• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Good Governance

Konsep pengelolaan pendidikan modern dengan prinsip desentralisasi mencakup dua konsep dasar, yaitu konsep tata pamong yang baik (good governance) dan Konsep Manajemen Efektif (Effective Management). Pengertian Governance dapat diartikan sebagai cara mengelola urusan-urusan publik (Mardiasmo, 2002:23). Sedangkan World Bank memberikan definisi

governance sebagai “the way state power is used in managing economic and social resources for development of society”, sedangkan dalam buku Corporate Governance Concept and Model (2009:2) menyebutkan

bahwa: “kata governance merupakan kata benda (noun) yang bermakna ‘pengelolaan’. Di Indonesia, sebagian literatur menerjemahkan sebagai tata-kelola dan se-bagian lainnya tata-pamong”. Dalam hal ini governance dikaitkan dengan keterlaksanaan standar pengelolaan maka dapat diartikan sebagai tata pamong. Dalam hal ini keterlaksanaan standar pengelolaan mengacu pada

good governance yang sering diartikan sebagai tata

pamong yang baik.

Tata pamong yang baik mencakup lima kriteria yaitu kredibilitas, transparansi, akuntabilitas, tanggungjawab, dan adil (BAN-PT 2010:17). Menurut Bhata (dalam Widodo 2011:1) Karakteristik Good

(2)

12

akuntabilitas (accountability), transparansi

(transparan-cy), keterbukaan (openess), dan rule of law. Sementara

menurut Ganie-Rochman (2000:151), menyebutkan ada empat unsur utama yaitu accountability, kerangka hukum (rule of law), informasi, dan transparansi. Menurut United Nations Development Programme (UNDP) sebagaimana dikutip dari Lembaga Administrasi Negara (2000:7)

karakteristik “good governance” antara lain: participation, rule of law, trancparency, responsive-ness, consensus orientation, equity, effectiveness and efficiency, accountability, strategic vision.

Untuk membangun good governance, sekolah/-madrasah harus memiliki kepemimpinan yang kuat (strong leadership) yang dapat mempengaruhi seluruh perilaku individu dan kelompok dalam pencapaian tujuan. Kepemimpinan yang kuat adalah kepemimpin-an ykepemimpin-ang visioner (ykepemimpin-ang mampu merumuskkepemimpin-an dkepemimpin-an mengartikulasi visi yang realistik, kredibel, menarik tentang masa depan). Kepemimpinan efektif mengarah-kan dan mempengaruhi perilaku semua unsur, mengi-kuti nilai, norma, etika, dan budaya organisasi yang disepakati bersama, serta mampu membuat keputusan yang tepat dan cepat. Tata pamong mampu member-dayakan sistem pengelolaan yang berorientasi pada prinsip pengelolaan sesuai dengan peraturan perun-dangan yang berlaku di Indonesia. Tata pamong yang ada memungkinkan terbentuknya sistem administrasi yang berfungsi untuk memelihara efektivitas, efisiensi dan produktivitas dalam upaya perwujudan visi, pelak-sanaan misi, dan pencapaian tujuan serta memelihara

(3)

13 integritas Sekolah/Madrasah.

Implementasi good governance tercermin dari baiknya sistem pengelolaan fungsional sekolah/ma-drasah, yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengembangan staf, pengarahan, pengawasan, moni-toring dan evaluasi, terutama dalam penggunaan sumber daya pendidikan, agar tercapai efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan.

2.2 Standar Pengelolaan Pendidikan

Dua konsep dasar pengelolaan pendidikan modern yaitu: konsep tata pamong yang baik (good

governance) dan Konsep Manajemen Efektif (Effective Management), membuat beberapa ahli memberikan

pengertian dan sudut pandang yang berdeda-beda dalam mengartikan pengelolaan pendidikan. Namun demikian apabila dicermati subtansinya hampir sama.

Hasibuan (1985:15) mengatakan, pengelolaan adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lain secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Pidarta (2004:3) menyatakan bahwa pengelolaan ialah proses mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak berhu-bungan menjadi sistem total untuk menyelesaikan suatu tujuan. Sumber di sini mencakup orang-orang, alat-alat, media, bahan, uang dan sarana. Mulyono (2009:18) mendefinisikan pengelolaan sebagai sebuah proses yang khas yang terdiri dari perencanaan, peng-organisasian, penggerakan dan pengawasan serta evaluasi yang dilakukan pihak pengelola organisasi

(4)

14

untuk mencapai tujuan bersama dengan memberdaya-kan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.

Dengan demikian pengelolaan pendidikan merupakan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi pendidikan dengan memberdayakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.

Standar Pengelolaan adalah Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Standar Penge-lolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah diatur dalam Permendiknas No. 19 Tahun 2007. Standar pengelolaan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, harus mampu mencerminkan enam komponen kegiatan penting Standar Pengelolaan Pendidikan meliputi: 1) Perencanaan Program, 2) Pelak-sanaan Rencana Kerja, 3) Pengawasan dan Evaluasi, 4) Kepemimpinan Sekolah/Madrasah, 5) Sistem Informasi Manajemen, dan 6) Penilaian Khusus.

Dalam pelaksanaannya akan disimplifikasi menjadi tiga yakni perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dengan tidak mengesampingkan komponen-komponen tersebut. Perencanaan program, mengatur tentang visi, misi, tujuan, dan rencana kerja sekolah/-madrasah. Pelaksanaan rencana kerja mengatur hal-hal yang berkaitan dengan: (1) pedoman

(5)

sekolah/-15 madrasah, (2) struktur organisasi sekolah/madrasah, (3) pelaksanaan kegiatan sekolah/madrasah, (4) kesiswa-an, (5) kurikulum dan kegiatan pembelajarkesiswa-an, (6) pendidik dan tenaga kependidikan, (7) sarana dan prasarana, (8) keuangan dan pembiayaan, (9) budaya dan lingkungan sekolah/madrasah, dan (10) peranserta masyarakat dan kemitraan sekolah/madrasah. Bagian pengawasan dan evaluasi mengatur tentang: (1) program pengawasan, (2) evaluasi diri, (3) evaluasi dan pengembangan KTSP, (4) evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan, dan (5) akreditasi sekolah/madrasah.

Dalam penelitian ini akan membahas standar pengelolaan pendidikan pada lima komponen penting yaitu 1) perencanaan program sekolah/madrasah; 2) pelaksanaan rencana kerja sekolah/madrasah; 3) pengawasan dan evaluasi sekolah/madrasah; 4) kepemimpinan sekolah; 5) sistem informasi manajemen sekolah/madrasah; serta keterlaksanaan pedoman pengelolaan sekolah/madrasah yang merupakan bagian dari pelaksanaan rencana kerja. Komponen keenam yaitu Penilaian Khusus tidak disertakan dalam penelitian ini karena keberadaan sekolah/madrasah pengelolaannya mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan.

2.2.1 Perencanaan Program

Perencanaan program sekolah merupakan upaya yang perlu dilakukan untuk membangun sekolah agar menjadi sekolah unggulan serta memiliki nilai tambah agar memiliki daya saing. Aminoto (dalam Usman,

(6)

16

2011:65) mengungkapkan, bahwa perencanaan adalah proses mempersiapkan kegiatan secara sistematik yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan ialah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan dalam suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian perencanaan mengan-dung unsur: a) sejumlah kegiatan yang ditetapkan se-belumnya, b) adanya proses, c) hasil yang ingin dicapai, dan d) menyangkut masa depan dalam waktu tertentu.

Permendiknas No. 19 Tahun 2007 mengatur penyusunan Perencanaan Program mewajibkan penge-lola sekolah/madrasah merencanakan program yang diawali dengan merumuskan, menetapkan, dan mengembangkan visi sekolah/madrasah yang dijadikan sebagai cita-cita bersama warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan pada masa yang akan datang. Visi merupakan gambaran masa depan yang realistik, yang hendak diwujudkan dalam kurun waktu tertentu. Visi sekolah/madrasah harus mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga sekolah/madrasah serta segenap pihak yang berkepentingan. Selain itu juga mensyaratkan bahwa visi sekolah/madrasah dirumuskan berdasar masukan dari berbagai warga sekolah/madrasah dan pihak-pihak yang berkepentingan, selaras dengan visi institusi di atasnya serta visi pendidikan nasional, dan visi sekolah/madrasah harus diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/-madrasah dengan memperhatikan masukan komite

(7)

17 sekolah/marasah. Visi sekolah/madrasah harus disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan, dan ditinjau ulang atau dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat.

Langkah berikutnya adalah penyusunan misi. Muhaimin, et. al. (2011;165) mengungkapkan, bahwa: misi sekolah/madrasah dikembangkan dari kegiatan utama lembaga dengan memperhatikan visi yang telah ditetapkan. Misi harus merupakan hal-hal penting yang harus dilakukan oleh sekolah/madrasah dalam upaya mencapai visi. Kejelasan misi ditetapkan dengan mempertimbangkan rumusan penugasan (yang me-rupakan tuntutan tugas dari luar) dan keinginan dari dalam (antara lain berkaitan dengan visi ke masa depan dan situasi yang dihadapi saat ini). Dengan demikian misi adalah pernyataan yang ditetapkan dengan mempertimbangkan rumusan penugasan dan keingin-an dari dalam (berkaitkeingin-an dengkeingin-an visi), serta memberi arah yang jelas yang akan ditempuh sekarang dan yang akan datang.

Permendiknas No. 19 tahun 2007 mensyaratkan bahwa misi sekolah/madrasah harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:

1) memberikan arah dalam mewujudkan visi sekolah/ madrasah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional; 2) merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun

waktu tertentu;

3) menjadi dasar program pokok sekolah/madrasah; 4) menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan

mutu lulusan yang diharapkan oleh sekolah/ madrasah;

(8)

18

berkaitan dengan program sekolah/madrasah;

6) memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembang-an kegiatpengembang-an satupengembang-an-satupengembang-an unit sekolah/madrasah yang terlibat

7) dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak yang berkepentingan termasuk komite sekolah/ madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah;

8) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan;

9) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat.

Misi sekolah/madrasah merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu. Menurut Mulyono (dalam Haryono, 2010), tujuan merupakan apa yang akan dihasilkan oleh sekolah yang bersang-kutan, dan kapan hasil tersebut akan dicapai.

Tujuan sekolah/madrasah dalam standar pengelolaan pendidikan haruslah:

1) Menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam jangka waktu menengah;

2) Mengacu pada visi, misi dan tujuan pendidikan nasional serta relevan dengan kebutuhan masyarakat; 3) Mengacu pada standar kompetensi lulusan yang

sudah ditetapkan oleh sekolah/madrasah dan pemerintah;

4) Mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang berkepentingantermasuk komite sekolah/madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah;

5) Disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan.

Pasal 53 ayat 1 PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyebutkan bahwa “setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja tahunan yang merupakan penjabaran rinci dari rencana kerja jangka menengah satuan pendidikan

(9)

19 yang meliputi masa 4 (empat) tahun”. Rencana kerja tahunan dikategorikan sebagai rencana operasional, sedangkan rencana kerja jangka menengah sebagai kategori rencana strategik. Lebih jauh, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 19 Tahun 2007 menyatakan bahwa sekolah/madrasah wajib membuat: (1) Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu 4 tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan; dan (2) Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/madrasah (RKA-S/M) dilaksanakan berdasarkan Rencana Kerja Jangka Menengah. Rencana kerja jangka menengah dan tahunan sekolah/madrasah haruslah disetujui oleh dewan pendidik setelah memperhatikan pertim-bangan komite sekolah/madrasah dan disahkan berla-kunya oleh dinas pendidikan kota/kabupaten. Pada sekolah/madrasah swasta rencana kerja disahkan berlakunya oleh penyelenggara sekolah/madrasah.

Dengan kata lain RKJM dijabarkan secara rinci ke dalam rencana kerja tahunan atau yang dikenal sebagai Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/ Madrasah (RKA-S/M). RKA-S/M merupakan rencana biaya dan pendanaan program/kegiatan secara rinci untuk satu tahun anggaran. RKA-S/M adalah dokumen anggaran sekolah resmi yang disetujui kepala sekolah serta disahkan Dinas Pendidikan setempat (bagi se-kolah negeri), atau penyelenggara pendidikan/yayasan

(10)

20

(bagi sekolah swasta). Masa RKAS hanya berlaku untuk satu tahun ajaran yang akan datang, terdiri atas pendapatan dan belanja (pengeluaran). Pendanaan yang dicantumkan dalam RKAS hanya mencakup pengeluaran dalam bentuk uang yang akan diterima dan dikelola sekolah.

Dengan adanya RKJM dan RKAS yang jelas, semua pihak yang berkepentingan (orang tua, guru, pegawai sekolah, komite sekolah, warga di sekitar sekolah, dan kepala sekolah sendiri) akan mengetahui apa yang dibutuhkan oleh sekolah, apa yang perlu dilakukan untuk memperbaiki keadaan sekolah, maksud dan tujuan yang akan dilakukan.

Standar Pengelolaan Pendidikan yang diperinci ke dalam Instrumen Pemantauan dan Evaluasi Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (BSNP Tahun 2012) sebagai berikut: Dalam Perencanaan Program Sekolah, diawali dengan penetapan visi dan misi sekolah. Penetapan visi dan misi tersebut hendaknya memperhatikan masukan dari warga sekolah (orangtua peserta didik, komite sekolah dan tenaga kependidikan). Pengambilan keputusan atas visi dan misi haruslah melalui rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah dengan melibatkan komite sekolah. Visi dan misi harus sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional, dan harus sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan. Tujuan sekolah hendak-nya disosialisasi kepada warga sekolah. Peran dewan pendidik dan komite sekolah sangat penting dalam penyusunan rencana kerja jangka pendek (tahunan)

(11)

21 dan rencana jangka menengah (empat tahunan). Keter-libatan dewan pendidik dan komite sekolah dalam penyempurnaan rencana kegiatan dan angaran (kesis-waan, kurikulum dan kegiatan pembelajaran tenaga kependidikan dan prasarana, keuangan dan pembiaya-an, peran serta masyarakat dan kemitraan).

2.2.2 Pelaksanaan Rencana Kerja

Untuk mencapai tujuan dan sasaran, selanjutnya membuat strategi yang diperinci dalam kebijakan, program operasional dan kegiatan (Akdon, 2007:186). Dalam menjalankan kegiatan di sekolah agar terlaksana dengan baik dan sesuai dengan visi, misi dan tujuan maka perlu dilakukan upaya penyusunan rencana kerja sekolah sehingga sekolah memiliki rambu-rambu yang bisa dijadikan landasan dalam pengelolaan program, implementasi, monitoring dan evaluasi yang baik, terstruktur dan terukur.

Dalam Permendiknas No. 19 tahun 2007 diurai-kan 10 hal yang perlu dilakudiurai-kan Sekolah/Madrasah dalam Pelaksanaan Rencana Kerja antara lain diurai-kan sebagai berikut:

1) Pedoman Sekolah/Madrasah

Sekolah/Madrasah membuat dan memiliki pedo-man yang mengatur berbagai aspek pengelolaan secara tertulis yang mudah dibaca oleh pihak-pihak terkait. Pedoman Pengelolaan sekolah/madrasah meliputi:

a. Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) b. Kalender Pendidikan/Akademik

(12)

22

c. Struktur Organisasi Sekolah/Madrasah d. Pembagian Tugas diantara Guru

e. Pembagian Tugas di antara Tenaga Kependi-dikan

f. Peraturan Akademik

g. Tata tertib sekolah/madrasah h. Kode etik sekolah/madrasah

i. Biaya operasional sekolah/madrasah

Pedoman sekolah ini berfungsi sebagai petunjuk pelaksanaan operasional.

2) Struktur Organisasi sekolah

Berisi tentang sistem penyelenggaraan dan administrasi yang diuraikan secara jelas dan transparan

3) Pelaksanaan Kegiatan Sekolah/Madrasah

Dilaksanakan berdasarkan Rencana Kerja Tahunan oleh penanggung jawab kegiatan yang didasarkan pada ketersediaan sumber daya yang ada.

4) Bidang Kesiswaan

a. Sekolah/madrasah menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional mengenai proses penerimaan peserta didik;

b. Sekolah/Madrasah meberikan layanan konse-ling kepada peserta didik;

c. melaksanakan kegiatan ekstra dan kokurikuler untuk para peserta didik;

d. melakukan pembinaan prestasi ungulan; e. melakukan pelacakan terhadap alumni 5) Bidang Kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran

Menyusun:

(13)

23 b. Kalender Pendidikan

c. Program Pembelajaran

d. Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik e. Peraturan Akademik

6) Bidang Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

menyusun program pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan dengan memperhatikan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, di-kembangkan sesuai dengan kondisi sekolah/ madrasah, termasuk pembagian tugas, mengatasi bila terjadi kekurangan tenaga, menentukan sistem penghargaan, dan pengembangan profesi bagi setiap pendidik dan tenaga kependidikan serta menerapkannya secara profesional, adil, dan terbuka.

7) Bidang Sarana dan Prasarana

Menetapkan kebijakan program secara tertulis mengenai pengelolaan sarana dan prasarana yang mengacu pada Standar Sarana dan Prasarana dalam hal: merencanakan, memenuhi, mendaya-gunakan, mengevaluasi, memelihara, melengkapi fasilitas, menyusun skala prioritas pengembangan fasilitas sarana prasarana pendidikan. Seluruh program pengelolaan sarana dan prasarana pendi-dikan disosialisasikan kepada pendidik, tenaga ke-pendidikan dan peserta didik. Pengelolaan dilaku-kan secara sistematis, memiliki masterplan dan bagimana cara mencapainya secara tertulis. Bidang sarana dan prasarana bertanggung terhadap penge-lolaan perpustakaan, pengepenge-lolaan laboratorium, dan Pengelolaan fasilitas fisik untuk kegiatan

(14)

24

ekstrakurikuler disesuaikan dengan perkembangan kegiatan ekstrakurikuler peserta didik dan mengacu pada Standar Sarana dan Prasarana. Pengelolaan laboratorium dikembangkan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dilengkapi dengan manual yang jelas sehingga tidak terjadi kekeliruan yang dapat menimbulkan kerusakan.

8) Bidang Keuangan dan Pembiayaan

Menyusun pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional yang mengacu pada Standar Pembiayaan.

9) Budaya dan Lingkungan Sekolah/Madrasah

Sekolah/madrasah menciptakan suasana, iklim dan lingkungan pendidikan yang kondusif untuk pembelajaran yang efisien dalam pelaksanaan. Hal ini dapat di wujudkan melalui tata tertib sekolah/ madrasah dan kode etik sekolah/madrasah.

10) Peranserta Masyarakat dan Kemitraan Sekolah/ Madrasah

Melibatkan warga dan masyarakat pendukung sekolah/madrasah dalam pengelolaan akademik dan non-akademik dibatasi pada kegiatan tertentu yang ditetapkan.

Penyusunan rencana kerja sekolah akan memudahkan sekolah untuk mengetahui secara rinci tentang tindakan apa saja yang harus dilakukan supaya tujuan dan kewajiban sekolah tercapai. Dari sisi partisipasi, rencana kerja sekolah memberikan dukungan terhadap diperhitungkannya

(15)

harapan-25 harapan para pemangku kepentingan sekolah baik eksternal maupun internal, tanpa mengabaikan kondisi nyata sekolah.

2.2.3 Pengawasan dan Evaluasi

Menurut Pidarta (2004:158), sasaran pengawasan ada dua yaitu: perilaku individu sebagai orang-orang yang memproses input menjadi output organisasi, serta

output organisasi itu sendiri. Perilaku individu

diarah-kan agar berperilaku organisasi, sedangdiarah-kan output organisasi diusahakan agar tidak menyimpang dari rencana semula. Dengan demikian, definisi pengawasan menurut Robbins seperti dikutip oleh Pidarta adalah:

Proses memonitor aktivitas-aktivitas untuk me-ngetahui apakah individu-individu dan organisasi itu sendiri memperoleh dan memanfaatkan sumber-sumber pendidikan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuannya, serta memberikan koreksi apabila tidak tercapai.

Pengawasan dan Evaluasi dalam standar pengelolaan pendidikan yang harus dilakukan oleh sekolah antara lain: Program Pengawasan; Evaluasi Diri; Evaluasi dan Pengembangan KTSP; Evaluasi Pendayagunaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan; dan Akreditasi Sekolah.

Sekolah/Madrasah menyusun program penga-wasan secara obyektif, dan berkelanjutan dan didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan. Pemantauan pengelolaan sekolah/madrasah dilakukan oleh komite sekolah atau pihak-pihak yang berkepen-tingan yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas

(16)

26

pengelolaan. Supervisi pengelolaan akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh kepala sekolah/ madrasah dan pengawas sekolah/madrasah. Guru melaporkan hasil evaluasi dan penilaian sekurang-kurangnya setiap akhir semester yang dilakukan kepada kepala sekolah/madrasah dan orang tua wali peserta didik. Pengawas sekolah melaporkan hasil pengawasan disekolah kepada bupati/walikota melalui Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan dan sekolah yang bersangkutan, setelah dikonfirmasi pada sekolah terkait. Pengawas madrash melaporkan hasil penga-wasan di madrasah keoada kantor departemen Agama Kabupaten/Kota dan pada madrasah yang bersang-kutan, setelah dikonfirmasi pada madrasah terkait. Setiap pihak yang menerima lapran hasil pengawasan menindaklanjuti laporan hasil pengawasan tersebut dalam rangka meningkatkan mutu sekolah/ madrasah, termasuk memberikan sanksi atas penyimpangan yang ditemukan. Sekolah/Madrasah mendokumentasikan dan menggunakan hasil pemantauan, supervisi, evaluasi, dan pelaporan serta catatan tindak lanjut untuk mem-perbaiki kinerja sekolah/madrasah, dalam pengelolaan pembelajaran dan pengelolaan secara keseluruhan.

Evaluasi diri: dalam pelaksanaannya sekolah me-lakukan evalusi diri terhadap kinerja sekolah/ma-drasah; sekolah/madrasah menetapkan prioritas indi-kator untuk mengukur, menilai kinerja, dan melakukan perbaikan dalam rangka pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan; sekolah/madrasah melaksanakan evaluasi

(17)

27 proses pembelajaran secara periodik pada akhir se-mester akademik; evaluasi program kerja tahunan secara secara periodik sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun, pada akhir tahun anggaran sekolah-/madrasah. Evaluasi diri sekolah/madrasah dilakukan secara periodik berdasarkan data dan informasi yang sahih.

Proses Evaluasi dan Pengembangan KTSP: dilak-sanakan secara komprehensif dan fleksibel; berkala; integatif dan monolitik; serta menyeluruh dengan melibatkan berbagai pihak. Melakukan Evaluasi Pendayagunaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Akreditasi Sekolah/Madrasah: sekolah/madrasah menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk mengikuti akreditasi sesuai dengan peraturan perun-dang-undangan yang berlaku; sekolah meningkatkan status akrditasi, dengan menggunakan lembaga ekster-nal yang memiliki legitimasi; sekolah/madrasah harus terus meningkatkan kualitas kelembagaan secara holistik dengan menindaklanjuti saran-saran hasil akreditasi.

2.2.4 Kepemimpinan Sekolah

Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam sebuah organisasi. Keberhasilan organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan akan sangat tergantung pada berperannya kepemimpinan. Kepemimpinan berkaitan dengan kepala sekolah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para

(18)

28

guru dalam situasi yang kondusif (Mulyono, 2009:144). Pola kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah sebagai pemimpin akan sangat berpengaruh dalam menentukan arah dan kebijakan pendidikan yang dibangun. Dalam Permen nomor 19 Tahun 2007, Kepala sekolah dan wakil kepala sekolah memiliki kemampuan memimpin yaitu pengetahuan, keterampil-an, dan perilaku yang dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkannya dalam melaksanakan tugas keprofesio-nalan sesuai dengan Standar Pengelolaan Satuan Pendidikan. Kemudian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam pengelolaan Sekolah Dasar dan Menengah tahun1994, menjelaskan, bahwa:

kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan kepala sekolah untuk memberikan pengaruh-pengaruh yang dapat menyebabkan guru tergerak untuk melaksanakan tugas dan kegiatan secara bersama-sama dalam mencapai tujuan pendidikan secara efesien dan efektif

Kepala sekolah/madrasah dalam Permen 19 tahun 2007 memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a) Menjabarkan visi ke dalam misi target mutu; b) Merumuskan tujuan dan target mutu yang akan

dicapai;

c) Menganalisis tantangan, peluang, kekuatan dan kelemahan sekolah/madrasah;

d) Membuat rencana kerja strategis dan rencana kerja tahunan untuk pelaksanaan peningkatan mutu;

e) Bertanggung jawab dalam membuat keputusan anggaran sekolah/madrasah

f) Melibatkan guru, komite sekolah dalam peng-ambilan keputusan penting sekolah/madrasah. g) Berkomunikasi untuk menciptakan dukungan

intensif dari orang tua peserta didik dan masyarakat;

(19)

29 h) Menjaga dan meningkatkan motivasi kerja

pendidik dan tenaga kependidikan dengan menggunakan sistem pemberian penghargaan atas prestasi dan sanksi atas pelanggaran per-aturan dan kode etik;

i) Menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif bagi peserta didik;

j) Betanggung jawab atas perencanaan partisipatif mengenai pelaksanaan kurikulum;

k) Melaksanakan dan merumuskan program super-visi, serta memanfaatkan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja sekolah/ madrasah;

l) Meningkatkan mutu pendidikan;

m) Memberikan teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang dibeikan kepadanya;

n) Memfasilitasi pengembangan, penyebarluasan dan pelaksanaan visi pembelajaran yang di-komunikasikan dengan baik dan didukung oleh komunitas sekolah/madrasah;

o) Membantu, membina, dan mempertahankan ling-kungan sekolah/madrasah dan program pembe-lajaran yang kondusif bagi proses belajar peserta didik dan pertumbuhan profesional para guru dan tenaga kependidikan.;

p) Menjamin manajemen organisasi dan peng-operasian sumber daya sekolah/madrasah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, sehat, efisien dan efektif

q) Menjalin kerja sama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat, dan komite sekolah/ madrasah menanggapi kepentingan dan ke-butuhan komunitas yang beragam, dan memo-bilisasi sumber daya masyarakat;

r) Memberi contoh/teladan/tindakan yang ber-tanggung jawab

Kepala sekolah dapat mendelegasikan sebagian tugas dan kewenangan kepada wakil kepala sekolah/-madrasah sesuai dengan bidangnya.

2.2.5 Sistem Informasi Manajemen

Sistem informasi manajemen saat ini sudah menjadi kebutuhan yang cukup penting bagi sekolah,

(20)

30

dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan infor-masi kepada semua komponen sekolah, terutama bagi semua siswa, orang tua siswa, guru, dan pengelola sekolah. Sistem berasal dari Bahasa Yunani, yaitu

Systema yang mempunyai arti: (1) suatu keseluruhan

yang tersusun dari sekian banyak bagian, dan (2) hubungan yang berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen-komponen secara teratur (Depdiknas, 2007). Sedangkan informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima (Depdiknas, 2007). Sementara itu Hasibuan (2013) menyatakan, bahwa manajemen ada-lah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sistem informasi manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan data yang diolah men-jadi bentuk yang lebih berguna secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Apabila dikaitkan dengan sekolah, maka sistem informasi manajemen sekolah adalah suatu cara mengatur proses pemanfaatan data yang berasal dari berbagai kegiatan yang dijalankan oleh sekolah antara lain meliputi, penilaian siswa, penggajian guru, perpustakaan, administrasi, operasional sekolah dan lain-lain, secara efektif dan efisien agar dapat dipergunakan oleh pihak-pihak yang membutuhkan. Agar dapat tercapai hasil yang maksimal, pengelolaan dapat dilakukan dengan menerapkan sistem komputerisasi bagi masing-masing kegiatan yang kemudian digabung menjadi satu

(21)

31 kesatuan sistem yang akan mengelola sekolah secara keseluruhan.

Kurniawan (2002) menyatakan, bahwa Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan sebuah sistem terstruktur yang digunakan untuk mengelola data secara komputerisasi. Didalam SIM terdapat beberapa fungsi yang dibutuhkan yaitu pencarian, pemu-takhiran, presentasi data dan penyimpanan data. Dengan demikian dapat diharapkan dengan SIM dapat dikaitkan untuk mempermudah penyusunan informasi manajemen sekolah agar terstruktur dengan baik. Dengan informasi-informasi tersebut dapat membantu untuk menggambarkan keadaan sekolah baik dari segi visi maupun sumber daya manusia yang ikut ber-partisipasi.

Dengan diterapkannya SIM sekolah/madrasah berbasis teknologi informasi akan memberi peluang:

1) Sekolah/madrasah untuk:

a. mengelola SIM yang memadai guna mendukung administrasi pendidikan yang efektif, efisien, dan akuntabel;

b. menyediakan fasilitas informasi yang efektif, efisien, dan mudah diakses;

c. menugaskan seorang guru atau tenaga kependidikan untuk melayani permintaan informasi maupun pemberian informasi atau pengaduan dari masyarakat berkaitan dengan pengelolaan sekolah/madrasah baik secara

(22)

32

lisan maupun tertulis dan semuanya direkam dan didokumentasikan; dan

d. melaporkan data informasi sekolah/madrasah yang telah terdokumentasikan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

2) Komunikasi antar warga sekolah/madrasah di lingkungan sekolah/madrasah dilaksanakan secara efektif dan efisien.

2.3 Akreditasi Satuan Pendidikan

Akreditasi adalah benchmark yang sangat positif dalam upaya meningkatkan mutu sekolah yang bersifat berkelanjutan. Sekolah bermutu terpadu merupakan bagian dari prinsip Total Quality Manajemen (TQM). Salis (2006) menuliskan, TQM merupakan suatu prinsip yang efisien untuk melakukan pelayanan mutu terus-menerus. Umiarso dan Gojali (2010) berpendapat bahwa peningkatan mutu dalam pendidikan dapat dilakukan dengan melalui prinsip TQM. Prinsip tersebut antara lain fokus pada pelanggan pendidikan, gaya kepemimpinan kepala sekolah, dan pelibatan anggota sekolah dalam kegiatan di luar tanggung jawab proses belajar mengajar serta dibutuhkan perbaikan terus-menerus, perlu juga menjalin hubungan baik antara pihak sekolah dengan pengguna jasa pendidikan.

Akreditasi merupakan kegiatan penilaian yang dilakukan oleh pemerintah atau lembaga mandiri yang berwenang untuk menentukan kelayakan program atau satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah

(23)

33 ditetapkan, sebagai bentuk akuntabilitas publik dengan menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan. Akreditasi pada satuan pendidikan memberikan informasi bahwa sebuah sekolah atau program telah memenuhi standar kelayakan dan kinerja yang telah ditentukan.

Dalam Pasal 60 Undang-Undang N0.20 tahun 2003 yang menyebutkan bahwa sekolah perlu diakreditasi karena:

a. Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.

b. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwewenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

c. Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang bersifat terbuka.

Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (2009) menyatakan, bahwa akreditasi dilaksanakan dalam rangka: 1) Memberi informasi bahwa sebuah sekolah atau program telah memenuhi standar kelayak-an dkelayak-an kinerja ykelayak-ang telah ditentukkelayak-an. 2) Membkelayak-antu sekolah melakukan evaluasi diri dan menentukan kebijakan sendiri dalam upaya peningkatan mutu. 3) Membimbing calon peserta didik, orang tua, dan masyarakat untuk mengidentifikasi sekolah bermutu yang dapat memenuhi kebutuhan individual terhadap pendidikan termasuk mengidentifikasikan sekolah yang

(24)

34

memiliki prestasi dalam suatu bidang tertentu yang mendapat pengakuan masyarakat. 4) Membantu seko-lah dalam menentukan dan mempermudah transfer peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain, pertukaran guru, dan kerjasama yang saling mengun-tungkan. 5) Membantu mengidentifikasi sekolah dan program dalam rangka pemberian bantuan pemerintah, investasi dana swasta dan donator atau bentuk bantuan lainnya.

Bagi Sekolah hasil akreditasi memiliki makna yang penting, karena ia dapat digunakan sebagai:

1) Acuan dalam upaya peningkatan mutu sekolah dan rencana pengembangan sekolah.

2) Umpan balik untuk usaha pemberdayaan dan pengembangan kinerja warga sekolah dalam rangka menerapkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan program sekolah.

3) Pendorong motivasi untuk sekolah agar terus meningkatkan mutu sekolahnya secara bertaha, terencana, gradual dan kompetitif di tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional bahkan regional dan internasional;

4) Bahan informasi bagi sekolah sebagai masyarakat belajar untuk meningkatkan dukungan dari pemerintah, masyarakat maupun sektor swasta dalam hal profesionalisme, moral, tenaga, dan dana. (BSNP 2010).

Badan Akreditasi Sekolah Nasional (2004) mengemukakan prinsip-prinsip dalam melaksanakan akreditasi sekolah adalah sebagai berikut:

(25)

35 1) Obyektif

Berbagai aspek yang terkait dengan kinerja dan kelayakan diperiksa untuk memperoleh informasi tentang keberadaan yang menggambarkan kondisi yang sebenarnya dan dibandingkan dengan kondisi yang diharapkan. Dalam prosesnya digunakan indikator-indikator yang dikaitkan dengan kriteria-kriteria yang diinginkan sebagai dasar penilaian. 2) Efektif

Hasil yang diperoleh harus mampu memberikan informasi yang bisa digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang tepat oleh pihak-pihak yang terkait, seperti kepala sekolah dalam rangka melakukan perencanaan atau peningkatan mutu, dan pihak pemerintah maupun masyarakat dalam rangka memfasilitasi upaya peningkatan kelayakan dan kinerja sekolah itu.

3) Komprehensif

Dalam pelaksanaan akreditasi sekolah meliputi berbagai aspek yang bersifat menyeluruh. Dengan demikian hasil yang diperoleh dapat menggambarkan secara utuh kondisi kelayakan dan kinerja sekolah tersebut.

4) Memandirikan

Kewenangan melakukan akreditasi sekolah berada pada lembaga eksternal di luar sekolah itu yang secara teknis bersifat mandiri. Namun demikian, proses analisis meliputi evaluasi diri oleh sekolah dengan menggunakan instrumen yang disediakan oleh lembaga eksternal tersebut. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk menentukan tingkat kelayakan

(26)

36

sekolah dibandingkan standar kelayakan nasional yang dijadikan pagu. Proses akreditasi akan berdampak bagi sekolah yang bersangkutan untuk dapat mengetahui kekuatan dan kelemahannya, dan berupaya memperbaiki dan meningkatkan mutu kelayakan dan kinerjanya.

5) Keharusan

Akreditasi dilakukan untuk setiap sekolah, baik sekolah negeri maupun swasta. Namun demikian sekolah yang akan diakreditasi dapat mengajukan permohonan terlebih dahulu kepada Badan Akre-ditasi Sekolah. Sekolah yang belum siap dapat meng-ajukan permohonan untuk menunda pelaksanaan akreditasi.

2.4 Keterlaksanaan Antara SMA

Terakre-ditasi A dengan TerakreTerakre-ditasi B

Asmani (2010:175-198) membahas secara tidak langsung kaitan antara keterlaksanaan standar penge-lolaan pendidikan dengan akreditasi sekolah. Dua profil sekolah yang dibahasnya di dalam buku yang berjudul Tips Lulus Akreditasi Sekolah/Madrasah Panduan Manajemen Mutu Sekolah/Madrasah Berorientasi Kompetitif yaitu SMP Maarif NU Pandaan Pasuruan Jawa Timur, SD Muhammadiyah 15 Surabaya, menun-jukkan bahwa sekolah yang terakreditasi A melaksana-kan komponen standar pengelolaan pendidimelaksana-kan dengan baik. Terdapat pembahasan mengenai bagian-bagian dari standar pengelolaan pendidikan yang menonjol dari kedua profil sekolah di atas, diantaranya seperti

(27)

37 kekuatan mereka dalam mewujudkan manajemen profesional yang sangat dominan. Hal ini dilihat dari pola manajemen yang dinamis, efektif, dan antisipatif. Sekolah tersebut mampu merespon tantangan eksternal dan internal dengan cepat, bahkan mampu melakukan ekspansi keluar demi pengembangan kelembagaan. Selain itu kaderisasi berjalan dengan baik dan monitoring serta evaluasi terus dilakukan. Kepala sekolah sebagai pemegang otoritas tidak otoriter dan sentralistik. Ada pembagian kerja sesuai dengan aturan yang ada sehingga masing-masing pihak bekerja dalam koridor yang jelas dan tidak terjadi tumpang tindih. Penjelasan ini memberi keterangan bahwa sekolah yang terakreditasi A memiliki tata kelola yang baik. Tidak ada pembahasan yang menunjukkan sekolah terakreditasi B dijadikan dasar pembahasan untuk acuan keterlaksanaan standar pengelolaan pendidikan. Dasar ini digunakan untuk membentuk sebuah hipotesis yang menunjukkan bahwa ada perbedaan dalam keterlaksanaan standar pengelolaan pendidikan antara Sekolah yang terakreditasi A dan Sekolah terakreditasi B.

Dalam melakukan akreditasi sekolah/madrasah, kebutuhan akan data atau dokumen penunjang dalam bentuk bukti fisik sangat mutlak diperlukan. Tanpa adanya data atau dokumen penunjang, BAS-S/M tidak dapat menilai dan memberikan akreditasi terhadap suatu sekolah/madrasah. Data atau dokumen penunjang dikembangkan berdasarkan standar dan parameter penilaian yang dikembangkan oleh badan

(28)

38

akreditasi. Data atau dokumen penunjang berisi kumpulan data dan informasi mengenai masukan, proses, keluaran, hasil dan dampak yang bercirikan upaya untuk meningkatkan mutu kinerja, keadaan dan perangkat kependidikan sekolah/madrasah secara berkelanjutan. Yang dinilai adalah: (1) Kinerja penge-lolaan sekolah berdasarkan kerja tim dan kemitraan yang kuat dengan visi dan misi yang jelas dan di-ketahui oleh semua pihak; (2) Rencana kerja sekolah mencantumkan tujuan yang jelas untuk program peningkatan dan perbaikan berkelanjutan yang ter-sosialisasi dengan baik; (3) Rencana kerja sekolah berdampak terhadap peningkatan hasil belajar; (4) Pengumpulan dan penggunaan data yang handal dan valid; (5) Pemberian dukungan dan kesempatan kesem-patan pengembangan profesi bagi para pendidik dan tenaga kependidikan; dan (6) Masyarakat mengambil bagian dalam kehidupan sekolah.

Akreditasi sebagai proses penilaian terhadap kelayakan dan kinerja sekolah merupakan kegiatan yang bersifat menyeluruh dalam memotret kondisi nyata sekolah dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan. Hasil penilaian berupa kualifikasi seperti tampak pada Tabel 2.1. berikut:

(29)

39 Tabel 2.1

Kualifikasi Penilaian Akreditasi

Aspek Kualifikasi A Kualifikasi B Visi dan Misi sekolah Merumuskan dan

menetapkan visi dan misi, mudah dipahami dan sering disosialisasikan

merumuskan dan menetapkan visi, msi, mudah dipaha-mi dan pernah disosialisasikan. Tujuan sekolah Merumuskan dan

menetapkan tujuan sekolah, mudah di-pahami dan sering disosialisasikan.

Merumuskan dan menetapkan tujuan sekolah, mudah di-pahami dan pernah disosialisasikan. Rencana kerja Memiliki rencana

jangka menengah dan rencana kerja tahunan dan sudah disosialisasikan.

Memiliki rencana jangka menengah dan rencana kerja tahunan dan belum disosialisasikan. Memiliki pedoman

ter-tulis yang mengatur pengelolaan sekolah

Memiliki 7 aspek atau lebih

Memiliki 5 atau 6 aspek

Struktur organisasi Memiliki struktur organisasi yang dipajang di dinding dan disertai uraian tugas yang jelas.

Memiliki struktur disertai uraian tugas yang jelas Kegiatan sekolah Sebanyak 76% - 100

% kegiatan sesuai dengan rencana kerja tahunan. Sebanyak 51% - 75 % kegiatan sesuai dengan rencana kerja tahunan. Kegiatan kesiswaan Melaksanakan 4

atau lebih kegiatan kesiswaan. Melaksanakan 3 kegiatan kesiswaan. Kegiatan pengembang-an kurikulum dpengembang-an pembelajaran Melaksanakan 4 kegiatan atau lebih.

Melaksanakan 3 kegiatan.

Program pendayagu-naan pendidik dan tenaga kependidikan.

Melaksanakan 4 program atau lebih.

Melaksanakan 3 program.

Program sarana dan prasarana.

Mengelola 4

program atau lebih.

Mengelola 3 program. Program pengelolaan pembiayaan pendidikan. Memiliki 4 program atau lebih. Memiliki 3 program. Menciptakan

suasa-na, iklim, dan ling-kungan pembelajaran

Melaksanakan 4 kegiatan atau lebih.

Melaksanakan 3 kegiatan.

(30)

40

Aspek Kualifikasi A Kualifikasi B yang kondusif.

Dokumen tentang keterlibatan masya-rakat pendukung dan membangun kemitra-an dengkemitra-an lembaga lain yang relevan dalam pengelolaan pendidikan. Memiliki 4 dokumen atau lebih. Memiliki 3 dokumen.

Program pengawasan Memiliki 4 dokumen atau lebih.

Memiliki 3 dokumen. Evaluasi diri Melaksanakan

eva-luasi diri setidak-ti-daknya sekali dalam satu semester.

Melaksanakan evaluasi diri setidak-tidaknya sekali dalam dua semester.

Evaluasi kinerja pendidik dan tenaga kependidikan. Melaksanakan 4 program evaluasi Melaksanakan 3 program evaluasi Unsur pelaksanaan akreditasi Mempersiapkan 4 unsur pelaksanaan akreditasi. Mempersiapkan 3 unsur pelaksanaan akreditasi. Tupoksi kepemim-pinan kepala sekolah

Melaksanakan 15-18 tupoksi

Melaksanakan 11-14 tupoksi

Sistem informasi Memiliki sistem in-formasi dan memi-liki fasilitas dan petugas khusus.

Memiliki sistem informasi tetapi tidak memiliki petugas khusus. Sumber: BAN – S/M 2014, Instrumen Akreditasi SMA

Dalam melaksanakan penjaminan mutu Standar Pengelolaan Pendidikan, sekolah perlu memperhatikan dua hal. Pertama, kriteria minimal yang harus dicapai berdasarkan Permendiknas No. 19 Tahun 2007, indikator operasional, dan kriteria pencapaian tujuan.

Kedua, sekolah perlu memperhatikan indikator dan

kriteria keunggulan tingkat satuan pendidikan sehingga sekolah dapat memiliki target yang lebih tinggi daripada kriteria pada Standar Nasional Pendidikan (SNP).

(31)

41

2.5 Penelitian-penelitian

sebelumnya

dan

literatur yang mendukung

Penelitian tentang Standar Pengelolaan Pendidik-an sebelumnya pernah dilakukPendidik-an oleh Haryono (2010) di SMK Farmasi Semarang, dengan hasil analisis: sekolah belum melakukan pengelolaan pendidikan sesuai dengan Standar Pengelolaan Pendidikan secara maksimal, sekolah yang diteliti kurang memahami Standar Pengelolaan Pendidikan. Selanjutnya dalam penelitiannya ia menemukan bahwa dari 5 komponen Standar Pengelolaan Pendidikan, yang belum berjalan sama sekali adalah komponen Sistem Informasi Manajemen. Sedangkan Komponen Pelaksanaan Ren-cana Kerja dan Kepemimpinan Sekolah pelaksana-annya cukup baik (diatas 50%), sedangkan Komponen Perencanaan Program dan Pengawasan dan Evaluasi pelaksanaannya masih kurang (di bawah 50%). Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa di SMK Farmasi Semarang terdapat 2 Komponen dalam Standar Pengelolaan Pendidikan yang pelaksanaannya masih kurang baik.

Penelitian Subagyo (2013) dilakukan untuk mengetahui signifikansi perbedaan keterlaksanaan Standar Pengelolaan Pendidikan SD/MI terakreditasi A dan B di Kota Salatiga Berdasarkan Permendiknas RI Tahun 2007. Penelitian ini menggunakan Metode kuantitatif dengan cara mengisi angket tentang standar penge-lolaan penfifikan yang disusun BNSP. Penelitian yang dilakukan pada para kepala SD/MI sebanyak 70 Kepala Sekolah yang terdiri dari 33 orang kepala dari

(32)

42

SD/MI terakreditasi A (Sangat Baik) dan 37 orang kepala dari SD/MI terakreditasi B (Baik). Dari penelitian itu diperoleh: Nilai rerata (Mean) sekolah terakreditasi A adalah 232,667 ada pada kategori Baik, sedangkan nilai rerata (Mean) sekolah terakreditasi B adalah 231,946 ada pada kategori Baik. Nilai tes uji beda (t- test) koefisien t = 0,425; p = 0,674 > 0,05. Hasil penelitian ditemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara SD/MI terakreditasi A dengan SD/MI terakreditasi B dalam keterlaksanaan Standar Penge-lolaan Pendidikan di Kota Salatiga. Dari penelitian tersebut, Subagyo memberi sudut pandang bahwa tidak ada perbedaan keterlaksanaan standar pengelolaan pendidikan di Sekolah terakreditasi A dan B.

Sementara haryono menegaskan SMK Farmasi ”Yayasan Pharmasi” Semarang belum melakukan pengelolaan pendidikan sesuai dengan Standar Penge-lolaan Pendidikan secara maksimal. Hal tersebut me-nunjukkan bahwa keterlaksanaan Standar Pengelolaan Pendidikan belum terlaksana dengan baik.

Sa’ud, et. al dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Akreditasi Terhadap Mutu Pendidikan (Studi Tentang Pengaruh Akreditasi Terhadap Mutu Pendidikan Di Sekolah Menengah Atas Se-Kota Bandung), Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pengaruh akreditasi sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan SMA di Kota Bandung. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis korelasi. Pengujian hipotesis menggunakan uji-F, hasilnya menunjukkan bahwa akreditasi sekolah

(33)

43 berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan sebesar 63,6%.

BSNP (2012) Naskah Standar Pengelolaan Pendi-dikan ini berisi tentang: Perencanaan Program Sekolah, Pendayagunaan Guru dan Tenaga Kependidikan, Pengelolaan Sarana Prasarana, Kegiatan Pembelajaran, Penilaian Hasil Belajar dan Pengawasan di Sekolah/-madrasah (BNSP 2012). Literatur di atas menjadi bahan kajian dan pedoman dalam penelitian ini.

2.6 Kerangka Pikir

Kerangka pikir penelitian ini dikembangkan ber-dasarkan Standar Nasional Pendidikan dalam rangka penjaminan pendidikan bermutu. Pada penelitian Ke-terlaksanaan Standar Pengelolaan Penidikan Peneliti akan melihat pada sisi yang berbeda dengan melaku-kan analisis deskriptif dan analisis komparatif dengan Uji t pada SMA Terakreditasi A dan SMA Terakreditasi B di Kabupaten Semarang.

Adapun kerangka pemikiran teoretis Keterlak-sanaan Standar Pengelolaan Pendidikan di SMA Ter-akreditasi adalah sebagai berikut:

(34)

44

Gambar. 2.1 Kerangka Pikir Standar Nasional

Pendidikan

Standar 6: Standar Pengelolaan Pendidikan 1. Perencanaan Program

2. Pelaksanaan Rencana Kerja 3. Pengawasan dan Evaluasi 4. Kepemimpinan Sekolah 5. Sistem Informasi Manajemen

Pelaksanaan Pengelolaan Pendidikan

StakeHolder dan Pihak Sekolah Standar Penjaminan Mutu

Keterlaksanaan Standar PengelolaanPendidikan

SMA Terakreditasi A SMA Terakreditasi B

Analisis Komparatif: Perbedaan Keterlaksanaan Standar Pengelolaan Pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

Group Investigation Kelompok dan Talking Stick belajar dari aspek psikomotorik siswa. Populasi adalah semua siswa kelas VIII MTsN Karangmojo I Magetan. Sampel

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran yang berhubungan

Network Address Translation (NAT) adalah suatu metode yang mengijinkan client yang tidak mempunyai IP non-routable dapat koneksi ke Internet.. Sebuah router yang

Integrated Marketing Communications terdiri dari beberapa kriteria dan sub kriteria di dalamnya, dengan menggunakan metode Analytical Network Process penelitian ini ditujukan

Berdasarkan penjabaran PERMEN Nomor 16/Per/M.KUKM/IX/ 2015 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pinjam dan Pembiayaan Syariah oleh Koperasi, yaitu Koperasi Simpan Pinjam

Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa mengalami kesulitan, pertama kesulitan pemahaman konsep yang dibagi menjadi dua, yaitu: (1) kesulitan merumuskan ciri atau

Berdasar hasil distribusi skor alternatif jawaban responden untuk indikator pengukuran variabel kepatuhan membayar Pajak Bumi dan Bangunan dengan pencapaian prosentase