I
SUMBER-SUMBER PENGARUH KEP!:MIM~INAN SOSIAL DI PEDESAAN ACEH
Olch Adnan Abdullah
Staf Pengajar pada. FKIP. Univers.i.tas Syiah Kuala
PU$AT f"ENGEMBANGAN PENELlTIAN ILMU -IlMU SOSIAL UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH 1987
SillIBER PSNGARUH KEPEMIMPINAll SOSIAL DI £DESAAN ACEH
Adnan Abdullah
Naskah ini merupakan Msil pcneli tian lapangan yang dl1aksal"..akan dalaI:l l~ubunban dengan program pengembangan pene11tian pada Pusat Pengembangan Penellt1an Ilmu-Ilmu Sosial, Universitas Syiah Kuala, di bawah pimplnan
Dr. Dayan Dawood, MA dan Prof. Dr. R. William Liddle, -· mading-masing Dirckt>._ dan Tenaga Ahli Utama. Kepada bc -l iau berdua saya ingi menyampaikan rasa terima kasih yang dalam.
1. Pencahulua:
L'"1ti pt,;z'l:J s-:.l 1".;: dari p~p_litl,m ini bey-kaitan de -ngar~ sumber-!:l~1Dib· .. p(;ngarut. keperuimpinan social di pedesa -an Aceh. Dalaru !1~1 i:li konoep kepeu.impinan sosia1 akan dilihat dalam hubungan dengan struktur s08ial pada umum-rya dan struktur ke~~asaan ~~ususnya.
Paling tidak ada dua landasan pertimbangant mengapa ~asaran penelitian lebih dibatasi kepada kedua hal
itu
.
Pertama, keperniIr.pinan sosia1 merupakan salah eatu kekua tan penyangga dan peLggel~k masyarakat. Kedua, adanya kenya -taan bahwa para ilmu\ .. -an sosia1 umumnya lebih tertarik un -tuk: melihat masyarakat Aceh sebagai "arena konflik" atau "ajang permusuhan", ·""jlimbang sebuah sistem yang struk-tur elemen-elemennya terintegrasi dengan baik.Daya tarik yang . tsebutkan di ataB tidak hanya tampak pada mereka yang beracal dari luar, tetapi juga yang ter-gclong anggota etnik Aceh. Tidal: hanya pada masa l alu, bahkan semakin lebib kentara dalam puluhan tahun terakhir ini. Hal i tu terwlgkapkan baik mela1ui ucapan-ucapan
11-an, ataupun tulisan dan naskah penelitian. Tentunya, kar-a ykar-ang palinG awal adalah yang dibasilkan 01011 Snouck Hurgronje: De Atjehe~b. Kemudian menyusul berpuluh- puluh tuliBan lainnya. ilahkan ada yang mengatakan, jauh Bebelum Snouck Hurgronje ment,"hasilkan karya tulisnya i tu, di ka-langan masyaraka t Acroh telah beredar karya-karya sastra
I
3 be!'t,e:nt'.lk hlkayat (Al fi(l!l, 1987 : 108). ~~~l;<in~tkann.>·a
ber-la tarbelal:-::mrrl-::ar. 61,;._ sana pe rang .
Wu iud konilit yang mereka tonjo11:an ::;:.dal[~!'~ bernneka -rngam. 1.11 antaran~"":l al ya!:f" berupa pCp£':T3:1t;3' !I..;mp~rta hankan diri dari Berb' .1n musuh (Veer, 1977; Zentgraaff, 1983; dan Al.fian, 198'd. Yang lain berupa permusuhan dI kalangan sesama mereka, akibat perbedaan pandangan dan 81 -kap curiga di antara kelompok-kelompok 50s1a1 yang ada dalam mas~'arakat (E1-Ibrahimy, 1985; Reid, 19(7). Bahkan a·la pula yang mengangkat ke pcrmukaan \',lljud perbenturan . -ang terjadi di antara nilai-nilai 503io h.-ul
tu1'al yang lama dan baru, atau antara ulama lian c~ndekia".ran, masing -masing pihak dibayangi oleh pandangan prasangka (Alfiar!
, 1977). Atau yang lainnya lagi leblh tertarik unt1.\k memper -masalahkan perbenturan yang terjadi dalarn diri pribadi
rnasinE-masing orang, yai tu antara akal dan hawa nafsu (Siegel, 1969).
Kecuali i tu, tere.. na. t pula scjumlah tulise.n ::rang me -lukiskan jiwa kepahlaw-lnan orang Aceh dalam melawan se-gala bentuk penjajahaL (Lu1ofc, 1983; Abdul1ah, nd ; dan
TIro, 1948). Di sa;nping itu ada pula yang rnempermasa1ahkan keabsaban pemerintah pusat terhadap Aceh, atau adanya
perbenturan kepentingan antara Aceh dan Jakarta, sebagai -!:"<na yang munc111 dalam tahun- tahun tujuh puluhan (l1o r-.'is, 1983; EI- Ibrahimy, 1982; dan Sjarnsuddin, 1985).
Adanya pergolakan yar.g berkepanjar gan dan silih bergan-i , mem.1ru't para pe~.garr.at lainnya, mc:r.i:1seali~2.l'J bekas yang dar:.gat }~cl'!te.ra dalc:.m bt rbagai scgi 1-:e!lid"lp3.!! r:£s:.Iarakat
. Sc:.lah satt.1 di ~ '+;aranya adal.!lh CiiJ.1am bid.!"_' peI."ler.LJ".tahan (Hasan, 1986 : 8). Da1ao bidang ini, Daerah Istime>la Aceb mengalami kelangkaan pemimpin pemerintahan yang berwibawa. Hakya t banyak bergantung pada para u1ama dan pemangku ada
t. Pemimpin pcmerint2r~n yang tampil sekarang berasal dari
generasi di bawah kedua corak kepemimpinan itu. ltu1ah se -babnya timbu1 kesenj~ ~n antara pemimpin pemerintahan
di satu pihak dan pa_a ulama serta pemangku adat pada pi -hak lain. Keadaan del1 __ kian terutama sanga t terasa pada la
-pisan kekuasaan paling bawah, yai tu masyarakat pedesaan . Apa yang dikellllLlcakan di atas adalah satu sudut pandang -an tent-ang kuatnya penc;aruh 111ama d-an pem-angku adat daIam 'Jasyaraka t. Tetapi ITlasa kepemimpinan ulama sudah lama ber
-1a1u (antara lain lihat Abdul1ah, 1977 : 13). Proses inter
-nalisasi nilai-nilai keulamaan, antara lain melalui sistem pendidikan dayah (pel'antren), telah lama pudar. Sejak masa penjajahan Jepang, kedudukan dayah sebagai lembaga pendi
-dikan agama Islam merosot. Sebaliknya, sistem pendidikan sekolah yang merupakan sumber internalisesi nilai-nilai kepemimpinan pcmerL~tahan semakin bertambah meningkat jum
-lahnya. Bahkan untuk 'endidik perangkat pemerintal:lan, se -cara khusus diseleng-~rakan sistem pendidikan yang eudah
sanga t rncnjuru.s, :;;eperti APDN (Ak.nderr.i Pel!¥J:' ir. ,;..~:r.an Dalam Hegeri) d~n Ill' (Ins i.. • ~"-t Ilrrru Pemerin tar.an).
5
lo1elihat re-alita • .::tng diur:gkapkan di atas, menf".rik
kiranya untuk i!lpt:!'ta!'.,ful-:an: pola keper:li.:npinan maT'J'lka..h
sebc-tulnya yang dijurnpai di pedesaan Aceh, dan bagaimana per
-ubahannya sejalan dengan perubahan 60sio kul tural di masa
lampau? Apakah yang menjadi dasar kcabsahan kepemimpinan
mereka? Adakah saluran-saluran terten tu bag! Immculnya
kepemimpinan mereka., sesuai dengan struktur 50s1a1 dan
ma-sa tertentu? Apakah yang rnenjadi sumber pengaruh mereka daIan:: I!lB.syaraka t?
Jawaban yang leb-i.h konkret mengenai berbagai
perta-nyaan yang disebutk:tn itu, diusahakan melalui studi 1a
-pangan: wawancara. aan pengama tan terli ha t dengan warga
masyarakat Kemukiman '1iem, Kecana tan Darussalam, Aceh Be
-sar, terletak kira-k: 10 km di eebelah tirnur Banda Aceh, ibu kota Prop1r!si Da(' ~h Istir.lewa Acch. Seregai sebuah kemWtiman, Sicm meliputi delapa~ kampung, yaitu
Krueng Ka
-le, Slem, Lamrch, Lamasan, Larnklat, Lieue, Lambltra, dan
Lamb1heue. I'ada 'laktu peueH tian ini d1adakan kemakiman
Siem berpendudw, 2559 orang, yang kesemuanya meliput1
91 kepala ke1uarga. D1 antaranya, 1495 orang tergo1ong
calon per:lilih pada Pemilu 1987. ~;amun yang benar-benar
menggunakan hak pilLlmya eebanyak 1366 orang (untuk
64 orang PllI.
Y.e::;elUr'lhan uro,ian dalar::. n3.skt.l.h L'1.i pada dasarnya ber --: .tikan kepada d,-la kesimpular.. umum. Pertam
r bahwa saat
-;..iat :y-z.n6 }:ri +i6 .a!1 ITILne"l wkai1 merupakaT'l 6 i tuasi yang mem
-ouka kescmpatan bagi nrunculnya kepemimpinan s05ial. Kedua, bahwa selanjutnya kekuatan pribadi seorang pemimpin sosi
-al menimbulkan penga TlAhnya daIam masyaraka t .
Situasi yane dimaksudkan pada kesimpulan pertama, ada -lah struktur kekuasaan pemukiman Siem yang boleh dikatakan dl1atarbelakangi oleh ketidakseimbangan pengar~h antara kepemimpinan ada t dar '('"epemimpinan agama.
Pada masa-masa awal pertuulbuhatUlya, . edua unsur kepemimpinan i tu terpusat
-kan di tangan panglifll<. kawom (ketua ikatan kekerabatan)
. Akibat perbauran di antara beberapa BUku dalam wilayah -'vIilaya.lJ. pemukiI!'.an tertentu, pusat kendali kekuasaan berge -ser kepada keuchik (sebaeai pemimpin adat di kampung)
dan :eungku sagoc (sejagai peClimpin agarna dl k<lmpung)
. Selama
Ilasawarsa terakhir ini, terutaoa dalam r::emenuhi ketentu
-an UU No. 5 Tahun 1979, pergeseran kendali kekuasaan tampak
menggejala kembali, J~itu dari keuchik kcpada kcpala desa. Jabatan teungku sagoe kelihatannya akan tergeser dari
struktur kekUasaA-'l model baru 1 tu.
Kekuatan pribadi pemimpin 305ia1 yang dioaksudkan pa -da kesimp111an kedua, o.dalah keteguhan pendirian dalam
7 masyaraka t . Pada :;Iaa t-saa t y?.r.r:; di b·l~U:lk.r: ia bnrscaia
ta.;'''1pil dengan u:i..l.irc.'1. bantu3n, ata,) setidak- tidaknya mau men -lengar keluhan-kr:luhan warr3. IIl3.Gyarak t . la 2J.:rab dengan setlap oranr.:-, tetap! tidak laI"'.tt dalaiT' P( r·-:-"l~11nn mereka..
B. Struktur Soslal dan Pol~ Kepemimpinan
Pemukim Siem, scbagai satu kelompok masyarakat, ter
-struktur berdasa.rkan persamaan adat, ag.ama, dan perasaan sebagai kategori dari satu bangsa yang tua. Ketiga un
-sur itu mel~pakan pilar-pilar penyangga dari sebuah sistem
yang struktur elemer-elemennya terintcer~si dengan balk.
Due unsur yang pert2 ~ bahkan dipandang menyatu seper
-ti zat dengan sifatn ~, sebagaimana yang dlnyatakan daIam ungkapan: IIHu}com ngon adat han jeuet ere, lagee dat ngon sif'euet". Secara harfiah u-"1gkapan l1:i berruakr..a: "Hukum aga
-ma tidak dapat dipisahkan dari adat kebiasaan setempat, sebagaimana tak terplsahkanitya antara zat ~tlhan dE'nga.n si
-.fa t-tIya ". Namun, makna yan,'! lebih dalam da:'i ungkapan i tu
adalah bahwa para ulama aebagai pelaksa.."1.a huku.m agama tidak dapat dipisah1:an dar1 para pemang],:1J jabatan selaku
pelaksana ketentuan ~dat.
Wujud keterpaduan antara hukurn agama dan adat yang
sangat melekat itu sebetulnya bisa ditelusuri la tar bela
-kang penyebabnya melalul jalur sejarah pertumbup~n ke
Isl :lm, oi.:;tc!'l p-£rr:"'ri11 .'1'13;" di Acch lll>::-'!'!,:renal o.da!"".y8. p~rei
sahan ke1-:v3.:.C!2."1 .. ',0.1.i ~U: tan seoaCfl.i pclakeana pe[Jt:rintahan
r'-ga:r2, dar
.r ...
·mL.l.;. r:ali flabbon Jal e (HC,ikirr. Allah fangJ1a.ha Kuasa) s{n""'~ai pclaksaua. !t:(·!-:l.1a:::'Z:2.r kchnkiJ'!1aJ1 (Tiro, 1948 : 7-8). Sultan r· njalankan kekuasaan negara berdasa
r-kan ketentuan adat, s' '~rti yang dinyatakan dalam ungkapan: "Adat bak Poteu Neurc 'homll Cadat dari alrnarhum sultan)
.
Sedangkan kektJ.aDaan kchakiman, yang berada dalarn tangan
ulama, dilaksanakan berdasarkan hulrum agama, yai tu sesuai dengan makna ungkapan: "Hukom bak Syiah Kuala 11 (hukum agama dari Syiah Kuala). Pada struktur kckuasaan terball/ah,
ya1tu :ampong (kampung), hubungan antara kepemiI:lpinan agama dan adat diibaratkan Bebagai hubungan antara ibu dan ayah dalam scbuah keluarga, sedangkan penduduk lai~~ya dipan
-dang aebaga1 anak.
Tamsilan di atan sebetulnya berakar p:ida sistem kek1.la -saan
rang
pcrnah berkc~bang pada masa-maoa awa1 pertumbuh-an pernukirnan di Aceh, yaitu panglima kawom. Tiap kawom
(ikatan ke1uarga 1uas) h1dup menge1ompok da1am wi1ayah pe
-mukimannya masing-mar .g, dan rnerupakan bagian dari klZ' -lompok kawom yang le1 h 1uas, me1iputi beberapa wilayah pemukiman. ~1ereka Baling bekerja sarna, terutama dalam meng
-hadapi ancaman darJ pihak luar. Di bawah pimpil1..an p
anglima kawom mereka berJuang bahu membahu seperti saudara untuk melindungi anggota kawom dari dendam keluarga pihak lain,
9 atau dala::~ r.",~·) .... g'U!!lpulkan luran \.:ntul: ""- ';"~a}"":'lT ~.iet (u
ring te -bl.<.3an kar<ma r.:c~h',mul· or.!!1g l-sin).
Al:an t('~pi .1. pcr~~e!:'iban.:r:·m s .... 'lanju tny3., al:ibat perta.:::ba.han jUinl.:: p .iQ'Jouk dan b'3rlur "3un.cmya perkawinan
antar kawom, pcrnisahan 605ia1 berdasarkan perbedaan asa l-usul keturunan itu lambat laun mcnjadi hilang. Orang
-orang dari berbagai
k.
",Iom berkumpul di lingkungan pemukimanyang sama di bawah pe"'1crintahan kepala teri torial
(ulee-balang) yang sama puld. Peranan panglima kaworn m~njadi
kurang penting dan digantikan oleh uleebalang. Satuan
-satuan pemukiman kawom pada masa sebelumnya berubah menja
-di gampong. Para kepala kampung (keuchik) berupaya mere
-but wewenang dari tangan panglima kawom, karena mereka me
-rasa yakin bahw3. uleebalanll akan mendukungnya.
Sebagian adat kawon: yang lama beralih menjadi adat
gampong, dan tugas pelaksanaan ketentua~ adat me~~p~kan
kewajiban kcuchik. Sr dangkan yang rnclaksa'"1al...:an ke"tentuan
hukum uh"nma di be:!"ttuk sa tu struk tur lain, yai tu tcungku
sagoe. Eecuali itu, karena pengaruh ulama dan kepemimpinan
agama lainnya, di ant."lra struktur kekuasaan gp..mpong dan
uleebalang ditempatka, imeum mukim (kepala mukim), sebagai
koordinator beberapa luah gampong, berdampingan dengan
~eum mesjid (penguru3 mesjid). Dengan dernikian, kekuas
g-an yang sebclu~)~ tcrpusatkan pacta seorang panglima
-p.'ldf"' keuchik UEln tnl:' , -k1 .. Bj:;_(~'O~ (p;;!d:'l ti;,'glG. t &ar..pong),
irrn;,n. rm.::.kJr; ': .. ;1 if.': U:J D:f.:.:::jid (p2i:l tjrl.~kat mul:im), serta
ulcebal~r..!3. ·to::.'n ~,r::ur~ :ku v-ili
Cl<'.
'::11) pf:.':a till~kat teritori-al. Wala:upun be~ ... tu, :'a ... :arga kar:;pun' tctap rnemandangdi-rinya sebagai scbuah luarga, dengan keuchik sebagai ayah
dan teungkU sagoe sel: :a,i ibu.
Namun demikian, sistem penarikan garis keturunan pada
erang Aceh tidaklah didasarkan kcpada persamaan tempa t
tinggal, tetapi menurut prinsip bilateral (Lebar, 1972:17),
yai tu yang memperhi tun(;kan hubungan kekeraba tan baik me
-alui garis keturunan pi~~k laki-laki maupun perempuan.
Hubungan kekerabatan yang diperhi tungkan melalui garis ke
-turunan pihak laki-laki disebut wali atau bick. Sedangl<:an
ya"lg melalui gari3 k~ ;urunan pibak perempuan disebut
karong atau ke1.
Di antara kedua garie keturunan terse but terdapat
perbedaan status hukum. Kedudukan wali relatif lebih
ting-gi dibandingkan deng, karong. Perbedaan kedudukan itu
antara lain tampak p" c< pembag1an harta warisan dan
perka-winan. IBlam keadaan _:ertentu, wali dapat dimasukkan se
-bagai ashabah dalam pembagian harta warisan, dan sebagai
wali pada upacara perkawinan anak perempuan. Sebaliknya,
dalam kehidupan sehari-hari hubungan kekerabatan lebih in
-tim dengan karong, antara lain karena teI!lpat tinggal me
r'~£skipun 3an~'1t sul it ur vlk diketahuj, istil ahnya yang
tepat, r.a:;-r;.dl ;.~I.t(;ungan kekE r~:)8."Io<'!n pad.:.. oran:~ Acch dapat dibedakan 1!lenjc:Ji eml ... kel·:>!upok. r:~ lOillpok tericecil mell -puti ke11.l<ll'ga in i y .. (;) m.elilpunyai uan r:cLo-;urur- runah tang
-ga sendiri. Kesa~~an :ckerabatan yang lebih besar meliputi
anak, menantu, dan cucu. Mereka bersama-sama tinggal
da-lam satu rumah, dan ekonomi rumah tangga diurus oleh kepa -la keluarga inti senior. Kelompok kckerabatan yan~ ter
-~e8ar adalah kawom, yang terbentuk berdasarkan asal-usul ke turunan yang sama (sa tu enda tu), Be jauh hal i tu
ma.
ih di-ingat.
Bentuk hubungan kekerabatan yang lain, yang sebetul
-nya tidak berdasarkaj garis keturunan, adalah rakan-sabat
(sahabat). Pada mula.'1ya hubungan rakan-sabat itu merupa
-kan hubungan 50sial biasa yang terbentuk karena persamaan kepentlngan, seperjuangan, seperguruan, ataupun persama
-an pekerjaan. !arena lubungan sosia1 itu dernikian intimnya,
maka disetarakan dan .. -an kawom, bahkan kadangkala lebih tinggi dari itu, dan .iiperhitungkan secara turun- temurun.
Luasnya l:ubungan kekeraba tan aka~ merupaJ..can salah
satn sumbcr pengaruh dalam masyarakat, k"'arcna akan di
-pantang (disegani) oleh orang lain, lebih-Iebih bila
ter-jadi pertikaian dengan pihak l~in.
Kecuali faktor kekerabatan, status sosia1 sescorang dalsm masyarakat juga ditentukan oleb keberhasilannya dalam
bid.~.ng-bida:r:l tCl'te1" tu. :-l~r.url.lt Jl-,-;:.d'l~gan kebanyakan
ponru-ki:n Siern, kf:berh ... i-"m ;... :;corz.n . ..:; Iplac n'::r'J.saha
untulr menc& -pal stat>..lS 80s1a1 y ng )( >ill tl"~lri P:1G<::' dasarnya dlten
-.... lkar; olet: l":'ru= .• f~ir .. or ; usa'r::3., ke:: ~ijY~_""~n dalam berusar.a,
~ecerdasan, tidak lupa diri, dan koberuntungan.
Kelima faktor yan~ disebutkan itu antara lain diketa
-hu1 dari ungkapan-ungkapan yang mereka cetuskan dalam
berbagai keeempatan. Indikator terpentlng dari keberhasil
-an seseorang di dalam sesuatu bidang kehidupan terutama
didasarkan kepada kemampuannya mengumpulk~n kekayaan dan
menempati kedudukan tertentu. Dengan kekayaan dan
keduduk-an, pengarubnya akan 1elu2s dalum masyarakat, tindakan
dan tutur katanya ah. dibenarkan oranS, serta peri.."ltahnya
dituruti. Yang turut ,endapat pengaruh dad kekayaan den kedudukan itu bukan hanya prlbadi yang bersangkutan itu
saja, tetapi juga kerabat lainnya.
Berdasarkan kriteria yang diungkapkan di atas, dera
-jad seseorang dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi
tig.a kategori. Yang pertama terdiri atas orang-orang ter
-kemuka (ureueng ulee). Ke dalam &olongan ini termasuk
111ama yang bcramal, saudagar yane banyak bcrsedelrah,
cer-dik pandai yang momil-.lrkan upaya pengembangan masyara-katnya, serta teungku- teunektt (sebutan untuk orang-orang alim dalam bidang agan~) yang mcnyelenggarakan pengaj
13
kedua, golonGar: mene1 d (pangka t alang). Ui"lll.t11lya ke dalamkategori inl terr~=uk lcreka yang lua~ p~rgaulan, b~rani, dan mempunyai ~UI:!:br.:r penflhazilan yanrT tetap. Kctlga, ornng
-orar.g yang "terkcbel.i,killlg" (ureuen,; iku), ~11.i tu mereka
yang tidak berilmu pengetahuan, rendah ketrampilannya,
ter-batas kawom-nya, berperilah~ jelek, den tidak me~gena1 ndab sopan san tun.
Melebihi apa yang diungkapkan di atas, baik dalam ke
-hidupan pribadi maupun masyarakat, pemukim Siem umumnya
sangat mementingkan d~n menjunja~g tinggi nilai kebenaran. Kualitas penampilrul sl-'seorang dinilai dari segi inL Me
-nurut mereka, makna kebenaran dapat dil1hat dari dua segi .
. Pertama dari segi agama, yaitu yang disebut dengan kebenar
-an hakiki. Apa-apa ya ~ berasal dari Allah swt tergo long
ke dalam pengertian i.~. Dari segi ini kebenaran berarti
menegakkan amar makru naM munkar, yai tu menyuruh kepada
kebaikan dan melarang dari ~emungkaran.
Orang-orang yang sikap dan perilakunya selalu berse
-suaian dengan prinsip amar makruf nahi munkClr dapat di
-golongkan sebagai orang yang benar. Hinbga tingkat terten
-tu dipandang sebagai orang yang saleh, dan setelah me
-ninggal kuburannya dianggap keranat. Dari segi yang
perta
-ma, 1.}..:Jnentukan kebenaran relatif leblh mudah, kC'.rena 8U
-dah ada ketentuar..nya dalaI!l Al-Quran, J:adis, Ijmak, dan Qiyas para ulama. Sumber inform.."I.si mengenai kcbenaran inl
1
14
adalah ular..a atau tetlngku sagoe. Nen[ ir.'"':k1.ri pendapat ula
-ma, yang dial(ui }:E'a} n can ke!:'alc·har:;. .. ya, c:.ip~..nda.'1g da -pat menyebabkan tt:u:nc reuka (Iru4~ukan).
Yang relatii' BuIlt untuk dib tahul Co lalah D'lal-na kebe -naran dari segi yang kedua, yai tu kebenaran majazi (ber
-dasarkan kebiasaan). Apa-apa yang sudab merupakan adat
tata ke1akuan 3etempat dan tidak mer.imbu1kan celaan dalam
masyarakat, serta tidak bertentangan dengan kebenaran
bakiki,
tergo
long sebagai kebenaran majazi.Sumber informasi mengenai kebenaran ma,1azi adalah
keuchik dan ureueng ~lha-tQha (orang-orang yang mecpunyai
pengalaman dan pengetahuan tentang adat seterepat). War
-ga maayarnkat ju-ga merasa berkewajiban mentaati per1ntah
keuchik, bila perintah i tu rnasih bC'rada dalarn batas- batas
kebenaran rnajazl. Sel~liknya, bila berter.tangan atau be
-lum jelas statuB kebc. . ~rannya, maka merel:a tidak werasa berkewajiban untuk m(~taat1nya. Dalam keadaan ragu mereka sebetulnya bisa bertanya kepada para ulama atau pemirnpin.
Walaupun demikian, mereka biasanya tetap berhati-hati
karena dipengaruhi oleh sikap prasangka bahw~·1. ulama atau
pemimpin sekarang mudah tergoda dengan harta den kedudukan.
Dalam suasarta hatl yang diliputl keraguan, biasanya mereka akan berpaling kepada tokoh lain yang dikenal
teguh pendirian dalam mempertahankan sesuatu yang diyakinir.ya
15
temukan, ~aka eara lain adalah den~an memohon peturojukda -ri Allah 3\"lt [!l(; lc.lui shaLl t is tikharah 3("roy:'! bcrdoa:
nSaya tidak t;;:a.tu !Jcne;enal apa y~n,'" gJ.y_' lakuken. Scya ha
-~ye oenr,ikuti pend.:!pat ulaoa atau pcr.;i"'Tpir., d:m 'bila salah, ampwlilah snya ya Tuhanku 11. Bila lulus dari sClringun
yang begi tu rupa, maka isi perlntah keuchik 1 tu !!kan mcrupakan
unsur baru yang mempcrkaya, atau bahkan menggescr, unsu
r-unsur yang sudah lama berkembang dan diyakini
kebenarannya.
Sedangkan unsur ketiga dari struktur 50sia1 pemukim
Siem, yaitu perasaan sebaga1 kateeori dari satu ~lngsa yang tu;;:., memberikan rnakna keberadaan meI'eka seb~.g.:ti salah
satu bagian dari str ,,.tur yang lebih lues, y::litu ureueng
Aceh (or"ng Acch). D(.lal!l bebcrapa tulisan (Lebo.r, 1972:15;
Loeb, 1935:219-247); tan Hurgronjc, 1985) mereko. dikena1 dengan sebutan Achehnese, Achinese, AtchinesB, atau Atjeher. Hcrcka merupakan sukU bangsa asal dan nayori t:\S penduduk yang I:]endiami bngian tcrbesar wilayah ?ropinGi Iberah
Istimewo. Aceh.
Yang tcrgolong sebagai penduduk asli umumnyc berasal
dar i percrunpuran darah bebernpa brmgsa lain, tcrut.."lma
Amb, Persi, dan Turki (lihat Said, 1961:22). Percampuran
darnh y~g berbagai macam itu dipcrkirakan sudah
torjadl
an dagang dcngan negcri-negeri luar. Pada masa
perjuang-an melawperjuang-an Belnnda, asal-usul keturun~n itu diun~kapkan
~engan m:lksuc lmtuk mef1bant;ki tkan :?(?r.'!:1n~. t b ... -Acehan, bahw::t
merckn ber::!..:;:'!.l d,"'ri kctur.m~n brmGsa- b;::mgsa ~I"'::.ng b€'rkebu -d~yCl.an ting{!"i.
teristimewa dal~m bid~ng pengkajian dnn penycbtiran agama Islam, mernbcrikan idcntltas kepada daerah Aceh se~~gai Seuramoe Mekah (Serombi ~lekah). Pada m".a i tu Aceh bukan hanya ncgeri sultan dan para uleebalang~ tetapi jugn negeri ulama (Alfian, 1987,"3-4). IOlam menghadapi musuh mereka
bcrjua.ng deng£>.n kone p j irod: "Prang Kaphe Mate Syahid 11
(Memernngi Kafir Mati Syahid). Konsep ini mcngandung mak -na, bGhwa bila gugur di dalam berjut:!ng I nikma t syurga akan
menanti di akhir~t kelak. Sebaliknya hila mcnang, mereka
akan memperolch kcmul iaan di dunia. Konscp inilah yang
~cnimbulkan semangat pada mereku scb~gai or.ang Aceh dalam mencnt.:mg berrogni wntuk pcnindasnn d.:m kctidakadilcn.
Keduduk~ seb2gai bangsa terjajah amot sulit bagi mc
-reka untuk bisa bersikap berlapang dnda. Hanya dnl<1c ke
-adaan tidak berdoya , at-"lU karena takut ngama. at...1.u nege
-ri rusak, mereka rou berdamai dalam berjuang. Namun, di ~~ti mereka tidak pernah merasa takluk kepada kckuasa -an musuh rnc.m.l pun. Inilah barangkali yang dinQIUaY.:?.TI
"seumango..t Acehll (e''''nangat Aceh). Dililn t dari segi fisik
dan pcmikiran, tid;- :dah ada yang terlalu istimewa pada mereka. F.n.nya dengan " seume.ngat Acehll-lah mereka tegak ku -kUh cenantang sctiap kosuli t.:1.n.
,
,
17
c
.
Ml.mdurnya Kepern1mninan Lar:la}'ia.salah kepl:niIll: <.in ya:1g tl!rpol:ok 01 pcm'..l.kiman Siom
pads. dasarnya !:lerupah pcrsoalan kerja s-3.rna, saling percaya,
dan kcseimban.e;ah penearuh antara pe:nimpln adat
dan pcmimp1r.
a~dma. Meskipun pengangkatrul teungku sagoe , sebagai pem~
pin agama, adalah berdasarkan saran atau persctujuan da -r1 keuchik. se1aku pemimpin ada t . namun hal i tu tidak1ah
berarti bahwa jaba tan yang sa tu beTada do oawah )'ang 1ain -nya. ~!asing-t:lB.sing pemangku jaba tan 1 tu rnemp"X"...yel W'l.laye!lh garapan den batas wewenang yanz; jelas.
Peranan keuchik ~Ieliputi berbagai upaya lL"1tuk r::I~nU!Il
-buhkan dan mengembani an warga desanya, serta me;:abela
kepentingan dan fJemperjuangkan kein~jnan r:1ereka,
terut~ma dalam hubungan dengan penguasa atau warga desa lainnya
. Dalam kedudu:tan.l'lya s -agai pemelihara adat, keik'llt
-sertaan keuchik dipe ~kan dalam urusan-urusan perka -winan, perceraian, p. tikaian, pengasuhan anak yatira, pe1.a.nS&ar.:tAn K'f"l!IllAilAs:m. kejahatan, dan kenakalan
di k~ langan remaj a.
Dalam due da~awarBa tera}:hir 1.'11 pera."'"lan keuchik se
-ma.kin tatl~ah meluas. Kedudu!:.annya tidak hanya sebagai
lIayah" dari warga desar,ya, tetapi T'lE'lUpakan "UjlLl1g
tombak" pemerintah r..asional dalam upaya mcnanamknn penga
-rubnya dl pedeaaan. DaIam kedudukan yang baru ini, pe
-ranan keuchik teruta_.a sangat kentara dalarn menc
;copertlnggungj:tw:lbkan pcnggurul£'.n d.:.nr'l b~'1 "tl.11.n dcaCl
,
memu-ngut p.:ljnk b'.lJ1i d~Jl b,mgun0.n, mcl'lnc ... _rkc.n pr(')~roI:"'-progrom peI:lcrint'"!.h di p(:dt:si.l.:ln, Sert:! t1~t1cr:."'n -._,r! '!lir:-:n politik
tcrtentu d~l2.!:t P 'r::ilt,.
Seiring dengun l"rta",bah pentingnya kedudulmn keuchik
d:llal!l strulctur kclcuas:1an di pedosaan, persyar'1.t.nr. y.:mg
diperlukcn jugc sehc.rusnya sem."'tkin to.mbah lcnGk~p. Dari
-pad.a.nya tidak honya ihnropk:ln kcoa.uan, kcacmpabn, dan
kernmpuan (ck, jan, .let) - sebagaim:ma persynrc~'1n ycmg
diperlukan puda ~8C ~lu - tetcpi juga m3mpu ~emenuhi
persyaratan-persyaratan yang baru. Pers}~ratan ~~bahan
ynng din':'..ksudk.::m i tu anta~, l::.in ndrulyn surnbcr pengh..."ls
i lan
yang tc t.:J.p , lurtsnY:l per~ul:".n di lingkung:m p~ra pemo.ng -ku jabatan, serb kemampu.:lll untuk mcnyesuc.ik':!.n diri dc -ngan si tuasi y::ulg din.:unis.
Dukung.:m ekonorll y"':.ng kunt, an~"":.rc. l'lin adnnya
sum-ber pengh.."':.sll~_n y ... ng tetop, merckc. pcrlukm
dnl:-tn kedu
-dukan y~ng bert~mbCh ,enting itu. Merck~ soring disibukk~n donga.n bcrm.;.co.m ~-::cgi tan y~g Urnlmnya bCMdc. di lu~r pe
-muk1m.n, 9cperti tlcngikUti penn.. t:lron, peng"'.rr'.oon, pe
r-temu~n atou rnpctt baik di pusct kccuxr.t~n ~tn
upun kabu
-paten. Ycng s1buk de ·;an kcg1atlln sejcn1s 1tu buk-m 11,0> -nya diri prirodi ket;, .ik saja, tet.upi juen. iateri dan anak-anaknya, tcrist __ :.lcwa d'llam kcginUln PKK. (Petlbinaan
de-,
19
ngan kedudukannya i tu, keuchik memang mcnerima sumber peng
-hGsilan tetap dal~~ bentuk honorari~~, 1i sanping sumber -sumber lain yang terdapat di desa. Ak~n tetapi jumlar~ya
re1ati.f keeil untuk bisa menghidupkan ekonOI!'.i = h tangganya.
Persyaratan yar-'S kedua, yai tu luasnya pergaulan, ter-utama diperlukan un+Jk bisa meraih kesempatan-kasempatan
tertentu. Ada dua kel.utuhan warga dcsa yang sangat menonjol dewasa inl. Pertama, kebutuhan untuk mendapatkan tempat di sekolah bagi kelanjutan pendidikan anak-anak mereka. Kedua, kebutuhan ak& kesempatan kerja, terutama di luar
bidang usaha tan! po. i sawah.
Dalam model kep . .Jimpinan yang lama kedua masalah yang disebutkan i tu termasuk tugas keuchik untuk menemu
-kan cara penyelesaiannya. Hanya saja pada masa lalu,
m8salah serupa itu b1sa diselesaikan di lingkUngan pemu
-kiman Bendiri. Sedangkan dalam puluhan tahun terakhir
ini, untuk mendapatkan keeempatan kerja atau pendidikan memerlukan bantuan pihak lain di luar pemukiman, te
r-utama dari para peID<. 'Tlgku jabatan yang Iilenangani masalah
itu.
Salah satu cara untuk membina hubtmgan yang akrab dengan mereka adalah mena-..,rarkan tanah- tanah kosong yang akan dijual pemilikrya. cara semacam itu sebetulnya tidak terlihat eelanya, k,ona tanah yang tidak d iusahakan bi
-sa dijual dengan harga yang pantas. Ait;a!i tetapi dari
Begi
adat, ha1 itu tcrf,CIQng penyiI:lpangan. Keuchir- bcrkewa
-jiban mempcrbha!1l".an tanah warga karnnunrr d~ri kf!rnl~r.gkin
an pengalihan s~tus pemilikannya kepada ol~ng luar (hak
langgeh) •
Persyaratan lainnya, adalah kemampuan u..'ltuk menyesuai
-kan diri dengan !lerb'lgai perubahan ya:ng terjadi. Perubahan
-perubahan itu umumn~ bersumber dari program dan proyek
pemerintah yang dilai :anakan di desa.
Program atau proyek
yang dimaksudkan i tu ntara lain bcrwujud bangunan Inpres
, pesawat televisi, loyalitas terhadap golongan politik
tertentu, peraturan perundang-undangan, dan pertemuan
-pertemuan. Wujud pembangunan yang demikian pada dasarnya
sejalan dengan peranan keuchik daIam upaya menumbuhkan
dan mengembangkan warga masyarakat. Umumnya warga masya
-rakat juga rnenginginkan kemajuan-kemajuan sebagaimana
yang menjadi tujuan ':ari pengembangan program atau proyek
tersebut.
Akan tetapi, yarg menjadi persoalan bagi mereka, bah
-wa untuk blsa mendapatkan kesempatan melaksanal,:al~ program
atau proyek itu dipe'T'lukan IIsumbangan" tertentu. Untuk
mendapatkan bangunan 'n Inpres misalnya, masyara~at
perlu mcnyediakan tar h untuk tempat bangunannya. Begi tu
pula untuk lebih menyvmpurnakan aparatur pemerintahan
yang berlaku secara nasional. Bukan tidak iT!U..'1gkin, bahwa ':ang perlu di- l1sumbang"
-kan unttlk i tu adalah S3rana-sarana "ang sudah berfungsi secara adat atau hukum a~~-3.ma
. Di saI!l -ping itu, ada pula ya!1g menghendaki perubah:m 3ikap dan
struktur soslal yang sudah melembaga.
fulam gambaran y.ng lebih faktual, apa yang diungkap-kan dl ata. dapat dik itkan dengan beberapa kaBUS yang ditemui di lapangan. Salah satu di antaranya berkaitan de -ngan upaya memenangkan golongan polltik tertentu dalam Pemilu. lo1.enjelang Pel Tu yang lalu, pemerintah kecamatan
menjanjikan akan meml.. ikan sebuah televisi bent
ama kepada
desa-desa yang berhas mengumpulkan suara terbanyak un -tuk golongan politik tersebut. Di antara ke delapan desa
dalam pemukiman Siem, hanya satu yang berhasil memenuhi ambisi pcjabat kecamatan, yaitu dengan perbandingan 9uara untuk DPR-Rl:
54
:
81 :4
(di antara P3, Golkar, dan PDl).fulam beberapa kali Pemilu yang lalu, aliran poli tik
P3 selalu berbas11 memperoleh mayoritas suare di desa
tersebut. Karena itu, apa yang dihasilkan oleh Pemilu
1987
menjadi bahan pembica_:aan di kalangan pernukim desa-desa tetangganya. Timbul dugaan di kalangan mereka, bah\or;a
per-geseran orientasi politik ;yang terjadi itu antara lain karena dlbayangi ol eh keinginan untuk mempero1eh TV
ber-warna
f
, kebenaran mer, 'nai hal ini tida:.c dibukti1can leb1h lanjutJ .
22
y~sus kedua dij pai di desa
lain. Dalam upu;m mem
-persiapkan desa itu )
aga! calon desa teladan, struk -tur pel!lerlJltahann:ya ~epenuJU1ya
discBuaikfln den~3Un l:etentu
-an UU No. 5 Tahur. 1979. Kendali kekuaoa.'!~
terpusatkan
pada kepala desa, dan jabatan teungku sagoe tcrgeser
. Upaya mereka borbasil,
dan desa itu terpilih sebagai jua
-re kedua untuk tingkat propinsi. Untuk keberhasilannya
itu mereka ffiemang bisa memperoleh beberapa
kesempatan, se
-pert! bantuan dana dan kejuaran dalam pelaksanaan
program FKK. Bahkan pada mala:n terakhir
menjelang Pemilu mereka
masih menerima sumbanJan dana dalam jumlah yang rela
-tif besar dari pemerlntah pusat dan
daerah.
Kedua kasus yany dlsebvtkan d1 atas, d1 samping
ten -tu masih ada lagi yru· lain, sebetulnya hanyalah gejala
yang munc~l sesaat. i,-illUn
begi tu, dalam batas-batas te
r-tentu kiranya biea di ~dikan
sebagai pertanda awal da
-ri suatu proses pergeseran
sikap atau perilaku yang dipe
r-kirakan akan berpengaruh terhadap
struktur kelcuasaan mo
-del lama. Untuk biaa meraih kesernpa tan tertentu
t mereka
perlu menyesuaikan unsu
r-unsur sosial budaya yang mereka
miliki dengan unsur lain yang baru
.
Pada kasus pertama
t sebagian warga masyarakat me
-nanggalkan loyalitasrva terhadap
aliran politik yang me
-reka dukung sejak laMa. Pada masa
-masa sebelumnya, mereka
amat suIlt untuk bisa memisahkan
-23
Litik dan kehidupan beragama. Lebih-1ebih dalam memilL~ pe
-mimp.in, la tar belai{an,; keagamaan merupal-::an pcrtimbangan Itereka yang terpokok. Di antara ketiga o!'ganJsnsi politik peserta Perrlilu, !!.lerelr mengetahui bah~·ta h2:· .. y-a 13 yang me
-na\Olarkan calon-calon ~'ang semuanya beragama. Islam.
Pada kasus keduat struktur kekuasaan yang 6udah bera -tus tahun berakar dalam sistem sosial setempat mereka ganti
dengan struktur yang .'aru. Dalam struktur yang baru itu sumber pengaruh ~epal desa t1dak lagi seluruhnya berakar pada adat tata kclaku'·" setempat, tetapi pada peraturan
perundang-undangan nasional. Beberapa perangkat unsur lama
diganti dengan unsur yang baru, bahkan ada pula yang hi
-lang sama sekali.
Melihat kecenderungan perubahan yang diungkapkan di
a taB J menarik klre.nya un tuk d ipertanyakan ten tang
dam-pak yang dirasakan oleh warga masyaraka t . Apakah mereka
akan meraaa berada dalam keadaan sejahtera, berkepribadian tinggi, dan rnempunyai harga diri? Ataukah sebaliknya
t struktur sosial mereke akan mengalami disorganisasi, hi -lang kese imbangan, dan akhirnya ambruk?
Pertanyaan di a taB tirnbul antara lain karena meng -amati perilaku kebany".\{an warga pemukim Siem 5endiri. Di antara mereka memang _ ia sekelompok warga desa yang
meng-inginkan gaya hidup b,'U. Di kalangan mereka terbentuk po la pandangan bahwa struktur 505ia1 "",del lama tidak
marnpu melaya.'1i kegia tan pCMO'1ngunan dan mer.gik'lti perkem
-bangan 60Eial yane d1nawi~ sifat::-!.ya, kalauluh ti.dal;: di
-katakan mCJ![;hafD~t i:; "l9.Juan. Urrr..tmnya !I1er'~:,::a terjiri atas
penduduk y-EiTlf!, bck. 'rj;;, se~gai pegawai negeri. Jika terbuka
keBempatan untuk mendapat rumah dinas, atau mampu memba -ngun rumah pribadi, mereka cenderung untuk meninggalkan
Siem dan bertempat t '~ggal di kota.
Pada diri merek ~erkembang pola pemikiran dan
perl-lalru yang baru. Yang ,ereka plklrkan bukan hanya apa yang
terpuji atau terlarang, tetapi juga apa yang menguntung -kan dan menyenang-kan. r1ereka eemakin me!1yadari dan merasa
tidak puas dengan kebiasaan-keblasaan yang mcnjadl ke
-banggaan dl masa lampau. Kebetaban hidup dl lingkungan de
-sa yang diliputi suasana kekerabatan se~kin memudar,
dan kesederbanaan hidup semakln luntur. Pengaruh ya."g
ber-Bumber pada lua6nya hubungan kekerabatan Budah tldak be
-gl tu berarti lagi ba. i mereka. Yang le bih mercka
u tamakan
adalah linglrungan pe. gaulan y~ng lebih luas, karena ba
-nyak kesempatan akan bisa diperoleh.
Sedangkan kebanyakan warga kampung yang lain meng
-ilrutl berbagai perl« hangan dan perubahan yang mulai me
-landa pemukiman mere,' dengan pandangan dan sH:ap curiga.
Dl satu pihak mereka ..,elihat keuchlk - yang panggilannya
sudah berganti del1gar~ kepala desa - lcbih berperan se
-gai lIayahl1 .rang iIlelil ~ lligi kepentingan d2.~ rucmpe:rjuangkan
keinginan warga cesa.
25
l-Icnuru t pe:1gan.::t-';. mereka J j{euchik 3ekarang
lebih si -buk dengan kegi, t2.~1 m,_n.'~ikuti pel'te!!lu;)"'''1, rapat, atau peng
-arahan di kecamatan atau kabupaten, tenimban5 mencegah
timbulnya kctldakserasian aosial, pelanggaran kesusilaan
, ataupun perilakU menylmpang di kalangan remaja. Hereka
juga melihat adanya keuehik yang berhasil menempatkan dlrl sebagal pemanglm jabatan tunggal di desa, setelah sebe
-lumnya menggcser jabatan teungku sa,£oe, sebagaimana yang
sudah pernah disebutk~n sebelumnya.
Da.lam struktur b ':uasaan desa model lama, yang juga
sebctulnya masih bcrlakU pada kebanyakan desa di Siem
dewasa ini, wewenang teungku sagoe belch dikatakan terba
-taB dal"'" eakUpan jat tannya yang be rka i tan dengan prak -tek keagamaan. Ruang raknya lebih terpusatkan di meunasah
(surau), atau di temp r-t~mpa~ upacara keagamaan di seki
-tar perlstiwa daur hidup dan kegiatan mata pencaharian
.
Kecuali memahami dan rnampu mempraktckkan pengertian- penge
r-tian sederhana mengenai kaedah-kaedah hukum agama, teung
-kU sagee juga mengetahui seluk-beluk adat kebiasaan yang
bcrlakU.
Jika peranan keuchik l ebih r.1enol1jol dalam upa.Ya menum
-buhkan warga desanya dalam kehidupan duniawi
t maka peran
26
clae-a!" pcm:"enaran "!J:.da ikap da~' p( ... jla~-u mereka,. Yang me -r'e:!'7£\ dam.hakan bukE...~ han~:a kCSeL8 .(:2(1 .... idup di
dWlia, tetapi juga k'!bn.}lngiaar hidup di al-.hir:.!.t kelai-:.
Scla1.:u pc:r"'i;anut ~arar: Isl::'!.:!, illr-rem arot 3ul it bisa
memisahkan antara per . ..:ikU untuk kehidupan
di dunia dan untuk akhirat. Berbag' usa ha di dunia Belalu dikaitkan de
-ngan kehidupan keIak di akhirat. ~laI:l pandangan rnereka , h1dup di du.:aia hanya sebentar saja, sedangkan yang abadl
adalah di akhirat keIak. Bagi mereka ala8a~ya cukup
sederhana, ya.i tu bahwa ke ilIi:a masuk ke syc.:t"ga ke1o.k tidak
dipisahkan antara petani, pegawai, ABRI, atau entah apa lagi lainnya. Yang memisahkan hanyalah takwa atau bgkar kepada A"ilah s\/t kctika hidup di dunia. Karena i tu
yang di.-harapkan dari teungku sagoe adalah kernampuannya un~~k
menentukan status huk\,J1 dari sesuatu perilakU berdaearkan ajaran Islam: ",·ajib, eunat, mubah, atau haram.
Seperti halnya pada keuchik, warga desa jug~ mcnemu -lran perkembangan baru pada jabatan teungku sagoe. PemangkU
jabatan ini tampaknya juga tidak luput dari permasalah
-annya sendiri. SepRrt:i yang suda.h dlsebutkan 3cbelumnya, bahwa dengan berlak~ya UU No. 5 Tahun 1979, status teungkU sagoe terrreser ke luar struktur kek~asaan desa.
Kebanyakan desa di Siem IlleruaIlg rnasih mempertahankan
etatus teungku sagoc. Struktur baru yang dizesuaikan dengan
~~etentuar. perundang-undangan terse but
dalam hubmlg~"l dengan pemermtah. Akan te"tPpl, beberapa
je
-nis halc teunf.;ku sagQe tclah bcrali~ kep8cia :'epala desat ~elaku pe~!:.'Uasa tt:..lg,:;,:al. b:a::-ena itu j,:;.':Jata.: t~un("'Jn;. sagoe
..;ekarnn
e
sudan kl..i.!'allG I'!lenaril: har.! ora.'1g-o:~anbyang re
-latif' lCbih tepat untuk itu. Pemangku jabntart teungku
s8gpe sek~rang ~~ya lebih bersifat str~k~ral, te~ bang fungsional. Bah~';:m ada di a!1taranya yang tidak per-nah hadir pada shala - Jumat, sorta tidak mampu memimpin pernbacaan doa pada upaeara kend~rl.
Kurang berfungsinya status teung"lru sagoe tampaknya
sangat meri9au~n ke ~nyakan warga d~sa, terutama
bi
-la dihubungkan denga perilakU anak-anak muda. Rata-rata
mereka tidak lagl di kali dengan la tar belakang pendi
-dlkan kcagamaan ya~g mer.lddai. Hal itu amat kcntara,
anta,ra lain ketlka pemilihan calon peserta musabaqah
tilawa til Quran tingka t kocama tall Siem tidak mcngadakan
seleksi, karena yang dipandang mampu untu\" itu sangat
terbatas jumlahnya. Calon yang dikirim adalah berdasarkan
penunjukan.
Faktor penyebabnya antara lain bisa ditemuka.~ pada
tempat- tempat pengaj_an di desa yang semal:.in lang..'<a
jum-lahnya. Anak-anak ya .g berada dalam batas usia pengaji
-an umumnya l ebih tertarik me!':.yaksikan aeara demi aeara di
televisi, tenimoang mengunjungi tempat pengajian. Begitu
pula dengan oror.g t"~. _ mereka yang kuran[; ruenyadari
ada-nya hnl-.hal ya. ... g rnelalaikan perhatla'l1 2.nak-anak~
IftlJrcka yal1::: tcrgolong sebagai orang alim pu..."1. kellhat
-annya lebih ccndc!"!mg unt-Ilk bersikap berdiaIT. ::firi, daripada
"~ngupaj'akm: kemu,::.gkinan-kecIUngkinan UH n:.lr MangE!. tasi ke
-adaan anomie itu. De~gan sikap yan~ demikiar., warga desa
tidak banyak blaa mengharapkan dari mcreka pembenaran
-pembenaran baruJ atau paling tidak penjelasan-penjelasan dari segi hu~~ agama, mengenai berba~ai perkenbangan yang sedang berlangs~lg akhir-akhir ini.
Bila direr.unSl:an, maka akan tergambarkan sebuah dam
-pal< dilemmatis yang kini lagi terpampang di pelupuk
mata pemukim Siem. Dengan )erhasilnya nereka cembangun pro -yek-proyek yan,': bers. .J. t [iaik, kini tmL'cul berbagai ma -cam kesempatan dan k( atuhan. Di antaranya terlih3t bahwa
kesempatan kerja semakin berjcn1s, ketramp11an ya~g di
-perluknn semakin tambah roeninggi t dan komunikasi dengan
du:r.ia Iuar semakin tambah terbuka. Seiring denga:1. itu pu
-la, cakrawala kebutuhan konsumtif tambah meluas. Kemaju
-an material bukru1 lagi irepian, tetapi telah merupakan
kenyataan dalam arena kehidupan sehari-hari, walau~: da
-lam banyak hal wereka belu", mampu untuk rnenggapainya
. Di balik berba!",i kemajuan itu merel,a mendapati bahwa ident.itas ke-Acchan mercka, ya1tu mcnyatunya hukum agama dan adat, semakin pudar. Kcpem1mpinan adat sudah ja
29
tersendat-sendat terting(.al di belakang.
Kesenj::mgan i"tU mcnciptakan suatu situas1,
sekurang-t:u.rangnya dalar. persepsi r.::ereka, ketidakpuasan dengan
kepe-r.i:impina;1. :.rrulg e.da. !(ereka !llembt:tuhkC';n kepemimpiI'J'"l.!1 1~a.."lg
mampu menjecbatani antara unsur hukum agama yang sudah d
i-des~ditkan dengan perkecbangan adat yang masih rnengan
-dung keragu-raguan. Situasi ketidakpastian dan sulit dira
-malkan i tu merupakan peluang yang baik bagi mtmculnya
kepemimpinan 5051a1.
D. Sumber Pengaruh Kt;, ,mimpinan S051a1
Mungkin pandapa 1.. Galah sea rang ini'orman pc;.neli tian
ini ada benarr.ya. Dahwa, bila seseorang tid.alc memal)ami
bukum agama, mal:a ia bisa bertanya pada
ulama
.
Akan teta-pi untuk bisa memimpin masyarakat, tidak ada tempat un
-tuk berguru, kecuali hanya dengnn kearifannya sendiri.
Pendapat tersebut dlkcmukalran dalam hubungan dengan sumber
pengaruh kepernimpinan 8031al.
Mengikuti pendapat di atas, kepemimpinan 8061al me
-rupakan per::oalan kel-r1badian. Sumber penga:ruh terpenting
pada dua eo1oncan kcr~mir.:pinan yan.0 suda~l disebutkan
sebelumr.ya
,
j~itu pemimpinad
atcan
pemimpinagama
,
ada
-lab kepribadian yang tegas dan berdisiplir.. Sikap tegas
dan berdisiplin pada ;{euchik didukur..g oleh ketentuan
a1at
relatif cu):up be rat t .c.adap I/arga des2- ~!ang tidak patuh dan berperilaku mcnyi pal"lg. :rel~nggara!l ter}-,adap ketentuan
ad at bisa me:::.io..:.ulkan ancaman hulruman ~rupa
denda
har-ta, pengusiran, a t",au penganiayaan, yai tu ter~ntung kepa
-da jenis tindak pe langgarannya. Begitu pula pemimpin
agama, sikap mereka sangat keras, kendatipun jarang yang
berlaku kasar. Pengaruh kepemimpinan agama, lebih- lebih
ulama, mema...'1g tidak bersumber pada hukUInan badaniah,
mela1nk:an pada kepercayaan masyaraka t bahwa mengingkari
hukum agama dapat mer:yebabkan teumeurcuka.
A.'can tetapi, kepcmirnplnan sosla1 pengarul'll1ya tidak
bexsumber pada adat ataupun agama. Kepernimpinan soala1
tumbuh sendiri daIam masyaraka t. Has:iaralm t t!cngharapkan
kepemimpinan mereka -·~reJ:a meliha t ada-.ya kelcbihan
-kelebih2-n tertentu ]X .a pribadinya. Kelebihan-kelebihan
kepribadian 1 tulah YO'.':' memancarkan kcwibawaan pada mere
-ka. MasyaraL-at .rembutuhkan kewibn.waan mereka, teru.tama
\mtuk mencegah timbulnya ketidakserasian hubungan sosial ~
Tanpa kewibe..waan mereka, m..'ls}-aral~ t akan menemui kesu11 tan
dalam menyelesaikan berbaGai perbenturan yang timbul, ba
-ik di 1inglrungan mereka sendiri ataupun dengan pihak luar. Karena i t'J. \larga desa sanga t menghorna ti pemimpln
soala1, mau mendengar kata-katanya serta mematnhi perin
-tabnya.
31
dirasakan dalam situasi di mar.a terdap-'J:t ke::H:'njn.n~an
anta-re kepc-mimpinan ada t dan keperr:.irnpir..an ag!i...""la, a tau kedua
bolongan kt:pcmir.1pinan It".l dinl1ai r:l3.~.ya .::ak.'1t Budal! tidak
masyarakat mengharapk&n r.runculnya seorang p.el!llmpin yang mampu menuntun da:1 cembangkl tkan seman@t merclca untuk me
-nemukan keecimbangan baru pengaruh kepecimpinan adat dan
yang ideal menurut konsep ke-Acehan. Seperti yang terung
-kapkan melalul ceri tera-ceri tera legende, strulctur ke
-kuasaan akan ruat bila pengaruh acmua ll..'"1S".lr kcpemimpinan
dalam masyarnkat berimbang, dan saling: memperco.yai.
Menurut salah satu ceritera legende, konon pada masa Sul ta"l Alauddin nahr:ud Syah kerajaan Aceh J:aOc";;c1J.am1 (le
-fisit neraca pembayaran dengan kCla jaan Inggeris. Bal itu
&a.nJ:!8.t mencemaskar. suI tan, kFl:rond menyangkut m'3rtabat
kerajaan .. Konan kSbarnya pula, r.leakipun ocrr.la hac i l emas
yang diperolch dari t :mbang di Pariaman dibu:J.pulkan bersama
-Bama dengan seluruh kf.kayaan kerajaan, namun jlWlahnya ma
-9ih juga belum mencukupi untuk melunB3i hutang kepada
kerajaan Inggerls. Dalam 9uasana culit yanp: demil:::lan, sul
-tan menghimpun pambantu-pembantunya sembari memi~ta pen
-ta j ' . _.-dapat mereka. Salah seorang anggo me e_1S rnonyar~~an
agar meminta loantuan kepada Teungru di Anjong. Saran itu
-32
rangkat hidart.g_1...'1 makar.an seba:
-
:"ai uertanda mcrruliakan - ula-na kasyaf terscbut.
Hengc ta!1ui Llak::w 1 keda tangan u tuca!l sul tan, Teungku
cl Anjong m~nya::,an~-::a; aupaya persoalan i tu dib1c~l'akan de
-ngan Teunglru Syiah Kuala, mufti kesul tanan Aceh. Akan ;tetapi Teungku Syiah Kuala juga menyatakan ketidakmampuan
-nya mcmem ... h1 permintaan suI tan. Bah1:an IiE!lurut ularua ini, yang sanggup membantu suI tan, den.r;an izi.'l Allah swt, ha
-nyalah Teungku di Anjone. Utusan sultan k.mbali menjumpai
Teunl;ku di Anjong dan menyampaikan hasil peobicaraan me
-reka dengan Teune~ru Syiah Kuala. Tanpa mempersoalkan
lebih jauh lagi, 'i'cungku di Anjong ruinta dibawakan bebe
-rapa buah soni ko suah A~tl1 tP.muat di pantai K....'"Usng Aceh
(sekarang dilcenal dengan nama Panto Perak). Semue. gom.
itu dUai der:gan pasir, lalu diruuat ke dalam perahu untuk
segera dia.llgkut ke Pante Ce:ttlen, Uleelheue. Sedangkan hidangan yang dianta~ utusan sultan beliau kembalikan
de
-ngan pesan, bahwa sa_ .h sa tu dari hidangan i tu tidak bo
-l eh dibuka oleh siapapun, kecuali sultan sendiri.
Retika sul tan mem.buka hidar.{;8-n i tu, tcrnya ta iai"1ya emas dan
permata. Begitu pula paoir dalam goni yang dibawa ke
Pante Cermen su<mh berubah menjadi perak. Dengan logam
mul ia i tulah suI tan membayar utang kepada kerajaan Ingge
-rise l>cnga.."l demikian, martabat Aceh yang nyaris luntur karena tidak mampu rJelunasi utaJ1gnya, tetap terpelihara