• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERRBEDAAN PERILAKU KONSUMTIF ANTARA REMAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERRBEDAAN PERILAKU KONSUMTIF ANTARA REMAJA"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

WISATA

SKRIPSI

Disusun Oleh:

Diah Hayu Caturingtyas 99 320 209

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2004

(2)

PERRBEDAAN PERILAKU KONSUMTIF ANTARA REMAJA

DI DAERAH WISATA DAN REMAJA DI DAERAH NON

WISATA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia

Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S 1 Psikologi

ISLAM

LMsusun KJicn.

Diah Havu Caturingtyas

99 320 209

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2004

(3)

Dewan Penguji

Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia

dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian

Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-l Psikologi

Pada Tanggal

2 4 MUD i~^M

Mengesahkan Fakultas Psikologi

Universitas islam Indonesia

Dekan,

. £ .

Mi,'/

Sukartr: Dr

Tanda Tangan

Sumaryono, Drs., M.Si

Mlyh^i

2. Muh. Bachtiar. Drs., MM

(4)

HALAMAN PERNYATAAN

Bersama ini saya menyatakan bahwa selama melakukan penelitian dan dalam membuat laporan penelitian, tidak melanggar etika akademik seperti

penjiplakan, pemalsuan data, dan manipulasi data. Apabila dikemudian hari saya

terbukti melanggar etika akademik, maka saya sanggup menerima konsekwensi berupa pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.

Yang menyatakan,

(5)

Segala Puji bagi Allah SWT, atas rahmat-Nya karya sederhana ini dapat

terselesaikan

Kepada Ibunda tercinta, Ibu Sri Lestari di alam yang berbeda, Ananda

persembahkan karya ini untukmu. Semua ini berkat kerja keras, pengorbanan,

kasih sayang dan doa ibunda yang tulus. Terima kasihIbu.

Kepada Ayahanda tercinta, Bapak Sugeng, Ananda persembahkan karya ini

sebagai bentuk cinta kasih ananda kepada Papa yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian karya ini.

Kepada Kakak-kakakku, Mas Nung, Mbak lin, Mbak Niq dan Mas Arif. Kalian semua adalah keluarga yang sangat berarti.

Kepada Keluarga besar Ibu Darmawan, Mbak Ning, Ibu Ning dan Pak Peno

terima kasih semua yang telah diberikan kepada-ku hanya Allah yang mampu

membalas budi baikmu.

(6)

MOTTO

i r 0 }

^ ' t VX l * ^" " * [y'y'y'y lyt yy* ^, > ^ ^y s" **

y ' s ^

"Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku (semuanya) demi karena Allah, pemelihara seluruh alam" (QS. Al-An'Am: 162)

"Jauhilah diri kamu dari nafsu hidup mewah karena hamba Allah yang sejati

tidakmengikuti hawa nafsu" (Musnad Imam Ahmad-Hadits

Mu'az Ibnu Jabal)"

' s y

"Makan, minumlah, bersedekahlah, dan berpakaianlah selagi tidak dicampuri

boros atau congkak" (HR. Ibnu Ahmad)

<y y-

-y y y

LJangan kamu hamburkan hartamu secara boros, sungguh para pemboros itu

(7)

Alhamdulillahi rabbil'aalamin, segaia puji syukur kehadiran Allah SWT

yang dengan penuh kasih sayang telah mengkaruniakan segaia kemudahan dan

kemurahan-Nya kepada penulis. Hanya atas kuasa, kehendak dan Ridho-Nya,

penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya serta pengikutnya yang setia

hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, skripsi ini dapat selesai berkat bantuan dan dorongan dari

berbagai pihak. Terima kasih setulus-tulusnya kepada pihak-pihak yang telah

memberikan bantuan, perhatian selama pembuatan skripsi ini dengan penuh

ketulusan.

Penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Sukarti, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia, beserta

seluruh staf akademik Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

2. Drs. Sumaryono. M.Si, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan yang sangat

bergunabagi penulis.

3. Hepi Wahyuningsih, S.Psi., M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalankan studi di

Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

(8)

4. Dosen-dosen Fakultas Psikologi UII, untuk Ibu Rina, terima kasih atas

bimbingan dan perhatiannya yang sangat berarti bagi penulis, Bu Ratna, Bu Retno, Bu Uyun, Bu Wisnu, Mbak Mifta, Mbak Umi dan Mas Sony, atas diskusi dan pertolongan yang diberikan selama ini.

5. Staf karyawan Fakultas Psikologi UII, Pak Fatur, Pak Surani, Pak Imron, Bu Rochimah, Bu Munjiyah, Mas Fen, Mas Widodo, atas segaia bantuan yang diberikan selama penulis menjalankan studi di Fakultas Psikologi UII.

6. Ibu Dra. Sri Indiyah Purwaningsih selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 1

Kemetiran Yogyakarta, Bpk Sumaryatin, S.P.d selaku Kepala Sekolah SMU

UII, Bpk Mohammad Mustamir I.H selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Pengajaran dan Kesiswaan SMF/SAA, Bpk Midjo Atmoko, S.pd selaku

Kepala Sekolah SMK YPKK 3 yang telah membantu penulis dalam proses

pelaksanaan penelitian.

7. Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta atas informasinya tentang

lokasi daerah - daerah wisata yang berada di Yogyakarta.

8. Siswa-siswi SMK Negeri 1 Kemetiran, siswa-siswi SMU UII, siswa-siswi

SMF/SAA, siswa-siswi SMK YPKK 3 yang telah meluangkan waktu

belajarnya untuk menjadi subjek dalam penelitian ini.

9. Mama Tercinta Sri Lestari Nuswo Utami di alam yang berbeda, yang telah memberikan kasih sayang yang tulus, dan Papa yang telah memberikan judul

skripsi ini.

10. Om Jono, Mbah Kakung, dan Pak De Santo di alam yang berbeda terimakasih

atas nasehat yang diberikan. Bule Endang, Bude Sri, Bude Cilik, Bule Wiwi,

(9)

11. Mas Nunung, Mas Rully, Mbak lin, Mbak Niq dan Mas Arif, Mas Teguh dan Mbak Ninik, Dodhit dan Hayati, De' Dian dan Pulung, Mbak Meniq yang

telah memberikan dorongan dan bantuan selama ini.

12. Ibu Dannawan, Ibu Ning dan Pak Peno, Mbak Ning dan seluruh kelurga besar Bapak Darmawan yang telah memberikan tempat bernaung dan tempat bagi

penulis sebagai bagian dari keluarga.

13. Ibu dan Bapak Suwito, Mama dan Papa Dina, dan seluruh keluarga di Jakarta

yang telah memberikan dorongan kepada penulis.

14. Orang-orang terdekatku Yudi yang telah membenkan bantuan selama proses

penulisan skripsi ini, Mas Agus dan Mbak Yani, Mas Bagus dan Tiwi, serta

Ryan A dan Mas Doni yang telah memberikan dorongan selama penulis

mengenalnya.

15. Sahabat-sahabatku Veronica, Mahesa, Ayu, Rian, Tya, Dede, Fauziah, Ririn,

Imam, Ardian, terima kasih atas persahabatan yang sangat berarti selama

kuliah di Psikologi UII.

16. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas bantuan dalam memperlancar penulisan skripsi ini.

Akhirnya penuliis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak

tersebut diatas, semoga allah swt membalas jasa-jasa kebaikan yang telah

diberikan dengan pahala yang berlimpah.

(10)

Semoga karya penulis ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya

Yogyakarta, Agustus 2004

Penulis

(11)

Halaman HALAMAN JUDUL j HALAMAN PENGESAHAN j, HALAMAN PERNYATAAN tl] HALAMAN PERSEMBAHAN iv MOTTO PRAKATA vi DAFTAR ISI 1A DAFTAR TABEL •• XI1 DAFTAR LAMPIRAN A l i i INTISARI XIV BAB I PENDAHULUAN j

A Latar Belakang Masalah 1

B. Tujuan Penelitian 5

C. Manfaat Penelitian 5

D. Keaslian Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA g

A. Perilaku Konsumtif 8

1. Pengertian Perilaku Konsumtif 8

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi perilaku konsumtif 11

3. Aspek Perilaku Konsumtif ]7

(12)

B. Daerah Wisata dan Non Daerah Wisata ]8

1. Pengertian Daerah Wisata 18

2. Pengertian Daerah Non Wisata 20

C. Perbedaan Perilaku Konsumtif dengan Remaja di

Daerah Wisata dan Remaja di Daerah Non Wisata 21

D. Hipotesis ~.

BAB III METODE PENELITIAN

25

A. Identifikasi Variabel Penelitian 75

B. Defenisi Operasional Variabel Penelitian 25

C. Subjek Penelitian ?7

D. Metode Pengumpulan Data 27

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 29

F. Metode Analisis Data 30

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

31

A Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 31

1. Tempat Penelitian 31

2. Persiapan Penelitian 31

B. Pelaksanaan Penelitian 34

C. Analisis Data dan Hasil Penelitian 35

1. Deskripsi Data Penelitian 35

2. Uji Asumsi 3o

3. Uji Hipotesis 40

D. Pembahasan.... ,,

(13)

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Penilaian Favourable dan linfavuurabk 28

Tabel 2. Skala Perilaku Konsumtif 29

Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Perilaku Konsumtif Setelah Diuji Coba 34

Tabel 4. Deskripsi Data Penelitian 35

Tabel 5. Kriteria Kategorisasi Skala Perilaku Konsumtif Remaja di Daerah

Wisata 37

Tabel 6. Kriteria Kategorisasi Skala Perilaku Konsumtif Remaja Di Daerah

Non Wisata 37

Tabel 7. Hasil Uji Asumsi Normalitas 39

Tabel 8. Hasil Uji Homogenitas Perilaku Konsumtif Remaja Di Daerah Wisata

dan Remaja Di Daerah Non Wisata 39

(15)

Nalaman LAMPIRAN.

49

A. ALAT UKUR DAN KUNCI JAWABAN

50

1. Skala Perilaku Konsumtif

2. Kunci Jawaban

B. UJI COBA ALAT UKUR

56

1. Distribusi Jawaban Subjek

2. Uji Reliabilitas

65

C. PENCATATAN DATA PENELITIAN

&y

1. Skor Subjek Penelitian

JQ

D. UJIASUMSI.

72

1. Tabulasi Data Penelitian

7 j

2. Hasil Data Penelitian

3. Uji Normalitas

4. Uji Homogenitas dan Perbedaan

80

E. SURAT PERNYATAAN

82

1. Surat Pernyataan Menjaga Etika Akademik F. SURAT IJIN PENELITIAN

84

1. Fakultas Psikologi UII

(16)

G. SURAT BUKTI PENELITIAN 86 1. SMK Negeri 1 Yogyakarta

2. SMA UII Yogyakarta

3. SMF/SAA Indonesia Yogyakarta

4. SMK YPKK 3 Yogyakarta

(17)

Diah Hayu Caturingtyas

Sumaryono

INTISARI

™i uu- PfTilakU k™sumtif adalah Perilaku mengkonsumsi barang atau jasa

hi*1

\Tf ?lbu!uhkan- Penlaku knsumtif memiliki beberapa aspek, yaitu

U^wl me!ldahulukan kei"ginan dar>Pada kebutuhan (tidak ada skala pnontas)

berlebihan dan gengsi. h

antara re^T^T m[bertu^ mtiik ™ngetahui perbedaan perilaku konsumtif

antara remaja di daerah wisata dan remaja di daerah non wisata. Subjek penelitian

in, adalah para siswa-siswi SMF/SAA sebanyak 30 orang untuk yang berada di

uS2S U^ PHara, S1SrSiSW1 SMK ^

3Sle™n «*4* 30 orang

untuk yang berada di daerah non wisata. Pengambilan sample dilakukan secar

PrZZ7,ZZ/mg% U"tuk me^tahui perbedaan penlaku konsumtif antara

remaja di daerah wisata dan remaja di daerah non wisata

remaia vZTu^l T!f*T^ dipCWleh bahwa tingkat Penlaku konsumtif

SigA ^

ul dae'?h WISata l6bih tmggl dlsbandmgkan dengan remaja

konlm ff

} T T^ Hal mi ditu"Jukka" o'eh mean empirik penlaku

konsumtif remaja d, daerah wisata sebesar 55, 25. sedangkan mean empink

penlaku konsumtif remaja d, daerah non wisata sebesar 25 76. Hipotesis yang

menyatakan bahwa ada perbedaan perilaku konsumtif antara remaja di daerah

wisata dan remaja di daerah non wisata dapat diterima

Kata kunci: Penlaku konsumtif, Remaja, Daerah wisata, Daerah non wisata

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keberagaman

budaya, ini dikarenakan Indonesia memiliki berbagai macam suku dan adat

istiadat. Indonesia juga dikenal sebagai suatu negara yang ramah dan dengan

mudah menerima orang di luar dan Iingkungannya. Banyaknya objek wisata yang

terdapat di Indonesia semakm menambah jumlah orang - orang asmg yang

memasuki negara kita. Salah satu objek wisata di negara kita yang banyak

dikunjungi oleh para wisatawan adalah objek wisata yang berada di wilayah

Daerah Istimewa Yogyakarta.

Masuknya para wisatawan baik wisatawan dari dalam maupun luar negeri

dapat mempengaruhi perilaku kebudayaan asli para masyarakat yang berada

didaerah objek wisata. Hal ini dikarenakan setiap individu wisatawan tersebut

membawa kebudayaan masing-masing daerahnya. Ini membuat masyarakat pada

umumnya dan remaja pada khususnya mengalami perubahan pada beberapa hal.

Pada manusia sendiri terdapat dua faktor yang tennasuk faktor luar yang

mempengaruhi manusia. Salah satu faktor tersebut adalah manusia itu sendiri.

Sebagai satu contoh, pada suatu desa kedatangan seseorang dari kota, yang

berpakaian rapi, mencan burung dengan senjata angin, dengan naik mobil, dan

membeli apa saja yang dapat d, bel, untuk oleh - oleh. Kedatangan orang itu

membawa pengaruh banyak sekali kepada anak - anak di desa itu. Anak yang satu

(19)

sehingga anak tersebut tumbuh menjadi lintah darat (Sujanto, 1988)

Dari salah satu contoh diatas tersebut dapat kita ketahui bahwa orang dan

luar suatu daerah dapat mempengaruhi kondisi remaja. Masa remaja merupakan

taraf perkembangan dalam kehidupan manusia. Pada masa ini sering disebut juga

masa "PhysiologicalLearning dan Social Learning". Ini berarti bahwa pada masa

remaja sedang mengalami pematangan fisik dan pematangan sosial (Rifai, 1984).

Pada sebuah buku "Adolescence, Its Social Psychology", seorang tokoh

bemama Fleming (dalam Rifai, 1984) mengatakan bahwa pendekatan yang wajar

tentang kehidupan remaja adalah secara "Social Psychology" atau psikologi

sosial, yang berarti melihat kehidupan para remaja dari sudut kelompok sosialnya.

Seperti dalam kehidupan keluarganya, sekolahnya, pergaulannya dengan teman

sebayanya dan dalam kehidupan masyarakatnya yang lebih luas lagi.

Pendekatan ini amatlah wajar karena para remaja selalu hidup dalam ikatan

sosial dengan lingkungan hidupnya (Rifai, 1984). Dalam kehidupan sosialnya

seorang remaja menghadapi proses belajar dengan cara penyesuaian din atau

biasa disebut "adjustment" pada kehidupan sosial orang dewasa secara tepat.

Disini para remaja memulai belajar pola - pola tingkah laku sosial yang

dilakukan oleh orang - orang dewasa didaerahnya. Ini pulalah yang menyebabkan

seorang remaja mulai memperhatikan dan tak jarang meniru apa yang diperguna-kan oleh orang - orang dewasa. Seorang tokoh yang bemama James Mark-Baldwin mengatakan proses perkembangan merupakan proses sosialisasi dan sifat

(20)

individuality. la juga berpendapat bahwa perkembangan sebagai proses

sosialisasi, adalah dalam bentuk imitasi yang berlangsung dengan adaptasi dan

seleksi. Adaptasi dan seleksi yang berlangsung atas dasar hukum efek (law of

effect). Tingkah laku pnbadi seseorang adalah merupakan hasil peniruan (imitasi).

Kebiasaan merupakan imitasi terhadap din sendin sedangkan adaptasi adalah

peniruan terhadap orang lain. Oleh efeknya sendin tingkah laku itu dipertahankan

(Ahmadi, 1991).

Pada masa remaja, seorang remaja biasanya memiliki keinginan untuk

menjadi orang yang pertama atau nomor satu bagi kelompoknya. Di masa remaja

ini biasanya para remaja memiliki tokoh idola. Figur tokoh idola inilah yang

sering menjadi bahan perbincangan bagi seorang remaja dengan kelompoknya.

Para remaja ini biasanya berlomba - lomba untuk meniru segaia sesuatu dan sang

tokoh idola tersebut, mulai dan potongan rambut, busana hingga tidak jarang para

remaja itu meniru cara berbicara dan cara berjalannya.

Remaja sebagai salah satu golongan dalam masyarakat, tidak lepas dan

pengaruh konsumtivisme ini. Seperti telah dikemukakan pada contoh diatas,

ketika adanya pengaruh asing maka seorang anak ataupun remaja akan menirunya.

Perilaku mencontoh ini juga mereka lakukan apabila ada orang asing yang satu

daerah atau satu negara dengan tokoh idola. Para remaja juga sering kali

mengikuti mode yang mereka lihat dan lingkungannya. Remaja dalam

perkembangan kogmtif dan emosinya masih memandang bahwa atnbut yang

(21)

perlukan hanya karena mereka melihat orang diluar lingkungannya menggunakan

atau memakai barang tersebut.

Tambunan (www.e-psikologi.com, 2001) mengatakan bahwa bagi para

produsen, kelompok usia remaja adalah salah satu pasar yang potensial.

Alasannya antara lain karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja.

Di samping itu, remaja biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan

teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya.

Sifat-sifat remaja inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja.

Pada anggota masyarakat yang tergolong pada remaja. Hal ini sangat

sering kita jumpai. Dikarenakan pada remaja masih sangat rentan terhadap pengaruh - pengaruh luar dirinya. Sebagian besar remaja membelanjakan uangnya untuk menunjang penampilannya. Pada masa remaja ini, seorang remaja akan berusaha membuat remaja lain menyukainya. Jika remaja itu seorang putri maka

ia membelanjakan uangnya untuk menunjang penampilan supaya remaja pulra

mau menerimanya dan mau berpergian dengannya.

Seperti diketahui bahwa seseorang dapat menjadi konsumtif karena memperoleh stimulus - stimulus dari lingkungannya. Remaja masih rentan

(22)

masih dalam jumlah yang banyak. Sehingga para remaja merupakan salah satu

bagian dari anggota masyarakat yang mudah menjadi berperilaku konsumtif.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas, dapat diambil kesimpulan di

kalangan remaja, para remaja ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat

mengikuti mode yang sedang terkenal. Padahal mode itu sendin selalu berubah

sehingga para remaja tidak pemah puas dengan apa yang dimilikmya. Dengan

demikian, muncullah perilaku yang konsumtif pada masyarakat disekitar daerah

wisata.

Hal ini karena seorang remaja sedang mengalami masa panca roba. Dimana

pada masa ini seorang remaja sedang senang mencoba berbagai macam hal yang

biasanya mereka peroleh atau mereka lihat dari lingkungan sekitarnya.

Menjadi masalah ketika kecenderungan yang sebenamya wajar pada remaja

ini dilakukan secara berlebihan. Pepatah "lebih besar pasak danpada tiang"

berlaku d, smi. Terkadang apa yang dituntut oleh remaja di luar kemampuan

orang tuanya sebagai sumber dana. Hal ini menyebabkan banyak orang tua yang

mengeluh saat anaknya mulai memasuki dunia remaja. Dalam hal ini, penlaku

tadi telah memmbulkan masalah ekonomi pada keluarganya.

Perilaku konsumtif mi dapat terus mengakar di dalam gaya hidup

sekelompok remaja. Dalam perkembangannya, mereka akan menjadi orang-orang

dewasa dengan gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif ini harus didukung

oleh kekuatan finansial yang memadai. Masalah lebih besar terjadi apabila

pencapaian tmgkat finansial itu dilakukan dengan segaia macam cara yang tidak

(23)

penlaku belanja secara konsumtif turut membantu mendorong pertumbuhan

ekonomi (Dikdo, www.pikiran-rakyat.com, 2001). Pada akhirnya perilaku

konsumtif bukan saja memiliki dampak ekonomi, tapi juga dampak psikologis,

sosial bahkan etika.

A. Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian kali ini adalah untuk mengetahui adakah perbedaan

perilaku konsumtif antara remaja yang berada di daerah objek wisata dengan

remaja yang berada bukan didaerah sekitar objek wisata.

B. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritik, memben tambahan pengetahuan tentang psikologi mdustri

khususnya psikologi konsumen dan memben informasi tentang penlaku

konsumtif dan faktor-faktor yang berhubungan dengannya serta dinamika

pembentukannya.

2. Secara praktis, membantu anggota masyarakat yang terkait dalam perilaku

konsumtif pada remaja (sekolah dan keluarga) dapat diberikan tambahan

pengetahuan cara pemanfaatan atau pengaturan uang.

3. Bagi penulis, dapat menambah kemampuan pengetahuan dalam menganalisis

(24)

D. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang perilaku konsumtif sudah pemah dilakukan sebelumnya oleh:

1. Sulistianna (Hubungan Kemandirian Dengan Perilaku Konsumtif Pada

WanitaBekerja,2001).

2. Uswatun Hasanah (Hubungan Afiliasi terhadap Kelompok Dengan Sikap

Konsumtif Pada Remaja, 2003).

Pada penelitian ini penulis ingin mengetahui perbedaan perilaku konsumtif antara remaja di daerah wisata dan remaja non daerah wisata, karena sejauh pengetahuan penulis judul yang diajukan dalam penelitian ini belum pemah diteliti.

(25)

A. Perilaku Konsumtif

1. Pengertian Perilaku Konsumtif

Konsumen mempunyai arti sebagai individu - individu yang melakukan

pembelian untuk memenuhi kebutuhan pribadinya atau konsumsi rumah

tangganya (Loudon dan Delia Bitta, 1984). Dalam proses pembelian, seorang

konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan

keputusan untuk membeli sama untuk setiap orang, hanya seluruh proses tersebut

tidak selalu dilaksanakan oleh konsumen.

Jika proses pengambilan keputusan tidak semua dilaksanakan maka dapat

terjadi perilaku konsumtif. Seperti diketahui

dalam proses pengambilan

keputusan terdapat faktor menganalisa keinginan dan kebutuhan. Bila hal ini tidak

terlaksana maka akan terjadi perilaku konsumtif seperti yang dikemukakan oleh

Widiastuti (www.kompas.com, 2003) mengatakan konsumtif adalah sebuah

penlaku yang boros, yang mengonsumsi barang atau jasa secara berlebihan.

Dalam arti yang lebih luas konsumtif adalah perilaku berkonsumsi yang boros dan

berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan danpada kebutuhan, serta tidak

ada skala prioritas. Juga dapat diartikan sebagai gaya hidup yang bermewah

(26)

Pengertian perilaku konsumtif tersebut sejalan dengan pendapat Dahlan

(Sumartono, 2002) yakni suatu perilaku yang ditandai oleh adanya kehidupan

mewah dan berlebihan, penggunaan segaia hal yang dianggap paling mahal yang

memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar - besarnya serta adanya pola hidup manusia yang dikendalikan dan didorong oleh suatu keinginan untuk

memenuhi hasrat kesenangan semata - mata.

Dalam www.bali post.com dikatakan konsumtif adalah keinginan untuk

mengkonsumsi barang - barang yang sebenamya kurang diperlukan secara

berlebihan demi mencapai kepuasaan yangmaksimal.

Perilaku konsumtif juga merupakan perilaku membeli yang tidak terencana (Assael, 1992 ; Loudon, D. L & Bitta, 1984 ; Stanton, 1985). Sedangkan Rook

(dalam Engel, 1995) mengatakan perilaku konsumtif muncul karena adanya

dorongan yang kuat untuk membeli dengan segera.

Anggarasari (Sumartono, 2002) memberikan batasan tentang perilaku

konsumtif sebagai suatu tindakan membeli barang - barang yang kurang atau tidak diperlukan sehingga sifatnya menjadi berlebihan. Artinya, seseorang

menjadi lebih mementingkan faktor keinginan (want) daripada kebutuhan (need) dan cenderung dikuasai oleh hasrat keduniawian dan kesenangan material semata. Fenomena ini muncul dikarenakan adanya kecenderungan material istik, hasrat yang besar untuk memiliki benda - benda tanpa memperhatikan kebutuhan.

Artinya, tidak lagi mengenali kebutuhan yang sejati, namun justru selalu tergoda

(27)

Tambunan (www.e-psikologi.com, 2001) mengatakan belum ada definisi

yang memuaskan tentang kata konsumtif. Namun konsumtif biasanya digunakan

untuk menunjukkan nilai uang lebih besar dari nilai produksinya untuk barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok. Misal sebagai ilustrasi, seseorang

memiliki penghasilan 500 ribu rupiah. la membelanjakan 400 ribu rupiah dalam

waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Sisa 100 ribu rupiah ia

belanjakan sepasang sepatu karena sepatu yang dimilikinya untuk bekerja sudah

rusak. Dalam hal ini orang tadi belum disebut berperilaku konsumtif. Tapi apabila

mbelanjakan untuk sepatu yang sebenarnya tidak ia butuhkan (apalagi ia membeli

sepatu 200 ribu dengan kartu kredit), maka ia dapat disebut berperilaku konsumtif. Menurut Serviam (dalam Hidayati, 2001) mengungkapkan konsumtivisme

temyata telah menyebabkan orang selalu merasa tidak puas dan ingin lebih tanpa

peduli bagaimana cara untuk mendapatkannya.

Sedangkan Prasetyo (www.sptn.co.id, 2003) mengemukakan bahwa pada hakekatnya seorang mengkonsumsi barang karena kebutuhan untuk hidup, dalam

mengkonsumsi barang tersebut seseorang dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan. Pemutusan pemilihan barang tersebut tidak lagi sekedar untuk

memenuhi kebutuhan untuk hidup tetapi juga untuk kenikmatan dan gengsi,

sehingga seseorang mulai mengkonsumsi barang tanpa batas. Hal milah yang

biasa disebut dengan perilaku konsumtif.

Seperti yang telah dikemukakan oleh Prasetyo bahwa perilaku konsumtif

dipengaruhi oleh faktor lingkungan, Tinarbuko (www.kompas.com, 2003) juga

(28)

Sebagai contoh pada saat bulan Ramadhan masyarakat ditengarai membeli barang

konsumsi melebihi apa yang dibutuhkan, bahkan cenderung terkesan berlebihan.

Sebagai contoh melakukan buka puasa bersama di tempat yang prestisius,

bergengsi dan modern, nnsalkan di kale, restoran, pusat perkantoran, dan hotel

berbmtang.

Berdasarkan uraian diatas penlaku konsumtif merupakan salah satu bentuk

sikap konsumen. Sikap konsumtif adalah suatu sikap dimana jika seorang

konsumen memutuskan membeli suatu produk tanpa mementingkan manfaatnya.

2. Faktor - faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif

Perilaku konsumtif merupakan salah satu penlaku dari konsumen. Perilaku

konsumen dipengaruhi oleh banyak faktor yang pada intinya dapat dibedakan

menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan ekstemal (Swastha dan

Handoko,2000).

Faktor internal yang berpengaruh pada perilaku konsumtif ialah:

1. motivasi.

2. pengamatan.

3. proses belajar.

4. kepribadian. 5. sikap.

Faktor eksternalnya meliputi: 1. kebudayaan.

(29)

3. kelompok sosial dan kelompok referensi.

4. keluarga.

Faktor yang termasuk dalam faktor intern perilaku konsumtif adalah

motivasi. Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan - kegiatan tertentu guna mencapai

sesuatu tujuan. Motif yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu tingkah laku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan. Perilaku manusia

ditimbulkan atau dimulai dengan adanya motif. Banyak para ahli yang memakai istilah-istilah yang berlainan dalam menyebut sesuatu yang menimbulkan perilaku tersebut. Ada yang menyebut sebagai motif, kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish), dan dorongan (drive). Contoh dari motifadalah keinginan akan harga diri, prestise, reputasi dan status. Seorang guru mempunyai motif untuk

berlibur diatas kapal pesiar ( Stanton, 1985).

Pengamatan dapat dilakukan melalui pancaindera. Pengamatan adalah suatu

proses dengan mana konsumen menyadari dan menginterpretasikan aspek lingkungannya. Atau dapat dikatakan sebagai proses penerimaan dan adanya

rangsangan (stimuli) di dalam lingkungan intern dan ekstem, sehinga pengamatan

bersifat aktif. Terjadinya pengamatan ini dipengaruhi oleh pengalaman masa

lampau dan sikap sekarang dari individu.

Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara manusia yang dasamya

bersifat individual dengan lingkungan khusus tertentu. Sebagai hasil dari interaksi ini maka terbentuklah hubungan antara kebutuhan-kebutuhan dan

(30)

13

proses belajar, dimana hal ini sebagai bagian dari hidup konsumen. (Swastha dan

Handoko, 2000). Pembelajaran dihasilkan melalui perpaduan kerja antara dorongan, rangsangan, petunjuk bertindak, tanggapan dan penguatan ( Kotler,

2004). Apabila konsumen merasa puas terhadap suatu produk, maka konsumen

tersebut akan mengambil keputusan untuk membeli produk tersebut lagi. Tetapi

sebaliknya jika konsumen merasa tidak puas maka konsumen tidak akan membeli produk tersebut kembali (Swastha dan Handoko, 2000).

Hal ini dapat terjadi pada sebuah kasus ketika seorang konsumen yang berbelanja di supermarket di promosikan sebuah produk shampo baru yang sebenarnya tidak atau belum dia perlukan. Tetapi orang tersebut tetap membelinya

karena adanya salah satu faktor belajar yaitu penguatan. Dimana jika konsumen

tersebut membeli maka akan mendapatkan hadiah dan keuntungan memiliki

rambutyang lebih baik.

Di dalam perilaku konsumen kepribadian di defenisikan sebagai respon yang

konsisten terhadap stimulus lingkungan. Kepribadian juga menyediakan pola

khusus organisasi yang membuat individu unik dan berbeda dengan semua individu yang lain. Ada tiga teori kepribadian yang digunakan dalam penelitian

konsumen yaitu : psikoanalisis, sosial psikologis, dan faktor ciri (trait-factor ).

Teori psikoanalisis mengemukakan bahwa sistem kepribadian manusia terdiri atas id, ego, dan super ego. Interaksi yang dinamis dari elemen-elemen ini

menghasilkan motivasi bawah sadar yang diwujudkan di dalam perilaku manusia

yang dapat diamati. Teori psikoanalisis berfungsi sebagai basis konseptual bagi gerakan penelitian motivasi yang juga merupakan pendahulu dari studi gaya hidup

(31)

(Engel, 1994). Seseorang mengamati merek-merek tertentu, ia juga akan bereaksi

tidak hanya terhadap kemampuan yang teriihat pada merek-merek tersebut

melainkan juga terhadap petunjuk-petunjuk samar, wujud, ukuran, berat, bahan,

warna, nama merek dapat memacu asosias. (arah pemikiran dan emosi tertentu).

Contoh seorang pna membeli wiski menginginkan dapat menarik statusnya

(Kotler, 2004). Bentuk kepribadian yang kedua adalah teori sosio-psikologis. Pada

teori ini yang menjadi variabel utama adalah sosial. Dimana pemilihan konsumen

yang spesifik berkaitan dengan kepribadiannya.

Teor, faktor ciri merupakan teori kepribadian ketiga yang dapat digunakan

dalam menganalis,s perilaku konsumen. Teori ini mengatakan bahwa kepribadian

individu terdin dan atnbut presdisposisi yang pasti yang disebut ciri (trait). Ciri

di defenisikan secara lebih spesifik sebaga, cara apa saja yang dapat di bedakan

dan relatif abadi dimana individu berbeda satu sama Iain. Penelitian dengan

menggunakan faktor ciri menunjukkan bahwa orang dapat membuat penilaian

yang relatif baik mengenai ciri orang lain dan bagaimana ciri ini berhubungan

dengan pilihan sebuah produk seperti merek mobil.

Sikap juga merupakan suatu peranan penting dalam perilaku konsumen.

Dalam memutuskan menggunakan suatu produk barang ataupun jasa seorang

konsumen biasanya dapat dipengaruhi oleh sikap, khususnya dalam hal

penyeleksian merek dan jenis produk. Sebagai contoh seorang konsumen dapat

berubah sikapnya ketika sebuah produk memberikan contoh produknya secara

(32)

15

Faktor yang termasuk dalam faktor ekstemal sering kali dimasukkan

didalam aspek lingkungan. Kebudayaan seringkali mempengaruhi perilaku

seseorang tennasuk juga dalam lingkup tindakannya sebagai seorang konsumen.

Kebudayaan yang mempengaruhi seorang konsumen tercermin pada cara hidup, kebiasan dan tradisi dalam permintaan akan bennacam - macam barang dan jasa dipasar. Keberagaman kebudayaan dalam suatu daerah serta banyaknya kelompok

etnik, akan membentuk pasar dan perilaku yang berbeda (Engel dkk, 1994).

Kebudayaan di defenisikan sebagai kompleks simbol dan barang-barang

buatan manusia yang diciptakan oleh masyarakat tertentu dan diwariskan dari

generasi yang satu ke generasi yang lain sebagai faktor penentu dan pengatur perilaku anggotanya. Kebudayaan mengimplikasikan sebuah cara hidup yang

dipelajari dengan total dan diwariskan. Jadi setiap orang bisa saja lapar, tetapi apa yang dimakan dan bagaimana caranya makan untuk memuaskan dorongan lapar bervariasi dari kebudayaan yang satu ke kebudayaan yang lain. Perilaku yang

mendapat pengaruh kebudayaan dapat terjadi di dalam lingkungan keluarga, sekolah dan bahasa. Kluckhohn (dalam Stanton, 1985), mengatakan kebudayaan mengatur hidup kita setiap saat. Dari saat kita lahir sampai kita meninggal kita

selalu mendapat tekanan, baik yang kita sadari atau tidak, untuk mengikuti

pola-pola perilaku yang diciptakan oleh orang-orang lain bagi kita.

Swastha dan Handoko (2000) mengatakan bahwa kelas sosial seseorang juga

dapat berpengamh terhadap perilaku konsumen seorang individu. Kelas sosial yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu kelas sosial atas, menengah dan rendah

(33)

mengisi waktu luang, selera makan, perhatian pada mode, kesediaan menerima

inovasi - inovasi baru dan sebagainya. Interaksi seseorang dalam kelompok sosial

akan berpengamh langsung pada pendapat dan seleranya, sehingga akan

mempengaruhi pemilihan produk.

Kelompok sosial dan kelompok referensi juga dapat mempengaruhi perilaku

seseorang dalam pembelian dimana konsumen sedang berada di dalamnya atau

kelompok sosial yang di dambakan oleh konsumen. Anggota - anggota kelompok

sosial dan kelompok referensi sering menjadi penyebar pengaruh dalam hal selera

dan hobi.

Seseorang bisa saja dipengaruhi oleh suatu kelompok tanpa harus menjadi anggotanya. Para remaja sering meniru pakaian atau perilaku kelompok orang-orang yang lebih dewasa yang menjadi idola mereka. Kelompok sosial yang

paling berpengamh langsung pada perilaku seorang konsumen adalah suatu

kelompok kecil dimana para anggotanya dapat sering bertatap muka seperti

misalnya lingkungan teman atau perhimpunan lokal. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa anjuran yang bersifat pribadi dalam suatu kelompok intim, jauh lebih efektif sebagai penentu perilaku, artinya seorang calon pembeli dalam

memilih suatu produk atau dalam mengganti suatu merek akan lebih percaya

kepada pujian yang diberikan oleh teman sekelompoknya, apalagi jika anjuran itu

datang dari seseorang yang dianggap mengetahui tentang produk itu (Stanton,

(34)

17

Keluarga merupakan kelompok kecil yang paling kuat dan paling awet

pengaruhnya terhadap persepsi dan perilaku seseorang, termasuk dalam pengambilan keputusan dalam pembelian suatu produk. Ketika seorang individu

akan membeli suatu produk, keputusan pembelian individu bersangkutan mungkin

sangat dipengamhi oleh anggota lain dalam keluarganya. Pengamh seorang remaja mungkin pula besar sekali pada pembelian pakaian orang tua. Keputusan

konsumsi dipengaruhi oleh jenis keluarga dimana individu menjadi anggota. Bila sebuah keluarga mempunyai sistem keterlibatan yang tinggi maka keluarga ini

mengerjakan kebanyakan hal secara bersama dan barangkali memilih merek, wama dan sebagainya yang sama. Selama beberapa tahun ini para remaja dan

anak-anak juga mulai berfungsi sebagai pembuat keputusan serta pelaku dalam belanja keluarga, karena mereka ikut berbelanja dengan orang tuanya atau melihat program-program televisi.

3. Aspek perilaku konsumtif

Dari beberapa definisi tentang perilaku konsumtif diatas, diantaranya dari Anggarasari (Sumartono, 2002), Serviam (dalam Hidayati, 2001), widiastuti

(www.kompas.com, 2003), Dahlan (Sumartono, 2002), Prasetyo (www.sptn.co.id,

2003). Penulis mencoba merangkum dan menjadikannya sebagai aspek dari perilaku konsumtif. Beberapa aspek tersebut adalah:

1. Berlebihan.

Aspek ini menunjukkan pembelian yang berada dalam jumlah banyak, juga membeli yang dilakukan semata - mata untuk mencari kesenangan. Pada

(35)

aspek ini pembelian barang semata - mata hanya untuk dikoleksi tanpa

kegunaan lain yang berarti.

2. Mendahulukan keinginan daripada kebutuhan.

Pembelian dalam aspek ini biasanya diluar dan apa yang direncanakan.

Sebagai contoh ketika seorang remaja akan berbelanja, ketika dari mmah

remaja tersebut membawa catatan belanja tetapi ketika tiba di supermarket apa

yang dibeli di luar dari catatannya.

3. Boros.

Aspek ini menjelaskan tentang perilaku konsumtif sebagai satu perilaku

membeli yang menghamburkan banyak dana tanpa didasari adanya kebutuhan

yangjelas.

4. Gengsi.

Pada aspek ini pembelian suatu barang hanya untuk menjaga simbol

status, adanya kepercayaan bahwa membeli produk dengan harga mahal akan

menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi.

B. Daerah Wisata Dan Non Daerah Wisata 1. Pengertian daerah wisata

Pariwisata merupakan aktivitas manusia yang mencakup tingkah laku

manusia, penggunaan sumber daya dan bermteraksi dengan masyarakat, ekonomi dan lingkungan. Bull (dalam Sukarsa, 1999)

(36)

Bentuk aktivitas itu misalkan, menikmati teriknya sinar matahari di pantai,

indahnya panorama pegunungan, laut, sungai, melihat keunikan budaya lokal,

memancing, berburu, naik gunung dan lain sebagainya.

Syaukani (2003) mengatakan pariwisata adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam wilayah negara sendiri atau negara lain, dengan menggunakan kemudahan jasa

dan faktor penunjang lainnya yang diadakan oleh pemerintah dan masyarakat.

Sejalan dengan pemyataan di atas, maka suatu daerah dapat dikatakan

sebagai daerah wisata jika terdapat beberapa komponen, diantaranya.

a. Akomodasi

Akomodasi sebagai salah satu penunjang dari kegiatan pariwisata. Sebagai

contoh disetiap daerah wisata terdapat hotel, losmen, resort, villa, wisma dan lain sebagainya.

b. Restoran

Restoran dapat sebagai penunjang suatu daerah disebut daerah wisata, karena

dengan adanya restoran para wisatawan datang ke daerah wisata di sebabkan

daerah tersebut dikenal makanan khasnya. Maka suatu daerah wisata biasanya

juga terdapat restoran.

c. Transportasi

Tanpa transportasi sulit bagi wisatawan untuk melakukan perjalanan dari satu tempat tujuan ke tempat tujuan wisata lain. Transportasi mi jugalah yang

(37)

d. Atraksi Wisata

Adanya atraksi wisata inilah sehingga wisatawan mengunjungi suatu daerah,

dan daerah inilah kemudian menjadi daerah wisata. Sebagai contoh Daerah

Istimewa Yogyakarta dengan berbagi macam atraksi wisata, misal gunungan.

e. Penawaran

Meliputi semua daerah tujuan yang ditawarkan kepada wisatawan.

Dari uraian diatas maka daerah Istimewa Yogyakarta juga merupakan salah

satu propinsi di Indonesia yang termasuk sebagai daerah wisata.

Yogyakarta yang memiliki peranannya sebagai kota perjuangan, daerah

pelajar dan pusat pendidikan, serta daerah kebudayaan, ditunjang oleh panorama

yang indah, telah mengangkat Yogyakarta sebagai daerah yang menank untuk

dikunjungi dan mempesona untuk disaksikan. Yogyakarta juga memiliki berbagai

fasilitas dengan kualitas yang memadai yang tersedia dalam jumlah yang cukup.

Kesemuanya itu akan bisa memperlancar dan memberi kemudahan bagi para

wisatawan yang berkunjung ke kota Yogyakarta. Sarana transportasi, akomodasi

dan berbagai sarana penunjang lainnya, seperti santapan makan - minum yang

lezat, serta aneka ragam cinderamata, mudah diperoleh dimana - mana.

2. Pengertian daerah non wisata

Daerah non wisata adalah suatu lingkungan yang didalamnya tidak terdapat

faktor - faktor daerah wisata seperti yang dikemukakan oleh Syaukani (2003). Di

dalam daerah non wisata biasanya terdapat pabrik - pabnk, perkantoran,

(38)

21

C. Perbedaan Perilaku Konsumtif Antara Remaja Didaerah Wisata dan

Remaja Non Daerah Wisata

Bagi produsen, kelompok usia remaja adalah salah satu pasar yang potensial.

Alasannya antara lain karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja.

Disamping itu remaja biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan

teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya.

Sifat-sifat remaja inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki

remaja. Dalam hal ini maka muncullah perilaku konsumtif pada remaja. Perilaku

konsumtif adalah penlaku yang mengarah pada pola hidup dengan keinginan

untuk membeli barang-barang yang kurang diperlukan atau tanpa perencanaan

terlebih dahulu, dan perasaan tidak puas selalu menyertai bila barang-barang yang

diinginkan belum dimiliki.

Perilaku konsumtif pada remaja sebenarnya dapat dimengerti bila melihat

usia remaja sebaga usia peralihan dalam mencan identitas din. Remaja ingin

diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi bagian dari

lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain

yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai atribut

yang sedang terkenal dikalangan remaja itu sendin. Remaja dalam perkembangan

kognitif dan emosinya masih memandang bahwa atribut yang superfisial itu sama

penting (bahkan lebih penting) dengan substansi.

Di kalangannya, para remaja juga ingin menunjukkan bahwa para remaja

(39)

selalu berubah sehingga para remaja tidak puas dengan apa yang dimilikinya,

perilaku ini dapat menyebabkan seorang remaja menjadi berperilaku konsumtif

Perilaku konsumtif pada remaja dapat terjadi dikarenakan pada setiap individu termasuk remaja terdapat konsep diri atau yang biasa disebut citra diri (selj

image). Citra diri (self image) adalah cara individu memandang diri individu

sendiri. Pada waktu yang bersamaan, seorang remaja menganggap orang lain

mempunyai gambaran yang sama dengan remaja itu sendiri. Dengan demikian

setiap remaja berfungsi sebagai objek dan subjek persepsi. Konsep diri yang

sering kali terjadi pada seorang remaja adalah citra diri yang ideal, yaitu cara seorang remaja ingin dilihat atau di pandang. Konsep diri seorang remaja

dipengaruhi misalnya oleh kebutuhan psikologis dan fisik yang dibawa sejak lahir dan yang dipelajari selama proses perkembangan diri. Citra diri juga dibentuk

oleh pengaruh-pengaruh yang berasal dari kelompok sosial.

Seperti telah diketahui perilaku konsumtif merupakan perilaku membeli.

Beberapa penelitian mengenai pembelian mengatakan bahwa orang-orang

biasanya memilih produk dan merek yang cocok dengan konsep dirinya atau citra

dirinya. Konsep diri yang ada bisa berhubungan dengan sifat bahagia, modem, praktis dan sebagainya. Misalnya seseorang merasa dirinya sebagai orang yang modem dan merasa sukses maka tindakannya baik dalam perilaku sosial maupun penlaku membeli diusahakan dengan mencapai konsep diri yang dimilikinya

(Sutisna, 2003).

Pada waktu para remaja berada pada sekolah menengah yang lebih luas,

(40)

23

remaja berusaha mengikuti kelompoknya. Remaja yang sekolahnya berada pada

daerah wisata secara tidak disadari memberi pengaruh pada diri remaja tersebut. Perubahan-perubahan itu dapat terjadi pada perilaku pembelian yang mengarah ke

perilaku konsumtif. Hal ini dapat dimengerti, karena pada diri seorang remaja

terdapat proses peniman (imitation). Proses peniman ini dapat terjadi akibat adanya stimulus, ketika stimulus tersebut direspon dan mengakibatkan sesuatu

yang baik bagi remaja tersebut, maka peniman tersebut akan dilakukan terus

menerus. Dengan demikian ketika seorang remaja mencontoh perilaku para

wisatawan dan menjadikan remaja tersebut di pandang lebih atau mendapat pujian

dan temannya, maka perilaku mencontoh tersebut akan dilakukan lagi.

Remaja yang sekolahnya berada jauh dari daerah wisata memiliki pola

perilaku konsumtif yang lebih rendah. Seperti telah dikatakan, bahwa perilaku

seorang remaja dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Perilaku seorang remaja sangatlah rentan terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungannya. Pada remaja yang berada jauh dari daerah wisata, lingkungannya memperoleh

perubahan kebudayaan yang relatif lamban dibandingkan dengan remaja yang

berada pada daerah wisata. Adanya pembahan lingkungan juga merupakan salah

satu dampak terciptanya perilaku konsumtif. Perubahan dalam sebuah lingkungan

yang cepat sering menimbulkan berbagai macam kondisi yang menjadi pedoman

berperilaku dalam lingkungan kelompoknya. Dengan adanya para wisatawan yang

berada sama dengan sebuah sekolah atau lingkungan pada remaja membawa

(41)

Bagi remaja yang sekolahnya berada jauh dari daerah wisata dalam lingkungannya tidak mendapatkan stimulus atau informasi-informasi secara langsung. Sebuah penelitian mengatakan datangnya turis atau orang asing ke dalam sebuah daerah akan membawa akibat atau dampak yang berbeda-beda pada diri individu masing-masing (Sujanto, 1988). Sehingga dapat dikatakan bahwa

remaja yang beradajauh dari daerah wisata kecenderungan perilaku konsumtifnya lebih kecil daripada remaja yang berada di daerah wisata. Ini dapat terjadi karena

remaja yang berada di daerah wisata lebih banyak menerima perubahan-perubahan atau mendapatkan stimulus secara langsung dalam lingkungannya.

E. Hipotesis.

Ada perbedaan perilaku konsumtif antara remaja di daerah wisata dan

remaja di daerah non wisata. Remaja yang berada di daerah wisata akan memiliki

tingkat perilaku konsumtif yang lebih tinggi. Sedangkan remaja yang berada di daerah non wisata memiliki tingkat konsumtif yang rendah.

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

Berikut akan diuraikan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian yang diterangkan melalui sistematika sebagai berikut :

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Sebelum menentukan metode yang digunakan, peneliti perlu menentukan

variabel penelitiannya.

1. Variabel tergantung : Perilaku Konsumtif

2.. Variabel bebas : a. Daerah Wisata

b. Daerah Non Wisata

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional berfungsi melekatkan arti pada suatu konstrak atau

variabel dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan yang

perlu untuk mengukur variabel tersebut.

1. Perilaku Konsumtif

Perilaku konsumtif adalah pengukuran pengalaman yang dilakukan pada

konsumen dalam proses pembelian barang ataupun jasa yang sebenarnya kurang

diperlukan secara berlebihan demi mencapai kepuasaan yang maksimal. Aspek

yang terdapat dalam perilaku konsumtif mengacu pada pendapat Anggarasari

(Sumartono,

2002),

Serviam

(dalam

Hidayati,

2001),

widiastuti

(43)

(www.kompas.com, 2003), Dahlan (Sumartono, 2002), Prasetyo (www.sptn.co.id,

2003) yaitu:

a. Berlebihan.

b. Mendahulukan keinginan daripada kebutuhan.

c. Boros.

d. Gengsi.

Dalam penelitian ini, tingkat perilaku konsumtif diungkap melalui skor yang

diperoleh dari skala perilaku konsumtif yang disusun oleh penulis. Skor yang

tinggi pada skala perilaku konsumtif menunjukkan tingkat konsumtif yang tinggi

menurut subjek, sedangkan skor yang rendah menunjukkan tingkat konsumtif

yang rendah menurut subjek.

2. Daerah Wisata dan Daerah Non Wisata

Daerah wisata adalah suatu lingkungan yang digunakan sebagai tempat tujuan

wisata. Suatu daerah dapat dikatakan sebagai daerah wisata jika memiliki

komponen (1) akomodasi, (2) restoran, (3) tranportasi, (4) atraksi wisata,

(5) penawaran.

Daerah non wisata adalah suatu lingkungan yang tidak digunakan sebagai

daerah tujuan wisata. Di dalam daerah non wisata tidak terdapat fasilitas - fasilitas

yang berhubungan dengan daerah wisata. Di dalam daerah non wisata biasanya

(44)

27

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini memiliki karakteristik sebagai berikut : (1)

berjenis kelamin laki-laki atau perempuan, (2) Siswa - siswi SMA atau yang

sederajat, (3) Untuk remaja di daerah wisata letak sekolahnya tidak lebih dari 500

m dari pusat daerah wisata, (4) Untuk remaja di daerah non wisata letak

sekolahnya lebih dari satu km dari pusat daerah wisata.

Subjek penelitian diperoleh berdasarkan kesepakatan dengan pihak sekolah yang menjadi tempat try out maupun tempat beriangsungnya penelitian di

tentukan siswa - siswi yang berjumlah 40 orang dalam satu sekolah.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan metode skala sebagai metode pengumpulan

data untuk mengungkapkan perbedaan perilaku konsumtif antara remaja di daerah wisata dan remaja di daerah non wisata. Skala perilaku konsumtif pada penelitian ini dibuat sendiri oleh penulis dengan berdasarkan aspek - aspek perilaku

konsumtif pada penelitian ini.

Skala dalam penelitian ini menggunakan metode liken yang telah

dimodifikasikan dengan menghilangkan kategori jawaban yang di tengah yaitu R

yang berarti tidak dapat menentukan jawaban atau ragu - ragu. Modifikasi skala

liken menurut Hadi (1991) dapat dilakukan berdasarkan tiga alasan. Pertama, kategori jawaban yang di tengah memiliki makna ganda. Dapat diartikan belum

dapat menentukan atau memberi jawaban, bisa juga diartikan netral. Kategori

(45)

penelitian. Kedua , tersedianya jawaban di tengah menimbulkan kecenderungan menjawab ditengah, temtama bagi subjek yang ragu - ragu atas jawabannya,

kearah setuju atau kearah tidak setuju.

Ketiga, modifikasi ini untuk melihat kecenderungan pendapat subjek, kearah

setuju atau kearah tidak setuju. Terdapatnya jawaban di tengah akan menghilangkan banyak data penelitian, sehingga mengurangi banyaknya

infonnasi yang dapat dijaring dari para subjek.

Pilihan jawaban subjek terdiri dari empat kategori yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Kriteria pemberian nilai tergantung dari favourable atau unfavourable yaitu sebagai berikut:

Tabel 1

Penilaian Favourable dan Unfavourable.

Aitem SS

Favourable

TS STS

Unfavourable

Skala penelitian ini secara garis besar terdiri dari dua bagian yaitu :

1. Bagian pertama berisikan identitas subjek yang meliputi:

a. Nama

b. Umur

c. Jenis kelamin

d. Pendidikan

2. Bagian kedua merupakan skala yang mengandung butir - butir pernyataan

perilaku konsumtif.

Skala perilaku konsumtif yang digunakan dalam penelitian ini secara

(46)

29

pada aspek - aspek ini terdiri dari 30 aitemfavourable dan 20 aitem unfavourable.

Distribusi aitem - aitem skala perilaku konsumtif dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2.

Skala Perilaku konsumtif Aspek Berlebihan. Mendaulukan keinginan daripada kebutuhan Boros. Gengsi. Jumlah. 1. Validitas Favourable. 10,21,24,33,39. 1,4,9,19,34,37. 2,3,13,23,31, 50. 6,7,12,15,16, 17,20,27,29,35, 44, 47, 49. 30 Unfavourable 30, 32, 38, 45. 5,11,18,25,40. 22,41,42,46. 8, 14, 26, 28, 36, 43, 48. 20

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Jumlah

11

10

20

50

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh .nana suatu

alat tes melakukan fungsi ukurnya. Untuk dikatan valid, tes harus mengukur

sesuatu dan melakukannya dengan cermat dan memberikan hasil ukur yang sesuai

dengan maksud dilakukan pengukuran tersebut (Azwar, 2000).

Penetuan valid tidaknya suatu butir berdasarkan nilai koefisien korelasi yang

harus cukup kuat dan bernilai positif, serta peluang kesalahan yang tidak terlalu

besar, maksimum 5%. Bila koefisien korelasi positif dan taraf signifikansinya

lebih keel dan 0,05 maka butir tersebut valid, bila tidak maka butir tersebut

(47)

2. Reliabilitas

Reliabilitas mempakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut

sebagai pengukuran yang reliabel (reliable). Konsep dari reliabilitas itu sendiri

adalah keandalan suatu alat ukur, yang sering diartikan sebagi keajegan

(konsistensi) dari alat ukur tersebut. Artinya, suatu alat ukur memiliki reliabilitas

sempuma apabila hasil pengukuran berkali - kali terhadap subjek yang sama

selalu menunjukkan hasil atau nilai yang sama, selama aspek yang diukur belum

bembah (Azwar, 2000).

Uji coba rehabilitas alat pengumpul data dilakukan dengan bantuan

komputer program SPSS 10.0 for Windows, dengan tehnik perhitungan Alpha

Cronbach.

F. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini

adalah Kruskal - Wallis Test. Dengan menggunakan komputer program statistik

(48)

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

1. Tempat Penelitian

lokasi penelitian uji coba alat ukur di dalam penelitian ini dilaksanakan di

sekolah menengah atas UII jalan Sorowajan Bam, Banguntapan Yogyakarta untuk

remaja yang berada di daerah non wisata. Sedangkan untuk remaja yang berada di daerah wisata dilaksanakan di SMK Negeri 1jalan Kemetiran Kidul, Yogyakarta.

Pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan pada siswa - siswi SMA

UII maupun SMK Negeri 1yang sedang berada disekolah. Jumlah siswa - siswi

yang menjadi subjek penelitian sebanyak 80 orang yang terdiri dari 40 orang di

SMA UII dan 40 orang di SMK Negeri 1Kemetiran Kidul.

Alasan dipilihnya lokasi ini dalam penelitian, disamping mudah memperoleh subjek penelitian sesuai dengan karakteristik yang telah ditetapkan oleh penulis

seperti yang telah disebutkan dalam BAB III, mudah mendapatkan ijin penelitian,

dan juga atas wawancara dengan Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta

tentang lokasi daerah wisata.

2. Persiapan Penelitian

a. Perijinan

Proses pelaksanaan untuk mendapatkan ijin penelitian dalam

melakukan uji alat ukur di lokasi yang telah ditentukan, pertama pencliti

(49)

mengajukan pennohonan ijin kepada kepala sekolah SMA UII dan SMK

Negeri 1 Kemetiran Kidul, dengan membawa surat pennohonan ijin

penelitian dari Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia dengan

nomor 379/Dek/70/FP/IV/2004.

Tahap selanjutnya yang dilakukan peneliti setelah disetujui dan memperoleh ijin dari kepala sekolah untuk melakukan penelitian, peneliti menjalin kerjasama dengan pihak yang turut serta dalam penelitian ini

antara lain tata usaha dan guru-guru.

Setelah menjalin kerjasama dengan pihak yang tumt serta dalam

penelitian, peneliti melakukan uji coba alat ukur.

b. Persiapan Alat Ukur

Sebelum diberikan pada penelitian yang sesungguhnya alat ukur

yang bempa skala teriebih dahulu dilakukan uji coba. Skala yang

digunakan dalam penelitian ini hanya ada satu yaitu Skala Perilaku

Konsumtif.

Tujuan dilakukannya uji coba alat ukur yaitu untuk mengetahui

reliabilitas dan validitas alat ukur, sehingga akan diketahui tingkat kesasihannya untuk dipergunakan dalam penelitian yang sesungguhnya.

Pelaksanaan uji coba alat ukur dilakukan pada tanggal 27 april 2004 di SMK Negeri 1Kemetiran Kidul dan pada tanggal 7 Mei 2004 di

SMA UII Yogyakarta.

Uji coba ini dilaksanakan dengan cara mendatangi satu kelas yang

(50)

penjelasan tentang maksud pengisian skala dan tata cara pengisian yang

benar. Subjek penelitian ini berjumlah 80 siswa-siswi yang terdiri dari 40

siswa-siswi dan SMK Negeri 1Kemetiran Kidul dan 40 siswa-sisw. di

SMU UII dan semua skala kembali, serta 80 skala yang dibagikan

memenuhi syarat untuk dianalisis. c Hasil Uji Coba Alat Ukur

Setelah didapatkan data dan penelitian, kemudian dilakukan uji

rehabilitas dan validitas alat ukur, dengan hasil analisis perhitungannya

yaitu sebagai berikut: 1. Skala Perilaku Konsumtif

Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa dari 50 aitem yang di

uji cobakan terdapat 24 aitem yang gugur dengan menggunakan standard

koefisien aitem total diatas 0,25 sehingga diketahui aitem-aitem yang

gugur yaitu 3, 4, 8, 11, 14, 17, 18, 19, 22, 25, 26, 27, 28, 30, 32, 33, 34,

36, 40, 41, 43, 45, 46, 48, karena aitem-aitem ini berada pada koefisien

aitem total dibawah 0,25.

Kemudian aitem-aitem yang sahih dari skala perilaku konsumtif

diuji rehabilitas dengan menggunakan tekhnik reliabilitas alpha cronbach

pada SPSS 10.0 for windows dan diperoleh koefisien reliabilitas sebesar

0,8477. Sebaran aitem skala penlaku konsumtif setelah diuji coba pada

(51)

Berlebihan Mendahulukan Keinginan daipada Kebutuhan Boros Gengsi Jumlah 10(7), 21(13), 24(15), 39(20) 1(1), 9(6), 37(19) 2(2), 13(9), 23(14), ^J]il21,J0(25) 6(4), 7(5), 12(8), 15(10), 16(11), 20(12), 29(16), 35(18), 44(22), 47(23), 49(24) 23

Keterangan : ( ) aitem pada Skala Penelitian

38(26) 5(3) 42(21) 11 26 B. Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data penelitian ini berlangsung pada tanggal 1juni 2004 di SMF/SAA Jl. Ibu Ruswo (Jl. Yudonegaran) 35 untuk remaja yang berada di

daerah wisata. Sedangkan untuk remaja yang berada di daerah non wisata

dilaksanakan pada tanggal 5juni 2004 di SMIC YPKK 3 Sleman Krangnongko

Maguwoharjo, Depok Sleman. Metode yang dilakukan pada waktu pemberian

skala yaitu dengan mendatangi para siswa-siswi di dalam sebuah kelas. Metode

ini dilakukan untuk mempennudah mendapatkan subjek penelitian yang sesuai

dengan karakteristik subjek penelitian.

Masing-masing subjek diberikan satu eksemplar yang tedapat sebuah

skala perilaku konsumtif. Sebelum melakukan pengisian subjek diberikan

penjelasan tentang tata cara pengisian yang benar seperti yang tercantum dalam

(52)

35

responden yang terdiri dari 40 orang siswa-siswi SMF/SAA Yogyakarta untuk

remaja yang berada di daerah wisata dan 40 orang siswa-siswi SMK YPKK 3

Sleman untuk remaja yang berada di daerah non wisata. Demikian juga dengan skala yang diberikan kepada subjek penelitian sebanyak 80 eksemplar. St

skala kembali dan dapat dianalisis.

>emua

C. Analisis Data dan Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Penelitian

Untuk mengetahui gambaran tentang data penelitian, secara singkat dapat dilihat dalam tabel deskripsi data penelitian yang berisi fungsi-fungsi statistik. Skala untuk variabel perilaku konsumtif untuk daerah wisata dan perilaku

konsumtif untuk daerah non konsumtif terdapat dalam tabel 4.

Tabel 4.

Deskripsi Data Penelitian.

Variabel Perilaku

konsumtif

Skor x Yang Dimungkinkan

(Hipotetik)

Skor x Yang Diperoleh

(Empirik)

Xmak Xmin Mean SD Xmak Xmin Mean SD

Remaja Di Daerah Wisata 104 26 65 13 90 55 55,25 9,49 Remaja Di Daerah Non Wisata 104 26 65 13 65 30 25,76 7,61

Kriteria kategorisasi ditetapkan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelompok subjek pada variabel yang diteliti. Cara ini dilakukan

(53)

normal (Azwar, 1997).

Kriteria kategorisasi digunakan sebagai acuan dalam mengelompokkan

keadaan subjek pada saat data empink telah diperoleh. Dalam penelitian ini,

peneliti memanfaatkan deskripsi data penelitian yaitu dengan membuat

kategonsasi masing - masing variabel dengan menggolongkan subjek dalam lima

kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.

Penentuan kategori ini didasarkan pada tingkat diferensiasi yang

dikehendaki, namun sebelum itu perlu ditetapkan teriebih dahulu batasan yang

akan digunakan berdasarkan deviasi standar dengan memperhitungkan rentangan

nilai minimum dan maksimum teoritisnya (Azwar, 1997).

Pada penelitian ini peneliti menggolongkan subjek dalam lima kategori

yaitu sebagai berikut :

1. Sanggat tinggi dengan skor > m i 1,55.

2. Tinggi dengan skor m+0,55 <x<m+1,55.

3. Sedang dengan skor m- 0,55 <x<m+0,55.

4. Rendah dengan skor m- 1,55 <x <m- 0,55.

5. Sangat rendah dengan < m- 1,55 Keteranga : m = mean teoritis

s = deviasi standar

Berdasarkan sebaran hipotetik dari skor skala perilaku konsumtif dalam

(54)

37

konsumtif untuk mengetahui keadaan kelompok subjek penelitian, dapat dilihat

dalam tabel 5 dan 6.

Tabel 5.

Kriteria Kategorisasi Skala Perilaku Konsumtif Remaja Di Daerah Wisata.

Skor Kategori Jumlah

>84,5 Sangat Tinggi 4 71,5 <X< 84,5 Tinggi 10 58,5 <X< 71,5 Sedang 14 45,5 < X < 58,5 Rendah 12 <45,5 Sangat Rendah """To"""'" Jumlah [ Tabel 6.

Kriteria Kategorisasi Skala Perilaku Konsumtif Remaja Di Daerah Non Wisata

Skor Kategori Jumlah >84,5 Sangat Tinggi 71,5 <x < 84,5 Tinggi 58,5 <X< 71,5 Sedang 45,5 <X< 58,5 Rendah 26 <45,5 Sangat rendah 11 Jumlah 40

Dari skor skala perilaku konsumtif diketahui sebaran hipotetik 104 - 26 =

78, kemudian 78 : 6= 13 (s). Mean hipotetik adalah 65. dari penggolongan dapat

(55)

subjek yang berkategori sangat tinggi sebanyak empat orang, kategori tinggi sebanyak 10 orang, kategori sedang sebanyak 14 orang, kategori rendah 12 orang dan tidak ada subjek yang berada pada kategori sangat rendah. Untuk subjek yang berada pada daerah non wisata tidak memiliki jumlah subjek yang berada pada

kategori sangat tinggi dan tinggi, subjek yang berada pada kategori sedang sebanyak tiga orang, 26 orang berada pada jumlah rendah dan 11 orang subjek

berada pada kategori sangat rendah.

Setelah mendapatkan kriteria tersebut diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa remaja sebagai subjek penelitian yang berada pada daerah wisata memiliki

perilaku konsumtif lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang berada di

daerah non wisata.

2. Uji Asumsi

Sebelum dilakukan analisis data penelitian atau uji hipotesis maka

teriebih dahulu dilakukan uji asumsi yang mencakup uji nonnalitas dan uji homogenitas. Uji nonnalitas dan homogenitas merupakan syarat sebelum

dilakukan pengetesan nilai korelasi dengan maksud supaya kesimpulan yang

ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang sehamsnya, (Hadi, 1996).

a. Uji Nonnalitas

Uji normalitas dilakukan pada variabel perilaku konsumtif yang

dilakukan dengan program SPSS 10.00for Windows.

Dari hasil perhitungan diperoleh hasil sebaran skor variabel, tersusun dalam tabel 7

(56)

Tabel 7

Hasil Uji Asumsi Normalitas

Variabel Skor K-S Z Perilaku Konsumtif 0,118

Keterangan

0,008 Tidak Normal

Dari tabel tersebut temyata hasil perhitungan Kolmogorov-Smirnov

Z(K-S Z) menghasilkan nilai K-Z(K-S Z dengan p < 0,05. Z(K-Sehingga dapat disimpulkan

bahwa selumh distribusi data tersebut tidak normal,

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan pada masing - masing variabel perilaku

konsumtif remaja di daerah wisata dan perilaku konsumtif remaja di daerah

non wisata. Pengujian homogenitas ini juga dilakukan dengan menggunakan program SPSS 10.00 for Windows. Hasil perhitungan yang diperoleh dapat

dilihat pada tabel 8

Tabel 8

Hasil Uji Homogenitas Perilaku Konsumtif Remaja Di Daerah Wisata dan Remaja

Di Daerah Non Wisata.

Variabel

Perilaku Konsumtif

Remaja Di Daerah

Wisata

Perilaku Konsumtif

Remaja Di Daerah Non

Wisata.

Levene's Test for

Equality of Variances (F)

15,592

Keterangan

0,000 Tidak Homogen

Dari tabel diatas temyata hasil perhitungan dengan menggunakan Levene's Test for Equality of Variances menghasilkan nilai P < 0,05. sehingga

(57)

3. Uji Hipotesis

a. Analisis Kruskal Wallis Test.

Analisis data yang digunakan adalah analisis kruskal wallis test yang

bertujuan untuk mengetahui perbedaan penlaku konsumtif antara remaja di daerah

wisata dan remaja di daerah non wisata. Penggunaan metode kruskal wallis test

ini dikarenakan dari hasil data yang diperoleh menunjukkan hasil yang tidak homogen dan tidak normal.

Hasil analisis yang dilakukan dengan bantuan program SPSS' 10.00for

Windows, diperoleh hasil adanya perbedaan antara remaja di daerah wisata dan

remaja di daerah non wisata. Nilai mean perilaku konsumtif remaja di daerah

wisata menunjukkan 55,25 dan nilai mean perilaku konsumtif remaja di daerah non wisata menunjukkan 25,76. Nilai tersebut menunjukkkan adanya perbedaan perilaku konsumtif remaja di daerah wisata dan remaja di daerah non wisata

dengan P = 0,000. Hasil tersebut menunjukkan perbedaan tersebut signifikan

(P < 0,05).

Dengan demikian dari hasil pengujian dengan analisis kruskal - wallis test menunjukkan bahwa ada perbedaan perilaku konsumtif anatara remaja di

daerah wisata dan remaja di daerah non wisata. Sehingga hipotesis yang

menyatakan bahwa " ada perbedaan antara remaja di daerah wisata dan remaja di

(58)

41

D. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini dapat diterima. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada perbedaan antara remaja di daerah wisata dan remaja di daerah non wisata. Secara empirik hipotesis terbukti dengan hasil P =0,000. Hasil tersebut menunjukkan perbedaan

tersebut signifikan (P<0,05). Hal ini berarti remaja yang berada di daerah wisata

lebih tinggi perilaku konsumtifnya, dibandingkan remaja yang berada di daerah non wisata. Untuk melihat lebih jelas lagi perbedaan perilaku konsumtif pada

remaja yang berada pada daerah wisata dan non wisata dapat dilihat dari hasil analisis statistiknya. Hasil analisis statistik juga menunjukkan bahwa skor mean

empirik pada variabel perilaku konsumtif remaja di daerah wisata berada diatas

mean teoritiknya. Sedangkan skor mean empirik pada variabel perilaku konsumtif

remaja di daerah non wisata berada di bawah mean teoritiknya.

Perilaku konsumtif pada remaja yang berada di daerah wisata memiliki

jumlah subjek yang berkategori sangat tinggi sebanyak empat orang, kategori tinggi 10 orang, kategori sedang sebanyak 14 orang, 12 orang berada pada kategori rendah dan tidak ada subjek yang berada pada kategori sangat rendah.

Sedangkan untuk subjek yang berada di daerah non wisata tidak memiliki jumlah subjek yang berada pada kategori sangat tinggi dan tinggi, subjek yang berada

pada kategori sedang sebanyak tiga orang, berada pada kategori rendah sebanyak 26 orang dan yang berada pada kategori sangat rendah sebanyak 11 orang. Dari

(59)

perilaku konsumtif yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang tidak

berada pada daerah wisata.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat menggambarkan bahwa seorang individu terutama remaja yang berada dalam waktu cukup lama pada sebuah

lingkungan dapat membawa dampak pada individu tersebut.

Seperti diketahui bahwa seseorang dapat menjadi konsumtif karena memperoleh stimulus - stimulus dari lingkungannya. Remaja masih rentan terhadap stimulus - stimulus tersebut karena aktivitas remaja dilingkungan masih dalam jumlah yang banyak. Sehingga para remaja merupakan salah satu bagian dari anggota masyarakat yang mudah menjadi berperilaku konsumtif.

Pada hakekatnya seorang mengkonsumsi barang karena kebutuhan untuk

hidup, dalam mengkonsumsi barang tersebut seseorang dipengaruhi juga oleh

faktor lingkungan. Pemutusan pemilihan barang tersebut tidak lagi sekedar untuk

memenuhi kebutuhan untuk hidup tetapi juga untuk kenikmatan dan gengsi, sehingga seorang individu mulai mengkonsumsi barang tanpa batas. (Prasetyo

dalam www.spin. co.id, 2003)

Pada remaja yang berada di daerah wisata memiliki tingkat perilaku

konsumtif lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang berada di daerah non

wisata. Hal ini dapat dimengerti karena para remaja yang berada di daerah wisata mendapatkan stimulus langsung dalam lingkungannya. Hal ini terbukti dengan adanya penelitian Kendall dan Var, 1984 (dalam Noerhadi, 1998) yang

mengatakan adanya pengamh pada gaya hidup dalam perubahan penampilan masyarakat pada sebuah daerah yang menjadi sebuah daerah wisata. Dikatakan

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai Ibukota Provinsi Kota Jayapura dengan panjang jalan 458,24 Km yang terdiri dari.. bermacam jenis jalan yaitu primer berfungsi sebagai jalan regional sekunder

telah Allah ajarakan kepada Nabi Adam pada saat di surge yang nantinya menjadi. pengetahuan bagi Adam ketika dia hidup di

nilai tertentu yang berbeda dari plaintext dan berguna untuk menghasilkan ciphertext yang berbeda-beda jika nilai yang menjadi kunci tersebut juga berbeda-beda untuk algoritma

Skripsi dengan judul “ Studi Korelasi antara Prestasi Belajar Bahasa Indonesia dengan Prestasi Belajar Matematika pada Soal Cerita di Smp Sore Pule Trenggalek 2009

pembelajaran dan training terkait teknologi yang ada dimasyarakat merupakan proses difusi inovasi terhadap inovasi pendidikan berbasis teknologi. Strategic Leadership and

Kisaran jumlah jenis lumut epifit per plot maupun per pohon menunjukkan bahwa hutan primer di Mandalawangi dan Gunung Bunder memiliki kekayaan jenis yang lebih tinggi

single mother terlihat dari bagaimana mereka menyelaraskan antara jumlah pendapatan dengan kebutuhan dan pengeluaran setiap harinya, misalnya saja bagi single

Each Contracting Party shall allow the use of means of transport registered in other Contracting Parties to provide transit transport services on its territory in accordance