• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGERTIAN COST ACCUMULATION & COST ALLOCATION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGERTIAN COST ACCUMULATION & COST ALLOCATION"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGERTIAN COST ACCUMULATION & COST ALLOCATION Oleh: Ade Heryana, SST, MKM

Email: heryana@esaunggul.ac.id

Prodi Kesehatan Masyarakat, Universitas Esa Unggul COST SYSTEM DAN PRODUCT COST

Cost Accounting system atau Cost system pada suatu organisasi/perusahaan dirancang

untuk menghasilkan data biaya atau menghitung biaya produk (product cost) untuk keperluan laporan keuangan eksternal. Product cost adalah terbagi atas dua jenis yaitu a) Production cost (biaya untuk membuat produk atau memberikan jasa); dan b) Nonproduction cost (biaya yang berhubungan dengan fungsi non produksi seperti penelitian & pengembangan, penjualan, dan administrasi). Production cost disebut juga Inventoriable cost, sedangkan Nonproduction cost disebut juga Period Cost.

Production cost terbagi menjadi tiga macam: 1) biaya material langsung; 2) biaya tenaga kerja langsung; dan 3) biaya overhead. Lihat gambar 1 mengenai skema Product Cost. Biaya Material Langsung

Material langsung adalah berbagai bahan baku atau material yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan menghasilkan produk/jasa. Biaya material langsung dapat secara langsung dibebankan terhadap produk/jasa dengan melakukan pengamatan secara fisik. Misalnya: kasa steril dan obat anestesi untuk layanan bedah, reagen kimia untuk pemeriksaan laboratorium, brosur untuk kegiatan sosialisasi pencegahan penyakit, dan sebagainya.

Biaya Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja langsung adalah seluruh tenaga kerja yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan menghasilkan produk/jasa. Sama seperti biaya material langsung, tenaga kerja langsung juga dapat diobservasi secara kasat mata untuk membebankannya pada biaya produk. Dalam pelayanan kesehatan, tenaga kerja yang memberikan secara langsung pelayanan kepada pasien merupakan tenaga kerja langsung. Misalnya perawat IGD, analis kesehatan di laboratorium klinik, bidan di poli kebidanan, dan sebagainya. Biaya material langsung dan biaya tenaga kerja langsung jika dijumlahkan akan menjadi Prime Cost. Biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead jika dijumlahkan akan menjadi Conversion Cost.

Overhead

Seluruh biaya yang tidak termasuk dalam biaya material langsung dan tenaga kerja langsung dibebankan sebagai biaya overhead. Misalnya biaya depresiasi gedung dan peralatan, pemeliharaan, gaji supervisor, listrik, pajak bangunan, keamanan gedung, dan sebagainya. Biaya lembur tenaga kerja langsung umumnya dibebankan pada biaya overhead.

(2)

Gambar 1. Klasifikasi Product Cost COST ACCUMULATION

Cost system terbentuk dari 3 elemen yaitu 1) Cost accumulation; 2) Cost measurement; dan 3) Cost assignment. Lihat gamar 1 berikut.

Gambar 2. Cost Accounting System Cost Accumulation •Mengumpulkan biaya Cost Measurement •Mengklasifikasi biaya Cost Assigment •Mencocokkan dengan cost object Pembelian alkes Gaji perawat Gaji dokter jaga Gaji kepala bagian Depresiasi

Utilitas (air, listrik) Pajak bangunan Pemeliharaan Biaya material langsung Biaya pekerja langsung Biaya Overhead

Layanan rawat Inap

Layanan rawat Jalan Prime Cost Product Cost Production Cost/ Inventoriable Cost Direct Material Cost

Direct Labor Cost

Overhead Cost

Non Production Cost/ Period Cost

Research & Development

Selling

Administration

(3)

Sebagaimana gambar 1 di atas, sistem akuntansi biaya terdiri dari tiga tahap yakni 1) mengumpulkan biaya (cost accumulation); 2) mengklasifikasikan biaya berdasarkan biaya material, tenaga kerja, atau overhead (cost measurement); dan 3) mencocokkan dengan cost object (cost assignment) dalam hal ini adalah jasa layanan rawat inap dan rawat jalan.

Cost accumulation juga merupakan proses pengakuan dan pencatatan biaya. Dalam proses cost accumulation dibutuhkan dokumen-dokumen yang merupakan sumber transaksi yang kemudian dicatat pada database keuangan (Hansen, Mowen & Guan, 2009).

Cost measurement dapat dilakukan dengan dua cara yaitu 1) actual costing; dan 2) normal costing. Pada actual costing seluruh biaya material, tenaga kerja, dan overhead dihitung berdasarkan biaya aktual. Sedangkan normal costing memperhitungkan biaya material dan tenaga kerja secara aktual, sementara biaya overhead ditentukan sebelumnya.

Setelah biaya dikumpulkan dan dihitung, tahap selanjutnya adalah menempatkan atau mencocokkan biaya tersebut dengan unit produk/jasa yang dihasilkan.

Metode Cost Accumulation

Cost accumulation atau costing system terdiri dari 3 metode yaitu: 1. Job Order Costing

Job Order Costing adalah sistem pengumpulan biaya yang digunakan bila produk/jasa yang dihasilkan berbeda-beda dengan sumberdaya dan alur proses yang beragam (Lanen, Anderson, & Maher, 2011) atau bila produk/jasa yang dihasilkan bersifat khusus atau dibuat berdasarkan pesanan khusus (Vanderbeck, 2010). Pengertian “Job” di sini bukan hanya pekerjaan, tetapi unit dari suatu produk/jasa yang dapat dibedakan dari produk/jasa lainnya.

Terdapat tujuh langkah dalam akumulasi biaya dengan metode Job Order Costing: 1. Mengidentifikasi jenis pekerjaan yang dipilih sebagai obyek biaya, misalnya: mengantar petugas home service ke rumah pasien, mempersiapkan medical record, dan sebagainya;

2. Menghitung biaya langsung, yaitu dengan menambahkan biaya bahan/material langsung dengan biaya tenaga kerja langsung

a. Bahan/material langsung yaitu bahan/material yang secara langsung berhubungan dengan pembuatan produk atau pemberian jasa. Data bahan/material langsung bisa diperoleh dari catatan di gudang.

(4)

b. Tenaga kerja langsung yaitu pekerja yang secara langsung berhubungan dengan pembuatan produk atau pemberian jasa. Data tenaga kerja langsung dapat diperoleh dari catatan jam kerja atau laporan harian pekerja.

3. Menghitung biaya tidak langsung (overhead) yaitu: a. Menentukan biaya overhead

b. Memilih dasar alokasi biaya tidak langsung (overhead) ke cost object (job/pesanan), yaitu biaya yang tidak dapat ditelusuri ke job tersebut, misalnya biaya supervisi, pemeliharaan dan perbaikan. Dasar alokasi biaya tidak langsung ditentukan berdasarkan sifat biaya, misalnya biaya depresiasi, pemeliharaan dan perbaikan mesin menggunakan “jam mesin” sebagai dasar alokasi. Biaya supervisi dan pendukung pelayanan menggunakan “jam tenaga kerja” sebagai dasar alokasi. c. Menghitung tarif per unit dari setiap dasar alokasi

d. Menghitung biaya tidak langsung yang akan dialokasikan ke obyek biaya 4. Menghitung biaya total job = semua biaya langsung + semua biaya tidak langsung 5. Menghitung unit cost = total biaya / jumlah unit

2. Process Costing, yaitu sistem pengumpulan biaya yang digunakan bila produk/jasa yang dihasilkan bersifat homogen dengan proses produksi/operasi sama untuk tiap unit produk/jasa. Dalam menghitung biaya proses, faktor ‘proses dalam pengerjaan’ (work-in process atau WIP) harus diperhatikan. Misalnya pada layanan laboratorium, contoh

work-in process adalah sampel atau spesimen yang belum 100% dikerjakan dan belum

diserahkan laporannya ke pasien, pada layanan farmasi contohnya adalah layanan resep dokter yang masih menunggu kelengkapan obat, pada layanan radiologi contohnya adalah hasil pemeriksaan yang masih menunggu pembacaan film oleh dokter spesialis radiologi, dan sebagainya.

Langkah-langkah dalam menghitung biaya proses jika terdapat WIP adalah: 1. Menghitung unit fisik

2. Menghitung unit ekuivalen 3. Menghitung total biaya 4. Menghitung biaya per unit

5. Menghitung pembebanan biaya ke: 1) barang/jasa yang sudah jadi; dan 2) barang/jasa yang masih dalam proses (WIP)

Dalam metode process costing terdapat biaya tambahan yang timbil yaitu

transferred-in cost atau biaya transfer produk/jasa dari departemen satu ke departemen

(5)

Metode process costing merupakan metode akumulasi biaya yang sangat kompleks terutama pada aplikasinya di perusahaan dengan beragam departemen. Untuk itu membutuhkan bantuan perhitungan dengan aplikasi komputer atau dengan microsoft

excell worksheet.

3. Operation Costing, yaitu kombinasi job costing dan process costing. Dalam beberapa hal, terdapat proses produksi/operasional yang menggabungkan antara job order dengan process. Beberapa perusahaan/organisasi menerapkan metode campuran yang disebut dengan operation costing.

Tabel 1. Perbedaaan Job-Order Costing dengan Process Costing

Job Order Costing Process Costing

1. Banyak pesanan produk/jasa yang dihasilkan selama satu periode, atau hanya satu produk/jasa yang dihasilkan dalam satu periode sesuai pesanan

1. Satu produk/jasa yang dihasilkan selama periode waktu yang panjang, yang dikerjakan lintas departemen 2. Akumulasi biaya berdasarkan

masing-masing pesanan

2. Akumulasi biaya berdasarkan departemen

3. Dokumen kunci pengumpulan data biaya adalah laporan/kartu biaya pesanan

3. Dokumen kunci pengumpulan biaya adalah laporan produksi/operasional per departemen

4. Perhitungan unit cost berdasarkan pesanan

4. Perhitungan unit cost berdasarkan departemen

Tabel 2. Contoh Aplikasi Job Order Costing dan Process Costing pada Industri Kesehatan

Metode Costing Sektor Jasa Sektor

Perdagangan

Sektor Manufaktur Menggunakan Job

Order Costing

 Audit mutu oleh konsultan mutu pelayanan kesehatan dan RS  Pelatihan Ahli K3 Umum oleh konsultan K3  Jasa perawatan

kulit oleh klinik khusus kulit  Jasa pelayanan rawat jalan di Rumah Sakit  Penjualan obat OTC di apotik  Penjualan alat kesehatan habis pakai di toko Alkes  Penjualan bahan-bahan kimia dan obat di toko kimia berijin  Pembuatan obat-obatan atau herbal/jamu oleh pabrik farmasi  Pembuatan bahan

habis pakai oleh pabrik alat kesehatan

 Pembuatan bahan baku kimia dan obat sintesis oleh pabrik kimia

(6)

Metode Costing Sektor Jasa Sektor Perdagangan Sektor Manufaktur Menggunakan Process Costing  Jasa sirkumsisi (Sunat) oleh klinik sunat

 Jasa Amdal oleh konsultan Kesehatan Lingkungan  Penjualan mesin produksi obat khusus/tertentu oleh distributor mesin produksi  Penjualan unit MRI oleh distributor alat kesehatan  Pembuatan unit sterilisasi alat medis oleh pabrik alkes

COST ALLOCATION

Setiap perusahaan terdiri dari dua departemen utama yaitu operasional dan pendukung.

Cost allocation atau alokasi biaya adalah metode membebankan biaya tetap atau biaya tidak

langsung dari unit pendukung ke unit pelayanan/operasional. Pada pelayanan kesehatan, contoh unit pendukung adalah departemen IT, SDM, Litbang, Keuangan, dan Pemasaran. Unit operasional pada pelayanan kesehatan misalnya pelayanan rawat jalan, rawat inap, IGD, farmasi, dan sebagainya.

Saat mengalokasikan biaya departemen pendukung ke departemen operasional, terdapat dua hal yang harus diperhatikan (Horngren, Datar & Rajan, 2015):

a. Apakah sebaiknya biaya tetap dari departmen pendukung dialokasikan ke departemen operasional?

b. Jika harus dialokasi, apakah biaya variabel dan tetap dialokasikan dengan metode yang sama?

Terdapat dua jenis kondisi alokasi biaya tetap, yakni 1) Alokasi biaya dari satu departemen pendukung, dengan metode tarif tunggal atau tarif ganda; dan 2) Alokasi biaya dari dua atau lebih departemen pendukung, dengan metode langsung, step-down, dan resiprokal. Lihat gambar 3 berikut.

(7)

Gambar 3. Metode Alokasi Biaya Alokasi Biaya Satu Departemen Pendukung

Sebagaimana terlihat pada gambar 3, terdapat dua metode alokasi biaya dari satu departemen pendukung yaitu sigle-rate dan dual-rate.

1. Metode single-rate

Pada metode single-rate, alokasi biaya tidak membedakan antara biaya tetap dan variabel, yaitu mengalokasikan biaya departemen pendukung dari setiap kumpulan biaya (cost pool) ke cost object dari departemen operasional, dengan rate per unit yang sama.

Metode ini memiliki keunggulan: 1) murah untuk diterapkan; dan 2) dapat mengendalikan operasional bagi departemen yang menggunakan. Kekurangannya adalah dapat menyebabkan manajer departemen operasional membuat keputusan yang tidak optimal karena mementingkan departemennya saja.

2. Metode dual-rate

Sementara pada metode dual-rate, alokasi biaya dibedakan antara biaya tetap dan variabel, yaitu mengalokasikan biaya tetap dan variabel departemen pendukung dari masing-masing kumpulan biaya (cost pool) ke cost object dari departemen operasional, dengan rate per unit yang berbeda.

Keunggulan metode dual-rate adalah 1) dapat mendorong manajemer departemen untuk mengambil keputusan yang menguntungkan bukan hanya departemennya tetapi juga perusahaan secara keseluruhan; dan 2) membantu departemen operasional dalam

Alokasi biaya dari satu departemen pendukung Metode Tarif Tunggal (Single-rate) Metode Tarif Ganda (dual-rate)

Alokasi biaya dari dua atau lebih departemen

pendukung Metode langsung (Direct method) Metode Step-Down Metode Resiprokal

(8)

perencanaan jangka pendek dan jangka panjang karena dapat mengetahui alokasi biaya pada masa yang akan datang. Kekurangannya adalah 1) membutuhkan identifikasi yang tepat antara biaya variabel dan biaya tetap yang sebenarnya agak sulit; dan 2) tidak menggambarkan biaya tetap departemen pendukung yang sebenarnya karena dasar pengalokasian menggunakan biaya teranggarkan, bukan biaya aktual.

Alokasi Biaya Dua Departemen Pendukung atau Lebih 1. Metode Langsung (Direct Method)

Metode ini hanya mengalokasikan biaya dari departemen pendukung ke departemen operasional, atau metode ini tidak mengalokasikan biaya departemen pendukung departemen pendukung lain.

2. Metode Sted-Down

Disebut juga sequential allocation method yaitu metode yang mengalokasikan biaya departemen pendukung ke departemen operasional dan departemen pendukung lainnya dengan cara berurutan (sequential).

3. Metode Resiprokal

Merupakan metode yang mengalokasikan biaya departemen pendukung ke departemen operasional yang mengakui...

KEPUSTAKAAN

Hansen, Don R, Maryanne M. Mowen, dan Liming Guan. 2009. Cost Management Accounting

and Control, OH: South-Western Cengage Learning

Lanen, William N., Shannon W. Anderson, dan Michael W. Maher. 2011. Fundamentals of

Cost Accounting. New York: McGraw-Hill Irwin

Lestari, Wiwik, dan Dhyka Bagus Permana. 2017. Akuntansi Biaya Dalam Perspektif

Manajerial. Jakarta: Rajawali Pers

Vanderbeck, Edward J. 2010. Principles of Cost Accounting, OH: South-Western Cengage Learning

Gambar

Gambar 1. Klasifikasi Product Cost
Tabel 2. Contoh Aplikasi Job Order Costing dan Process Costing pada Industri  Kesehatan
Gambar 3. Metode Alokasi Biaya

Referensi

Dokumen terkait

Titik impas dalam unit penjualan dapat dihitung: Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba $250. Dengan metode ini juga dapat diperoleh titik impas dalam

MASALAH YANG DIHADAPI DALAM ALOKASI JOINT COST Masalah pokok yang dihadapi dalam mengalokasikan biaya produk bersama adalah karena sifatnya yang indivisible artinya biaya produk

MASALAH YANG DIHADAPI DALAM ALOKASI JOINT COST Masalah pokok yang dihadapi dalam mengalokasikan biaya produk bersama adalah karena sifatnya yang indivisible artinya biaya produk

Analisis biaya dilakukan dengan menggunakan pendekatan Time Driven Activity Based Costing (TDABC) untuk mengalokasikan biaya dari departemen pembantu ke program studi

Dalam metode alokasi langsung, biaya overhead pabrik departemen pembantu dialokasikan ke tiap-tiap. departemen produksi

Analisis biaya dilakukan dengan menggunakan pendekatan Time Driven Activity Based Costing (TDABC) untuk mengalokasikan biaya dari departemen pembantu ke program studi

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2.1 Klasifikasi Biaya Menurut Perusahaan BIAYA TETAP BIAYA VARIABEL Biaya pajak Biaya Listrik Biaya keamann dan kebersihan Biaya makan karyawan

Rumus AnalisisCost Volume Profit Metode analisis yang digunakan sebagai alat hitung dan analisis data yang berhu- bungan dengan biaya tetap, biaya variabel, dan volume penjualan