• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Menurut Badan Informasi Geospasial luas negara Indonesia adalah 5.180.053 km2, 1.922.570 km2 diantaranya adalah daratan atau hanya 37,11% luas Indonesia berupa daratan. Data dari BPS tahun 2015 menyebutkan bahwa luas daratan hutan di Indonesia adalah 1.207.734,4171 km2. Menurut UU No 41 tahun 1999 pengertian Hutan didefinisikan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan berfungsi sebagai salah satu penentu sistem penyangga kehidupan dan sumber kemakmuran rakyat.

Berdasarkan catatan Kementrian Kehutanan Republik Indonesia, hutan Indonesia mengalami penyusutan sedikitnya 1,1 juta hektar atau 2% tiap tahunnya. Data Kementerian Kehutanan menyebutkan dari sekitar 120 juta hektar hutan yang tersisa di Indonesia, 42 juta hektar diantaranya sudah habis ditebang. Kerusakan atau ancaman yang paling besar terhadap hutan alam di Indonesia adalah penebangan liar, alih fungsi hutan menjadi perkebunan, kebakaran hutan dan eksploitasi hutan secara tidak lestari baik untuk pengembangan pemukiman, industri, dan kegunaan lain. Kerusakan hutan yang semakin parah menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem hutan dan lingkungan disekitarnya.

Sektor kehutanan merupakan salah satu sektor terpenting yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Salah satu masalah yang dihadapi Pemerintah adalah terjadinya penebangan pohon jati secara ilegal dan berkurangnya jumlah pohon jati di area perusahaan hutan (PT. PERHUTANI). Hal tersebut juga dialami pada petak di Bagian Hutan Getas dan Ngandong yang berlokasi di Kabupaten Blora. Akibat penebangan pohon jati secara ilegal adalah turunnya produksi jati dalam negeri menurun dan lahan hutan menjadi kering ketika musim kemarau karena tidak ada

(2)

resapan air ketika hujan turun di musim hujan. Dalam penataan dan pengelolaan diperlukan data spasial untuk perencanaan. Untuk saat ini belum tersedianya data spasial BH Getas dan Ngandong, oleh karena itu penulis melakukan kegiatan aplikatif ini dan menampilkan data spasial ke dalam web.

Hutan berperan sangat penting bagi kelangsungan makhluk hidup di bumi, dimana kekayaan yang terkandung didalamnya dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup. Hutan memiliki banyak manfaat dan fungsi, namun belum sepenuhnya dipergunakan sebaik-baiknya. Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab dan penghalang sehingga hutan belum dapat digunakan sepenuhnya. Hal tersebut dikarenakan tidak dikelolanya dan tidak ditatanya hutan sesuai dengan mestinya. Akses dan hak pemanfaatan atas berbagai kategori hutan harus diatur sebaik-baiknya bagi semua kelompok masyarakat dengan memperhatikan berbagai aspek.

Digitasi tutupan lahan pada foto udara hasil pemotretan dengan UAV (Unmanned Aerial Vehicle) adalah langkah awal untuk memperoleh data spasial Bagian Hutan Getas dan Ngandong. Dari data digitasi tutupan lahan tersebut kemudian dilakukan kegiatan pemetaan partisipatif. Pemetaan Partisipatif menurut Aditya (2009), adalah strategi yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung proses penyerapan aspirasi dan kebutuhan komunitas masyarakat akan pembangunan infrastruktur. Pemetaan partisipatif dilakukan dengan pendekatan bottom-up, metode penyaluran aspirasi kelompok masyarakat pengguna maupun kelompok masyarakat yang akan terkena dampak suatu kegiatan pembangunan.

Digitasi tutupan lahan dan pemetaan partisipatif merupakan langkah atau tahap awal untuk mengelola dan menata Bagian Hutan Getas dan Ngandong, pemetaan partisipatif merupakan langkah yang dianggap cukup efektif untuk memperoleh data dan aspirasi masyarakat sekitar mengenai Bagian Hutan Getas dan Ngandong. Pemetaan partisipatif dilakukan dengan menggunakan formulir dan lembar peta untuk validasi dan mendapatkan umpan balik terkait validitas fitur geospasial yang digambarkan di peta dan untuk mengumpulkan aspirasi masyarakat. Formulir dibuat berdasarkan kriteria dan indikator yang dibutuhkan untuk proses penataan kembali hutan jati.

Hasil kegiatan pemetaan partisipatif tersebut kemudian akan dibuat peta interaktif online tutupan lahan Bagian Hutan Getas dan Ngandong Kesatuan

(3)

Pemangkuan Hutan Ngawi. Peta tersebut nantinya hanya akan menampilkan informasi spasial mengenai data tutupan lahan dan informasi mengenai desa yang terdapat di sekitar Bagian Hutan Getas dan Bagian Hutan Ngandong. Peta berbasis web ini ditujukan untuk pengelola hutan Getas dalam menyimpan dan memperbarui perubahan tutupan lahan ke depan. Untuk masyarakat umum, peta berbasis web ini ditujukan sebagai media komunikasi ragam tutupan lahan yang ada di Bagian Hutan Getas dan Ngandong.

Saat ini, terdapat beberapa komponen perangkat lunak untuk membuat peta interaktif di web. Salah satu komponen perangkat lunak tersebut adalah OpenLayers 3. OpenLayers 3 merupakan perangkat lunak yang relatif mudah digunakan dan bersifat tidak berbayar sehingga memudahkan pengguna untuk melakukan personalisasi tampilan web yang diinginkan.

Melalui kegiatan aplikatif ini, penulis akan melakukan digitasi tutupan lahan pada foto udara, melakukan pemetaan partisipatif pada masyarakat yang berada di Bagian Hutan Getas maupun Bagian Hutan Ngandong dan kemudian menyajikan data hasil digitasi tutupan lahan dan hasil pemetaan partisipatif berupa peta interaktif pada sebuah halaman web menggunakan OpenLayers 3.

I.2 Cakupan Kegiatan Cakupan kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Melakukan digitasi tutupan lahan pada Bagian Hutan Getas dan Ngandong, hasil dari foto udara menggunakan UAV.

2. Menyajikan hasil pelaksanaan pemetaan partisipatif di Bagian Hutan Getas dan Ngandong.

3. Membuat peta interaktif untuk ditampilkan pada halaman web menggunakan OpenLayer 3.

4. Peta yang ditampilkan melalui halaman web memberikan informasi berupa letak, nomor, luas dari petak dan lain-lain.

(4)

I.3 Tujuan

Kegiatan aplikatif ini bertujuan untuk menampilkan dan memberikan informasi tentang tutupan lahan, petak, informasi sumber air, dan informasi bangunan dalam bentuk peta interaktif berbasis web menggunakan OpenLayers 3.

I.4 Manfaat

Manfaat dari pembuatan peta interaktif tutupan lahan Bagian Hutan Getas dan Ngandong di Kabupaten Blora berbasis web adalah sebagai berikut :

1. Peta online interaktif ini dapat digunakan sebagai informasi untuk mengetahui letak, luas, dan batas dari klasifikasi setiap tanaman maupun petak.

2. Peta online interaktif bermanfaat sebagai media informasi sebagai langkah awal untuk memperbaiki dan menata Bagian Hutan Getas dan Ngandong. 3. Peta online interaktif ini dapat memberikan informasi mengenai aspirasi

masyarakat terhadap BH Getas dan BH Ngandong dari kegiatan pemetaan partisipatif.

I.5 Landasan Teori I.5.1 Digitasi

Digitasi adalah proses konversi dari peta analog menjadi peta digital (Puntodewo dkk., 2003). Cara kerja digitasi adalah dengan mengkonversi fitur-fitur spasial yang ada pada peta menjadi kumpulan koordinat x dan y. Untuk menghasilkan data yang akurat, dibutuhkan sumber peta analog dengan kualitas tinggi. Dan untuk proses digitasi, diperlukan ketelitian dan konsentrasi tinggi dari operator.

Sedangkan menurut Khomsin (2004), digitasi adalah proses untuk mengubah informasi grafis yang tersedia dalam kertas ke format digital. Dalam prosesnya, digitasi memerlukan waktu, biaya, tenaga, dan menuntut adanya tenaga ahli yang cukup menguasai tekniknya. Hasil digitasi berupa objek atau kondisi di dalam dunia nyata yang disajikan dengan menggunakan titik dan garis posisi setiap objek disusun dengan menggunakan sistem koordinat.

Digitasi secara umum dapat didefinisikan sebagai proses konversi data analog ke dalam format digital. Objek-objek tertentu seperti jalan, rumah, sawah dan lain-lain

(5)

yang sebelumnya dalam format raster pada sebuah foto udara resolusi tinggi dapat diubah kedalam format digital dengan proses digitasi. Proses digitasi secara umum dibagi dalam dua macam, yaitu yang pertama digitasi secara manual atau analog, proses digitasi ini memerlukan sebuah meja digitasi atau digitizer. Dan yang kedua adalah digitasi onscreen di layar monitor. Digitasi onscreen paling sering dilakukan karena lebih mudah dilakukan, tidak memerlukan tambahan peralatan lainnya, dan lebih mudah untuk dikoreksi apabila terjadi kesalahan (GIS Konsorsium, 2007).

I.5.2 Tutupan Lahan

Pengertian sederhana tutupan lahan adalah berbagai tipe objek yang terdapat di atas permukaan lahan. Observasi terhadap tipe-tipe tutupan lahan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan media pengindraan jauh. Setiap tipe tutupan lahan akan memiliki atribut spasial yang spesifik, seperti misalnya variasi vegetasi, cadangan karbon, dan kandungan hara. Tipe-tipe tutupan lahan akan membentuk konfigurasi habitat bagi tumbuhan dan hewan. Tergantung dari skala pengamatan yang dilakukan, padang rumput, tegakan pohon, hutan, padang pasir, lahan pertanian, dan pemukiman, adalah beberapa elemen tipe tutupan lahan (Mulyoutami dkk., 2010).

Sedangkan menurut Jansen dan Gregorio (2002), Tutupan lahan adalah kondisi kenampakan biofisik permukaan bumi yang diamati. Penggunaan lahan adalah pengaturan, kegiatan dan input terhadap jenis tutupan lahan tertentu untuk menghasilkan sesuatu, mengubah atau mempertahankannya. Analisis akan lebih efektif jika data yang dihasilkan dari kedua istilah tersebut digabungkan karena memungkin mendeteksi lokasi perubahan terjadi, perubahan tipe dan bagaimana suatu lahan berubah.

Semakin banyaknya sumber data citra atau foto udara dalam bentuk digital maka metode ekstraksi kelurusan otomatis merupakan teknik yang dipilih untuk diterapkan dalam banyak penelitian. Metode ekstraksi dan analisis manual/visual menghasilkan tingkat akurasi yang lebih baik namun perkembangan metode ekstraksi dan analisis digital/otomatis ini seharusnya mendapatkan respon yang positif mengingat metode ekstraksi dan analisis manual/visual memiliki tingkat subyektifitas yang tinggi dan sangat bergantung pada pengalaman dan keahlian seorang analis (Akase, 2016).

(6)

I.5.3 Peta Berbasis Web

Peta berbasis web dikategorikan menjadi dua model, yaitu peta statis dan peta dinamis. Masing-masing kategori tersebut dibagi lagi menjadi dua tipe yaitu view only dan interactive (Kraak dan Brown, 2001).

I.5.3.1 Peta statis. Peta statis dalam halaman web biasanya paling banyak digunakan. Peta statis ini adalah peta yang dihasilkan dari produk kartografi seperti pada peta umumnya. Kebanyakan dari jenis peta statis ini adalah berupa view only. Peta ini akan menjadi interaktif, apabila kemudian pengguna dapat melakukan perintah-perintah tertentu, misalnya: zooming, panning, dan hyperlink ke informasi tertentu, atau pengaturan pada layer tertentu yang ingin ditampilkan pengguna.

I.5.3.2 Peta dinamis. Peta dinamis merupakan peta yang merepresentasikan perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi dapat terdiri dari satu atau lebih dari komponen data yang ada. Perubahan-perubahan tersebut disajikan dalam bentuk animasi. Pada jenis interaktif, animasi yang ditampilkan dapat sesuai dengan keinginan pengguna, misalnya menentukan jalur perjalanan, arah pandangan, ketinggian dan sebagainya. Peta dinamis yang sering ditemui di halaman web misalnya: peta dinamis perubahan pertumbuhan kota, peta jalur perjalanan dengan animasi jalurnya, peta tiga dimensi yang dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda-beda.

Skema klasifikasi dari peta web ditunjukkan pada Gambar I.1 berikut :

Gambar I. 1 Klasifikasi peta berbasis web (Sumber : Kraak dan Brown, 2001)

Peta berbasis web

Peta Statis View Only Interaktif Peta Dinamis View Only Interaktif

(7)

Menurut Kraak dan Brown (2001), klasifikasi peta web dikelompokkan menjadi empat, yaitu sebagai berikut ini:

1. Peta Statis View Only, peta ini biasanya hanya berupa peta digital yang berasal dari pemindaian peta kertas atau peta analog. Peta ini juga dapat diperoleh dari digitasi peta. Kemudian peta digital tersebut dimasukan ke dalam web dengan bentuk raster image (*.png;*.jpg). Peta tersebut dikatakan view only, karena pengguna hanya dapat melihat peta tersebut tanpa memiliki kontrol apapun terhadap peta tersebut (Kraak dan Brown, 2001).

2. Peta Statis Interaktif, peta ini juga berasal dari hasil pemindaian peta analog yang kemudian di masukkan ke dalam web dalam bentuk raster. Namun, pengguna peta memiliki kontrol terhadap peta. Pengguna dapat melakukan pembesaran dan penggeseran terhadap peta tersebut (Kraak dan Brown, 2001).

3. Peta Dinamis View Only. Berbeda dengan peta statis, peta dinamis merupakan peta yang dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman web. Pada peta dinamis view only pengguna peta dapat melakukan perbesaran dan penggeseran pada peta tersebut (Kraak dan Brown, 2001).

4. Peta Dinamis Interaktif. Peta ini juga dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman web. Namun, yang membedakannya dengan peta dinamis view only adalah peta ini memungkinkan pengguna melakukan melakukan pencarian lokasi (Kraak dan Brown, 2001). Perangkat lunak atau sistem desain tampilan web dibutuhkan untuk membuat tampilan web lebih menarik. Bahasa pemrograman javascript, Cascading Style Sheet, dan lain-lain sering digunakan untuk sistem desain web. Perangkat lunak atau sistem yang digunakan merupakan program professional editor HTML yang digunakan untuk mengelola situs dan menata layout halaman web (Ruvalcaba, 2002).

(8)

I.5.4 Kartografi

Menurut Asosiasi Kartografi Internasional, kartografi didefinisikan sebagai “Cartography is the discipline dealing with the art, science and technology of making and using maps “ (ICA, 2011).

Kartografi adalah suatu disiplin ilmu yang berhubungan dengan visualisasi dari informasi geografis, atau dalam pengertian popular dapat dikatakan sebagai sebuah disiplin yang melibatkan ilmu, teknik, serta seni dalam pembuatan desain peta dan produksi peta (Soendjojo dan Riqqi, 2012). Ilmu kartografi sendiri terus berkembang dari masa ke masa. Perkembangan ilmu kartografi ini seiring dengan berkembangnya teknologi internet.

1.5.4.1 Kartografi digital. Seiring pesatnya pekembangan teknologi khusunya teknologi digital seperti sekarang ini, membuat ilmu kartografi juga berkembang kearah digital. Kartografi digital ini adalah perkembangan dari kartografi analog yang sudah ada sebelumnya. Kartografi digital memungkinkan seorang kartografer untuk membuat sebuah peta menjadi lebih mudah. Tahapan pekerjaan kartografi yang dulunya cukup panjang menjadi lebih singkat, alternatif desain peta dapat dihasilkan dalam waktu yang relatif singkat disebabkan beberapa bagian dari proses seperti pembuatan model warna dan cetak peta sudah dilakukan secara otomatis menggunakan komputer dan printer (Soendjojo dan Riqqi, 2012).

Kartografi digital menghasilkan dua produk yang satu sama lain memenuhi fungsi masing – masing, yaitu:

1. Basis data digital, merupakan media penyimapanan informasi geografis sebagai pengganti pencetakan peta.

2. Visualisasi kartografis pada sejumlah media yang berbeda merupakan fungsi pelayanan selain pencetakan peta.

Dari perkembangan teknologi komputer ini memungkinkan setiap orang memiliki proses kreatifnya sendiri dalam pemanfaatan basis data spasial untuk membuat suatu visualisasi kartografis dalam pembuatan peta. Namun disisi lain,

(9)

jika pembuat yang tidak mendalamai atau menghayati ilmu kartografi, peta yang dihasilkan dapat kehilangan kaidah – kaidah kartografi yang berlaku selama ini. 1.5.4.2 Simbolisasi kartografi. Menurut Kraak dan Ormeling (2010), simbolisasi dalam kartografi dibedakan menjadi tiga, yaitu simbolisasi berdasarkan bentuk, simbolisasi berdasarkan jenis dan simbolisasi berdasarkan artinya.

1. Berdasarkan bentuknya simbol dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu simbol titik, garis dan luasan.

i. Simbol titik mencerminkan kenampakan atau data yang mempunyai sifat non dimensi (data posisional). Data ini biasanya digunakan untuk menggambarkan lokasi bangunan, mercusuar dan lain lain.

ii. Simbol garis adalah simbol yang mencerminkan kenampakan atau data yang mempunyai satu dimensi yaitu panjang atau jarak. Misalnya, rel kereta api, jalan, sungai dan lain lain. iii. Simbol luasan adalah simbol yang mencerminkan kenampakan

yang mempunyai sifat dua dimensi yaitu luas. Contoh dari simbol area adalah penggambaran bidang tanah.

2. Berdasarkan jenisnya penyajian simbol dalam peta dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: simbol piktorial, simbol geometrik atau abstrak, dan simbol huruf atau angka.

i. Simbol piktorial merupakan simbol yang dalam kenampakannya mirip atau sama dengan wujud objek yang diwakilinya.

ii. Simbol geometrik atau abstrak merupakan simbol yang tidak ada kemiripan dengan wujud aslinya.

iii. Simbol huruf atau angka merupakan simbol yang menggunakan huruf pertama atau kedua dari nama objek yang diwakilinya.

3. Simbol menurut artinya. Pada penggunaan simbol ini erat kaitannya dengan skala data (ukuran data) yang dalam penyajiannya dapat

(10)

dibedakan menjadi simbol: Kualitatif (nominal), ordinal, kuantitatif interval, kuantitaif rasio.

i. Skala Nominal: nilai-nilai antara atribut objek berbeda secara alami, aspek yang satu dengan yang lain tidak ada yang lebih penting. Misalnya penggunaan lahan, jenis tanah dan data geologi.

ii. Skala Ordinal: Nilai-nilai atribut yang berbeda satu sama lain, tapi masih ada hubungannya sama pentingnya dengan yang lain. Misalnya hangat, dingin, sejuk dan lain lain.

iii. Skala Interval: Nilai-nilai atributnya berbeda, dapat ditata dan jarak antar objek dapat ditentukan. Contoh skala interval pada kontur

iv. Skala Ratio: nilai-nilai atributnya berbeda, dan dapat ditata. Jarak antara ukuran objek dapat ditentukan dan ukuran objek tersebut saling berhubungan dengan yang lain. Sifat angka nol pada skala ratio ini mutlak jadi tidak memiliki nol yang lainnya I.5.5 Visualisasi Tematik

Menurut Soendjojo dan Riqqi (2012), Peta tematik adalah peta yang memperhatikan informasi kualitatif dan atau kuantitatif dari suatu unsur tertentu. Peta tematik adalah sebuah peta khusus dirancang dan disajikan untuk menunjukkan tema tertentu yang terhubung dengan area geografis tertentu. Peta ini bisa menggambarkan fisik, sosial, politik, budaya, ekonomi, sosiologi, pertanian, atau aspek lain dari sebuah kota, negara, wilayah, bangsa, atau benua. Sebuah peta tematik adalah peta yang berfokus pada tema atau subjek daerah tertentu, sedangkan peta topografi semua fenomena geospasial (alam & buatan) teratur disajikan bersama-sama.

Terdapat beberapa jenis peta tematik dalam visualisasinya, jenis-jenis peta tematik tersebut tergantung dari maksud dan tujuan peta tematik agar informasi disajikan pada peta dapat mudah dimengerti oleh pengguna peta. Menurut Soendjojo dan Riqqi (2012), terdapat tujuh jenis peta tematik yaitu peta diagram, peta distribusi, peta choropleth, peta dasymetrik, peta chorochromatic, peta isoline, dan peta alir. Pada kegiatan apalikatif ini jenis peta tematik yang relevan yaitu peta distribusi dan peta chorochromatic.

(11)

1.5.5.1 Peta Distribusi. Suatu peta tematik yang menggunakan simbol titik kuantitatif untuk menyajikan suatu data yang spesifik, serta mempunyai kuantitas yang pasti dari sejumlah variabel. Satu titik (dalam bentuk simbol) memberikan suatu nilai tertentu, sehingga jika pada suatu area di peta bersangkutan terdapat 10 titik, maka akan menginformasikan bahwa pada daerah tersebut terdapat 10 kali nilai dari titik bersangkutan. Salah satu contoh peta distribusi adalah peta Penyebaran Penduduk yang penyajian sebaran titiknya dapat dibedakan atas penyebaran secara administratif dan geografis. Contoh peta distribusi ditampilkan pada Gambar I.2.

Gambar I.2 Contoh Peta Distribusi (Sumber : Soendjojo dan Riqqi, 2012) 1.5.5.2 Peta Chorochromatic. Peta tematik yang memperlihatkan distribusi kualitatif dari fenomena spesifik dan relasinya; contoh, peta tanah (soil map). Pada peta Tanah ini, semua jenis tanah yang ada pada daerah bersangkutan disajikan berdasarkan areanya dengan menggunakan warna yang berbeda-beda. Warna muda dan warna tua yang digunakan untuk simbol jenis-jenis tidak mempunyai suatu harga tertentu karena sifatnya yang kualitatif. Contoh Peta Chorochromatic ditampilkan pada Gambar I.3.

Gambar I.3 Contoh Peta Chorochromatic (Sumber : Soendjojo dan Riqqi, 2012) I.5.6 Domain Geospasial

Menurut Aryanto dan Tjendrowasono (2012), domain adalah nama unik yang digunakan untuk mengidentifikasikan nama server hosting pada jaringan internet, domain ini untuk mempermudah penyebutan atau pemanggilan data atau informasi

(12)

pada sebuah server. Sedangkan menurut Mahfudz dan Nasution (2005), domain adalah suatu grup komputer yang terkelola secara terpusat dengan menggunakan sistem operasi Windows.

Menurut Prahasta (2007), Sistem Informasi Geografis berbasis web adalah aplikasi SIG atau pemetaan digital yang memanfaatkan jaringan internet sebagai media komunikasi yang berfungsi mendistribusikan, mempublikasikan, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, dan menyediakan informasi dalam bentuk teks, peta digital serta menjalankan fungsi-fungsi analisis dan query yang terkait dengan SIG melalui jaringan internet. Aplikasi SIG berbasis web sering juga disebut WebGIS.

I.5.7 Halaman Web

Halaman web merupakan kumpulan dari beberapa komponen yang saling berkait satu sama lainya. Komponen-komponen tersebut yaitu World Wide Web (WWW), Hyper Text Markup Language (HTML), Javascript (Js) dan Cascading Style Sheet (CSS). Dalam pembuatan sebuah web dikenal dengan istilah HTML atau Hypertext Markup Language. HTML merupakan sebuah bahasa markup yang digunakan untuk membuat sebuah halaman web. Bahasa markup terdiri atas sekumpulan tag markup, seperti tag HTML. Tag HTML mendefinisikan dokumen HTML, sehingga masing-masing dokumen HTML didefinisikan menggunakan tag HTML yang berbeda (W3C, 1999). Selain HTML, terdapat bahasa pemrograman web lain yaitu JavaScript dan CSS yang digunakan dalam penyusunan halaman web.

JavaScript merupakan bahasa scripting yang berfungsi untuk membuat tampilan dokumen web lebih interaktif. Javascript berupa barisan kode yang dijalankan pada web browser. Javascript termasuk dalam bahasa interpreter, yang berarti setiap script dieksekusi tanpa proses kompilasi. Javascript biasanya disisipkan pada dokumuen HTML (Sunyoto, 2007).

JavaScript dapat digunakan untuk menampilkan data spasial pada halaman web, salah satunya adalah OpenLayers 3. OpenLayers 3 merupakan JavaScript murni yang digunakan untuk menampilkan peta pada suatu peramban web tanpa bergantung pada server. OpenLayers 3 bersifat tidak berbayar dan dibangun oleh komunitas Open Source.

(13)

CSS (Cascading Style Sheet) merupakan sebuah teknologi yang direkomendasikan oleh World Wide Web Consortium atau disingkat dengan W3C pada tahun 1996. CSS adalah bahasa stylesheet yang digunakan untuk memperindah dan mengatur gaya tampilan/layout halaman web agar lebih elegan dan menarik. Hal-hal yang dapat diatur dengan CSS antara lain memberi warna font, mengatur posisi, mengganti warna tulisan jika disentuh dengan mouse, dan lain sebagainya (Kun, 2010). I.5.8 Pemetaan Partisipatif

Pada awal perkembangan Pemetaan Partisipatif (PP), target partisipasi adalah masyarakat umum yang tidak memiliki akses kepada kekuasaan dan peran dalam penentuan kebijakan. Karena target masyarakat dalam kegiatan PP adalah masyarakat yang terpinggirkan, maka seringkali PP digunakan sebagai wadah penyaluran aspirasi, misalnya untuk mendukung mediasi kelompok masyarakat terasing dan terpencil (Sieber, 2003). Intensitas partisipasi dalam PP sangat beragam. Berdasarkan intensitasnya, berikut ini disajikan bentuk partisipasi atau pelibatan anggota komunitas masyarakat pada kegiatan pemetaan partisipatif (McCall, 2004).

1. Berbagi informasi Pelibatan pengetahuan komunitas lokal oleh pihak luar dalam mengenali sumberdaya (misalnya: pemetaan tanah terlantar).

2. Konsultasi dan mediasi Pelibatan komunitas local dalam mengidentifikasi permasalahan (berupa kebutuhan dan tuntutan) yang terkait pada suatu topik khusus yang menjadi fokus pihak luar.

3. Pelibatan dalam pengambilan keputusan Interaksi pihak dalam dan pihak luar dari suatu komunitas secara bersama-sama dalam mengidentifikasi permasalahan, menganalisis permasalahan dengan tema interaksi pada umumnya diinisiasi dari pihak luar.

4. Inisiasi aksi Inisiatif pembangunan komunitas masayarakat dari warga masyarakat sendiri dalam merencanakan dan melaksanakan program pembangunan lingkungan secara kolaboratif.

(14)

Adapun berdasarkan tujuannya, PP dapat dikategorikan sebagai berikut (McCall, 2004) :

1. Fasilitasi Partisipasi dilaksanakan untuk mengenalkan dan memperlancar program pembangunan yang akan melibatkan komunitas masyarakat lokal.

2. Pemberdayaan Partispasi dilaksanakan untuk mendorong komunitas lokal dalam menentukan keputusan dan bertanggungjawab dalam berinisiatif , mendapatkan hak kepemilikan, menyediakan akses terutama kepada komunitas yang lemah dan tersisihkan.

3. Kolaborasi dan Mediasi Partisipasi dilakukan untuk menjamin kesinambungan antara proyek dari luar komunitas dengan kebutuhan dan tuntutan yang ada di dalam komunitas melalui usaha diskusi dan analisis secara kolaboratif.

Gambar

Gambar I. 1 Klasifikasi peta berbasis web (Sumber : Kraak dan Brown,  2001)
Gambar I.3 Contoh Peta Chorochromatic (Sumber : Soendjojo dan Riqqi, 2012)  I.5.6  Domain Geospasial

Referensi

Dokumen terkait

Hasil survei menunjukkan bahwa setelah dilakukan sosialisasi dan aplikasi pelepasan jantan mandul ke rumah-rumah masyarakat di lokasi penelitian, sebagian besar masyarakat

1 M.. Hal ini me nunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa yang signifikan dibandingkan dengan siklus I. Pertukaran keanggotaan kelompok belajar

Varietas Tukad Petanu yang dihasilkan dari tetua Utri Merah diketahui paling tahan berdasarkan hasil pengujian menggunakan sumber inokulum virus tungro dari 15 provinsi

Terdapat perbedaan hasil penelitian terdahulu yang menggunakan trading volume activity sebagai variabel penelitian, yaitu hasil penelitian Munthe (2016), Asriningsih (2015),

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam publikasi tersebut belum memuaskan karena terdapat beberapa kesalahan, seperti kesalahan penulisan kata

Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang pemenuhannya setelah kebutuhan primer terpenuhi, namun tetap harus dipenuhi, agar kehidupan manusia berjalan dengan baik. Contoh: pariwisata

Aspek kewenangan secara tegas dipersyaratkan dalam ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menyatakan

Setelah itu teller akan memanggil dan nasabah akan memberikan sejumlah uang dan buku tabungan untuk meminta pencetakan transaksi setor tunai ke bank..