• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIMULASI MODEL POPULASI NYAMUK DENGAN FUNGSI KARAKTERISASI HABITAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SIMULASI MODEL POPULASI NYAMUK DENGAN FUNGSI KARAKTERISASI HABITAT"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

SIMULASI MODEL POPULASI NYAMUK

DENGAN FUNGSI KARAKTERISASI HABITAT

Efendi

Staf Pengajar Jurusan Matematika Fakultas MIPA Unand E-mail: efendi@fmipa.unand.ac.id

Abstrak. Pertumbuhan populasi nyamuk dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam habitat.

Ketersediaan air diduga dipengaruhi oleh bentuk geometri habitat, berkaitan dengan proses infiltrasi air dan penguapan pada habitat. Pada tulisan ini dibahas simulasi model populasi nyamukdengan fungsi karakterisasi habitat. Untuk keperluan komputasi digunakansoftware matlab.

Kata kunci. Proyeksi populasi, fungsi karakterisasi habitat.

PENDAHULUAN

Meskipun diketahui bahwa iklim mempengaruhi populasi vektor, namun masih sulit memodelkan efek variasi iklim pada kemunculan wabah penyakit DBD. Hal ini dikarenakan proses epidemiologis yang tergantung beberapa mekanisme sehingga membuat analisis menjadi sangat kompleks.

Beberapa penelitian sebelumnya tentang populasi nyamuk telah dilakukan oleh Moon, Focks, dll. Moon (1976) telah mengembangkan model dinamika populasi nyamuk, tetapi model tersebut belum mengikut sertakan pengaruh lingkungan. Focks et al (1993) juga telah mengajukan model dinamika tabel hidup

nyamuk aedes aegepti dengan memperhatikan beberapa variabel, tetapi model ini kurang fleksibel kalau digeneralisir bagi spesies lain. Shone et al (2006) menginvestigasi peran cuaca pada spesies nyamuk menggunakan model statistic regresi. Dari cara pandang ini aspek dinamis fluktuasi populasi sukar diapresiasikan. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba mencari alternatif model dengan memperhatikan fungsi karakterisasi habitat nyamuk.

FORMULASI MODEL

Model perkembangan individu nyamuk dalam populasi dapat dijelaskan dalam diagram alir berikut:

Gambar 1. Graf siklus hidup nyamuk betina. Simpul menyatakan stage,A = telur awal, B = telur

matang, L = larva, C = dewasa awal, D = dewasan matang laju transisi . Panah menyatakan kemungkinan transisi antara dua stage tiap time step.

(2)

162| Semirata 2013 FMIPA Unila

Model Bergantung Iklim

Dengan memperhatikan dinamika populasi dan pengaruh perubahan iklim untuk tiap laju transisi terutama pada stage

A, B dan L, maka matrik transisi Q dapat

dimodifikasi sebagai berikut:

( )

Oleh karena itu populasi pada saat t dapat dinyatakan sebagai :

Simulasi Model

Untuk simulasi diaplikasikan model populasi nyamuk dengan kebergantungan iklim kepada dua populasi nyamuk Aedes

aegepty dan aedes albopictus yang

merupakan vektor dari DBD. Untuk bisa menghasilkan pola perubahan populasi nyamuk, dengan membandingkan model simulasi, maka harus ditentukan dinamik dari air yang tertampung, EPt dan

nilai-nilai parameter, EPt, sangat berkaitan dengan tipe habitat dan maka untuk itu

dibangun suatu model habitat khusus. Berkaitan dengan nilai-nilai parameter, diasumsikan bahwa karakteristik biologis diketahui, dan parameter-parameter lain diestimasi. Dengan parameter-parameter tersebut, simulasi dihasilkan dengan menjalankan model generik dengan habitat khusus.

Parameter

Karakteristik biologi dari kedua spesies nyamuk diberikan dalam tabel 1. Fitur-fitur biologi tersebut merupakan rata-rata dari informasi literature, survey biologi atau nasehat ahli. Juga ditetapkan ukuran tempat peletakkan telur berbentuk kerucut, kedalaman sama dengan 80 mm dan jari-jari 30 mm, untuk kedua spesies. Kapasitas yang dihasilkan adalah 75ml yang merupakan nilai yang cukup beralasan untuk tempat peletakkan telur. Parameter lainnya yaitu: parameter-parameter yang berhubungan dengan pengaruh iklim diestimasi berdasarkan sifat-sifat kualitatif.

Tabel 1 Karakteristik biologi dan parameter simulasi:

Parameter A. albopictus A.aegepty

Karakteristik biologi

Waktu menetap di A (hari) 7 7

Laju mortalitas di A qAD 0.05 0.01

Laju mortalitas di B qBD 0.05 0.01

Waktu menetap di L (hari) 12 16

Laju mortalitas minimal di L qLDm 0.05 0.01

Panjang siklus bertelur Tc 7 7

Laju mortalitas di C qCD 0.05 0.01

Laju mortalitas di D qDD 0.15 0.06

Jumlah telur/betina Nwf 40 30

Karakteristik Habitat

Kedalaman tempat peletakkan telur (mm) H 80 80 Jari-jari tempat peletakkan telur R 30 30 Kondisi simulasi

Jumlah populasi awal N0 (10,0,0,0,0) (10,0,0,0,0)

(3)

Tabel 2 Parameter model yang diestimasi

Parameter model A.aegepty A.albopictus

0.00005 0.00004 2.27 1.61 - 15.7 - 0.86 0.03 0.06 0.67 5.90 0.25 1.96 0.28 0.07

Simulasi Perbandingan Bentuk Geometri Habitat

Dapat dipandang bentuk habitat nyamuk berupa kerucut, silinder, atau prisma, sesuai dengan fakta di lapangan bahwa nyamuk bersarang di lubang pohon atau kaleng-kaleng bekas.

Berikut diberikan ilustrasi untuk habitat berupa silinder.Misalkan EPmax kapasitas maksimal dari wadah dengan kedalaman

H dan jari-jari R, maka EPmax = .Perhatikan ilustrasi dinamika air dalam man made container dengan asumsi lubang berbentuk silinder sebagai berikut:

Gambar 2. Fase-fase pengisian silinder. (a) waktu t-1 (b) pada waktu penguapandan penampungan air hujan (c) waktu t

Pada tiap time step, air hujan yang tertampung dalam wadah,EPt diupdate. Proses pengisian dikomposisi dalam dua fase berturutan, yaitu evaporasi dan penampungan air hujan (lihat gambar 2).Volume air yang menguap antara t-1 dan t adalah dimana adalah laju evaporasi. Maka volume air yang tersisa dalam ovitrap pada selang

(t-1,1) adalah . Laju ini

tergantung luas permukaan airpada t-1 yaitu : . Semakin besar S semakin besar juga penguapan. Selanjutnya merupakan fraksi air yang menguap dan bernilai 0 sampai 1. Oleh karena itu dapat dipilih fungsi :

(4)

164| Semirata 2013 FMIPA Unila

Untuk prisma :

. Misalkan EPint menyatakan kuantitas air yang tersisa dalam wadah setelah terjadi penguapan antara t-1 dan t, maka

. Sedangkan untuk prisma : . Dari

ilustrasi volume dapat dinyatakan sebagai : , sedangkan untuk

prisma : .. dimana :

Fase kedua pengisian lubang dengan

air hujan. Misalkan Pt tinggi curah hujan pada t-1 dan t. Air hujan yang masuk kedalam silinder diaproksimasi dengan silinder dengan tinggi Pt dan jari-jari R. Karena infiltrasi, maka hanya sebagian

dari air ini yang tertampung yang

juga bergantung pada , yaitu selisih

ternormalkan antara luas permukaan silinder , jadi .

Sehingga : , baik untuk silinder maupun untuk prisma.Setelah evaporasi dan penampungan air, volume air hujan dalam wadah menjadi : ( )

Karena air yang tertampung dibatasi oleh kapasitas maximum sebesar EPmax,

maka:

Misalkan luas permukaan dan tinggi ketiga bentuk geometri sama. Tentu saja volume ketiganya berbeda, tetapi disini fokusnya adalah membandingkan nilai

, dan ketiga bentuk

geometri.

Misal ,

, , berturut-turut

menyatakan untuk kerucut, silinder dan prisma. Karena , maka akibatnya ,karena ,maka , akibatnya , sehingga : Misal , berturut-turut menyatakan

untuk kerucut, silinder dan prisma.

Karena , maka

.

sehingga . Misal , berturut-turut menyatakan untuk kerucut, silinder dan prisma. Karena , maka

Misal ,

berturut-turut menyatakan untuk kerucut, silinder dan prisma. Karena ( )

, maka suku pertama

didominasi oleh kerucut, sedangkan suku kedua didominasi oleh silinder dan prisma.Oleh karena itu jika , yaitu tidak terjadi hujan, maka . Sedangkan jika , yaitu terjadi penguapan total, maka:

Berikut disajikan secara grafik, perbandingan ketiga fungsi karakteristik habitat:

(5)

Untuk

Untuk

Untuk EP

Populasi nyamuk dewasa

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa untuk ketiga fungsi karakterisasi habitat, bentuk geometri silinder dan prisma, mendominasi bentuk geometri kerucut. Dalam hal ini, bentuk prisma dan silinder mampu menampung air lebih banyak dibandingkan dengankerucut untuk kasus luas bagian atas dan tinggi dianggap sama. Akibatnya populasi nyamuk dewasa pada kerucut lebih rendah dari pada silinder dan prisma. Namun demikian untuk kelengkapan simulasi dapat dicoba pula

alternatif dimensi ataupun bentuk geometri yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Ackleh, A.S, Youssef, M.D, Sophia, R, Jang, J, [2007], A Three Stage Discrete-time Population Model. J.

Bio. Dyn.

Schae¤er, B, Mondet, B, Touzeau, S, [2008]. Using a Climate-dependent Model to Predict

Mosquito Abundance: An Application to A. africanus and A. furcifer. Elsevier.

0 50 100 150 200 250 300 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 0.65 0.7 0.75 0.8 0.85 0.9 W aktu (hari) Te tae vap Perbandingan Tetaevap keruc ut silinder prisma 0 50 100 150 200 250 300 0.93 0.94 0.95 0.96 0.97 0.98 0.99 1 W aktu ( har i) Tet aef f

Per bandingan Tetaeff

ker uc ut silinder pr isma 0 50 100 150 200 250 300 0 50 100 150 200 250 W aktu ( har i) EP (ml) Per bandingan EP ker uc ut silinder pr isma 0 50 100 150 200 250 300 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 W aktu ( har i) Jum lah nya muk beti na d ewa sa

Per bandingan jumlah ny amuk

ker uc ut silinder pr isma

Gambar

Gambar  1.      Graf  siklus  hidup  nyamuk  betina.  Simpul  menyatakan  stage,A  =  telur  awal,  B  =  telur  matang,  L  =  larva,  C  =  dewasa  awal,  D  =  dewasan  matang                                laju  transisi
Tabel 2    Parameter model yang diestimasi

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan telah selesainya masa sanggah terhadap pengumuman pemenang untuk paket pekerjaan PENGAWASAN PENINGKATAN JALAN MELANO - PERAWAS ( DAK ), Pokja Pengadaan

Pendidikan merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya perubahan sosial dan pendidikan juga merupakan salah satu sarana utama untuk mensukseskan pembangunan

Khlorinasi adalah proses untuk pengaman terhadap mikroorganisme patogen.. patogen dan parasit dengan cara disinfeksi sangat membantu dalam penurunan wabah penyakit akibat

DETEKSI JENIS KULIT WAJAH BERDASARKAN WARNA YCBCR DENGAN ALGORITMA FUZZY SUBTRACTIVE CLUSTERINGi.

Memberikan pelatihan pembuatan kerajinan tangan dari botol plastik dengan sasaran remaja RT 33 di Desa Banaran Pedukuhan 8 Banaran.. 1x200”

tindakan antisipasi untuk mmperbaiki perlaku memelihara kebersihan alat kelamin pada masa kehamilan yakni mengembangkan pengkajian data fokus tentang kebiasaan

mahasiswa diajarkan untuk dapat membuat perangkat pembelajaran, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), media pembelajaran, dan bahan ajar. Selain praktik

Namun apakah dengan smartphone melalui aplikasi digitalnya dapat membantu memotivasi mahasiswa untuk lebih giat melakukan pembelajaran atau malah sebaliknya bahkan