• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. LANDASAN TEORI Usaha Kecil Pengertian Usaha Kecil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. LANDASAN TEORI Usaha Kecil Pengertian Usaha Kecil"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

2. LANDASAN TEORI

2.1. Usaha Kecil

2.1.1. Pengertian Usaha Kecil

Usaha kecil atau perusahaan kecil adalah perusahaan yang belum dikelola secara atau lewat manajemen modern dengan tenaga - tenaga profesional, adapun jumlah karyawan dan omset per tahun terkadang tidak bergitu jelas karena sering tergantung pada situasi dan kondisi. (Marbun, 1993, p. 2)

Menurut Undang-Undang No.20 tahun 2008 tentang usaha kecil, batasan usaha/industri kecil didefinisikan sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah)

2.1.2. Karakteristik Usaha Kecil

Karakteristik usaha kecil antara lain: (dalam Institut Manajemen Prasetya Mulya, 1987, p.105-106)

a. Besar modal usaha secara absolut, atau pun besar modal secara relatif terhadap jumlah tenga kerja atau terhadap output; sehingga diperoleh ukuran investasi per tenaga kerja, atau investasi per output.

b. Tipe kepemilikan / pengusahaan yang cenderung kepada perusahaaan perorangan, artinya pemilik merangkap manajer, sedangkan tenaga bantuan umumnya berasal dari anggota keluarga.

(2)

10

c. Jumlah tenaga kerja per unit usaha relatif tidaklah banyak, tenaga kerja yang digunakan oleh unit usaha yang bersangkutan biasanya adalah anggota keluarganya, ataupun orang sedaerahnya.

d. Penggunaan energi, mengarah kepada sumber daya tradisional, yaitu dari tenaga manusia sendiri, tenaga hewani, ataupun bila menggunakan peralatan / mesin maka dari tipe yang sederhana.

e. Teknologi yang digunakan biasanya sederhana, bersifat tradisional, meskipun terbuka kemungkinan adanya penggunaan teknologi yang lebih maju tetapi tidak menyeluruh pada semua proses produksinya.

f. Output yang dihasilkan biasanya merupakan barang tradisional, volume output relatif kecil, biasanya dihitung atas dasar harian atau mingguan. g. Biasanya orientasi pemasaran ke pasar lokal atau daerah yang terbatas di

sekitar tempat usaha atau mengaharapkan ada pembeli/ tengkulak yang membeli di tempat usahanya meskipun kemudian hasil produksinya dapat diteruskan ke konsumen di luar negeri.

h. Sebagian dari usaha ini mungkin bersifat informal, pola kegiatannya tidak teratur, baik dalam arti waktu maupun permodalan.

i. Umumnya tidak mempunyai tempat usaha yang permanen dan biasanya tidak terpisahkan dari tempat tinggalnya.

2.2. Entrepreneurship

2.2.1. Pengertian Entrepreneurship

Menurut (Winardi, 2008) istilah Entrepreneur mempunyai arti yang sangat luas, maka dari itu terdapat bermacam – macam artia. Di bawah ini terdapat beberapa istilah Entrepreneur yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu:

Entrepreneur selalu mencari perubahan, menanggapinya dan

memanfaatkannya sebagai suatu peluang. Setiap perubahan ditanggapinya secara kreatif dan inovatif. Salah satu trait dari entrepreneur yang sukses adalah hard

work and hopefully smart. Ray Kroc (founder McDonald’s) mengatakan bahwa “Luck is a dividend of sweat. The more you sweat, the luckier you get”.

(3)

”Jika Anda tidak pandai, maka Anda harus cerdas”. Definisi yang lebih luas Smart

Entrepreneur adalah orang yang mampu menciptakan bisnis baru serta kreatif dan

inovatif dengan mengambil resiko dan ketidakpastian untuk mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan ancaman serta menggabungkan dengan sumberdaya yang dimilikinya.

Pengertian Entrepreneur relatif berbeda-beda antar para ahli/sumber acuan dengan titik berat perhatian atau penekanan yang berbeda-beda, diantaranya adalah :

a. “Entrepreneur didefenisikan sebagai seseorang yang membawa sumber daya berupa tenaga kerja, material, dan aset lainnya pada suatu kombinasi yang menambahkan nilai yang lebih besar daripada sebelumnya dan juga dilekatkan pada orang yang membawa perubahan, inovasi dan aturan baru”. (p. 1)

b. “Entrepreneur adalah orang yang menciptakan sebuah bisnis baru, mengambil inisiatif dan menerima resiko usaha baru tersebut serta dalam pelaksanakannya menciptakan “sesuatu” yang baru atau melalui pemanfaatan sumber–sumber daya dengan cara yang tidak lazim guna menciptakan nilai bagi pelanggan”. (p. 4)

c. “Entrepreneur adalah seseorang yang memiliki seni serta keterampilan untuk menciptakan perusahaan–perusahaan baru dan yang memiliki pemahaman tentang kebutuhan masyarakat”. (p. 16)

d. Entrepreneur adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. (p. 17)

e. Entrepreneur adalah seorang yang memiliki kombinasi unsur (elemen-elemen) internal yang meliputi kombinasi inovasi, visi, komunikasi, optimisme, dorongan semangat dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang usaha. (p. 71)

Gordon (2007, p.7) mengemukakan bahwa Entrepreneurship adalah perjalanan perorangan. Saat mereka berjalan, mereka akan menghadapi berbagai kesempatan dan juga hambatan. Mereka harus dapat memahami diri mereka

(4)

12

sendiri, tujuan yang hendak dicapai dan hambatan yang akan dihadapi untuk menggapai kesuksesan. Terdapat tiga kunci Entrepreneurship :

1. Mindset : Entrepreneur terus-menerus mencari ide dan kesempatan yang bisa dikomersialkan. Mereka fokus dalam berinovasi, melakukan sesuatu lebih bak, menambah, menciptakan dan mengirimkan nilai yang unik kepada pelanggan dan seluruh stakeholder. Dan mereka menerima penghargaan atas kesuksesan mereka. Semakin banyak nilai yang mereka tambahkan, semakin besar penghargaan keuangan mereka.

2. Actions: Entrepreneur adalah proaktif ke ekstrem, dan sekali berada dalam trail kesempatan, mereka akan memindahkan gunung untuk menggerakkan sumber-sumber penting untuk menyelesaikan tujuan mereka.

3. Process: Entrepreneur adalah dinamik, berkelanjutan, menjalankan proses. Entrepreneur menggerakkan ide-ide; memilih kesempatan nyata dari heap of ideas membangun dan empower team menggerakkan dan mengontrol sumber daya yang ada, mengembangkan strategi untuk menangkap pelanggan, menggerakkan penjualan dan keuntungan berkelanjutan, mengembangkan sebuah Business Plan Assess Personel dan menerima atau menghindari resiko bisnis, launch the venture, Manage the

growing venture, dan memanen penghargaan kesuksesan.

Jadi pendefinisian Entrepreneur yang digunakan dalam penelitian ini adalah definisi Entrepreneur menurut Winardi (2008), mengatakan bahwa Entrepreneur adalah orang yang menciptakan sebuah bisnis baru, mengambil inisiatif dan menerima resiko usaha baru tersebut serta dalam pelaksanakannya menciptakan “sesuatu” yang baru atau melalui pemanfaatan sumber – sumber daya dengan cara yang tidak lazim guna menciptakan nilai bagi pelanggan, dan definisi Ray Kroc (McDonald’s founder) akan Entrepreneur dimana Ray Kroc mengatakan bahwa

(5)

2.2.2. Faktor-faktor Berwirausaha

Ciri-ciri wirausaha yang berhasil : (dalam Kasmir, p.27 – 28)

a. Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak kemana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang harus dilakukan oleh pengusaha tersebut.

b. Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan. c. Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi

yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya.

d. Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang maupun waktu.

e. Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada peluang di situ dia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja kerjas merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tida dapat diselesaikan.

f. Bertanggungjawab terhadap segala aktifitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan datang. Tanggungjawab seorang pengusaha tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak. g. Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh

dan harus ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang merupakan kewajiban untuk segera ditepati dana direalisasikan.

h. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak. Hubungan baik yang perlu dlijalankan, antara lain kepada : para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.

(6)

14 2.2.3. Konsep Kewirausahaan

Kewirausahaan dikenal dengan enterpreneur (Perancis), wiraswasta (Indonesia). Secara terminologis bererti, between taker atau go between, makelar, atau perantara. Dari sudut etimologi, pengertian enterpreneur mengalami perkembangan dari masa ke masa. Pada abad pertengahan, enterpreneur berarti orang yang bertanggung jawab terhadap projek produksi berskala besar. Abad 17 diartikan sebagai orang yang menanggung resiko untung rugi dalam pengadaan kontrak pekerjaan dengan pemerintah dengan menggunakan fixed price. Pada tahun 1725, Richard Cantillion memberikan pengertian yang berbeda. Menurutnya enterpreneur adalah orang yang menanggung resiko yang berbeda dengan orang memberi modal. Bendeau (1797) menyatakan usahawan sebagai orang yang menanggung resiko, yang merencanakan, supervisi, mengorganisasi dan memiliki. Jean Baptist Say (1803), menyatakan adanya pemisahan antara keuntungan untuk enterpreneur dan keuntungan untuk pemilik modal. Francis Walker (1876), membedakan antara orang menyediakan modal dan menerima bunga, dengan orang yang menerima keuntungan karena keberhasilannya memimpin usaha. Menurut Joseph Schumpeter (1934), seorang enterpreneur adalah seorang inovator yang mengembangkan teknologi. David (1961), McLelland, enterpreneur adalah seorang yang energik dan membatasi resiko. Bagi Peter Drucker (1964), seorang enterpreneur adalah seseorang yang mampu memanfaatkan peluang. Albert Shapero (1975), seorang yang memiliki inisiatif, mengorganisasi mekanisme sosial dan ekonomi, dan menerima resiko kegagalan. Tahun 1980, Karl Vesper, seorang enterpreneur berbeda dengan seorang ahli ekonomi, psikolog, pebisnis, dan politikus.Tahun 1983, Gifford Pinchot, intrapreneur adalah seorang enterpreneur dari dalam organisasi yang sudah ada/organisasi yang sedang berjalan. Tahun 1985, Robert Hisrich, enterpreneur adalah merupakan proses menciptakan sesuatu yang berbeda dengan mengabdikan seluruh waktu dan tenaganya disertai dengan menanggung resiko keuangan, kejiwaan, sosial dan menerima balas jasa dalam bentuk uang dan kepuasan pribadinya (dalam Robert D. Hisrich dan Michael P. Peters, 1995, p.6). Tahun 1999, menurut Peggy A. Lambing dan Charles R. Kuehl, enterpreneurship adalah tindakan kreatif yang menambah suatu nilai terhadap sesuatu yang tidak ada.

(7)

(Paulus Winarto, 2002, vii). Tahun 1995, Raymond W. Y. Kao menyebut enterpreneurship sebagai suatu proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi baru) dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada (inovasi), tujuannya adalah tercapainya kesejahteraan individu dan nilai tambah bagi masyarakat.

Menurut Geoffrey G. Meredith, enterpreneur adalah orang yang memiliki kemampuan menemukan dan mengevaluasi peluang-peluang, mengumpulkan sumber-sumber daya yang diperlukan dan bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluang-peluang itu. (Geoffrey G. Meredith et. al., 2000, p.5). Enterpreneur adalah orang yang mengambil peran dalam masyarakat sebagai penemu peluang dan merubahnya menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis. (Neil C. Churchill dan Daniel F. Muzyka dalam Gerald E. Hills, 1994, p.11)

2.2.4. Kompetensi Kewirausahaan

Wirausaha yang sukses pada umumnya adalah mereka yang memiliki kompetensi yaitu : seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan dan kualitas individu yang meliputi sikap, motivasi, nilai serta tingkah laku yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan/kegiatan (Alma, 2008).

Keterampilan yang harus dimiliki :

a. Managerial skill Managerial skill atau keterampilan manajerial merupakan bekal yang harus dimiliki wirausaha. Seorang wirausahawan harus mampu menjalankan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan agar usaha yang dijalankannya dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Kemampuan menganalisis dan mengembangkan pasar, kemampuan mengelola sumber daya manusia, material, uang, fasilitas dan seluruh sumber daya perusahaan merupakan syarat mutlak untuk menjadi wirausaha sukses.

b. Conceptual skill Kemampuan untuk merumuskan tujuan, kebijakan dan strategi usaha merupakan landasan utama menuju wirausaha sukses. Tidak mudah memang mendapatkan kemampuan ini. Kita harus akstra keras

(8)

16

belajar dari berbagai sumber dan terus belajar dari pengalaman sendiri dan pengalaman orang lain dalam berwirausaha.

c. Human skill (keterampilan memahami, mengerti, berkomunikasi dan berelasi) Supel, mudah bergaul, simpati dan empati kepada orang lain adalah modal keterampilan yang sangat mendukung kita menuju keberhasilan usaha. Dengan keterampilan seperti ini, kita akan memiliki banyak peluang dalam merintis dan mengembangkan usaha.

d. Decision making skill (keterampilan merumuskan masalah dan mengambil keputusan) Sebagai seorang wirausaha, kita seringkali dihadapkan pada kondisi ketidakpastian. Berbagai permasalahan biasanya bermunculan pada situasi seperti ini. Wirausaha dituntut untuk mampu menganalisis situasi dan merumuskan berbagai masalah untuk dicarikan berbagai alternatif pemecahannya.

e. Time managerial skill ( keterampilan mengatur dan menggunakan waktu) Para pakar psikologi mengatakan bahwa salah satu penyebab atau sumber stress adalah ketidakmampuan seseorang dalam mengatur waktu dan pekerjaan. Ketidakmampuan mengelola waktu membuat pekerjaan menjadi menumpuk atau tak kunjung selesai sehingga membuat jiwanya gundah dan tidak tenang. Seorang wirausaha harus terus belajar mengelola waktu. Keterampilan mengelola waktu dapat memperlancar pelaksanaan pekerjaan dan rencana-rencana yang telah digariskan.

2.3. Leadership

2.3.1. Pengertian Leadership

Kreiner (1986) menyatakan bahwa leadership adalah proses mempengaruhi orang lain yang dimana seorang pemimpin mengajak anak buahnya secara sekarela berpartisipasi guna mencapai tujuan organisasi.

Hersey (1997) menyatakan bahwa leadership adalah usaha untuk mempengaruhi individual lain atau kelompok. Seorang pemimpin harus memadukan unsur kekuatan diri, wewenang yang dimiliki, ciri kepribadian dan kemampuan sosial untuk bisa mempengaruhi perilaku orang lain.

(9)

John C. Maxwell (1995) menambahkan bahwa leadership adalah pengaruh. Tidak lebih tidak kurang.

Jadi dalam penilitian ini, definisi leadership yang digunakan adalah difinisi menurut Hersey (1997) yang menyatakan bahwa leadership adalah usaha untuk mempengaruhi individual lain atau kelompok. Seorang pemimpin harus memadukan unsur kekuatan diri, wewenang yang dimiliki, ciri kepribadian dan kemampuan sosial untuk bisa mempengaruhi perilaku orang lain.

Teori kepemimpinan dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Genetic Theory

Pemimpin adalah dilahirkan dengan membawa sifat-sifat kepemimpinan dan tidak perlu belajar lagi. Sifat utama seorang pemimpin diperoleh secara genetik dari orang tuanya.

2. Traits theory

Teori ini menyatakan bahwa efektivitas kepemimpinan tergantung pada karakter pemimpinnya. Sifat-sifat yang dimiliki antara lain kepribadian, keunggulan fisik, dan kemampuan sosial. Karakter yang harus dimiliki seseorang manurut judith R. Gordon mencakup kemampuan istimewa dalam:

- Kemampuan Intelektual - Kematangan Pribadi - Pendidikan

- Statuts Sosial Ekonomi - Human Relation - Motivasi Intrinsik

Empat dimensi situasi secara dinamis akan memberikan pengaruh terhadap kepemimpinan seseorang.

1. Kemampuan manajerial : kemampuan ini meliputi kemampuan sosial, pengalaman, motivasi dan penelitian terhadap reward yang disediakan oleh perusahaan.

(10)

18

2. Karakteristik pekerjaan : tugas yang penuh tantangan akan membuat seseorang lebih bersemangat, tingkat kerjasama kelompok berpengaruh efektivitas pemimpinnya.

3. Karakteristik organisasi : budaya organisasi, kebijakan, birokrasi merupakan faktor yang berpengaruh pada efektivitas pemimpinnya.

4. Karakteristik pekerja : kepribadian, kebutuhan, ketrampilan, pengalaman bawahan akan berpengaruh pada gaya memimpinnya

2.3.2. Review Teori - teori Kunci Kepemimpinan

Adapun teori-teori kunci kepemimpinan menurut (Kartini, 1983) yaitu :

a. Teori Trait

Teori ini mempercayai bahwa pemimpin memiliki cara yang bervariasi karena mereka memiliki karakteristik atau disposisi yang sudah melekat dalam dirinya. Ada 5 karakteristik kepemimpinan yang utama menurut teori ini yaitu: - percaya diri

- empati - ambisi

- control diri dan - rasa ingin tahu.

Teori ini mengatakan bahwa anda dilahirkan sebagai pemimpin dan bahwa kepemimpinan tidak dapat dipelajari.

b. Teori Situational

Teori ini menekankan bahwa kepemimpinan muncul dalam situasi yang berbeda untuk menyesuaikan perbedaan kebutuhan dan lingkungan. Teori ini dikembangkan lebih dulu oleh Blanchard & Hersey (1976), yang mengatakan bahwa pemimpn perlu memiliki perbedaan untuk menyesuaikan kebutuhan dan maturitas pengikut, tidak ada cara yang paling baik bagi gaya kepemimpinan. Leaders perlu mengembangkan gaya kepemimpinan dan

(11)

dapat mendiagnosa yang mana pendekatan yang sesuai untuk digunakan pada suatu situasi.

c. Transactional and Transformational Leadership

Pertama kali dikembangkan oleh James McGregor Burns tahun 1978. Dan kemudian dikembangkan oleh Bass dan lain-lain. Kepemimpinan ini menggunakan pendekatan kepada bawahan dengan menukarkan sesuatu untuk yang lainnya (seperti menggunakan financial atau status insentif). Kepemimpinan transaksional berdasarkan pada pemikiran memberikan motivasi kepada bawahan melalu bentuk instrument seperti uang atau system reward. Bass et al (1987) berpendapat bahwa kepemimpinan transformasional adalah universal dan dapat diaplikasikan tanpa memperhatikan budaya, memberi semangat pada bawahan untuk lebih mementingkan organisasi atau kelompok. Kepemimpinan transformasional lebih menkonsentrasikan pada pengembangan bawahan daripada pencapaian target (Kepemimpinan transaksional) dan dalam beberapa buku kepemimpinan transformasional sama dengan leadership berlawanan dengan kepemimpinan transaksional yang disamakan dengan manajemen.

2.3.3. Subsistem Kepemimpinan

Adapun subsistem kepemimpinan menurut Irawanto (2008) yaitu :

a. Kolaborasi

Pada kolaborasi akan digambarkan oleh kepemimpinan yang mampu menggerakkan dalam proses pengambilan keputusan berdasarkan model kolaborasi sebagai pengganti hirarki adalah merupakan tuntutan perubahan bahwa dengan prinsip kolaborasi memberikan ruang gerak atas keyakinan , kebutuhan kebudayaan, tindakan kedalam satu sistem yang terintergrasi atas pengambilan inisiatip, menyiapkan alternatif, melakukan konsultasi, menganalisa, menyiapkan rekomendasi dan berakhir dengan keputusan dalam satu kerangka keseimbangan kepentingan individu, kelompok dan organisasi.

(12)

20 b. Komitmen

Pada komitmen merupakan hasil kerja hati dengan penghayatan artinya dari sudut batiniah, komitmen merupakan pengorbanan bisa merupakan kata-kata ataupun perilaku yang memperlihatkan yang abstrak tapi konkrit. Itulah satu kenyataan bahwa konsepsi komitmen banyak disalah artikan, tetapi kita menyadari ” a sense of execellent commitment”, maka suatu organisasi akan dapat berfungsi dengan baik, membutuhkan kepercayaan dan saling kedekatan dengan setiap orang yang merasa terikat dalam organisasi akan menunjukkan keberadaan komitmen sebagai prinsip untuk mewujudkan keberhasilan.

c. Komunikasi

Pada komunikasi mengingatkan kita betapa pentingnya komunikasi sebagai prinsip untuk dihayati kedalam individu, kelompok dan organisasi bahwa suatu gagasan apapun bentuknya tidak ada gunanya sebelum penyampaian kepadanya dan dipahami oleh orang-orang yang hendak berkomunikasi. Dengan demikian untuk menjadikan komunikasi yang efektif menuntut pengasahan secara terus menerus oleh pemimpin yang menyadari bahwa kepemimpinan akan berhasil bila secara sungguh-sungguh memahami fungsi komunikasi disatu sisi dan disisi lain melaksanakan proses komunikasi, sehingga waktu hidup kita sebahagian besar dipergunakan dalam berpikir untuk menulis, membaca, berbicara dan mendengarkan dalam kerangka hubungan individu, kelompok dan organisasi.

d. Kreativitas Individu

Pada kreativitas individu membutuhkan kekuatan mental sbagai unsur yang sangat menentukan dalam membangkitkan semangat. Dengan semangat dapat tumbuh dan berkembang akan ditentukan oleh kebiasaan dalam mengaktualisasi-kan berpikir ke arah yang positip. Terasa sulit untuk memulai sesuatu, tapi bila anda memulai dengan mendalami fungsi otak atas sebelah kiri (matematika, angka-angka, lokika, linier, urutan, penilaian, bahasa) dan otak kanan (imajinasi, lamunan, warna, dimensi, ritme) yang

(13)

memainkan peranan sebagai otak analisis. Kita dapat membayangkan kata-kata dalam lagu merupakan di otak kiri tapi aspek irama musik berada di otak kanan. Otak atas yang kita bicarakan ini hanya memainkan peranan bagian kecil dari kekuatan pikiran, tapi sebaliknya bagian terbesar kekuatan pikiran ada di otak bawah sadar. Oleh karena itu simaklah kekuatan pikiran anda untuk membangkitkan kemampuan berpikir kreativitas anda.

e. Kreativitas Kelompok

Pada kreativitas kelompok sudah tentu akan menjadi lebih baik dari cetusan wawasan dan imajinasi sbagai individu karena kita akan mendapatkan sumber pemikiran yang diciptakan oleh kekuatan pikiran dari kelompok. Dalam praktek kerja kelompok harus kita bdakan dengan kerja tim karena kerja kelompok adalah kumpulan beberapa individu yang berkumpul berdasarkan persamaan ciri-ciri atau kepentingan yang didorong kemampuan individu yang dapat bekerjasama untuk mendorong mental individu, melahirkan ide / gagasan lebih banyak serta individu lebih dekat dalam berkomunikasi. Sedangkan kerja tim adalah jenis khas kelompok kerja tim yang harus diorganisasikan dan dikelola secara berbeda denjis kelompok kerja lainnya. Dengan demikian kita mengajak dalam kelompok untuk berpikir secara sadar dan tidak kedalam tindakan persiapan, usaha, inkubasi, pengertian dan evaluasi. Jadi dengan tahapan berpikir itu, pola dan proses kreativitas kelompok menjadi efektif dengan melaksanakan apa yang disebut sumbang saran artinya bahwa sumber untuk melaksanakan aktivitas bertolak dari kebanggaan semua orang yang bergabung dalam kelompok dapat mengaktualisasikan dirinya kedalam sifat sabar untuk dapat melaksanakan rancangan.

f. Inovasi Organisasi

Pada inovasi organisasi yang sukses haruslah didukung dan digerakkan oleh kepemimpinan puncak, yang memiliki tujuan tertentu dan dihasilkan dari analisa, sistem dan kerja keras tim kerja kelompok sebagai satu proses dua langkah artinya pertama inovasi itu sendiri, kedua suatu usaha yang berisiko

(14)

22

tinggi untuk mengubah penemuan menjadi suatu produk atau proses yang berpotensi komersil.

Oleh karena itu, pelaksanaannya harus mengikuti prinsip keharusan bahwa 1) harus memiliki tujuan dalam memaksimumkan peluang; 2) inovator yang terlibat memiliki kemampuan; 3) kerja yang jelas, sederhana, dan terfokuskan agar semua alokasi sumber dana digerakkan menjadi efesien dan efektif; 4) inovasi kelompok menjadi inovasi organisasi; 5) adanya kesinambungan aktivitas berdasarkan orientasi kepemimpinannya bukan semata-mata laba.

g. Analisa Masa Depan

Pada analisa masa depan merupakan keterampilan untuk mempergunakan alat pikiran sebagai unsur jiwa yang kita sebut dengan kesadaran (otak atas sebelah kanan) Membangkitkan kesadaran itu adalah dengan jalan kita berpikir artinya kita menyadari benar bahwa seluruh kisaran proses mental yang sadar terjadi karena menggerakkan fungsi otak sebagai alat pikir dan hati sebagai alat menghayati.

Oleh karena mengintergrasikan intuisi dan analisis membentuk pola-pola berpikir biasa (bergaul dengan pengalaman inderawwiah), logis (teknik penalaran untuk dapat menarik kesimpulan yang sah), ilimiah (secara sistimatis, metodis, dan obyektif dalam mencari kebenaran), filsafat (diaklektis yang terarah untuk mendapatkan kebenaran yang hakiki, intergral, dan universal), theologis (menurut islam artinya corak berpikir qur’ani yang bertujuan untuk mencapai suatu keyakinan bahwa Allah swt adalah wujud Al Haq)

Membangkitkan kesadaran untuk memahami atas analisis masa depan melalui pola-pola atau tren dalam proses berpikir, kita dapat berorientasi, meninjau serta merasakan kemampuan otak untuk memahami diri kita dan menangkap situasi yang berada di dunia luar.

(15)

h. Antisipasi

Pada merespon antisipasi kita melangkah dari memanfaatkan kesadaran menjadi kecerdasan untuk melaporkan kepada kita situasi permasalahan dan hubungan-hubungannya. Jadi dengan kecerdasan (otak atas sebelah kiri) sebagai alat pikir dalam merespon antisipatif menuntun pemahaman atas poses perubahan. Jadi dengan kecerdasan sebagai alat pikir dan sebagai unsur jiwa dalam menangkap hal-hal yang terkait dengan masa depan, tidak dapat melepaskan diri dari pemikiran dan pengalaman masa lalu, sehingga pengetahuan yang terbentuk olehnya menghasilkan pengetahuan masa sekarang untuk membuka jalan dalam meramalkan masa depan

i. Pengambilan Keputusan

Pada proses pengambilan keputusan kita memanfaatkan proses berpikir kedalam dua lingkungan yang disebut lingkungan alam sadar (kesadaran / otak atas kanan; kecerdasan / otak atas kiri) dan alam bawah sadar atau otak bawah sadar yang berpusat di hati.

Dengan otak bawah sadar yang kita sebut dengan akal menjadi hasil kerja hati dengan penghayatan yang juga kita sebut dengan intuisi sehingga dalam proses berpikir dimana dengan akal itu akan menunjukkan dimana letak bahaya, bagaimana ia dapat dihindarkan, selanjutnya menunjukkan jalan dan cara-cara mencapai tujuan.

Dengan demikian kita harus menyadari bahwa mengembangkan akal kepemimpinan merupakan unsur jiwa ketiga selain kesadaran dan kecerdasan. Oleh karena itu ketiga unsur jiwa itu, bertindak serentak dalam proses berpikir, saling mengisi dan saling membantu sehingga menyerupai tri-tunggal sebagai kecakapan jiwa yang didalam fungsi bertindak serentak.

(16)

24 2.3.4. Leadership dan Perubahan

Kouzes dan Posner (1987) melakukan pengamatan dan menunjukkan bahwa ketrampilan kepemimpinan dapat dipelajari. Kouzes & Posner mengemukakan 5 langkah proses yang mana seorang leader dapat melakukan sesuatu :

a. Tantangan adalah proses mendorong orang lain berani mengambil risiko b. Bersemangat untuk mencapai visi

c. Memungkinkan bawahan untuk bertindak d. Menjadi model

e. Mendorong dan mendukung dengan hati

Drath (2001) memberikan satu kritik yang menarik mengenai teori leadership “Dominansi diri (teori trait dan kepemimpinan yag karismatik) dan pengaruh interpersonal (kepemimpinan transformative, kepemimpinan transaksional dan teori kontingensi)”.

Pengembangan leaders dan leadership : definisi pengembangan leadership Yukl (1998) menjelaskan bahwa leadership dan manajemen adalah berbeda tetapi saling terkait. Wexley & Baldwin (1986) menguraikan bahwa pengembangan manajemen yang utama adalah sebagai edukasi dan pelatihan dengan menekankan kepada jenis-jenis pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan khusus yang akan diperoleh.

Mc. Cauley et al (1998) mendefinisikan pengembangan leadership sebagai perluasan sekumpulan kapasitas yang berhubungan dengan anggota organisasi untuk mengikutsertakan secara efektif dalam peran-peran dan proses-proses

leadership. Keys & Wolfe (1988) menjelaskan bahwa proses leadership

sebagai kemampuan sekelompok orang untuk bekerja bersama-sama penuh arti mengingat proses manajemen yang cenderung untuk menjadikan posisi dan yang berhubungan dengan organisasi secara khusus.

Pengembang leader ciri khasnya difokuskan pada kemampuan dasar individu dan ketrampilan, dan kemampuan dikelompokkan dengan peran-peran

(17)

model menyangkut pembangunan kompetensi personal yang dibutuhkan untuk membentuk model diri yang akurat agar mengikutsertakan perkembangan identitas dan sikap yang sehat (Hall & Seibert, 1992). Pengembangan leader kemudian memerlukan individu tersebut untuk menggunakan model dirinya agar berpenampilan secara efektif dalam berbagai peran.

Penekanan utama pada pengembangan leadership adalah membangun dan menggunakan kemampuan interpersonal (Day, 2001). Kunci aspek-aspek program pengembangan yang termasuk kesadaran sosial seperti orientasi pada pelayanan, empati dan pengembangan lainnya; ketrampilan sosial seperti membangun hubungan, kolaborasi, kerjasama dan manajemen konflik. Conger et al (1999) memperingatkan tendensi dalam organisasi untuk membiarkan pengembangan leadership menjadi ”proses yang tanpa rencana” dimana tujuan pengembangan tidak jelas, akontabilitas terhadap pelaksanaan dan terdapat kegagalan untuk evaluasi yang efektif.

2.4. Entrepreneurial Leadership

2.4.1. Pengertian Entrepreneurial Leadership

Kepemimpinan entrepreneur (entrepreneurial Leadership),baik individu maupun organisasi, menciptakan kebudayaan entrepreneur dengan mengembangkan pelatihan budaya kewirausahaan dalam praktek iklim, dan penggabungan proses-proses enterpreneur, serta inisiatif-inisiatif baru yang brilian (Goossen, 2007, p. 104). Point utama yang harus dilakukan adalah mengadakan praktek iklim tersebut. Dalam hal ini peran CEO (Chief Executive

Officer) dalam suatu perusahaan harus mengerti betapa pentingnya nilai-nilai

dalam menemukan kesempatan-kesempatan yang baru dimana hal ini dapat meningkatkan perkembangan perusahaan. Dalam hal perkembangan adalah tanggung jawab bersama yang berada dalam suatu perusahaan, setiap

entrepreneur harus bisa berinisiatif dan memperhatikan dengan seksama

khususnya dalam hal perkembangan perusahaan agar perusahaan tersebut dapat berfungsi dan berjalan dengan baik.

(18)

26

Entrepreneurial leadership adalah lebih sebagai pengusaha yang bisa

menciptakan perubahan daripada bertransaksi dengan perusahaan lain, karena dengan adanya perubahan akan menjadikan perusahaan lebih berkembang dan berjalan mengikuti trend pasar yang berlaku (Thornberry, 2006, p. 24).

Dari berbagai definisi mengenai entrepremeurial leadership, dapat dirangkum menjadi beberapa atribut yang membuat terjadinya entrepreneurial

leadership, antara lain adalah:

1. Innovativeness

Innovativeness didefinisikan sebagai tingkat dimana seseorang individu

mengadopsi inovasi relatif lebih awal dibandingkan dengan anggota sistem sosial lainnya.

inovasi selalu membawa perkembangan dan perubahan ekonomi, demikian dikatakan oleh Joseph Schumpeter. Teori Schumpeter merangsang seseorang untuk berinovasi. Inovasi yang dimaksud bukanlah suatu temuan yang luar biasa, tetapi suatu temuan yang menyebabkan berdayagunanya sumber ekonomi kearah yang lebih produktif. Seorang wirausahawan, sebagai inovator harus merasakan gerakan ekonomi di masyarakat. Persoalan-persoalan yang muncul dari gerakan ekonomi tersebut selalu diantisipasinya dengan penggunaan inovasi (Muhammad dalam Alma, 2007).

Inovasi adalah salah satu bagian spesifik dalam kewirausahaan, sebagai kegiatan yang menghasilkan sumber daya-sumber daya dengan kapasitas yang baru untuk menciptakan kesuksesan (Goossen, 2007, p. 28).

2. Risk Taking

Risk taking (pengambilan resiko) adalah para wirausaha menyukai

mengambil resiko realistik karena mereka ingin berhasil, mereka mendapat kepuasan besar dalam melaksanakan tugas yang sukar tetapi realistic dengan menerapkan keterampilan-keterampilan mereka. Jadi situasi resiko kecil dan situasi resiko tinggi dihindari karena sumber kepuasan ini tidak mungkin terdapat pada masing-masing situasi. Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan menghendaki seorang wirausaha tidak takut mengambil keputusan dan bersedia menerima resiko-resiko tertentu. kebanyakan orang takut

(19)

mengambil resiko karena mereka ingin aman dan mengelakan kegagalan. Semua tahap pekerjaan mengandung resiko yang merupakan bagian hakiki dari seorang wirausaha.

“Para wirausaha merupakan pengambil resiko yang sudah diperhitungkan. Mereka bergairah menghadapi tantangan. Wirausaha menghindari situasi resiko rendah karena tidak ada tantangannya dan menjauhi situasi resiko tinggi karena mereka ingin berhasil. Mereka menyukai tantangan yang dapat dicapai” (Meredith, et al., 1996).

3. Proactiveness

Proactiveness adalah suatu proses dari definisi pencapaian

keberhasilan. Kita perlu mempunyai kemampuan untuk mengubah tujuan kita untuk membantu kita mencapai keberhasilan yang lebih baik. Proactiveness tipe seorang wirausaha yang tidak hanya dituntut bisa beradaptasi terhadap perubahan lingkungan, tetapi juga harus dapat mengambil inisiatif penyelesaian apa yang harus dikerjakan. “proactiveness diartikan bagaimana memperkokoh hubungan kesempatan pasar dengan menangkap inisiatif pada pasar” (Lumpkin dan Dess, 2001).

4. Autonomy

Otonomi adalah kebebasan untuk memilih tindakan tanpa kendali dari luar. Otonomi merupakan salah satu komponen yang penting dari disiplin profesional yaitu penetapan mekanisme untuk pengaturan sendiri dan penyelengaraan mandiri (Susilowati, 2002). Definisi lain mengatakan bahwa

autonomy merupakan kebebasan seseorang dalam melakukan tindakan yang

akan dilakukan dan kemampuan dalam mengatasi masalah yang ada. Dalam dunia pekerjaan autonomy diartikan sebagai kondisi pekerjaan seseorang yang dapat membantu meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja (Gindaba, 1997).

5. Competitive Aggresiveness

Competitive Aggresiveness diartikan bagaimana mereaksikan kecenderungan

kompetitif dan permintaan yang telah ada pada pasar (Lumpkin dan Dess, 2001). Competitive aggressiveness adalah penelitian sederhana kompetisi model oligopolistic, dimana salah satu dari dua firma menyediakan dua pasar yang saling berkoneksi, satu yang lain tawanan bertanding. Untuk dimulai

(20)

28

dengan, firma hanya diasumsikan untuk memaksimalkan beruntung tunduk kepada dua batasan, satu terkait ke daya saing, yang lain untuk memasarkan. Agresivitas kompetitif dari masing-masing firma, diukur oleh harga tersembunyi yang relative dari batasan terdahulu, kemudian diambil sebagai satu parameter untuk menandai setelan dari equilibria. Satu langkah selanjutnya terkandung dalam yang agresivitas kompetitif dikontrol oleh masing-masing firma melalui keputusan manajer untuk menyewa, pada satu langkah persiapan dari satu permainan delegasi. Ketika kompetisi adalah

exogeneusly memperhebat, melalui produk lebih tinggi substitutability atau

melalui ukuran relative lebih besar dari pasar bertanding bagi, agresivitas kompetitif disusut pada subgame menyempurnakan keseimbangan. Penyusutan ini secara parsial mengganti kerugian untuk akibat negative pada profitabilitas dari lebih kompetisi.

2.5. Industri Kreatif

2.5.1. Definisi Industri Kreatif

Industri kreatif dapat didefinisikan sebagai berikut : “Industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut” (UK DCMS Task Force 1998).

Definisi kelompok industri kreatif :

a. Periklanan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi dan produksi iklan, antara lain: riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak dan elektronik.

b. Arsitektur : kegiatan kreatif yang berkaitan dengan cetak biru bangunan dan informasi produksi antara lain: arsitektur taman, perencanaan kota, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, dokumentasi lelang, dll.

(21)

c. Pasar seni dan barang antik : kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi dan perdagangan, pekerjaan, produk antik dan hiasan melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet.

d. Kerajinan : kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi dan distribusi produk kerajinan antara lain barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, aksesoris, pandai emas, perak, kayu, kaca, porselin, kain, marmer, kapur, dan besi.

e. Desain : kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, interior, produk, industri, pengemasan, dan konsultasi identitas perusahaan.

f. Desain Fesyen : kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen.

g. Video, Film dan Fotografi : kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi Video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video,film. Termasuk didalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film.

h. Permainan interaktif : kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi.

i. Musik : kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, distribusi, dan ritel rekaman suara, hak cipta rekaman, promosi musik, penulis lirik, pencipta lagu atau musik, pertunjukan musik, penyanyi, dan komposisi musik.

j. Seni Pertunjukan : kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha yang berkaitan dengan pengembangan konten, produksi pertunjukan, pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik, desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan. k. Penerbitan & Percetakan : kegiatan kreatif yang terkait dengan dengan

penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita.

(22)

30

l. Layanan Komputer dan piranti lunak : kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak & piranti keras, serta desain portal.

m. Televisi & radio : kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan, penyiaran, dan transmisi televisi dan radio. n. Riset dan Pengembangan : kegiatan kreatif yang terkati dengan usaha

inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar.

2.6. Perkembangan Perusahaan

2.6.1. Tahapan Perkembangan Perusahaan 2.6.1.1. Tahapan Awal (Pre Start-Up Stage)

Pada tahapan ini para entrepreneur merencanakan usaha tersebut dan melaksanakan pekerjaan awal mencapai sumber-sumber daya dan melaksanakan pengorganisasian. Selama fase ini, ide-ide kreatif berkembang hingga titik di mana mereka dianggap sebagai hal yang secara komersial layak diterapkan. Para

entrepreneur yakin bahwa ide-ide mereka layak diterapkan (feasibel), dan mereka

dibayangi oleh visi-visi tentang perusahaan-perusahaan mereka. (dalam Winardi, 2008, p. 61)

Para entrepreneur yang lebih berpengalaman mengajukan pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan potensi aktual produk-produk atau jasa-jasa mereka. Mereka berupaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang prduksi, operasi-operasi, pasar-pasar, persaingan, biaya, pembiayaan, dan laba potensial. Dan mereka juga mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan kemampuan mereka sendiri untuk memulai sesuatu usaha baru tergantung dari kompleksitas usaha yang diusulkan, rentang kegiatan awal kadang-kadang luas sekali, tetapi keempat macam kegiatan berikut bersifat umum

(23)

bagi semua usaha baru yang sangat menekankan kegiatan perencanaan. (dalam Winardi, 2008, p. 62)

2.6.1.2. Tahapan Dimulainya Usaha (Start-Up Stage)

Tahapan ini merupakan periode inisial perusahaan, di mana para

entrepreneur harus memposisikan usaha tersebut pada sebuah pasar dan

melaksanakan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan guna mempertahankan kelangsungan usaha. (dalam Winardi, 2008, p. 61)

Tahapan dimulainya usaha, pada intinya merupakan sebuah tahapan “inkubasi”, dimana ide-ide dicairkan. Tetapi sebuah perusahaan yang terencana dengan baik, pada titik ini tidak langsung melaksanakan kegiatan dengan skala penuh, karena sang entrepreneur masih terlibat dalam riset tentang produk dan pasar. Hanya sumber-sumber daya terbatas dialokasi kepada proyek yang bersangkutan, dan hanya sedikit orang yang terlibat disamping mereka yang mendeterminasi feasibilitas bisnis tersebut. Sesungguhnya bisnis yang bersangkutan dapat dihentikan, andaikata situasi dan kondisi yang berkembang menunjukkan bahwa ide yang ada tidak feasibel, atau tidak tepat waktu. (dalam Winardi, 2008, p. 64)

2.6.1.3. Tahapan Pertumbuhan (Growth Stage)

Tahapan pertumbuhan awal merupakan periode di mana terjadi perkembangan dan pertumbuhan, sewaktu perusahaan yang bersangkutan mengalami perubahan besar di pasar-pasar, bidang keuangan dan pemanfaatan sumber daya. (dalam Winardi, 2008, p. 61)

Setelah diputuskan bahwa proyek tersebut layak diterapkan maka kegiatan tahap ini menyebabkan perusahaan yang bersangkutan menjadi operasional penuh. Para manajer dan karyawan akan berada dalam suasana dan situasi sedang belajar, dan mereka dapat menguji kemampuan-kemampuan serta produk-produk mereka di pasar-pasar real. Salah satu tujuan tipikal operasi-operasi pada tahapan ini adalah mencapai situasi titik impas (break event-point), sambil menajamkan strategi-strategi pertumbuhan. (dalam Winardi, 2008, p. 65)

(24)

32

Tahapan pertumbuhan kemudian merupakan evolusi sebuah usaha yang berkembang menjadi sebuah perusahaan dengan pesaing aktif di dalam sebuah industri yang mapan, di mana manajemen profesional menjadi lebih penting dibandingkan dengan semangat entrepreneur. (dalam Winardi, 2008, p. 61)

Andaikata perusahaan tersebut mencapai keberhasilan pada tahapan pertumbuhan awal, dan memiliki momentum, maka usaha tersebut memasuki tahapan kedewasaan, di mana manajemen perlu distrukturisasi, perlu dimantapkan biaya jangka panjang, dan perlu direncanakannya berbagai macam fasilitas substansial. Perusahaan-perusahaan yang telah mencapai tahapan ini, seringkali akan “go public”, di mana saham-saham ditawarkan di bursa efek.

Tim-tim manajemen profesional menggantikan upaya entrepreneurial individual dan rentang penuh perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan pengawasan menjadi krusial untuk pertumbuhan kemudian. Ini merupakan tahapan transisi kritikal bagi sang entrepreneur. (dalam Winardi, 2008, p. 66)

2.7. Hubungan Antar Konsep

Pada usaha kecil sangat penting bagi pemilik perusahaan (entrepreneur) untuk dapat memimpin perusahaan dengan baik serta dapat mengembangkan perusaahaan hingga mencapai tujuan dan level yang lebih tinggi. Pada sebagian besar usaha kecil pemilik juga sekaligus berperan menjadi seorang pemimpin. Oleh sebab itu untuk dapat bertahan di dalam pasar serta agar perusahaan dapat berkembang maka, pemilik sekaligus pemimpin perusahaan harus memberikan atau memikirkan inovasi-inovasi yang dapat memberikan kelebihan bagi produk-produk perusahaan untuk dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain yang bergerak pada industri yang sama. Dengan adanya aspek-aspek entreprenurial leadership yang ditanamkan pada pemimpin serta pemilik perusahaan maka perusahaan dapat berkembang dengan baik.

(25)

2.8. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1. Kerangka pemikiran Sumber : Winardi, 2008, p. 61 – 66.

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, dapat dilihat bahwa :

a. Panah satu garis merupakan hubungan dimensional yang menjelaskan tentang fenomena-fenomena yang terjadi serta kelompok-kelompok apa saja yang mempengaruhi fenomena tersebut.

b. Panah satu arah merupakan hubungan kausal / sebab - akibat dimana faktor yang satu dapat menyebabkan / berakibat bagi faktor yang lainnya. Dan hal ini menyebabkan munculnya dimensi-dimensi Entrepreneurial

Leadership yang dapat diukur melalui Innovativeness, Pengambilan

Risiko, Proactiveness, Competitive Aggresiveness, dan Autonomy. Selain itu adapula dimensi-dimensi perkembangan usaha kecil yang dapat diukur melalui periode pre-startup, startup, dan growth.

Usaha Kecil pada Industri Kreatif di Jawa Timur

Sikap dan Penilaian Pemilik Perusahaan tentang

Entrepreneurial Leadership

Perkembangan Usaha Kecil berdasarkan Tahapan Perkembangan Perusahaan 1. Innovativeness 2. Risk Taking 3. Proactiveness 4. Competitive Agressiveness 5. Autonomy

1. Pre Start-Up Stage 2. Start-Up stage 3. Growth Stage

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka pemikiran   Sumber : Winardi, 2008, p. 61 – 66.

Referensi

Dokumen terkait

 Walau pun sedang menjalani pemeriksaan bersama dengan seseorang dari departemen lain, pihak luar atau bahkan presiden sekali pun atau setiap orang yang pada

Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah kerja Puskesmas yang pada saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan mempunyai satu atau lebih risiko gangguan kesehatan reproduksi

Melalui koswer yang dibangunkan, pihak Kementerian Pendidikan Malaysia (KPM) dapat menjadikan koswer ini sebagai salah satu bahan yang boleh disyorkan di sekolah bagi

Ri R in ng gk ka as sa an n S Se es si i Introduction 10 menit Menyampaikan latar belakang, tujuan dan hasil belajar, sert langkah- langkah kegiatan Mengingatkan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis varian data gabungan 21 klon terhadap karakter pembungaan, jumlah buah dan pertunasan menunjukkan bahwa faktor genotipe memiliki

meningkatkan keseimbangan yang diukur dengan tes Jangkauan Fungsional ke Depan (JFD) secara bermakna pada wanita usila di Wreda Rineksa Kelurahan Kelapa Dua

Kelompok sosial adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang telah mengadakan interakasi sosial yang cukup intensif dan teratur sehingga