• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELUANG DAN TANTANGAN KOMPUTERISASI DALAM PENDIDIKAN SENI KEAGAMAAN HINDU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELUANG DAN TANTANGAN KOMPUTERISASI DALAM PENDIDIKAN SENI KEAGAMAAN HINDU"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PELUANG DAN TANTANGAN KOMPUTERISASI DALAM PENDIDIKAN SENI KEAGAMAAN HINDU

I Nyoman Winyana

Universitas Hindu Indonesia, Denpasar, Indonesia nyoman.winyana@yahoo.com *

* corresponding author

I. PENDAHULUAN

Industri 4.0 pertama kali digemakan oleh pemerintah Jerman untuk memajukan bidang industri ke tingkat lanjut dengan bantuan teknologi. Revolusi industri 4.0 bisa diartikan sebagai adanya ikut campur sebuah sistem cerdas dan otomatis dalam industri. Hal itu digerakkan oleh data (Mechin learning) atau diartikan sebagi suatu yang mampu menciptakan peluang. Secara singkat komputer dibiarkan untuk membuat keputusan sendiri tanpa keterlibatan manusia. Kombinasi dari sistem fisik atas cyber antara internet of thing dan internet of systems membuat industri 4.0 menjadi mungkin, membuat pabrik sistem menjadi kenyataan, (Ahmad Hamdani; www.tek.id;2019).

A R T IC L E IN F O A B S T R A C T

Keywords

Peluang dan Tantangan, komputerisasi,

Pendidian Seni Keagamaan Hindu

Sistem yang serba maju, menjadikan budaya masyarakat berubah dengan cepat, demikian juga dengan sistem proses pendidikan juga mengalami perubahan. Menyikapi hal itu perlu adanya pemahaman dan sikap tanggap untuk memahami kinerja sistem computer dalam pendidikan seni keagamaan Hindu. Dalam kaitan dengan pendidikan seni melahirkan suatu persoalan seberapa penting komputer dapat menangani persoalan estetik dalam proses transfer ilmu dalam proses pendidikan tanpa kehadiran manusia. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif, agar pendekatan dan kajian dapat dilakukan dengan lebih dalam yang diulas berdasarkan pengalaman dan sumber bacaan. Dalam penyelesaiannya kajian ini juga membahas tentang tantangan dan peluang seni Keagamaan Hindu dalam jaringan komputer. Data-data yang digunakan di dasarkan pada observasi dan pengelaman kerja di lapangan. Temuan dari kajian ini menunjukan adanya kecendrungan bahwa secara konsep yang bersifat teoritik tidak mengalami hambatan dalam proses komputerisasi seni Keagamaan Hindu. Secara praktek beberapa materi dapat disesuaikan menurut sifat dan jenisnya, dalam prakteknya tetap computer tidak dapat hadir secara permanen menghilangkan peran manusia namun computer menjadi media mempermudah untuk memahami seni keagamaan Hindu dalam Pendidikan.

This is an open access article under the CC–BY-SA license.

(2)

Perubahan yang sangat cepat yang diakibatkan oleh kecerdasan computer telah merambah berbagai sisi. Terutama dalam bidang pendidikan peran computer juga tidak dapat diremehkan. Sampai hari ini kehadiran manusia di dalam proses transfer ilmu telah berkembang diakibatkan oleh kehadiran computer. Dalam sistem pencatatan yang menjadi ciri dari suatu keilmuan sudah dapat diambil alih melalui tergantikannya mesin ketik manual digantikan oleh ketikan file yang dapat secara mudah dikoreksi. Selain itu cetakan yang dikeluarkan dari sistem printing menunjukan kerapian dan juga kemudahan yang sangat berbeda dapat dihasilkan. Keberhasilan computer di dalam mengubah sistem pengetikan manual tidak saja menjadi pengalaman baru yang ada di lingkungan pendidikan dianggap telah menunjukan kemajuan.

Sementara hilangnya kebiasaan di dalam menggunakan mesik ketik manual tergantikan oleh computer menjadikan peluang mesin di dalam meningkatkan sistem felling menjadi kebutuhan utama dalam setiap laporan ataupun bentuk tulisan. Selain itu dalam konteks presentasi sebagai bentuk komunikasi verbal yang sangat penting di dalam setiap pendidikan menubuhkan budaya baru menggantikan media slide manual tergantikan oleh sistem powerpoint. Kehadiran program baru dalam presenting ini juga menjadikan tampilan menjadi lebih terbuka tidak saja dalam bentuk dua dimensi namun juga sudah memperlihatkan pada bentuk tiga dimensi. Apa yang dihasilkan oleh mesin computer setidaknya juga telah memberi kemudahan terhadap pekerjaan manusia di dalam menyiapkan presentasi.

Kenyataannya di dalam proses transfer pengetahuan keberadaan mesin computer tidak hanya mampu membantu manusia untuk menyimpan beberapa file pekerjaan yang bersifat teoritis. Hal di luar itu tampaknya peran manusia sebagai pelaksana masih mendominasi pekerjaan yang belum dapat terselesaikan oleh mesin. Walaupun demikian peluang dan tantangan untuk mengembangkan sistem transfer pengetahuan menjadi hal penting dalam memanfaatkan mesin computer untuk kepentingan pendidikan seni keagamaan Hindu di masa mendatang.

Sejauh ini kondisi masyarakat regenerasi 4.0 memilih gadget sebagai media komunikasi, hampir sebagaian besar generasi muda milenial memiliki kebiasaan untuk menyerap informasi melalui industri komunikasi seperti handphone. Di sisi lain budaya untuk mencari pengetahuan tidak terlepas dari lingkungan masyarakat di mana dilahirkan. Termasuk pengetahuan yang diperoleh melalui institusi formal dan informal baik di tempat-tempat pelatihan kursus maupun nonformal (keluarga ataupun masyarakat).

Dalam memahami budaya agama Hindu seperti masyarakat Hindu di beberapa tempat di Bali umumnya Agama Hindu dipelajari lewat sastra, media seni, media upacara dan juga tatakrama yang berlaku dalam masyarakat adat. Persoalan yang muncul adalah apakah dengan kehadiran media computer atau hasil teknologi generasi industri 4.0 mampu menggantikan pendidikan seni keagamaan Hindu itu menjadi lebih matang atau malah menjadi lebih dangkal.

Peluang untuk membangun generasi yang melek terhadap industri digital adalah harapan untuk mampu bersaing di tingkat global. Setelah hal itu tercapai adakah kontribusi yang dapat ditawarkan di dalam dunia pendidikan untuk meningkatkan dan membawa generasi ke arah masyarakat milenial yang memahami konsep seni keagamaan Hindu secara lebih menglobal.

Permasalahan peluang pendidikan yang dapat dikembangkan dengan media teknologi industri 4.0 dalam memahami seni keagamaan Hindu secara pelacakan tulisan-tulisan dan kajian yang membahas tema pendidikan dalam kaitannya dengan industri 4.0 masih luput dari perhatian. Walaupun demikian beberapa tulisan yang menyentuh tentang pendidikan seni keagamaan Hindu yang dapat dijadikan kajian rujukan sebagai informasi data awal menjadi hal penting diperhatikan.

(3)

Kiranya alasan penting masalah pendidikan pada computerisasi ataupun hasil teknologi lainnya dalam pengembangan sistem pendidikan seni keagamaan Hindu di Bali sangat beralasan dikaji agar ditemukan suatu pola yang dapat menjadi data dan isu strategis di dalam meningkatkan pola pendidikan yang berbasis komputerisasi yang mampu dimanfaatkan secara lebih efektif oleh generasi muda. Selain hasil kajian ini nantinya dapat menjadi dasar untuk pengembangan pemahaman yang dapat dijadikan rujukan untuk pengembangan pendidikan di tingkat dasar ataupun lanjutan.

II. PEMBAHASAN

Pendekatan yang digunakan untuk pembahasan ini adalah melalui pendekatan rancangan metoda kajian kualitatif. Artinya bahwa pembahasan dilakukan dengan pendekatan sumber di lapangan melalui pengamatan pada objek kajian yang berfokus pada pola pendidikan yang berbasis IT dalam menanamkan pendidikan seni keagamaan Hindu. Hasil kajian diolah dalam paparan bahasan bahasa verbal dengan mengikuti pola bahasa ilmiah.

Peluang dan tantangan teknologi industri 4.0 memiliki batasan makna yang secara umum diartikan sebagai bentuk kerja sistem cerdas yang mampu menggantikan peran manusia yang digantikan oleh mesin sehingga peran manusia di dalam prosesnya bersifat sebagai pengontrol dan pemilik ide. Peluang dan tantangan merupakan sebuah usaha yang dibangkitkan beradasarkan penemuan inovatif pengetahuan tentang mesin yang disebut sebagai komputer karena mampu menterjemahkan keinginan manusia terutama dalam hal konseptual. Hadirnya mesin komputer dibarengi oleh hasil industri lainnya dalam kehidupan masyarakat menjadikan pola dan perilaku masyarakat mulai mengubah kebiasaan lama secara fenomenal.

Peluang untuk menjadikan mesin cerdas sebagai mitra dalam konsep pendidikan merupakan sebuah tantangan yang perlu terus mendapat perhatian dan pengembangan. Hal itu dilakukan agar sebagai generasi milenial di masa global mampu meningkatkan pemanfaatkan teknologi untuk kepentingan yang lebih baik bagi masa generasi Hindu. Hal yang secara cerdas perlu mendapat sikap di dalam mengembangkan masyarakat Hindu sehingga tidak tertinggal oleh kemajuan zaman.

Pengembangan pemahaman seni Keagamaan Hindu yang berkembang pada masyarakat milenial saat ini sudah merambah pada media teknologi. Salah satunya adalah penemuan baru bidang teknologi computer dan jaringannya yang mampu menghubungkan manusia di seluruh dunia. Seni Keagamaan Hindu merupakan kegiatan seni yang berkaitan dengan kepentingan pemahaman ke-hindu-an di Bali. Pemahaman yang menyangkut beragam bentuk seni mulai dari seni banten, seni suara, seni musik, seni tari dan juga seni drama.

Dalam kontek ke-Hindu-an di Bali berdasarkan ajaran sastra disebutkan pula bahwa ada lima dasar yang dijadikan media komunikasi di dalam mencapai tingkat kedamaian dan ketenangan adalah melalui; suara mantra, suara kentongan, suara gamelan, suara genta dan suara nyanyian tembang. Kelima dasar bunyi atau suara ini dianggap memiliki fibrasi berupa gelombang yang dapat menyatukan rasa di dalam pemujaan. Keterhubungan konsep panca sona dimaksud dihadirkan dalam setiap ritual kehidupan masyarakat Hindu Bali dalam melakukan proses beragama. Termasuk juga dalam kontek pemahaman tentang dasar kerangka agama Hindu, konsep lokal seperti tri hita karana, tri kaya parisuda, tri mandala, tri sakti.

Secara umum kehadiran seni dalam ritual Hindu merupakan sebuah model yang dikembangkan untuk memahami konsep Hindu Bali. Lewat seni yang mengutamakan konsep pemikiran tiga (tri) membagi keindahan menurut weda dalam tiga hal yakni Ciwam, Satyam, Sundaram. Seni mengandung unsur Ciwam yang meletakkan unsur

(4)

keindahan dalam kebenaran, seni mengandung satyam yang berarti kesucian dan sundaram yang berarti keindahan.

Pemahaman tentang pola pikir ke-hindu-an masyarakat di Bali sudah dituliskan di dalam buku ataupun kajian sastra. Permasalahan di dalam pendidikan di era global adalah kehadiran generasi yang selalu haus dengan pemahaman Hindu membutuhkan lebih banyak informasi dari berbagai model. Oleh karena sistem pemahaman yang berkembang gaya generasi milenial sangat berkait dengan dunia industry 4.0. Handphone merupakan salah satu alat yang paling menyita banyak waktu dan perhatian masyarakat saat ini. Hal itu terjadi karena segala macam informasi yang berkaitan tentang dunia ada pada mesin cerdas tersebut.

Pendidikan merupakan suatu konsep terarah karena memiliki tujuannya masing-masing sesuai dengan kopetensi yang ditawarkan. Selain itu pendidikan juga terbuka secara publik tentang apa saja yang dimiliki ataupun yang dilakukan. Oleh karena itu pendidikan formal yang terselenggara memiliki tujuan yang mengacu pada perubahan untuk menjadikan seseorang untuk dapat lebih berilmu dan mampu mandiri. Tiga pilar penting yang menjadi dasar pengembangan dalam pendidikan terutama berkaitan dengan etitude (sikap), kedua berkaitan dengan pengembangan nalar konseptual, dan ketiga berkaitan dengan kemampuan motorik atau skill.

Dalam pelaksanaannya pendidikan khususnya yang berkaitan dengan agama Hindu di Bali memiliki caranya tersendiri. Walaupun kemudian cara yang sering dilakukan itu kemudian bias menyebar ke masyarakat urban Hindu yang ada di luar Bali. Penyampaian dan sebaran kontens Hindu apalagi yang berkaitan dengan seni seringkali menjadi media yang paling mudah dilakukan oleh masyarakat. Alasannya karena selain seni menjadi bagian kelengkapan dalam keyakinan umat Hindu sebagai perantara ritual atau sakral juga seni dapat dinikmati dalam alunan rasa. Seni juga memiliki sendi-sendi nilai yang tidak saja di tataran teori melainkan lebih banyak masuk pada aplikasinya.

Seseorang yang ingin memahami keindahan alam dapat menikmati alam dengan mendatangi tempat-tempat indah sehingga di tempat indah karena alamnya memang indah mampu dirasakan. Sulit diurai dengan kata dan kalimat namun tempat dan lokasi dimaksud memberi kenyamanan yang mampu memenuhi indera kebutuhan manusia. Keindahan semacam itu disebut sebagai keindahan natural yang hanya mampu diperoleh karena ada usaha untuk memenuhi standar kenyamanan yang ada pada diri manusia. Dalam pendidikan keindahan semacan itu harus diletakkan dasarnya sehingga setiap orang mengerti keindahan yang dimaksud itu ada pembedanya dengan keindahan yang dibuat oleh manusia.

Keindahan dalam beragama Hindu tidak cukup hanya dengan dilakukan seorang diri, maka dalam usaha untuk menemukan nilai yang lebih nyata memunculkan nilai sosial, gotong royong, pertemuan keluarga, yang kemudian diangkat dalam konsep kebersamaan yang tercermin dalam unit menyama braya. Kontek menyama braya kemudian memunculkan kebiasaan untuk saling mengingatkan dengan istilah me-jotan dalam adat masyarakat Hindu di Bali (memberikan dalam bentuk apapun karena rasa syukur). Suatu bentuk implementasi dari ajaran yadnya (pengorbanan secara tulus dan iklas). Di masa ini tantangan untuk menyama braya dalam kontek yadnya sudah mulai mendapat tantangan dari konsep individual yang sering muncul kepermukaan.

Bagi mereka yang ada dirantauan konsep yadnya dalam bentuk me-jotan mungkin lebih sulit dilakukan karena terkadang situasi dan kondisi berbeda. Walaupun demikian konsep menyama braya yang diperlihatkan di dalam konteks pemahaman oleh masyarakat Hindu Bali sangat luas mempengaruhi cara dan kebiasaan masyarakat dalam menjalankan konsep beragama dalam menterjemahkan salah satu ajarannya yakni yadnya.

(5)

Dalam kontek seni, pelaku seni juga mencontoh kontek yadnya. Contoh yang paling nyata adalah bahwa bentuk seni bunyi yang dilahirkan oleh orang-orang kreatif di Bali selalu menggabungkan beberapa alat atau instrumen dalam suatu barungan agar banyak orang yang dapat terlibat. Di dalam menghasilkan karya bunyi juga dilakukan dengan sekelompok pelaku seni sehingga karakteristik seni bunyi yang disebut gamelan seringkali hadir dengan berbanyak orang yang terlibat di dalamnya. Pencapaian keindahan dengan jumlah pelaku lebih dari satu yang terlibat akan terjadi bila konsep menyama braya dan saling mengisi dapat diketahui, dipraktekan dan juga diresapi.

Dalam kontek masa kini konsep yadnya dalam ketulusan seringkali terganggu oleh kebutuhan individual yang mencuat ke permukaan karena untuk memahami diri sebagai orang yang serba berkecukupan seringkali tidak suka hidup secara kelompok. Pemahaman dalam kontek ke-Hinduan sikap yang diinginkan oleh Tuhan sebagai objek yang paling dipuja dan ditakuti memberi penilaian atas kebaikan dan keburukan yang akan terjadi ketika perlakuan yang tidak seimbang disikapi oleh seseorang. Penyampaian keinginan dalam kontek perilaku (etitude) ini perlu pendidikan yang di masa ini disampaikan lewat bahasa yang lebih canggih. Hal itu juga perlu dilakukan dengan pemanfaatan teknologi.

Dalam menyikapi nilai-nilai kehidupan yang tersimpan di dalam karya-karya seni membutuhkan teknik yang lebih bervareatif. Kalau di masa lalu para orang tua di Bali memiliki metoda dengan pertemuan-pertemuan sosial yang menggiring seseorang dapat terlibat secara aktif di dalamnya. Pada generasi sekarang pemahaman tentang nilai kebersamaan juga seharusnya memiliki cara yang lebih disesuaikan. Menyeret pendidikan dalam mengisi konten ajaran yang lebih kekinian membutuhkan perencanaan dan pelaksanaan yang lebih matang.

Dalam mencermati pendidikan di masa depan yang berbasis teknologi sebaran ajaran agama di dalam memahami karya dan ajaran filosofi tentang ke-Hinduan dapat dilakukan dengan merekayasa tampilan dalam kemasan teknologi. Sumber filosofi tentang isi weda yang termuat dalam cerita sastra dapat dilakukan dengan unggahan-unggahan yang kreatif mampu menjadi konsumsi masyarakat milenial. Dasar-dasar yang digunakan sebagai material pendukung adalah handphone. Alat komunikasi handphone ini adalah alat yang mampu menghubungkan setiap orang. di dalamnya terdapat berbagai informasi dan tayangan yang dapat setiap saat diamati oleh umat Hindu.

Dalam hal ini tanggungjawab pendidikan diletakkan pada kesiapan pendidikan dalam mengantisifasi kebutuhan masa kini. Kontens atau isian dari proses pendidikan perlu peningkatan secara kuantitas. Penterjemahan sastra weda dan ajaran para leluhur perlu kemasan dalam bentuk yang lebih kreatif patut menjadi tugas setiap pelaku pendidik untuk mengunggah dalam bentuk tampilan. Pendidikan berbasis internet membutuhkan konten yang lebih banyak dapat dinikmati oleh masyarakat. Pendidikan masa depan akan sangat tergantung pada isian kontens tampilan yang dapat dipadukan dengan teknologi di dalamnya.

Kesiapan menuju pembuatan konten membutuhkan ilmu dan teknologi. pendidikan yang berbasis industri 4.0 membutuhkan penguasaan teknologi masa depan. Hal itu jelas tidak dimiliki oleh setiap orang secara utuh. Contohnya seorang yang ahli dalam seni melukis atau seni musik, tidak memiliki penguasaan teknologi untuk pengkemasan menjadi suatu produk yang dapat masuk dalam konten handphone membutuhkan keahlian khusus di dalam pengkemasan teknologinya.

Dalam metoda pendidikan penguasaan materi atau transfer ilmu terjadi jikalau ada keinginan untuk memahami materi dilakukan secara sadar oleh peserta didik. Membangun kesadaran untuk memperoleh pengetahuan dalam diri peserta didik tidak hanya didorong oleh adanya pengaruh lingkungan secara terstruktur. Dalam kaitannya dengan sistem pendidikan yang berbasis industry 4.0 Karakteristik materi yang dapat tersampaikan

(6)

hanyalah berupa konsep dan gambar. Kekurangan yang tidak dapat diaplikasikan dalam industry 4.0 adalah sentuhan aplikasi natural (alami) yang menjadikan materi dapat diresapi secara emosional.

Dalam transfer keilmuan teknis pada computer, dengan mempersiapkan materi secara konkrit yang dapat diunggah secara online sistem menghasilkan panduan yang dapat disimak. Dalam pelaksanaannya walaupun demikian materi khususnya yang bersifat karakteristik emosional membutuhkan penjalasan yang lebih bersifat komunikatif. Hal itu terjadi karena penerimaan materi secara online sistem terkadang memunculkan pemaknaan yang tidak sama. Hal itu terjadi karena materi yang bersifat kekhususan (skill) yang berkaitan dengan teknis membutuhkan hal teoritis namun juga selain itu membutuhkan praktik yang juga memerlukan dukungan bimbingan untuk memperlihatkan akurasi materi yang tidak dapat terjelaskan secara lengkap dengan bahasa nonverbal.

Dalam dunia pendidikan digital apa yang dikenal dengan istilah Elearning merupakan suatu metode pengajaran berbasis komputerisasi yang memberikan panduan secara otomatis oleh mesin yang diolah di computer. Pendidikan masa depan dengan pemanfaatan Elearning dianggap lebih membebaskan peserta didik untuk dapat mengakses, tidak terbatas atau terstruktur oleh waktu. kemandirian peserta didik sangat diuji kemampuannya. Selain itu materi yang disampaikan dapat diamati secara berulang kali sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Hal ini adalah suatu tantangan yang patut diberi perhatian lebih pada model pendidikan masa depan.

Walaupun demikian ketidakhadiran peserta didik di dalam pertemuan kelas tentunya akan menjadi kelemahan tersendiri bagi peserta didik yang tidak memiliki kosentrasi yang baik dan mampu menguasai teknologi industry 4.0. Dalam model Elearning memang sebaiknya tidak seluruhnya diselesaikan dalam mesin. Pertemuan untuk membahas materi yang belum dipahami dengan mesin computer masih perlu diperhatikan untuk dibahas lebih dalam.

Kelemahan dalam Elearning sistem adalah tidak seluruh peserta didik memeiliki kemampuan untuk menjaga kosentrasi yang baik. Artinya rangsangan untuk memeberi fokus pada suatu objek pemahaman masing-masing memiliki kemampuan yang berbeda. Hal itu dapat memupuskan harapan dan semangat pembelajaran. kedua membangun suasana belajar yang kompetitif tidak lahir karena hal itu terjadi di ruang yang hanya dirasakan secara individual, tanpa ditemani peserta lain yang kadang dianggap sebagai teman main ataupun competitor.

Dalam konteks objek seni keagamaan Hindu pembelajaran secara individual bersama mesin hanya memiliki keunggulan bahwa pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan di mana saja. Pelaksanaan untuk proses kebersamaan yang membutuhkan perhatian justru lebih mudah dilakukan dengan kelas manual secara bersama-sama. Apalagi di dalam seni-seni yang sifatnya kolaboratif kehadiran masing-masing pelaku atau peserta menjadi sangat penting untuk melahirkan dan memahami konsep seni yang sesungguhnya. Secara teoritik objek materi seni budaya keagamaan Hindu yang bersifat teoritis justru lebih mudah dilakukan dengan sistem Elearning.

Tujuan pendidikan untuk menempatkan manusia sebagai objek yang dapat disempurnakan dalam tataran pengetahuan, kemampuan dan perilaku membutuhkan ruang praktek yang sesungguhnya nyata. Sama halnya dengan bermain bola pada sistem computer (game bola) dengan bermain bola di lapangan. Secara konsep mungkin teknik bermain bola dapat dipahami namun secara prateknya bermain bola sama sekali tidak dapat dilakukan dengan baik di lapangan karena pelaku sama sekali tidak pernah menendang bola bahkan lari dalam satu jam. Padahal pada mesin computer sekelas pemain Mesi pun mampu ditipu. Padahal Kenyataan dalam bermain bola di komputer adalah hal penting yang tidak akan digunakan di dalam kehidupannya kelak. Walaupun demikian bukan

(7)

berarti dunia Elearning dengan komputer tidak penting. Dalam hal ini perpaduan untuk menyadarkan pemanfaatan mesin sebagai medium pembelajaran merupakan pengalaman maya (semu) yang tidak pernah akan memberikan kenyataan dalam prakteknya.

Dengan demikian Tantangan dunia mesin dalam sistem pendidikan seni Kegamaan Hindu tidak dapat meninggalkan realitasnya di lapangan. Sentuhan praktek dalam pengajaran justru tidak mampu meningkatkan skiil sebagai faktor penting dalam konsep pendidikan oleh karena kebiasaan dalam mesin computer hanya mampu meningkatkan kemampuan dunia maya termasuk konsep teoritis pembelajaran. Praktek dunia realitas terbaik hanya ada pada kenyataan yang sesungguhnya untuk menghasilkan karya yang benar-benar tidak menipu. Kalau hanya sebatas pengalaman untuk mengetahui atau pada tingkat pemahaman teoritis, media mesin pada sistem industry 4.0 patut perlu menjadi perhatian dan disikapi lebih arif.

III. PENUTUP

Solusi dari permasalahan pendidikan berbasis mesin computer menempatkan sistem Elearning sebagai metoda yang cukup baik untuk menitipkan materi pembelajaran yang bersifat teoritis. Oleh karena itu budaya untuk mengarahkan sistem pembelajaran ke arah Elearning membutuhkan infrastruktur yang sangat memandai. Tenaga, kemampuan jaringan, dan juga manajemen up to date materi senantiasa menjadi peluang bagi pelaksana di dalam memfungsikan sistem yang ada.

Dalam mencapai realitas kemampuan sesuai dengan tujuan pendidikan untuk menjadikan manusia utuh yang memiliki keahlian dan pengalaman sistem mesin komputer bukanlah solusinya karena mesin hanya memberikan kehidupan maya yang sama sekali berbeda dengan kebutuhan lapangan. Oleh karena itu perpaduan dua unsur metode pendidikan patut menempatkan kedua media secara seimbang antara kebutuhan untuk pengembangan pengetahuan dan untuk pengembangan dunia praktisnya.

Capaian pendidikan di dalam sistem komputerisasi pada bidang seni Pendidikan keagamaan Hindu secara konseptual sangat penting menjadikan komputerisasi sebagai konsep pembelajaran, namun tidak seluruhnya dapat dilakukan karena untuk kepentingan pengambangan secara skill kemampuan, realitas pembelajaran lapangan dengan sentuhan kelas praktek secara bersama akan lebih banyak meningkatkan kemampuan dan pengalaman. Oleh karena itu peningkatan bidang keahlian hanya dapat dicapai melalui kelas dan praktek langsung. Dalm computer pendalaman seni hanya dapat dilakukan untuk mengulangi ingatan yang sudah pernah dilakukan atau dipraktikan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Hamdani; 2019. www.tek.id;2019

Djelantik, 1999, Estetika Pengantar, Bandung Indonesia; Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Donder I Ketut, 2005, Esensi Bunyi Gamelan Dalam Prosesi Ritual Hindu; Perspektif Filosofis-Teologis, Psikologis, Sosiologis, dan Sains. PT Gramedia; Jakarta. Gie The Liang, 1996, Filsafat Seni, Yogyakarta; Pusat Belajar Ilmu Berguna.

(8)

Suharta I Wayan, 2005, Sekularisasi Gamelan Bali:Studi Perkembangan Balaganjur, Program Pasca Sarjana Universitas Udayana; Denpasar.

Sumandio, Y. Hadi. 2006, Seni dalam Ritual Agama, Penerbit Buku Pustaka ; Yogyakarta. Sumardjo Yakob,1999, Proses Kreatif Dan Konteksnya, Panggung Jurnal STSI No 13/VI/

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam sistem kehidupan itu terdapat urusan agama (hubungan langsung dengan Tuhannya); urusan sosial kemasyarakatan, yaitu segala macam aktivitas yang berhubungan

Selain keberadaan vegetasi di kawasan pantai peneluran penyu di Pantai Lhoknga Gampong Mon Ikeun Kabupaten Aceh Besar juga terdapat berbagai hewan predator

Saya mengucap syukur atas kesempatan dan tuntunan yang diberikan-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul “Perencanaan Pengendalian

Berdasarkan hasil di atas diketahui bahwa dari 25 responden, 3 responden pada kelompok kontrol yang mempunyai nilai NSDA di akhir penelitian lebih rendah

Kerusakan yang tak dapat diperbaiki, keterbatasan, menyadari bahwa kita berbeda dengan orang lain, merasa hina karena harus bergantung kepada orang lain bahkan untuk melakukan

a) Setiap Pemegang Kad Layak-B berhak menerima Pulangan Tunai maksimum yang dihadkan pada Ringgit Malaysia Seratus Tiga Puluh (RM130) atas dasar siapa cepat dia dapat. b)

Bahan pembantu adalah bahan pelengkap dari suatu proses pengolahan, jadi merupakan bahan yang harus ditambahkan pada suatu olahan, disamping bahan baku itu

x Kelenjar getah bening yang bengkak di leher atau ketiak (bila ada dengan jenis TB luar paru lain, tanda ini mungkin adalah satu-satunya cara untuk memastikan diagnosis).