• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PERMUKIMAN BARU PADA PERKEMBANGAN WILAYAH SEKITAR DESA SOYA KECAMATAN SIRIMAU KOTA AMBON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAMPAK PERMUKIMAN BARU PADA PERKEMBANGAN WILAYAH SEKITAR DESA SOYA KECAMATAN SIRIMAU KOTA AMBON"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PERMUKIMAN BARU PADA

PERKEMBANGAN WILAYAH SEKITAR

DESA SOYA KECAMATAN SIRIMAU

KOTA AMBON

Arthur R. Parera¹), Purwanita Setijanti²), Heru Purwadio³)

1) Mahasiswa Pasca Sarjana FTSP ITS Surabaya Indonesia 6011, email : arthurparera@yahoo.co.id 2) Dosen Pasca Sarjana FTSP ITS Surabaya Indonesia 6011, email : psetijanti@arch.its.ac.id

3) Dosen Perencanaan Wilayah Kota ITS Surabaya Indonesia, email : heru@urplan.its.ac.id ABSTRAK

Kerusuhan akibat konflik sosial yang terjadi di Kota Ambon pada tahun 1999 telah mengakibatkan perubahan yang cukup besar, terutama pada kondisi perumahan dan permukiman. Diantaranya terjadi kerusakan pada fasilitas sosial, fasilitas umum dan prasarana sarana kota. Pasca konflik, para pemukim tidak ingin lagi kembali ketempat asal, karena trauma dengan konflik tersebut. Oleh Pemerintah Kota Ambon diambil kebijakan relokasi ketempat yang baru, yaitu permukiman baru di Desa Soya Kecamatan Sirimau Kota Ambon. Relokasi ke permukiman baru yang dilakukan ini selain untuk mencegah konflik baru juga bermaksud menata kawasan ini agar menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya. Namun demikian permukiman baru ini memberikan dampak yang berpengaruh pada kawasan sekitar, seperti tumbuhnya permukiman-permukiman ikutan di sekitarnya. Perlu adanya suatu usaha pengembangan wilayah untuk mencapai tujuan yang menguntungkan bagi wilayah itu sendiri maupun bagi kesatuan administratif dimana wilayah itu menjadi bagiannya.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, sedang analisa dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap pertama menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi dampak pengembangan kawasan dengan menggunakan metode analisa faktor pembobotan (factor scoring). Tahap kedua menganalisa dampak pengembangan kawasan permukiman dengan menggunakan metode analisa matriks interaksi Leopold. Tahap ketiga adalah merumuskan suatu strategi pengembangan kawasan di sekitar permukiman baru dengan menggunakan metode analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats).

Hasil analisa strategi yang didapat adalah : pengaturan terhadap ketinggian lahan, intensitas aktivitas yang berkembang, prasarana pendukung, serta daerah sekitar seperti daerah permukiman agar dalam pengembangannya tidak mengalami hambatan fisik maupun hambatan dengan wilayah lain.

(2)

NEW SETTLEMENT IMPACT ON REGION

GROWTH AROUND THE SOYA VILLAGE

DISTRICTS OF SIRIMAU AMBON CITY

Arthur R. Parera¹), Purwanita Setijanti²), Heru Purwadio³)

1) Mahasiswa Pasca Sarjana FTSP ITS Surabaya Indonesia 6011, email : arthurparera@yahoo.co.id 2) Dosen Pasca Sarjana FTSP ITS Surabaya Indonesia 6011, email : psetijanti@arch.its.ac.id

3) Dosen Perencanaan Wilayah Kota ITS Surabaya Indonesia, email : heru@urplan.its.ac.id

ABSTRACT

Social conflict in Ambon in 1999 has resulted substantial changes, especially in housing and settlement conditions. Including damage to the social, public, and city infrastructure and facilities of the city. After the conflict, no settlers wanted to return to their original place because of trauma to the conflict. Relocation policy in camed on by Ambon city goverment to a new relocation, in Soya village District of Sirimau Ambon City. Relocate to do than to prevent a new conflict area and set to be better than the previous situation. However, the new settlement causes great impact to the surrounding area, such as the follow-up settlements development around the new settlements. Thus there is need for a regional development efforts to achieve goals that benefit the region itself and for the administrative unit in which the region became part of it.

This is a descriptive research with a qualitative approach, the analysis was done through several stages. The first phase analyze factors that influence the development of regional impact by using factor analysis, method of weighting (scoring factor). The second phase is analyze the impact of settlements development using Leopold matrix interactions method and the third phase is to formulate a development strategy around the new settlement by using a SWOT analysis (Strength, Weakness, Opportunities, Threats).

Analysis results obtained strategies are: setting the height of land, growing intensity of activity, supporting infrastructure, as well as surrounding areas such as residential areas so that the development does not have physical barriers or obstacles in other areas.

(3)

I. PENDAHULUAN

Terjadinya kerusuhan akibat konflik sosial di Kota Ambon pada tahun 1999 telah mengakibatkan perubahan yang cukup besar terutama pada kondisi perumahan dan permukiman. Hal tersebut masih dapat dilihat dari kerusakan pada fasilitas sosial, fasilitas umum dan prasarana serta sarana kota. Ruang kota yang mewadahi aktifitas masyarakat telah banyak mengalami pergeseran fungsi pada masa-masarecovery (pemulihan pasca konflik).

Dampak dari konflik ini pemukim tidak ingin kembali ketempat asal mereka yang semula, diakibatkan oleh trauma dengan konflik tersebut. Pemukim yang tidak ingin kembali ketempat asal mereka oleh Pemerintah Kota Ambon dilakukan relokasi ke permukiman yang baru. Kebijakan relokasi ke permukiman baru ditempuh pemerintah kota selain untuk menata kawasan ini juga mencegah terjadinya konflik baru dan menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya.

Pada tahun 2006 kebijakan relokasi ini sudah mulai dilaksanakan, tahun itu pula relokasi ke permukiman baru tersebut dilaksanakan di desa Soya Kecamatan Sirimau Kota Ambon (Gambar 1.1). Pemerintah daerah Kota Ambon menindaklanjuti dengan pemberian kavling seluas 120 m²/KK ditambah pembangunan rumah 30 m2 (tiang kayu dan atap zeng) serta dilengkapi sertifikat kepemilikan bangunan. Keadaan yang demikian tampak pada kondisi permukiman serta kehidupan pemukim pascarelokasi.

Relokasi ke permukiman baru di desa Soya ini juga menimbulkan dampak yang cukup berpengaruh pada pengembangan kawasan sekitarnya. Dengan adanya permukiman baru ini muncul secara sporadis permukiman-permukiman di kawasan sekitar permukiman baru yang tidak teratur dan bertambah padat.

Gambar 1.1. Peta Kawasan Prarelokasi dan Pascarelokasi (Sumber : Google, Agustus 2009)

Dari latar belakang penelitian di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yang digunakan sebagai dasar kajian dalam penelitian ini yaitu : apakah aktivitas pengembangan wilayah sekitar permukiman baru di desa Soya sesuai dengan daya dukung lahannya? dan pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan penelitian yang perlu dijawab dalam penelitian ini berupa rumusan strategi pengembangan wilayah sekitar permukiman baru yang sesuai dengan daya dukung lahan desa Soya Kecamatan Sirimau Kota Ambon

Berdasarkan permasalahan yang ada maka tujuan dari penelitian ini adalah merumuskan strategi pengembangan wilayah sekitar permukiman baru yang sesuai dengan karateristik lahan desa Soya Kecamatan Sirimau Kota Ambon.

Wilayah desa Soya secara geografis berada pada Kecamatan Sirimau, sebagai satu kesatuan wilayah yang saling berinteraksi dan mempengaruhi perkembangan Kota Ambon. Luas wilayah desa Soya adalah 59,65 Km² sedangkan luas Kecamatan Sirimau adalah 86,82 Km². Prarelokasi di Desa Batu Merah Pascarelokasi di desa Soya

(4)

Sedangkan secara mikro sesuai dengan kajian penelitian ini meliputi perkembangan permukiman baru yang berdampak pada wilayah sekitarnya (Gambar 1.2). Dengan demikian unit analisa wilayah yang digunakan adalah kecamatan. Wilayah ini dipilih di samping karena kondisi wilayahnya yang berada pada pusat Kota Ambon, namun di sisi lain wilayah desa Soya memiliki kedekatan dengan Kota Ambon secara fisik.

Gambar 1.2.Permukiman Baru dan Wilayah Sekitarnya (Sumber : Google, Agustus 2009)

II. KAJIAN TEORI 2.1. Konsep Pengembangan Wilayah.

Dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional. Menurut Rustiadi, et al. (2006) wilayah dapat didefinisikan sebagai unit geografis dengan batas-batas spesifik tertentu dimana komponen-komponen wilayah tersebut satu sama lain saling berinteraksi secara fungsional. Sehingga batasan wilayah tidaklah selalu bersifat fisik dan pasti tetapi seringkali bersifat dinamis.

Komponen-komponen wilayah mencakup komponen biofisik alam, sumberdaya buatan (infrastruktur), manusia serta bentuk-bentuk kelembagaan. Dengan demikian istilah wilayah menekankan interaksi antar manusia dengan sumberdaya-sumberdaya lainnya yang ada di dalam suatu batasan unit geografis tertentu.

Konsep wilayah yang paling klasik (Hagget, Cliff dan Frey, 1977 dalam Rustiadi et al., 2006) mengenai tipologi wilayah, mengklasifikasikan konsep wilayah ke dalam tiga kategori, yaitu: (1) wilayah homogen (uniform/homogenous region); (2) wilayah nodal (nodal region); dan (3) wilayah perencanaan (planning region atau programming region). Sejalan dengan klasifikasi tersebut, (Glason, 1974 dalam Tarigan, 2005) berdasarkan fase kemajuan perekonomian mengklasifikasikan region/wilayah menjadi : 1). fase pertama yaitu wilayah formal yang berkenaan dengan keseragaman/homogenitas. Wilayah formal adalah suatu wilayah geografis yang seragam menurut kriteria tertentu, seperti keadaan fisik geografi, ekonomi, sosial dan politik. 2). fase kedua yaitu wilayah fungsional yang berkenaan dengan koherensi dan interdependensi fungsional, saling hubungan antar bagian-bagian dalam wilayah tersebut. Kadang juga disebut wilayah nodal atau polarized region dan terdiri dari satuan-satuan yang heterogen, seperti desa-kota yang secara fungsional saling berkaitan. 3). fase ketiga yaitu wilayah perencanaan yang memperlihatkan koherensi atau kesatuan keputusan-keputusan ekonomi.

(5)

Menurut Rustiadi, et al (2004) wilayah adalah satu kesatuan unit geografis yang antar bagiannya mempunyai keterkaitan secara fungsional. Wilayah berasal dari bahasa Arab “wala-yuwali-wilayah” yang mengandung arti dasar “saling tolong menolong, saling berdekatan baik secara geometris maupun similarity”. Contohnya: antara supply dan demand, hulu-hilir. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan pewilayahan (penyusunan wilayah) adalah pendelineasian unit geografis berdasarkan kedekatan, kemiripan, atau intensitas hubungan fungsional (tolong menolong, bantu membantu, lindung melindungi) antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. Wilayah Pengembangan adalah pewilayahan untuk tujuan pengembangan/pembangunan/development. Tujuan-tujuan pembangunan terkait dengan lima kata kunci, yaitu: (1) pertumbuhan; (2) penguatan keterkaitan; (3) keberimbangan; (4) kemandirian; dan (5) keberlanjutan.

Pembangunan merupakan upaya yang sistematik dan berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik. Sedangkan pembangunan wilayah dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan wilayah yang mencakup aspek-aspek pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan yang berdimensi lokasi dalam ruang dan berkaitan dengan aspek sosial ekonomi wilayah. Pengertian pembangunan dalam sejarah dan strateginya telah mengalami evolusi perubahan, mulai dari strategi pembangunan yang menekankan kepada pertumbuhan ekonomi, kemudian pertumbuhan dan kesempatan kerja, pertumbuhan dan pemerataan, penekanan kepada kebutuhan dasar (basic need approach), pertumbuhan dan lingkungan hidup, dan pembangunan yang berkelanjutan (suistainable development).

Pendekatan yang diterapkan dalam pengembangan wilayah di Indonesia sangat beragam karena dipengaruhi oleh perkembangan teori dan model pengembangan wilayah serta tatanan sosial-ekonomi, sistim pemerintahan dan administrasi pembangunan. Pendekatan yang mengutamakan pertumbuhan tanpa memperhatikan lingkungan, bahkan akan menghambat pertumbuhan itu sendiri (Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2002). Pengembangan wilayah dengan memperhatikan potensi pertumbuhan akan membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan melalui penyebaran penduduk lebih rasional, meningkatkan kesempatan kerja dan produktifitas (Mercado dalam Mulyanto, 2008).

Menurut Direktorat Pengembangan Kawasan Strategis, Ditjen Penataan Ruang, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2002) prinsip-prinsip dasar dalam pengembangan wilayah adalah :

1. Sebagaigrowth center

Pengembangan wilayah tidak hanya bersifat internal wilayah, namun harus diperhatikan sebaran atau pengaruh (spread effect) pertumbuhan yang dapat ditimbulkan bagi wilayah sekitarnya, bahkan secara nasional.

2. Pengembangan wilayah memerlukan upaya kerjasama pengembangan antar daerah dan menjadi persyaratan utama bagi keberhasilan pengembangan wilayah.

3. Pola pengembangan wilayah bersifat integral yang merupakan integrasi dari daerah-daerah yang tercakup dalam wilayah melalui pendekatan kesetaraan.

4. Dalam pengembangan wilayah, mekanisme pasar harus juga menjadi prasyarat bagi perencanaan pengembangan kawasan.

Dalam pemetaan strategic development region, satu wilayah pengembangan diharapkan mempunyai unsur-unsur strategis antara lain berupa sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan infrastruktur yang saling berkaitan dan melengkapi sehingga dapat dikembangkan secara optimal dengan memperhatikan sifat sinergisme di antaranya (Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2002).

(6)

2.2. Daya Dukung Lahan

Batasan pengertian daya dukung lahan yaitu kemampuan sebidang lahan dalam mendukung kehidupan manusia (Soemarwoto, 2000). Sedangkan menurut Notohadiprawiro (1999) daya dukung lahan (land carrying capacity) dinilai menurut ambang batas kesanggupan lahan sebagai suatu ekosistem menahan keruntuhan akibat dampak penggunaan. Segala definisi konsep daya dukung harus menunjukkan spesifikasi mengenai (1) aras (level) penggunaan lahan yang akan meluangkan (2) pemeliharaan secara sinambung suatu aras mutu lingkungan tertentu dalam (3) suatu aras tujuan pengelolaan tertentu yang ditetapkan dengan mengingat (4) biaya pemeliharaan mutu sumber daya pada suatu aras yang akan (5) mendatangkan kepuasan pengguna sumberdaya (disadur dari kumpulan makalah (Notohadiprawiro, 1999) dalam seminar penyusunan kriteria kerusakan tanah/lahan). Makna daya dukung bermacam-macam tergantung pada kepuasan yang ingin diperoleh pengguna lahan. Ada daya dukung menurut ukuran estetika, rekreasi, hayati, ekologi, ekonomi, fasilitas, sosial, psikologi, dan kehidupan margasatwa. Daya dukung lahan berkenaan dengan kelayakan lahan.

Azas mengatur penggunaan lahan atau lingkungan berdasarkan makna daya dukung lahan (lingkungan) dibagankan pada gambar 2.3 kemantapan lahan selaku sistem digambarkan sebagai fungsi ketahanan sistem dan usikan penggunaan. Garis diagonal putus-putus menunjukkan ambang batas keadaan lingkungan goyah, berarti merupakan kedudukan titik-titik keseimbangan antara daya tahan lingkungan dan daya usik kegiatan penggunaan lingkungan yang menimpa lingkungan.

Penggunaan lahan di atas garis diagonal menjamin sepenuhnya keselamatan lahan karena intensitas penggunaan lahan lebih rendah daripada aras ketahanan lahan. Akan tetapi pemanfaatan lahan menjadi tidak efektif. Penggunaan lahan dibawah garis diagonal menimbulkan resiko besar meruntuhkan lahan karena aras intensitas penggunaan melampaui aras ketahanan lahan. Makin jauh kedudukan penggunaan lahan di atas garis optimum, jaminan keselamatan lahan makin besar, akan tetapi efektivitas penggunaannya makin rendah. Makin jauh kedudukan penggunaan lahan di bawah garis optimum, resiko kerusakan lahan makin tinggi.

Gambar 2.1.Kemantapan Lingkungan sebagai Fungsi Tahanan dan Usikan (Sumber : Notohadiprawiro, 1993). Keterangan:

A : Penggunaan aman, akan tetapi tidak efektif, agar efektif digeser ke garis optimum lewat jalur 1 (dipindahkan ke tempat lain yang tahanannya lebih rendah) atau lewat jalur 2 (intensitas penggunaan ditingkatkan)

B : Penggunaan berisiko, agar aman digeser ke garis optimum lewat jalur 1 (dipindahkan ke tempat lain yang tahanannya lebih tinggi) atau lewat jalur 2 (intensitas penggunaan diturunkan)

Selain itu menurut Notohadiprawiro, (1993) ada dua ukuran harkat lahan yaitu kemampuan dan kesesuaian lahan. Dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan manusia,

Wilayah mantap Wilayah goyah A 2 1 B 1 2 T a h a n a n Usikan Manusia Tidak efisien Ambang batas

(7)

kemampuan dan kesesuaian lahan terjabarkan masing-masing menjadi daya dukung dan kemanfaatan lahan. Kemampuan lahan adalah mutu lahan yang dinilai secara menyeluruh untuk tiap penggunaan lahannya. Dengan kata lain, nilai kemampuan berbeda untuk penggunaan yang berbeda. Ada dua macam pengertian kemampuan lahan, yang satu bersifat pembawaan yaitu kemampuan aktual merupakan pernyataan watak dan perilaku hakiki lahan, dan yang lain bersifat potensi buatan (acquired) yaitu kemampuan potensial merupakan kemampuan yang timbul dari tanggapan atas kemampuan tersebut.

Dengan menghadapkan daya dukung lahan sebagai suatu ungkapan penawaran lahan pada keperluan, kepentingan dan keinginan manusia sebagai suatu ungkapan permintaan pengguna, diperoleh nilai kesesuaian lahan menunjukkan suatu mutu lahan yang berkenaan dengan imbangan permintaan dengan penawaran dalam suatu lingkup kepentingan khusus. Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu jenis lahan tertentu untuk suatu macam penggunaan tertentu. Sehingga kesesuaian lahan merupakan spesifikasi kemampuan lahan. Tingkat kesesuaian, berarti imbangan tingkat pemanfaatan dengan daya dukung lahan, menjadi ukuran kelayakan penggunaan lahan. Lahan digunakan secara layak dalam hal daya dukungnya dimanfaatkan sepenuhnya. Tata ruang memenuhi kriteria kesesuaian lahan, dan wawasan lingkungan serta wawasan ekonomi bila diterapkan secara bersama-sama. Penggunaan lahan di bawah kelayakan memang memenuhi kriteria kesesuaian (menghemat penggunaan lahan), akan tetapi wawasan ekonomi diabaikan. Potensi ekonomi lahan tidak dimanfaatkan sepenuhnya. Pemanfaatan melampaui ukuran kelayakan berarti melanggar kedua kriteria tata guna lahan, yaitu kesesuaian dan wawasan lingkungan. Dalam hal ini penggunaan lahan terpaksa disubsidi dengan bahan dan energi banyak berupa teknologi mahal. Sehingga lahan digunakan secara tidak efisien dan menjadi suatu sistem yang mantap semu (metastable). Kemaujudan penggunaan lahan mutlak bergantung pada dukungan teknologi besar-besaran karena satu dan lain hal, keseluruhan sistem akan runtuh. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut.

Gambar 2.2. Bagan Kemampuan, Daya Dukung, Kesesuaian, Kemanfaatan, Dan Kelayakan Lahan dalam Tata Guna Lahan (Sumber : Notohadiprawiro, 1993)

Sehingga berdasarkan bagan tersebut dapat diketahui bahwa daya dukung lahan dipengaruhi oleh kemampuan lahan dan berpengaruh terhadap kesesuaian lahan sehingga akhirnya daya dukung lahan berkenaan dengan kelayakan lahan. Kelayakan penggunaan lahan ditentukan oleh faktor-faktor biofisik yang merupakan ciri-ciri hakiki lahan yang diujudkan oleh alam lewat proses-proses pembentukan lahan dan tanah. Tampakan biofisik tersusun atas sejumlah sifat antara lain kedalaman tanah, warna tanah, tekstur dan struktur tanah, konsistensi tanah, gerakan udara dan air dalam tanah, kedalaman air tanah, keadaan edafon, potensial redoks tanah, kemasaman dan alkalinitas tanah dan air tanah, keadaan kimiawi yang

Manusia Sumberdaya Daya dukung Kemanfaatan Kemampuan Kesesuaian Kelayakan Lewat daya dukung Di bawah daya dukung Sepadan daya dukung Keperluan Kepentingan keinginan Tehnologi

(8)

merugikan, dan faktor-faktor tapak antara lain keadaan topografi, lereng, kerentanan terhadap erosi air dan angin serta terhadap penggenangan, tingkat kebasahan, vegetasi, dan keadaan iklim. Beberapa sifat dan keadaan lahan dengan rekayasa dapat diubah sampai tingkat tertentu menjadi lebih memenuhi kebutuhan, akan tetapi secara keseluruhan sifat dan keadaan yang dijumpai harus diterima sebagaimana adanya.

Hal ini seperti diungkapkan oleh (Sitorus, 1985) dimana kemampuan lahan dikelompokkan dalam enam kategori umum sebagai berikut: (1) kemampuan beradaptasi lahan, (2) produktivitas lahan, (3) bahaya areal, (4) tehnologi tersedia, (5) kelayakan penggunaan lahan sebagai akibat adanya teknologi, kebijakan pemerintah, dan keadaan alami dari lokasi, (6) kemampuan yang dikelaskan, termasuk didalamnya sifat-sifat tanah, iklim, biotik atau genetik, fisiografik dan budaya.

Sedangkan menurut Direktorat Tata Guna Tanah, Departemen dalam Negeri menggunakan delapan faktor penilai yaitu (1) lereng, (2) kedalaman efektif, (3) tekstur, (4) drainase, (5) erosi, (6) gambut, (7) tutupan batuan, dan (8) kegaraman.

Dari berbagai definisi dan kategori diatas dapat dilihat bahwa daya dukung lahan tidak dapat dipisahkan dengan kesesuaian lahan dan kemampuan lahan, karena dalam daya dukung lahan terdapat kekuatan lahan menopang aktivitas di atasnya (daya topang) yang dipengaruhi oleh kemampuan lahan dan kapasitas lahan dalam menampung aktivitas yang ada (daya tampung) yang dipengaruhi oleh kesesuaian penggunaan lahan. Sehingga klasifikasi kemampuan lahan (land capacity classification) merupakan penilaian komponen-komponen lahan secara sistematik dan pengelompokkannya ke dalam beberapa kategori berdasarkan sifat-sifat yang merupakan potensi dan penghambat dalam rangka penggunaan lahan secara lestari. Klasifikasi kesesuaian lahan adalah proses penilaian dan pengelompokkan lahan dalam arti kesesuaian absolut lahan bagi suatu penggunaan tertentu. Jadi kemampuan dipandang sebagai kapasitas lahan itu sendiri untuk tingkat penggunaan umum, sedangkan kesesuaian dipandang sebagai kenyataan adaptabilitas (kemungkinan penyesuaian) sebidang lahan bagi suatu macam penggunaan tertentu, sehingga sebenarnya tidak terdapat perbedaan yang esensial antara kemampuan lahan dan kesesuaian lahan.

2.3. Strategi Pengembangan Wilayah.

Keanekaragaman informasi dari suatu kegiatan akan memberikan banyak peluang dalam menentukan suatu strategi perencanaan atau pengembangan. Salah satu analisis yang dapat digunakan dalam membuat suatu strategi adalah Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats). Rangkuti (2001:18-19) menyatakan bahwa analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi, analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threaths).

Analisis SWOT mempertimbangkan faktor lingkungan internal strengths dan weaknesses serta lingkungan eksternal opportunities dan threats yng dihadapi. Analisis SWOT membandingkan antara faktor-faktor internal dan eksternal sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi (Marimin, 2004: 58). Menurut Kuncoro (2006: 51), pada dasarnya alternatif strategi yang diambil harus diarahkan pada usaha untuk menggunakan kekuatan dan memperbaiki kelemahan, memanfaatkan peluang-peluang, serta mengantisipasi ancaman.

Selanjutnya Rangkuti (2001: 21) menyatakan bahwa proses penyusunan perencanaan strategis melalui tiga tahap analisis yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis dan tahap pengambilan keputusan. Tahap pengumpulan data merupakan suatu kegiatan pengumpulan

(9)

data tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis, pada tahap ini data dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal. Model yang digunakan dalam tahap ini terdiri dari tiga yaitu matrik faktor strategi eksternal, matrik faktor strategi internal dan matrik profil kompetitif. Matrik faktor strategi ekternal akan diketahui dengan menyusun EFAS (ekternal strategic factors analysis summary), sedangkan matrik faktor strategi internal dapat diketahui dengan menyusun IFAS (internal strategic factors analysis summary). Tahap Analisis dapat dimulai setelah faktor-faktor strategis diketahui melalui EFAS dan IFAS, maka disusunlah matrik SWOT.

“Guidelines for Preparation of Corporate Plan by Indonesian Regional Drinking Water Enterprises (PDAMs)” yang disiapkan oleh proyek kerjasama Pemerintah Indonesia (Bappenas, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Dalam Negeri dan Departemen Keuangan) dengan World Bank (1995) dalam http://www.performorid.04, mengadopsi Analisis SWOT tanpa pemberian skor. Kelemahan metode ini ialah pemetaan posisi organisasi terhadap lingkungannya sukar untuk dilakukan. Dengan demikian, dari identifikasi faktor-faktor peluang, ancaman, kekuatan dan kelmahan hanya dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan sasaran-sasaran dan perumusan strategi. Kelebihan metode ini ialah mengurangi bias pembobotan dan pemeringkatan faktor-faktor kunci eksternal dan internal serta persepsi yang kurang tepat dalam melihat posisi organisasi terhadap lingkungannya sebagai sesuatu yang final dan statis. Sebagaimana halnya dalam analisis kuantitatif dalam bidang non-eksakta pada umumnya, pada pendekatan kuantitatif/pemberian skor dalam Analisis SWOT dilakukan reduksi dan simplifikasi, sehingga kuantifikasi atau pembobotan dan rating terhadap sejumlah faktor yang pada dasarnya mempunyai sifat yang kompleks yang sukar untuk diukur tidak sepenuhnya dapat mewakili karakter faktor tersebut atau nilai komparatifnya terhadap faktor yang lain. Karena itu sekalipun bermanfaat, adanya bias pada hasil analisis kuantitatif untuk bidang-bidang non-eksakta tidak bisa dihindarkan. Adakalanya, semakin kompleks pendekatan yang digunakan semakin besar bias yang dihasilkan. Oleh karena itu dalam melakukan Analisis SWOT dengan atau tanpa pemberian skor perlu mempertimbangkan dengan seksama kekuatan dan kelemahan kedua pendekatan tersebut.

III. METODE

Metode pembobotan (factor scoring) merupakan suatu teknik dalam menganalisis data dengan membuat suatu nilai terhadap keadaan yang ada, dan disusun menurut ranking yang telah dibuat sebelumnya. Variabel yang akan dinilai sesuai dengan variabel yang telah ditentukan.

Dalam mengevaluasi dampak yang terjadi terhadap daya dukung lahan dengan menggunakan metode matriks interaksi Leopold. Metode ini dirancang untuk menganalisis dampak lahan pada berbagai pembangunan konstruksi/pengembangan pada suatu wilayah.

Dalam SWOT terdapat dua faktor yang sangat penting yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan elemen-elemen/komponen wilayah desa Soya Kecamatan Sirimau dalam pengembangan wilayanya, khususnya yang terkait dengan daya dukung lahan dan pengolahan lahan, fisik dan pelayanan transportasi serta sistem kota dalam konteks pengembangan wilayah

Dengan demikian strategi yang dirumuskan adalah Strategi SO, yaitu memanfaatkan kekuatan wilayah yang dimiliki untuk mengembangkan kawasan dimasa yang akan datang. Strategi WO adalah melihat kelemahan yang ada dengan mempertimbangkan peluang di masa yang akan datang. Strategi ST adalah memanfaatkan kekuatan untuk mengurangi hambatan di masa yang akan datang. Strategi WT yaitu didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive

(10)

dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman di masa yang akan datang. maka disusunlah matrik SWOT.

Tabel 3.1.Matriks SWOT dan Kemungkinan Strategi yang Sesuai.

(Sumber : Rangkuti, 2001).

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN.

4.1. Analisa Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dampak Permukiman Baru Pada Perkembangan Wilayah Sekitar Desa Soya.

Kondisi eksisting pola pemanfaatan ruang pada daerah pengembangan kawasan permukiman berguna untuk mengetahui kapasitas lahan menampung aktivitas masyarakat pada kawasan sekitar permukiman baru. Dari tujuan tersebut maka dilakukan sub analisis tentang aktivitas masyarakat pada kawasan permukiman baru, pola pemanfaatan lahan dan prasarana sarana pendukung pengembangan kawasan. Dalam setiap analisa yang diuraikan mempunyai hasil berupa skor penilaian berskala 1-4 (1, tidak berpengaruh, skor 25%), (2, kurang berpengaruh, skor 50%), (3, berpengaruh, skor 75%) dan (4, Sangat berpengaruh, skor 100%).

Untuk mengetahui tingkat daya dukung lahan pada wilayah sekitar permukiman baru baik dilihat dari kekuatan lahan menopang aktivitas pemukim maupun kapasitas lahan dalam menampung aktivitas pemukim. Untuk menghasilkan tingkat daya dukung lahan pada kawasan sekitar permukiman baru dilakukan dengan cara menggabungkan membuat skor terhadap variabel-variabel yang ada. Karena kriteria-kriteria daya dukung lahan pada wilayah sekitar permukiman baru ditentukan oleh variabel-variabel dalam analisa ini.

Cara penilaian tiap variabel dengan mencari nilai tertinggi dari 9 variabel penilaian dikalikan dengan skor nilai tertinggi yaitu 4 sehingga menghasilkan nilai 36; sedangkan untuk nilai terendah didapat dari 9 variabel penilaian dikalikan skor nilai terendah yaitu 1, sehingga menghasilkan nilai 9. Agar mempunyai nilai berskor 100 sehingga dihasilkan perhitungan sebagai berikut :

• Untuk nilai tertinggi yaitu 36 :

• Untuk nilai terendah yaitu 9 :

Dari teknik penilaian tersebut bila diterapkan dalam perhitungan untuk melihat tingkat daya dukung lahan pada wikayah sekitar permukiman baru, sehingga menghasilkan pembobotan yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

STRENGTHS WEAKNESSES

STRATEGI (SO) STRATEGI (WO)

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI (ST) STRATEGI (WT)

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk

mengatasi ancaman

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

OPPORTUNITIES THREATS IFAS EFAS 100 36 x --- = 100 36 100 9 x --- = 25 36

(11)

Tabel 4.1.Hasil Skor Faktor Yang Mempengaruhi Dampak

(Sumber : Hasil olah data, 2009)

Berdasarkan tabel di atas maka agar dapat dihitung tingkat daya dukung lahan kawasan sekitar permukiman baru, sebagai berikut :

• Daya dukung lahan rendah jika, total skornya antara 25 - 49

• Daya dukung lahan sedang jika, total skornya antara 50 - 74

• Daya dukung lahan tinggi jika, total skornya antara 75 - 100

Dari hasil tersebut dapat dilihat berdasarkan kriteria yang telah dibuat sehingga pada pengembangan wilayah sekitar permukiman baru mempunyai tingkat daya dukung lahan yang tinggi (88.89) karena nilainya di antara range skor 75-100.

Dengan mempunyai tingkat daya dukung lahan kawasan yang tinggi, maka pada wilayah tersebut masih layak untuk dikembangkan, tetapi perlu pembenahan dalam berbagai hal yang menjadi faktor penghambat kelancaran aktivitas pengembangan pada wilayah yang ada. Faktor-faktor penghambat tersebut dapat dilihat dari sedikitnya skor yang didapat pada tiap variabel penilai oleh wilayah sekitar dan permukiman.

4.2. Analisa Dampak Yang Terjadi Terhadap Lahan Akibat Adanya Permukiman Baru Pada Perkembangan Wilayah Sekitar Desa Soya.

Dalam analisa ini dampak yang akan dibahas yaitu dampak dari aspek fisik lahan. Sehingga analisis ini merupakan analisa lanjutan dari analisa sebelumnya mengenai analisa tingkat daya dukung lahan yang mempunyai hasil nilai tinggi untuk pengembangan wilayah sekitar permukiman baru yang berkembang di desa Soya Kecamatan Sirimau.

Selain itu analisa ini merupakan penjelasan dari analisa sebelumnya, dimana aspek komponen lahan apa saja yang terkena dampak akibat adanya permukiman baru pada perkembangan wilayah sekitar.

Untuk lebih jelasnya dalam analisa ini terdapat tabel yang menjelaskan hubungan antara aktivitas masyarakat dengan komponen daya dukung lahan melalui matriks interaksi Leopold. Dalam matriks tersebut terdapat penilaian terhadap keadaan komponen daya dukung lahan, kepentingan komponen daya dukung lahan, keadaan kualitas lahan, dan tafsiran

No. Variabel Penilaian Macam Penilaian Skor Keterangan 1 Lahan Terbangunan sudah 100% dari luas lahan yang ada 4 Sangat Berpengaruh 2 Ruang Terbuka Hijau sudah 100% dari luas lahan yang ada 4 Sangat Berpengaruh 3 Fasilitas Umum dan Sosial sudah 75% dari luas lahan 3 Berpengaruh 4 Prasarana Listrik sudah melayani 75% dari masyarakat 3 Berpengaruh 5 Prasarana Drainase sudah terpenuhi 75% dari luas lahan 3 Berpengaruh 6 Prasarana Air Bersih sudah melayani 100% dari masyarakat 4 Sangat Berpengaruh 7 Prasarana Persampahan sudah 100% dari kebutuhan masyarakat 4 Sangat Berpengaruh 8 Prasarana Telekomunikasi mampu melayani 100% dari masyarakat 4 Sangat Berpengaruh 9 Bangkitan Transportasi meningkat 75% dari kondisi awal 3 Berpengaruh

32

Merupakan skor total dari berbagai variabel yang mempengaruhi dampak permukiman baru pada perkembangan wilayah sekitar.

TOTAL

100

32 x --- = 88.89 36

(12)

dampak yang terbagi menjadi 4 skala penilaian yaitu skornya menjadi 1(tidak berdampak), 2(kurang berdampak), 3(berdampak), dan 4(sangat berdampak).

Kemudian untuk penilaian dan identifikasi terhadap komponen daya dukung lahan dapat dipergunakan pedoman dengan menggunakan skor penilaian seperti berikut :

Tabel 4.2. Skor Penilaian Dampak

(Sumber : Hasil olah data, 2009)

Dari berbagai kondisi tiap variabel di atas baik sebelum maupun sesudah adanya aktivitas permukiman baru serta kepentingannya, bila digabungkan menjadi sebuah matrik interaksi Leopold akan menghasilkan perhitungan matriks interaksi antara komponen daya dukung lahan terhadap aktivitas pengembangan kawasan permukiman yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3. Matriks Dampak Pengembangan Wilayah Terhadap Komponen Daya Dukung Lahan.

(Sumber : Hasil olah data, 2009).

No. Macam Skor Besaran

Penilaian (%) Tafsiran 4 100 Sangat Berpengaruh 3 75 Berpengaruh 2 50 Kurang Berpengaruh 1 25 Tidak Berpengaruh 4 100 Sangat Berpengaruh 3 75 Berpengaruh 2 50 Kurang Berpengaruh 1 25 Tidak Berpengaruh 4 100 Sangat Berpengaruh 3 75 Berpengaruh 2 50 Kurang Berpengaruh 1 25 Tidak Berpengaruh 4 100 Sangat Berdampak 3 75 Berdampak 2 50 Kurang Berdampak 1 25 Tidak Berdampak 1 Keadaan Komponan Daya

Dukung Lahan

2 Kepentingan Komponan Daya Dukung Lahan

3 Keadaan Kualitas Lahan

4 Tafsiran Dampak K om p one n D aya D ukung L ahan N il ai (K d ea d aa n x M a k si m u m K ep e n ti n g an ) L ah an N il a i (M ak si m u m K ea d aa n x M a k si m u m K ep e n ti n g an ) L ah an P ro se n ta se (% ) K o lo m 4 / K o lo m 5 S k a la K u al it a s K o m p o n en L ah an T er b o b o t (A ) K o n st ru k si T ra n sp o rt a si P e n g el o la an L ah an Ju m la h N il a i S e lu ru h A k ti v it a s N il a i M a k si m u m P ro se n ta se (% ) S k al a (B ) S el is ih S k a la (B -A ) T afsir an D am p ak ( 1) ( 2) (4 ) ( 5) (6 ) ( 7) (8 ) ( 9) ( 10) ( 11 ) ( 12) ( 13) ( 14 ) ( 15 ) ( 16 ) 1 L ahan T er ban gun 3 / 2 6 2 5 2 4 2 3 /3 3/ 2 3/2 21 10 0 21 2 0 T id ak ber dam p ak pad a

kom p one n l ahan ter bang un 2 R uan g T erb uka

H ijau

4 / 3 12 2 5 4 8 3 3 /3 3/ 3 3/3 27 10 0 27 2 -1 B er dam p ak negati f pad a kom p one n r uang t erb uka hij au

3 F asilit as U m um d an Faslit as S osial

2 / 3 6 2 5 2 4 2 3 /3 3/ 3 3/3 27 10 0 27 2 0 T id ak ber dam p ak pad a kom p one n f asilit as um u m d an fasili tas so si al

4 P r asa rana L istr ik 2 / 3 6 2 5 2 4 2 3 /3 3/ 2 3/3 24 10 0 24 2 0 T id ak ber dam p ak pad a kom p one n p ra sar ana li str ik 5 P r asa rana D rain ase 3 / 4 12 2 5 4 8 3 4 /3 2/ 3 2/3 24 10 0 24 2 -1 B er dam p ak negati f pad a

kom p one n j alan d an salu ran 6 P r asa rana A i r

B ersih

2 / 4 8 2 5 3 2 2 4 /3 3/ 2 3/4 30 10 0 30 2 0 T id ak ber dam p ak p ada kom p one n p ra sar ana air ber si h

7 P r asa rana P er sa m pahan

2 / 4 8 2 5 3 2 2 3 /4 3/ 2 1/4 22 10 0 22 2 0 T id ak ber dam p ak pad a kom p one n p ra sar ana per sam paha n 8 P r asa rana

T e lekom unikasi

2 / 3 6 2 5 2 4 2 3 /3 3/ 2 3/3 24 10 0 24 2 0 T id ak ber dam p ak pad a kom p one n p ra sar ana telek om uni kasi 9 B angkit an

T r anspo rt asi

3 / 4 12 2 5 4 8 3 3 /4 3/ 4 3/4 36 10 0 36 2 -1 B er dam p ak negati f pad a kom p one n b angki tan tr anspot asi 76 9 3 66 76 2 35 2 25 22 5 2 25 22 5 90 0 3 3.8 4 1.33 2 9.3 3 3.8 2 6.1 2 .3 3 2.00 7.67 0.33 N o. R ona L ahan A w al

R on a L ahan S etelah A d anya A kti vitas P er m uki m an B ar u

E valuasi P erki raan N ilai

K e adaan L ahan

K eada an K uali tas L ahan S esudah O p er asi onal

S k a la K ea d a an K o m p o n en L a h a n /K ep en ti n g a n (3 )

Jum lah N i lai D ar i per hit ungan tsb b ahw a dam p ak adanya p erm u kim an bar u ter hadap aktv. penge m b kw s d gn kom p onen d aya duku ng lahan m enu rut per hit ungan skala ada d am pak yaitu d ari skala 2 .3 3 pd r o na aw al m enj adi 2.0 0 pad a saat adanya akt v. p engem b k ws dan bil a d ili hat pr osent asen ya ad a penu ruan an kualit as sebesar 7.67 % . N i lai M aksim u m P ro se ntase (% ) S kala S elisih (% ) S elisih Ska la

(13)

Berdasarkan perhitungan tabel di atas dapat diketahui bahwa komponen daya dukung lahan yang terkena dampak akibat adanya aktivitas permukiman baru di daerah desa Soya antara lain sebagai berikut :

1. Ruang Terbuka Hijau.

Kurangnya ruang terbuka hijau akibat dari aktivitas masyarakat pada permukiman baru, dengan sengaja membangun rumah, menebang pohon-pohon untuk kepentingan komersil maupun sebagai bahan bakar. Sehingga berakibat dari kurangnya kawasanbuffer sebagai pemisah dari wilayah permukiman dengan kawasan lain di sekitarnya yang berdampak pada adanya polusi baik polusi udara maupun kebisingan.

2. Prasarana Drainase.

Kondisi saluran akibat adanya aktivitas permukiman baru sangatlah berpengaruh sekali. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, sebagian besar prasarana drainase pada wilayah sekitar permukiman baru rusak akibat dari aktivitas masyarakat dan kendaraan yang beraktivitas keluar masuk permukiman baru. Sedangkan kondisi drainase yang ada di wilayah sekitar permukiman baru kondisinya kurang baik serta masyarakat yang membuang sampah di saluran sehingga saluran menjadi tersumbat.

3. Bangkitan Transportasi.

Meningkatnya bangkitan transportasi sebagai akibat dari aktivitas masyarakat pada permukiman baru dan wilayah sekitar yang berkembang. Dengan adanya bangkitan transportasi yang besar berdampak pada kondisi lahan terutama jalan sebagai sarana untuk menampung bangkitan transportasi tersebut. Seperti yang telah diuraikan di atas kondisi jalan di daerah sekitar permukiman baru rusak akibat tidak seimbangnya antara besarnya bangkitan transportasi yang meningkat dengan kapasitas jalan menampung kendaraan yang melewati yang dipengaruhi oleh kondisi tanah yang ada.Juga tidak adanya tempat pemberhentian terminal bagi kendaraan untuk kepentingan masyarakat yang melakukan aktivitas dari dan keluar wilayah permukiman.

Berdasarkan tabel matriks interaksi Leopold di atas dapat diketahui bahwa ada beberapa variabel daya dukung lahan yang terkena dampak dengan ditandai penurunan pada skala (1). Selain bila dilihat dari perhitungan total diketahui bahwa ada dampak aktivitas permukiman pada perkembangan wilayah sekitar terhadap komponen daya dukung lahan menurut perhitungan skala yaitu dari skala rona awal 2.33, menjadi 2.00 pada saat adanya aktivitas masyarakat pada kawasan permukiman baru di desa Soya. Sehingga yang terjadi yaitu penurunan kualitas dengan prosentase sebesar 7.67%.

4.3. Rumusan Strategi Pengembangan Wilayah Sekitar Permukiman Baru di desa Soya Strategi sektoral di atas yang mengarah pada pengelolaan aktivitas ekonomi masyarakat, maka diperlukan pula strategi spatial yakni usaha-usaha untuk menghubungkan berbagai aktivitas-aktivitas pengembangan suatu kawasan. Dalam hal ini tindakan yang mungkin dilakukan adalah untuk memperkuat hirarki pusat pengembangan kawasan khususnya permukiman berukuran menengah dan kecil yang memiliki beberapa fasilitas serta untuk meningkatkan hubungan dengan wilayah hinterlandnya ke dalam sistem ekonomi wilayah. Investasi awal fasilitas ini untuk mendukung produksi pertanian dan memenuhi kebutuhan dasar penduduk pedesaan (Rondinelli, 1985: 222)

Dari implikasi di atas maka dalam perumusan strategi pengembangan kawasan sekitar permukiman baru dianalisis dengan metode SWOT pada tabel di bawah ini :

(14)

Tabel 4.4. Strategi IFAS & EFAS

Berdasarkan analisa internal dan analisa eksternal di atas, maka disusun matriks SWOT Wilayah pengembangan kawasan sekitar permukiman baru sebagai berikut :

Tabel 4.5. Matriks SWOT Pengembangan Wilayah Sekitar Permukiman Baru di Desa Soya. Lanjutan Tabel 4.5. 1. S1. 2. W1. 3. O1. 4. S2. 5. W2. 6. O2. 7. W3. 8. T1. 9. T2.

(Sumber : Hasil olah data, 2009)

Pergerakan arus transportasi yang cukup meningkat dari luar kawasan. Kurangnya perhatian pemerintah daerah dalam pengembangan telekomunikasi pada daerah pengembangan.

PELUANG (O) ANCAMAN (T)

Perlu adanya penambahan prasarana air bersih yang dapat dipakai oleh masyarakat pada kawasan sekitar permukiman baru. Dapat dikembangkan lagi fasilitas umum & fasilitas sosial untuk kepentingan aktivitas pemukim.

Bangkitan Transportasi

Bangkitan transportasi ada pada kawasan ini masih dalam kondisi sedang. Prasarana

Telekomunikasi

Menggunakan jaringan sesuai dengan kondisi lahan dan kinerja sedang. Prasarana

Persampahan

Prasarana sampah yang ada, kondisinya baik dan perlunya dibangun TPS yang permanen.

Belum ada kesadaran pemukim dan belum optimalnya pengolahan sampah oleh pemukim. Prasarana Air

Bersih

Menggunakan prasarana & sarana air bersih yang disediakan oleh Instansi Terkait.

Prasarana Listrik Jaringan Sesuai dengan kondisi lahan dan kondisi jaringan sangat terawat & baik.

Prasarana listrik yang ada mampu melayani pemukim dalam melakukan aktivitasnya. Fasilitas Umum &

Fasilitas Sosial

Secara fisik luas desa soya 5.965 Ha untuk pemanfaatan fasilitas umum & fasilitas sosial sebesar 417,55 Ha (7%).

Ruang Terbuka Hijau

Secara fisik luas desa soya 5.965 Ha untuk pemanfaatan ruang terbuka hijau sebesar 894,75 Ha (15%).

Ruang terbuka hijau belum dioptomalkan secara baik dan benar oleh pemukim.

Prasarana Drainase Drainase pd kawasan sekitar permukiman baru masih kurang dan perlu penambahan.

Kondisi saluran yang ada masih berupa saluran tanah dan saluran yang berupa beton banyak yang rusak.

KONDISI KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)

Lahan Terbangun Secara fisik luas desa soya 5.965 Ha untuk pemanfaatan kapling lahan sebesar 2.685,25 Ha (45%).

Tersedia cukup lahan untuk dapat melakukan aktivitas pemukim dan pengembangan kawasan.

VARIABEL

PELUANG (O) ANCAMAN (T)

O1. T1.

O2.

T2.

KEKUATAN (S) Strategi SO Strategi ST

S1. 1. 1.

S2. 2. 2.

Peningkatan prasarana telekomunikasi (telepon umum, wartel) dengan memperhatikan kondisi lahan yang ada. Penambahan instalasi air

bersih sistem tenaga listrik dengan memanfaatkan daya/prasarana listrik yang ada.

Peningkatan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang masih kurang dengan memperhatikan kondisi lahan yang ada.

Peningkatan prasarana listrik (penerangan jalan) untuk menunjang aktivitas pemukim wilayah sekitar permukiman baru. Dapat dikembangkan lagi

fasilitas umum & fasilitas sosial untuk kepentingan aktivitas pemukim.

Tersedia cukup lahan untuk dapat melakukan aktivitas pemukim dan pengembangan kawasan.

Prasarana listrik yang ada mampu melayani pemukim dalam melakukan

aktivitasnya.

Kurangnya perhatian pemerintah daerah dalam pengembangan

telekomunikasi pada daerah pengembangan. Perlu adanya penambahan

prasarana air bersih yang dapat dipergunakan oleh masyarakat pada kawasan sekitar permukiman baru.

Pergerakan arus transportasi yang cukup meningkat dari luar kawasan.

FAKTOR EKSTERNAL (EFAS)

FAKTOR INTERNAL (IFAS)

(15)

(Sumber : hasil olah data, 2009).

Dengan analisa SWOT maka dapat dirumuskan beberapa strategi pengembangan wilayah sekitar permukiman baru di desa Soya Kecamatan Sirimau Kota Ambon, antara lain : 1. Strategi mengambil peluang dengan kekuatan yang dimiliki.

• Peningkatan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang masih kurang dengan memperhatikan kondisi lahan yang ada.

• Penambahan instalasi air bersih sistem tenaga listrik dengan memanfaatkan daya/prasarana listrik yang ada.

2. Strategi mengantisipasi ancaman dengan kekuatan yang dimiliki.

• Peningkatan prasarana telekomunikasi (telepon umum/wartel) dengan memperhatikan kondisi lahan yang ada.

• Peningkatan prasarana listrik (penerangan jalan) untuk menunjang aktivitas pemukim wilayah sekitar permukiman baru.

3. Strategi memperbaiki kelemahan untuk memnafaatkan peluang yang ada.

• Pembangunan fasilitas umum berupa taman dan jalur hijau agar dapat dimanfaatkan oleh pemukim pada wilayah sekitar.

• Pembangunan jaringan drainase dan prasarana air bersih untuk meningkatkan kualitas permukiman.

• Perlunya kesadaran masyarakat akan pentingnya suatu kualitas permukiman yang layak untuk dihuni.

4. Strategi memperbaiki kelemahan untuk mengantisipasi ancaman.

• Pemanfaatan ruang terbuka hijau sesuai lahan agar dapat dikembangkan pula prasarana telokuminaksi.

• Perbaikan saluran pada badan-badan jalan agar bangkitan transportasi pada kawasan permukiman dapat berjalan dengan baik.

• Perlu adanya kebijakan pemerintah dalam melakukan sosialisasi tentang penting daya dukung lahan dalam pengembangan suatu wilayah.

KELEMAHAN (W) Strategi WO Strategi WT

W1. 1. 1. W2. 2. 2. W3. 3. 3. Pembangunan jaringan drainase dan prasarana air bersih untuk meningkatkan kualitas permukiman. Perlunya kesadaran masyarakat akan pentingnya suatu kualitas permukiman yang layak untuk dihuni.

Perbaikan saluran pada badan-badan jalan agar bangkitan transportasi pada kawasan permukiman dapat berjalan dengan baik.

Perlu adanya kebijakan pemerintah dalam melakukan sosialisasi tentang penting daya dukung lahan dalam pengembangan suatu wilayah.

Pemanfaatan ruang terbuka hijau sesuai lahan agar dapat dikembangkan pula prasarana

telokuminaksi. Pembangunan fasilitas umum

berupa taman dan jalur hijau agar dapat dimanfaatkan oleh pemukim pada wilayah sekitar.

Kondisi saluran yang ada masih berupa saluran tanah dan saluran yang berupa beton banyak yang rusak. Belum ada kesadaran pemukim dan belum optimalnya pengolahan sampah oleh pemukim. Ruang terbuka hijau belum dioptomalkan secara baik dan benar oleh pemukim.

(16)

V. KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1. Kesimpulan.

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa temuan studi yang didasari kajian teoritis, data sekunder dan data primer, output dari hasil olahan data dan analisa deskriptif yaitu, analisa faktor-faktor yang mempengaruhi dampak permukiman baru pada perkembangan wilayah sekitar desa Soya, pada pengembangan wilayah sekitar permukiman baru mempunyai tingkat daya dukung lahan yang tinggi (88.89) karena nilainya di antara range skor 75-100. Hal ini karena pada daerah wilayah tersebut karakteristik lahan cukup baik untuk pengembangan wilayah permukiman, yang juga didukung oleh pemanfaatan ruang kawasan dan kondisi sarana prasarana yang cukup pula. Dengan mempunyai tingkat daya dukung lahan kawasan yang tinggi, maka pada wilayah tersebut masih layak untuk dikembangkan, tetapi perlu pembenahan dalam berbagai hal yang menjadi faktor penghambat kelancaran aktivitas pengembangan pada wilayah yang ada. Faktor-faktor penghambat tersebut dapat dilihat dari sedikitnya skor yang didapat pada tiap variabel penilai oleh wilayah sekitar dan permukiman.

Sebelum maupun sesudah adanya aktivitas permukiman baru serta kepentingannya pada perkembangan wilayah sekitar desa Soya, terjadi dampak pada beberapa variabel antara lain : (a) kurangnya ruang terbuka hijau akibat dari aktivitas masyarakat pada permukiman baru, dengan sengaja membangun rumah, menebang pohon-pohon untuk kepentingan komersil maupun sebagai bahan bakar utuk rumah tangga. (b) kondisi prasarana drainase akibat adanya aktivitas permukiman baru sangatlah berpengaruh sekali. Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan, sebagian besar prasarana drainase pada wilayah sekitar permukiman baru rusak akibat dari aktivitas masyarakat dan kendaraan yang beraktivitas keluar masuk permukiman baru. (c) Meningkatnya bangkitan transportasi sebagai akibat dari aktivitas masyarakat pada permukiman baru dan wilayah sekitar yang berkembang. Dengan adanya bangkitan transportasi yang meningkat berdampak pada kondisi lahan terutama jalan sebagai sarana untuk menampung bangkitan transportasi tersebut.

Strategi pengembangan wilayah sekitar permukiman baru di desa Soya yang dapat dilakukan antara lain : (a) peningkatan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang masih kurang dengan memperhatikan kondisi lahan yang ada. Penambahan instalasi air bersih sistem tenaga listrik dengan memanfaatkan daya/prasarana listrik yang ada. (b) peningkatan prasarana telekomunikasi (telepon umum, wartel) dengan memperhatikan kondisi lahan yang ada. Peningkatan prasarana listrik (penerangan jalan) untuk menunjang aktivitas pemukim wilayah sekitar permukiman baru. (c) pembangunan fasilitas umum berupa taman dan jalur hijau agar dapat dimanfaatkan oleh pemukim pada wilayah sekitar. Pembangunan jaringan drainase dan prasarana air bersih untuk meningkatkan kualitas permukiman. Perlunya kesadaran masyarakat akan pentingnya suatu kualitas permukiman yang layak untuk dihuni. (d) pemanfaatan ruang terbuka hijau sesuai lahan agar dapat dikembangkan pula prasarana telokuminaksi. Perbaikan saluran pada badan-badan jalan agar bangkitan transportasi pada kawasan permukiman dapat berjalan dengan baik. Perlu adanya kebijakan pemerintah dalam melakukan sosialisasi tentang penting daya dukung lahan dalam pengembangan suatu wilayah.

5.2. Sarana-saran.

Sebagai hasil akhir dari analisis yang telah dilakukan maka dapat dihasilkan beberapa saran bagi Pemerintah Kota, dan pentingnya studi lanjutan yang diharapkan dapat dilaksanakan sehingga pengembangan kawasan sekitar permukiman baru di desa Soya yang berkelanjutan antara lain, dalam pemanfaatan lahan disesuaikan daya dukung lahannya

(17)

sehingga bukan aspek ekonomis saja yang diperhatikan namun juga aspek keberlanjutan ekosistem lahan harus tetap terjaga untuk menghindari semakin banyaknya dampak-dampak yang terjadi akibat berkembangnya aktivitas permukiman diatasnya. Adanya kajian terhadap daya dukung lahan sebelum suatu rencana penggunaan lahan dilakukan, hal ini agar dalam implementasinya sesuai dengan kemampuan dan kesesuaian lahan. Perlunya perbaikan kondisi sarana prasarana pendukung lainnya pada wilayah sekitar permukiman baru yang dikembangkan agar dapat mewujudkan permukiman yang layak huni.

Menentukan kebijakan dalam pengembangan kawasan di Kota Ambon agar dapat memperhatikan pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman juga memperhatikan aspek daya dukung lahannya, penelitian ini juga digunakan sebagai masukan untuk perencanaan pemanfaatan lahan selanjutnya agar dalam pengembangannya memperhatikan aspek karakteristik lahan dan pemanfaatan lahan untuk aktivitas permukiman juga memperhatikan letaknya terhadap kawasan sekitar agar dalam perkembangannya tidak terjadi dampak yang dapat dirasakan oleh kawasan sekitarnya.

Perlu dilakukan studi lanjutan untuk memberikan penilaian kelayakan lahan kawasan permukiman agar dapat mengetahui layak tidaknya suatu lahan untuk digunakan sebagai kawasan permukiman baru dan pengembangan suatu kawasan agar memperhatikan aspek lingkungan sebagai ekosistem hayati baik pertimbangan atas tanah, air, dan udara.

VI. DAFTAR PUSTAKA.

Direktorat Pengembangan Kawasan Strategis, Ditjen Penataan Ruang, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2002) prinsip-prinsip dasar dalam pengembangan wilayah.

Glasson. John, 1978, Introduction to Regional Planning, Concept, Theory and Practice, Hutchinson, London.

Kuncoro. Mudrajad, 2006, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Marimin, 2004, Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk, Grasindo, Jakarta.

Mulyanto, H.R. (2008),Prinsip-prinsip Pengembangan Wilayah, Graha Ilmu. Semarang. Notohadiprawiro, Tejo Yuwono. 1999. Kumpulan Makalah Yang Pernah Dipresentasikan

Dan Atau Dipublikasikan (Bidang Lingkungan). Yogyakarta: universitas Gadjahmada. 1993-1999.

Rangkuti. Freddy, 2001,Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Rondinelli, Denis A. 1985,Applied Methods of Regional Analysis, Westview Press, Colorado, United States of Amerika.

Rustiadi.Ernan, Hadi. Setia, 2006, Pengembangan Agropolitan Sebagai Strategi Pembangunan Pedesaan dan Pembangunan Berimbang, dalam Kawasan Agropolitan Konsep Pembangunan Desa Kota Berimbang, edisi Buku Kawasan Agropolitan : Konsep Pembangunan Desa Kota Berimbang, Crestpent Press, P4W-LPPM IPB, Bogor.

Sitorus, Santun. 1985.Evaluasi Sumber Daya Lahan. Bandung: Penerbit Tarsito Bandung. Soemarwoto, Otto. 2000. Analisa dampak lingkungan. Yogyakarta: Gadjahmada University

Gambar

Gambar 1.1. Peta Kawasan Prarelokasi dan Pascarelokasi (Sumber : Google, Agustus 2009)
Gambar 1.2.Permukiman Baru dan Wilayah Sekitarnya (Sumber : Google, Agustus 2009)
Gambar 2.1.Kemantapan Lingkungan sebagai Fungsi Tahanan dan Usikan (Sumber : Notohadiprawiro, 1993).
Gambar 2.2. Bagan Kemampuan, Daya Dukung, Kesesuaian, Kemanfaatan, Dan Kelayakan Lahan dalam Tata Guna Lahan (Sumber : Notohadiprawiro, 1993)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Mukim atau Kemukiman adalah kesatuan masyarakat hukum yang dipimpin oleh seorang Imeum Mukim yang berkedudukan sebagai unit pemerintahan yang membawahi beberapa Gampong yang

sama halnya dengan Discharge Planning yang ada di RSU Sari Mutiara Medan, dari hasil survey peneliti di ruang rawat inap merak Lantai II Gedung Lama RSU Sari Mutiara

Hal tersebut yang menjadi pertimbangan penulis untuk mengembangkan sistem registrasi KRS yang memanfaatkan teknologi wireless yaitu teknologi J2ME, untuk memudahkan mahasiswa

HAFISZ TOHIR DAERAH PEMILIHAN SUMATERA SELATAN I.. Oleh karena itu Anggota DPR RI berkewajiban untuk selalu mengunjungi ke daerah pemilihan telah ditetapkan sesuai dengan

Pada kategori kedua, hukum Islam sebagai sumber nilai bagi aturan hukum yang akan dibuat, dilakukan dengan cara asas-asas (nilai-nilai) dari hukum tersebut

Jadi dalam penelitian ini fenomena yang akan diteliti adalah mengenai keadaan penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Barat berupa dekripsi, jumlah pasangan usia

Memberikan panduan dan arah bagi pelaksanaan kinerja Badan Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan dalam menjalankan program dan kegiatan kelembagaan sesuai tugas

dalam melaksanakan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara tersebut diperlukan terobosan hukum, persepsi, pola pikir dan mengubah perilaku yang dilakukan dengan