13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian TerdahuluPenelitian terdahulu merupakan landasan yang bisa dijadikan sebagaiacuan dan bahan pertimbangan untuk membandingkan suatu pengaruh variabel. Penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang berkaitan dengan pengaruh kesehatan dan keselamatan kerja karyawan terhadap semangat kerja karyawan pada Perusahaan Air Minum A3 Fresh O2 Bondowoso.
Penelitian yang dilakukan Muhammad Fachru Rozy (2013), membuktikan bahwa Motivasi, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja terhadap Kinerja Karyawan. Doni Yulianto Triadityo (2009) memperlihatkan Keselamatan Kerja berpengaruh positif dan signifikan baik terhadap Semangat Kerja Karyawan. Liana Ambarsari (2015) menyatakan bahwa Lingkungan Kerja dan Keselamatan Kesehatan Kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan. M. Fauzi Syafi’i (2008) menyatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan. T. Lestari dan Erlin Trisyulianti (2007) menyatakan bahwa Hubungan antara Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Kinerja Karyawan adalah positif, sangat nyata dan berkorelasi kuat. Novi Rukhviyanti (2008) menyatakan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja
14
Karyawan memiliki pengaruh positif dan signifikan baik terhadap motivasi maupun terhadap kinerja, namun salah satu elemen sama K3 yaitu analisis tempat kerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi.
Hubungan pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja terhadap Semangat Kerja terhadap Semangat Kerja Karyawan telah diteliti dan dibuktikan oleh para ahli dan peneliti terdahulu. Hasil penelitian terdahulu dapat dijadikan dasar gambaran bagi peneliti selanjutnya, meskipun terdapat perbedaan objek penelitian, variabel penelitian, dan indicator yang diteliti, dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut:
Table 2.1 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil penelitian
Muhammad Fachru Rozy 2013
Pengaruh Motivasi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja terhadap Kinerja Karyawan Lapangan (Studi Pada PT. Amanah Anugerah Adi Mulia)
Pendekatan Kuantitatif dengan pengukuran Skala Likert
Seluruh variabel memiliki pengaruh positif dan signifikan baik terhadap kinerja.
Doni Yulianto Triadityo 2009
Hubungan antara Keselamatan Kerja dengan Semangat Kerja Karyawan Bagian Produksi Cahaya Timur Offset Yogyakarta.
Pendekatan Kuantitatif dengan pengkuran Skala Likert.
Keselamatan memiliki pengaruh positif dan signifikan baik terhadap semangat Kerja karyawan.
Liana Ambarsari 2015
Pengaruh Lingkungan Kerja dan Keselamatan Kesehatan kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT Total Bangun Persada Tbk
Pendekatan Kuantitatif dengan pengukuran Skala Likert.
Lingkungan kerja dan keselamatan kesehatan Kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
M. Fauzi Syafi’i 2008
Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan (K3) terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di PT, PG, Rajawali 1 Unit PG. Krebet Baru Bululawang Malang
Pendekatan Kuantitatif dengan pengukuran Skala Likert.
Keselamatan dan kesehatan kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap produktifitas kerja karyawan.
15 T. Lestari dan Erlin
Trisyulianti 2007
Hubungan Keselamatan dan Kesehatan (K3) dengan Kinerja Karyawan (Studi Kasus: Bagian Pengelohan PTPN VIII Gunung Mas Bogor)
Pendekatan Kuantitatif dengan pengukuran Skala Likert
Hubungan antara Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan kinerja karyawan adalah positif, sangatnyata dan berkorelasi kuat.
Novi Rukhviyanti 2008
Pengaruh Penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Motivasi pada Perusahaan Garmendi Kawasan Industri Rancaekekl
Pendekatan Kuantitatif dengan Skala Likert
K3 memiliki pengaruh positif dan signifikan baik terhdap motivasi maupun terhdap kinerja, namun salah satu elemen K3 yaitu analisis tempat kerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi.
Sumber Data : diolah tahun 2018
Berdasarkan data penelitian terdahulu, kedua dan ketiga mengunakan metode penelititian kuantitatif sedangkan pada penelitian terdahulu pertama mengunakan metode penelitian deskritif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian dahulu pertama, ketiga, kelima dan keenamkinerja karyawan sebagai variable pembahasan dan peneliti dahulu keempatproduktivitas kerja karyawan sebagai variabel pembahasan.
Sementara pada penelitian saat ini objek dan judul yang diambil berbeda lebih difokuskan terhadapsemangat kerja karyawan. Metode yang digunakan pada penelitian saat ini mengunakan metode kuantitatif dengan pengukuran skala likert.
16 B. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Semangat Kerja
Menurut Nitisemito (2010 : 105) semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik. Meskipun semangat kerja tidak mesti disebabkan oleh kegairahan kerja, tetapi kegairahan kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap semangat kerja. Oleh karena itulah antara semangat dan gairahan kerja sulit untuk dipisah-pisahkan, sehingga orang lebih senang menggunakan istilah semangat dan kegairahan kerja. Jadi apabila suatu perusahaan mampu meningkatkan semangat kerja, maka mereka itu akan dapat banyak memperoleh keuntungan. Dengan meningkatnya semangat kerja, maka pekerjaan akan lebih cepat dapat diselesaikan, kerusakan akan dapat dikurangi, absensi akan dapat diperkecil, kemungkinan perpindahan kayawan atau pegawai dapat diperkecil seminimal mungkin dan sebagainya.
Semangat kerja atau moral kerja itu adalah sikap kesediaan perasaan yang memungkinkan seorang karyawan untuk menghasilkan kerja yang lebih banyak dan lebih tanpa menambah keletihan, yang menyebabkan karyawan dengan antusias ikut serta dalam kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha kelompok rekan kerjanya, dan membuat karyawan tidak mudah terpengaruh dari luar, terutama dari orang-orang yang mendasarkan sasaran mereka itu atas tanggapan bahwa satu-satunya kepentingan pemimpin
17
perusahaan itu terhadap dirinya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya darinya dan memberi sedikit mungkin (Hasley, 2011:22). Menurut Alex S. Nitisemito (2010: 105) semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik.
Ada 6 (enam) faktor yang mempengaruhi semangat kerja yaitu (Loteiner dan Tohardi, 2012: 36):
a. Kebanggaan atau kecintaan pekerja pada pekerjaannya dan kepuasan dalam menjalankan pekerjaan dengan baik.
b. Sikap terhadap pimpinan. c. Hasrat untuk maju.
d. Perasaan telah diperlukan dengan baik.
e. Kemampuan untuk bergaul dengan teman sekerjanya.
f. Kesadaran akan tanggung jawab terhadap penyelesaian pekerjaannya
2. Indikator Semangat Kerja
Indikator yang digunakan untuk mengukur semangat kerja menurut (Lateiner dan Tohardi, 2012 : 15):
a. Keinginan Untuk Belajar Dan Mengembangkan Diri b. Disiplin Karyawan
18 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Semangat Kerja
Ada 5 (lima) faktor yang menimbulkan semangat kerja menurut (Nawawi,2013) yaitu :
a. Minat seseorang terhadap pekerjaan yang dilakukan.
b. Faktor gaji atau upah tinggi akan meningkatkan semangat kerja seseorang.
c. Status sosial pekerjaan. Pekerjaan yang memiliki status sosial yang tinggi dapat menjadi faktor penentu meningkatnya semangat kerja. d. Suasana kerja dan hubungan dalam pekerjaan. Penerimaan dan
penghargaan dapat meningkatkan semangat kerja.
e. Tujuan pekerjaan. Tujuan yang mulia dapat mendorong semangat kerja seseorang.
4. Program K3 ( Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
Manusia sebagai sumber daya memiliki peran yang sangat penting diperusahaan. Kehadiran manusia menjadi penting karena manusia tidak dapat digantikan oleh kecanggihan mesin. Oleh sebab itu kesehatan manusia sudah selayaknya diperhatikan agar tidak mengganggu proses produksi. Wahid Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin (2011:101) mengemukakan bahwa “ Sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata bebas dari penyakit dan cacat atau kelemahan”. Sedangkan Anwar Prabu Mangkunegara (2010:161), mengemukakan bahwa “Kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang
19
bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja”.
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan “ Kesehatan adalah keadaaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis. Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal”.
Sedangkan Suma’mur(2011:1) mengemukakan bahwa “Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial, dengan usaha peningkatan dan pencegahan terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor–faktor pekerja dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.
Sedangkan Moenir, A.S (2013:207) mengemukakan bahwa, “ Kesehatan kerja merupakan suatu usaha dan keadaan yang memungkinkan seseorang mempertahankan kondisi kesehatannya dalam pekerjaannya”. Dari pendapat-pendapat yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan pengertian kesehatan adalah suatu kondisi yang mengusahakan agar sejahtera baik secara fisik, mental, dan sosial dengan usaha-usaha tertentu untuk mewujudkannya.
20
Setiap perusahaan atau industri memiliki tingkat resiko kecelakaan yang berbeda-beda, namun setiap perusahaan selalu berusaha mencegah atau menghindari resiko tersebut. Anwar Prabu Mangkunegara (2010: 161) mengemukakan bahwa: “Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja”. Pendapat lain dikemukakan oleh Daryanto2013:146), yang mengemukakan bahwa: “Keselamatan kerja ialah selamatnya karyawan, alat-alat kerja dan perusahaan serta produksi dan daerah lingkungannya, sehingga perlu pada waktu karyawan bekerja, topi, helm pengaman, sarung tangan, kacamata pengaman, masker pelindung muka”. Dari penjelasan beberapa ahli, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian keselamatan adalah selamatnya karyawan, alat produksi dan perusahaan serta lingkungannya dari kerusakan dan penderitaan.
5. Maksud dan Tujuan Program Pelaksanaan Keselamatan dan KesehatanKerja
Pemerintah turut ikut dalam meningkatkan produktivitas karyawan salah satunya dengan mengusahakan kesejahteraan baik secara fisik maupun mental sebagaimana tertuang dalam GBHN (1993): “Pengembangan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh dan ditujukan pada peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja berkualitas, produktif, efisien, efektif dan berjiwa wirausaha sehingga mampu mengisi, menciptakan, dan memperluas lapangan kerja serta kesempatan kerja.
21
Peningkatan kesadaran akan produktivitas, efektifitas, efisiensi dan kewiraswastaan serta etos kerja produktif dilaksanakanmelalui berbagai kegiatan motivasi, penyuluhan, pendidikan, dan pelatihan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan kualitas berdasarkan rencana ketenaga kerjaan”.
Anwar Prabu.M (2010:161) mengemukakan tentang tujuan keselamatan dan kesehatan kerja,yaitu:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya seefektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dengan meningkatkan kesehatan gizi pegawai.
e. Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja. f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
lingkungan dan kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. Randall S. Schuler dan Susan E.Jackson dalam Abdul Rasyid (2013: 197) mengemukakan tentang tujuan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja sebagai berikut:
22
Jika kecelakaan kerja dapat menurunkan tingkat dan beratnya kecelakaan kerja, penyakit, dan hal-hal yang berkaitan dengan stress, serta mampu meningkatkan kualitas kehidupan kerja para pekerjanya, perusahaan akan semakin efektif. Peningkatan-peningkatan terhadap hal ini akan menghasilkan (1) meningkatnya produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang, (2) meningkatnya efisien dan kualitas pekerja yang berkomitmen, (3) menurunnya biaya-biaya kesehatan dan a suransi, (4) tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim, (5) fleksibilitas dan stabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan, dan (6) rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan.
Suma’mur (2011:27) mengemukakan bahwa tujuan keselamatan kerja pada tingkat perusahaan adalah:
1) Mencegah terjadinya kecelakaan.
2) Pencegahan terjadinya penyakit akibat kerja.
3) Pencegahan atau penekanan menjadi sekecil-kecilnya cacat akibat kerja. 4) Pengamanan material, pesawat-pesawat, instalasi- instalasi, dan lain-lain. 5) Peningkatan produktivitas atas dasar tingkat keamanan kerja yang tinggi. 6) Penghindaran pemborosan tenaga kerja, modal, alat-alat, dan sumber
produksi lainnya sewaktu bekerja.
23
8) Peningkatan dan pengamanan produksi dalam rangka industrialisasi dan pembangunan.
Dari beberapa pendapat, maka dapat disimpulkan bahwa maksud dan tujuan dari pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk meningkatkan semangat kerja, efektivitas dan efisiensi perusahaan serta menciptakan kondisi kerja yang nyaman dan aman bagi semua pihak dalam perusahaan.
6. Pengertian Kesehatan Kerja
Kesehatan merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita untuk menikmati hidup, baik dirumah maupun ditempat kerja. Tanpa kesehatan kita tidak dapat melakukan aktivitas yang produktif dalam suatu organisasi. Fakta ini dinyatakan oleh Health and Safety Executive (HSE) atau pelaksana keselamatan dan kesehatan kerja sebagai Good Health is Good Business (Kesehatan yang baik menunjang bisnis yang baik Ridley, 2008).
Menurut (Mangkunegara,2010:161), program kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik.
24
Menurut (Bennet dan Rumondang,2011:139), penyakit akibat kerja atau yang lebih dikenal sebagai manmadediseases, dapat timbul setelah seorang karyawan yang tadinya terbukti sehat memulai pekerjaannya. Memang tidak seluruh pekerjaan menimbulkan penyakit, yang jelas adalah ada pekerjaan yang menyebabkan beberapa macam penyakit, dan ada pula yang mencetuskannya. Baik penyebab maupun pencetus dapat dicegah sedini mungkin. Pencegahan dapat dimulai dengan pengendalian secermat mungkin pengganggu kerja dan kesehatan. Gangguan ini terdiri dari:
a. Beban kerja (ringan/sedang/berat ataufisik/mental/sosial)
b. Beban tambahan oleh faktor-faktor lingkungan kerja seperti faktor fisik, kimia, biologis, dan psikologis
c. Kapasitas kerja, atau kualitas karyawan itu sendiri yang mencangkup kemahiran, umur, daya tahan tubuh, jenis kelamin, gizi, ukuran tubuh, dan motivasi kerja
Keadaan lingkungan yang dapat menimbulkan keadaan tidak sehat dan berbahaya:
a. Suhu dan kelembaban udara b. Kebersihan udara
c. Penerangan dan kuat cahaya d. Kekuatan bunyi
e. Cara kerja dan proses kerja f. Udara, gas-gas yang bertekanan
25
g. Keadaan mesin, perlengkapan dan peralatan kerja bahan-bahan h. Keadaan lingkungan setempat
Menurut (Ranupandojodan Husnan,2002:263), program kesehatan fisik yang dibuat oleh perusahaan sebaiknya terdiri dari salah satu atau keseluruhan elemen elemen berikut ini :
a. Pemeriksaan kesehatan pada waktu karyawan pertama kali diterima bekerja.
b. Pemeriksaan keseluruhan para karyawan kunci (key personal) secara periodik
c. Pemeriksaan kesehatan secara sukarela untuk semua karyawan secara periodik.
d. Tersedianya peralatan dan staf media yang cukup
e. Pemberian perhatian yang sistematis yang preventif masalah ketegangan.
Manusia sebagai sumber daya memiliki peran yang sangat penting diperusahaan. Kehadiran manusia menjadi penting karena manusia tidak dapat digantikan oleh kecanggihan mesin. Oleh sebab itu kesehatan manusia sudah selayaknya diperhatikan agar tidak mengganggu proses produksi. Wahid Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin (2011:101) mengemukakan bahwa: “ Sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata bebas dari penyakit dan cacat atau kelemahan”. Sedangkan Anwar Prabu Mangkunegara (2010:161),
26
mengemukakan bahwa: “kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja”.
Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, “kesehatan adalah keadaaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis. Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan semangat kerja yang optimal”. Sedangkan Suma’mur (2011: 1) mengemukakan bahwa: Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor–faktor pekerja dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.
Sedangkan Moenir, A.S(2013:207) mengemukakan bahwa, “kesehatan kerja merupakan suatu usaha dan keadaan yang memungkinkan seseorang mempertahankan kondisi kesehatannya dalam pekerjaannya untuk mewujudkan semangat kerja yang tinggi”.
Program kesehatan kerja merupakan suatu hal penting dan perlu diperhatikan oleh pihak pengusaha. Karena dengan adanya program kesehatan yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang
27
lebih menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama. Menurut Werner (2009:267) istilah kesehatan dan keselamatan kerja mengacu pada kondisi psikologis fisik dan psikologis pekerja yang merupakan hasil dari lingkungan yang diberikan oleh perusahaan. Jika suatu perusahaan melakukan pengukuran keamanan dan kesehatan yang efektif, semakin sedikit pegawai yang mengalami dampak penyakit jangka pendek atau jangka panjang akibat bekerja di perusahaan tersebut.
Dari pendapat-pendapat yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan pengertian kesehatan adalah suatu kondisi yang mengusahakan agar sejahtera baik secara fisik, mental, dan sosial dengan usaha-usaha tertentu untuk mewujudkannya.
7. Indikator Kesehatan Kerja
Indikator-indikator variabel kesehatan kerja adalah sebagai berikut : BasirBarthos(2012:138)
a. Fasilitas pekerja yang memadai b. Pemeriksaan kesehatan
c. Konsumsi yang layak
8. Pengertian Keselamatan Kerja
Menurut Suma‘mur (2011:1), keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
28
melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja berada dalam segala tempat kerja, baik di darat, dalam tanah, permukaan didalam air maupun di udara. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja, mengingat resiko bahayanya adalah penerapan teknologi, terutama teknologi tinggi dan mutakhir. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja.
Tujuan keselamatan kerja adalah melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja dan memelihara sumber produksi dan dipergunakan secara aman dan efisien. Keselamatan kerja adalah sarana utama pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja. Kecelakaan selain menjadi sebab hambatan-hambatan langsung juga merupakan kerugian-kerugian secara tidak langsung yakni kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan pada lingkungan kerja, dan lain-lain. Biaya-biaya sebagai akibat kecelakaan kerja, baik langsung atau tidak langsung cukup bahkan kadang-kadang sangat atau terlampau besar.
Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari berbagai ancaman disekitarnya dan pada dirinya yang dapat menimpa dan mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya. Jadi sangat jelas bahwa keselamatan kerja adalah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja. Dalam hubungan
29
ini,bahayayang dapat timbul dari mesin, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, keadaan tempat kerja, lingkungan, cara melakukan pekerjaan, karakteristik fisik dan mental dari pekerjanya harus dikendalikan.
Menurut Suma‘mur(2011:3) 85% dari sebab-sebab kecelakaan adalah faktor manusia. Maka dari itu, usaha-usaha keselamatan selain ditujukan kepada teknik mekanik juga harus memperhatikan secara khusus aspek manusiawi. Dalam hubungan ini, pendidikan dan penggairahan keselamatan kerja kepada tenaga kerja merupakan sarana penting. Sekalipun upaya-upaya pencegahan telah maksimal, kecelakaan masih mungkin terjadi, dan dalam hal inilah besar peranan kompensasi kecelakaan sebagai suatu segi jaminan sosial bagi meringankan beban penderita.
Setiap perusahaan atau industri memiliki tingkat resiko kecelakaan yang berbeda-beda, namun setiap perusahaan selalu berusaha mencegah atau menghindari resiko tersebut. Anwar Prabu Mangkunegara (2010:161) mengemukakan bahwa: “ Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja”. Pendapat lain dikemukakan oleh Daryanto (2013:146), yang mengemukakan bahwa: “Keselamatan kerja ialah selamatnya karyawan, alat-alat kerja dan perusahaan serta produksi dan daerah lingkungannya, sehingga perlu pada waktu karyawan bekerja, topi, helm pengaman, sarungtangan, kacamata pengaman, masker pelindung muka”.
30
Pengertian program kesehatan kerja menurut Mangkunegara (2010:161): “Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja.” Sedangkan menurut Suma’mur (2011:1), “Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannyaserta cara– cara melakukan pekerjaan.”
Dari penjelasan beberapa ahli, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian keselamatan adalah selamatnya karyawan, alat produksi dan perusahaan serta lingkungannya dari kerusakan dan penderitaan..
9. Indikator Keselamatan Kerja
Indikator-indikator variabel keselamatan kerja adalah sebagai berikut : Daryanto 2013:1)
a. Ketersediaan Alat perlindungan diri b. Tunjangan kecelakaan kerja
c. Penempatan rambu atau peringatan
10. Syarat-syarat Keselamatan Kerja
Upaya untuk memaksimalkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, baik karyawan, perusahaan maupun pemerintah. Oleh sebab itu pihak perusahaan beserta karyawan harus mengetahui syarat-syarat Keselamatan Kerja sesuai
31
dengan Undang-undang No 1 Tahun 1970 yang telah ditetapkan oleh pemerintah,yaitu:
1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2) Mencegah dan mengurangi dan memadamkan kebakaran. 3) Mencegah dan mengurangi bahayapeledakan.
4) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
5) Memberi pertolongan pada kecelakaan.
6) Memberi alat-alat pelindung diri pada para pekerja.
7) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu kotoran, asap, uap, gas, hembusan, angin, cuaca,sinar radiasi, suara dan getaran.
8) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
9) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
10) Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik. 11) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
12) Memelihara kebersihan, kesehatan, ketertiban.
13) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerja.
14) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman dan barang.
32
15) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
16) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang.
17) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
18) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah lagi
Daryanto (2013:1) mengemukakan bahwa: “pencegahan kecelakaan dalam industri tidak hanya terpusat pada keahlian, kita harus mengetahui bagaimana bekerja tanpa melukai diri sendiri atau membahayakan rekan kerja yang lain”.
Dari pendapat yang telah dikemukakan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja. Secara umum harus dapat melindungi tenaga kerja serta mesin dan lingkungan perusahaan dalam menunjang produksi perusahaan.
11. Ruang Lingkup Keselamatan dan KesehatanKerja
Keselamatan dan kesehatan kerja memiliki ruang lingkup, Basir Barthos (2012:138) mengemukakan bahwa:
1) Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja berlaku disetiap tempat kerja yang mencakup 3 (tiga) unsur pokok (tenaga kerja, bahaya kerja, dan usaha baik bersifat ekonomis maupun sosial)
2) Ketentuan K3 berkaitan dengan perlindungan: a. Tenaga kerja
33
b. Alat, bahan, dan mesin c. Lingkungan
d. Proses produksi e. Sifat pekerjaan f. Cara kerja
3) Persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja ditetapkan sejak perencanaan, pembuatan, pemakaian barang ataupun produk teknis dan seterusnya.
4) Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tanggung jawab semua pihak, khususnya pihak yang terkait dengan proses penyelenggaraan suatu usaha.
John (2014:108) mengemukakan bahwa:” usaha keselamatan kerja ditujukan pada tiga sub-sistem dalam sistem mikro atau lingkungan intern perusahaan yang meliputi usaha yang diarahkan pada lingkungan fisik, pada manusia sebagai karyawan, dan yang ketiga diarahkan pada sistem manajemen”. Sedangkan Ronald (2014:139) mengemukakan bahwa: “Lingkup manajemen keselamatan dan kesehatan kerja tidak terbatas pada penanganan kecelakaan atau tindakan kuratiflainnya, tetapi yang utama adalah menciptakan suatu lingkungan kerja yang aman dan sehat”.
Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa ruang lingkup program Keselamatan dan Kesehatan Kerja meliputi semua aspek yang ada dalam perusahaan dan sekitar perusahaan.
34 12. Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja
Penggunaan teknologi dalam proses produksi pada perusahaan memiliki kecenderungan mengakibatkan kecelakaan bagi penggunanya, olehsebab itu penerapan dan pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja perlu lebih diperhatikan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi para pekerjanya. Namun hal tersebut bukan semata-mata menjadi kewajiban pihak perusahaan saja, semua pihak yang terkait dalam perusahaan harus melaksanakan perannya masing-masing dalam mengoptimalkan K3 sehingga angka kecelakaan ditempat kerja dapat dihindari.
Randall (2013:207) mengemukakan bahwa “kecelakaan bergantung pada perilaku pekerja, tingkat bahaya dalam lingkungan pekerjaan, dan semata-mata nasib sial”. Sedangkan Sumanto Imam Khasani (2010:7) mengemukakan bahwa “sikap dan tingkah laku pekerja yang lalai, menganggap remeh setiap kemungkinan bahaya dan enggan memakai alat pelindung diri menempati urutan pertama penyebab kecelakaan”.
Tasliman (2011:8) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja dibedakan menjadi dua, yaitu: “ faktor pertama adalah kecelakaan yang disebabkan kesalahan manusia (humanerror) seperti kelalaian, hilangnya konsentrasi waktu kerja, dan sikap mental kerja. Faktor kedua penyebab kecelakaan adalah faktor lingkungan kerja seperti alat dan mesin perkakas yang berbahaya, sistem kerja yang
35
tidak aman, bahan dan material yang berbahaya, dan bahaya dari panas dan api”. Menurut Suma’mur (2011:96) penyakit kerjadi bedakan berdasarkan faktor penyebabnya, antara lain:” 1) golongan fisik seperti suara, radiasi sinar radioaktif, suhu yang tinggi, tekanan yang tinggi, penerangan lampu yang kurang baik. 2) Golongan chemist, yaitu seperti debu, uap, gas, larutan. 3) golongan infeksi, seperti bibit penyakit dan brucella. 4) golongan fisiologi sseperti kesalahan-kesalahan konstruksi mesin, sikap badan yang kurang baik, dan cara melakukan pekerjaan. 5) golongan mental-psikologis, seperti hubungan kerja yang tidak baik”.
Pencegahan terhadap terjadinya kecelakaan kerja perlu dilakukan sedini mungkin dan secermat mungkin, oleh sebab itu perlu diperhatikan terlebih dahulu faktor-faktor pengganggu kerja dan kesehatan.
Dalam usaha tersebut Susilo (2012:67) mengemukakan bahwa hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja antara lain:
1) Menjaga kesehatan karyawan dari gangguan penglihatan, pendengaran, kelelahan dan sebagainya (pengendalian suara bising, pengaturan penerangan tempat kerja, pengaturan suhu udara, pengaturan warna, fasilitas istirahat dan sebagainya).
2) Penyediaan fasilitas-fasilitas pengobatan dan pemeriksaan kesehatan bagi karyawan dengan berbagai kemudahan, sehingga terjangkau bagi setiap
36
karyawan yang memerlukan (termasuk penyediaan dokter dengan segenap aparatnya).
Dari uraian tersebut diatas jelas bahwa program Keselamatan dan Kesehatan Kerja akan terlaksana dengan baik mana kala semua pihak di perusahaan mengetahui serta mematuhi peran dan kewajiban masing-masing dalam perusahaan.
13. Hubungan Kesehatan Kerja dengan Semangat Kerja Karyawan
Kesehatan kerja yang baik adalah dengan mengadakan pemeriksaan jasmani kepada semua karyawan, pemeriksaan jasmani secara berkala kepada semua karyawan, menyiapkan fasilitas klinik dan peralatan, menyiapkan tenaga dokter dan spesialis, kerjasama dengan psikiater. Menurut Moenir, A.S(2010:207) jika semua hal-hal tersebut dipenuhioleh perusahaan, maka karyawan akan bekerja dengan tenang tanpa ada rasa takutakan terjadinya kecelakaan atau terganggunya kesehatan mereka akibat pekerjaan, sehingga hal ini dapat memacu semangat kerja karyawan dalam mengerjakan tugas-tugasnya.
Penelitian mengenai kesehatan kerja berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan. Didukung oleh peneltian trdahulu yang dilakukan oleh Fachru (2013) yang menjelaskan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kesehatan kerja dengan semangat kerja karyawan.
37 14. Hubungan Keselamatan Kerja dengan Semangat Kerja Karyawan
Menurut Khasani (2010:7) menyatakan bahwa perusahaan harus mengerti bahwa keselamatan kerja yang baik adalah dengan memberikan karyawan alat pelindung diri, memperhatikan kondisi alat kerja, melakukan perawatan alat, menyediakan bahan baku yang baik, memberikan penerangan/ pencahayaan yang baik di lokasi kerja, serta kebersihan dan ketertiban yang terjaga. Jika perusahaan dapat memenuhi hal-hal tersebut maka karyawan akan bekerja dengan lebih nyaman tanpa ada rasa khawatir akan terjadi kecelakaan kerja, sehingga karyawan lebih semangat lagi dalam bekerja.
Penelitian mengenai keselamatan kerja terhadap semangat kerja karyawan sangat berpengaruh. Seperti peneltian yang dilakukan oleh Doni (2009) yang menjelaskan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara keselamatan kerja dengan semangat kerja karyawan.
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pikir merupakan alur penlitian yang akan dilakukan, dimana dalam penelitian ini akan dilakukan analisis mengenai pengaruh kesehatan, dan keselamatan kerja terhadap semangat kerja karyawan PT Air Minum A3 Fresh O2 Bondowoso. Perrusahaan menyediakan fasilitas–fasilitas kesehatan dan keselamatan kerja, antara lain alat pelindung diri (APD), induksi K3, inspeksi K3, safety meeting, safety talk, penyelidikan kecelakaan, pendidikan dan latihan yang berkaitan dengan K3, pemeriksaan kesehatan, pemasangan rambu–rambu
38
keselamatan kerja, pengadaan alat bantu untuk mengangkat kemasan air minum A3 Fresh O2.
Menurut Moenir, A.S(2010:207) jika semua hal-hal tersebut dipenuhioleh perusahaan, maka karyawan akan bekerja dengan tenang tanpa ada rasa takutakan terjadinya kecelakaan atau terganggunya kesehatan mereka akibat pekerjaan, sehingga hal ini dapat memacu semangat kerja karyawan dalam mengerjakan tugas-tugasnya, dan perusahaan harus mengerti bahwa keselamatan kerja yang baik adalah dengan memberikan karyawan alat pelindung diri, memperhatikan kondisi alat kerja, melakukan perawatan alat, menyediakan bahan baku yang baik, memberikan penerangan/ pencahayaan yang baik di lokasi kerja, serta kebersihan dan ketertiban yang terjaga, sehingga karyawan lebih semangat lagi dalam bekerja (Sumanto, 2010:7). Kerangka pikir penelitian dapat disajikan pada gambar 2.
Gambar 2.1
Hubungan Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja dan Semangat Kerja Karyawan
Kesehatan Kerja (X1)
Menurut Barthos (2012; 138) Indikator:
a. Fasilitas pekerja yang memadai
b. Pemeriksaan kesehatan
c.
Konsumsi yang layak Keselamatan Kerja (X2) Menurut Daryanto (2013; 1) Indikator: a. Ketersediaan alat perlindungan diri b. Tunjangan kecelakaan kerjac.
Penempatan rambu atau peringatanSemangat Kerja Karyawan(Y) Menurut Lateiner dan Tohardi
(2012: 15) Indikator:
a. Keinginan untuk belajar dan mengembangkan diri
b. Disiplin karyawan
c. Bertanggung jawab terhadap pekerjaan
39
Dari kerangka pemikiran diatas, peneliti berpendapat bahwa kesehatan meliputi fasilitas pekerja yang memadai, pemeriksaan kesehatan, dan konsumsi yang layak (Basir, 2012:138), dan keselamatan kerja meliputi ketersediaan alat perlindungan diri, tunjangan kecelakaan kerja, penempatan rambu atau peringatan (Daryanto, 2013:1) berpengaruh terhadap semangat kerja meliputi keinginan untuk belajar dan mengembangkan diri, disiplin karyawan, Bertanggung jawab terhadap pekerjaan (Lateiner dan Tohardi, 2012:15). Menurut Moenir, A.S (2010:207) jika semua hal-hal tersebut dipenuhioleh perusahaan, maka karyawan akan bekerja dengan tenang tanpa ada rasa takutakan terjadinya kecelakaan atau terganggunya kesehatan mereka akibat pekerjaan, sehingga hal ini dapat memacu semangat kerja karyawan dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Dan Sumanto Imam Khasani (2010:7) menyatakan bahwa perusahaan harus mengerti bahwa keselamatan kerja yang baik adalah dengan memberikan karyawan alat pelindung diri, memperhatikan kondisi alat kerja, melakukan perawatan alat, menyediakan bahan baku yang baik, memberikan penerangan/ pencahayaan yang baik di lokasi kerja, serta kebersihan dan ketertiban yang terjaga. Jika perusahaan dapat memenuhi hal-hal tersebut maka karyawan akan bekerja dengan lebih nyaman tanpa ada rasa khawatir akan terjadi kecelakaan kerja, sehingga karyawan lebih semangat lagi dalam bekerja.
40 D. Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2012) berpendapat bahwa “hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori dan relevan, belum didasarkan atas fakta-fakta empiris yang diperoleh dari pengumpulan data”. Hipotesis yang diperoleh dari uraian yang berdasarkan teori dan peneitian terdahulu diatas adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Kesehatan Kerja Terhadap Semangat Kerja Karyawan
Kesehatan merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita untuk menikmati hidup, baik dirumah maupun ditempat kerja. Tanpa kesehatan kita tidak dapat melakukan aktivitas yang produktif dalam suatu organisasi. Fakta ini dinyatakan oleh Health and Safety Executive (HSE) atau pelaksana keselamatan dan kesehatan kerja sebagai “Good Health is Good Business‘ (kesehatan yang baik menunjang bisnis yang baik Ridley,2008).
Hubungan kesehatan kerja terhadap semangat kerja karyawan adalah: Setiap perusahaan perlu memelihara kesehatan kerja para karyawannya, yaitu yang menyangkut kesehatan fisik maupun mental, Kesehatan para karyawan yang buruk akan mengakibatkan kecendrungan tingkat absensi yang tinggi dan produksi yang rendah. Apabila pegawai dapat dipenuhi kebutuhan gizinya dan berbadan sehat, maka akan lebih kuat bekerja, karyawan yang kuat bekerja pasti memiliki samangat kerja yang tinggi didalam perusahaan.
41
Penelitian yang dilakukan Fachru (2013) menyebutkan bahwa variabel kesehatan kerja berpengaruh positif terhadap semangat kerja pada PT. Amanah Anugerah Adi Mulia.
Berdasarkan telaah teoritis yang disampaikan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan suatu hipotesis yang mewakili pengaruh antara kesehatan kerja dengan semangat kerja karyawan pada perusahaan air minum merek A3 Fresh O2, sebagai berikut :
H1 :Kesehatan Kerja berpengaruh positif terhadap Semangat Kerja Karyawan. Semakin tinggi kesehatan kerja maka semakin tinggi semangat kerja karyawan.
2. Pengaruh Keselamatan Kerja Terhadap Semangat Kerja Karyawan
Menurut Suma‘mur (2011:1), keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja berada dalam segala tempat kerja, baik didarat, dalam tanah, permukaan air didalam air maupun di udara. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja, mengingat resiko bahayanya adalah penerapan teknologi, terutama teknologi tinggi dan mutakhir. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya,dan masyarakat pada umumnya.
42
Hubungan keselamatan kerja terhadap semangat kerja karyawan adalah Keselamatan yang tinggi dapat menciptakan kondisi yang mendukung kenyamanan serta kegairahan dalam kerja, sehingga faktor manusia dapat diserasikan dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Keselamatan dan kesehatan kerja yang dilaksanakan dengan partisipasi pengusaha dan karyawan akan membawa iklim keamanan dan ketenangan kerja, selain itu juga dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja karyawan akan merasa aman dan nyaman dalam melalukan pekerjaan karena adanya pelindung diri dan pengamanan pada mesin sehingga akan terhindar dari kecelakaan yang fatal dan merugikan karyawan maupun perusahaan itu sendiri. Penelitian yang dilakukan Iriyanti (2016) menyebutkan bahwa keselamatan kerja berpengaruhpositif semangat Kerja Karyawan Bagian Produksi Cahaya Timur Offset Yogyakarta.
Berdasarkan telaah teoritis yang disampaikan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan suatu hipotesis yang mewakili pengaruh antara keselamatan kerja dengan semangat kerja karyawan pada perusahaan air minum merek A3 Fresh O2, sebagai berikut :
H2 :Keselamatan Kerja berpengaruh positif terhadap Semangat Kerja Karyawan. Semakin tinggi keselamatan kerja maka semakin tinggi semangat kerja karyawan.