• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SIMPULAN DAN SARAN Simpulan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Collembola permukaan tanah yang diperoleh di seluruh habitat yaitu hutan damar, sekitar danau Telaga Warna, hutan cagar alam, hutan pinus, dan perbatasan hutan dengan kebun teh terdapat sejumlah 17 569 individu. Collembola tersebut terdiri dari 3 ordo, 10 famili, dan 29 genus. Ordo Entomobryomorpha (famili Isoto-midae; genus Isotoma) mendominasi pada kelima tipe habitat di kawasan Telaga Warna kecuali di hutan cagar alam. Dengan demikian Isotoma dapat dijadikan sebagai indikator daerah terbuka.

Habitat hutan damar dan kaliandra mempunyai nilai kelimpahan dan dominansi genus Collembola paling tinggi dengan keragaman genus paling tinggi. Hal tersebut disebabkan vegetasi bawah (kaliandra) rapat, kelembaban tanah, C organik, C:N, N total, kalium, dan kadar air tinggi, serta pH rendah.

Nilai kelimpahan dan dominansi genus Collembola terendah terdapat di habitat hutan pinus karena mempunyai keragaman genus yang paling sedikit. Vegetasi bawah yang kurang beragam serta kelembaban tanah dan udara rendah menyebabkan sedikitnya keragaman genus. Sedikitnya keragaman genus dan ketebalan serasah menyebabkan tingginya jumlah individu Collembola di hutan pinus.

Curah hujan yang rendah pada saat koleksi Collembola di cagar alam mengakibatkan rendahnya kandungan bahan organik, kelembaban dan suhu udara serta tanah. Dengan demikian, jumlah individu Collembola di hutan cagar alam menjadi rendah. Keragaman vegetasi bawah di sekitar danau Telaga Warna paling tinggi. Hal tersebut mengakibatkan tingginya keragaman famili, genus, dan individu Collembola di sekitar danau Telaga Warna. Habitat perbatasan hutan dengan kebun teh mempunyai keragaman genus rendah. Hal ini disebabkan ketebalan serasah yang tipis.

Metode PSM yang mengkoleksi Collembola di permukaan tanah memperoleh jumlah famili, genus, dan individu Collembola yang lebih banyak dibandingkan dengan metode PCSH. Genus Isotoma (Isotomidae) dan Lepidocyrtus

(2)

(Entomobry-idae) paling banyak ditemukan dengan menggunakan metode PSM. Karakteristik morfologi genus Isotoma dan Lepidocyrtus mendukung untuk hidup di permukaan tanah. Isotoma dan Lepidocyrtus mempunyai ciri-ciri tubuh berpigmen, antena dan furka berkembang baik, serta oseli 8+8. Genus Folsomia (Isotomidae) dan Isotoma (Isotomidae) paling banyak ditemukan pada metode PCSH. Karakteristik morfologi genus Folsomia mendukung untuk hidup di lapisan humus, seperti furka pendek, tidak berpigmen, antena pendek serta oseli 0+0.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini jumlah individu Collembola yang diperoleh pada habitat hutan cagar alam sedikit. Hal ini terjadi akibat rendahnya curah hujan pada saat tujuh hari sebelum dan empat hari saat pengamatan. Kondisi lingkungan ini berbeda dengan koleksi Collembola pada keempat habitat lainnya. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian komunitas Collembola dengan pengambilan contoh pada saat curah hujan tinggi.

Genus Isotoma di hutan cagar alam ditemukan sedikit karena habitat tersebut mempunyai penutupan kanopi yang rapat. Hal yang berbeda, Isotoma melimpah pada keempat habitat lainnya yang penutupan kanopi terbuka. Dengan demikian faktor intensitas cahaya perlu diukur secara kuantitatif. Disarankan untuk dilakukan pengukuran intensitas cahaya pada penelitian topik ini berikutnya.

(3)

DAFTAR PUSTAKA

Agus YH. 2007. Keanekaragaman Collembola, Semut, dan Laba-laba Permukaan Tanah pada Empat Tipe Penggunaan Lahan. [Disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program Pasca Sarjana.

Brown AL.1980. Ecology of Soil Organism. London: Heinemann Educational Books. Broza M, Poliakov D, Gruia M, Bretfeld G. 2004. Soil collembolan communities on

north- and south-facing slopes of an eastern Mediterranean valley. Pedobiologia 48:537-543.

Cassagne N, Gers C, Gauquelin T. 2003. Relationships between Collembola, soil chemistry, and humus type in forest stands (France). Biol Fertil Soils 37:355-361. Coleman DC, Crossley DA, Hendrix PF. 2004. Fundamental of Soil Ecology. USA:

Elsevier Academic Pr.

Cox GW. 2002. Laboratory Manual of General Ecology. Edisi ke-8. New York: Mc Graw-Hill.

Deharveng L. 2004. Recent advances in Collembola systematics. Pedobiologia 48:415-433.

Deharveng L, Suhardjono YR. 2004. Pseudosinella maros sp.n., a troglobitic Entomobryidae (Collembola) from Sulawesi Selatan, Indonesia. Rev Suisse de Zoologie 111: 979-984.

[Dephutbun] Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1998. Mengenal Kawasan Konservasi di Propinsi Jawa Barat. Bandung: Dephutbun.

Detsis V. 2000. Vertical distribution of Collembola in decidous forest under Mediterranean climatic conditions. Belg J Zool 130:55-59.

Driessen MM, Greenslade P. 2004. Effect of season, location and fire on Collembola communities in buttongrass moorlands, Tasmania. Pedobiologia 48:631-642. Dunger W, Schulz, HZ, Zinidars B. 2002. Colonization behavior of Collembola under

different conditions of dispersal. Pedobiologia 46:316-327.

Eaton RJ, Barberchek M, Buford M, Smith W. 2004. Effect of organic matter removal, soil compaction, and vegetation control on Collembola population. Pedobiologia 48:121-128.

(4)

Greenslade PJ. 1996. Collembola Di dalam: Naumann ID, ed The Insect of Australia: A Textbook for Students and Research Workers vol 1 2nd ed. CSIRO. Melbourne: Melbourne Univ Pr.

Greenslade P, Deharveng L, Bedos A, Suhardjono YR. 2000. Handbook to Collembola of Indonesia. Cibinong: Fauna Malesiana (Draft final).

Handschin E. 1925. Beitrage zur Collembolenfauna der Sundainsen. De Treubia VI:225-270.

Handschin E. 1926. Ost-Indische Collembolen III Beitrag zur Collembolenfauna von Java und Sumatra. De Treubia VIII:446-461.

Handschin E. 1928. Collembolen aus Java, nebst einem beitrag zu einer monographie der gattung Crematocephalus schtt. De Treubia X:245-270.

Henegan L, Coleman DC, Zou X, Crossley Jr DA, Haines BL. 1999. Soil microarthropod contributions to decomposition dynamic: tropical-temperate comparisons of a single substrate. Ecol 80:1873-1882.

Holt J.A. 1985. Acari and Collembola in the litter and soil of three North Queensland rainforest. Austr J Ecol 10:57-65.

Hopkin SP. 1997. Biology of The Springtails (Insecta: Collembola). Oxford: Oxford Univ Pr.

Imler U. 2004. Long-term fluctuation of soil fauna (Collembola and Orabatida) at ground water-near site in an alder wood. Pedobiologia 48:349-363.

Jordana R, Arbea JI. 1989. Clave de identification de los generos de Colembolos de Espana (Insecta: Collembola). Serie Zoologica 19:1-16.

Juceviva E, Melecis V. 2005. Long-term effect of climate warning on forest soil Collembola. Acta Zool Lituanica vol 15:124-126.

Kaneda S, Kaneko N. 2004. Growth of the Collembolan Folsomia candida Willem in soil supplemented with glucose. Pedobiologia 48:165-170.

Ludwig JA, Reynolds JF. 1988. Statistical Ecology: A Primer Methods and Computing. New York: John Wiley and Sons Inc.

Marshall SA, Anderson RS, Roughley RE, Pelleter B, Dankis. 1994. Terrestrial arthropod biodiversity: planning a study and recommended sampling techniques. Entomol Soc of Can 26:1-17.

(5)

Materna J. 2004. Does forest type and vegetation patchiness influence horizontal distribution of soil Collembola in two neighboring forest site? Pedobiologia 48:339-347.

Migliorini M, Pigino G, Caruso T, Fanciulli PP, Leonzio C, Bernini F. 2005. Soil communities (Acari Oribatida; Hexapoda Collembola) in a clay pigeon shooting range. Pedobiologia 49: 1-13.

Nakashizuka T, Stork N. 2002. Biodiversity Research Methods : IBOY in Western Pasific and Asia. Merlbourne: Kyoto Univ Pr dan Trans Pasific Pr.

Negri I. 2004. Spatial distribution of Collembola in presence and absence of a predator. Pedobiologia 48:585-588

Nosek J. 1967. The investigation on the apterygotan fauna of the low tatras. Acta Univ. Carolinae-Biologica:349-528.

Pfander I, Zettel J. 2004. Chemichal communication in Ceratophysella sigillata (Collembola:Hypogastruridae): intraspecific reaction to alarm substances. Pedobiologia 48:575-580.

Rahmadi C, Suhardjono YR. 2003. Keanekaragaman arthropoda tanah di lantai hutan kawasan hulu Sungai Katingan Kalimantan Tengah. Berita Biologi 6:549-554. Rahmadi C, Suhardjono YR. 2007. Arthropoda gua di Nusakambangan Cilacap, Jawa

Tengah. Zoo Indones 16:21-29.

Rahmadi C, Suhardjono YR, Andayani I. 2004. Collembola lantai hutan di kawasan hulu Sungai Tabalong Kalimantan Selatan. Biota IX:179-185.

Richards WR. 1968. Generic classifications evolution, and biogeography of the Sminthuridae of the world. Di dalam Pielou DP (ed). Memoirs of the Entomological Society of Canada No 153. Ottawa: Entomological Soc Canada.

Sabatini MA, Ventura M, Innocenti G. 2004. Do Collembola affect the competitive relationships among soil-borne plant pathogenic fungi? Pedobiologia 48:603-608. Shahabuddin. 1998. Keanekaragaman dan Distribusi Artropoda Tanah pada Empat

Komunitas Tumbuhan Gunung Tangkuban Perahu Jawa Barat. [Tesis]. Bandung: Institut Teknologi Bandung, Program Pasca Sarjana.

Santos SAP, Cabanas JE, Pereira JA. 2007. Abudance and diversity of soil arthropods in olive grove ecosystem (Portugal): Effect of pitfall trap type. Eur J Soil Biol 43:77-83.

(6)

Sebayang D, Suryati T, Adianto. 2000. Keanekaragaman dan kelimpahan Artropoda tanah di hutan alami, hutan pinus, kebun sayur, dan lahan terbuka di gunung Tangkuban Perahu. Pros. Simposium Keanekaragaman Hayati Artropoda pada Sistem Reproduksi Pertanian; Cipayung, 15-18 Okt 2000. PEI. hlm 75-79

Sinka M, Jones TH, Hartley SE. 2007. The indirect effect of above-ground herbivory in Collembola populations is not mediated by changes in soil water content. Appl Soil Ecol 36:92-99.

Sousa JP et al. 2004. Effect of land-use on Collembola diversity patterns in a Mediterranean landscape. Pedobiologia 48:609-622.

Suhardjono YR. 1989. Revised check list of Collembola from Indonesia and its adjacent regions. AZAO 1:1-22.

Suhardjono YR. 1991. Geographical distribution of the genus Callyntrura (Collembola). Di dalam Veeresh et al. (ed). Advances in Management and Conservation of Soil Fauna. New Delhi: Oxford & IBM.

Suhardjono YR. 1992. Fauna Collembola Tanah di Pulau Bali dan Pulau Lombok. [Disertasi]. Jakarta: Universitas Indonesia.

Suhardjono YR. 1998. Serangga serasah: Keanekaragaman takson dan perannya di Kebun Raya Bogor. Biota III:16-2.

Suhardjono YR. 2002. Keanekaragaman fauna tanah di Cikaniki, Taman Nasional gunung Halimun. Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia vol. 9. Biodiversity of The Last Submontane Tropical Rain Forest in Java: Gunung Halimun National Park Part I. 34-43.

Suhardjono YR. 2006. Status taksonomi fauna di Indonesia dengan tinjauan khusus pada Collembola. Zoo Indonesia 15: 67-86.

Szujecki A. 1987. Ecology of Forest Insect. Warzawa: PWN-Polish Scientific.

Triplehorn CA, Johnson NF. 2005. Borror and Delong’s Introduction to the Study of Insects 7 ed. USA: Brooks Cole.

Upton MS. 1991. Methods for Collecting, Preserving, and Studying Insect and allied forms. Brisbane: The Australian Entomological Society.

Vu QM, Nguyen TT. 2000. Microarthropod community structures (Oribatei and Collembola) in Tam Dao National Park, Vietnam. J Biosci 25:379-386.

Wallwork JA. 1970. Ecology of Soil Animal. London: Mc Graw-Hill.

(7)

Wallwork JA. 1976. The Diversity and Distribution of Soil Fauna. London: Academic Pr.

Wallwork JA. 1982. Desert Soil Fauna. New York: Pralger.

Yoshii R. 1959. Studies on the Collembolan Fauna of Malay and Singapore with special reference to the genera: Lobella, Lepidocyrtus, and Callyntrura. Kyoto: Lab. Kyoto Univ.

Yoshii R. 1982a. Entomological Report from the Sabah Forest Research Centre No. 3 Paronellid Collembola of Sabah No. 4 Neanurid Collembola of Sabah. Tokyo: JICA.

Yoshii R. 1982b. Entomological Report from the Sabah Forest Research Centre No. 5 Lepidocyrtid Collembola of Sabah. Tokyo: JICA.

Yoshii R. 1983. Entomological Report from the Sabah Forest Research Centre No. 7 Studies on Paronellid Collembola of East Asia. Tokyo: JICA.

Yoshii R, Suhardjono YR. 1989. Notes on the fauna of Indonesia and its vicinities I: Miscellaneous notes with special references to Seirini and Lepidocyrtini AZAO 1:23-90.

Yoshii R, Suhardjono YR. 1992a. Notes on the fauna of Indonesia and its vicinities II: Collembola of Irian Jaya and Maluku Island. AZAO 2:1-52.

Yoshii R, Suhardjono YR. 1992b. Notes on the fauna of Indonesia and its vicinities III: Collembola of Timor Island. AZAO 2:75-96.

(8)
(9)

DESKRIPSI COLLEMBOLA

Tubuh Collembola terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Pada bagian kepala terdapat empat ruas antena; kadang-kadang ada organ pasca antena; oseli maksimal 8+8; dan mulut entognathus. Toraks terbagi menjadi tiga ruas dengan masing-masing ruas terdapat sepasang kaki. Abdomen terdiri dari enam ruas, pada ruas pertama terdapat kolofor, ruas ketiga terdapat retinakulum atau tenakulum, ruas keempat terdapat furka, ruas kelima terdapat celah genital jantan atau betina, dan ruas keenam terdapat celah anal.

Collembola terdiri dari empat ordo yaitu Poduromorpha, Entomobryomorpha, Symphypleona, dan Neelipleona. Pada penelitian ini hanya ditemukan tiga ordo yaitu Poduromorpha, Entomobryomorpha, dan Symphypleona.

I. Ordo Poduromorpha

Tubuh bulat cembung atau silindris; ruas toraks dan abdomen mudah dibedakan; bagian mulut prognatus; ruas dorsal toraks I jelas dan berseta; ruas abdomen I sampai IV sama panjang.

Ordo Poduromorpha di Indonesia ada lima famili yaitu Hypogastruridae, Neanuridae, Brachystomellidae, Odontellidae, dan Onychiuridae. Pada penelitian ini hanya ditemukan tiga famili.

1.1 Famili Hypogastruridae

Tubuh silindris; antena pendek; ruas abdomen I sampai VI jelas dan sama panjang.

1. Genus Ceratophysella

Tubuh berwarna biru tua; panjang kurang lebih 1 mm; oseli 8+8; organ pasca antena berbentuk roset dengan empat vesikel; nisbah antena I:II:III:IV = 1:1:1:1; furka pendek dan terlihat jelas; ujung mukro membulat; ruas abdomen I-IV melebar; ruas abdomen VI mempunyai dua spina dorsal yang pendek.

(10)

2. Genus Hypogastrura

Tubuh berwarna biru tua; panjang tubuh kurang lebih 0.95 mm; oseli 8+8; organ pasca antena berbentuk roset dengan empat vesikel; nisbah antena I:II:III:IV = 1:1:1:1; furka pendek; ujung mukro tajam; ruas abdomen I-IV melebar; ujung abdomen VI terlihat membelah.

1.2 Famili Neanuridae

Tubuh bulat gemuk; warna tubuh biru; antena pendek; mukro berbentuk perahu. 1. Genus Ceratrimeria

Tubuh berbentuk bulat cembung; berwarna biru gelap; panjang tubuh kurang lebih 3.56 mm; pinggiran tubuh melebar dan berlekuk-lekuk; permukaan tubuh bergranular; berseta halus; antena IV silindris; nisbah antena I:II:III:IV=1:1:1:3; oseli 8+8 berkelompok membentuk segitiga; organ pasca antena berbentuk lingkaran dengan banyak gelang; kerucut mulut tajam; furka berkembang baik; dens 3 kali mukro; ujung abdomen membulat.

2. Genus Pseudachorutes

Tubuh bulat cembung; berwarna abu-abu muda; panjang tubuh kurang lebih 1.98 mm; nisbah antena I:II:III:IV=1:1:1:2; oseli 8+8 berkelompok lonjong; furka berkembang baik, ruas antena berukuran sama; organ pasca antena berbentuk lingkaran dengan banyak gelang; kerucut mulut tajam; ujung abdomen lancip.

1.3 Famili Odontellidae

Tubuh silindris; antena kerucut; mukro berlamela. 1. Genus Superodontella

Tubuh berwarna biru tua; panjang tubuh kurang lebih 0.65 mm; oseli 8+8 berkelompok membentuk bulatan; organ pasca antena berbentuk roset; antena berbentuk kerucut; berwarna lebih gelap; nisbah antena I:II:III:IV=1:1:1:1; ruas abdomen III membesar; ruas abdomen V-VI mengecil; furkula berkembang baik; mukro mempunyai dua lamela.

(11)

Ordo Entomobryomorpha

Tubuh silindris; ruas toraks dan abdomen mudah dibedakan; prognatus; ruas dorsal toraks I tidak berkembang dan tidak berseta; ruas abdomen I sampai IV tidak selalu sama panjang.

Ordo Entomobryomorpha di Indonesia ada tujuh famili, yaitu Isotomidae, Oncopoduridae, Tomoceridae, Chyphoderidae, Entomobryidae, Paronellidae, dan Coenaletidae. Pada penelitian ini hanya ditemukan tiga famili.

2.1 Famili Isotomidae

Tubuh silindris; ruas abdomen III pendek atau sama dengan abdomen IV; mempunyai organ pasca antena, antena IV lebih panjang dibandingkan antena I-III; tubuh ditutupi seta.

1. Genus Cryptopygus

Tubuh silindris dan berseta halus; warna tubuh abu-abu muda; panjang tubuh 0.8 mm; oseli 8+8; organ pasca antena sederhana (lonjong); antena sedang; nisbah antena I:II:III:IV=1:1:1:3; ruas abdomen V-VI menyatu; furka berkembang baik; manubrium dengan sepasang seta anterior; mukro bergigi dua (bidentata).

2. Genus Folsomia

Tubuh berbentuk silindris dan berseta halus; berwarna putih; panjang tubuh 1.04 mm; abdomen IV-VI menyatu; antena pendek; nisbah antena I:II:III:IV=1:2:2:3; oseli 0+0; mempunyai organ pasca antena lonjong tanpa lekukan di tengah; furka pendek; mukro bidentata.

3. Genus Folsomides

Tubuh tubular, berseta halus; warna tubuh putih; panjang tubuh 0.95 mm; nisbah antena I:II:III:IV=1:1:1:1; abdomen IV,V, dan VI terpisah dengan panjang yang sama; abdomen V-VI mengecil dan melengkung ke arah ventral; oseli 0+0; organ pasca antena lonjong; antena pendek; furka pendek.

4. Genus Isotoma

Tubuh silindris dan tertutup seta; warna tubuh abu-abu tua; panjang tubuh 1.24 mm; nisbah antena I:II:III:IV=1:1:1:2; abdomen IV, V, dan VI terpisah; oseli 8+8; 69

(12)

organ pasca antena lonjong dan berlekuk; antena panjang; furka panjang; mukro dengan dua gigi.

2.2 Famili Entomobryidae

Tubuh silindris; panjang abdomen IV hampir dua kali panjang abdomen III; furka melengkung; mukro seperti kait dengan dua gigi.

1. Genus Entomobrya

Tubuh berseta panjang; berwana coklat muda dengan belang hitam; panjang tubuh kurang lebih 2.40 mm; nisbah antena I:II:III:IV=1:2:2:3; oseli 8+8 dengan ukuran tidak sama; antena panjang; furka panjang dan melengkung; mukro bidentata; dens tidak berspina.

2. Genus Homidia

Tubuh berseta panjang; berwarna coklat muda dengan belang hitam; panjang tubuh kurang lebih 2.02 mm; nisbah antena I:II:III:IV=1:1:1:2; oseli 8+8 dengan ukuran tidak sama; antena panjang; furka panjang dan melengkung; nisbah manubrium:dens=1:1; dens berspina; mukro bidentata.

3. Genus Acrocyrtus

Tubuh bersisik; bentuk sisik bulat hialin (transparan) dengan permukaan halus; warna tubuh bagian bawah putih kekuningan seperti berlemak, bagian atas abu-abu tua; panjang tubuh kurang lebih 2.68 mm; bentuk tubuh bungkuk; nisbah antena I:II:III:IV=1:1:1:1.5; kepala segitiga; oseli 8+8; antena panjang berwarna abu-abu; furka panjang; mukro bidentata dengan spina basal; tuberkula basal dens kerucut. 4. Genus Ascocyrtus

Tubuh bersisik; bentuk sisik bulat hialin (transparan) dengan permukaan halus; warna tubuh putih; panjang tubuh kurang lebih 2.68 mm; antena panjang; nisbah antena I:II:III:IV=1:1:1:1.5; kepala bulat; furka panjang; oseli 8+8; mukro bidentata; spina basal dengan spinula; dens mempunyai tuberkula basal bulat.

5. Genus Lepidocyrtus

Tubuh bersisik; bentuk sisik bulat hialin (transparan) dengan permukaan halus; warna tubuh putih kekuningan; panjang tubuh kurang lebih 2.02 mm; nisbah antena 70

(13)

I:II:III:IV=1:1:1:2; oseli 8+8; antena panjang; kepala bulat; furka panjang; mukro bidentata dengan spina basal.

6. Genus Pseudosinella

Tubuh bersisik; bentuk sisik bulat hialin (transparan) dengan permukaan halus; warna tubuh abu-abu muda; panjang tubuh kurang lebih 0.76 mm; nisbah antena I:II:III:IV=1:1:1:2; oseli 3+3; antena panjang; furka panjang, mukro bidentata dengan spina basal.

7. Genus Rambutsinella

Tubuh bersisik; bentuk sisik bulat hialin (transparan) dengan permukaan halus; warna tubuh abu-abu muda belang biru; panjang tubuh kurang lebih 0.83 mm; nisbah antena I:II:III:IV=1:1:1:2; oseli 4+4; antena panjang dengan antena IV membesar; furka panjang, mukro bidentata; mempunyai spina basal.

8. Genus Lepidocyrtoides

Tubuh bersisik; permukaan sisik bergaris jelas; warna tubuh coklat muda; panjang tubuh kurang lebih 2.24 mm; nisbah antena I:II:III:IV=1:1:1:1; oseli 8+8; antena panjang; toraks II menonjol di atas kepala, furka panjang; mukro bidentata. 9. Genus Lepidosinella

Tubuh bersisik; permukaan sisik bergaris jelas; seta tubuh panjang; warna tubuh abu-abu muda; panjang tubuh kurang lebih 2.30 mm; nisbah antena I:II:III:IV=1:1:1:1.5; oseli 0+0; mukro berbentuk kait, dens tidak berspina.

10. Genus Lepidosira

Tubuh bersisik banyak; permukaan sisik bergaris jelas; warna tubuh abu-abu muda; panjang tubuh kurang lebih 1.06 mm; nisbah antena I:II:III:IV=1:1:1:1; oseli 8+8; antena berseta panjang sehingga ruas antena tidak jelas; mukro bidentata.

11. Genus Seira

Tubuh bersisik banyak; permukaan sisik bergaris jelas; warna tubuh coklat muda; panjang tubuh kurang lebih 1.95 mm; nisbah antena I:II:III:IV=1:1:1:1.5; oseli 8+8; antena panjang; bagian torak dan kaki belang; furka panjang; mukro berbentuk kait.

(14)

2.3 Famili Paronellidae

Tubuh silindris; panjang ruas abdomen IV hampir dua kali ruas abdomen III; oseli dan pigmen selalu ada; dens lurus; mukro melebar.

1. Genus Salina

Tubuh tidak bersisik; warna tubuh coklat muda; panjang tubuh kurang lebih 1.87 mm; nisbah antena I:II:III:IV=1:1:1:1; oseli 8+8 dalam dua deret; antena panjang; furka panjang; mukro lebar; tridentata; dens mempunyai vesikel apikal. 2. Genus Pseudoparonella

Tubuh bersisik; permukaan sisik bergaris-garis halus; bentuk sisik lonjong; warna tubuh coklat muda; panjang tubuh kurang lebih 2.31 mm; nisbah antena I:II:III:IV=1:1:1:1.5; oseli 6+6; antena hampir sama dengan panjang tubuh; mukro mempunyai dua lamela yang berbentuk segitiga.

3. Genus Callyntrura

Tubuh bersisik; permukaan sisik bergaris-garis halus; bentuk sisik lonjong; warna tubuh coklat muda; panjang tubuh kurang lebih 3.11 mm; nisbah antena I:II:III:IV=1:1:1:2; oseli 8+8 dengan ukuran tidak sama; antena panjang sekitar dua kali panjang tubuh; antena berseta banyak; kaki dan antena belang-belang; mukro jelas terpisah dari dens; mukro terdiri dari empat gigi.

4. Genus Mikroparonella

Tubuh bersisik; permukaan sisik bergaris-garis halus; bentuk sisik lonjong; tubuh berwarna abu abu muda belang-belang biru; panjang tubuh kurang lebih 1.65 mm; nisbah antena I:II:III:IV=1:1:1:1; oseli 6+6; antena panjang; furka panjang; mukro dengan empat gigi yang tajam dan ujung mukro meruncing.

III. Ordo Symphypleona

Tubuh bulat; ruas toraks II-III dan abdomen I-IV bersatu; mulut hipognatus; antena lebih panjang daripada diameter kepala; oseli selalu ada; tubuh berpigmen.

Ordo Symphypleona di Indonesia terdiri dari enam famili, yaitu Arrhopalitidae, Bourletiellidae, Dicyrtomidae, Katiannidae, Sminthuridae, dan Sminthurididae. Pada penelitian ini ditemukan empat famili.

(15)

3.1 Famili Bourletiellidae

Tubuh bulat; ruas antena IV lebih panjang daripada antena III; antena lebih panjang daripada diagonal kepala; ruas abdomen V-VI terpisah.

1. Genus Bourletiella

Tubuh berwarna abu-abu bercorak; panjang tubuh kurang lebih 0.79 mm; antena IV beruas-ruas seperti gelang; oseli 8+8; furka panjang; nisbah manubrium:dens=1:1.5; mukro berbentuk perahu.

3.2 Famili Dicyrtomidae

Tubuh bulat; ruas antena IV lebih pendek daripada ruas III; antara ruas antena II dan III membengkok.

1. Genus Ptenothrix

Tubuh bulat dengan permukaan tidak rata; warna tubuh abu-abu bercorak; panjang tubuh kurang lebih 1.74 mm; pada kepala terdapat dua garis belang biru; seta sedikit tapi panjang dan tebal; nisbah antena I:II:III:IV=2:7:7:1; antena panjang; antena IV sederhana dengan panjang kurang dari setengah antena III; antena III beruas-ruas; oseli 8+8; mulut prognathus berwarna kuning; ruas abdomen V-VI jelas terlihat; furka panjang; dens berduri; mukro berbentuk perahu; nisbah man:dens:mukro=2:5:1.

3.3 Famili Sminthuridae

Ruas antena IV lebih panjang daripada ruas III; antena membengkok antara ruas III dan IV; antena lebih panjang daripada diagonal kepala; oseli kadang ada atau tidak; ruas abdomen V-VI terpisah.

1. Genus Neosphyrotheca

Tubuh berwarna abu-abu muda bagian atas bercorak hitam; panjang tubuh kurang lebih 1.27 mm; bentuk tubuh bulat lonjong; seta panjang tipis menutupi tubuh; nisbah antena I:II:III:IV=1:1:1:3; antena IV panjang, beruas-ruas dan berseta; oseli 8+8; furka panjang; mukro berbentuk perahu.

Referensi

Dokumen terkait