FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEPARTEMEN AKUNTANSI PROGRAM S1 EKSTENSI
SKRIPSI
ANALISIS COST VOLUME PROFIT
SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA
PADA PT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS MEDAN
Oleh :
NAMA : FISKA M SIPAYUNG
NIM : 050522055
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ……… i
KATA PENGANTAR ……….. ii
ABSTRAK ………. iv
ABSTRACT ……….. v
DAFTAR ISI ……… vi
DAFTAR TABEL ………. ix
DAFTAR GAMBAR ……… x
DAFTAR LAMPIRAN ……… xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah ………. .. 1
B. Perumusan Masalah ……… 3
C. Tujuan Penelitian ……… 3
D. Manfaat Penelitian ……….. 4
E. Kerangka Konseptual ……….. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Biaya ………. 6
1. Biaya Variabel ……….. 6
2. Biaya Tetap ………... 8
B. Analisis Cost Volume Profit ………..18
1. Pengertian Analisis Cost Volume Profit ………..18
2. Metode Analisis Cost Volume Profit ………...20
C. Perencanaan Laba ……….30
D. Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba ………..31
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian ……….34
B. Data Penelitian ……….34
C. Teknik Pengumpulan Data ………...35
D. Metode Analisis Data ………...35
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian 1. Gambaran Umum Perusahaan ……….36
2. Analisis Cost Volume Profit di Perusahaan ……….44
3. Perencanaan Laba Perusahaan ……….47
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Cost Volume Profit ………..49
2. Analisis Perencanaan Laba ………..……….50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ………. 53
B. Saran ……… 54
DAFTAR PUSTAKA ……… 55
DAFTAR TABEL
NO JUDUL HALAMAN
2.1 Biaya Variabel 7
2.2 Biaya Tetap 9
2.3 Data Operasi Mesin dan Biaya Pemeliharaan Mesin
Selama 1 Semester 12
2.4 Perhitungan Biaya dengan menggunakan Metode Regresi
Kuadrat Terkecil 16
4.1 Laporan Laba Rugi PT.Ecogreen Oleochemicals Medan
tahun 2005 40
4.2 Laporan Harga Pokok Produksi PT.Ecogreen Oleochemicals
Medan tahun 2005 41
4.3 Klasifikasi Biaya PT.Ecogreen Oleochemicals Medan
Tahun 2005 42
4.4 Pemisahan Biaya Variabel 43
DAFTAR GAMBAR
NO JUDUL HALAMAN
2.1 Grafik Biaya Variabel 8
2.2 Grafik Biaya Tetap 10
2.3 Grafik Biaya Semivariabel 15
2.4 Grafik Cost Volume Profit 21
4.1 Grafik Cost Volume Profit PT. Ecogreen Oleochemicals
DAFTAR LAMPIRAN
NO JUDUL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses globalisasi serta dunia perdagangan yang semakin luas dan terbuka
saat ini mengakibatkan persaingan yang sangat ketat dalam dunia bisnis. Para
pelaku bisnis dituntut untuk dapat berjuang keras dengan strategi yang tepat agar
dapat tetap eksis dalam persaingan. Situasi perekonomian di Indonesia saat ini
yang banyak mengalami perubahan seringkali mempengaruhi kemampuan suatu
badan usaha dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan.
Perusahaan tidak hanya dituntut untuk dapat bertahan dibidangnya, tetapi
juga harus tetap memperoleh laba semaksimal mungkin. Tujuan utama dari suatu
kegiatan usaha atau bisnis adalah memperoleh laba. Bagaimana memperoleh laba
yang maksimal adalah tergantung dari cara yang dilakukan perusahaan dalam
menjalankan usahanya dengan seefektif dan seefisien mungkin.
Solusi yang dilakukan dalam mengatasi hal tersebut adalah perusahaan harus
membuat suatu perencanaan laba. Perencanaan laba yang dibuat oleh perusahaan
harus dapat dicari kombinasi yang tepat antara unsur-unsur pembentuk laba
tersebut disertai dengan perhitungan yang akurat. Perencanaan laba yang dibuat
perusahaan berhubungan dengan biaya, volume penjualan dan harga jual.
Sebuah manajemen yang baik adalah ketika bisa mengetahui bagaimana
siklus kegiatan usahanya dalam satu periode tersebut sudah berjalan baik atau
belum. Maksudnya adalah apakah dengan tingkat laba yang diperoleh selama ini
kesalahan dimana biaya yang dikeluarkan terlalu besar meskipun laba tetap
diperoleh. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu analisa terhadap volume
penjualan, harga jual dan biaya produksi agar semuanya dapat diperoleh dan
dikeluarkan seefisien mungkin.
Analisis Cost Volume Profit (CVP analysis) adalah salah satu dari beberapa
alat yang berguna bagi manajemen dalam memberikan perintah, karena dapat
membantu dalam menyusun sebuah perencanaan laba dalam menyelesaikan
masalah bisnis. Analisis Cost Volume Profit berperan sebagai alat perencanaan
laba yaitu dalam perencanaan laba jangka pendek dan juga membantu
mengidentifikasikan data yang relevan untuk menentukan titik impas, margin
kontribusi untuk suatu segmen penjualan dan total laba dari volume tertentu.
Analisis Cost Volume Profit dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat untuk
mengidentifikasi cakupan dan besarnya kesulitan ekonomi yang dihadapi suatu
divisi dan membantu mencari pemecahannya. Analisis Cost Volume Profit
menekankan pada keterkaitan biaya, kuantitas yang dijual dan harga, maka semua
informasi keuangan perusahaan terkandung didalamnya.
Contoh yang dapat kita lihat dalam kegiatan perusahaan misalnya dalam satu
periode PT.ABC mengeluarkan biaya iklan sebesar Rp.5.000.000 dan penjualan
yang dapat diperoleh sebesar Rp.20.000.000, dengan jumlah unit yang terjual
sebanyak 20.000 unit dan harga per unit Rp.1000. Kemudian dibuat suatu
perencanaan untuk periode berikutnya akan ditargetkan penjualan sebanyak
30.000 unit dan harga jual diturunkan menjadi Rp.800/unit, tetapi biaya iklan akan
dan membuat keputusan apakah perencanaan ini akan menjadi efektif dalam
meningkatkan laba.
B. Perumusan Masalah
Analisis Cost Volume Profit berhubungan dalam menganalisa harga jual,
volume penjualan dan biaya terhadap laba sehingga membantu pihak manajemen,
maka dari penelitian ini dibuat perumusan masalah:
1. Berapakah volume penjualan produk fatty alcohol yang harus diperoleh agar
memperoleh target laba yang diinginkan?
2. Berapakah harga jual produk fatty alcohol yang harus ditetapkan agar
memperoleh laba yang diinginkan?
3. Berapakah biaya produksi per unit produk fatty alcohol yang harus
dikeluarkan agar memperolah laba maksimal?
Analisis yang dilakukan dibuat berdasarkan data Laporan Laba/Rugi perusahaan
untuk tahun 2005.
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui berapa volume penjualan, harga jual dan biaya produksi
per unit produk fatty alcohol yang harus dikeluarkan agar dapat tercapai target
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis, manambah wawasan tentang Analisis Cost Volume Profit secara
teori dan mengaplikasikannya terhadap data-data yang diperoleh perusahaan
yaitu dengan menghitung dan menganalisisnya.
2. Bagi perusahaan, bila memungkinkan dapat menjadi bahan masukan bagi
pihak manajemen dalam mengambil keputusan terhadap perencanaan
keuangannya.
3. Bagi pihak luar, sebagai bahan informasi tambahan dan referensi bagi
mahasiswa lain yang ingin membuat skipsi yang berkaitan dengan judul ini.
E. Kerangka Konseptual
PT.ECOGREEN OLEOCHEMICALS MEDAN
ANALISIS
COST – VOLUME - PROFIT LAPORAN KEUANGAN
PT.ECOGREEN OLEOCHEMICALS MEDAN (LAPORAN LABA RUGI TAHUN 2005)
Volume Penjualan Produk Fatty alcohol Harga Jual Produk
Fatty alcohol
PERENCANAAN LABA PT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS
MEDAN
Uraian Kerangka Konseptual:
Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori
yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan
tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian. Analisis Cost Volume Profit
adalah metode dasar untuk menganalisis bagimana hubungan antara 3 faktor yaitu
harga jual, volume penjualan dan biaya produksi. Ketiga faktor tersebut hanya
dapat diperoleh dari salah satu laporan keuangan perusahaan yaitu laporan
laba/rugi. Laporan laba/rugi yang dibutuhkan dalam analisis cost volume profit
adalah laporan laba/rugi intern yaitu laporan laba rugi kontribusi dimana terlihat
pemisahan antara biaya variabel dan biaya tetap. Analisis Cost Volume Profit
sebagai alat dalam perencanaan laba dan menggunakan metode analisis titik impas
(break even point), analisis target laba, margin keamanan (safety margin), margin
kontribusi (contribution margin), operating leverage dan bauran penjualan..
Dari data tersebut dapat diperoleh jawaban-jawaban yang dibutuhkan oleh
pihak manajemen perusahaan yang berkaitan dengan analisis biaya yang
dikeluarkan perusahaan, jumlah unit yang ditargetkan untuk dapat terjual dan laba
yang diinginkan. Dari semua pengolahan data tersebut maka dapat dibuat sebuah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Biaya
Menurut Hansen, Mowen (2006:40) “biaya adalah kas atau nilai ekuivelen
kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang/jasa yang diharapkan memberi
manfaat saat ini atau dimasa mendatang bagi organisasi”. Biaya berkaitan dengan
semua tipe organisasi yaitu organisasi bisnis, non bisnis, manufaktur, eceran dan
jasa. Umumnya berbagai macam biaya yang terjadi dan klasifikasi biaya
tergantung pada tipe organisasinya.
Salah satu tujuan klasifikasi biaya adalah memprediksi perilaku biaya untuk
merespon perubahan aktivitas. Perilaku biaya berarti bagaimana biaya akan
bereaksi atau merespon perubahan aktivitas bisnis. Bila aktivitas bisnis meningkat
atau surut, biaya tertentu mungkin akan ikut naik atau turun atau mungkin juga
tetap. Untuk tujuan perencanaan, manejer harus dapat mengantisipasi apakah yang
akan terjadi, jika biaya mengalami perubahan yaitu sejauh mana perubahannya.
Klasifikasi biaya berdasarkan tujuan ini terbagi atas biaya variabel, biaya tetap
dan biaya semivariabel.
1. Biaya Variabel (Variable Cost)
Menurut Garrison, Noreen, Brewer (2006:257) “biaya variabel adalah biaya
yang jumlahnya berubah secara proporsional terhadap perubahan tingkat
aktivitas”. Perilaku biaya variabel adalah secara total akan bertambah dan
secara per unit biaya variabel akan selalu konstan untuk per unit. Jika tingkat
aktivitas naik dua kali lipat, maka total biaya variabel juga akan naik dua kali
lipat. Jika tingkat akitivitas naik 10%, maka total biaya variabel juga akan naik
sebesar 10%.
Contoh biaya variabel dari perusahaan pabrikan adalah bahan baku langsung
dan tenaga kerja langsung. Sementara pada perusahaan dagang contoh dari biaya
variabel adalah komisi penjualan dan biaya pokok barang dagangan yang dijual.
Aktivitas tersebut dapat diwujudkan dengan berbagai bentuk seperti unit yang
diproduksi, unit yang dijual, jarak kilometer yang dituju, jumlah tempat tidur yang
digunakan, jam kerja, dan sebagainya. Contoh yang bagus untuk menggambarkan
biaya variabel adalah biaya bahan baku langsung.
Sebagai ilustrasi misalnya PT.ABC untuk memproduksi 10.000 unit sabun
menggunakan bahan baku 100 kg dengan biaya bahan Rp.10.000/kg. Maka
perubahan biaya bahan baku dengan kuantitas produksi berubah-ubah sebagai
berikut :
Tabel 2.1 Daftar Biaya Variabel
unit yang diproduksi total biaya bahan baku
Biaya bahan baku per unit
10.000 Rp 1,000,000 Rp 10,000
15.000 Rp 1,500,000 Rp 10,000
20.000 Rp 2,000,000 Rp 10,000
30.000 Rp 3,000,000 Rp 10,000
40.000 Rp 4,500,000 Rp 10,000
0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 5,000
10 15 20 30 45
jumlah unit yang diproduks i (dlm ribuan unit)
b iay a v ar iab e l (d lm r ib u a n r u p ia h ) Gambar 2.1 Grafik Biaya Variabel
Sumber : diolah Penulis, 2008
2. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Menurut Hansen, Mowen (2004:35) “biaya tetap adalah biaya yang dalam
jumlah total tetap konstan dalam rentang yang relevan ketika tingkat output
berubah”. Perilaku biaya tetap secara total adalah total biaya tetap tidak
dipengaruhi oleh perubahan tingkat aktivitas dalam rentang yang relevan,
sedangkan secara per unit biaya tetap per unit akan berkurang apabila jumlah unit
yang dihasilkan bertambah. Rentang yang relevan adalah rentang output dimana
asumsi hubungan biaya/output berlaku.
Berapapun unit yang diproduksi, perusahaan akan mengeluarkan biaya
tetap berupa garis mendatar memiliki kemiringan atau gradien nol. Sangat sedikit
biaya yang benar-benar tetap. Biaya tetap dapat menimbulkan kesulitan apabila
harus menyatakannya dalam biaya per unit. Hal ini terjadi karena bila biaya tetap
diperhitungkan per unit produk, akan terjadi kondisi yang berbalikan dengan
perubahan aktivitas.
Contoh biaya tetap meliputi depresiasi dengan metode garis lurus, asuransi,
pajak property, sewa, gaji supervisor, gaji pegawai administrasi dan iklan. Sewa
adalah contoh yang tepat untuk menggambarkan biaya tetap. Misalnya: PT.ABC
mengeluarkan biaya sewa gedung untuk pabrik selama 1 bulan adalah
Rp.20.000.000. Biaya sewa sebesar Rp.20.000.000 per bulan selalu tetap tanpa
dipengaruhi oleh berapa banyak produksi yang dilakukan selama 1 bulan tersebut.
Tabel 2.2 Daftar Biaya Tetap
Unit yang diproduksi Total biaya sewa Biaya sewa per unit 10.000 Rp 20.000.000 Rp 2.000 15.000 Rp 20.000.000 Rp 1333.34 20.000 Rp 20.000.000 Rp 1000 30.000 Rp 20.000.000 Rp 666.67 40.000 Rp 20.000.000 Rp 500
0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000
10 20 30 40 50
jumlah unit produksi
to
ta
l b
ia
y
a
s
e
w
a
Gambar 2.2 Grafik Biaya Tetap
Sumber : diolah Penulis, 2008
3. Biaya Semivariabel (Mix Cost)
Menurut Tambunan (2000:10) “biaya semivariabel adalah biaya yang akan
berubah jumlahnya apabila volume/tingkat kegiatan usaha berubah tetapi
perubahan tersebut tidak dalam proporsi langsung terhadap perubahan volume
kegiatan usaha tersebut“. Untuk kepentingan perencanaan, pengendalian dan
pengambilan keputusan akuntansi, biaya harus diusahakan bisa dikelompokkan ke
dalam biaya tetap dan biaya variabel. Biaya yang bersifat semivariabel (mix cost)
harus dipindahkan kedalam kelompok yang jelas yaitu bagian yang termasuk
biaya tetap dan bagian yang masuk biaya variabel. Walaupun seringkali tidak
sepenuhnya tetap, namun pemisahan biaya kedalam kedua kelompok tersebut
Ada beberapa metode pemisahan biaya yang bisa diterapkan oleh
manajemen, yaitu:
a. Metode Tinggi Rendah (High Low Method)
b. Metode Scattergraph (Scattergraph Method)
c. Metode Regresi Kuadrat Terkecil (Least Squares Regression)
d. Metode Biaya Berjaga (Stand by Cost Method)
a. Metode Tinggi Rendah (High Low Method)
Analisis biaya semivariabel dengan menggunakan metode titik tertinggi dan
terendah (high low method) dimulai dengan mengidentifikasikan periode dengan
tingkat aktivitas yang paling rendah dan yang paling tinggi. Perbedaan biaya pada
kedua periode tersebut dibagi dengan perubahan aktivitas antara periode ekstrim
tersebut untuk memperkirakan biaya variabel per unit aktivitas. Untuk
menganalisis biaya semivariabel dengan metode tinggi rendah, langkah pertama
adalah mengidentifikasikan aktivitas tertinggi dan terendah.
Y2 – Y1 Biaya Variabel = kemiringan garis =
X2 – X1
biaya aktivitas tertinggi - biaya aktivitas terendah biaya variabel =
aktivitas tinggi - aktivitas rendah
perubahan aktivitas biaya biaya variabel =
perubahan aktivitas
elemen biaya tetap = Total biaya - elemen biaya variabel
Persamaan biaya yang dihasilkan adalah = Y = a + bX
a = biaya tetap per periode
b = biaya variabel per unit
X = kapasitas yang diharapkan akan dijalankan
Contoh : PT.Anugrah mempunyai data operasi mesin dan biaya pemeliharaannya
selama satu semester yang terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.3
Data operasi mesin dan biaya pemeliharaan mesin selama 1 semester
Bulan Jam kerja Mesin Total biaya pemeliharaan
Januari 550 Rp 149,000
Februari 700 Rp 170,000
Maret 500 Rp 140,000
April 800 Rp 200,000
Mei 750 Rp 192,000
Juni 650 Rp 164,000
Sumber: Machfoedz (2000:260)
Dari Tabel 2.3 bisa ditentukan jenjang tertinggi dan terendah sebagai sampel
untuk perhitungan pemisahan biaya. Biaya dan operasi tertinggi dan terendah
adalah sebagai berikut:
Jam kerja mesin
Biaya pemeliharaan Tingkat aktivitas tertinggi (April) 800 jam Rp 200,000 Tingkat aktivitas terendah (Maret) 500 jam Rp 140,000
Perubahan 300 jam Rp 60,000
Biaya Variabel = Rp 60,000
300 jam
= Rp 200 per jam
= Rp 200,000 -Rp160,000 = Rp 40,000
Persamaan biaya yang diperoleh Y = Rp 40.000 + Rp 200 X
Kadang – kadang tinggi rendahnya tingkat aktivitas tersebut tidak sesuai
dengan tinggi rendahnya biaya. Sabagai contoh periode yang memiliki tingkat
aktivitas tertinggi belum tentu memiliki biaya tetinggi. Meskipun demikian,
tingkat aktivitas yang tertinggi dan terendah selalu digunakan untuk menganalisis
biaya semivariabel apabila menggunakan metode tinggi rendah. Alasannya adalah
bahwa aktivitas menyababkan adanya biaya sehingga para analisis akan
menggunakan data yang mencerminkan kemungkinan terbesar perubahan
aktivitas. Metode tinggi rendah sangat sederhana dan mudah dilakukan tetapi
banyak mengandung cacat karena hanya menggunakan 2 titik saja. Umumnya dua
titik tidak cukup untuk menghasilkan hasil yang akurat dalam analisis biaya.
Selanjutnya periode yang tidak biasanya rendah atau tinggi dapat mengakibatkan
ketidakakuratan hasilnya.
Sebagai contoh jenjang terendah adalah bulan Maret dengan kegiatan 500
jam dan biaya pemeliharaan sebesar Rp 140.000. Dengan memasukkan unsur
biaya kedalam persamaan, maka diperoleh jumlah biaya semivariabel:
Y = a + bX
= Rp 40.000 + Rp 200 (500 jam) = Rp 140.000
Contoh lain adalah pada bulan Mei dimana kegiatan pemeliharaan 750 jam
dengan total biaya pemeliharaan Rp 192.000. Dengan menggunakan persamaan
b. Metode Scattergraph (Scattergraph method)
Menurut Machfoedz (2000:263) “Metode Scattergraph adalah suatu metode
pemisahan biaya campuran dengan menentukan hubungan tiap kelompok kegiatan
dan biaya pada tingkat-tingkat kegiatan. Hubungan tersebut digambarkan dalam
bentuk titik-titik yang tersebar pada bidang tertentu. Titik-titik yang digambarkan
pada sb.x dan sb.y disebut scattergraph dan satu garis yang ditarik paling
mendekati semua titik-titik tersebut adalah merupakan garis regresi. Garis regresi
pada hakekatnya merupakan garis rata-rata dimana rata-rata biaya variabel per
unit ditunjukkan oleh titik dimana sb.y dipotong oleh garis regresi itu. Dari
titik-titik tersebut ditarik suatu garis lurus dan garis lurus ini dianggap sebagai garis
biaya yang memisahkan antara biaya variabel dengan biaya tetap.
Berdasarkan pengamatan pada scattergraph, tampak jelas bahwa biaya
pemeliharaan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah jam kerja mesin.
Selanjutnya juga menunjukkan bahwa hubungan antar biaya pemeliharaan dengan
jumlah jam kerja mesin mendekati hubungan yang linear. Penilaian biaya dapat
dikatakan linear bila hubungan antara keduanya mendekati garis lurus.
Dari gambar tersebut ditarik kesimpulan bahwa diperoleh biaya tetap
berkisar Rp 43.000 dan biaya variabel bisa dihitung (ambil contoh bulan Maret
dimana kegiatan yang terjadi adalah 500 jam dan biaya pemeliharaan sebesar Rp
140.000).
Maka biaya variabelnya adalah : Y = a + bX
Rp140.000 = Rp43.000 + b (500)
500b = Rp 97.000
Metode Scattergraph menghasilkan pemisahan biaya yang lebih baik
dibanding dengan metode titik tertinggi dan terendah, namun mempunyai
kelemahan yang utama yaitu penarikan garis biaya yang sangat bersifat subyektif.
Artinya ada kemungkinan setiap analist biaya mempunyai garis biaya yang
berbeda dari sumber data yang sama, sehingga akan menghasilkan biaya yang
c. Metode Regresi Kuadrat Terkecil (Least Squares Regession)
Menurut Garrison, Noreen, Brewer (2006:282) “Metode Regresi Kuadrat
Terkecil adalah metode yang memisahkan biaya semivariabel menjadi komponen
biaya tetap dan biaya variabel dengan menggunakan seluruh data”.
Dengan metode ini, perusahaan akan mencari kedua unsur biaya dengan
persamaan sebagai berikut: Y = a + bX
Unsur-unsur biaya dapat dicari dengan persamaan : XY = a X + b X2 Y = n.a + b X
dimana Y = biaya periodik X = kegiatan periodik n = jumlah sample a = biaya tetap b = biaya variabel
Dengan menggunakan contoh pada tabel 2.3, maka bisa dicari unsur biaya tetap
dan variabel pemeliharaan mesin sebagai berikut:
Tabel 2.4
Perhitungan Biaya dengan menggunakan Metode Regresi Kuadrat Terkecil
Bulan X Y X2 XY
Januari 550 149,000 302,500 81,950,000
Februari 700 170,000 490,000 119,000,000
Maret 500 140,000 250,000 70,000,000
April 800 200,000 640,000 160,000,000
Mei 750 192,000 562,500 144,000,000
Juni 650 164,000 422,500 106,600,000
Total 3,950 1,015,000 2,667,500 681,550,000
XY = a X + b X2
Rp 681.550.000 = 3950a + Rp 2.667.500b Y = n.a + b X Rp 1.015.000 = 6a + 3950 b
Mencari biaya variabel per jam:
Rp 681.550.000 = 3950a + Rp 2.667.500b (x 6)
Rp 1.015.000 = 6a + 3950 b (x 3950)
Rp 4.089.300.000 = 23.700a + Rp16.005.000 Rp 4.009.250.000 = 23.700a + Rp15.602.500 Rp 80.050.000 = 402.500b
b = Rp 199 per jam
untuk mencari biaya tetap (a) dengan interpolasi salah satu sample, sebut saja biaya bulan April Y = a + bX
Rp 200.000 = a + Rp199(800)
a = Rp200.000- Rp159.200 a = Rp40.800
maka diperoleh persamaan Y = Rp 40.800 + Rp199X
d. Metode Biaya Berjaga (Stand by Cost Method)
Metode biaya berjaga praktis digunakan untuk menaksir biaya tetap dan
biaya variabel bila sebuah perusahaan menutup kegiatannya untuk sementara.
Istilah biaya berjaga digunakan untuk mewakili biaya tetap yang akan terjadi
selama masa transisi tersebut. Metode ini disebut biaya berjaga karena
dimaksudkan untuk menghitung cadangan dana yang harus disiapkan untuk
berjaga-jaga selama tenggang waktu tanpa kegiatan normal. Selisih total biaya
pada saat perusahaan menjalankan kegiatan operasi komersilnya dengan biaya
yang diperkirakan akan terjadi pada saat kegiatan komersil dihentikan
dibebankan kepada setiap unit produksi atau satuan aktivitas dengan cara
membagikan total unit produksi atau satuan aktivitas dari total biaya variabel.
Contoh: PT. Ganda mempertimbangkan penghentian kegiatan produksinya
untuk bulan ini. Pada bulan lalu volume produksinya adalah 100.000 jam mesin
dengan total biaya Rp500.000.000. Apabila tidak ada produksi yang
diperhitungkan maka biaya yang akan terjadi hanya sebanyak 20% saja yaitu
Rp100.000.000 per bulan. Selisih antara total biaya pada saat belangsung kegiatan
produksi normal dengan biaya berjaga merupakan total biaya variabel dengan
perhitungan sebagai berikut:
Biaya yang dikeluarkan pada tingkat aktivitas 100.000 jam mesin Rp 500.000.000
Biaya berjaga sebagai biaya tetap Rp 100.000.000
Selisih atau total biaya variabel Rp 400.000.000
total biaya variabel biaya variabel per jam =
jumlah jam nesin
= Rp 400.000.000/100.000 jam = Rp 4000/jam
Formula biaya produksi dapat dinyatakan kedalam persamaan linear:
Y = Rp 100.000.000 + 4000 X
B. Analisis Cost Volume Profit
1. Pengertian Analisis Cost Volume Profit
Pengertian Analisis Cost Volume Profit atau yang sering disebut CVP
Analysis menurut Blocher (2000:308) adalah “Metode untuk menganalisis
bagaimana keputusan operasi dan keputusan pemasaran mempengaruhi laba
bersih, berdasarkan pemahaman tentang hubungan antara biaya variabel, biaya
Sedangkan Analisis Cost Volume Profit menurut Garrison, Noreen,
Brewer (2006:250) adalah “Suatu alat yang sangat berguna bagi manajemen untuk
menjalankan fungsinya. Alat ini dapat membantu memahami hubungan antar
biaya, volume dan laba organisasi dengan memfokuskan hubungan 5 elemen yaitu
harga produk, volume atau tingkat aktivitas, biaya variabel, total biaya tetap dan
bauran produk yang dijual.”
Analisis Cost Volume Profit dapat diterapkan dalam beberapa hal sehingga
membantu manajemen dalam menjawab beberapa pertanyaan antara lain:
1. pada tingkat penjualan sejumlah tertentu akan menghasilkan laba atau rugi?
2. berapa tambahan volume penjualan dibutuhkan untuk menutup tambahan
biaya tetap akibat expansi?
3. berapa laba dari produk X jika harganya diturunkan Y rupiah?
4. berapa penjualan yang harus direalisasi untuk memperoleh laba yang
diinginkan?
5. apa pengaruh penurunan volume penjualan sejunlah 25 %?
6. berapa penjualan minimal yang harus diperoleh supaya perusahaan bisa
mempertahankan hidupnya?
Menurut Hansen, Mowen (2004 : 446) Analisis Cost Volume Profit
didasarkan pada beberapa asumsi yaitu :
1. harga jual adalah konstan, harga produk atau jasa tidak berubah ketika volume berubah
2. biaya adalah linear dan dapat secara akurat dibagi menjadi elemen variable dan tetap. Elemen variable adalah konstan per unit dan elemen tetap konstan secara total dalam rentang yang relevan
3. dalam perusahaan berbagai produk, bauran penjualan adalah konstan 4. dalam perusahaan manufaktur, persediaan tidak berubah jika unit yang
2. Metode Analisis Cost Volume Profit
Dalam melakukan analisis Cost Volume Profit terhadap suatu produk,
terdapat beberapa metode perhitungan yang digunakan. Antara lain dengan
menggunakan analisis titik impas (Break Even Point), margin kontribusi dan rasio
margin kontribusi, analisis target laba, margin pengaman, grafik biaya volume
laba, operating leverage dan bauran penjualan Berikut ini akan diuraikan
mengenai metode-metode tersebut.
Analisis Titik Impas (Break Even Point)
Pada umumnya langkah pertama dalam banyak perencanaan bisnis adalah
menentukan titik impas yaitu titik dimana pendapatan sama dengan biaya total dan
laba sama dengan nol. Menurut Machfoedz (2000:296) “Titik Impas adalah suatu
keadaan dimana perusahaan dalam kondisi tidak mendapatkan laba atau tidak
menderita rugi”. Kondisi tersebut dinyatakan bahwa total penjualan perusahaan
sama besar dengan total biaya atas penjualan tersebut dan laba perusahaan sama
dengan nol. Analisis titik impas digunakan untuk menentukan tingkat penjualan
dan bauran produk yang diperlukan hanya untuk menutup semua biaya yang
terjadi selama periode tersebut.
Karena titik impas (break even point) menentukan tingkat penjualan bauran
produk yang diperlukan untuk mencapai target laba, maka merupakan kasus dari
analisis cost volume profit. Titik impas (break even point) dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (equation method) atau metode margin kontribusi
(contribution margin method). Kedua metode tersebut akan memberikan hasil
- Metode Persamaan
Rumus yang digunakan:
Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba
Contoh dalam hal ini masih menggunakan kasus pada PT. Ganda.
Titik impas dalam unit penjualan dapat dihitung: Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba $250 . Q = $150 . Q + $35.000 + 0
$250Q = $150Q + 35.000
$100Q = $35.000
Q = $35.000/$100
Q = 350 unit (kamera digital LX yang dijual) Titik impas dalam dolar penjualan dapat dihitung:
Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba
X = 60% . X + $35.000 + $0
40% X = $35.000
X = $35.000/40%
X = $87.500 (total dolar penjualan)
- Metode Margin Kontribusi
Metode margin kontribusi hanyalah versi jalan pintas dari metode
persamaaan. Dengan metode ini juga dapat diperoleh titik impas dalam unit dan
dalam dolar penjualan. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Biaya tetap Titik impas dalam unit yang dijual =
Margin kontribusi per unit
Biaya tetap Titik impas dalam dolar penjualan =
Dalam contoh PT. Ganda,
$35.000 Titik impas dalam unit yang dijual =
$100
= 350 unit kamera digital LX
$35.000 Titik impas dalam unit yang dijual =
40% = $87.500
Metode berbasis rasio kontribusi margin bermanfaat khususnya pada situasi
dimana perusahan memiliki berbagai lini produk dan ingin menghitung satu titik
impas untuk keseluruhan perusahaan.
Margin Kontribusi (Contribution Margin)
Pengertian Margin Kontribusi menurut Carter, Usry (2005:257) adalah
“Selisih antara pendapatan penjualan dengan semua biaya variabel”. Margin
Kontribusi dihitung dengan cara mengurangkan biaya variabel, baik produksi
maupun non produksi dari penjualan. Margin kontribusi digunakan dulu untuk
menutup biaya tetap dan sisanya akan menjadi laba. Jika margin kontribusi tidak
cukup untuk menutup beban tetap perusahaan, maka akan terjadi kerugian pada
periode tersebut. Margin kontribusi terbagi atas 2 bagian yaitu margin kontribusi
per unit dan margin kontribusi total. Margin kontribusi per unit mengukur
kenaikan pada laba untuk kenaikan setiap unit yang dijual. Jika penjualan
diharapkan meningkat 100x, maka laba seharusnya meningkat 100x margin
kontribusi. Margin kontribusi total adalah margin kontribusi/unit dikalikan dengan
Contoh: PT. Ganda menjual produk kamera digital LX dengan harga jual per
unit $250. Biaya variabel/unit $150 dan biaya tetap perusahaan sebesar $35.000.
Jika dalam 1 periode PT.Ganda berhasil menjual produknya sebanyak 400 unit,
maka dapat dihitung:
Total Per unit
penjualan (400 unit kamera digital LX $ 1,000,000 $ 250
dikurangi biaya variabel $ 60,000 $ 150
Margin kontribusi $ 40,000 $ 100
dikurangi biaya tetap $ 35,000
Laba bersih $ 5,000
Setiap unit yang terjual akan mengurangi kerugian sebesar jumlah margin
kontribusi per unit. Ketika titik impas telah tercapai, setiap tambahan unit yang
terjual akan meningkatkan laba perusahaan sebesar jumlah margin kontribusi per
unit. Margin kontribusi dapat pula dinyatakan sebagai suatu persentase dari
pendapatan penjualan. Rasio margin kontribusi adalah rasio antara margin
kontribusi terhadap harga jual per unit. Rasio margin kontribusi sangatlah berguna
karena dapat menunjukkan bagaimana margin kontribusi akan terpengaruh oleh
perubahan dalam total penjualan. Rasio margin kontribusi dapat menunjukkan
bagaimana pengorbanan (trade off) harus dilakukan antara penjualan yang lebih
banyak untuk 1 produk atau untuk produk lain. Ketika mencoba untuk
meningkatkan penjualan, produk yang menghasilkan margin kontribusi terbesar
per dolar penjualan harus diutamakan. Rasio margin kontribusi dapat dihitung
dengan rumus:
Margin kontribusi Rasio margin kontribusi =
Jika perusahaan hanya memiliki 1 jenis produk, maka rasio margin kontribusi
dapat dihitung dengan rumus:
Margin kontribusi per unit Rasio margin kontribusi =
Harga jual per unit
Contoh: PT.Ganda memiliki rasio kontribusi margin sebesar 40%. Ini berarti
untuk kenaikan penjualan, total margin kontribusi akan meningkat sebesar 40 sen
($1 penjualan x 40% rasio kontribusi margin). Laba bersih juga akan meningkat
sebesar 40 sen, dengan asumsi biaya tidak berubah.
100
Rasio margin kontribusi = = 25 %
400
Pengaruh perubahan dalam total penjualan terhadap laba bersih dapat
dihitung hanya dengan mangalikan rasio margin kontribusi dengan perubahan
penjualan dalam dolar. Contoh: jika PT. Ganda merencanakan peningkatan
penjualan sebesar $30.000 untuk bulan depan, margin kontribusi seharusnya
meningkat sebesar $12.000 ($30.000 peningkatan penjualan x 40% rasio margin
kontribusi) dan diasumsikan biaya tetap tidak berubah.
saat ini diharapkan peningkatan %tase penjualan
penjualan $ 100,000 $ 130,000 $ 30,000 $ 100%
dikurangi biaya variabel 60,000 78,000 18,000 60%
margin kontribusi 40,000 52,000 12,000 40%
dikurangi biaya tetap 35,000 35,000 0
Margin Keamanan (Safety of Margin)
Meskipun manajemen biasanya merencanakan laba, titik impas menjadi
pertimbangan. Jika penjualan jatuh dibawah titik impas, maka kerugian terjadi.
Manejemen harus menentukan titik impas untuk menghitung margin pengaman,
yang mengindikasikan berapa banyak penjualan dapat turun dari tingkat yang
ditargetkan sebelum perusahaan mengalami kerugian. Menurut Garrison, Noreen,
Brewer (2006:338) “Margin keamanan adalah kriteria yang digunakan untuk
mengevaluasi kecukupan penjualan yang direncanakan, maksudnya adalah
kelebihan dari penjualan yang dianggarkan (aktual) diatas titik impas volume
penjualan. Semakin tinggi margin pengaman, maka semakin rendah resiko untuk
tidak balik modal “.
Margin pengaman = penjualan dianggarkan – penjualan titik impas
Margin keamanan dalam dolar Persentase margin pengaman =
Total penjualan yang dianggarkan
Dalam contoh PT. Ganda dapat dihitung margin pengaman sebagai berikut:
Margin keamanan = Total penjualan untuk 400 unit – penjualan titik impas
= $100.000 - $87.500
= $12.500
$12.500
Persentase margin keamanan =
$100.000
= 12.50 %
Margin keamanan ini berarti bahwa penjualan saat ini dengan harga jual dan
struktur biaya saat ini, penurunan penjualan sebesar $12.500 atau 12.50% akan
Analisis Target Laba
Dalam melaksanakan aktivitas operasinya, manajemen suatu perusahaan
tentu mengharapkan sejumlah laba tertentu. Besarnya laba yang diharapkan oleh
manajemen suatu perusahaan disebut target laba. Analisis Cost Volume Profit
dapat dipakai untuk menyatakan banyaknya unit yang dapat dijual oleh suatu
perusahaan untuk dapat mencapai laba sasarannya. Dalam membuat perhitungan
tersebut dapat digunakan dua cara yaitu dengan persamaan cost volume profit dan
pendekatan margin kontribusi.
Jika PT.Ganda ingin mencapai target laba $40.000 per bulan, maka dapat
dihitung berapa banyak kamera digital LX yang harus terjual, dengan asumsi tidak
ada perubahan harga jual.
Penjualan = biaya variabel + biaya tetap + laba
$250 . Q = $150 .Q +$35.000 + $40.000
250Q = 150Q + $75.000
100Q = $75.000
Q = 750 unit kamera digital
Jadi target laba dapat dicapai dengan menjual 750 kamera digital perbulan dengan
total penjualan keseluruhan adalah $250 x 750 unit = $187.500. jika dihitung
dengan metode margin kontribusi:
Biaya tetap + target laba Unit penjualan untuk mencapai target =
Rasio kontribusi margin
$35.000 + $40.000 =
0,40
Grafik Cost Volume Pofit(Cost Volume Profit Graph)
Penyajian kembali grafik Cost Volume Profit dapat semakin meningkatkan
pemahaman kita mengenai biaya, volume penjualan dan laba dengan melihat
hubungan tersebut tergambar secara visual. Penyajian grafik dapat membantu
manejer melihat perbedaan antara biaya variabel dan pendapatan. Penyajian grafik
juga dapat membantu manajer memahami dengan cepat apa yang mempengaruhi
peningkatan/penurunan dalam penjualan, yang akan dimulai dan dimiliki pada
titik impas.
Grafik Cost Volume Profit menggambarkan hubungan antara biaya, volume
dan laba untuk memperoleh hubungan yang lebih rinci perlu untuk
menggambarkan grafik 2 garis terpisah yaitu garis pendapatan total dan garis
biaya total. Kedua garis ini masing-masing diwakili oleh 2 persamaan berikut:
Pendapatan = harga x unit
Biaya total = (biaya variabel x unit) + biaya tetap
Dari grafik cost volume profit yang telah selesai berdasarkan contoh kasus dapat
diperoleh keterangan sebagai berikut:
1. titik impas (break even point) berada pada tingkat penjualan yang
diperoleh sebesar 350 unit dengan total penjualan $87.500.
2. dari contoh kasus, dimisalkan total produk yang terjual sebanyak 600 unit
dan diperoleh penjualan $150.000 dan biaya yang dikeluarkan sebesar
$125.000.
3. area segitiga disebelah kiri titik impas adalah area rugi, sedangkan area
Operating Leverage
Menurut Garrison, Noreen, Brewer (2006:343) “Operating Leverage
adalah suatu ukuran tentang seberapa sensitif laba bersih terhadap perubahan
dalam penjualan.” Jika operating leverage tinggi, peningkatan persentase yang
kecil dalam penjualan dapat menghasilkan peningkatan laba bersih dalam
persentase yang jauh lebih besar.
Operating leverage dapat diilustrasikan terhadap kasus 2 pertanian
blueberry, yaitu Sterling farm dan Bogside farm. Diketahui bahwa 10%
peningkatan dalam penjualan (dari $100.000 menjadi $110.000 untuk setiap
pertanian) menghasilkan 70% peningkatan dalam laba bersih Sterling farm (dari
$10.000 menjadi $70.000) dan 40% peningkatan laba bersih Bogside farm (dari
$10.000 menjadi $40.000). Dengan demikian, untuk 10% kenaikan dalam
penjualan, Sterling farm mengalami peningkatan laba bersih yang jauh lebih besar
dari Bogside farm. Jadi Sterling farm memiliki operatig leverage yang lebih besar
dari Bogside farm.
Margin Kontribusi Tingkat Operating Leverage =
Laba bersih
$40,000
Bogside farm =
$100,000
= 4
$70,000
Sterling farm =
$100,000
= 7
Karena tingkat operating leverage untuk Sterling farm adalah 7, maka laba
bersih pertanian tersebut akan tumbuh tujuh kali lebih cepat dari penjualannya,
Bauran Penjualan (Sales Mix)
Menurut Garrison, Noreen, Brewer (2006:355) “Bauran penjualan (Sales
Mix) adalah proporsi relatif dimana produk perusahaan dijual. Bauran penjualan
dihitung dengan menyajikan penjualan untuk setiap produk sebagai persentase
total penjualan.” Idenya adalah untuk menciptakan kombinasi atau bauran yang
dapat menghasilkan laba terbesar. Kebanyakan perusahaan memiliki banyak
produk dan seringkali produk tersebut tidak mencetak laba yang sama. Jadi laba
akan bergantung pada bauran penjualan perusahaan.
Laba akan lebih besar jika barang dengan margin tinggi bukan yang
bermargin rendah memiliki proporsi yang relatif besar dalam total penjualan.
Sebaliknya perubahan dalam bauran produk dari barang yang memiliki margin
rendah ke barang yang memiliki margin tinggi akan menyebabkan efek
sebaliknya, total laba makin meningkat walaupun total penjualan menurun.
Perubahan dalam bauran penjualan dapat mempengaruhi titik impas, margin
keamanan, dan faktor yang lain.
C. Perencanaan Laba
Menurut Machfoedz (2000:20) “Perencanaan adalah penentuan apa yang
akan dikerjakan oleh manajemen selama jangka waktu tertentu di masa yang akan
datang.” Perencanaan merupakan suatu tindakan yang dibuat berdasarkan fakta
dan asumsi mengenai gambaran kegiatan yang dilakukan pada waktu yang akan
datang dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut Machfoedz (2000: 23) “Perencanaan laba dapat diartikan sebagai
sebuah penentuan terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh manajemen dalam
jangka waktu tertentu yang berhubungan dengan target laba yang ingin dicapai
perusahaan. Dalam pembahasan skripsi ini, perencanaan yang dibahas adalah
mengenai perencanaan laba. Seperti yang kita ketahui, tujuan utama suatu
perusahaan dalam melaksanakan aktivitas bisnisnya adalah memperoleh laba.
Bagaimana agar perusahaan dapat memperolah tingkat laba yang diinginkan
adalah tergantung dari sebuah perencanaan laba yang dibuat sebelumnya. Untuk
mencapai tujuan tersebut, manajemen harus memikirkan dan menganalisa hal-hal
apa saja yang harus dibutuhkan dalam pencapaian tingkat laba.
Unsur-unsur yang paling berhubungan terhadap laba adalah tingkat
penjualan, jumlah produk yang dijual dan total biaya yang dikeluarkan. Jika
tingkat penjualan lebih tinggi daripada jumlah biaya yang dikeluarkan maka
perusahaan akan memperoleh laba. Namun jika jumlah biaya yang dikeluarkan
lebih tinggi daripada jumlah penjualan yang diperoleh maka perusahaan akan
menderita kerugian. Oleh karena itu perencanaan laba yang dibuat perusahaan
harus dapat dicari kombinasi yang tepat antara unsur-unsur pembentuk laba
disertai dengan perhitungan yang akurat.
D. Analisis Cost Volume Profit sebagai Alat Perencanaan Laba
Manfaat dari analisis Cost Volume Profit adalah untuk membuat perhitungan
perencanaan laba dari suatu perusahaan dengan lebih jelas dan akurat. Seperti
yang kita ketahui metode-metode yang digunakan dalam analisis Cost Volume
analisis target laba, margin keamanan, grafik Cost Volume Profit, operating
leverage, dan bauran penjualan. Margin Kontribusi dan rasio Margin Kontribusi
bisa mengukur kenaikan pada laba untuk penambahan setiap unit yang terjual.
Setiap unit yang terjual akan mengurangi kerugian sebesar jumlah margin
kontribusi per unit. Ketika titik impas telah tercapai, setiap tambahan unit yang
terjual akan meningkatkan laba perusahaan sebesar margin kontribusi per unit.
Analisis titik impas akan membantu manajemen untuk mengetahui pada tingkat
berapa banyak produk yang terjual, dimana perusahaan tidak memperoleh laba
atau rugi. Sehingga dapat dibuat suatu target laba yang diinginkan dari jumlah unit
terjual diatas titik impas.
Analisis target laba dapat dipakai untuk menyatakan banyaknya unit yang
dapat dijual oleh suatu perusahaan untuk dapat mencapai laba sasarannya. Margin
Keamanan mengindikasikan berapa banyak penjualan dapat turun dari tingkat
yang ditargetkan sebelum perusahaan mengalami kerugian. Operating Leverage
mengukur seberapa sensitif laba bersih terhadap perubahan penjualan. Jika
Operating Leverage tinggi, peningkatan persentase yang kecil dalam penjualan
dapat menghasilkan peningkatan laba bersih dalam persentase yang jauh lebih
besar. Dengan tingkat Operating Leverage, manajemen dapat mengukur pada
tingkat penjualan tertentu persentase perubahan dalam volume penjualan akan
mempengaruhi laba. Hal lain yang dilakukan manajemen dalam menghasilkan
laba yang lebih besar adalah dengan melakukan bauran penjualan yaitu
menciptakan kombinasi atau bauran penjualan produk yang dapat menghasilkan
laba terbesar. Semua metode yang digunakan dalam analisis Cost Volume Profit
Semua hubungan ini dapat terlihat dari grafik Cost Volume Profit. Penyajian
grafik juga dapat membantu manajer memahami dengan cepat apa yang
mempengaruhi peningkatan/penurunan dalam penjualan, yang akan dimulai pada
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT. Eko Green Oleochemical di Jln. Pelabuhan 4
Belawan (Kawasan Industri Medan).
B. Data Penelitian
Jenis data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Menurut Sugiyono (2001:21) “Data primer adalah data yang didapat dari
sumber pertama yang masih memerlukan pengolahan lebih lanjut dan
dikembangkan dengan pemahaman sendiri oleh penulis, seperti hasil
wawancara.”
2. Data Sekunder
Menurut Sugiyono (2001:21) “Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
perusahaan sebagai objek penelitian yang sudah diolah dan terdokumentasi
dari perusahaan, misalnya sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi dan
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari:
1. Teknik Wawancara
Menurut Suharyadi (2003:52) “Teknik wawancara yaitu teknik pengumpulan
data dengan melakukan tanya jawab dengan pihak yang berwenang dalam
memberikan data yang dibutuhkan.”
2. Teknik Dokumentasi
Menurut Bungin (2005:144) “Teknik dokumentasi adalah suatu metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menelusuri data historis yang
tersedia dalam bentuk surat-surat, catatan harian, laporan dan sebagainya.”
D. Metode Analisis Data
Metode Deskripitf
Menurut Sugiyono (2001:24) “Metode Deskriptif adalah mengumpulkan,
mengolah dan menginterpretasikan data yang diperoleh sehingga dapat
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
1. Gambaran Umum Perusahaan
PT. Ecogreen Oleochemicals Medan pada awalnya didirikan dengan
penanaman modal dalam negeri tahun 1988 dengan nama PT. Aribhawana Utama
dengan SPT BKPM No.329/I/PMDN/1983 tanggal 31 Desember 1983. Pabrik ini
dirancang oleh Lurgi Gmbh Jerman dan berlokasi di Jalan Pelabuhan IV, Desa
Gabion, Kelurahan Bagan Deli Belawan dengan luas area sekitar 10 Ha.
Selanjutnya PT. Aribhawana Utama berganti nama menjadi PT. Prima Inti
Perkasa dan kemudian berganti lagi menjadi PT. Ecogreen Oleochemicals. Pabrik
ini mulai dikonstruksi tahun 1988 dan mulai beroperasi secara komersil pada
Januari 1991 setelah diresmikan oleh Alm. Mantan Presiden Soeharto.1
PT. Ecogreen Oleochemicals merupakan pabrik yang mengolah bahan baku
CPKO (Crude Palm Kernel Oil) dan menghasilkan fatty alcohol sebagai produk
utama (main product), serta fatty acid dan glycerin sebagai produk sampingan (by
product) pertama di Indonesia yang kemudian disusul oleh perusahaan satu
groupnya yaitu PT. Batamas Megah yang berada di pulau Batam tahun 1994.
Selanjutnya PT. Batamas Megah berganti menjadi PT. Ecogreen Oleochemicals
Batam. Produk fatty alcohol dapat digunakan dalam industri untuk membuat
shampoo, alat-alat kosmetik wanita, deterjen, pembersih lantai, industri tekstil dan
kertas. Produk fatty acid dapat digunakan dalam industri pembuat plastic, minyak
food & baverage dan industri kertas. Orientasi pasar dari PT. Ecogreen
Oleochemicals adalah 95% Negara-negara di Eropa dan Asia dan hanya 5% yang
dipasarkan dalam negeri di Indonesia.
Sesuai dengan salah satu fungsi dalam manajemen, maka pengorganisasian
tidak terlepas dari suatu perusahaan. Struktur orgamisasi dalam suatu badan usaha
merupakan kerangka dasar dari koordinasi hubungan struktur terhadap semua
fungsi yang berada dalam badan usaha tersebut agar dapat mencapai tujuan yang
diharapkan. Dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan, tugas
pimpinan dalam mengoordinasi bagian-bagian yang ada dalam perusahaan agar
tujuan dapat dicapai dengan efektif dan efisien.
Adanya struktur organisasi akan tercermin kepada pembagian kerja dan
tanggung jawab. Hal ini akan mempermudah menentukan dalam mengarahkan
masing-masing karyawan, selain itu pekerjaan yang dilaksanakan dengan tanpa
adanya perselisihan yang disebabkan karena tumpang tindih pekerjaan. Adapun
struktur organisasi PT. Ecogreen OLeochemicals sebagai salah satu badan usaha
yang menganut system organisasi fungsional yang berbentuk garis dengan
pembagian tugas sebagai berikut:
a. Presiden Director
Direktur merupakan pimpinan pelaksana dari rencana perusahaan yang telah
ditetapkan. Dalam melaksanakan tugasnya, secara garis besar tugas direktur
adalah memimpin dan mengawasi seluruh pelaksana kegiatan kerja dan usaha
perusahaan berdasarkan ketetapan anggaran dasar perusahaan dan menentukan
kebijaksanaan lain yang telah disepakati. Memiliki wewenang dan tanggung
kegiatan operasional dan pengembangan perusahaan dalam batas-batas yang telah
ditentukan.
b. Production Manager
Bertanggung jawab dan mengawasi segala kegiatan produksi mulai dari
pengolahan bahan baku sampai pengemasan hasil produksi, mengontrol segala
permasalahan yang berkaitan dengan mutu produk dan bertanggung jawab kepada
General Manager mengenai segala sesuatu yang menyangkut produksi di
perusahaan.
c. Quality Assurance Manager
Bertanggung jawab terhadap aktivitas jaminan mutu terhadap produk yang
dihasilkan yaitu mulai dari bahan baku sampai ke bahan pendukung, mengawasi
operasi pengolahan agar diperoleh hasil sesuai dengan tingkat kualitas yang
ditentukan.
d. Production Planning Distribution and Cost Service
Bertanggung jawab dalam meneliti dan menyelidiki data perkembangan
pasar, menganalisa anggaran sehubungan dengan proses produksi dan
realisasinya, dan memberikan informasi mengenai keadaan persediaan bahan
baku.
e. Safety & Environtental Superintendent
Bertanggung jawab dalam menyediakan dan mengatur program pengamanan
yang baik misalnya menyediakan alat-alat kelengkapan pengamanan perusahaan,
baik pengamanan terhadap peralatan maupun terhadap karyawan. Menjamin
memberikan bimbingan dan latihan mengenai prosedur-prosedur keselamatan
kerja.
f. Maintenance & Engineering Manager
Bertanggung jawab dalam menyusun, mengkoordinir, memimpin dan
mengawasi seluruh kegiatan pemeliharaan an perbaikan peralatan, mesin-mesin
pabrik dan membuat rencana jangka panjang terhadap ketersediaan produk.
g. Finance & Accounting Manager
Bertanggung jawab terhadap cash flow, transaksi hutang piutang, transaksi
bank, pembukuan, laporan keuangan, perpajakan, asuransi perusahaan, dsb.
h. Logistic & Procurement Manager
Bertanggung jawab dalam merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi
pelaksanaan pemasukan, pengangkutan, penyimpanan, pengiriman dan
penerimaan segala material yang berhubungan dengan perusahaan.
i. Human Resource & General Affair Manager
Bertanggung jawab dalam merencanakan, mengarahkan dan mengawasi
kegiatan pengadaan pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai tujuan individu,
organisasi dan masyarakat. Bertanggung jawab dalam penarikan dan seleksi
tenaga kerja, merencanakan dan menyusun jadwal kerja karyawan dan mengurus
masalah yang menyangkut hal-hal ketenagakerjaan, perburuhan, pendidikan
TABEL 4.1 LAPORAN LABA RUGI
PT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS MEDAN PER 31 SDESEMBER 2005
Penjualan Rp 150,224,000,000
Harga Pokok Penjualan:
Persediaan awal Rp 5,532,428,670
Harga Pokok Produksi Rp 106,803,398,548
Barang tersedia untuk dijual Rp 112,335,827,218
Persediaan akhir Rp (4,931,995,807)
Harga Pokok Penjualan Rp 107,403,831,411
Laba Kotor Rp 42,820,168,589
Biaya Operasional:
Biaya penjualan:
Biaya gaji bagian penjualan Rp 1,986,447,300
Biaya pengiriman dalam negeri Rp 120,308,078
Biaya Export Rp 752,308,078
Biaya promosi Rp 145,000,000
Biaya entertainment Rp 280,000,000
Biaya Telepon/Fax Rp 386,400,326
Total biaya penjualan Rp 3,670,463,782
Biaya Administrasi & Umum
Biaya gaji bagian kantor Rp 1,906,021,950
Biaya penyusutan gedung kantor Rp 896,300,000
Biaya penyusutan inventaris kantor Rp 742,350,000
Biaya penyusutan kendaraan kantor Rp 860,500,000
Biaya pemeliharaan kendaraan kantor Rp 125,420,300
Biaya perlengkapan kantor Rp 688,320,450
Biaya rapat Rp 450,000,000
Biaya Asuransi Rp 3,283,400,000
Biaya listrik Rp 210,431,572
Biaya air Rp 212,156,400
Biaya administrasi bank Rp 2,560,825,658
Biaya bunga bank Rp 4,984,556,025
Biaya retribusi Rp 924,570,409
Total biaya administrasi & umum Rp 17,844,852,764
Total biaya operasional Rp 21,515,316,546
Laba Operasi Rp 21,304,852,043
Pendapatan (Biaya) Lain-lain:
Pendapatan bunga bank Rp 2,483,080,060
Biaya lain-lain Rp (100,092,528) Rp 2,382,987,532
Laba Rugi sebelum pajak Rp 23,687,839,575
TABEL 4.2
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI PT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS MEDAN
PER 31 DESEMBER 2005
Biaya bahan langsung:
Persediaan bahan baku awal Rp 2,317,196,375
Pembelian bahan baku Rp 80,581,849,124
Biaya angkut pembelian Rp 10,392,457,036
Bahan baku tersedia Rp 93,291,502,535
Persediaan bahan baku akhir Rp (7,606,420,535)
Pemakaian bahan baku dalam produksi 85,685,082,000
Upah buruh langsung Rp 5,947,383,000
Total biaya langsung Rp 91,632,465,000
Biaya overhead pabrik:
Upah lembur karyawan pabrik Rp 1,325,042,236
Biaya penyusutan mesin pabrik Rp 1,940,520,400
Biaya penyusutan gedung pabrik Rp 1,850,000,000
Biaya penyusutan inventaris pabrik Rp 1,937,280,000 Biaya penyusutan kendaraan pabrik Rp 780,447,500 Biaya pemeliharaan mesin/sparepart Rp 457,722,977
Biaya listrik Rp 540,525,290
Biaya air Rp 350,280,750
BBM mesin pabrik Rp 210,840,300
Biaya laboratorium Rp 1,689,666,804
Biaya penanganan limbah Rp 1,905,848,547
Biaya pemeliharaan bangunan pabrik Rp 200,111,547
Total biaya overhead Rp 13,188,286,351
Total biaya produksi Rp 104,820,751,351
Produk dalam proses awal Rp 8,453,187,452
Produk tersedia untuk diproses Rp 113,273,938,803
Produk dalam proses akhir Rp 6,470,540,255
Harga Pokok Produksi Rp 106,803,398,548
TABEL 4.3 KLASIFIKASI BIAYA
PT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS MEDAN PER 31 DESEMBER 2005
a. Biaya Tetap
Biaya administrasi bank Rp 2,560,825,658
Biaya asuransi Rp 3,783,400,000
Biaya bunga bank Rp 4,984,556,025
Biaya gaji bagian kantor Rp 1,906,021,950
Biaya gaji bagian penjualan Rp 1,986,447,300
Biaya laboratorium Rp 1,689,666,804
Biaya penanganan limbah Rp 1,905,848,547
Biaya penyusutan gedung kantor Rp 896,300,000 Biaya penyusutan gedung pabrik Rp 1,850,000,000 Biaya penyusutan inventaris kantor Rp 742,350,000 Biaya penyusutan inventaris pabrik Rp 1,957,280,000 Biaya penyusutan kendaraan kantor Rp 860,500,000 Biaya penyusutan kendaraan pabrik Rp 780,447,500
Biaya penyusutan mesin pabrik Rp 1,940,520,400
Biaya perlengkapan kantor Rp 688,320,450
Biaya rapat Rp 450,000,000
Biaya retribusi Rp 924,570,409
Upah buruh langsung Rp 5,947,383,000
Total Biaya Tetap Rp 35,834,438,043
b. Biaya Variabel
BBM mesin pabrik Rp 210,840,300
Biaya air Rp 150,280,750
Biaya air Rp 212,156,400
Biaya entertainment Rp 280,000,000
Biaya Export Rp 752,308,078
Biaya lain-lain Rp 100,092,528
Biaya pengiriman dalam negeri Rp 120,308,078
Biaya promosi Rp 145,000,000
Pemakaian bahan baku dalam produksi Rp 85,685,082,000
Upah lembur karyawan pabrik Rp 1,325,042,236
Total Biaya Variabel Rp 88,781,110,370
c. Biaya Semivariabel
Biaya listrik (adm & umum) Rp 210,431,572 Biaya listrik (over head pabrik) Rp 540,525,290 Biaya pemeliharaan bangunan pabrik Rp 100,111,547 Biaya pemeliharaan kendaraan kantor Rp 25,420,300 Biaya pemeliharaan mesin/sparepart Rp 757,722,977
Biaya Telepon/Fax Rp 386,400,326
Total Biaya Semivariabel Rp 1,920,612,012
Setiap biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam melakukan seluruh
kegiatannya, diklasifikasikan ke dalam 3 jenis biaya yaitu biaya tetap, biaya
variabel dan biaya semivariabel. Dalam hal pemisahan biaya semivariabel
perusahaan menggunakan metode stand by cost (metode biaya berjaga) karena
pengaloksian setiap komponen biaya semivariabel tidak berdasarkan pemicu biaya
tertentu. Manajemen perusahaan menetapkan bahwa apabila kegiatan perusahaan
[image:49.595.112.475.293.731.2]dihentikan sementara, maka biaya tetap yang dikeluarkan adalah 20% saja.
TABEL 4.4
Pemisahan Biaya Semivariabel
- biaya listrik (adm & umum) Rp 210,431,572
- biaya listrik (overhead pabrik) Rp 540,525,290
total biaya listrik pada saat operasi normal Rp 750,956,862
- biaya berjaga sebagai biaya tetap (20%) Rp (150,191,372)
- biaya variabel Rp 600,765,490
- biaya pemeliharaan bangunan pabrik (normal) Rp 200,111,547
- biaya berjaga sebagai biaya tetap (20%) Rp (40,022,300)
- biaya variabel Rp 160,089,247
- biaya pemeliharaan kendaraan kantor (normal) Rp 125,420,300
- biaya berjaga sebagai biaya tetap (20%) Rp (25,084,060)
- biaya variabel Rp 100,336,240
- biaya pemeliharaan mesin/sparepart (normal) Rp 457,722,977
- biaya berjaga sebagai biaya tetap (20%) Rp (91,544,590)
- biaya variabel Rp 366,178,387
- Biaya telepon/fax Rp 386,400,326
- biaya berjaga sebagai biaya tetap (20%) Rp (77,280,060)
- biaya variabel Rp 309,120,266
- total biaya tetap Rp 384,122,382
- total biaya variabel Rp 1,536,489,630
Maka jumlah biaya variabel dan biaya tetap secara keseluruhan adalah :
Biaya tetap = Rp 35.834.438.043 + Rp 384.122.382 = Rp 36.218.560.425
Biaya variabel = Rp 88.781.110.370 + Rp 1.536.489.630 = Rp 90.317.600.000
2. Analisis Cost Volume Profit Perusahaan
Metode-metode yang digunakan dalam analisis cost volume profit di
PT.Ekogreen Oleochemicals Medan adalah dengan margin kontribusi dan rasio
margin kontribusi, analisis titik impas (break even point) dan margin keamanan
(safety of margin). Perusahaan tidak menggunakan metode operating leverage dan
bauran penjualan, karena meskipun perusahaan memproduksi dan menjual 2 hasil
yaitu produk utama dan produk sampingan tetapi perusahaan tetap menjual
produk utama (fatty alcohol) dalam kuantitas yang lebih besar.
Untuk tahun 2005, perusahaan dalam menjual satu kg produk fatty alcohol
dikeluarkan biaya variabel sebesar Rp 19.720 dan biaya tetap Rp 36.218.560.425
dengan harga jual yang ditetapkan sebesar Rp 32.800/kg dan pada tahun tersebut
berhasil menjual produknya sebanyak 4.580.000 kg.
- Analisis Titik Impas (Break Even Point)
Analisis titik impasnya dengan menggunakan 2 metode, yaitu:
Metode persamaan
- titik impas dalam unit penjualan dapat dihitung:
penjualan = biaya variabel + biaya tetap + laba
Rp 32.800 . Q = Rp 19.720 . Q + Rp 36.218.560.425 + 0
32.800 Q = 19.720 Q + Rp 36.218.560.425
= 36.218.560.425 Q
13.080 Q = 2.769.003,09059 Q = 2.769.004 kg
- titik impas dalam rupiah penjualan dapat dihitung:
penjualan = biaya variabel + biaya tetap + laba
100% . X = 60.12% . X + Rp 36.218.560.425 + 0
39,88% . X = Rp 36.218.560.425
= 36.218.560.425
X
39,88% X
X = Rp 90.823.301.373
Metode Margin Kontribusi
= biaya tetap
titik impas dalam unit yang dijual
margin kontribusi per unit = Rp 36.218.560.425
Rp 13.080 = 2.769.003,0906
= biaya tetap
titik impas dalam rupiah penjualan
rasio margin kontribusi Rp 36.218.560.425 =
39,88% = Rp 90.823.301.373
Titik impas (Break Even Point) tahun 2005 perusahaan tercapai pada saat unit
yang dijual sudah mencapai 2.769.004 kg dengan total penjualan Rp
90.823.301.373 dan pada saat penjualan tersebut perusahaan tidak memperoleh
- Margin Kontribusi (Contribution Margin)
Margin kontribusi dapat dihitung sebagai berikut :
total per unit
Penjualan (Rp 32.800 X 4.580.000) Rp 150.224.000.000 Rp 32.800
Dikurangi biaya variabel (Rp 19.720 X 4.580.000) Rp 90.317.600.000) Rp 19.720
margin kontribusi Rp 59.906.400.000 Rp 13.080
Dikurangi biaya tetap Rp 36.,218.560.425)
laba bersih Rp 23.687.839.575
= Rp 59.906.400.000 Rasio margin kontribusi
Rp 150.224.000.000 39,88%
=
Setiap unit yang terjual akan mengurangi kerugian sejumlah margin kontribusi per
unit. Ketika titik impas tercapai, setiap tambahan unit yang terjual akan
meningkatkan laba perusahaan sebesar sejumlah margin kontribusi per unit. Jika
perusahaan memiliki rasio margin kontribusi sebesar 39,88%, ini berarti untuk
setiap kenaikan penjualan total margin kontribusi juga akan meningkat sebesar
39.88% dan laba bersih juga akan meningkat dengan asumsi biaya tidak berubah.
- Margin Keamanan (Margin of Safety)
Margin Keamanan = penjualan yang dianggarkan – penjualan pada titik impas
= Rp 150.224.000.000 – Rp 90.823.301.172
= 59.400.698.828
= Rp 59.400.698.828 %tase margin Kemanan
Rp 150.224.000.000
Hal ini berarti bahwa penurunan penjualan sebesar 39,54% atau Rp
59.400.698.828 akan memenuhi titik impas saja. Semakin tinggi margin
keamanan maka semakin rendah perusahaan menderita kerugian.
- Analisis Target Laba
Berdasarkan kebijakan menajemen, perencanaan penjualan untuk tahun 2006
diharapkan meningkat ±30% dari total penjualan tahun sebelumnya. Hal ini
dilakukan antara lain karena faktor pengalaman dimasa lalu dan semakin
banyaknya kebutuhan para konsumen sekarang ini dengan bertambahnya
jenis-jenis produk baru yang diciptakan. Selain itu juga disebabkan karena pangsa pasar
konsumen yang semakin luas. Jika pada tahun 2005 telah tercapai penjualan
sebanyak 4.580.000 kg maka direncanakan penjualan untuk tahun 2006 adalah
sebesar 5.954.000 kg (30% x 4.580.000).
Jika diasumsikan tidak ada perubahan biaya dan harga jual, maka akan diperoleh
laba untuk tahun 2006 sebagai berikut:
saat ini Diharapkan peningkatan %tase
Penjualan Rp150.224.000.000 Rp195.291.200.000 Rp 45.067.200.000 100% (biaya
variabel) Rp(90.317.600.000) Rp(117.412.880.000) Rp(27.095.280.000) 60,22% margin
kontribusi Rp 59,906,400,000 Rp 77.878.320.000 Rp 17.971.920.000 39,88% (biaya
tetap) Rp(36.218.560.425) Rp(36.218.560.425) Rp -
3. Perencanaan Laba Perusahaan
Perencanaan laba yang dibuat perusahaan adalah berdasarkan perbandingan
penjualan aktual tahun sebelumnya. Untuk tahun 2006 diharapkan kenaikan
penjualan sampai akhir Desember 2006 adalah ± 30%. Maka penjualan untuk
tahun 2006 adalah ditargetkan sebesar 5.954.000 kg fatty alcohol. Perusahaan
mempertimbangkan untuk tahun depan akan terjadi kenaikan biaya dan kenaikan
harga jual. Hal ini dapat disebabkan karena kenaikan gaji dan upah karyawan
setiap tahunnya. Manajemen perusahaan mengasumsikan kenaikan biaya tetap
sebesar 5% menjadi Rp 38.029.488.446 dan biaya variabel menjadi Rp 20.700.
Harga jual per kg produk juga meningkat menjadi Rp 34.400, maka diperoleh
perencanaan laba sebagai berikut:
Penjualan Rp 204.817.600.000
(biaya variabel) Rp (123.247.800.000) margin kontribusi Rp 81.569.800.000 (biaya tetap) Rp (38.029.488.446) Laba bersih Rp 43.540.311.554
Perhitungan titik impas dan margin keamanannya adalah sebagai berikut:
-titik impas
Rp 34.400 x X = Rp 20.700 (X) + Rp 38.029.488.446 + Rp 0
34.400 X -20.700 X = Rp 38.029.488.466
13.700 X = Rp 38.029.488.466
X = Rp 38.029.488.466
13.700 X
Margin keamanan = Rp 204.817.600.000 – Rp 95.490.134.400
= Rp 109.327.465.600
= Rp 95.490.134.400 %tase margin Kemanan
Rp 204.817.600.000
= 46,62%
Dari tabel dibawah ini dapat dilihat bahwa titik impas penjualan untuk tahun 2006
[image:55.595.120.540.318.668.2]akan tercapai pada bulan Mei 2006.
TABEL 4.5
RENCANA LABA UNTUK VOLUME PENJUALAN TAHUN 2006
Bulan
volume
penjualan biaya tetap biaya variabel total penjualan Laba
(kg) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Januari 496,170 38,029,488,466 10,270,719,000 17,068,248,000 (31,231,959,466) Februari 992,340 38,029,488,466 20,541,438,000 34,136,496,000 (24,434,430,466) Maret 1,580,510 38,029,488,466 32,716,557,000 54,369,544,000 (16,376,501,466) April 2,300,680 38,029,488,466 47,624,076,000 79,143,392,000 (6,510,172,466) Mei 2,870,000 38,029,488,466 59,409,000,000 98,728,000,000 1,289,511,534 Juni 3,200,020 38,029,488,466 66,240,414,000 110,080,688,000 5,810,785,534 Juli 3,696,190 38,029,488,466 76,511,133,000 127,148,936,000 12,608,314,534 Agustus 4,300,360 38,029,488,466 89,017,452,000 147,932,384,000 20,885,443,534 September 4,665,530 38,029,488,466 96,576,471,000 160,494,232,000 25,888,272,534 Oktober 5,161,700 38,029,488,466 106,847,190,000 177,562,480,000 32,685,801,534 November 5,657,870 38,029,488,466 117,117,909,000 194,630,728,000 39,483,330,534 Desember 5,954,000 38,029,488,466 123,247,800,000 204,817,600,000 43,540,311,534
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Analisis Cost Volume Profit
Penerapan analisis cost volume profit, diperlukan penganalisaan unsur biaya
yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya yang dikeluarkan perusahaan selama
tahun 2005 terdiri dari biaya tetap, biaya variabel dan biaya semivariabel,
sehingga diperlukan pemisahan lagi untuk biaya semivariabel tersebut. Dalam hal
pemisahan biaya semivariabel PT.Ecogreen Oleochemicals Medan menggunakan
metode stand by cost (metode biaya berjaga) karena metode ini dianggap cukup
p