PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN 5E TERINTEGRASI PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP KOMPETENSI LITERASI SAINS SISWA SMPN 1
KURIPAN TAHUN AJARAN 2016/2017
ARTIKEL SKRIPSI
Oleh:
ALOK IRMA SURYANI NIM. E1A 012 003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN 5E TERINTEGRASI PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP KOMPETENSI LITERASI SAINS
SISWA SMPN 1 KURIPAN TAHUN AJARAN 2016/2017
Alok Irma Suryani1), Jufri, A.W2), Dadi Setiadi2)
1)Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mataram 2)
Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mataram Universitas Mataram, Jalan Majapahit No.62, Mataram
Email: Alokirma32@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran 5E terintegrasi pendekatan saintifik terhadap kompetensi literasi sains berdasarkan kemampuan mengidentifikasi isu-isu sains, menjelaskan fenomena sains dan menggunakan fakta atau bukti sains. Penelitian ini tergolong eksperimen semu dengan pola Pre-Test dan Post-Test
Group Design. Populasi penelitian yaitu seluruh kelas IX SMPN 1 Kuripan tahun ajaran
2016/2017. Sampel kelas dipilih dengan teknik Purposive Sampling sehingga didapatkan kelas IX-A sebagai kelas eksperimen dan kelas IX-B sebagai kelas kontrol, dengan sampel berjumlah 50 siswa. Instrumen yang digunakan yaitu tes kompetensi literasi sains berupa soal pilihan ganda. Data kompetensi literasi sains dianalisis secara deskriptif dan uji hipotesis dengan uji-t. Hasil analisis data menunjukkan bahwa hasil uji hipotesis menunjukkan model pembelajaran 5E terintegrasi pendekatan saintifik memberikan pengaruh terhadap kompetensi literasi sains (thitung =4,39 > ttabel = 2,01).
Kata Kunci: 5E, pendekatan saintifik, literasi sains
ABSTRACT
The aim of this research is to know the effect of the 5E learning model integrated scientific approach towards competence of science literacy based on issues science identification, explain about phenomenon science and use the evidence of science. This research is classified as quasi-experimental, with Pre-Test dan Post-Test Group Design. The population of this research were all the nine grade of junior high school 1 Kuripan academic year 2016/2017. The class sample was taken by using purposive sampling in which IX-A became the experimental class and IX-B became the control class, with number of sample 50 students. The instruments that is used the data was competence of literacy science in form of multiple choice. The date competence of literacy science was analyzed by using deskriftive and using t-test. The result of data analyze showed the result of hypothesis showed the 5E learning model integrated scientific approach gave effect toward competence of science literacy (t-count= 4,39 > t-table= 2,01).
PENDAHULUAN
Pada tahun 1997, OECD
memunculkan Programme for
International Student Assessment (PISA).
PISA bertujuan untuk memetakan
kemampuan literasi matematika, membaca dan sains siswa SMP yang berusia sekitar 15 tahun di negara-negara anggota OECD
termasuk negara Indonesia. PISA
mengumpulkan informasi yang reliabel setiap tiga tahun. Temuan-temuan PISA
digunakan antara lain untuk: (a)
membandingkan literasi membaca,
matematika dan sains siswa-siswa suatu negara dengan negara peserta lain; dan (b)
memahami kekuatan dan kelemahan
sistem pendidikan masing-masing negara (Thomson dan Bortoli, 2008).
Berdasarkan hasil tes PISA,
kemampuan siswa Indonesia cenderung mengalami penurunan. Pada tahun pertama
penyelenggaraan PISA Tahun 2000,
Indonesia berada di urutan ke-38 dari 41 negara peserta pada kompetensi literasi sains (OECD, 2003), pada PISA periode kedua (2003), Indonesia juga berada pada urutan ke-38 untuk kompetensi literasi sains (OECD, 2004), dan pada PISA periode ketiga Tahun 2006, Indonesia berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta (OECD, 2006), pada periode
keempat Tahun 2009 menyatakan bahwa kompetensi literasi sains siswa Indonesia berada di peringkat ke-62 dari 65 negara peserta (OECD, 2009). Hasil terbaru pada Tahun 2012 Indonesia berada pada urutan ke 64 dari 65 negara (OECD, 2013).
Data tentang rendahnya tingkat
literasi sains tersebut mencerminkan
bahwa kualitas pembelajaran sains SMP di Indonesia masih jauh dibawah negara-negara OECD, sehingga sekolah-sekolah di Indonesia perlu mempelajari bagaimana perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
pembelajaran sains, sehingga dalam
beberapa tahun mendatang bisa lebih kompetitif antara hasil tes literasi sains siswa Indonesia dengan hasil tes siswa di
negara-negara OECD. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan telah
melakukan perubahan-perubahan dalam bidang pendidikan salah satunya yakni penerapan kurikulum 2013. Tujuan mata pelajaran IPA yang tercantum dalam Permendikbud Nomor 58 tahun 2014
tentang Kurikulum 2013 Sekolah
Menengah Pertama Dan Madrasah
Tsanawiyah adalah: 1) Mengagumi
keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan materi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan
manusia dalam lingkungan sehingga
mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya. 2) Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objekti, jujur, teliti, cermat, tekun, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis, kreatif, inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan pengamatan, percobaan, dan berdiskusi.
Kenyaataan di sekolah,
menunjukkan pembelajaran IPA masih terfokus pada dimensi konten. Menurut Hernani dan Raharjo, (2009) bahwa pendidikan sains di Indonesia sekarang masih didominasi oleh pandangan bahwa
pengetahuan sains hanya berupa
seperangkat fakta-fakta yang harus
dihafalkan oleh siswa. Dalam kondisi seperti ini, tentu pendidikan sains kita akan tertinggal dari negara-negara yang telah menerapkan kurikulum sesuai dengan
tuntutan PISA. Pada implementasi
kurikulum 2013, kegiatan pembelajaran IPA dikembangkan dengan pendekatan saintifik atau yang lebih dikenal dengan
sebutan 5M (mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, menalar,
mengkomunikasikan). Proses
pembelajaran dengan pendekatan saintifik tercantum di dalam Permendikbud Nomor 103 tahun 2014 tentang pembelajaran pada
pendidikan dasar dan pendidikan
menengah meliputi kegiatan mengamati,
menanya, mencoba, menalar, dan
mengkomunikasikan. Nasution (2013)
menyatakan bahwa pendekatan saintifik atau yang bisa disebut dengan pendekatan ilmiah dipandang paling cocok dalam pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan dapat mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber dan bukan hanya diberi tahu.
Pendekatan saintifik diharapkan
dapat mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran IPA dan meningkatkan
literasi sains siswa. Literasi sains
merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dikuasai setiap individu karena hal ini berkaitan erat dengan bagaimana seseorang dapat memahami lingkungan hidup dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat modern yang sangat bergantung pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk juga masalah sosial kemasyarakatan. Ciri-ciri siswa yang memiliki literasi sains yang baik, yaitu siswa dapat mengidentifikasi isu-isu sains, menjelaskan fenomena sains dan menggunakan fakta atau bukti sains (OECD, 2009). Dari pernyataan tersebut
maka, guru diharapakan dapat
menggunkana salah satu model
pembelajaran yang interaktif, inovatif dan
meningkatkan literasi sains. Salah satu inovasi model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran 5E terintegrasi dengan pendekatan saintifik.
Menurut Bybee, et al. (2006) model belajar 5E terdiri atas lima fase yang saling berhubungan satu sama lainnya, yaitu: engagement, exploration, explaination, elaboration, dan evaluation. Fase-fase dalam model 5E memiliki fungsi khusus untuk mendukung tercapainya kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan cara berperan aktif. Selain itu fase-fase dalam 5E ini diintegrasikan dengan 5M pendekatan
saintifik, sehingga siswa melakukan
kegiatan menggali dan menemukan
pengetahuannya sendiri melalui kegiatan
pengamatan/praktikum, dengan siswa
menggali dan menemukan sendiri
pengetahuannya melalui pengalaman
langsung dan nyata, pengetahuan yang didapatkan siswa tidak akan mudah dilupakan.
Model pembelajarn 5E merupakan model pembelajaran yang berlandaskan
pada teori konstruktivistik. Teori
konstruktivistik menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuannya melalui keterlibatan langsung dalam proses
mengajar, sehingga proses belajar
mengajar lebih berpusat pada siswa.
Menurut Agustyaningrum (2011)
keuntungan model pembelajaran 5E adalah
pembelajaran akan bersifat student
centered, berorientasi pada proses
investigasi dan penemuan, pemecahan masalah, serta menghindarkan siswa dari cara belajar tradisional yang cenderung menghafal, sehingga dapat mendorong siswa menjadi aktif, kritis, dan kreatif.
Berdasarkan pemaparan di atas
peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran 5E Terintegrasi Pendekatan Saintifik Terhadap Literasi Sains Siswa SMPN 1 Kuripan Tahun Ajaran 2016/2017 ”.
METODE
Jenis penelitian ini adalah
penelitian Quasi experiment. Penelitian telah dilaksanakan pada semester genjil tahun ajaran 2016/2017 di SMPN 1 Kuripan pada siswa kelas IX di bulan Agustus sampai September. Variabel bebasnya adalah model pembelajaran 5E
terintegrasi pendekatan saintifik,
sedangkan variabel terikatnya adalah kompetensi literasi sains siswa. Populasi penelitian yaitu seluruh kelas IX di SMPN 1 Kuripan tahun ajaran 2016/2017 yang
terbagi dalam enam kelas, sampel
ditentukan dengan teknik Purposive
sampling dan diperoleh kelas IX A sebagai
model pembelajaran 5E terintegrasi pendekatan saintifik dan kelas IX B sebagai kelas kontrol yang tidak diajarkan
dengan model pembelajaran 5E
terintegrasi pendekatan saintifik. Desain penelitian yang digunakan adalah Pre-Test dan Post-Test Group Design. Materi yang diajarkan yaitu sistem reproduksi pada
manusia dan kependudukan dan
lingkungan yaitu KD 3.1 dan 3.3.
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data kompetensi literasi sains siswa menggunakan tes pilihan ganda yang telah valid dan reliabel sebanyak 35 soal. Analisis uji hipotesis menggunakan uji-t.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kompetensi literasi sains siswa sebelum diberikan perlakuan untuk kelas eksperimen diperoleh nilai tertinggi
pre-test yaitu sebesar 45 dan nilai pre-pre-test
terendah yaitu 11. Sedangkan kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi pre-test 48 dan nilai pre-test terendah yaitu 14. Pada kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata pre-test yaitu 32.04 dan pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata pre-test
sebesar 32.96. Kompetensi literasi sains
siswa setelah diberikan perlakuan untuk kelas eksperimen yang menggunakan
model pembelajaran 5E terintegrasi
pendekatan saintifik memiliki rata-rata kompetensi literasi sains yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang
tidak menggunakan model pembelajaran 5E terintegrasi pendekatan saintifik. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata post-test pada kelas eksperimen yaitu 69.38 dan nilai rata-rata post-test pada kelas kontrol yaitu 57.67. Nilai post-test tertinggi pada kelas eksperimen yaitu 82 dan nilai post-test terendah yaitu 48, sedangkan pada kelas kontrol diperoleh nilai post-test tertinggi yaitu 71 dan nilai
pos-test terendah yaitu 37.
Gambar 4.3 Perbandingan Nilai Pre-test dan Post-test Kedua Kelas Sampel
Hasil analisis Uji t-test kelas eksperimen dan kelas kontrol terangkum dalam tabel 4.1
thitung ttabel
Eksperimen
4,39 2,01
Kontrol
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa, hasil Uji t-test memiliki nilai thitung > ttabel yakni 4.39>2.01 pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis, dilihat dari hasil perhitungan uji-t berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran 5E
Pre-Test Post-Test Eksperimen 32.96 69.38 Kontrol 32.04 57.67 0 20 40 60 80 100 Nilai
terintegrasi pendekatan saintifik terhadap literasi sains siswa SMPN 1 Kuripan Tahun Ajaran 2016/2017.
Peranan Model Pembelajaran 5E Terintegrasi Pendekatan Sainstifik dalam Meningkatkan Kompetensi Literasi Sains
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa model pembelajaran 5E terintegrasi pendekatan saintifik berpengaruh terhadap kompetensi literasi sains siswa. Hal ini dibuktikan dengan perbedaan hasil yang
signifikan antara kelas yang tidak
diberikan perlakuan model 5E terintegrasi pendekatan saintifik dengan pembelajaran 5E terintegrasi saintifik. Pernyataan ini didukung oleh hasil uji hipotesis, dan
keterlaksanaan pembelajaran dengan
katagori sangat baik. Hasil uji hipotesis
menunjukkan terdapat perbedaan
kompetensi literasi sains antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan yang paling menonjol adalah proses pembelajaran yang dilakukan di kelas, dimana siswa pada kelas eksperimen berperan lebih aktif selama pembelajaran berlangsung dibandingkan dengan siswa dikelas kontrol. Hal tersebut disebabkan oleh fase-fase dari model pembelajaran 5E memberikan pengaruh yang signifikan terhadap proses pembelajaran. Hal ini dapat didlihat dari fase pertama yaitu fase
engagement, pada fase ini pendidik
berusaha membangkitkan keingintahuan siswa dengan cara mengajukan pertanyaan,
kemudian, siswa akan memberikan
jawaban terhadap pertanyaan yang
diberikan. Dalam fase ini siswa
diharapakan akan megamati dan
menanyakan hal-hal yang terkait materi yang disampaikan, sesuai dengan tuntutan pendektan saintifik.. Fase kedua yaitu
exploration, pada fase ini siswa diarahkan
untuk membuat hipotesis, melakukan diskusi kelompok untuk memecahkan masalah dan mencatat pendapat terkait materi yang dibahas. Pada fase ini siswa akan melakuan penalaran sesuai dengan
tuntukan dari pendekatan saintifik.
Disamping itu, tujuan dari fase ini adalah untuk melihat sejauh mana para siswa sudah benar dalam memahami materi. Kemudian fase ketiga, yaitu explanation, dimana siswa akan menjelaskan suatu konsep dengan kalimatnya sendiri, setelah mendapatkan penjelasan dari pendidik. Fase keempat, yaitu elaboration, dalam fase ini siswa akan menerapkan konsep yang sudah dipelajari. Jika pada tahap ini, pendidik merancang proses pembelajaran yang baik maka motivasi belajar siswa akan meningkat dan fase yang terakhir adalah evaluation, pada fase ini guru akan dapat mengamati pemahaman siswa yang dijadikan bahan evaluasi sejauh mana proses penerapan model pembelajaran 5E Terintegrasi pendekatan saintifik. Dengan
fasse-fase tersebut, akan melatih siswa untuk mampu mengidentifikasi masalah-masalah yang ada disekitar, menjelaskan femone yang terjadi dan memberikan bukti atau fakta terhadap masalah-masalah yang terjadi. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Tuna (2013), Feyzioglu (2012) Harfina (2012) Cholistyana (2014) dan Astuti, dkk (2010) bahwa siswa yang diberikan perlakuan model pembelajaran 5E akan menunjukkan prestasi belajar yang lebih tinggi, lebih atraktif, dan
berpeluang untuk mengkonstruk
pengetahuan sendiri. Penerapan model pembelajaran 5E terintegrasi pendekatan
saintifk juga membuat siswa aktif
melakukan dalam pembelajaran dikelas
dikarenakan dipandu dengan bahan
belajar yang sudah mencakup langkah-langkah model pembelajaran 5E dan juga
kriteria pendekatan saintifik. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Marjan (2014) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar biologi dan keterampilan proses sains antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan
saintifik dengan siswa yang tidak
menggunakan pendekatan saintifik.
Sedangkan pada kelas kontrol tidak
diterapkan model pembelajaran 5E
terintegrasi pendekatan sainstifik
melainkan model pembelajaran ekspositori yaitu model pembelajaran yang biasa
dilakukan disekolah. Pada model ini peserta didik yang lamban mungkin bingung dalam usahanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli. Walaupun proses pembelajaran dilakukan secara diskusi kelompok, proses pembelajaran masih bersifat pasif hanya beberapa peserta didik saja yang aktif dalam proses pembelajaran. Kondisi ini disebabkan karena peserta didik tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau
pengertian-pengertian yang akan
ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu
oleh guru. Maka akan sulit
mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa:
Model pembelajaran 5E terintegrasi
pendekatan saintifik berpengaruh terhadap kompetensi literasi sains siswa SMPN 1 Kuripan tahun ajaran 2016/2017. (4,39 > 2.01)
DAFTAR PUSTAKA
Agustyaningrum, N. 2011. Implementasi
Model Pembelajaran Learning
Cycle 5E Untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Kelas IX B SMP
Negeri 2 Sleman. Seminar
Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika UNY, 3 Desember 2011, h. 6. [online]
Tersedia: http://eprints.uny.ac.id
diakses pada tanggal 30 September 2016.
Astuti, M. S. A., Sumarjono dan
Supriyono, K. H. 2010. Pengaruh
Model Pembelajaran Siklus Belajar 5e Terhadap Prestasi Belajar Fisika Materi Listrik Dinamis Siswa Kelas X Man 3 Malang.
Artikel. [Online] Tersedia:
https://www.google.com/url?.html &usg=AFQjCNElT8PjI2sACIUVz qUHUb0y-E85mQ, diakses pada tanggal 29 September 2016.
Bybee. 1997. The Concept of Literacy: A View of the Current Debate as on Outgrowth of the Past Two Centuries. Electronic Journal of
Literacy Through Science. Volume 1 Issue 1
Bybee, et al. 2006. The BSCS 5E
Instructional Model: Origins and Effectiveness. Colorado: Office of
Science Education National
Institutesof Health.
Bybee, R. W. 2009. PISA’S 2006
Measurement of Scientific Literacy: An Insider’s Perspective for the
U.S. APresentation for the NCES
PISA Research Conference.
Washington: Science Forum and Science Expert Group.
Cholistyana, I. E. 2014. Pengaruh Model
Learning Cycle 5e Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sistem Ekskresi. UIN Jakarta. Skripsi.
[Online]Tersedia:https://www.goog
le, diakses pada tanggal 16
September 2016.
Feyzioglu, B., Akyildiz, M., Dermirdag, B., dan Altun, E. 2012. Developing a Science Process Skills Test for Secondary Students: Validity and
Realibility Study. Educational
Science: Theory & Practice. 13(3).
[Online] Tersedia:
http://www.academicjournals
diakses pada tanggal 23 Desember 2015.
Harfina, I. 2012. Pengaruh Model
Pembelajaran Learning Cycle 5 Fase (Lc5E)Terhadap Kesadaran
Metakognitif dan Penguasaan
Konsep Fisika Peserta Didik Kelas X SMA Laboratorium UM. Malang:
Universitas negeri Malang.
[Online] Tersedia:
http://fisika.um.ac.pengaruh- model-pembelajaranlearning-cycle- 5-fase-lc-5e-terhadap-kesadaran-metakognitif, diakses pada tanggal 20 Agustus 2016.
Hernani dan Raharjo, M. 2009.
Membelajarkan Konsep
Sains-Kimia dari Perspektif Sosial untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. [Online] Tersedia: Jurnal
Pengajaran MIPA.
Marjan, J. 2014. Pengaruh Pembelajaran Saintifik Terhadap Hasil Belajar Biologi Dan Keterampilan Proses Sains Siswa MA Mu’amilat NW Pancor Selong Kabupaten Lombok
Timur Nusa Tenggara Barat.
Journal of University Ganesha. Volume 4, 2014, hala 1-1.
Nasution, K. 2013. Aplikasi Model
Pembelajaran dalam Perspektif
Pendekatan Saintifik. [Online]
Tersedia :http://nqtx1392172430 , diakses tanggal 20 September 2015.
OECD. 2003. Literacy Science. [Online]
Tersedia: http://www.oecd.org/
dataoecd/38/29 /33707226. pdf. Akses tanggal 8 Agustus 2015 OECD. 2004. Learning for Tomorrow’s
World. USA: OECD-PISA.
OECD. 2006. Assessing Scientific,
Reading and Mathematical
Literacy, A Framework for PISA 2006. Paris: OECD Publications.
OECD. 2009. PISA 2009 Assessment Framework, key competencies in reading, Mathematics and science.
[Online] Tersedia:
http://www.evaluacioneducativadia kses pada tanggal 16 September 2015.
OECD. 2013. PISA 2012 Results. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2015. Permendikbud RI nomor 58 tahun 2014
tentang Kurikulum 2013 SMP Dan MTs. Salinan lampiran Peraturan
Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 58Tahun 2014
Permendikbud RI Nomor 103 tahun 2014
tentang Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah. Salinan Lampiran
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014.
PISA. 2010. Assessment Framework
KeyCompetencies In Reading
,mathematicsand science. OECD.
Shofiyah, N. 2015. Deskripsi Literasi Sains Awal Mahasiswa Pendidikan Ipa. Universitas Muhammadiyah
Sidoarjo. Journal Pedagogia ISSN
2089 -3833 Volume. 4, No. 2,
Agustus 2015
Thomson, S. & De Bortoli, L. 2008.
Exploring scientific literacy: how Australia measures up the PISA
2006 survey of students’
scientific, reading and
mathematical literacy skills.
Camberwell, Vic.: ACER Press. Tuna, A. K dan Ahmet, K. 2013. Effect of
5E Learning Cycle Model In
Teaching Trigonometry On
Students Academic Achievement And the Permanence Of Their Knowledge. International Journal
on New Trends in Education and TheirImplicationvol.4(1). Turki :
Kastamonu University. [Online]
Tersedia :http://www.ijonte,