali memiliki acara rutin yang sering disebut “KOPDAR” atau kopi darat yang memiliki arti jadwal rutin untuk selalu berkumpul yang biasanya pada hari Jumat malam mulai pukul 20.00 wita di markas KUTU yang terletak di Jalan Dewi Sri, Kuta.

Kutu Vespa Region Bali adalah Komunitas Vespa yang selalu mengedepankan slogan “Berkendara Aman”, yang dilakukan untuk menghindari pengendara vespa atau pengendara lainnya dalam berkonvoi yang tidak aman di jalan raya. KUTU Vespa Region Bali aktif dalam mengadakan touring kampanye Safety Riding dengan mengelilingi kota dan memberikan sosialisasi mengenai pentingnya arti keselamatan berkendara. Sosialisasi tersebut dimulai dari cara melalui jalan berlubang, fungsi ban dan rem, jarak aman, tugas road captain dan sweeper, serta tidak memposting foto yang terkait dengan ugal-ugalan di jalan raya, seperti mengangkat motor, menggunakan handphone dan tidak memakai

(13)

5

perlengkapan berkendara. KUTU tidak hanya komunitas yang terbentuk untuk sekedar berkumpul menyalurkan hobi, tetapi juga komunitas yang memiliki rasa kepedulian terhadap sesama bagian bangsa. Kegiatan positif yang dilakukan merupakan upaya membantu negara dalam mengurangi tingkat kecelakaan khususnya di Bali.

Melihat fenomena diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana pola komunikasi KUTU Vespa Region Bali dalam mempertahankan solidaritas kelompok.Demi menjalin suatu hubungan yang baik dan solid, diperlukan komunikasi yang efektif, agar mampu menciptakan suatu komunikasi yang kondusif sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan kelompoknya.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan mottonya “Jauhkan Perbedaan, Berse-KUTU banyak manfaatnya” KUTU Vespa Region Bali tetap eksis dengan julukannya sebagai Komunitas Vespa tersolid yang ada di Bali. Solidaritas dalam sebuah komunitas sangat dibutuhkan, agar bisa menjalin kerja sama yang baik untuk bisa mempertahakan suatu komunitas tersebut. Untuk itu akan difokuskan rumusan masalahnya menjadi, “Bagaimana pola komunikasi KUTU Vespa Region Bali dalam mempertahankan solidaritas kelompok?”.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini ditekankan pada pola komunikasi internal KUTU Vespa Region Bali dalam mempertahankan solidaritas.

(14)

6

1.4 Tujuan Penelitian

Melalui rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan pola komunikasi internal KUTU Vespa Region Bali dalam mempertahankan solidaritas kelompok.

1.5 . Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap Ilmu Komunikasi dan untuk menambah literatur yang berguna sebagai dasar pemikiran terhadap penelitian yang sejenis di masa mendatang, khususnya pola komunikasi internal dalam kelompok atau organisasi.

1.5.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuat pandangan yang baik bagi masyarakat, dengan menggunakan Komunitas Vespa sebagai contoh dalam memahami bagaimana membangun pola komunikasi antar anggota sehingga tercipta komunikasi yang efektif yang dapat mendorong solidaritas yang kuat dalam suatu komunitas.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam memberikan gambaran umum mengenai isi penelitian ini, perlu dikemukakan sistematika penulisan proposal ini. Adapun proposal ini disusun dengan sistematika:

(15)

7

Bab I Pendahuluan

Bab ini tersusun dari latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini membahas penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya guna mendapatkan perbedaan dan benang merah dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Dan pada bab ini membahas secara mendalam mengenai kerangka konseptual.

Bab III Metode Penelitian

Dalam bab ini meliputi jenis penelitian, sumber data, unit analisis, teknik penentuan informan, teknik analisis data, teknik pengumpulan data, serta teknik penyajian data.

Bab IV Pembahasan

Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum subyek atau obyek penelitian serta menjelaskan hasil temuan penelitian dan analisa.

Bab V Penutup

Bab ini meliputi simpulan secara keseluruhan mengenai permasalahan penelitian serta saran yang diberikan untuk permasalahan tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan rumusan masalah penelitian tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola komunikasi seperti apa yang terjadi pada lesbian dengan

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pola komunikasi dan arus pesan antara anggota dan pengurus organisasi Benteng Panynyua English Club dalam mempertahankan

Penggunaan cadar ataupun kain/masker dengan fungsi dan tujuan yang sama seperti cadar sedikit banyaknya akan berpengaruh pada pola komunikasi mahasiswi bercadar

komunitas driver gojek Tangkerang Selatan (GTS) adalah dengan menggunakan pola komunikasi dua arah atau timbal balik dimana ketua dari komunitas driver gojek

Deskripsi tersebut sesuai dengan proses pembentukan ikatan solidaritas antar anggota komunitas United Indonesia of Bandung, dimana pola komunikasi membentuk jaringan hubungan

Selain untuk pelaku komunitas, penelitian ini juga peneliti berharap masyarakat juga bisa mengetahui bagaimana pola komunikasi dalam sebuah kelompok, khususnya

Penulis mengambil Komunitas Blues Malam Pekanbaru sebagai objek penelitian karena penulis melihat pola komunikasi yang terjadi di dalam komunitas berjalan melalui kelompok yang berbeda,

Bagi keluarga yang menerapkan pola komunikasi demoktaris ataupun otoriter-demokratis menjelaskan bahwa mereka tetap mempertahankan pola komunikasi yang telah mereka gunakan selama ini,