• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Klero 02 merupakan sekolah negeri yang pada awalnya berdiri pada tahun 1977. Sekolah ini mulai menyelenggarakan program inklusi sejak tahun pelajaran 2010. SD Negeri Klero 02 beralamat di Jalan Salatiga - Solo Km. 09 Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Jumlah peserta didik di sekolah di SD Negeri Klero 02 adalah 197 siswa. Sekolah ini menempati area seluas 1500 m2 dan telah terakreditasi A.

Sekolah ini memiliki 6 rombongan belajar. Adapun pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah ini terdiri dari 1 orang kepala sekolah, 6 orang guru kelas, 5 orang guru bidang studi, 1 orang guru pembimbing khusus dan 1 orang tenaga perpustakaan. Kualifikasi pendidikan dari para pegawai meliputi 11 orang berpendidikan S1, 2 orang lulusan DII, dan 1 orang lulusan SMA.

Visinya SD Negeri Klero 02 yaitu menciptakan generasi yang bertaqwa, cakap, handal, percaya diri, dan madani (BERCAHAYA). Misinya adalah (1) Melaksanakan pembelajaran PAIKEM; (2) Meningkatkan prestasi bidang

(2)

44

akademik, bidang olah raga, seni budaya, dan unggul dalam berbagai lomba; (3) Mengembangkan KTSP sebagai acuan belajar yang kreatif dan inovatif; (4) Mewujudkan lingkungan sekolah yang nyaman bersih, indah, aman, dan kondusif untuk belajar; (5) Menggali, memupuk, memfasilitasi bakat minat siswa agar menjadi anak berdaya saing unggul; (6) Mengintegrasikan karakter budi pekerti terhadap semua mata pelajaran; (7). Meningkatkan personal tenaga pendidikan agar lebih bersikap kritis, selektif dalam menghadapi era globalisasi.

Tujuan sekolah adalah (1) Mempersiapkan siswa menjadi manusia yang bertaqwa dan berakhlak mulia; (2) Mempersiapkan siswa menjadi manusia trampil dan mandiri; (3) Mempersiapkan siswa menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur; (4) Mempersipkan siswa menjadi manusia yang teguh ulet dan berdaya saing yang sehat; (5). Memumbuhkan semangat kesetiakawanan yang berjiwa sosial, demokrasi dan bertanggung jawab.

B. Hasil Penelitian

Pada hasil penelitian akan dibahas tentang deskriptif tentang penelitian yang telah dilakukan di SD Negeri Klero 02. Penelitian yang

(3)

45

dilaksanakan di SD Negeri Klero 02 ini melibatkan berbagai pihak sebagai responden penelitian, dimana responden tersebut melibatkan kepala sekolah, guru, dan komite sekolah.

Hasil evaluasi pelaksanaan program inklusi diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil wawancara dengan guru di validasi dengan hasil wawancara kepala sekolah dan komite sekolah. Selanjutnya dari hasil wawancara akan dibandingkan dengan hasil observasi dan dokumentasi sehingga data yang diperoleh benar-benar valid.

Dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang telah dilakukan, peneliti telah menggunakan model evaluasi CIPP agar penelitian berjalan sesuai dengan prosedur model evaluasi CIPP sehingga diperoleh hasil sebagai berikut: a. Konteks

Dalam aspek konteks evaluasi yang dilakukan meliputi latar belakang, tujuan pelaksanaan program, izin pelaksanaan program, pedoman pelaksanaan program, kerjasama dengan instansi yang mendukung pelaksanaan program, dan peserta didik.

Pendidikan inklusi merupakan salah satu model pelaksanaan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Anak berkelainan atau

(4)

46

anak berkebutuhan khusus yang selanjutnya akan disebut dengan ABK. Pendidikan sebagai hak untuk semua anak termasuk anak penyandang cacat yang sangat rentan untuk terpinggirkan. Berkaitan dengan praktek pendidikan, pendidikan inklusi dipandang salah satu cara untuk meningkatkan mutu sekolah khususnya untuk ABK. Sekolah yang menyelenggarakan program inklusi pada dasarnya ada sekolah umum yang ditunjuk oleh dinas untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi.

SD Negeri Klero 02 menyelenggarakan program inklusi sejak tahun 2010. Sekolah ini ditunjuk oleh dinas pendidikan untuk melaksanakan program sekolah inklusi. Adanya anak-anak di sekitar sekolah yang masuk dalam kategori ABK amun orang tuanya belum mempunyai kesadaran menyekolahkan di SLB. Selanjutnya sekolah mengajukan proposal kepada Dinas Pendidikan agar dapat menjadi sekolah penyelenggara program inklusi. Sejak saat itu sekolah menyelenggarakan program inklusi sampai dengan saat ini. Hal tersebut sebagaimana yang disampaikan oleh Kepala sekolah SD Negeri 02 Klero bahwa,

Sekolah ini sudah melaksanakan pendidikan inklusi sejak tahun 2010.

(5)

47

Karena saya kepala sekolah baru sehingga saya tidak tau pasti awalnya kenapa sekolah ini menyelenggarakan pendidikan inklusi, tetapi setahu saya karena ditunjuk oleh dinas.

Pendapat tersebut diperkuat oleh guru olahraga sebagai berikut

Salah satunya ada tawaran dari dinas lalu disini ada siswa yang ABK. Akhirnya mengajukan untuk menyelenggarakan sekolah inklusi.

Selain itu pendapat dari komite sekolah juga menjelaskan sebagai berikut

Bapak Kepala Sekolahnya matur karena ditunjuk oleh dinas sehingga menyelenggarakan sekolah inklusi

Hasil validitas data dengan wawancara dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program sekolah inklusi dilatar belakangi adanya tawaran dari dinas pendidikan untuk menyelengarakan program inklusi. Selain itu di lingkungan sekitar sekolah ada beberapa anak yang berkebutuhan khusus yang belum bersekolah. Orang tua belum mempunyai kesadaran untuk menyekolahkan anaknya yang berkebutuhan khusus ke SLB. Serta letak SLB yang jauh dari tempat tinggal, dan faktor ekonomi orang tua sehingga anak yang berkebutuhan khusus belum mempunyai kesempatan bersekolah.

Program inklusi di SD Negeri Klero 02 dapat ikut andil dalam penyetaraan hak pendidikan

(6)

48

anak, dimana anak yang berkebutuhan khusus dapat bersekolah dengan anak normal lain yang seusianya. Anak yang berkebutuhan khusus dapat memperoleh pendidikan dengan baik tanpa ada diskriminasi.

Pelaksanaan pendidikan inklusi di SD Negeri Klero 02 bertujuan untuk anak yang berkebutuhan khusus yang ada di sekitar sekolah agar dapat bersekolah dengan teman seusianya serta memberi kemudahan kepada masyarakat di sekitar Kecamatan Tengaran yang mempunyai ABK agar dapat bersekolah. Hal tersebut sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Kepala Sekolah SD Negeri Klero 02 bahwa,

Tujuan utamanya yaitu membantu anak-anak ABK yang ada didaerah sekitar sini agar bisa mengenyam pendidikan, karena daerah sini jauh dari SLB. Selain itu membantu orang tua yang mempunyai anak ABK yang tidak mampu menyekolahkan di Sekolah Luar Biasa karena tempatnya jauh.

Hal senada disampaikan oleh Bapak Komite Sekolah menjelaskan sebagai berikut

Adanya program inklusi dapat memberi kemudahan masyarakat sekitar Kecamatan Tengaran yang mempunyai anak berkebutuhan khusus agar bersekolah dekat dengan rumah.

Selain itu pendapat dari Ibu Y juga menjelaskan sebagai berikut

(7)

49

Supaya ABK di lingkungan Kec.Tengaran bisa sekolah disini karena sekolah yang mau menerima ABK jauh dan bisa sekolah secara gratis.

Dari hasil validasi data dengan wawancara didapat, adanya program pendidikan inklusi di SD Negeri Klero 02 bertujuan untuk menampung anak yang berkebutuhan khusus di sekitar Kecamatan Tengaran agar dapat bersekolah dekat dengan tempat tinggal. Melalui pendidikan inklusi, anak yang berkebutuhan khusus dapat di didik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu ABK perlu diberi kesempatan dan peluang yang sama dengan anak normal untuk mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat.

Sekolah ini telah menyelenggarakan pendidikan inklusi selama 6 tahun. Sekolah telah diberikan izin oleh dinas untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi, namun sampai saat ini belum ada Surat Keputusan dari Dinas Pendidikan yang menyatakan bahwa SD Negeri Klero 02 sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusi. Sekolah telah berupaya untuk mengusulkan agar mendapatkan surat keputusan namun sampai saat ini belum menerima surat keputusan

(8)

50

tersebut. Hal tersebut sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Kepala Sekolah bahwa,

Ijin menyelenggarakan inklusi sudah karena SD kami ditunjuk oleh dinas untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi tetapi belum mendapatkan SK secara resmi dari dinas. Kami sudah berulang kali mengusulkan agar mendapatkan SK namun sampai saat ini belum kami terima SK itu.

Pendapat tersebut diperkuat oleh Bapak P sebagai berikut

SK belum ada tapi ijin menyelenggarakan sudah karena kami diakui oleh dinas penyelenggara sekolah inklusi. Kami juga sudah mengajukan untuk diberi SK tapi sampai saat ini belum ada tanggapan dari dinas terkait dengan itu.

Begitu juga pendapat bapak T menyatakan sebagai berikut:

Belum ada SK akan tetapi SD ini diakui oleh dinas menyelenggarakan pendidikan inklusi.

Dari validasi data dengan wawancara diperoleh pernyataan bahwa ijin pelaksanaan program inklusi sudah dimiliki. Namun sekolah sampai saat ini belum menerim SK secara resmi.

Sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusi telah mempunyai pedoman dalam menyelenggarakan pendidikan inklusi. Sekolah mendapatkan pedoman pelaksanaan sekolah

(9)

51

inklusi dari dinas pendidikan. Hal tersebut sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak BG bahwa

Ada juknisnya, diberi pada saat mengikuti diklat. Dari dinas juga diberikan buku pedoman tentang pendidikan inklusi.

Hal tersebut di atas juga didukung hasil wawancara dengan kepala sekolah sebagai berikut

Ada,dari dinas diberi buku pedoman tentang pendidikan inklusi.

Hasil validitas data dengan wawancara dengan kepala sekolah menunjukkan bahwa sekolah mempunyai pedoman pelaksanaan pendidikan inklusi bahkan guru menambahkan adanya juknis pelaksanaan pendidikan inklusi.

Untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi dengan baik sekolah membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Sekolah melakukan kerjasama dengan lembaga ataupun instansi lainnya untuk mendukung terlaksananya program pendidikan inklusi. Sekolah bekerjasama dengan SLB di Salatiga untuk mendampingi guru dalam mengajar ABK. Ada satu guru SLB yang datang ke sekolah untuk mendampingi saat memberikan pelayanan terhadap anak yang berkebutuhan khusus. Hal tersebut sebagaimana

(10)

52

yang disampaikan oleh guru pendamping khusus SD Negeri Klero 02 bahwa,

Belum secara resmi namun saya sudah sering kali mencari informasi sendiri ke SLB di Salatiga dan meskipun belum rutin guru SLB juga datang membantu saya.

Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Bapak P sebagai guru olah raga sebagai berikut:

Kami selama ini bekerjasama dengan Bina Petra Ambarawa tapi kerjasama secara tertulisnya belum ada, kami hanya berkonsultasi jika ada masalah tentang pelaksanaan inklusi.

Pendapat lain yang mendukung dari pernyataan diatas adalah Ibu PJ yang menuturkan sebagai berikut

Sebagai komite yang saya tahu sekolah telah bekerjasama dengan SLB di Salatiga dan di Ambarawa. ada guru SLB yang suka membantu tapi bentuk kerjasamanya sudah tertulis apa belum kurang tahu.

Dari hasil validitas melalui wawancara diatas dan didukung dengan studi dokumentasi bahwa sekolah bekerjasama dengan SLB Salatiga dan Bina Petra Ambarawa untuk berkonsultasi jika ada masalah tentang pelaksanaan pendidikan inklusi. Sekolah sudah melakukan kerjasama dengan lembaga lainnya dalam memperlancar pelaksanaan pendidikan inklusi, namun sekolah dalam melakukan kerjasama dengan lembaga lain

(11)

53

belum ada perjanjian secara tertulis atau MOU kerjasama dengan lembaga tersebut.

Sasaran dari adanya program pendidikan inklusi ini adalah anak yang berkebutuhan khusus dan anak usia sekolah yang ada disekitar SD Negeri Klero 02 dan sekitar Kecamatan Tengaran. Semua anak yang berkebutuhan khusus dan anak usia sekolah setingkat SD dapat bersekolah di sekolah ini.

Dalam proses penerimaan peserta didik baru sekolah tidak menerapkan seleksi. Semua anak usia Sekolah Dasar dapat bersekolah di SD Negeri Klero 02 tanpa pengecualian anak yang berkebutuhan khusus, jadi anak yang berkebutuhan khusus dapat bersekolah tanpa ada diskriminasi. Namun untuk anak yang berkebutuhan khusus yang kategori berat tidak bisa dilayani di SD ini karena keterbatasan kemampuan guru dalam melayani anak yang berkebutuhan khusus. Hal tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan guru pendamping khusus bahwa

Anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus dan anak-anak pada umumnya yang usianya sudah memasuki jenjang SD.

(12)

54

Hal ini sesuai yang diungkapkan Bapak P sebagai berikut

Semua anak yang berkebutuhan khusus dan anak usia sekolah setingkat SD. Pada penerimaan siswa baru hanya ditanya kekurangan dan kelebihan anak yang berkebutuhan khusus kepada orang tuanya tetapi jika ada yang berkebutuhan khususnya parah seperti bisu kita sarankan untuk sekolah di SLB.

Pendapat tersebut juga diperkuat oleh ibu Y sebagai guru kelas sebagai berikut

Anak-anak yang berkebutuhan khusus tetapi yang masih ringan contohnya lamban belajar. Kalau seleksi tes tidak ada tetapi yang diseleksi adalah anak-anak yang berkebutuhan khusus yang berat tidak bisa dilayani di SD ini.

Hasil validitas data dengan wawancara dan studi dokumentasi dengan guru menunjukkan bahwa dalam PPDB semua ABK dan anak usia sekolah dapat diterima di SD Negeri Klero 02 namun yang masih dalam kategori ringan ketunaannya.

Dalam menerima ABK, sekolah biasanya melakukan pengamatan ketika peserta didik mendaftar sekolah. Pada saat itu guru mengamati dari fisik dan tingkah laku anak tersebut. Kemudian juga informasi yang diperoleh dari guru yang mengajar di pendidikan sebelumnya. Selain itu guru melakukan wawancara kepada orang tua

(13)

55

tentang keadaan anak tersebut, dengan informasi yang didapat dan pengamatan kemudian guru menggolongkan anak tersebut sesuai dengan buku petunjuk tentang ABK. Hal tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan guru pendamping khusus bahwa

Orang tua, fisik anak, dan karena saya merangkap ngajar di PAUD dan TK yang lokasinya sama dengan SD maka saya tau anak yang ABK yang sebelumnya sekolah di tempat saya.

Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Ibu Y sebagai guru kelas sebagai berikut

Dari fisik bisa terlihat mbak, dari laporan orang tua siswa, dan dari laporan guru TK yang siswa yang berkebutuhan khusus dari TK.

Dari hasil validitas data dengan wawancara guru menunjukkan bahwa ABK yang masuk di SD Negeri Klero 02 dilihat dari fisik serta laporan orang tua serta pendidikan sebelumnya.

Sekolah secara mandiri berdasarkan pedoman buku yang ada menggolongkan ABK sesuai kategorinya tanpa adanya saran dari tenaga ahli. Dari temuan studi dokumentasi yang telah dilakukan bahwa ABK yang dilayani ada 12 anak yang tersebar dari kelas I sampai keas V. ABK yang ada terdiri dari 5 anak tuna Grahita, 3 anak autis,

(14)

56

2 anak lamban belajar, 1 anak tuna laras, dan 1 anak tuna daksa.

b. Input

Demi terselenggaranya pendidikan inklusi yang optimal maka diperlukan berbagai komponen pendukung. Ketersediaan sarana prasarana sangat penting untuk menunjang agar dapat berjalan dengan baik pendidikan inklusi. Sarana prasarana yang baik dipergunakan untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pendidikan inklusi pada satuan pendidikan tertentu.

Pada hakikatnya sarana dan prasarana pendidikan pada satuan pendidikan dapat dipergunakan dalam pelaksanaan pendidikan inklusi, tetapi untuk mengoptimalkan proses pembelajaran perlu dilengkapi fasilitas bagi kelancaran mobilisasi ABK, serta media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan ABK. Keberadaan sarana prasarana untuk anak-anak berkebutuhan khusus seringkali menjadi persoalan. Pemerintah telah memberikan bantuan dana blockgrant melalui APBD kepada sekolah-sekolah penyelenggara pendidikan inklusi.

Kenyataannya di SD Negeri Klero 02 masih sedikit sarana prasarana yang dimiliki. Sekolah pernah mendapatkan bantuan dari dinas berupa

(15)

57

alat-alat keterampilan peserta didik seperti mesin jahit, setrika, alat masak, alat musik, dan drumband. Alat-alat tersebut digunakan untuk melatih peserta didik untuk lebih mandiri terutama kepada anak-anak yang berkebutuhan khusus.

Sarana prasarana yang dimiliki sekolah belum memenuhi kebutuhan anak yang berkebutuhan khusus. Karena alat-alat yang ada belum sesuai dengan kebutuhan anak yang berkebutuhan khusus yang ada disekolah. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ibu SN bahwa,

Belum sama sekali karena kebanyakan dari mereka lamban belajar dan butuh alat peraga seperti kartu huruf, alat hitung gitu tapi belum ada bantuan dari pemerintah. Sedangkan untuk beli belum disediakan alokasi khusus dana untuk menyelenggarakan inklusi.

Pendapat tersebut juga diperkuat oleh guru pendamping khusus sebagai berikut

Belum, soale alat-alat itu kurang bisa kami manfaatkanS secara maksimal. Disini kebanyakan yang ABK jenisnya lamban belajar jadi kami malah butuh alat peraga calistung. SD ini pernah diberi bantuan alat-alat seperti mesin jahit, setlika, alat masak, alat musik, alat pertukangan, timbangan hanya itu mbak.

Dari validasi data dengan studi dokumentasi dan wawancara dapat disimpulkan

(16)

58

bahwa sarana prasarana yang ada masih jauh dari kata memadai, sehingga membuat peserta didik tidak dapat belajar dengan maksimal.

Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan inklusi tidak jauh berbeda dengan kurikulum yang digunakan dengan sekolah lainnya. Namun dalam kurikulum pendidikan inklusi mengalami modifikasi yang disesuaikan dengan ABK yang ada. Berikut pernyataan Bapak Sup selaku ketua komite

Karena kurikulum nasional pakai KTSP ya pakai itu juga tapi mungkin guru-guru disana menggabungkan kurikulum yang lain biar mempermudah ABK menerima materi.

Pendapat tersebut juga diperkuat oleh guru pendamping khusus sebagai berikut

KTSP dan yang jelas kurikulumnya saya gabung dengan kurikulum SLB jadi disesuaikan dengan kemampuan anaknya saja.

Begitu juga pendapat Bapak P sebagai guru olahraga yang menyatakan sebagai berikut

Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum KTSP dan dimodifikasi sesuai dengan kemampuan anak-anak tersebut.

Dari validasi data melalui wawancara dan studi dokumentasi menunjukkan bahwa kurikulum yang digunakan dalam

(17)

59

menyelenggarakan pendidikan inklusi adalah KTSP yang dimodifikasi sesuai kemampuan ABK.

Dalam memodifikasi kurikulum, sekolah mengacu juga terhadap kurikulum SLB. Sekolah melakukan modifikasi kurikulum dengan cara melakukan penyesuaian di berbagai komponen sesuai dengan karakteristik peserta didiknya. Modifikasi mulai dari materi pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi serta penilaian.

Hal tersebut diwujudkan mulai dari perencanaan pembelajaran yang dibuat bagi siswa ABK disesuaikan dengan kemampuannya. Materi pembelajaran dibuat lebih mudah untuk ABK. Layanan tambahan bagi ABK juga dilakukan mulai dari jam tambahan belajar, remedial, atau bimbingan khusus lainya diluar jam belajar. Begitu juga dengan penetapan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang dibuat lebih rendah dari anak normal.

Sekolah penyelenggara pendidikan inklusi seyogyanya mempunyai pendidik dan tenaga pendidikan yang memenuhi standar kualifikasi. Guru telah mengikuti beberapa pelatihan tentang pendidikan inklusi. Hasil wawancara dengan kepala sekolah menyatakan

Ada yang sudah, tetapi kalau pelatihan tentang mengajar khusus anak inklusi

(18)

60

belum. Tapi kalau pelatihan yang sifatnya umum tentang penanganan dan cara memperlakukan anak inklusi sudah.

Begitu juga pendapat guru pendamping khusus yang menyatakan sebagai berikut

Belum semua, saya belum pernah, saya hanya mencari informasi sendiri bagaimana cara mengajari mereka lewat internet, guru SLB dan baca-baca buku sendiri.

Hasil validasi data melalui wawancara dengan Bapak Kepala Sekolah menunjukkan bahwa belum semua guru mengikuti pelatihan bahkan tentang mengajar anak inklusi hanya sekedar pelatihan tentang pendidikan inklusi secara umum. Guru pendamping khusus menambahkan bahwa informasi cara mengajar di dapatkan dari internet, guru SLB dan membaca buku. Hanya ada beberapa guru yang sudah mendapatkan pelatihan tentang pendidikan inklusi. Pelatihan yang pernah diikuti sifatnya umum tentang penanganan dan cara memperlakukan anak ABK.

Pelaksanaan sekolah inklusi perlu memiliki guru pembimbing khusus (GPK), yang berlatarbelakang S1 PLB dan guru yang telah mengikuti Diklat Pendidikan Inklusi. Sejak pelaksanaan program pendidikan inklusi pada tahun 2010 hingga saat ini, SD Negeri Klero 02

(19)

61

belum memiliki GPK sesuai dengan kompetensinya. Sehingga sekolah berinisiatif mengangkat seorang guru umum menjadi GPK. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Kepala Sekolah dalam wawancaranya yang menyatakan,

Ada, tetapi latar belakang pendidikannya masih umum. Itu saja kebijakan dari kami mengangkat guru menjadi guru pendamping anak ABK. Tetapi belum ada guru pendamping khusus yang datang.

Pendapat tersebut sama diungkapkan oleh Bapak BG sebagai guru kelas sebagai berikut

Guru pendamping khusus yang benar-benar ahli belum ada tapi sekolah kami mengangkat salah satu guru wiyata untuk menjadi guru pendamping khusus bagi ABK disini.

Pendapat tersebut diperkuat oleh Ibu ENH sebagai berikut

Disini kalau GPK belum ada tapi sama Bapak Kepala Sekolah saya yang diberi tugas mendampingi ABK yang mengajari mereka mbak.

Dari hasil validasi data dengan wawancara dan dokumentasi dengan kepala sekolah menyimpulkan bahwa sekolah sudah mempunyai GPK dengan mengangkat salah satu guru wiyata untuk mendampingi ABK namun dari latar belakang pendidikan umum. Guru serta GPK

(20)

62

menyatakan belum adanya GPK yang benar-benar ahli disekolah. Sekolah hanya mengangkat salah satu guru untuk mendampingi ABK dalam pembelajaran.

c. Proses (Proces)

Pelaksanaan pembelajaran di sekolah inklusi guru dituntut mampu membuat perencanaan pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik. Perencanaan pembelajaran yang telah dibuat telah dimodifikasi di berbagai aspek disesuaikan dengan anak yang berkebutuhan khusus dikelasnya. Namun tidak semua guru melakukan modifikasi perecanaan pembelajaran. Berikut pernyataan kepala sekolah bahwa

Kalau guru kelas tidak karena kami sudah menunjuk guru pendamping khusus yang kami percaya untuk mengajari anak ABK.

Pendapat tersebut sama diungkapkan oleh Bapak P sebagai guru olahraga sebagai berikut

RPP yang saya buat adalah RPP untuk siswa normal karena anak yang ABK disini jarang yang mau ikut pelajaran olah raga tetapi untuk guru yang lain sudah membuat tapi belum sepenuhnya biasanya kami menggabungkan kurikulum biasa dengan kurikulum SDLB dalam membuat RPP.

Pendapat tersebut diperkuat oleh ibu ENH sebagai GPK sebagai berikut:

(21)

63

Saya membuatnya RPP yang saya buat sesuai dengan kemampuan ABK nya dan RPP itu tak pakai lama soale anak-anak ini kan gampang lupa.

Hasil validasi data dengan wawancara dan didukung dengan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa guru dalam membuat perencanaan pembelajaran terdapat sedikit modifikasi. Namun belum semua guru membuat RPP yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.

Pada pelaksanaan pembelajaran dikelas guru melakukan pengaturan tempat duduk. Biasanya anak yang berkebutuhan khusus ditempatkan didepan. Hal itu dilakukan agar anak ABK lebih mudah mendapat perhatian guru.

Dalam pembelajaran sekolah inklusi, guru pembimbing khusus dituntut mampu mengimplementasikan prinsip-prinsip khusus terhadap peserta didik berkebutuhan khusus sesuai dengan tingkat kekhususan peserta didik tersebut. Pada prakteknya, guru pembimbing khusus telah melakukan proses pembelajaran dan menjalankan tugasnya sebagai pendamping peserta didik berkebutuhan khusus. Oleh karena itu dalam memberikan pembelajaran GPK harus memahami karakteristik ABK.

(22)

64

Guru pembimbing khusus memberikan pembelajaran dikelas umum dan juga dilakukan dikelas khusus berbeda dengan peserta didik yang normal. Untuk anak yang mengalami tuna daksa diberikan bimbingan mengucap dan menulis sedangkan untuk anak slow leaner diberikan bimbingan pengembangan diri. Bimbingan khusus model PPI (Program Pembelajaran Individual) diberikan kepada ABK dalam kategori tuna laras.

Dengan pembelajaran yang baik akan memberikan peluang terhadap ABK untuk mengaktualisasikan potensinya sesuai dengan bakat, kemampuannya serta perbedaan yang ada pada setiap anak. Berikut pernyataan Bapak kepala sekolah bahwa

Ada, perhatian khusus ke ABK pada saat mengerjakan tugas tetapi pendampingan khusus saat pembelajaran saya rasa kurang karena guru kelas harus menangani anak yang jumlahnya banyak.

Keterangan kepala sekolah tersebut diperkuat oleh Ibu ENH sebagai GPK sebagai berikut:

Pastinya ada, apalagi pas mengerjakan soal-soal jika tidak didampingi mereka pasti gak bisa.

Hasil validasi data dengan wawancara dengan kepala sekolah menunjukkan ABK diberi

(23)

65

pendampingan khusus saat pembelajaran namun kurang maksimal karena dikelas harus menangani banyak anak. GPK membenarkan hal itu dan menambahkan jika tidak didampingi anak ABK akan mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal.

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan atau prestasi yang dicapai oleh peserta didik berkebutuhan khusus setelah menjalani proses pembelajaran. Penilaian yang dilakukan oleh GPK terhadap peserta didik berkebutuhan khusus adalah GPK melakukan modifikasi sistem evaluasi terhadap peserta didik berkebutuhan khusus dengan bantuan guru kelas. Berikut pernyataan kepala sekolah tentang alat penilaian bahwa

Penilaiannya menggunakan sistem sendiri, KKM dibedakan dan anak inklusi sesuai petunjuk dari dinas pada saat pelatihan.

Keterangan kepala sekolah tersebut diperkuat oleh ibu ENH sebagai GPK sebagai berikut:

Iya pasti, KKM yang jelas kami bedakan, tingkat kesulitan soal dan penilaian ABK lebih kepada prosesnya bukan hasil akhirnya yang kami nilai perilaku mereka.

(24)

66

Begitu juga pendapat dari bapak T guru kelas yang menyatakan sebagai berikut

Tetep pakai penilaian khusus, ABK KKM nya berbeda dengan anak normal, soal yang diberikan kepada yang ABK juga lebih mudah.

Dari hasil validasi data dengan wawancara tersebut di atas dapat disimpulkan untuk KKM siswa ABK dibuat tidak sama dengan anak-anak normal. KKM dibuat lebih rendah bagi anak ABK. Dalam membuat soal evaluasi juga berbeda tingkat kesulitannya.

Dalam pelaksanaan program inklusi di SD Negeri Klero 02, sumber dana khusus untuk melayani dan membantu ABK belum ada yang diterima dari dinas terkait. Sejauh ini, sekolah mengambil dan menggunakan dana BOS untuk memenuhi kebutuhan dalam melayani ABK sebagai mana penjelasan kepala sekolah sebagai berikut.

Masih ikut BOS, tidak ada dana tersendiri untuk menyelenggaran program inklusi. Jadi segala kebutuhan dalam program ini dibebankan dengan dana BOS.

Keterangan kepala sekolah tersebut diperkuat oleh ibu ENH sebagai GPK sebagai berikut:

Memakai dana BOS belum ada dana khusus untuk menyelenggarakan program ini.

(25)

67

Selain itu pendapat dari Bapak P sebagai guru olahraga juga menjelaskan sebagai berikut

Tidak ada pembiayaan khusus buat program inklusi. pembiayaan masih didanai oleh dana BOS.

Hasil validasi data dengan wawancara dapat disimpulkan bahwa pendanaan dalam program inklusi di SD Negeri Klero 02 sepenuhnya didanai oleh dana BOS. Selama ini belum ada dana alokasi khusus untuk penyelenggarakan program inklusi di sekolah ini.

Di samping itu, kendala lain yang ditemukan adalah tidak ada monitoring dari dinas terkait pelaksanaan program pendidikan inklusi di sekolah. Padahal dari pihak sekolah sangat membutuhkan adanya monitoring dan pendampingan terhadap pelaksanaan program inklusi ini. Hal itu juga disampaikan oleh komite sekolah bahwa,

Program itu sangat bagus menurutku akan tetapi terkadang pemerintah hanya membuat program saja tanpa ada tindak lanjut sehingga kadang pihak sekolah gersulo dengan adanya program ini karena dampaknya bagi nilai rata-rata sekolah yang menurun karena adanya anak-anak ini karena keterbatasan personil yang dimiliki sekolah tersebut jadi seharusnya pemerintah membantu memberikan guru pendamping, pakar atau apalah namanya biar sekolah tetep berjalan dengan baik.

(26)

68

Pendapat tersebut diperkuat oleh Kepala sekolah sebagai berikut:

Belum ada monitoring ke sekolah, jujur kami butuh ada monitoring tetapi juga dibarengi dengan pendampingan terhadap pelaksanaan program ini.

Dari hasil validasi data dengan wawancara dengan komite sekolah menunjukkan sekolah mendukung adanya program inklusi namun harus diberi tindak lanjut dengan memberi guru pendamping agar program berjalan dengan baik karena berdampak pada nilai rata-rata sekolah. Kepala sekolah membenarkan hal itu dan menambahkan bahwa selama ini belum ada monitoring dari dinas dan tidak adanya pendampingan dalam pelaksanaan program. Dengan adanya program ini mereka berharap anak yang berkebutuhan dapat bersekolah selayaknya anak normal seusianya.

d. Produk

Perkembangan atau prestasi dari bidang akademik maupun non akademik ABK merupakan dampak penerapan program pendidikan inklusi. Hal ini menunjukkan keberhasilan dari program yang dijalankan. Sejak SDN Klero 02 menerima ABK pada tahun 2010, maka sudah ada ABK dengan perkembangan dan prestasi yang bervariasi.

(27)

69

Berhubungan dengan jenis ABK yang diterima di sekolah ini tidak dalam kategori berat dan masih bisa mengikuti pelajaran. Perkembangan atau prestasi akademik ABK tersebut belum mencapai rerata atau standar KKM. ABK bisa naik kelas ketika sudah memenuhi KKM. pada umumnya perkembangan akademik ABK dalam kategori cukup. Sebagai mana yang disampaikan oleh kepala sekolah sebagai berikut

Prestasi mereka ya biasa saja. Yang pasti mereka dibawah anak normal tetapi sudah ada kemajuan meskipun sedikit.

Begitu juga pendapat ibu ENH sebagai guru GPK yang menyatakan

Jelas prestasi akademiknya kurang tapi sudah lumayan mereka yang sudah ada perkembangannya meskipun lambat.

Pendapat lain yang mendukung keterangan dari GPK yaitu dari ibu SN menuturkan

Prestasinya ya berkembang meskipun sedikit anak-anak ini sekarang sudah bisa menggabungkan kata meskipun baru sedikit.

Dari hasil validasi data melalui wawancara dan studi dokumentasi dapat disimpulkan bahwa perkembangan ABK dari segi akademik masih kurang. Namun ABK dapat berkembang meskipun perkembangannya belum signifikan.

(28)

70

Program tersebut tidak hanya berdampak pada perkembangan dan prestasi ABK di bidang akademik saja, namun juga berdampak pada perkembangan dan prestasi ABK di bidang non akademik. Guru kelas menyampaikan bahwa ABK memiliki perkembangan non akademik yang cukup baik. Namun prestasi bidang non akademik dari ABK juga tidak nampak begitu signifikan atau bisa dikatakan masih rata-rata saja. Hal ini serupa disampaikan oleh Kepala Sekolah dalam wawancara sebagai berikut:

Perkembangan non akademik ada, ada anak yang berbakat dibidang musik dan menggambar meskipun belum berprestasi.

Hal yang sama juga disampaikan oleh ibu SN dalam wawancara sebagai berikut:

Dalam segi non akademik lumayan maju meskipun belum pernah juara tapi gambarnya bagus dan ada yang pernah maju lomba meskipun belum menang.

Begitu juga pendapat dari ibu ENH guru GPK yang menyatakan sebagai berikut

Dari segi non akademik lebih menonjol mereka ada yang bisa menggambar bagus meskipun belum pernah menang lomba.

Dari hasil validasi data dengan wawancara tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi dari segi non akademik lebih menonjol. Dimana

(29)

71

ada ABK yang mempunyai beberapa bakat yang menonjol.

Mengingat bahwa SDN Klero 02 sudah menerima ABK sejak tahun 2010 sekolah ini belum meluluskan ABK. Hal ini terjadi karena ABK sering tinggal kelas. Di samping itu, produk dari pelaksanaan program ini adalah adanya 12 ABK yang terlayani di sekolah.

Ada beberapa faktor pendukung dalam pelaksanaan inklusi di SD Negeri Klero 02. adanya antusias masyarakat sekitar sekolah yang memiliki ABK untuk menyekolahkan di SD Negeri Klero 02. Dengan adanya masyarakat sekitar yang menyekolahkan anaknya yang ABK di SD Negeri Klero 02 dapat mendukung program inklusi di sekolah ini. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Bapak Kepala Sekolah sebagai berikut

SD ini persis di pinggir jalan raya mbak jadi mudah untuk dijangkau oleh masyarakat yang ingin menyekolahkan anaknya kesini apalagi orang tua yang memiliki ABK mbk yang jauh dari SLB jadi menurutku itu salah satu faktor pendukung pelaksanaan inklusi disini.

Hal senada juga disampaikan oleh Ibu SN selaku Guru Agama sebagai berikut

Apa ya mbak, tapi yang jelas masyarakat daerah Tengaran sekarang

(30)

72

senang apalagi yang punya ABK mereka bisa menyekolahkan anaknya disini sebelumnya kan jauh harus ke Salatiga.

Dari hasil validasi data dengan wawancara dapat disimpulkan bahwa pendukung program inklusi disekolah ini adalah adanya dukungan dari masyarakat. Dukungan itu berupa antusias masyarakat sekitar yang mempunyai ABK untuk menyekolahkan anaknya di SD Negeri Klero 02.

Berdasarkan hasil wawancara bahwa masih ada hambatan dalam pelaksanaan program inklusi ini. SD Negeri Klero 02 sebagai salah satu dan satu-satunya sekolah di Kecamatan Tengaran yang melaksanakan program pendidikan inklusi masih menemukan dan menjumpai beberapa kendala yang menyebabkan sekolah ini belum maksimal dan optimal dalam menjalankan program. Ketersediaan sarana dan prasarana yang belum sesuai dengan jenis kebutuhan ABK, tidak adanya guru pendamping khusus sesuai dengan kompetensinya, pendanaan yang masih dengan BOS saja, pemahaman masyarakat tentang pendidikan inklusi dan keterbatasan pemahaman guru terhadap ABK. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Kepala Sekolah dalam wawancaranya bahwa,

(31)

73

Yang pertama belum adanya guru pendamping khusus yang benar-benar ahli menangani ABK, pemahaman masyarakat disini masih kurang tentang sekolah inklusi jadi anak-anak yang seharusnya masuk SLB sudah kami beri pengertian masih saja menyekolahkan anaknya disini sehingga kami merasa kesulitan, sarana dan prasarana kurang, butuh dana untuk menyelenggarakan program ini tetapi belum pernah diberikan, belum bisa maksimal menangani ABK karena keterbatasan pemahaman guru tentang ABK.

Begitu juga pendapat dari Ibu ENH guru GPK yang menyatakan sebagai berikut

Belum ada guru pendamping yang profesional, saya yang ditunjuk sebagai pendamping belum pernah diikutkan pelatihan jadi pengetahuanku kurang, sarana prasarananya kurang.

Hasil validasi data dengan wawancara kepala sekolah mengungkapkan bahwa hambatan yang dialami sekolah disebkan belum adanya GPK, pemahaman orang tua tentang ABK yang kurang, sarana dan prasarana yang kurang memadai serta pendanaan yang yang belum diberikan secara khusus. Hal senada diungkapkan oleh GPK serta menambahkan bahwa meskipun ditunjuk sebagai GPK belum pernah diikutkan pelatihan tentang menangani ABK.

Dengan adanya progam inklusi ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam menyukseskan wajib belajar 9 tahun. Dimana

(32)

74

anak pada usia sekolah dapat bersekolah seperti anak seusianya tanpa terkecuali anak yang berkebutuhan khusus. Dari kendala-kendala yang ada, pihak sekolah berharap agar kendala tersebut segera teratasi dan dinas terkait bisa melakukan perbaikan dan pembenahan.

C. Pembahasan

Pada bagian ini merupakan pembahasan tentang hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya. Pembahasan terhadap hasil penelitian ini merupakan upaya untuk menjelaskan hasil analisis dan menjawab rumusan masalah yang diajukan yaitu bagaimanakah evaluasi terhadap context, input, process dan

product dari pelaksanaan program inklusi di SD

Negeri Klero 02. a. Konteks

Evaluasi konteks terhadap pelaksanaan program inklusif di SD Negeri Klero 02 meliputi unsur penilaian terhadap latar belakang, tujuan pendidikan inklusi, kerjasama terhadap instansi lain, dan penerimaan peserta didik.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa SD Negeri Klero 02 melaksanakan progam inklusi karena adanya penunjukan dari dinas pendidikan kabupaten. Selain itu juga adanya

(33)

75

anak-anak di sekitar sekolah yang masuk dalam kategori ABK namun orang tuanya belum memunyai kesadaran menyekolahkan di SLB. SD Negeri Klero 02 ditunjuk dan dicanangkan sebagai sekolah pilot project pelaksana program pendidikan inklusi di Kecamatan Tengaran. Hasil temuan ini sudah sesuai dengan Permendiknas No. 70 Tahun 2009 pasal 4 ayat 1 dimana “pemerintah kabupaten/kota menunjuk minimal satu sekolah dasar, dan satu sekolah menengah pertama pada setiap kecamatan dan satu satuan pendidikan menengah untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi yang wajib menerima peserta didik” dengan kebutuhan khusus.

Sekolah mendapat manfaat atas kepercayaan dan apresiasi dari masyarakat khususnya orang tua ABK. Tujuan dalam dalam pelaksanaan program inklusi di SD Negeri Klero 02 adalah pemerataan akses pendidikan yang ramah dan adil tanpa diskriminatif bisa diwujudkan dengan baik. ABK yang berada dilingkungan sekitar agar mereka bisa bersekolah seperti anak-anak normal seusianya. Hal ini sesuai yang dengan Permendiknas No. 70 Tahun 2009 pasal 3 ayat 1 dimana peserta didik dengan kelainan fisik, emosional, mental, sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berhak mengikuti pendidikan inklusif

(34)

76

pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

Izin pelaksanaan program inklusi disekolah ini sudah ada karena sekolah ditunjuk dinas untuk menyelenggarakan program inklusi. Namun sampai sekarang sekolah belum mendapatkan SK yang menerangkan sebagai sekolah penyelenggara program inklusi.

Sekolah dalam melaksanakan program inklusi berdasarkan pedoman yang diberikan dinas. Untuk menunjang berjalannya program tersebut sekolah melakukan kerjasama dengan lembaga lain. Sekolah menjalin kerjasama dengan SLB Salatiga. Kerjasama dilakukan untuk memberikan bimbingan dalam pelayanan terhadap ABK. Temuan ini sudah sesuai dengan Direktorat Pembinaan PKLK Pendidikan Dasar Tahun 2012 dan Permendiknas No. 70 Tahun 2009 pasal 11 ayat 1-5.

Sasaran program inklusi di SD Negeri Klero 02 yaitu anak usia sekolah yang terdapat disekitar sekolah. Dalam penerimaan peserta didik baru sekolah tidak melakukan proses seleksi. ABK yang diterima secara umum masih bisa mengikuti pelajaran atau arahan guru, mandiri, percaya diri, dan bisa mengikuti proses pembelajaran dengan anak normal. ABK yang dilayani ada 12 anak yang

(35)

77

tersebar dari kelas I sampai keas V. ABK yang ada terdiri dari 5 anak tuna Grahita, 3 anak autis, 2 anak lamban belajar, 1 anak tuna laras, dan 1 anak tuna daksa.

Pada proses penerimaan peserta didik baru sekolah biasanya melakukan pengamatan ketika peserta didik mendaftar sekolah. Sekolah menerima ABK dengan menyesuaikan pada jenis kebutuhan atau kelainan yaitu kategori ringan, dan dimana ABK berdomisili dekat lingkungan sekolah. Hasil temuan ini sesuai dengan Permendiknas No. 70 Tahun 2009 pasal 5 ayat 1 sekolah menerima peserta didik dengan kelainan dan/atau potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa atas pertimbangan terhadap sumber daya yang dimiliki sekolah tersebut.

b. Input

Evaluasi input terhadap pelaksanaan program pendidikan inklusi di SD Negeri Klero 02 meliputi sarana prasarana, kurikulum, dan sumber daya manusia.

Sekolah ini masih mengandalkan sarana prasarana yang sudah ada sebelumnya. Sarpras ini umumnya digunakan secara merata baik siswa reguler maupun ABK. Hal ini sesuai dengan Direktorat Pembinaan SLB (2007) dimana sarana dan prasarana umum yang dibutuhkan sekolah

(36)

78

penyelenggara program pendidikan inklusi cenderung sama dengan sekolah reguler pada umumnya.

Ketersediaan sarana dan prasarana yang ada di sekolah masih terbatas. Selama ini sekolah telah mendapatkan bantuan sarana berupa alat musik, alat memasak, drum band, alat menjahit, dan berbagai alat lainnya yang menunjang untuk mengembangkan keterampilan siswa. Bantuan tersebut diberikan oleh Pemerintah provinsi pada tahun 2010 sebesar Rp. 50.000.000,00. Selain itu, sekolah belum didukung dengan prasarana yang memadai seperti ruang atau kelas khusus guna melayani ABK.

Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum nasional dan dimodifikasi sesuai dengan ABK yang ada. Sekolah juga mengacu pada kurikulum SLB dengan melakukan penyesuaian di berbagai komponen sesuai karakteristik peserta didik. Sekolah melakukan modifikasi mulai dari materi pembelajaran, media pembelajaran, penilaian, pelayanan tambahan jam belajar, remedial, atau pembimbingan khusus diluar jam sekolah. Hal ini diperkuat dalam Permendiknas No. 70 Tahun 2009 pasal 7 bahwa kurikulum yang digunakan adalah kurikulum tingkat satuan

(37)

79

pendisdikan yang mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan ABK sesuai bakat, minat dan potensinya.

Sebagian guru di sekolah belum pernah mendapatkan workshop, diklat, sosialisasi dan/atau pelatihan khusus untuk meningkatkan kompetensi. Temuan ini tidak sesuai dengan Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 pasal 10 ayat 3, yang menjelaskan bahwa “pemerintah kabupaten/kota wajib meningkatkan kompetensi di bidang pendidikan khusus bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif”. Maka dari itu, pemerataan dalam keikutsertaan atau keterlibatan guru dalam workshop, diklat, sosialisasi/pelatihan khusus perlu ditingkatkan karena berpengaruh terhadap kompetensi guru dalam menangani ABK.

Sementara dalam hal sumber daya manusia (SDM) yaitu guru pendamping khusus (GPK), SD Negeri Klero 02 belum memiliki GPK yang berlatar belakang pendidikan khusus atau pendidikan luar biasa. Sekolah mengangkat guru umum untuk menjadi GPK. Temuan ini tidak sesuai dengan Permendiknas No. 70 tahun 2009 pasal 10 ayat 1 dimana “pemerintah kabupaten/kota wajib menyediakan paling sedikit satu orang GPK pada

(38)

80

satuan pendidikan yang ditunjuk untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif”. Penanganan ABK ditangani oleh guru kelas. Hasil temuan ini belum sesuai karena idealnya selain guru kelas dan guru mata pelajaran, sekolah harus memiliki guru pendidikan khusus yang memiliki kompetensi sesuai keahlian dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (Direktorat Pembinaan SLB 2007).

c. Proses

Evaluasi Proses terhadap pelaksanaan program pendidikan inklusif di SD Negeri Klero 02 meliputi pembelajaran, pelayanan ABK, pembiayaan, dan monitoring.

Dalam proses pembelajaran di dalam kelas, menunjukkan bahwa guru telah memiliki kompetensi yang cukup memadai. Hal ini terbukti dari penyusunan RPP, pemberian materi dan bahan ajar kepada ABK dengan menggunakan kurikulum dan materi/bahan ajar yang sama atau reguler.

Guru tidak membedakan kurikulum dan materi/bahan ajar secara terstruktur. Selain itu, guru menggunakan RPP reguler yang diberikan secara merata kepada semua siswa. Hasil temuan ini sesuai Direktorat Pembinaan PKLK Pendidikan

(39)

81

Dasar (2012) kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan inklusif pada dasarnya adalah kurikulum standar nasional yang berlaku di sekolah umum. Akan tetapi karena ragam hambatan ABK sangat bervariasi, maka dalam implementasinya harus ada modifikasi kurikulum tingkat satuan pendidikan yang sesuai dengan standar nasional dan kebutuhan ABK.

Hasil temuan menunjukkan sekolah melakukan penyesuaian (modifikasi) dengan meringankan materi, dan pemberian atau pelayanan tambahan terhadap ABK. Dalam penggunaan kurikulum dan pemberian soal latihan tetap sama tapi penyesuaian dilakukan secara individu dalam hal evaluasi dan pelayanan lainnya. Bagi ABK biasanya standar nilai dibedakan dan disesuaikan yaitu diturunkan dari standar KKM siswa normal pada umumnya.

Hasil temuan sudah sesuai dengan hasil penelitaian Hartanti (2013), penelitiannya menyimpulkan sekolah yang ditunjuk mengadakan layanan pendidikan inklusi berhak melakukan berbagai modifikasi atau penyesuaian, baik dalam hal kurikulum, sarana dan prasarana, tenaga pendidikan, sistem pembelajaran serta sistem penilaiannya.

(40)

82

ABK akan mendapatkan pelayanan lebih apabila dianggap perlu untuk remedi baik di saat jam istirahat maupun di luar jam sekolah. Hasil temuan ini sesuai menurut Direktorat Pembinaan PKLK Pendidikan Dasar (2012) tentang salah satu prinsip pembelajaran sekolah inklusif yaitu prinsip individual, dimana “guru perlu mengenal kemampuan awal dan karakteristik setiap anak secara mendalam, baik dari segi kemampuan maupun ketidakmampuannya dalam menyerap materi pelajaran, kecepatan maupun kelambatannya dalam belajar, dan perilakunya, sehingga setiap kegiatan pembelajaran masing-masing anak mendapat perhatian dan perlakuan yang sesuai”.

Pada pelaksanaan pembelajaran dikelas guru melakukan pengaturan tempat duduk. Biasanya anak yang berkebutuhan khusus ditempatkan didepan. Hal itu dilakukan agar guru mudah memberikan perhatian pada anak ABK. Pendampingan pembelajaran dilakukan terhadap ABK pada saat pembelajaran berlangsung namun belum sepenuhnya karena keterbatasan kemampuan guru dan belum adanya guru pendamping khusus. Pendampingan pembelajaran dilakukan diluar pelajaran disaat jam tambahan.

(41)

83

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan atau prestasi yang dicapai oleh peserta didik berkebutuhan khusus setelah menjalani proses pembelajaran. Penilaian yang dilakukan oleh GPK terhadap peserta didik berkebutuhan khusus. GPK melakukan modifikasi sistem evaluasi terhadap peserta didik berkebutuhan khusus dengan bekerja sama dengan guru kelas.

Dalam pelaksanaan program pendidikan inklusi di SD Negeri Klero 02, sumber dana khusus untuk melayani dan membantu ABK belum ada yang diterima dari pemerintah. Sejauh ini, sekolah mengambil dan menggunakan dana BOS untuk memenuhi kebutuhan dalam penyelenggaran program inklusi. Hal tersebut tidak sesuai PP nomor 48 Tahun 2008 Bab V pasal 51 ayat 2 menegaskan bahwa seharusnya pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat memberikan kontribusi terhadap pembiayaan pendidikan inklusi agar lebih efektif.

Dalam pelaksanaan program inklusi di SD Negeri Klero 02 belum ada monitoring langsung dari dinas. Padahal dari pihak sekolah sangat membutuhkan adanya monitoring dan pendampingan terhadap pelaksanaan program inklusi ini. Temuan ini tidak sesuai dengan

(42)

84

Permendiknas No. 70 Tahun 2009 pasal 12 dimana “pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota melakukan pembinaan dan pengawasan pendidikan inklusif sesuai dengan kewenangannya”. Sekolah SD Negeri Klero 02 sangat mendukung pelaksanaan program inklusi ini namun harus dibarengi dengan adanya dukungan dari berbagai pihak terkait.

d. Produk

Evaluasi produk terhadap pelaksanaan program pendidikan inklusi di SD Negeri Klero 02 berupaya untuk melakukan penilaian terhadap dampak prestasi peserta didik, dan hambatan pelaksanaan program inklusi.

Sehubungan dengan penerimaan ABK yang sudah berjalan cukup lama sejak 2010, maka dampak penerapan program tersebut dapat dilihat khususnya dari perkembangan maupun prestasi ABK. Sebagian besar ABK memiliki perkembangan akademik dibawah rerata atau standar. Dalam hal ini ABK belum mampu mencapai nilai standar sesuai KKMnya sehingga ada yang tidak naik kelas.

Sementara perkembangan non akademik ABK cukup baik atau rata-rata. Terdapat peserta

(43)

85

didik ABK yang pandai dalam menggambar walaupun belum pernah menang dalam perlombaan. Dapat disimpulkan bahwa perkembangan atau prestasi ABK secara garis besar cukup baik dan rata-rata prestasi baik akademik maupun akademiknya cukup mengalami perkembangan. Hasil temuan ini sesuai dengan Mudjito (2012) yang menjelaskan bahwa setidaknya ada 4 ranah pendidikan yang harus diberikan dalam proses belajar mengajar yang mencakup ranah kognitif (pembentukan kemampuan ilmu atau daya nalar), psikomotorik (pembentukan bakat keterampilan), soft skills (pembentukan intrapersonality, interpersonality, karakter pribadi untuk dirinya, sosial dan dengan sang Pencipta), dan karakter (pembentukan hard

skills dan soft skills).

Pendukung program inklusi disekolah ini adalah adanya dukungan dari masyarakat. Dukungan itu berupa antusias masyarakat sekitar yang mempunyai ABK untuk menyekolahkan anaknya di SD Negeri Klero 02. Dengan adanya dukungam masyarakat tersebut diharapkan membantu pelaksanaan program inklusi agar lebih baik.

(44)

86

Terdapat berbagai hambatan dalam pelaksanaan program inklusi ini. Sekolah belum mempunyai guru pendamping khusus yang benar-benar ahli dalam menangai anak ABK. Sarana prasarana disekolah yang ada belum mampu melayani kebutuhan anak ABK. Pendanaan dalam pelaksaaan program inklusi hanya mengandalkan dari dana BOS saja. Keterbatasan guru dalam menangani anak ABK juga menambah deretan hambatan yang ada.

Terkait dengan hambatan yang dialami, sekolah telah melakukan beberapa usaha untuk menanggulanginya. Sekolah mengangkat seorang guru umum untuk menjadi seorang guru GPK. Sekolah juga melakukan kerjasama dengan instasi atau lembaga untuk menangani ABK.

Dengan adanya program inklusi di SD Negeri Klero 02 berharap sekolah dapat ikut andil dalam menyukseskan wajib belajar 9 tahun untuk semua anak pada usia sekolah. Selain itu adanya perhatian pemerintah dan menindak lanjuti dengan memberikan tenaga GPK, dana, sarana dan prasarana yang memadai merupakan harapan terbesar yang dinanti oleh pihak sekolah.

Penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat bagi pengembangan program yang ada di

(45)

87

SD Negeri Klero 02 yang telah menyelenggarakan program selama 6 tahun. Sesuai dengan pendapat Arikunto (2010: 22) menyebutkan bahwa kegiatan evaluasi program dimaksudkan untuk mengambil keputusan atau melakukan tindak lanjut dari program yang telah dilaksanakan. Hasil dari penelitian ini bagi guru dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka memecahkan masalah yang selama ini dihadapi dalam pelaksanaan program inklusi.

Manfaat bagi kepala sekolah dengan hasil penelitian ini diperoleh gambaran tentang pelaksanaan program inklusi yang selama ini telah berjalan sehingga dapat mengambil keputusan untuk meningkatkan program pendidikan inklusi. Bagi dinas pendidikan penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam rangka pembinaan dan peningkatan kualitas program pendidikan inklusi.

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pelaksana program inklusi di Kecamatan Tengaran dan sekolah lainnya di seluruh Indonesia. Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah sekolah pelaksana program inklusi dapat mengetahui kekurangan dalam pelaksanaan program. Untuk itu perlu

(46)

88

adanya perbaikan demi keberlanjutan program yang lebih baik.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, kita memerlukan pendidikan moral, yaitu pendidikan yang memiliki komitmen tentang langkah-langkah apa yang seharusnya dilakukan pendidik untuk

Penelitian dibagi dalam dua tahap, yaitu tahap pertama pengembangan dan penerapan metode PMPV- DBD (Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengendalian Vektor – DBD) dan

Semangat teologi yang telah mengkristal menjadi ideologi tersebut kemudian menjadi bagian dari (atau sesuai dengan) ideologi umat Islam sehingga mereka tidak lagi

[r]

Oleh karena itu disini sangat diperlukan suatu manajemen waktu yang baik dengan berbagai macam metode yang tepat dan salah satu meode manajeman waktu

Penelitian tentang Informasi Laba dan Dividen Kas yang Dibawa Oleh Pengumuman Pemecahan Saham. Jurnal Bisnis

Hal ini dilihat berdasarkan hasil penurunan tanahnya sebesar 0,0226 m dengan daya dukung ultimate sebesar 2476,283 kN, dengan jumlah tiang sebanyak 215 tiang dan estimasi biaya

(2012) Teaching writing skills based on a genre approach to L2 primary.. school students: An