• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Dosen dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Dosen dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Ruang Lingkup Kompetensi Pedagogik 2.1.1 Kompetensi Pedagogik Guru

2.1.1.1 Pengertian Kompetensi Pedagogik

Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran yang berhubungan dengan peserta didik, meliputi pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Pengertian kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dengan pemahaman siswa dan pengelolaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Lebih lanjut, (Mulyasa 2007: 75) menyatakan dalam bukunya bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran siswa yang meliputi: (a) Pemahaman wawasan atau landasan guruan, (b) Pemahaman terhadap siswa, (c) Pengembangan kurikulum atau silabus, (d) Perancangan pembelajaran, (e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (f)

(2)

Pemanfaatan teknologi pembelajaran, (g) Evaluasi hasil belajar (EHB), (h) Pengembangan siswa.

Kemampuan pedagogik guru diharapkan sudah mampu menguasai seluk beluk dunia pembelajaran. Dalam ruang lingkup pedagogik guru dituntutmenguasai dasar-dasar pengajaran dalam kelas.

Tugas guru yang utama ialah mengajar dan mendidik murid di kelas dan di luar kelas. Guru selalu berhadapan dengan murid yang memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap utama uantuk menghadapi hidupnya di masa depan. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 88), yang dimaksudkan dengan kompetensi pedagogis adalah kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi:

2.1.1.2 Pemahaman Wawasan Atau Landasan Kependidikan

Seorang guru harus memahami hakikat pendidikan dan konsep yang terkait dengannya. Diantaranya yaitu fungsi dan peran lembaga pendidikan, Konsep pendidikan seumur hidup dan berbagai implikasinya, peranan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan, pengaruh timbal balik antara sekolah, keluarga, dan masyarakat, sistem pendidikan nasional, dan inovasi pendidikan.

Pemahaman yang benar tentang konsep pendidikan tersebut akan membuat guru sadar posisi strategisnya ditengah masyarakat dan perannya yang besar bagi upaya pencerdasan generasi bangsa. Karena itu, mereka juga sadar bagaimana harus bersikap disekolah dan

(3)

masyarakat, dan bagaimana cara memenuhi kualifikasi statusnya, yaitu sebagai guru profesional.

2.1.1.3 Pemahaman Tentang Peserta Didik

Guru harus mengenal dan memahami siswa dengan baik, memahami tahap perkembangan yang telah dicapainya, kemampuannya, keunggulan dan kekurangannya, hambatan yang dihadapi serta faktor dominan yang memengaruhinya (Sukmadinata, 2006: 197). Pada dasarnya anak-anak itu ingin tahu, dan sebagian tugas guru ialah membantu perkembangan keingintahuan tersebut, dan membuat mereka lebih ingin tahu.

Horowitz, (Darling-Hammond dan Bransford, 2005: 88) dalam Educating Teachers for Developmentally Appropriate Practice, menjelaskan tentang kriteria guru yang baik dan efektif berikut ini: guru yang baik memahami bahwa mengajar buka sekedar berbicara, dan belajar bukan sekedar mendengarkan. Guru yang efektif mampu menunjukkan bukan hanya apa yang ingin mereka ajarkan, namun juga bagaimana siswa dapat memahami dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan baru. Selanjutnya, mereka tahu apa yang dibutuhkan siswa, maka mereka memilih tugas yang produktif, dan mereka menyusun tugas ini melalui cara yang menimbulkan pemahaman. Akhirnya, mereka memantau keterlibatan siswa disekolah, belajar produktif, dan tumbuh sebagai anggota masyarakat yang kooperatif dan bijaksana yang akan dapat berpartisipasi di masyarakat.

(4)

Lang dan Evans (2006: 1) menulis tentang kriteria guru efektif, yaitu Pembicara yang baik, memahami peserta didiknya, menghargai perbedaan, dan menggunakan beragam variasi pengajaran dan aktivitas. Kelas mereka menarik dan menantang serta penilaian dilakukan secara adil, karena terdapat beragam cara yang dapat siswa tunjukkan terhadap apa yang telah mereka pelajari.

Tugas guru adalah berusaha menciptakan proses pengajaran yang memberikan harapan, bukan yang menakutkan. Dalam proses mengajar dan mendidik itu, setiap guru perlu memiliki kesabaran dan kasih sayang terhadap para siswanya, hingga mereka benar-benar telah menjadi pribadi dewasa.

2.1.1.4 Pengembangan Kurikulum/Silabus

Setiap guru menggunakan buku sebagai bahan ajar. Buku pelajaran banyak tersedia, demikian pula buku penunjang. Guru dapat mengadaptasi materi yang akan diajarkan dari buku-buku yang telah distandardisasi oleh Depdiknas, tepatnya Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP). Singkatnya, guru tidak perlu repot menulis buku sesuai dengan bidan studinya.

Meskipun demikian, guru harus memperhatikan proses pengembangan kurikulum, yang menurut Miller dan Seller (dalam Musfah 2011: 33-34) mencakup tiga hal :

1. Menyusun tujuan umum dan tujuan khusus 2. Mengidentifikasi materi yang tepat

(5)

3. Memilih strategi belajar mengajar

Doll (dalam Eisner 2002: 26) menjelaskan makna kurikulum, yaitu “Seluruh pengalaman yang dialami anak dibawah pengawasan sekolah”. Pengalaman ini sebagian besar telah didesain oleh sekolah sebelumnya. Ia juga menjelaskan bahwa, “Kurikulum sekolah, atau pelatihan, atau kelas dapat dibuat sebagai seri pertunjukkan yang dimaksudkan dapata mendidik satu atau lebih siswa”.

2.1.1.5 Perancangan Pembelajaran

Menurut Naegle (2002: 8), guru efektif mengatur kelas mereka dengan prosedur dan mereka menyiapkannya. Di hari pertama masuk kelas, mereka telah memikirkan apa yang mereka ingin siswa lakukan dan bagimana hal itu harus dilakukan. Jika guru memberitahu siswa sejak awal bagaimana guru mengharapkan mereka bersikap dan belajar di kelas, guru menegaskan otoritasnya, maka mereka akan serius dalam belajar.

Guru mengetahui apa yang diajarkannya pada siswa. Guru menyiapkan matode dan media pembelajaran menimbulkan dampak positif berikut ini:

1. Siswa akan selalu mendapat pengetahuan baru dari guru, tidak akan terjadi pengulangan materi yang tidak perlu yang dapat mengakibatkan kebosanan siswa dalam belajar. Pengulangan materi perlu sebatas untuk penguatan.

2. Menumbuhkan kepercayaan siswa pada guru, sehingga mereka akan senang dan giat belajar. Guru yang baik akan memotivasi siswa untuk

(6)

meneladani kebaikan dan kedisiplinannya, meskipun siswa itu tidak mengatakannya pada guru. Perbuatan guru lebih efektif mendidik siswa dibanding perkatannya.

3. Belajar akan menjadi aktifitas yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu oleh dan bagi siswa, karena mereka merasa tidak akan sia-sia datang belajar ke kelas. Berbeda perasaan siswa saat berhadapan dengan guru yang mengajar selalu tanpa persiapan kadan siap kadang tidak siap (mengajar).

Menurut Khaldun (Ahmad, 1975: 300), bahwa ilmu pengetahuan dalam kaitannya dengan proses pendidikan, sangat tergantung pada guru dan bagimana mereka menggunakan berbagai metode yang tepat dan baik. Oleh karena itu, guru wajib mengetahui manfaat dari metode yang digunakan.

2.1.1.6 Pelaksanaan Pembelajaran Yang Mendidik Dan Dialogis

Pada anak-anak dan remaja, inisiatif harus muncul dari para guru, karena mereka pada umumnya belum memahami pentingnya belajar. Maka, guru harus mampu menyiapkan pembelajaran yang bisa menarik rasa ingin tahu siswa, yaitu pembelajaran yang menarik, menantang, dan tidak monoton baik dari sisi kemasan maupun isi dan materinya.

Menurut Mulyasa (2007: 75-76), “Secara pedagogis, kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran perlu mendapat perhatian, karena pendidikan di Indonesia kurang berhasil, dinilai kering dari aspek

(7)

pedagogis, dan sekolah tampak lebih mekanis sehingga peserta didik cenderung kerdil karena tidak mempunyai dunianya sendiri.”

Horowitz (Darling-Hammond dan Bransford, 2005: 89), menjelaskan bahwa, “guru yang memahami perkembangan anak dan belajar akan efektif dikelas, yaitu dalam proses belajar mengajar. Belajar akan berhasil jika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya. Menurut Geoff Petty (2004: 37), “belajar akan gagal, kecuali: siswa dapat bertanya pada guru untuk memecahkan ketidakjelasan atau mengklarifikasi kesulitan; guru memberikan beberapa unpan balik tentang pemahaman siswa.”

Mengajar adalah proses dua arah, yaitu dimana siswa dapat mengklarifikasi hal-hal yang belum dipahaminya dari apa saja yang disampaikan guru dalam kelas. Jika mengajar merupakan proses satu arah, kita akan belajar dengan baik dan memuaskan dari buku dan video, dan kehadiran guru tidak akan dibutuhkan lagi.

2.1.1.7 Evaluasi Hasil Belajar

Menurut BSNP (2006: 4), bahwa kesuksesan seorang guru sebagai pendidik professional tergantung pada pemahamannya terhadap penilaian pendidikan, dan kemampuannya bekerja efektif dalam penilaian. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

Penilaian hasil pembelajaran mencakup aspek kognitif, psikomotorik, dan efektif sesuai karakteristik mata pelajaran. Sebagai seorang guru, ia

(8)

tidak hanya percaya bahwa emua siswa dapat belajar, tetapi harus benar-benar ingin setiap siswa merasakan kebahagiaan sukses disekolah dan luar sekolah. Karena itu, guru harus kreatif menggunakan penilaian dalam pengajaran. Ada lima alasan prinsip mengapa penilaian merupakan bagian penting dari proses pengajaran.

1. Penilain kelas menegaskan pada siswa tentang hasil yang kita inginkan, ia menegaskan pentingnya meraih sasaran.

2. Penilain kelas menyediakan dasar informasi untuk siswa, orang tua, guru, pimpinan, dan pembuat kebijakan.

3. Penilain kelas memotivasi siswa untuk mencoba atau tidak mencoba. 4. Penilaian kelas menyaring siswa didalam atau diluar program, member

mereka akses pada pelayanan khusus yang mereka butuhkan. 5. Penilaian kelas menyediakan dasar evaluasi guru dan pimpinan.

2.1.1.8 Pengembangan Peserta Didik Untuk Mengaktualisasikan Berbagai Potensi Yang Dimilikinya

Belajar merupakan proses dimana pengetahuan, konsep, keterampilan dan perilaku diperoleh, dipahami, diterapkan, dan dikembangkan. Anak-anak mengetahui perasaan mereka melalui rekannya dan belajar. Maka, belajar merupakan proses kognitif, sosial, dan perilaku, (Pollard 2005: 141). Pengajaran memiliki dua fokus, yaitu perilaku siswa yang berhubungan dengan tugas kurikulum, juga membantu perkembangan kepercayaan siswa sebagai pelajar.

(9)

Pendidik harus memiliki kualifikasi dan kompetensi sebagai agen pembelajaran (learning agent). Yang dimaksud dengan pendidik sebagai agen pembelajaran ialah “peran pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik”, (BSNP, 2006: 87).

2.1.2 Ruang Lingkup Motivasi Belajar Siswa 2.1.2.1 Pengertian Motivasi Belajar

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu (Isbandi dalam Sofyan dan Uno 2004: 5).

Siagian (2004: 138), motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.

Menurut Mulyasa (2009: 196), motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan dan keberhasilan pembelajaran, karena peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tertinggi. Dengan demikian, seorang peserta didik akan belajar dengan baik apabila ada faktor pendorongnya, baik yang datang dari dalam maupun yang datang dari luar.

(10)

Selanjutnya menurut Nawawi (2001: 351), bahwa kata motivasi kata dasarnya adalah motif yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Dengan demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadikan sebab seseorang melakukan suatu perbuatan/kegiatan yang berlangsung secara sadar.

Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa “motivasi” adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang mempunyai indikator sebagai berikut: (Sofyan dan Uno, 2004: 17)

a) Adanya hasrat dan keinginan. b) Adanya dorongan dan kebutuhan. c) Adanya harapan dan cita-cita.

d) Penghargaan dan penghormatan atas diri. e) Adanya lingkungan yang baik.

f) Adanya kegiatan yang menarik.

2.1.2.2 Pentingnya Motivasi Dalam Belajar

Perilaku yang penting bagi manusia adalah belajar dan bekerja. Belajar menimbulkan perubahan mental pada diri siswa. Bekerja menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri pelaku dan orang lain. Motivasi belajar dan motivasi bekerja merupakan penggerak kemajuan masyarakat Dimyati dan Mudjiono (2006: 84).

Dimyati dan Mudjiono (2006: 85), Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut:

(11)

(a) menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir. (b) menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya. Sebagai ilustrasi, jika terbukti usaha belajar seorang siswa belum memadai, maka ia berusaha setekun temannya yang belajar dan berhasil. (c) mengarahkan kegiatan belajar. (d) membesarkan semangat belajar. (e) menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (disela-selanya adalah istirahat atau bermain) yang bersinambungan.

Kelima hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya motivasi tersebut disadari oleh pelakunya sendiri. Bila motivasi disadari oleh pelaku, maka sesuatu pekerjaan dalam hal ini tugas belajar akan terselesaikan dengan baik.

Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, manfaat itu sebagai berikut: (a) membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil. (b) mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam-macam ragam. (c) meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau pendidik. (d) memberi peluang guru untuk “unjuk kerja” rekayasa pedagogis. Tugas guru adalah membuat semua siswa belajar sampai berhasil. Tantangan profesionalnya justru terletak pada “mengubah” siswa

(12)

tak berminat menjadi bersemangat belajar. “mengubah” siswa cerdas yang acuh tak acuh menjadi bersemangat belajar.

Bagi siswa yang sudah mempunyai motivasi, guru bertugas untuk meningkatkan motivasinya, jika guru dapat membangun motivasi siswa terhadap pelajaran yang diajarkan, diharapkan seterusnya siswa akan meminati pelajaran tersebut.

2.1.2.3 Jenis-Jenis Motivasi Belajar

Menurut Yamin (2009: 163) jenis motivasi dalam belajar dibedakan dalam dua jenis, masing-masing adalah:

a) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri. Motivasi ini bukanlah tumbuh diakibat oleh dorongan dari luar diri seseorang seperti dorongan dari orang lain dan sebagainya.

Beberapa bentuk motivasi belajar ekstrinsik menurut Winkel (dalam Yamin 2009: 85) diantaranya adalah (1) belajar demi memenuhi kewajiban, (2) belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan, (3) belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan, (4) belajar demi meningkatkan gengsi, (5) belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua dan guru, (6) belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan pangkat/golongan administratif.

(13)

b) Motivasi Instrinsik

Motivasi instrinsik merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Misalnya belajar karena ingin memecahkan suatu permasalahan, ingin mengetahui mekanisme suatu berdasarkan hukum dan rumus-rumus, ingin menjadi seorang profesor, atau ingin menjadi seseorang yang ahli dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu. Keinginan ini diwujudkan dalam upaya kesungguhan seseorang untuk mendapatkannya dengan usaha kegiatan belajar, melengkapi catatan, melengkapi literatur, melengkapi informasi, pembagian waktu belajar, dan keseriusannya dalam belajar.

Selanjutnya, menurut Sofyan dan Uno (2004: 16), mengemukakan bahwa motivasi intrinsik berisi: (1) penyesuaian tugas dengan minat, (2) perencanaan yang penuh variasi, (3) umpan balik atas respon siswa, (4) kesempatan respon peserta didik yang aktif, (5) kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya. Sedangkan motivasi ekstrinsik berisi: (1) penyesuaian tugas dengan minat, (2) perencanaan yang penuh variasi, (3) respon siswa, (4) kesempatan peserta didik yang aktif, (5) kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya, (6) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

(14)

2.1.1.4 Unsur-Unsur Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Dalam proses belajar motivasi dapat tumbuh maupun hilang atau berubah dikarenakan adanya unsur-unsur yang mempengaruhinya. Beberapa unsur-unsur tersebut menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 97), yaitu:

a) Cita-Cita Atau Aspirasi Siswa

Cita-cita disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai. Aspirasi ini bisa bersifat positif dan negatif, ada yang menunjukkan keinginan untuk mendapatkan keberhasilan tapi ada juga yang sebaliknya. Taraf keberhasilan biasanya ditentukan sendiri oleh siswa dan berharap dapat mencapainya. Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa, dan nilai-nilai kehidupan.

b) Kemampuan Siswa

Keinginan seorang anak dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan untuk mencapainya. Siswa yang mempunyai kemampuan belajar tinggi biasanya lebih termotivasi dalam belajar. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.

c) Kondisi Siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya, seorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembiran akan mudah

(15)

memusatkan perhatian. Anak yang sakit akan enggan belajar. Anak yang marah-marah akan sukar memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran. Sebaliknya, setelah siswa tersebut sehat ia akan mengejar ketinggalan pelajaran.

d) Kondisi Lingkungan Siswa

Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Lingkungan yang aman, tentram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.

e) Unsur-Unsur Dinamis Dalam Belajar Dan Pembelajaran

Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman belajar dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan.

f) Upaya Guru Dalam Membelajarkan Siswa

Upaya guru dalam membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah meliputi hal-hal berikut: (1) menyelenggarakan tertib belajar di sekolah, (2) membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, (3) membina belajar tertib pergaulan, dan (4) membina belajar tertib di lingkungan sekolah. Upaya pembelajaran guru di sekolah tidak terlepas dari kegiatan luar sekolah. Pusat pendidikan luar

(16)

sekolah yang penting adalah keluarga, lembaga agama, pramuka, dan pusat pendidikan pemuda yang lain.

Guru mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi sampai dengan mengevaluasi hasil belajar siswa. Upaya tersebut berorientasi pada kepentingan siswa diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar.

2.1.2.5 Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Motivasi Belajar Profesionalisme menjadi taruhan ketika mengahadapi tuntutan-tuntutan pembelajaran demokratis karena tuntutan-tuntutan tersebut merefleksikan suatu kebutuhan yang semakin kompleks yang berasal dari siswa, tidak sekedar kemampuan guru menguasai pelajaran semata tetapi juga kemampuan lainnya yang bersifat psikis, strategis dan produktif. Tuntutan demikian ini hanya bisa dijawab oleh guru yang professional Oleh karena itu, menegasakan bahwa tuntutan kehadiran guru yang profesional tidak pernah surut, karena dalam latar proses kemanusiaan dan pemanusiaan, ia hadir sebagai subjek paling diandalkan, yang sering kali disebut sebagai Oemar Bakri, (Danim 2003: 191-192).

Dari segi proses, guru berhasil bila mampu melibatkan sebagian besar siswa secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, juga dari gairah dan semangat mengajarnya serta adanya rasa percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, guru berhasil bila pembelajaran yang diberikannya mampu mengubah perilaku pada sebagian besar siswa ke arah yang lebih baik. Sebaliknya,dari sisi siswa,

(17)

belajar akan berhasil bila memenuhi dua persyaratan: (1) belajar merupakan sebuah kebutuhan siswa, dan (2) ada kesiapan untuk belajar, yakni kesiapan memperoleh pengalaman-pengalaman baru baik pengetahuan maupun ketrampilan.

Hal ini merupakan gerakan dua arah, yaitu gerakan profesional dari guru dan gerakan emosional dari siswa. Apabila yang bergerak hanya satu pihak tentu tidak akan berhasil, yang dalam istilah sehari-hari disebut bertepuk sebelah tangan. Sehebat-hebatnya potensi guru selagi tidak direspons positif oleh siswa, pasti tidak berarti apa-apa. Jadi gerakan dua arah dalam mensukseskan pembelajaran antara guru dan siswa itu sebagai gerakan sinergis. Permasalahan belajar sebenarnya memiliki kandungan substansi yang “misterius”. Berbagai macam teori belajar telah ditawarkan para pakar guruan dengan belajar dapat ditempuh secara efektif dan efisien, dengan implikasi waktu cepat dan hasilnya banyak. Namun, sampai saat ini belum ada satupun teori yang dapat menawarkan strategi belajar secara tuntas. Masih banyak persoalanpersoalan belajar yang belum tersentuh oleh teori-teori tersebut. Kompleksitas persoalan yang terkait dengan belajar inilah yang menjadi penyebab sulitnya menuntaskan strategi belajar. Ada banyak faktor yang mesti dipertimbangkan dalam belajar, baik yang bersifat internal maupun yang eksternal. Diantara sekian banyak faktor eksternal terdapat guru yang sangat berpengaruh terhadap siswa. Sukses tidaknya para siswa dalam belajar di sekolah, sebagai penyebab tergantung pada guru. Ketika

(18)

berada di rumah, para siswa berada dalam tanggungjawab orang tua, tetapi di sekolah tanggungjawab itu diambil oleh guru. Sementara itu, masyarakat menaruh harapan yang besar agar anak-anak mengalami perubahan-perubahan positif-konstruktif akibat mereka berinteraksi dengan guru, (Hamalik 2004: 35).

2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan

Kajian penelitian yang relevan dengan penelitian dapat dilihat dari tabel 1.

Tabel 1.1: Kajian Penelitian Yang Relevan No Nama/ Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian Kesimpulan 1 Panigoro 2011 Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SMK Negeri I Gorontalo (Variabel X) Kompetensi Guru (Variabel Y) Motivasi Belajar Siswa

Hasil penelitian yang diperoleh adalah berdasarkan hasil analisis data, hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh kompetensi guru terhadap motivasi belajar siswa. Dengan persamaan regresi Ŷ = 49,87 + 0,14x, kompetensi guru yang dilaksanakan secara efektif mempunyai pengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa. Hal ini dinyatakan dengan persamaan regresi yang menunjukan nilai Fhitung sebesar 4,86 lebih besar dari Ftabel (0,05)(5,24) = 2,62, selanjutnya dalam perhitungan koefisien determinasi menunjukan = 0,6724%, yang berarti bahwa sebesar 67,24%. Varibilitas mengenai motivasi belajar siswa SMK Negeri 1 Gorontalo dapat dipengaruhi oleh kompetensi guru yang diterapkan, sedangkan sisanya 32,76% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak didesain dalam penelitian ini. Dengan demikian hipotesis pada penelitian ini hasilnya menunjukan bahwa hipotesis H1 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara kompetensi guru terhadap

(19)

motivasi belajar siswa di SMK Negeri 1 Gorontalo dapat diterima dalam penelitian ini. 2 Amir Umar 2012 Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Akuntansi (Kelas XI Is SMA Negeri 4 Gorontalo) (Variabel X) Kompetensi Guru (Variabel Y) Motivasi Belajar Siswa

Berdasarkan hasil penelitian Bahwa Kompetensi guru memiliki pengaruh yang positif terhadap motivasi belajar siswa di SMA Negeri 4 Gorontalo. Dengan persamaan regresi sebagai berikut : Ŷ = 29,61 + 0,43X, kompetensi guru yang dilaksanakan secara efektif mempunyai pengaruh yang positif terhadap motivasi belajar siswa. Hal ini dinyatakan dengan persamaan regresi yang menunjukan nilai Fhitung sebesar 4,38 lebih besar dari Fdaftar

4,18, selanjutnya dalam perhitungan koefisien determinasi menunjukan r2 = 0,1296%. Yang berarti bahwa sebesar 12,96%. Variabilitas mengenai motivasi belajar siswa di SMA Negeri 4 Gorontalo dapat dipengaruhi oleh kompetensi guru yang diterapkan, sedangkan sisanya 87,04% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak didesain dalam penelitian ini. Adapun hipotesis yang diajukan adalah terdapat pengaruh kompetensi guru terhadap motivasi belajar siswa, suatu penelitian pada Kelas XI Is SMA Negeri 4 Gorontalo. Dengan demikian hipotesis pada penelitian ini hasilnya menunjukan bahwa hipotesis Ha yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara kompetensi guru terhadap motivasi belajar siswa di SMA Negeri 4 Gorontalo dapat diterima dalam penelitian ini. Hal ini terlihat dari semua harga Fhitung lebih

besar dari Fdaftar baik pada taraf signifikan

(20)

3 Ferawati Abd Rahman 2012 Pengaruh Kompetensi pedagogik Guru Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi (penelitian pada kelas XI SMA Negeri 4 Gorontalo (Variabel X) Kompetensi Pedagogik Guru (Variabel Y) Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan hasil penelitian bahawa terdapat pengaruh yang signifikan antara kompetensi pedagogik guru terhadap hasil belajar siswa. hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan persamaan regresi, dimana Y=49,87+0,16X. ini berarti bahwa setiap terjadi perubahan besar satu unit pada variabel X (Kompetensi Pedagogik guru), maka diikuti oleh perubahan rata-rata variabel Y (hasil belajar siswa) sebesar 0,82 unit. Selanjutnya, berdasarkan hasil perhitungan korelasi (r) diperoleh Nilai r=0,82, hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang sangat kuat antara variabel terhadap variabel Y, sebesar 67,24%. Varibilitas hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh kompetensi pedagogik guru, sedangkan sisanya 32,76% dijelaskan oleh variabel lain, untuk pengujian keberartian koefisien korelasi diperoleh t hitung > t tabel (7,98 > 2,04), hal ini berarti bahwa menolak Ho dan meneriama H1 sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi berpengaruh positif dan signifikan.

Kajian Penelitian yang relevan tersebut diatas, memilki perbedaan dan persamaan. Adapun perbedaannya terletak pada lokasi penelitian serta angka-angka hasil uji hipotesis penelitian, dimana ketiga kajian penelitian terdahulu tersebut memiliki nilai signifikansi yang berbeda. Selanjutnya, persamaannya terletak pada variabel penelitian, dimana kompetensi guru sebagai variabel X.

(21)

2.3 Kerangka Pemikiran

Menurut Sugiyono (2011: 47) kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Untuk mengetahui lebih jelas bagaimana model konseptual tentang pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa, lihatlah gambar berikut ini.

Gambar. 1.1 Kerangka Pemikiran 2.4 Hipotesis

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah “diduga terdapat pengaruh antara kompetensi pedagogik guru terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif I kelas X Ak SMK Negeri I Kota Gorontalo.

VARIABEL (X) Kompetensi Pedagogik Guru

Indikator:

1. Pemahaman peserta didik

2. Pengembangan Kurikulum/

silabus

3. Perancangan pembelajaran

4. Pelaksanaan pembelajaran

yang mendidik dan dialogis 5. Evaluasi hasil belajar 6. Pengembangan peserta didik

(BSNP, 2006:88)

VARIABEL (Y) Motivasi Belajar

Indikator

1. Hasrat Dan Keinginan

2. Dorongan Dan Kebutuhan

3. Penghargaan

(Sofyan dan Uno, 2004:17)

r Siswa

Gambar

Tabel 1.1: Kajian Penelitian Yang Relevan  No  Nama/  Tahun  Judul  Penelitian  Variabel  Penelitian  Kesimpulan  1  Panigoro  2011  Pengaruh  Kompetensi Guru Terhadap Motivasi  Belajar  Siswa Di  SMK Negeri  I Gorontalo  (Variabel X) Kompetensi Guru (Vari

Referensi

Dokumen terkait

Penurunan kadar glukosa darah pada hewan percobaan, yang diberikan ekstrak daun sirih merah disebabkan oleh kandungan flavonoid yang teridentifikasi dalam ekstrak daun sirih

 Mendiskusika n pengelolaan zakat harta serta waktu yang diharuskan dalam mengeluarkan zakat Maal  Melakukan studi litertatur secara mandiri menemukan dalil tentang

Sumbangan efektif antara variable kenakalan remaja dengan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMA Negeri 6 Surakarta sebesar 13%, yang berarti masih terdapat

Kasus yang dirawat dengan: advanced wound dressing , tindakan necrotomy-debridement , tidak diberikan insulin SC, dan dilakukan pemberian nutrisi IV akan

Warna kain hasil pencelupan ekstrak warna biji alpukat memberikan perubahan warna pada kain yang cukup signifikan pada setiap menitnya, membuat hasil akhir kain menjadi gelap

Disamping itu, mereka dianggap dengan mengadakan upacara Manganan tersebut merupakan ibadah dalam ajaran Islam, karena sebagian dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah serta

Contoh yang lain misal- nya gliserol yang diperlukan untuk sintesis triasilgliserol dalam jaringan lemak tidak bisa dipakai oleh jaringan ini, akan tetapi akan dibawa ke

Apabila perusahaan sewa guna usaha menjual barang modal kepada penyewa guna usaha sebelum berakhirnya masa sewa guna usaha, maka perbedaan antara harga jual dengan