67
ANALISA, RANCANGAN DAN IMPLEMENTASI
4.1 Analisa
Kebutuhan
Pada bab-bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai Bank Danamon, cross-selling, serta kebutuhan Bank Danamon atas cross-selling. Untuk mengakomodir kebutuhan inilah maka penulis mengusulkan pembuatan sistem
Cross-Sell (yang selanjutnya akan disebut X-Sell) yang menerapkan metode predictive analytics untuk mendapatkan nasabah yang lebih prospektif.
Dalam Group Field Project ini, penulis diberikan kesempatan untuk melakukan perancangan sistem cross-sell atas produk pinjaman milik lini bisnis SEMM (Self Employee Mass Market) / DSP (Danamon Simpan Pinjam) kepada nasabah tabungan dari lini bisnis RB (Retail Banking).
Berdasarkan hasil diskusi dengan pihak Bank Danamon, penulis mendapatkan kebutuhan (requirement) dari aplikasi cross-selling sebagai berikut:
1. Availability Requirements
• Sistem X-Sell didesain untuk dapat berjalan 24 jam dan 7 hari, oleh karena itu memerlukan web server, database server, dan infrastruktur
network yang bagus untuk mendukung bandwidth yang dibutuhkan,
2. Architecture Requirements
• Dapat diakses meskipun berjalan pada bandwith yang kecil.
3. Database Requirements
• Sistem harus menyimpan semua Data yang diinput dan diubah.
4. Failed Transaction Requirements
• Tampilan dari Error Message harus jelas dan user friendly.
5. General System Stability Requirements
• Sistem harus dipastikan stabilitasnya sehingga tidak perlu direstart setiap hari.
6. People/Process Requirements
• Work Flow harus disusun dengan benar untuk proses di lapangan.
7. Performance Requirements
• Sistem harus bisa menyediakan data sesuai dengan requirement.
• Sistem harus bisa bekerja sesuai dengan yang diharapkan.
8. Response Time Requirements
• Sistem harus bisa memberikan respon yang cepat atas aksi yang dilakukan oleh user.
9. Reusability Requirements
• Sistem harus didesain agar mudah untuk dikembangkan di masa depan.
10. Security Requirements
• Sistem harus memenuhi standar keamanan Bank Danamon dan untuk jaminan kerahasiaan (confidentiality) data, semua hak akses ke sistem harus dibatasi sesuai dengan Security Access Matrix yang telah disetujui.
11. Technology Requirements
• Sistem harus terpusat/centralized (berbasis web).
12. Testability Requirements
• Sistem harus dites pada setiap modul untuk memastikan tidak ada
bugs yang muncul saat implementasi.
13. Usability Requirements
• Sistem harus user friendly, informatif dan mudah untuk dipelajari, serta efisien untuk mengerjakan pekerjaan.
14. User and Operations Documentation Requirements
• Sistem harus menyediakan modul help terkait dengan penggunaan sistem untuk user dan petunjuk operasional.
15. Functional Requirements
• Data keluaran sudah difilter hanya untuk nasabah yang masih aktif saja.
• Sistem menyediakan modul untuk memfasilitasi pelaporan hasil dari nasabah yang sudah difollow-up.
• Sistem harus menyediakan modul laporan sesuai dengan kebutuhan
user.
Untuk aplikasi front-end, informasi nasabah yang dibutuhkan oleh lini bisnis DSP dan telah disetujui oleh Operational Risk Management (ORM) adalah seperti di bawah ini:
1. Nama Lengkap
2. Jenis Kelamin
3. Nomor Telepon (Rumah, Kantor dan Handphone)
4. Alamat Lengkap
5. Tahun Kelahiran
6. Status Cross-Sell
8. Total exposure (limit kredit dan saldo 3 bulan terakhir)
Jika nasabah memiliki DIN maka jumlah total exposure akan digrup berdasarkan DIN bukan CIF.
Total exposure direkapitulasi berdasarkan Lending dan Funding, dan juga
disertai dengan NOA (Number of Account).
4.2 Perancangan
4.2.1 Metode CART
Untuk sistem X-Sell ini, penulis menggunakan metode CART (Classification and Regression Tree) untuk mendapatkan beberapa set kondisi
if-then yang kemudian akan digunakan untuk memprediksi nasabah yang potensial
untuk ditawarkan cross-selling. Dalam proses analisa dengan metode CART ini, atas hasil diskusi bersama, diputuskan bahwa variabel independent yang akan digunakan dalam metode ini akan diambil dari beberapa indikator sosio-demografi yang mempengaruhi peluang pembelian produk (Reinartz & Kumar, 2003) seperti tercantum pada tabel 4.1.
Variabel independent tersebut dipilih berdasarkan ketersediaan data serta untuk menghindari pelanggaran asas kerahasiaan data nasabah milik Bank Danamon. Sedangkan untuk variabel dependentnya adalah informasi mengenai apakah nasabah tabungan RB tersebut sudah mengambil produk pinjaman DSP.
Tabel 4.1 Indikator Sosio-Demografi Nasabah
Field_Name Field Description
Customer socio-demographics:
JOIN_TIME Lama Bergabung
AGE Usia
GENDER Jenis Kelamin
MARITAL_STATUS Status Pernikahan
NUM_OF_CHILDREN Jumlah Anak
EDUCATION Pendidikan OCCUPATION Pekerjaan
ACCOMODATION Kepemilikan Tempat Tinggal
Untuk melakukan predictive analytics dengan metode Classification and
Regression Tree, penulis memilih untuk menggunakan PASW Statistics 18
daripada membuat aplikasi sendiri sebagai alat untuk membuat model
Classification and Regression Tree. Hal ini diputuskan dengan alasan sebagai
berikut:
1. Analisa untuk mendapatkan profil nasabah RB yang potensial untuk ditawarkan produk pinjaman DSP kepada ini hanya sekali. Selanjutnya hasil analisa yang diperoleh dapat digunakan untuk mencari nasabah yang potensial.
2. PASW Statistics 18 cukup dikenal dan teruji validitas hasil analisanya, sehingga dapat lebih meyakinkan pihak Bank Danamon untuk mengimplementasikan hasil Group Field Project ini pada Bank Danamon.
3. Hasil analisa PASW Statistics 18 dapat digunakan untuk dianalisa lebih lanjut nantinya dari segi aspek lainnya.
4. Butuh waktu yang tidak cukup sebentar untuk membuat aplikasi grafis untuk membuat tampilan tree dari hasil analisa CART.
5. Fokus dari Group Field Project ini adalah memanfaatkan metode analisa
Classification and Regression Tree untuk diterapkan pada sistem cross-selling. Sehingga akan lebih baik bila resource yang ada digunakan untuk
mengoptimalkan hasil dari pembuatan sistem cross-selling ini.
Dalam membangun Classification Tree ini, penulis menggunakan sample data historikal dari tanggal 1 Januari 2009 hingga tanggal 31 Desember 2009 sebagai batasan waktu pengambilan sample data, dimana data tersebut hanya berisi informasi dari variabel-variabel seperti yang telah disebutkan di atas, dan hanya berisi data nasabah yang masih aktif per tanggal 31 Desember 2009. Data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam PASW Statistics 18 dan diproses hingga mendapatkan Classification Tree seperti yang dimaksud. Pada tabel 4.2 dapat dilihat ringkasan dari hasil analisa CART menggunakan PASW Statistics 18. Dan pada tabel 4.3 ditunjukkan tingkat akurasi dari hasil prediksi menggunakan metode CART pada PASW Statistics 18. Tingkat akurasinya didapat dengan melakukan validasi dengan menggunakan metode split sample validation.
Berdasarkan hasil analisa CART menggunakan PASW STATISTICS 18, didapatkan bahwa dari semua variabel independent yang dimasukkan, ternyata ada satu variabel independent yang tidak mempengaruhi keputusan nasabah untuk mengambil pinjaman dari DSP atau tidak, yaitu Number of Children (Jumlah Anak). Sedangkan variabel yang paling mempengaruhi keputusan nasabah adalah
Tabel 4.2 Ringkasan Model Analisa CART pada PASW Statistics 18
Tabel 4.3 Hasil tes tingkat akurasi dari prediksi yang dilakukan menggunakan metode CART
Tabel 4.4 Tabel hasil analisa CART pada PASW Statistics 18 untuk cross-selling pinjaman DSP
Gambar 4.1 dan Tabel 4.4 adalah keluaran dari hasil analisa CART pada
PASW STATISTICS 18 untuk cross-selling pinjaman DSP kepada nasabah
tabungan RB. Pada gambar tersebut dapat dilihat dengan jelas pengelompokan nasabah berdasarkan variabel-variabel independent dan pengaruhnya terhadap variabel dependent. Untuk setiap kelompok CART memprediksi presentase nasabah yang akan mengambil produk pinjaman DSP bila ditawarkan.
Tabel 4.5 Perolehan untuk setiap titik (node) pada CART untuk cross-selling pinjaman DSP
Dari hasil analisa CART tersebut, didapatkan bahwa secara berturut-turut nasabah yang cenderung akan mengambil produk pinjaman DSP bila ditawarkan adalah nasabah yang berada pada kelompok 10, 6, 7 dan 11. Kelompok nasabah 5, 2, dan 12 tidak diikutsertakan karena persentasenya terlalu kecil. Kelompok nasabah yang akan diikutsertakan dalam cross-selling tersebut memiliki karakteristik/customer profile seperti tercantum pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Karakteristik (Customer Profile) nasabah yang potensial untuk ditawarkan cross-selling
Kelompok Nasabah Karakteristik
10 • Occupation = Self Employed • Join Time < 5 years
• Education >= SMA
6 • Occupation = Self Employed • Join Time >= 5 years
• Accomodation = Owned/Family/Employer 7 • Occupation = Self Employed
• Join Time < 5 years • Education <= SMP
11 • Occupation = Self Employed • Join Time 1 or 2 years • Education >= SMA
• Accomodation = Owned/Family/Employer
Dari tabel tersebut selanjutnya dapat dibuat kriteria untuk dimasukkan ke dalam sistem X-Sell, sehingga data-data yang ada dalam sistem sudah bersih merupakan data nasabah potensial yang akan mengambil produk pinjaman DSP bila ditawarkan.
4.2.2 Process Flow
Sumber data untuk sistem cross-sell ini berasal dari MIS+, yang merupakan data warehouse pada Bank Danamon Sedangkan untuk mengekstrak dan menghitung data ke tabel cross-sell akan menggunakan proses ETL
(Extract-Transform-Load). Proses ETL ini akan dijalankan setiap awal bulan setelah proses
Gambar 4.2 Process Flow sistem X-Sell
4.2.3 Rancangan Database
Database yang digunakan yaitu MS SQL Server 2008. Database ini dipilih karena sudah stabil dan aman untuk digunakan pada perusahaan sekelas Bank Danamon. Pada gambar 4.3 terlihat aliran data pada database yang ada. Semua
database yang ada terhubung secara relasional sehingga bila ada satu perubahan
akan merubah semua data terkait.
Database untuk sistem X-Sell ini sudah dibuat dengan mengantisipasi perkembangan sistem ini kedepannya agar bisa memfasilitasi cross-selling untuk produk-produk serta LOB-LOB lain. Database ini terdiri dari tabel-tabel sebagai berikut:
1. XSELL_MAST_CUST. Tabel Informasi Nasabah.
3. XSELL_MAST_ACCT. Tabel Informasi Akun Nasabah.
4. XSELL_AUDIT_TRAIL. Tabel Audit Trail untuk level database.
5. XSELL_LOB_AO. Tabel Account Officer per LOB.
6. XSELL_MAP_LOB. Tabel Mapping LOB pemilik nasabah dan LOB pemilik produk.
7. XSELL_MAST_LOB. Tabel LOB untuk XSELL.
8. XSELL_PROCESS_RUN. Tabel Informasi Bulan & Tahun Periode Berjalan (diisi oleh ETL).
9. XSELL_SHARE. Tabel Status Share Nasabah.
10. XSELL_STATUS. Tabel Status Follow-up Cross Selling.
11. XSELL_HIST_MAST_CUST. Tabel Historikal Informasi Nasabah.
12. XSELL_HIST_DETAIL_CUST. Tabel Historikal Detail Informasi Nasabah.
13. XSELL_HIST_MAST_ACCT. Tabel Historikal Informasi Akun Nasabah.
14. XSELL_HIST_STATUS. Tabel Historikal Status Follow-up Cross Selling.
Untuk lebih rincinya, kamus data (data dictionary) dari database untuk sistem X-Sell ini dapat dilihat pada Lampiran A pada laporan tesis ini.
4.2.4 ETL Mapping
ETL Mapping untuk sistem X-Sell ini, dibuat pada software Informatica
Power Center yang sudah dimiliki oleh Bank Danamon dan biasa digunakan untuk data collection dan data sharing pada MIS+. ETL Mapping ini berfungsi untuk memfilter data nasabah tabungan RB yang akan ditawarkan produk pinjaman DSP berdasarkan customer profile yang telah dihasilkan melalui proses
predictive analytics pada PASW Statistics 18. Kemudian data nasabah ini akan
dikelompokkan sesuai customer profilenya pada Tabel 4.6.
Setelah melalui proses penyaringan dan pengelompokkan, data nasabah tersebut akan dimasukkan ke dalam database cross-sell yang nantinya akan ditampilkan pada aplikasi X-Sell untuk disuguhkan kepada user.
Gambar 4.4 Process Flow pada ETL Mapping X-Sell
4.2.5 Rancangan Antar Muka Pengguna
Antar Muka Pengguna (User Interface) sistem X-Sell dirancang berbasis web dan menggunakan Java sebagai bahasa pemrogramannya.
a. Halaman Login
Halaman ini adalah halaman yang akan pertama kali user jumpai saat mereka membuka sistem X-Sell. Untuk dapat menggunakan sistem ini, user diwajibkan untuk login terlebih dahulu.
Gambar 4.5 Halaman Login Sistem X-Sell b. Halaman LOB Customer Owner
Halaman ini adalah halaman bagi user yang merupakan pemilik data nasabah, yang dalam hal ini adalah lini bisnis Retail Banking. Pada halaman ini user RB dapat memilih user mana saja yang boleh dishare. Karena meskipun sudah difilter dan merupakan nasabah potensial untuk ditawarkan produk pinjaman DSP, tetap saja harus mendapatkan persetujuan dari lini bisnis RB. User juga bisa melihat detail informasi dari nasabah mereka.
Gambar 4.6 Halaman Utama User RB pada Sistem X-Sell
Gambar 4.7 Halaman Detail User RB pada Sistem X-Sell
c. Halaman LOB Product Owner
Halaman ini adalah halaman bagi user yang merupakan pemilik produk yang ingin ditawarkan dalam cross-selling, yang dalam hal ini adalah lini bisnis DSP. Pada halaman ini user DSP dapat melihat detail informasi dari nasabah yang dishare. Pada halaman ini juga user dapat mengupdate informasi apakah nasabah sudah difollow-up atau belum, dan juga mengupdate informasi mengenai status cross-selling (diterima atau ditolak oleh nasabah).
Gambar 4.9 Halaman Utama User DSP pada Sistem X-Sell
Gambar 4.11 Halaman Follow-Up Nasabah User DSP pada Sistem X-Sell
d. Download Report
‐ Report X-Sell Costumer Status
Gambar 4.12 Report X-Sell Costumer Status
‐ Report X-Sell Customer Data
Gambar 4.14 Report X-Sell Customer Data (2)
‐ Report Customer History
Gambar 4.15 Report Customer History
‐ Report Audit Trail
Gambar 4.16 Report Audit Trail
4.2.6 Kebutuhan Hardware & Software
Untuk implementasi sistem X-Sell yang sudah dirancang, diperlukan beberapa spesifikasi yang mendukung agar sistem dapat berjalan dengan baik.
a. Spesifikasi Server
• Prosesor : Intel Xeon Core 2 Duo 3 GHz
• Memori : DDR3 6 GB
• Harddisk : 1 TB
• OS : Windows Server 2008 R2
• RDBMS : SQL Server 2008 SP1
b. Spesifikasi Client
• Prosesor : Intel Pentium 4 1.8 GHz
• Memori : 512 MB
• Harddisk : 40 GB
• OS : Windows XP
4.3 Implementasi
Dalam implementasi sistem X-Sell yang sudah dirancang ini, diperlukan waktu untuk mempersiapkan agar sistem benar-benar siap untuk digunakan. Rencana kegiatannya dapat dilihat pada tabel di halaman berikutnya.
4.3.1 Pra Implementasi
Pra Implementasi atau Pre Implementation, adalah langkah-langkah persiapan yang harus dilakukan sebelum proses implementasi dimulai. Dalam implementasi sistem X-Sell ini, tahapan-tahapan pra implementasinya adalah sebagai berikut:
1. Persiapan Server
Persiapan Server yang dimaksud di sini adalah instalasi dan hardening
server yang sudah dipersiapkan untuk sistem X-Sell ini di ruang staging.
Instalasi hardware di ruang staging dimaksudkan agar saat proses implementasi di ruang server, hardware tersebut tidak perlu dibongkar-pasang lagi, jadi hanya perlu dibongkar-pasang server tersebut pada rak yang sudah disiapkan.
Instalasi software untuk server meliputi instalasi Sistem Operasi untuk
server, aplikasi database, serta aplikasi-aplikasi lain yang dibutuhkan agar
sistem X-Sell dapat berjalan sebagaimana mestinya, seperti Java
NO DESKRIPSI PEKERJAAN
MINGGU KE-3 MINGGU KE-4 MINGGU KE-5 MINGGU KE-1
13 14 15 16 17 20 21 22 23 24 27 28 29 30 1 4 5 6 7 8
Pre Implementation
Persiapan Server:
Instalasi Hardware di Staging Room x
Instalasi Software di Staging Room x
Hardening Hardware x
Hardening Software x
Tes Implementasi di Staging Room x
Training User x x Persetujuan Security Matrix x
Implementation Database Implementation: Jalankan Script DB XSELL di Server Database Production untuk membuat tabel-tabel XSELL x
ETL Implementation: Salin ETL Workflow XSELL dari Server ETL Development ke Server ETL Production x
Set koneksi ETL ke database MIS+ "M-2" x
Jalankan ETL Workflow XSELL untuk mendapatkan data "M-2" x
Set koneksi ETL ke database MIS+ "M-1" x
Jalankan ETL Workflow XSELL untuk mendapatkan data "M-1" x
Set koneksi ETL ke database MIS+ bulan ini X Web Application Implementation : Instal aplikasi Xsell x
Pembuatan user sesuai dengan Security Matrix x x
Production Assurance oleh User x x x x
Fall Back Plan
Hapus ETL Workflow XSELL dari Server ETL Production
Jalankan script DB XSELL FallBack di Server Database
Production
Hapus aplikasi web XSELL
Implementation in DRC
Database Implementation:
Jalankan Script DB XSELL di Server Database Production
untuk membuat tabel-tabel XSELL x
ETL Implementation:
Salin ETL Workflow XSELL dari Server ETL Development ke
Server ETL Production x
Set koneksi ETL ke database MIS+ bulan ini x
Web Application Implementation :
Instal aplikasi Xsell x
Hardening hardware maupun software diwajibkan untuk semua komputer
yang ada di jaringan Bank Danamon, terutama server. Hal ini dilakukan demi menjaga security/keamanan data yang ada.
2. Tes Implementasi di Ruang Staging
Tes Implementasi di Ruang Staging dilakukan setelah server selesai dihardening. Hal ini ditujukan untuk memastikan supaya hardening yang berlebihan terjadi sehingga dapat mengakibatkan sistem X-Sell tidak dapat berjalan dengan baik. Contoh hardening yang berlebihan itu misalnya adalah port untuk koneksi ke database tertutup, sehingga sistem X-Sell tidak dapat membaca database.
3. Training User
Untuk training user, sebenarnya sejak sistem/aplikasi sudah dinyatakan lolos UAT (User Acceptance Test) maka user sudah dapat ditraining mengenai penggunaan sistem tersebut. Tentunya dalam training ini, sistem dan data yang digunakan adalah data saat UAT.
4. Persetujuan Security Matrix
Security Matrix adalah daftar matriks hak akses user pada sistem, dalam
hal ini X-Sell, mulai dari menu yang dapat diakses, hingga aktifitas-aktifitas apa saja yang dapat dilakukan di dalam aplikasi tersebut. Penambahan user pada sistem hanya dapat dilakukan bila Security Matrix ini sudah disetujui. Dan pastinya semua calon user harus didaftarkan
terlebih dahulu ke IT Security Admin sebelum proses implementasi dilakukan.
4.3.2 Implementasi
Karena sistem X-Sell ini terdiri dari berbagai komponen, maka tahapan implementasinya pun cukup panjang.
1. Implementasi Database
Implementasi database untuk sistem X-Sell hanya cukup dengan menjalankan script database yang sudah disiapkan dan terdaftar dalam
Release Document.
2. Implementasi ETL
Untuk implementasi ETL, setelah workflow ETL sudah disalin ke server ETL Production, maka ada beberapa tahap lagi yang harus dilakukan, yaitu setting koneksi dan jalankan workflow ETL untuk data 2 bulan lalu serta data bulan lalu. Tahap-tahap ini sebenarnya tidak umum, namun karena pada sistem X-Sell ini ada informasi finansial yang dibutuhkan dari 2 bulan sebelumnya maka workflow ETL dijalankan dengan mengambil data dari database 2 bulan lalu, kemudian setelah selesai, mengambil data dari database bulan lalu.
3. Implementasi Aplikasi Web
Implementasi aplikasi web dilakukan dengan menjalankan installer yang sudah disiapkan, dan melakukan setting konfigurasi yang diperlukan.
Setelah aplikasi web sudah bisa berjalan dan terhubung dengan database, maka langkah selanjutnya adalah mendaftarkan user sesuai dengan
security matrix yang telah disetujui. Bila suatu hari nanti ada user baru
yang ingin menggunakan sistem X-Sell ini, maka Security Matrix perlu diubah dan perlu minta persetujuan lagi dari IT Security.
4.3.3 PAT (Production Assurance Test)
PAT adalah tes yang dilakukan oleh user untuk memastikan bahwa sistem X-Sell berjalan sesuai dengan hasil yang sebelumnya didapatkan saat UAT. Tes ini diperlukan untuk mencegah terjadinya kesalahan saat proses implementasi, seperti misalnya versi sistem yang diinstall adalah versi sebelumnya.
4.3.4 Fall Back Plan
Fall Back Plan, seperti namanya, adalah rencana yang perlu dipersiapkan
bilamana proses implementasi gagal. Hal ini diperlukan untuk menghindari terjadinya dampak negatif ke sistem lain bila proses implementasi ini gagal, terutama untuk implementasi pada server yang sama, seperti implementasi
4.3.5 Implementasi pada Server DR
Langkah-langkah implementasi pada Server DR (Disaster Recovery) sebenarnya sama persis dengan langkah implementasi pada server Production. Ini karena Server DR merupakan cermin dari Server Production. Kecuali tahapan dimana ETL perlu dijalankan untuk menarik data 2 bulan sebelumnya, karena setelah implementasi database di Server DR, konten dari database tersebut akan disinkronkan.
Halaman ini sengaja dibuat kosong.