• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

MODEL KURIKULUM

SEKOLAH MENENGAH

PERTAMA (SMP)

KONTEKS MASYARAKAT URBAN SOSIAL EKONOMI RENDAH

INSPIRASI DIVERSIFIKASI KURIKULUM

(Latar Kota Administrasi Jakarta Timur, DKI Jakarta)

Pusat Kurikulum dan Perbukuan

(3)

Hak Cipta @2020 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang-Undang

INSPIRASI DIVERSIFIKASI KURIKULUM (Latar Kota Administrasi Jakarta Timur, DKI Jakarta) MODEL KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP):

KONTEKS MASYARAKAT URBAN SOSIAL EKONOMI RENDAH

ISBN: 978-602-244-362-9

Penyusun/Penulis Naskah:

Nina Purnamasari (Puskurbuk) Reni Diastu (Puskurbuk)

Dewi Sri Handayani (SMP Al Izhar Jakarta) Sri Wahyuni (SMPN 231 Jakarta)

Gugun Gunawan (SMP Islam Al Azhar Jakarta) Nopis Wandi (SMPN 244 Jakarta)

Indah Novitasari (SMPN 99 Jakarta)

Kontributor:

Slamet Wibowo (Puskurbuk) Neneng Kadariyah (Puskurbuk) Sutjipto (Puskurbuk)

Satriwan (SMA Lab School Jakarta) Rakhmat Hidayat (UNJ)

SMP Negeri 26 Jakarta, Kota Jakarta Timur, DKI Jakarta (sebagai basis pengembangan model) SMP Negeri 30 Bandung, Kota Bandung, Jabar (sebagai sekolah uji coba model)

SMP Negeri 31 Bandung, Kota Bandung, Jabar (sebagai sekolah uji coba model) SMP Negeri 7 Bandung, Kota Bandung, Jabar (sebagai sekolah uji coba model) SMP Negeri 14 Bandung, Kota Bandung, Jabar (sebagai sekolah uji coba model) SMP Negeri 172 Jakarta, Kota Jakarta Timur, Jakarta (sebagai sekolah uji coba model) SMP Negeri 168 Jakarta, Kota Jakarta Timur, Jakarta(sebagai sekolah uji coba model) SMP Negeri 139 Jakarta, Kota Jakarta Timur, Jakarta(sebagai sekolah uji coba model) SMP Negeri 99 Jakarta, Kota Jakarta Timur, Jakarta(sebagai sekolah uji coba model) SMP Negeri 195 Jakarta, Kota Jakarta Timur, Jakarta(sebagai sekolah uji coba model) SMP Negeri 202 Jakarta, Kota Jakarta Timur, Jakarta (sebagai sekolah uji coba model)

P

usat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) yang salah satu tugas dan fungsinya adalah fasilitasi pengembangan kurikulum dalam rangka penyiapan bahan kebijakan teknis pengembangan kurikulum. Salah satu program Puskurbuk tahun 2020 adalah melakukan pengembangan model kurikulum kontekstual satuan pendidikan. Pengembangan model kurikulum kontekstual satuan pendidikan dimaksudkan untuk memberikan inspirasi kepada satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum operasional sesuai dengan potensi lingkungan serta memperha kan prioritas pembangunan daerahnya.

Pengembangan model kurikulum kontekstual dilakukan dengan memilih latar daerah dan satuan pendidikan di daerah latar untuk diiden fi kasi karakteris k dan dukungan sumber dayanya. Pengembangan model kontekstual juga merujuk pada kebijakan pembangunan daerah, serta beberapa data pendukung untuk menguatkan konteks yang ingin dibangun dalam model. Model kurikulum kontekstual ini disusun dengan merujuk pada Kurikulum 2013 yang pelaksanaannya disesuaikan dengan konteks yang dibangun di satuan pendidikan. Model kurikulum ini memperha kan berbagai dinamika di masyarakat dan kebijakan pendidikan, kecuali pandemi Covid-19 yang memindahkan pembelajaran dari ruang kelas ke rumah.

Tahun 2020 ini, dikembangkan 3 model kurikulum kontekstual, yaitu (1) Model Kurikulum Sekolah Dasar (SD): Konteks Masyarakat Pertanian Daerah Tandus di Kabupaten Gunungkidul (DI Yogyakarta), (2) Model Kurikulum Sekolah Menengah Pertama (SMP): Konteks Daerah Urban Sosial Ekonomi Rendah di Kota Administrasi Jakarta Timur (DKI Jakarta), dan (3) Model Kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA): Konteks Masyarakat Pertanian di Kabupaten Nganjuk (Jawa Timur). Pengembangan model kurikulum kontekstual ini mengacu pada aturan minimum penyusunan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dengan modifi kasi format yang lebih operasional agar kebermaknaan dan ngkat keterbacaan nggi.

KATA PENGANTAR

Diterbitkan oleh:

Pusat Kurikulum dan Perbukuan

Badan Peneli an dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020.

(4)

Model ini menawarkan beberapa rancangan program yang terintegrasi sebagai prak k pengetahuan yang nyata bagi peserta didik sebagai suatu inovasi kurikulum di satuan pendidikan. Harapannya model kurikulum kontekstual ini menginspirasi satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai konteks daerahnya sehingga dapat menjawab permasalahan di masyarakat dan memberikan kontribusi pada pembangunan sumber daya manusia di daerah.

Jakarta, 30 Desember 2020 Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan

Maman Fathurrohman, S.Pd.Si., M.Si., Ph.D.

Halaman Sampul ... i

Tim Penyusun ... ii

Kata Pengantar ... iii

Da ar Isi ... v

Pengembangan Model Kurikulum Kontekstual Satuan Pendidikan ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Acuan Penyusunan Kurikulum ... 4

C. Tujuan ... 6

D. Ruang Lingkup ... 6

BAB II SATUAN PENDIDIKAN DI MASYARAKAT URBAN ... 7

A. Kebutuhan Satuan Pendidikan ... 7

B. Kondisi Daerah Urban ... 8

C. Kondisi Kependudukan ... 11

D. Kondisi Sosiokultural Masyarakat Pengguna Layanan Pendidikan SMP ... 12

E. Kebijakan Pemerintah Daerah ... 13

F. Kondisi Satuan Pendidikan di Salah Satu Daerah Urban ... 15

BAB III KONTEKSTUALISASI KURIKULUM SEKOLAH DI DAERAH URBAN ... 17

A. Visi Satuan Pendidikan ... 20

B. Misi Satuan Pendidikan ... 20

C. Struktur Kurikulum SMP ... 21

D. Ragam Program dalam Pembelajaran ... 24

E. Jadwal Satuan Pendidikan ... 36

BAB IV RANCANGAN PEMBELAJARAN KURIKULUM DAERAH URBAN ... 37

A. Merdeka Belajar Menurut Ki Hadjar Dewantara ... 37

B. Rancangan Pembelajaran yang Sederhana, Kontekstual, dan Bermakna untuk Daerah Urban ... 39

Da ar Pustaka ... 67

DAFTAR ISI

(5)

PENGEMBANGAN MODEL KURIKULUM

KONTEKSTUAL SATUAN PENDIDIKAN

I

s lah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) muncul sejak dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Satuan pendidikan diberikan kewenangan untuk menyusun kurikulum operasionalnya sendiri dengan kebutuhan masyarakat sekitar, sebagai cerminan kehidupan nyata peserta didik dengan tetap mengacu pada pencapaian tujuan pendidikan nasional yang selaras dengan arah kebijakan pembangunan Daerah. Pengembangan kurikulum kontekstual di satuan pendidikan sangat tepat dalam konteks Indonesia yang memiliki kemajemukan baik ‘kemajemukan horizontal’ (etnis, agama, bahasa, dan budaya) maupun ‘kemajemukan ver kal’ (kelas sosial-ekonomi, desa-kota, Jawa-non Jawa). Kurikulum kontekstual tentunya akan dituangkan dalam pembelajaran kontekstual yang harapannya akan mendekatkan peserta didik dengan konteks kehidupan yang melingkupinya, baik secara ekonomi, poli k, dan sosial budaya.

Kontruksi kurikulum secara nasional yang berupa ide, desain, struktur kurikulum dan pedoman kurikulum untuk implementasinya diperlukan penyiapan pela han bagi pelaksanan dan sistem monitoring dan evaluasinnya sebelum diterapkan di satuan pendidikan. Selanjutnya, satuan pendidikan dalam menyusun kurikulum operasionalnya perlu melakukan analisis konteks atau iden fi kasi kebutuhan satuan pendidikan yang disesuaikan dengan ketersediaan sumber daya dalam menerapkan kurikulum nasional sesuai konteks daerah dan masyarakat, dan tentu kebijakan pemerintah daerah. Hasil dan dampak kurikulum dapat dilihat keberhasilannya dari implementasinya di satuan pendidikan. Implementasi kurikulum ini perlu evaluasi hasil dan dampaknya untuk perbaikan implementasi kurikulum selanjutnya.

Tahap pengembangan model kurikulum kontekstual mengiku alur pengembangan berikut. Gambar 1. Alur pengembangan kurikulum Kebijakan Daerah Pemberdayaan Keluarga, DUDI, Masyarakat Konstruksi Kurikulum Ide, Desain, Struktur Kurikulum, Pedoman Implementasi Pela han, Persiapan, Pelaksanaan, Monev Satuan Pendidikan Analisis Konteks, Rancangan KTSP, Daya Dukung Hasil dan Dampak Kurikulum

(6)

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang pertumbuhan penduduknya begitu cepat. Hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan sektor ekonomi turut berkembang cepat, khususnya di daerah perkotaan. Dengan adanya daya tarik berupa pertumbuhan ekonomi yang bagus, maka membuat masyarakat pedesaan tertarik untuk menuju ke kota. Alasan utama urbanisasi yang dilakukan masyarakat desa menuju kota adalah pengharapan untuk dapat merubah nasib menjadi lebih baik melalui par sipasinya dalam perkembangan perekonomian (Sholikhah, 2019).

Masyarakat urban yang dimaskud pada konteks ini mengacu pada KBBI, kata urban memiliki dua penger an yakni sesuatu hal yang berkenaan dengan kota (bersifat kekotaan) dan orang yang berpindah dari desa ke kota. Masyarakat urban pada umumnya sangat beragam, karena masing-masing penduduk membawa latar belakang yang berbeda tergantung dari asal usulnya.

Masyarakat urban (urban society) adalah pologi masyarakat yang memiliki ke-anekaragaman yang sangat beragam. (Menurut Kartono dalam Ar ani, 2011), Kata urban menunjuk pada ciri dan cara hidup yang khas memiliki suasana kehidupan dan penghidupan modern dapat disebut daerah perkotaan. Keanekaragaman itu antara lain latar belakang etnis, ras, sosial ekonomi, pekerjaan, pendidikan dan agama. Keanekaragaman itu menjadi masyarakat

urban sebagai masyarakat yang cair dan dinamis. Hal ini secara kontras

membedakan dengan masyarakat per desaan. Masyarakat urban sering juga disebut sebagai masyarakat per kotaan.

PENDAHULUAN

1

(7)

Perkembangan pertambahan penduduk di kota juga dibarengi dengan perkem-bangan teknologi informasi yang pesat pula. Oleh karena itu, masyarakat ur-ban seringkali merujuk pada masyarakat yang nggal di perkotaan dan lekat dengan karakter kekotaan yang terepresentasi melalui kepemilikan maupun ketrampilan atas teknologi informasi.

Pada konteks lain, dewasa ini sebagian besar masyarakat sudah menjadi warga urban. Seper yang dikatakan oleh Divisi Populasi Departemen PBB urusan Ekonomi dan Sosial bahwa, “Saat ini (2016) 54 persen dari populasi dunia nggal di wilayah urban, proporsi yang diperkirakan akan meningkat menjadi sebesar 68 persen pada tahun 2050” (unic-jakarta.org).Menurut World Bank, terdapat ga hal yang menyebabkan pertumbuhan populasi di daerah urban, yaitu perpindahan masyarakat dari desa ke kota (25-30%), perluasan kota menuju perbatasan perdesaan (30-40%), dan pertumbuhan alami (35-40%). Jumlah populasi penduduk urban yang semakin padat menimbulkan permasalahan seper masalah lingkungan (sampah dan penanganannya, penataan lingkungan warga), banjir dan pengelolaannya, maupun masalah sosial lainnya. Masyarakat urban yang hidup di suatu lingkup tertentu biasanya akan menghadapi masalah yang serupa terkait dengan lingkungan, keadaan ekonomi, sosial, budaya, alam, dan teknologi kekinian. Berbagai permasalahan

ini sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak usia sekolah. Pendekatan sebagai solusi berbagai permasalahan di daerah urban antara lain melalui peningkatan pengetahuan masyarakat melalui pendidikan dan penguatan keterkaitan antar masyarakat (LIPI, 2019).

Kompleksitas masyarakat urban merupakan bentuk keragaman masyarakat yang harus dipelajari dan menjadi sumber pembelajaran oleh satuan pendidikan. Satuan pendidikan yang berada di daerah urban sangat menarik jika pembelajarannya didekatkan dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik seper pusat pemerintahan, dekat dengan daerah bisnis atau sentra perdagangan, dekat aliran sungai, banyaknya home industry, memanfaatan sumber daya teknologi informasi dan komunikasi (misalnya menjadi content creator) yang dikaitkan dengan program literasi pada beragam bidang. Pembelajaran berbasiskan konteks masyarakat urban akan membawa murid memiliki pemahaman dan kesadaran yang pada akhirnya dapat mengangkat harkat hidup masyarakat urban. Lebih dari itu dapat memberdayakannya dengan mendekatkan pembelajaran di sekolah yang berkontribusi posi f bagi masyarakat di lingkungan

Kurikulum merupakan salah satu sarana untuk mewujudkan tujuan pendidikan maka diperlukan pembaharuan kurikulum. Kurikulum pendidikan nasional dikembangkan berdasarkan Kompetensi Dasar yang disusun berdasarkan

sumber: dezeen.com

Gambar 2. Kepadatan pemukiman di daerah urban.

sumber: klikkabar.com

(8)

kebutuhan lulusan saat ini maupun di masa mendatang, serta harus dapat dipertanggungiawabkan kepada masyarakat. Dengan demikian, daerah diharapkan dapat menyusun kurikulum sendiri sesuai dengan aspirasi, kebutuhan, dan kemampuan daerah dengan tetap berpatokan pada standar nasional (Pradita, 2019)

Pembelajaran yang diharapkan tertuang dalam Kurikulum Satuan Pendidikan. Kurikulum ini merupakan kurikulum operasional dalam bentuk perencanaan ak vitas pembelajaran dan pembudayaan satuan pendidikan secara tekstual maupun kontekstual pada bidang intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler untuk mencapai visi, misi, dan tujuan pendidikannya yang disusun, dikembangkan, ditetapkan, dan dilaksanakan oleh satuan pendidikan (Permendikbud Nomor 61 Tahun 2014).

Kurikulum Satuan Pendidikan merupakan suatu pekerjaan yang kompleks dan memerlukan cara pandang yang integral serta holis k. Pendekatan yang harus dilakukan adalah adaptasi terhadap perubahan dan tuntutan zaman, kini dan mendatang yang diterjemahkan dalam berbagai asas atau landasan, seper psikologis, sosiologis, sosial-budaya, pedagogis, organisatoris, empiris, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan lain sebagainya. Dalam konteks masyarakat urban seper dijelaskan diatas, sangat pen ng

untuk dikaji konten kurikulum satuan pendidikan seper apa yang perlu

dikembangkan bagi satuan pendidikan yang berada pada masyarakat urban.

B. Acuan Penyusunan Kurikulum

Penyusunan model inspirasi diversifi kasi kurikulum berlandaskan pada bebe-rapa acuan sebagai berikut.

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, yang diperbaharui dengan Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan diperbaharui lagi dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan. 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 tentang

Perangkat Daerah.

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.

8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota.

10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 79 Tahun 2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013.

12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Peker .

13. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19).

14. SE Sekjen Kemdikbud no.15/2020 Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah pada Masa Darurat.

15. Keputusan Mendikbud 719/P/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus.

(9)

C. Tujuan

Dari latar belakang di atas, penyusunan inspirasi diversifikasi kurikulum memiliki dua tujuan, yakni untuk: 1) menumbuhkembangkan pola penyusunan diversifikasi kurikulum satuan pendidikan (SMP) di daerah Urban; dan 2) mengarahkan kepada komunitas sekolah di mana pun berada agar dapat mengadaptasi atau mengadopsi secara kreatif dalam menyusun kurikulum sekolah mereka sehingga mudah mengimplementasikan dan memenuhi capaian pembelajaran serta kebutuhannya.

D. Ruang Lingkup

Di njau dari manajemen satuan pendidikan, maka penyusunan model inspirasi diversifi kasi kurikulum esensi dan muaranya adalah terwujudnya Kurikulum ngkat satuan pendidikan dengan konteks masyarakat urban. Dokumen KTSP paling sedikit terdiri atas ga lingkup, yakni: 1) buku I KTSP berisi sekurang-kurangnya visi, misi, tujuan, muatan, pengaturan beban belajar, dan kalender pendidikan; 2) buku II KTSP yang berin kan berisi silabus; dan 3) buku III KTSP berisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun sesuai potensi, minat, dan kemampuan peserta didik di lingkungan belajar.

A. Kebutuhan Satuan Pendidikan

Pemerintah terus mengupayakan peningkatan kualitas pelayanan pendidikan sebagai bagian dari kewajiban kons tusionalnya. Sebagaimana amanat

SATUAN PENDIDIKAN

DI MASYARAKAT URBAN

(Kebutuhan, Kondisi, dan Kebijakan)

sumber: www.smpn115-jkt.sch.id

Gambar 3. Kondisi bangunan satuan pendidikan di daerah perkotaan.

(10)

kons tusi yang tercantum dalam pasal 31 UUD 1945, se ap warga negara pada prinsipnya harus mendapatkan pendidikan yang layak. Jadi se ap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang memadai, dak terkecuali warga negara yang secara teritorial berada di daerah urban dengan berbagai kerentanan.

Satuan pendidikan yang terletak di daerah urban pada umumnya memiliki keterbatasan ruang, terutama untuk lapangan dan lokal kelas. Jumlah lokal kelas yang terbatas, dak cukup untuk menampung masyarakat sekitar yang ingin bersekolah. Hal ini sedikit banyak disebabkan karena penataan ruang kota yang kurang terencana dari awal, sehingga dak dimungkinkan untuk melakukan perluasan lokal satuan pendidikan.

Satuan pendidikan yang terletak di daerah urban pada umumnya memiliki sumber daya manusia yang unggul, pendanaan yang menunjang interaksi yang optimal antara pendidik dan peserta didik, sarana dan prasarana yang memadai, serta kemitraan yang mampu mendukung implementasi kurikulum Oleh karena itu tenaga pendidik dan kependidikan untuk daerah urban, diharapkan memiliki kompetensi profesional di bidangnya sehingga peka terhadap kesulitan ataupun kerentanan yang dihadapi oleh peserta didik yang bersifat pribadi. Ketika terjadi akibat dari suatu kerentanan, orang tua maupun komite sekolah diharapkan dapat dan mau berkoordinasi dengan pihak satuan pendidikan agar didapat solusi terbaik untuk peserta didik.

Kepala Sekolah sebagai manajer dari satuan pendidikan perlu membuat jejaring dengan berbagai pihak yang dapat mendukung kurikulum yang telah disusun oleh satuan pendidikan. Salah satu kerjasama, yang dapat dilakukan misalnya dengan memaksimalkan peran komite kepada pihak UMKM yang ada disekitar sekolah untuk mendukung program pengembangan kewirausahaan dan pembuat konten media sosial. Selain itu juga dapat bekerjasama dengan puskesmas untuk mendukung perbaikan kesehatan peserta didik, warga sekolah, dan lingkungan.

B. Kondisi Daerah URban

Konteks masyarakat urban dapat mengambil contoh DKI Jakarta. Menurut

Jakarta.go.id, provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah Kota administrasi

dan satu Kabupaten administratif, yakni: Kota administrasi Jakarta Pusat

dengan luas 47,90 km2, Jakarta Utara dengan luas 142,20 km2, Jakarta Barat dengan luas 126,15 km2, Jakarta Selatan dengan luas 145,73 km2, dan Kota administrasi Jakarta Timur dengan luas 187,73 km2, serta Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu dengan luas 11,81 km2. Di sebelah utara membentang pantai sepanjang 35 km, yang menjadi tempat bermuaranya 13 buah sungai dan 2 buah kanal. Di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi, sebelah barat dengan Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang, serta di sebelah utara dengan Laut Jawa.

Dari jumlah penduduk Jakarta mencapai 11.063.324 jiwa dan dibandingkan dengan luas wilayah yang mencapai 662,33 km², maka kepadatan di Jakarta mencapai 16.704 jiwa per km². Angka ini menjadi yang tertinggi di Indonesia. Sementara itu, bila data Kepulauan Seribu dikeluarkan maka angka kepadatan meningkat menjadi 16.882 jiwa per km². Angka ini jauh dari data kepadatan penduduk Indonesia yang hanya 141 jiwa per km².

Secara geologis, seluruh dataran terdiri dari endapan pleistocene yang terdapat pada ±50 m di bawah permukaan tanah. Bagian selatan terdiri atas lapisan alluvial, sedang dataran rendah pantai merentang ke bagian pedalaman sekitar 10 km. Di bawahnya terdapat lapisan endapan yang lebih tua yang dak tampak pada permukaan tanah karena ter mbun seluruhnya oleh endapan alluvium. Di wilayah bagian utara baru terdapat pada kedalaman 10-25 m, makin ke selatan permukaan keras semakin dangkal 8-15 m.

Pada bagian tertentu juga terdapat lapisan permukaan tanah yang keras dengan kedalaman 40 m. Jakarta memiliki suhu udara yang panas dan kering atau beriklim tropis. Terletak di bagian barat Indonesia, Jakarta mengalami puncak musim penghujan pada bulan Januari dan Februari dengan rata-rata curah hujan 350 milimeter dengan suhu rata-rata 27 °C. Curah hujan antara bulan Januari dan awal Februari sangat nggi, puncak musim kemarau pada bulan Agustus dengan rata-rata curah hujan 60 milimeter. Bulan September dan awal oktober adalah hari-hari yang sangat panas di Jakata, suhu udara dapat mencapai 40 °C. Suhu rata-rata tahunan berkisar antara 25°-38 °C (77°-100 °F).

Pesatnya urbanisasi dan tidak seimbangnya perkembangan daerah urban merupakan masalah bersama kota-kota besar di Indonesia dalam hal pening-katan jumlah penduduk dan pemerataan tingkat kesejahteraan penduduknya.

(11)

Sehingga muncul pemukiman dengan tingkat ekonomi penduduk menengah bawah yang merupakan akibat dari pemanfaatan ruang yang tidak terencana. Di beberapa daerah pemukiman ini sampai menyebabkan penurunan kualitas lingkungan. Permasalahan lingkungan meliputi jalan setapak dan jalan kendaraan, jembatan, drainase, sumur dan pompa umum serta kincir angin bila memungkinkan untuk mengalirkan air dimana akses menuju sumber air sangat sulit dicapai, MCK, rehabilitasi saluran air, klinik dan puskesmas, tempat sampah dan tempat pembuangan umum, sekolah, musholla dan tempat ibadah lainnya (Purwantiasning, 2011).

Penurunan kualitas lingkungan sebagai konsekuensi dikarenakan ngginya ngkat perkembangan wilayah. Perkembangan lahan terbangun berlangsung dengan pesat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan ak fi tasnya. Kecenderungan tersebut mengindikasikan bahwasanya ketersediaan lahan. ditandai oleh pembangunan gedung perkantoran, sarana ekonomi dan sosial serta infrastruktur kota lainnya. Semua ini merupakan konsekuensi logis dari semakin majunya pembangunan dan perekonomian.

Pada masyarakat urban persentase penduduk miskin terus mengalami tren yang cenderung meningkat walau secara nasional tingkat kemiskinan menurun. IPM merupakan indeks yang mengukur pencapaian keseluruhan pembangunan non fisik suatu daerah yang direpresentasikan oleh tiga dimensi, yakni umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kualitas hidup yang layak. Angka usia harapan hidup penduduk perkotaaan cukup tinggi, hal ini bermakna kesehatan penduduk telah melampaui standar nasional dan menunjukkan bahwa kualitas hidup masyarakat dapat dikatakan sudah lebih baik. Hal ini didukung oleh keberhasilan pemerintah daerah dalam menjalankan otonomi daerah. Peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai sumber terbesar pendapatan daerah untuk membiayai secara mandiri pelayanan kepada masyarakat daerah tertentu.

C. Kondisi Kependudukan

Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, jumlah penduduk DKI Jakarta tahun 2019 mencapai 11.063.324 jiwa, jumlah ini sudah termasuk WNA sebanyak 4.380 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di jenis kelamin perempuan yakni 5,30 juta jiwa dan laki-laki sebanyak 5,26 jiwa. Sementara berdasarkan umur, persebaran terbanyak terdapat di rentang usia 25-29 tahun yang sebanyak 942.400 jiwa. Persebaran terbanyak selanjutnya terdapat di rentang usia 35-39 tahun, yaitu 927.900 jiwa. Persebaran paling sedikit terdapat di rentang usia 75 tahun ke atas yang hanya sebanyak 127.600 jiwa. Di DKI Jakarta, terdapat sebanyak 9.253.906 jiwa penduduknya yang memeluk agama Islam. Agama Kristen dan Katolik adalah agama terbesar kedua dan ke ga yang dianut oleh penduduk DKI Jakarta yaitu sebanyak 949.894 jiwa dan 434.401 jiwa. Penduduk DKI Jakarta yang memeluk agama Budha dan Hindu sebanyak 398.588 jiwa dan 20.380 jiwa. Dua agama minoritas yang dianut penduduk DKI Jakarta adalah Khonghuchu dan aliran kepercayaan yaitu 1.517 jiwa dan 258 jiwa.

Provinsi DKI Jakarta selain sebagai ibu kota Republik Indonesia juga berpredikat sebagai kota pusat ekonomi bisnis di Indonesia. Hal ini menyebabkan banyak pen duduk dari luar DKI Jakarta ingin mencoba peruntungan hidupnya di kota metropolitan ini dan berpindah pemukiman ke DKI Jakarta. Pada Maret 2020, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mencatat sebanyak 7.421 jiwa pen-duduk yang datang bermigrasi ke kota ini. Sebanyak 3.537 penpen-duduk laki-laki dan sebanyak 3.884 penduduk perempuan datang dan bermukim di ibu kota negara ini. Para penduduk pendatang baru ke DKI Jakarta ini paling banyak

ber-sumber: liputan6.com

(12)

mukim di wilayah kota Jakarta Timur yaitu sebanyak 2.215 jiwa dan paling se-dikit bermukim di wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu yaitu sebanyak 18 jiwa. Berdasarkan data ini dapat diketahui bahwa kondisi penduduk daerah sangatlah beragam dari berbagai segi kehidupan. Hal ini memerlukan kesiapan masyarakat urban untuk dapat hidup bertoleransi agar terwujud kerukunan.

D. Kondisi Sosiokultural Masyarakat Pengguna Layanan Pendidikan SMP

Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 4 Tahun 2008 membagi ke-rentanan menjadi 4 yaitu 1) keke-rentanan fisik/sarpras pada saat terjadi bencana, 2) kerentanan ekonomi karena tidak mempunyai kemampuan finansial untuk mencegah bencana, 3) kerentanan sosial karena kurangnya pengetahuan tentang resiko bencana, dan 4) kerentanan lingkungan yang selalu berulang (banjir, kebakaran).

Kerentanan yang dimaksud oleh BNPB adalah kondisi, atau karakteristik bio-logis, geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu ma sya-rakat di suatu wilayah untuk jangka waktu yang mengurangi kemampuan masyarakat tersebut mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan me nang-gapi dampak bahaya tertentu. Pengguna layanan pendidikan SMP kontekstual urban ini merupakan masyarakat urban yang memenuhi sebagian atau seluruh kerentanan ini.

Masyarakat menengah bawah ini ditandai keluarga bekerja di sektor informal, pendidikan rendah, tinggal di pemukiman kumuh rawan bencana, tidak memiliki jaminan kepemilikan rumah yang kuat, keterbatasan akses pada sumber daya, dan tidak ada jaminan sosial. Lokasi tempat tinggal di daerah padat penduduk dengan kondisi rumah yang kurang memadai. Penduduk heterogen, multi etnis, agama, dan suku. Penghasilan hanya cukup untuk pemenuhan kebutuhan minimal seperti biaya sewa rumah, biaya peralatan rumah tangga yang sederhana tapi memadai, biaya pemeliharaan kesehatan dan pengobatan, biaya anak sekolah, biaya sandang dan pangan sewajarnya. Mayoritas bermata pencaharian di sektor informal seperti penjual kaki lima, kuli bangunan, atau ojek online.

Situasi kehidupan keluarga urban sangat berdampak pada tumbuh kembang anak-anaknya. Hasil peneli an Suyanto (2013) menunjukkan bahwa anak-anak miskin di Urban terancam marginalisasi, eksploitasi dan dak bermasa depan,

karena rawan putus sekolah, dak mendapat bantuan ke ka mengalami kesulitan akademik, kurang apresiasi orangtua terhadap pendidikan, dan terpaksa bekerja mencari na ah. Kemiskinan juga memiliki efek nega f yang signifi kan terhadap penyelesaian pendidikan hingga ngkat SMP; kemampuan skolas ka memang dak berperan menjamin terselesaikannya SMP tetapi merupakan faktor pen ng untuk meningkatkan kesempatan anak lulus dari SMA (Suryadarma, 2013). Meskipun sekolah dianggap sebagai hal pen ng bagi anak, tetapi orangtua terkendala mendampingi anak belajar karena keterbatasan kemampuan akademik mereka.

Mengembangkan kapabilitas diri sendiri dan keluarganya, orangtua perlu dididik dan dila h dalam mengelola sumber-sumber daya yang dimilikinya, paling dak uang dan waktu. Tanpa kemampuan mengelola uang dan waktu maka kerja keras mereka menjadi sia-sia karena tak kunjung memutuskan siklus kerentanan (kemiskinan) (Indira, 2017). Salah satu cara untuk mengatasi kerentanan ini melalui penguatan konek fi tas antar warga masyarakat. Masyarakat Indonesia yang komunal, masih memiliki dukungan sosial keluarga besar dan tetangga dalam membesarkan anak karena rasa kebersamaan yang mereka miliki. Selain itu kerentanan juga dapat dikurangi dengan peningkatan pengetahuan, salah satunya melalui pendidikan.

Implementasi penguatan konek fi tas antar warga masyarakat dalam pendidikan khususnya kurikulum sekolah misalnya dengan pengembangan kemampuan kewirausahan peserta didik yang pelibatan warga sekitar sekolah melalui UMKM. Peran komite diperlukan untuk menjembatani masyarakat sekitar dengan sekolah, yang merupakan bagian dari pelibatan dengan program sekolah. Meningkatkan pelibatan orangtua dan masyarakat terhadap program sekolah (dengan memper mbangkan minim biaya dan waktu orangtua, dak memberikan beban lebih pada orangtua).

E. Kebijakan Pemerintah Daerah

Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan angka putus sekolah dan meningkatkan akses pendidikan. Pelaksanaan Wajib Belajar 9 tahun terus ditingkatkan, dan dibarengi pemberian subsidi pendidikan dengan meluncurkan program Bantuan Operasional Sekolah, atau yang populer dengan akronim BOS. Selain itu juga diberikan Bantuan Biaya Personal Pendidikan hal ini didukung oleh pemerintah daerah dan pusat.

(13)

Penerima dana bantuan Biaya Personal Pendidikan diprioritaskan bagi siswa miskin dan rentan pada Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) baik negeri maupun swasta yang memenuhi kriteria yang ditentukan. Program Bantuan Biaya Personal Pendidikan diharapkan mampu menjamin peserta didik dapat melanjutkan pendidikan sampai tamat pendidikan dasar hingga menengah, dan menarik siswa putus sekolah atau siswa yang tidak melanjutkan pendidikan agar kembali mendapatkan layanan pendidikan. Komitmen untuk memastikan semua anak di Indonesia mendapatkan pendidikan yang berkualitas di jalur manapun mereka menempuh pendidikan. Untuk itu perlu ditunjang oleh jumlah tenaga pendidik, baik guru negeri dan swasta yang proporsional. Program pelatihan guru yang sesuai dengan keperluan guru, termasuk pemberian beasiswa bagi guru untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Bersamaan dengan itu, monitoring dan evaluasi terhadap proses pembelajaran juga terus dilakukan untuk menjaga kualitas layanan pembelajaran.

Perwujudan hal ini memerlukan komitmen dari Pemerintah daerah yaitu pe merintah provinsi dan kabupaten/kota. Diperlukan kebijakan turunan dari kebijakan pemerintah pusat terkait kebijakan dan peraturan mengenai pendidikan dalam bentuk mengeluarkan Peraturan gubernur dan Peraturan walikota/bupa , yang dijabarkan secara teknis melalui berbagai Surat Edaran resmi dari Kepala Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten.

F. Kondisi Satuan Pendidikan di Salah Satu Daerah Urban

Satuan pendidikan di daerah Urban secara umum sudah memenuhi delapan standar pendidikan. Namun masih terdapat kekurangan dari luar lokal sekolah. Karena terletak di daerah padat penduduk sehingga dak dimungkinkan untuk memperluas lokal. Keterbatasan lokal ini juga mengakibatkan hanya sebagian kecil masyarakat sekitar yang dapat bersekolah di satuan pendidikan yang dekat dengan tempat nggalnya. Pembelajaran masih kurang ditunjang dengan sarana yang baik, misalnya laboratorium komputer hanya digunakan pada saat ujian saja, padahal akan lebih bermanfaat jika dipergunakan untuk pembelajaran sehari-hari.

Prestasi akademik peserta didik cukup rendah karena motivasi belajar yang juga rendah. Kondisi lingkungan tempat tinggal dengan ekonomi menengah bawah, menyebabkan intake peserta didik lebih menyukai pembelajaran yang melibatkan aktivitas fisik dan tidak menyukai pembelajaran di kelas. Sehingga perlu penggalian lebih intensif mengenai minat dan bakatnya, serta di fasilitasi dengan pembimbing yang memadai. Misalnya menyediakan bacaan yg sesuai dengan minat siswa (koran olah raga untuk mendapat informasi terkini terkait dengan olah raga yang diminati).

Perlu ada program secara kontekstual untuk Bimbingan Konseling (BK), BK membuat program membantu menyambungkan jejaring (networking) antara peserta didik dengan prestasi yang telah mereka capai (misalnya peserta didik yang berprestasi di Ekskul diberikan kesempatan untuk bisa mengembangkan potensi tersebut). BK perlu dari awal dilakukan di kelas VII, mulai dari iden fi kasi pemilihan ekskul, perkembangan belajar dan nilainya, dan potensi lain peserta didik. (Pedoman Bimbingan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemdikbud RI Tahun 2016)

Pembelajaran yang diberikan oleh satuan pendidikan belum memo vasi peserta didik untuk belajar karena kurang menantang. Oleh karena itu, sekolah

sumber: mbgitabahana31.blogspot.com

(14)

P

endidikan berkewajiban mempersiapkan generasi baru yang sanggup meng-hadapi tantangan zaman yang akan datang. Masyarakat masa depan dengan ciri globalisasi, kemajuan iptek, dan kesempatan menerima arus informasi membuat masyarakat paham teknologi dan berpikir kri s, berpikir global ber ndak lokal. Kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi yang berbasis digital men-dorong pelaksana pendidikan untuk mampu mengontekstualkan kurikulum de-ngan perkembade-ngan yang terjadi, sehingga antara guru dede-ngan peserta didik

dak memiliki kesenjangan dalam kemampuan beradaptasi dengan jaman. Oleh karena itulah, kontekstualisasi kurikulum berkaitan dengan upaya menyesuaikan kurikulum dengan situasi dan kondisi yang terjadi pada dunia pendidikan (Wall, and Ryan. 2010).

Kontekstualisasi kurikulum adalah mengkontekskan kurikulum yang dilakukan dengan tujuan menempatkan pembelajaran dalam konteks peserta didik, mengaitkan subyek-subyek yang mereka pelajari dengan konteks dalam kehidupan nyata atau keseharian kehidupan mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya. Dengan kontekstualisasi kurikulum peserta didik memiliki pengetahuan dan keterampilan fl eksibel yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Selain itu dengan kontekstualisasi kurikulum diharapkan peserta didik juga memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar dan kebutuhan masyarakat, namun dak mengabaikan standar nasional pendidikan yang hendak

KONTEKSTUALISASI

KURIKULUM SEKOLAH

DI DAERAH URBAN

3

sebaiknya merupakan kesatuan yang saling integral dengan kehidupan di rumah peserta didik, melalui pembelajaran kontekstual. Hal ini dapat dilakukan dengan mengiden fi kasi materi esensial (membedah KD) yang kontekstual dengan kehidupan peserta didik, lingkungan hidup, dan sosial masyarakat sekitar. Misalnya banjir tahunan saat musim hujan dan kebakaran saat musim kemarau dapat digunakan menjadi bahan pembelajaran kontekstual di dalam beberapa mata pelajaran. Pengembangan karakter juga dapat diinternalisasikan pada konteks kebencanaan (empa , tolong menolong, peduli, dll).

Perlu pemberdayaan peserta didik di ruang publik sebagai sarana aktualisasi diri serta mengeksplorasi isu global dengan mengintegrasikan pembelajaran di kelas (misal berla h menjadi pencipta konten media sosial menggunakan materi yang terkait dengan pembelajaran di sekolah maupun kehidupan sehari-harinya). Perlu ada bantuan untuk mengakomodir kebutuhan dasar peserta didik sebelum mereka siap belajar (pemberian makanan untuk sarapan, vitamin, dll). Pemenuhan kebutuhan dasar ini dapat diwujudkan melalui program seper bekerjasama dengan perusahaan yang berada di sekitar sekolah. Penggerak dari program ini sebaiknya di dukung oleh tokoh lingkungan sekitar satuan pendidikan misalnya Ketua RW atau Tokoh Masyarakat, Kelurahan, Puskesmas. Kepala satuan pendidikan sebaiknya proak f meningkatkan kerjasama dengan UMKM sebagai pelibatan masyarakat dalam pembelajaran bagi siswa. Kerjasama ini bertujuan untuk meningkatkan kecakapan hidup peserta didik program ini mungkin dapat diakomodir melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.

(15)

dicapai. Kontekstualisasi kurikulum sangat diperlukan dalam kondisi perubahan yang terjadi pada dunia pendidikan di Indonesia.

Kontekstualisasi kurikulum yang dilakukan di daerah urban tentunya terkait dengan kondisi masyarakat urban itu sendiri. Masyarakat urban umumnya terdiri dari masyarakat yang heterogen dan mul etnis karena terdiri dari berbagai suku, golongan, kelompok, bahkan antarbangsa yang terkumpul di satu kota utama (metropolis).

Ciri masyarakat urban lainnya adalah mereka memiliki ritme kehidupan yang nggi. Tuntutan kehidupan yang ketat memaksa mereka bekerja di sektor formal atau informal dan menghabiskan nyaris seluruh waktunya dalam sehari di luar rumah. Dalam situasi yang demikian, ikatan sosial pun hampir bisa dipas kan akan merenggang. Bibit-bibit individualisme dan egoisme pun lantas mengecambah dengan suburnya. Di sisi lain, terjadi pula penguatan ikatan sosial yang cenderung mengarah pada eksklusivisme.

Hal itu tampak dalam munculnya beragam komunitas sosial yang berbasis unsur kedaerahan, kesukuan atau keagamaan yang belakangan ini marak. Ikatan sosial berbasis eksklusivisme etno-religius biasanya muncul dilatari oleh faktor konfl ik kepen ngan berebut sumber daya di kawasan urban.

Terbatasnya sumber daya menyebabkan terjadinya permasalahan lingkungan karena dalam memanfatkan sumber daya yang tersedia masyarakat urban seringkali dak

sumber: www.unsplash.com

Gambar 6. Kondisi lingkungan daerah aliran sungai di daerah urban.

terlalu memperdulikan lingkungan sekitar dan lebih pada menciptakan kerusakan-kerusakan yang besar terhadap alam untuk kepen ngan individu. Con tohnya adalah membuang sampah sembarangan ke sungai biasa dilakukan masyarakat kota pinggiran yang mayoritas strata menengah kebawah, hal tersebut adalah ngkah laku yang sering dijumpai di kehidupan masyarakat kota dan akan menyebabkan kebanjiran. Permasalahan mengenai sampah rasanya dak dapat lepas dari kehidupan masyarakat urban. Untuk itu nilai peduli lingkungan perlu ditanamkan. Mayoritas masyarakat urban mempunyai keterbatasan kemampuan yang menyebabkan mereka menekuni pekerjaan di sektor informal karena ke adaan pilihan pekerjaan lain yang dapat mereka masuki dan ini menjadi pilihan realis s bagi para urban.

Mayoritas masyarakat pindah ke kota karena alasan ekonomi yang dimo vasi adanya tekanan kemiskinan dan keinginan untuk mencari sumber penghasilan yang baru yang lebih menguntungkan, sesama penduduk urban ada kebiasaan tolong menolong yang bukan saja menjadi konfensi sosial tetapi menjadi budaya yang eksis di kehidupan mereka.

Dalam kehidupan masyarakat urban peran teknologi sangat memengaruhi kemajuan. Kehidupan masyarakat urban sangat tergantung kepada kesediaan listrik dan teknologi. Kemajuan teknologi komunikasi menyumbang peran besar. Teknologi hadir sebagai solusi efek f dan efi sien bagi masyarakat urban di tengah mobilitas yang nggi. Kendala soal jarak, waktu, dan ruang pun menjadi sedemikian rela f. Untuk berinteraksi dan bersosialisasi, seseorang cukup memiliki satu perangkat komunikasi sehingga ia pun akan terhubung dengan siapa saja dan di mana saja. Berdasarkan hasil iden fi kasi dan kajian literatur terkait ciri-ciri masyarakat urban, maka kontekstualisasi kurikulum yang dilaksanakan di daerah urban mencakup 4 hal, yaitu:

1. berkaitan dengan mul etnis adalah muatan keberagaman.

2. berkaitan dengan potensi ekonomi daerah urban dimana banyak masya rakat yang bekerja di sektor informal adalah muatan kewirausahaan.

3. berkaitan dengan kerusakan alam adalah perilaku ramah lingkungan hidup. 4. berkaitan dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi,

ada-lah membuat konten dengan memanfaatkan media sosial sebagai media pembelajaran dengan berbagai muatan dan bahkan media.

(16)

Dengan demikian, keempat muatan tersebut akan menjadi konteks dalam kuri-kulum yang akan termuat mulai dari visi, misi, tujuan, program sekolah, kegiatan pembelajaran, penyusunan bahan ajar, dan penilaian. Jika digambarkan dalam diagram sebagai berikut:

Gambar 7. Konsep diversifi kasi kurikulum untuk daerah urban. Contoh Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

A. Visi Satuan Pendidikan

Visi satuan pendidikan di sekolah urban yang memuat konteks di atas adalah terwujudnya lulusan yang berkualitas, berprestasi, berkarakter, serta beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

B. Misi Satuan Pendidikan

Misinya adalah:

1. Mengembangkan Kurikulum yang terintegrasi dengan nilai-nilai ke ra-gaman, kewirausahaan, dan peduli lingkungan;

2. Melaksanakan pengembangan perangkat pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang dilandasi budaya bangsa dan pendidikan karakter;

3. Melaksanakan pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang ber-akhlak mulia, berprestasi, dan berkarakter;

Karakter Ilmu

Kewirausahaan

Konteks

4. Melaksanakan pengembangan pendidikan untuk menciptakan rasa ke-pedulian kepada semua pemangku kepen ngan sekolah;

5. Melaksanakan pendidikan sadar kebersihan dan kenyamanan sekolah; 6. Melaksanakan pengembangan metode dan model-model pembelajaran

berkarakter dengan menanamkan sikap religius, toleransi, mandiri, di-siplin, dan peduli;

7. Melaksanakan pengembangan kegiatan bidang agama yang me ni k-beratkan pada sikap kepedulian terhadap sesama dan saling menghorma ; 8. Melaksanakan pengembangan kegiatan ekstrakurikuler yang berbasis

keragaman, kewirausahaan, dan peduli lingkungan;

9. Melaksanakan pemenuhan sarana belajar dan sistem pembelajaran ber-orientasikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

10. Melaksanakan program pembelajaran yang mewujudkan semangat na-sionalisme seluruh warga sekolah; dan

11. Melaksanakan langkah-langkah strategis sekolah untuk menuju pendidikan persaingan global.

Untuk mengontekstualisasikan kurikulum, guru dapat menggunakan bahan ajar yang oten k, kegiatan, minat, masalah, dan kebutuhan dari kehidupan pembelajaran untuk mengembangkan pembelajaran. Dengan kontektualisasi kurikulum, kurikulum akan menjadi lebih bermakna ke ka isu-isu lokal tercermin dengan baik dalam materi pembelajaran dan pelajaran. Oleh karena itu, kontekstualisasi kurikulum merupakan pendekatan pembelajaran yang merespon kebutuhan lokal, memungkinkan peserta didik untuk belajar lebih banyak, dan membangun kesadaran tentang sumber daya alam dan masalah lingkungan yang secara langsung memengaruhi mereka.

Kontekstualisasi kurikulum dapat mencakup konseptualisasi, rincian materi, kejelasan ruang lingkup, deskripsi kata kerja operasional dan rumusan kalimat sehingga mudah diajarkan/dikelola oleh pendidik (teachable); mudah dipelajari oleh peserta didik (learnable); terukur pencapaiannya (measurable assessable), dan bermakna untuk dipelajari (worth to learn) sebagai bekal untuk kehidupan dan kelanjutan pendidikan peserta didik.

C. Struktur Kurikulum SMP

Struktur kurikuum yang dikembangkan di SMP daerah urban mengikuti struktur kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah. Struktur Kurikulum SMP terdiri

(17)

atas mata pelajaran umum kelompok A dan mata pelajaran umum kelompok B. Muatan kontekstual seperti keberagaman, kewirausahaan, perilaku ramah lingkungan, dan teknologi informasi dan komunikasi serta muatan lainnya yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik di daerah urban dapat diintegrasikan pada mata pelajaran yang ada. Struktur Kurikulum SMP dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Struktur Kurikulum SMP

MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU PER MINGGU

VII VIII IX

KELOMPOK A

1 Pendidikan Agama dan Budi Peker 3 3 3

2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 3 3 3

3 Bahasa Indonesia 6 6 6

4 Matema ka 5 5 5

5 Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5

6 Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4

7 Bahasa Inggris 4 4 4

KELOMPOK B

1 Seni Budaya 3 3 3

2 Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan 3 3 3

3 Prakarya dan/atau Informa ka 2 2 2

JUMLAH ALOKASI WAKTU PER MINGGU 38 38 38

Keterangan:

• Mata pelajaran Kelompok A merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat.

• Mata pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi dengan muatan/konten lokal.

• Mata pelajaran Kelompok B dapat berupa mata pelajaran muatan lokal yang berdiri sendiri.

• Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah.

• Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 40 (empat puluh) menit.

• Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, paling banyak 50% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan. • Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai dengan

kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya,

ilmu pengetahuan dan teknologi, serta faktor lain yang dianggap pen ng, namun yang diperhitungkan Pemerintah, maksimal 2 (dua) jam/minggu. • Untuk mata pelajaran seni budaya satuan pendidikan wajib

menye-lenggarakan minimal 2 aspek dari 4 aspek yang disediakan. Peserta didik mengiku salah satu aspek yang disediakan untuk se ap semester, aspek yang diiku dapat digan se ap semesternya.

• Untuk mata pelajaran prakarya dan/atau mata pelajaran informa ka, satuan pendidikan menyelenggarakan salah satu atau kedua mata pelajaran tersebut. Peserta didik dapat memilih salah satu mata pelajaran yaitu mata pelajaran prakarya atau mata pelajaran informa ka yang disediakan oleh satuan pendidikan.

• Dalam hal satuan pendidikan memilih mata pelajaran prakarya, satuan pendidikan wajib menyelenggarakan minimal 2 aspek dari 4 aspek yang disediakan. Peserta didik mengiku salah satu aspek yang disediakan untuk se ap semester, aspek yang diiku dapat digan se ap semesternya. • Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas pendidikan kepramukaan (wajib),

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Palang Merah Remaja (PMR), dan lainnya sesuai dengan kondisi dan potensi masing-masing satuan pendidikan. Muatan keragaman, baik keragaman suku, agama, golongan, dan kelompok maka pendidikan di daerah urban perlu mengedepankan nilai-nilai toleransi, saling menghargai, dan saling menghormati. Perbedaan bukan untuk diper-tentangkan tetapi menjadi sumber kekayaan bangsa.nPerspektif masyarakat multikultural penting untuk dikenalkan dalam konteks keragaman masyarakat urban. Muatan keberagaman dengan penanaman nilai-nilai tersebut dapat terintegrasi pada mata pelajaran yang terkait seperti Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia serta Ilmu Pengetahuan Sosial.

Berkaitan dengan potensi daerah urban yang memiliki banyak potensi ekonomi, salah satunya adalah tersebarnya UMKM di daerah tersebut maka program pendidikan di daerah urban perlu diintegrasikan dengan kewirausahaan. Nilai-nilai kewirausahaan yang dapat ditanamkan pada peserta didik antara lain: jujur, kerjasama, rasa ingin tahu, komunika f, kerja keras, krea f dan inova f, mandiri, kepemimpinan, mandiri, dan berani mengambil resiko.

Teknologi komunikasi dan informasi di satuan pendidikan sudah menjadi mata pelajaran pilihan bagi sekolah yang sudah memenuhi persyaratan dengan

(18)

nama mata pelajarannya informa ka. Bagi satuan pendidikan yang belum memenuhi persyaratan untuk melaksanakan mata pelajaran informa ka maka muatan teknologi komunikasi dan informasi dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran di sekolah, dapat digunakan sebagai media belajar. Siswa dapat dibimbing menjadi pembuat konten media sosial seper Youtube, Instagram,

Facebook, Tik Tok, dan format aplikasi lainnya. Siswa mengembangkan

konten-konten yang sesuai dengan kegiatan yang dilakukan di sekolah atau yang sesuai dengan minatnya yang kemudian di unggah di media sosial.

D. Ragam Program dalam Pembelajaran

Muatan kurikulum kontekstual untuk daerah urban seper keragaman, kewirausahaan, lingkungan hidup, dan menjadi pembuat konten youtube dapat diimplementasikan pada komponen-komponen pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Muatan kurikulum kontekstual tersebut dapat diterapkan melalui model terpadu (integra f) yakni melekat dan terpadu dalam program-program pada proses pembelajaran melalui kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler pada mata pelajaran yang ada dan/atau pada kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan bakat dan minat peserta didik.

Implementasi muatan kontekstual tersebut dapat juga dilakukan secara terpadu antarmuatan, misalnya antara muatan kewirausahaan, perilaku ramah lingkungan hidup, dan menjadi pembuat konten youtube melalui program pengolahan sampah organik menjadi pupuk organik (kompos) atau sampah anorganik menjadi suatu karya yang hasilnya bisa dijual di lingkungan sekolah atau di luar lingkungan sekolah. Contoh lainnya misalnya menanam sayuran secara hidroponik yang mana hasilnya bisa dimanfaatkan untuk kebutuhannnya sendiri atau dijual atau diolah menjadi suatu produk makanan kemudian hasilnya dijual.

Contoh implementasi dari muatan kontekstual tersebut dapat menjadi tugas projek bagi peserta didik yang proses pembelajarannya lintas mata pelajaran, yaitu mata pelajaran IPA, IPS, dan Prakarya di mana kegiatan tersebut dapat dilaksanakan secara intrakurikuler melalui pemahaman konsep tentang pembuatan pupuk organik yang terintegrasi pada mata pelajaran IPA, konsep jual beli pada pelajaran IPS, dan konsep pemanfaatan barang sisa alam untuk diolah menjadi suatu produk pada mata pelajaran Prakarya.

Contoh program pembelajaran terpadu lintas mata pelajaran dan lintas muatan muatan kontekstual untuk daerah urban dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Contoh Program Muatan Kewirausahaan, Perilaku Ramah Lingkungan, Keberagaman, dan Menjadi Pembuat Konten Media Sosial Pada Daerah Urban

KD PRAKARYA (KERAJINAN)

3.3 Memahami pengetahuan tentang jenis, sifat, karakter, dan teknik pengolahan kertas dan plas k lembaran.

4.3 Memilih jenis bahan dan teknik pengolahan kertas dan plas k lembaran yang sesuai dengan potensi daerah setempat.

KD IPA

3.8 Menganalisis terjadinya pencemaran lingkungan dan dampaknya bagi ekosistem.

4.8 Membuat tulisan tentang gagasan penyelesaian masalah pencemaran di lingkungannya berdasarkan hasil pengamatan.

KD IPS

3.3 Memahami konsep interaksi antara manusia dengan ruang sehingga menghasilkan berbagai kegiatan ekonomi (produksi, distribusi, konsum-si, permintaan, dan penawaran) dan interaksi antarruang untuk keber-langsungan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya Indonesia.

4.3 Menjelaskan hasil analisis tentang konsep interaksi antara manusia dengan ruang sehingga menghasilkan berbagai kegiatan ekonomi (produksi, distribusi, konsumsi, permintaan, dan penawaran) dan interaksi antarruang untuk keberlangsungan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya.

KD INFORMATIKA

3. 6 * (Dalam Permen 37 tahun 2018 KD pengetahuannya dak ada). 4.6.1Menumbuhkan budaya kerja masyarakat digital dalam m yang inklusif.

KD PPKN

3.5 Mengiden fi kasi keberagaman suku, agama, ras dan antargolongan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.

4.5 Mendemonstrasikan hasil iden fi kasi suku, agama, ras dan antargolongan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.

Contoh muatan kewirausahaan, perilaku ramah lingkungan, keberagaman sosial, dan menjadi pembuat konten Youtube pada daerah urban

(19)

Program : Pengurangan Limbah Anorganik (Plas k)

Kegiatan Sub Kegiatan Target Waktu

Pelaksanaan Penanggung Jawab 1. Observasi lingkungan. 1.1 Meninjau berbagai lingkungan masyarakat. 1.2 Mengumpulkan data. 1.3 Membuat laporan kunjungan. 1.4 Membuat laporan dokumen pengolah kata. Laporan hasil observasi Intrakurikuler dan atau kokurikuler Guru IPS Guru Prakarya Guru Informa ka 2. Pengolahan limbah organik maupun anorganik. 2.1 Pemilahan limbah organik dan limbah anorganik. 2.2 Teknik pengolahan

limbah anorganik dengan prinsip

reduce, reuse, dan recycle. Prosedur pengolahan limbah organik dan anorganik Intrakurikuler, kokurikuler, atau ekstra-kurikuler Guru IPA Guru Prakarya 3. Membuat komunitas grup peduli lingkungan di sekolah. 3.1 Pembinaan karakter peduli lingkungan melalui pengelolaan sampah anorganik menjadi sebuah kerajinan. 3.2 Sosialisasi (Campaign) melalui media sosial mengenai kepedulian lingkungan. Pembentukan pasukan peduli lingkungan Intrakurikuler, kokurikuler, atau ekstra-kurikuler Guru PPKn 4. Kunjungan ke UMKM kerajinan limbah plastik. 4.1 Melakukan kunjungan ke salah satu UMKM berbasis kerajinan limbah plas k. 4.2. Menghadirkan

narasumber dari unsur UMKM peng-olah limbah plas k.

Laporan hasil kunjungan Dokumentasi foto dan video hasil kunjungan yang bisa di

upload di channel youtube.

Kokurikuler Guru IPS

Guru Prakarya

Kegiatan Sub Kegiatan Target Waktu

Pelaksanaan Penanggung Jawab 5. Pembuatan kerajinan limbah plas k. 5.1 Merancang produk kerajinan limbah plas k. 5.2 Membuat produk sesuai rancangan. 5.3 Menguji ergonomis produk kerajinan limbah plas k. Produk kerajinan limbah plas k (tas, dompet, wadah serbaguna, sandal, sepatu, payung, topi, dll) Intrakurikuler dan kokurikuler Guru Prakarya 6. Menghitung biaya produksi. 6.1 Menghitung biaya modal. 6.2 Menghitung harga jual. 6.3 Menghitung keun tung an dari penjualan. 6.4 Membuat sebuah

sheet yang

mengandung data, rumus dan hasil pemakaian beberapa fungsi.

Neraca laba rugi Jurnal Pembukuan

Intrakurikuler Guru IPS Guru Prakarya Guru Informa ka 7. Membuat poster/ leafl et promosi produk 7.1 Menentukan aplikasi 7.2 Membuat desain 7.3 Menentukan tata letak 7.4 Memasukkan konten poster leafl et fl yer Intrakurikuler dan kokurikuler Guru Informa ka Guru Prakarya 8. Membuat vi deo peng u rang-an lim bah plas k untuk youtube 8.1 Merancang dan membuat video pembuatan kerajinan limbah plas k Video pembelajaran untuk youtube Intrakurikuler dan kokurikuler Guru IPA Guru Informa ka Guru Prakarya 9. Pameran/ Bazar/ Market Day 9.1 Persiapan Pameran/Bazar/ Market Day. 9.2 Pelaksanaan layout Pameran/Bazar/ Market Day. 9.3 Menyusun laporan keuangan hasil penjualan Pameran/Bazar/ Market Day. Pameran/Bazar/ Market Day Akhir Program Guru IPS Guru Prakarya

(20)

Jadwal/Linimasa Kegiatan Proyek

Kegiatan Sub Kegiatan Waktu Pelaksanaan Minggu Ke- Penanggung Jawab Ket 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Obser vasi ling-kungan. 1.1 Meninjau berbagai kondisi lingkungan masya rakat.

Guru IPS

Kokuri-kuler 1.2 Mengum-pulkan data. Guru Prakarya Kokuri-kuler 1.3 Membuat laporan hasil observasi.

Guru IPS Intra dan

Kokuri-kuler 1.4 Membuat laporan hasil observasi lingkungan meng gunakan salah satu aplikasi Infor-ma ka. Guru Informa ka Intra 2. Peng-olahan limbah organik maupun an or ganik 2.1 Pemilahan limbah organik dan limbah anorganik.

Guru IPA Intra dan

koku-rikuler 2.2 Teknik peng olahan limbah anor-ganik dengan prinsip reduce, reuse, dan recycle. Guru Prakarya Guru IPA Intra dan koku-rikuler

Kegiatan Sub Kegiatan Waktu Pelaksanaan Minggu Ke- Penanggung Jawab Ket 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 3. Mem buat ko mu-nitas grup peduli ling-kungan di sekolah 3.1 Pembinaan karakter peduli lingkungan melalui pengelolaan sampah anorganik menjadi sebuah kerajinan.

Guru PPKn Intra dan kokuri-kuler 3.2 Sosialisasi (Campaign) melalui media sosial mengenai kepedulian lingkungan.

Guru PPKn Intra dan kokuri-kuler 4. Kun jungan ke UMKM kerajinan limbah plastik 4.1 Melakukan kunjungan ke salah satu UMKM berbasis kerajinan limbah plas k.

Guru IPS

Kokuri-kuler

4.2. Menghadir-kan nara sum-ber dari unsur UMKM peng-olah limbah plas k. Guru Prakarya Intra dan kokuri-kuler 5. Pembuat-an kerajin-an limbah plastik 5.1 Merancang produk kerajinan limbah plas k. Guru Prakarya Intra dan kokuri-kuler 5.2 Membuat produk sesuai rancangan. Guru Prakarya Intra dan kokuri-kuler

(21)

Kegiatan Sub Kegiatan Waktu Pelaksanaan Minggu Ke- Penanggung Jawab Ket 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 5.3 Menguji ergonomis produk kerajinan limbah plas k. Guru Prakarya Intra dan kokuri-kuler 6. Menghi-tung biaya produksi 6.1 Menghitung biaya modal.

Guru IPS

Intrakuri-kuler 6.2 Menghitung

harga jual.

Guru IPS

Intrakuri-kuler 6.3 Menghitung

keuntungan dari penjualan.

Guru IPS

Intrakuri-kuler 6.4 Membuat sebuah sheet yang mengandung data, rumus dan hasil pemakaian beberapa fungsi. Guru Informa ka Intra 7. Membuat poster/ leaflet promosi produk 7.1 Menentukan aplikasi. Guru Informatika Intra 7.2 Membuat desain. Guru Informatika Intra dan Ekstra 7.3 Menentukan tata letak. Guru Informa ka Intra dan Ekstra 7.4 memasukkan konten. Guru Informa ka Intra dan Ekstra 8. Membuat video pe-ngu rang an limbah plastik untuk youtube 8.1 Merancang dan membuat video pembuatan kerajinan limbah plas k. Guru Informa ka Intra dan Ekstra

Kegiatan Sub Kegiatan Waktu Pelaksanaan Minggu Ke- Penanggung Jawab Ket 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 9. Pameran/ Bazar/ Market Day 9.1 Persiapan Pameran/ Bazar Market Day. Guru IPA Guru Prakarya Guru Informatika Guru PPKn Intra dan kokuri-kuler 9.2 Pelaksanaan Pameran/ Bazar/ Market Day. Guru IPA Guru Prakarya Guru Informatika Guru PPKn Kokuri-kuler 9.3 Menyusun laporan keuangan hasil penjualan Pameran/ Bazar/Market Day. Guru IPS Guru IPA Guru Prakarya Guru Informa ka Guru PPKn Intrakuri-kuler

Muatan kontekstul yang dak dapat dipadukan dapat diajarkan masing-masing

permuatan. Keterpaduan yang dapat dilakukan dalam pelaksanaannya, misalnya antara kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Beberapa program yang dapat dilakukan sebagai berikut.

sumber: ww.google.com

(22)

1. Keberagaman

Muatan keberagaman dapat diintegrasikan pada mata pelajaran yang sesuai. Mata pelajaran yang dapat diintegrasikan dengan muatan kera gaman misalnya pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Seni Budaya, Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, serta Prakarya dan/atau Informatika. Tabel di bawah ini merupakan contoh program Muatan Keberagaman yang dapat dilaksanakan di daerah urban.

Tabel 3. Contoh Program Muatan Keberagaman

No Program Kegiatan Target Strategi

Pelaksanaan 1 Pembelajaran terintegrasi dengan muatan keberagaman lintas mata pelajaran Pemahaman kon-sep kebera gam an kepada peserta didik terintegrasi dengan mata pela-jaran PPKn, Bahasa Indonesia, IPS, dan Seni Budaya Pemahaman konsep keberagaman dan terintegrasinya nilai-nilai toleransi, menghargai, dan menghorma Terintegrasi dengan mata pela jar an PPKn, Baha-sa Indonesia, IPS dan Seni Budaya

2 Pentas seni Memeragakan

tarian dengan iringan musik dari berbagai daerah

Menampilkan tarian dan musik dari suatu daerah (sebagai implikasi dari hasil ekstrakurikuler seni tari dan seni musik)

Budaya sekolah

3 Bazar Menjual makanan

khas atau kerajinan dari berbagai daerah Hasil pembelajaran Prakarya (aspek pengolahan dan kerajinan) atau kegiatan ekstrakurikuler Budaya sekolah 4 Melaksanakan upacara dengan menggunakan pakaian daerah pada saat perayaan hari-hari besar nasional, misalnya Hari Kar ni, Hari Ibu

Pelaksanaan hari-hari besar nasional tertentu Penanaman nilai-nilai toleransi, saling menghorma dan menghargai Budaya sekolah

No Program Kegiatan Target Strategi

Pelaksanaan 5 Melaksanakan perayaan hari-hari besar keagamaan Pelaksanaan hari besar keagamaan Penanaman nilai-nilai toleransi, saling menghorma dan menghargai Budaya sekolah 6 Salam, senyum, sapa Memberi senyum, salam dan menyapa warga sekolah Menjadi kebiasaan dalam kehidupan warga sekolah Budaya sekolah 2. Kewirausahaan/entrpreneurship

Pelaksanaan muatan kewirausahaan/entrepreneurship dapat diintegra-sikan pada mata pelajaran yang relevan dengan memilih KD yang sesuai.

No Program Kegiatan Target Strategi

Pelaksanaan 1 Pembelajaran terintegrasi dengan muatan kewira-usahaan lintas mata pelajaran Pemahaman konsep kewira-usahaan kepada peserta didik terintegrasi dengan mata pelajaran yang relevan Pemahaman kon-sep kewi rausahaan dan terintegrasinya nilai-nilai kewira-usahaan(jujur, mandiri,, kerja keras, kreatif) Terintegrasi dengan mata pelajaran yang relevan 2 Pembuatan jurnal bulanan Membuat jurnal bulanan berdasarkan uang saku yang diterimanya Jurnal bulanan pribadi Kegiatan kokurikuler terkait mata pelajaran IPS 3 Kelas memasak Memasak makanan/jajanan khas daerahnya Berbagai macam makanan/jajanan khas daerahnya Terintegrasi pada mata pelajaran Prakarya atau menjadi kegiatan ekstrakurikuler 4 Market day Menjual

makan-an/produk hasil karya siswa seca-ra berkala secaseca-ra bergiliran kelas

Promosi makan an/ produk karya siswa

(23)

No Program Kegiatan Target Strategi Pelaksanaan

5 Pameran dan

Bazar

Mempromosi-kan dan menjual produk karya siswa pada saat pembagian raport

Pameran dan promosi serta penjualan produk karya siswa hasil pembelajaran mata pelajaran Parkarya/ eks-trakurikuler Budaya sekolah 6 Kunjungan ke UMKM/ industri Laporan Hasil kunjungan ke UMKM Kokurikuler 7 Magang di UMKM/ industi Laporan hasil magang

Pada saat liburan sekolah 8 Outbound entrepreneur bagian dari kegiatan eksrakurikuler Pramuka/KIR Ekstrakurikuler 9 Mengundang pelaku UMKM sebagai narasumber untuk materi tertentu yang terkait Menjadi narasumber pada kegiatan MOPDB Memberi motivasi pada peserta didik untuk memiliki jiwa dan menanamkan nilai-nilai wirausaha Budaya sekolah 10 Project Bussines (di sekolah maupun di luar sekolah) Tampil pada kegi atan-kegiat-an yatan-kegiat-ang diadakatan-kegiat-an oleh stakeholder, misalnya meneri-ma undangan untuk menjadi tim penari pada suatu kegiatan

Menanamkan nilai-nilai wirausaha

Pengembangan diri

3. Perilaku Ramah Lingkungan

Muatan konsep tentang perilaku ramah lingkungan dapat terintegrasi pada mata pelajaran yang relevan, sementara penerapannya bisa menjadi budaya sekolah atau terintegrasi pada kegiatan ektrakuriler seper Pramuka atau KIR dan diharapkan menjadi budaya sekolah. Contoh perilaku ramah lingkungan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.

No Kegiatan Target Strategi

Pelakasanaan

1 Membuang sampah pada tempatnya. Menjadi kebiasaan Budaya sekolah

2 Memilah dan mengolah sampah organik menjadi kompos dan anorganik menjdi produk hasta karya.

Menghasilkan kompos dan produk hasta karya

Kokurikuler dan Ekstra-kuri kuler 3 Melakukan riset ilmiah tentang energi

alterna f, misal biogas dari bahan sampah organik.

Menghasilkan nergi alternatif

Ekstrakuri-kuler KIR 4 Melakukan riset ilmiah pembuatan

pu-puk organik cair dari tumtum buh-an liar dbuh-an sampah-sampah orgbuh-anik.

Menghasilkan pupuk organik cair

Ekstrakuri-kuler KIR 5 Memanfaatkan lahan, baik di rumah

atau di sekolah untuk menanam pohon yang bermanfaat, baik untuk konservasi, penanggulangan pencemaran atau tanaman produktif dan merawatnya.

Menghasilkan tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk obat, buah, sayuran, peneduh Ekstrakuri-kuler Pramuka atau kokuri-kuler 6 Membuat makalah ilmiah tentang

permasalahan lingkungan (isu lokal dan isu global).

Merupakan penu gas-an dari mata pelajar-an ypelajar-ang relevpelajar-an

Kokuri kuler

7 Mengikuti berbagai aksi lingkungan. Menambah pe nge ta-hu an dan peng a lam-an da lam pena nglam-an- ngan-an dngan-an pengelolangan-an ling kung an hidup.

Ekstrakuri-kuler

8 Membuat resapan air, dengan meng ada-kan sumur resapan ataupun mem buat lubang resapan biopori (LRB) sekolah

Tersedinya resapan air Ekstrakuri-kuler Pramuka Dst

4. Membuat konten untuk Youtube (Youtuber)

Generasi muda saat ini yang merupakan generasi digital na ve sangat akrab dengan media sosial. Salah satu media sosial yang cukup dimina adalah youtube. Youtube sebagai sebuah pla orm memberikan kebe-basan kepada penggunanya untuk berkreasi. Peserta didik usia SMP yang secara psikologis memasuki fase antara anak-anak menuju dewasa, sangat memerlukan validasi orang lain. Youtube memberi kesempatan bagi penggunanya untuk mengaktualisasi diri secara posi f. Aktualisasi diri dalam youtube akan diapresiasi dak hanya oleh antar pengguna namun juga oleh pengelola pla orm.

(24)

Validasi youtube dalam bentuk follower dan subscriber, juga dimungkinkan pembuat konten mendapatkan manfaat ekonomi. Pembuat konten

Youtube saat ini merupakan profesi yang cukup menjanjikan. Diharapkan

kemampuan mengembangkan krea fi tas dapat membekali peserta didik dalam mendapat solusi dari berbagai permasalahan yang dihadapinya di kehidupan nyata. Sehingga konten yang dikembangkan di youtube peserta didik berupa sumber belajar, media informasi dan komunikasi, dan sebagai sarana promosi. Beberapa program yang dapat dilaksanakan untuk pengembangan konten youtube adalah sebagai berikut.

No Kegiatan Target Strategi

Pelakasanaan

1 Mengembangkan

konten sebagai sumber belajar.

Konten yang dapat dijadikan sumber belajar baik oleh peserta didik di sekolahnya maupun oleh masyarakat.

Kokurikuler berupa penu gasan dari mata pelajaran tertentu.

2 Mengembangkan

konten untuk promosi produk kewirausahaan.

Konten yang berupa promosi dari hasil karya siswa.

Ekstrakurikuler

3 Mengembangkan

konten untuk promosi sekolah.

Konten yang berupa kegiatan-kegiatan sekolah, prestasi sekolah, dsbnya.

Ekstrakurikuler

4 Mengembangkan

Krea fi tas jurnalis k lainnya.

Konten berupa liputan mengenai kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga maupun peserta didik dengan menarik sekaligus eduka f.

Kokurikuler berupa penugasan dari mata pelajaran tertentu dan Ekstrakurikuler.

E. Jadwal Satuan Pendidikan

Jadwal yang disusun oleh satuan pendidikan untuk melaksanakan mutan kontekstual bila diintegrasikan dengan mata pelajaran tertentu maka dapat disesuaikan dengan jadwal pembelajaran pada mata pelajaran tersebut melalui kegiatan tatap muka atau secara tutorial atau melalui penugasan (kokurikuler) melalui bimbingan terstruktur. Bila muatan kontekstual tersebut dilakukan sebagai kegiatan ekstrakurikuler maka pelaksanaannya dilakukan sesuai jadwal ekstrakurikuler tersebut di luar jam pelajaran pada hari tertentu yang biasanya dilaksanakan seminggu sekali atau sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.

A. Merdeka Belajar Menurut Ki Hadjar Dewantara

Tujuan pendidikan dalam pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) adalah memerdekakan hidup dan kehidupan anak, lahir, dan ba n. Teori jiwa merdeka, memandang bahwa tujuan pendidikan pada hakikatnya ialah memerdekakan hidup, dan kehidupan anak baik lahir maupun ba n (Hendratmoko, 2018). Seseorang yang merdeka sudah tentu memiliki jiwa merdeka. Sedangkan jiwa itu memiliki unsur cipta, rasa, dan karsa. Kalaupun jiwa itu merdeka sudah tentu merdeka juga cipta, rasa, dan karsanya. Menurut KHD, jiwa merdeka adalah cara berpikir yang posi f, berperasaan luhur dan indah, dan berkemauan mulia (Is q’faroh, 2020).

Pada komponen tujuan pembelajaran, konsep pendidikan KHD yang berupa teori jiwa merdeka memberikan implikasi bahwa penetapan tujuan pembelajaran juga harus mencakup hal yang berkaitan tentang anak baik lahir maupun ba n. Nilai- nilai dalam pendidikan jiwa merdeka seper cara berpikir yang posi f, berperasaan luhur dan indah, dan berkemauan mulia dapat dimasukan dalam desain pembelajaran, bagian komponen tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran harus menampung aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang sesuai dengan pandangan hidup suatu negara. Konsep pendidikan jiwa merdeka merupakan salah satu alterna f yang bisa diterapkan dalam penetapan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan pandangan hidup masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan konsep pendidikan jiwa merdeka terkandung nilai-nilai pen ng dalam mambangun kualitas sumber daya manusia Indonesia kedepan (Hendratmoko, 2018).

RANCANGAN PEMBELAJARAN

KURIKULUM DAERAH URBAN

Gambar

Gambar 2. Kepadatan pemukiman di daerah urban.
Gambar 3. Kondisi bangunan satuan pendidikan di daerah perkotaan.
Gambar 4. Kegiatan ekonomi masyarakat urban di pasar tradisional.
Gambar 5. Kondisi satuan pendidikan di tengah lingkungan pemukiman padat penduduk.
+6

Referensi

Dokumen terkait

perempuan, misalnya, hukum adat Karo dengan tegas menyebutkan bahwa perempuan, baik dalam statusnya sebagai anak ataupun janda tidak disebut sebagai ahli waris dan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah faktor risiko keuangan, yaitu, risiko kredit dapat menjadi penjelas hubungan earning

Sistem Informasi Kepegawaian di Kantor Badan Kepegawaian dan Diklat Kabupaten Bungo pada hakikatnya adalah sistem informasi yang berfungsi menyediakan informasi

yang diteruskan dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) merupakan pendekatan yang efektif agar model/program yang dikembangkan UPT dapat diterapkan dalam skala lebih luas.

The objectives of the study are to describe Yozo as the main character and analyze the influence of society in Yozo’s perception about the existence of human being.. 1.4 Benefit

Hasil analisis uji R 2 menunjukan bahwa 94.8% permintaan beras di Kota Mataram dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang digunakan dalam model yaitu harga beras, harga roti

Apakah ROE secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan. terhadap CAR pada

Bagi investor di pasar modal Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai pengujian pengaruh nilai tukar rupiah dan volume perdagangan