• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi Kuliah Manajemen Bisnis tentang Pengantar Bisnis Dunia Kuliah 3 ETIKA BISNIS_rev

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Materi Kuliah Manajemen Bisnis tentang Pengantar Bisnis Dunia Kuliah 3 ETIKA BISNIS_rev"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGANTAR BISNIS

TOPIK

: ETIKA BISNIS

PRODI D4 MANAJEMEN BISNIS

DOSEN : SENNY HANDAYANI, S.E., MM. KELAS

JUMLAH SKS

KODE MK

KULIAH KE

: I A

: 3 (2/1) / 200 Menit

: M4P243C3

: 3

Etika Bisnis (business ethic) dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan secara ekonomi/sosial, dan pengetrapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis (Muslich, 1998: 4).

Karena etika tidak hanya menyangkut masalah pemahaman terhadap aturan penyelenggaraan perusahaan, maka penulis mengartikan etika bisnis sebagai batasan-batasan sosial, ekonomi, dan hukum yang bersumber dari nilai-nilai moral masyarakat yang harus dipertanggungjawabkan oleh perusahaan dalam setiap aktivitasnya.

Meningkatkan persaingan antara kelompok bisnis menjadikan masing-masing pelaku bisnis meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan keunggulan bersaing (competitive advantage) agar tetap bertahan (survive) dan meningkatkan kinerja perusahaan (performance corporate) secara keseluruhan. Batasan-batasan sumber daya, baik sumber daya alam (SDA), modal, manusia, teknologi, dan keterampilan menuntut perusahaan untuk selalu beroperasi dalam batas-batas etika yang disepakati.

Pengelolaan perusahaan yang dibatasi oleh ketersediaan sumber daya menuntut perilaku perusahaan (corporate behavior) yang dapat membangun etika dalam berbisnis. Sebagai contoh, dalam meningkatkan penjualan, perilaku perusahaan terhadap pelanggan atau konsumen tampak pada upaya-upaya yang dilakukan untuk mempertinggi nilai guna yang dipersepsi konsumen (perceived use value) dan memperendah harga yang dipersepsi (perceived price) terhadap produk yang ditawarkan, seperti terlihat dalam aktivitas pemasaran terutama periklanan (advertising) dan promosi penjualan (sales promotion).

Perubahan-perubahan besar dalam prakatik pengelolaan bisnis dewasa ini menyebabkan perhatian terhadap etika bisnis (business ethic) semakin penting. Chandra.R (1995: 20) mengamati sekurang-kurangnya terdapat enam perubahan besar didunia bisnis, terutama di Indonesia dalam tiga dekade terakhir ini. Keenam perubahan yang mempengaruhi berbagai faktor ini diduga membuat etika menjadi persoalan yang mendasar, yakni sebagai berikut.

1. Perkebangan di lingkungan nasional secara umum.

2. Perkembangan di lingkungan nasional akibat intervensi atau bimbingan pemerintah. 3. Perkembangan di lingkungan global/internasional

4. Perubahan tuntutan konsumen bagi perusahaan. 5. Perkembangan hubungan pemasok-perusahaan.

(2)

3.1. MASALAH DAN PRO-KONTRA ETIKA BISNIS

Perilaku perusahaan beserta perangkat internalnya dalam interaksi dengan lingkungan sekitar akan menentukan kualitas keberadan perusahaan. Sama halnya dengan interakasi manusia dalam masyarakat, di mana eksistensi dan kualitas hidup manusia ditentukan berdasarkan pada referensi nilai dan norma normal. Secara sederhana, masalah etika bisnis muncul bila terjadi konflik tanggung jawab, atau konflik loyalitas. Hal ini muncul karena kepentingan diri sendiri dan kepentingan orang lain bertabrakan dan kepentingan orang lain mungkin dikorbankan demi diri sendiri atau kelompok sendiri dalam prkatik bisnis. Chandra.R (1995: 43) mengemukakan ciri-ciri lain dari masalah etika bisnis adalah adanya dilema di mana orang harus:

1. memilih antara hal yang benar dan yang salah, atau salah dengan lebih salah; 2. memilih antara baik dan buruk;

3. memilih antara tujuan atau secara baik; 4. mempertimbangkan situasi yang kompleks; 5. memilih antara survival atau hati nurani;

6. memilih antara kekurangan dengan tertib administrasi;

7. ada konflik antara motivasi dan hasil/akibat yang ditimbulkannya;

8. apapun keputusan ada hara yang mesti dibayar/resiko yang harus diambil; 9. apapun keputusannya, tidak mungkin orang menghindar dari masalah ini;

10. salah satu tanda yang paling sering muncul ialah adanya pergulatan dalam hati si pemeran bisnis yang menghadapi masalah tersebut.

Pro-kontra terhadap masalah etika juga dikemukakan oleh Kitson dan Campbell (1996: 97-98), bahwa masalah utama etika dalam dunia bisnis berakar dari persoalan tanggung jawab sosial perusahaan. Pendapat tentang persoalan ini dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pendapat yang menolak tanggung jawab, pendapat yang mau menerima tanggung jawab secara terbatas, dan pendapat yang mau bertanggung jawab sosial secara utuh. Argumen yang menolak tanggung jawab menyatakan bahwa perusahaan hanyalah sesuatu yang artificial saja, tak tampak, tak dapat disentuh dan hanya ada dalam kontemplasi hukum saja sehingga walaupun secara hukum perusahaan bisa dituntut namun akhirnya yang terkena tanggung jawab secara riil adalah personel-personel dalam perusahaan.

Pendapat tersebut di atas pada hakikatnya ingin memisahkan secara tergas antara perusahaan dan individu. Apabila pendapat yang menolak tanggung jawab di atas merajalela ditengah masyarakat, bisnis cenderung ditempatkan sebagai aktivitas yang tak sekedar tak ada sangkut pautnya dengan moral (amoral), namun boleh saja menjadi tidak bermoral (immoral) karena alasan yang dipakai adalah demi kepentingan bisnis itu sendiri. Oleh karena itu, tak heran bila banyak kecurangan dan kekejian dalam dunia bisnis, baik secara diam-diam maupun terang-terangan, seperti persaingan bisnis mafia yang diwarnai pembunuhan, penyuapan pejabat untuk memenangkan tender proyek, manipulasi data keuangan, dan sebagainya.

(3)

perusahaan berbeban nilai ekonomi dari nilai-nilai lainnya, di mana kemudian mau diartikan bahwa perusahaan yang dipisahkan itu didaratkan kembali oleh perilakunya ke dalam wilayah ekonomi masyarakat. Apabila pendapat yang menerima tanggung jawab sosial secara terbatas itu berkembang luas dimasyarakat, hal itu justru semakin mempertegas suatu mitos bisnis amoral (myth of amoral business) yang mempunyai arti bahwa masyarakat dalam aktivitas bisnisnya merasa tidak berkepentingan secara eksplisit dengan moralitas walaupun tidak perlu berarti tidak bermoral (immoral), karena bisnis hanyalah berkepentingan untuk mencapai keuntungan maksimal.

Adapun argumen yang menerima sepenuhnya tanggung jawab sosial secara utuh lebih menekankan perhatian pada sudut-pandang entitas yang dituju aktivitas bisnis, yaitu masyarakat. Apa yang dirasakan dan dipersepsikan masyarakat tentang perusahaan adalah suatu organisasi yang mempunyai kompleksitas struktur yang tidak sekedar pengelompokkan personalnya saja sehingga mampu mengambil keputusan khas yang hampir pasti berbeda dengan keputusan masing-masing personel secara terpisah. Oleh karena itu, perusahaan bisa dianggap sebagai agen yang bertanggung jawab terhadap indicant dan konsekuensi tindakannya dalam masyarakat. Tanggung jawab itu tidak hanya terbatas pada aspek hukum saja, namun secara esensiil untuk keseluruh aspek yang terkait dengan tindakannya, terutama aspek moral.

3.2. PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS

Sebagaimana halnya dengan komponen bisnis lainnya, etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang bertujuan untuk memberikan acuan cara yang harus ditempuh oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya. Prinsip-prinsip etika harus dijadikan pedoman bagi seluruh perusahaan agar memiliki standar yang baku sehingga tidak menimbulkan ketimpangan dalam memandang etika sebagai standar kerja atau operasi perusahaan.

Muslich (1998:31-33) mengemukakan prinsip-prinsip etika bisnis sebagai berikut.

1. Prinsip Otonomi

Prinsip otonomi memandang bahwa perusahaan secara bebas memiliki wewenang sesuai dengan bidang garap yang dilakukan dan pelaksanaanya dengan visi dan misi yang dimilikinya. Dalam melaksanakan aktivitasnya, perusahaan tidak terpengaruh atau bergantung pada pihak atau lembaga lain yang dapat merugikan kedua belah pihak. Kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan harus diarahkan pada upaya pengembangan visi dan misi perusahaan yang berorientasi pada kemakmuran, kesejahteraan para pekerja ataupun komunitas yang dihadapinya.

2. Prinsip Kejujuran

(4)

3. Prinsip Tidak berniat jahat

Prinsip tidak berniat jahat erat kaitannya dengan prinsip kejujuran. Apabila kejujuran dapat diterapkan, maka keinginan perusahaan untuk bertindak jahat dapat diredam. Tindakan jahat tentu tidak akan membantu perusahaan dalam membangun kepercayaan masyarakat, justru kejahatan dalam berbsinis akan menghancurkan perusahaan itu sendiri.

4. Prinsip keadilan

Prinsip ini menganjurkan perusahaan untuk berlaku adil kepada pihak-pihak yang terkait dengan sistem bisnis. Sebagai contoh, perusahaan memberikan pelayanan yang sama pada konsumen yang membayar dengan harga yang sama, memberikan gaji atau upah yang adil kepada karyawan sesuai dengan kontribusi yang diberikannya.

5. Prinsip Hormat pada Diri Sendiri

Prinsip ini memandang perlunya meningkatkan citra perusahaan melalui prinsip kejujuran, tidak berniat jahat, dan berlaku adil. Menajaga nama baik (citra) merupakan pengakuan atas keberadaan perusahaa tersebut, sehingga prinsip-prinsip lainnya dengan sendirinya akan terbangun pula.

Lima prinsip etika tersebut tentu tidak mungkin secara keseluruhan dilakukan secara bersamaan. Oleh karena itu, yang terpenting dalam hal ini adalah bagaimana perusahaan tetap komitmen terhadap penting pentingnya memelihara dan menjaga etika bisnis. Dalam jangka panjang perusahaan akan memperoleh manfaat yang besar dan dilaksanakannya prinsip-prinsip etika bisnis.

3.3. ETIKA PEMASARAN

Dari beberapa fungsi bisnis yang dikemukakan sebelumnya, fungsi pemasaran mendominasi perhatian terhadap etika bisnis. Hal ini sangat beralasan mengingat aktivitas dari fungsi pemasaran lebih banyak berhubungan dengan konsumen secara langsung. Kecurangan dan keburukan tindakan yang dilakukan oleh fungsi pemasaran seringkali berdampak pada fungsi-fungsi lainnya (operasi, keuangan. Dan SDM).

Mengikuti prinsip pemasaran berwawasan sosial (societal marketing), sebuah perusahaan yang telah sadar mengambil keputusan pemasaran dengan mempertimbangkan keinginan dan kepentingan konsumen, persyaratan perusahaan, dan kepentingan jangka panjang masyarakat. Perusahaan menyadari bahwa pengabdian konsumen dan kepentingan jangka panjang kemasyarakatan, merugikan konsumen dan masyarakat. Perusahaan yang selalu waspada memandang masalah kemasyarakatan sebagai peluang.

Setiap perusahaan dan manajer pemasaran harus memahami falsafah tanggung jawab sosial dan tingkah laku etis. Menurut konsep pemasaran kemasyarakatan setiap manajer harus melihat lebih jauh dari sekedar apa yang legal dan diperbolehkan serta mengembangkan standar berdasarkan pada integratis pribadi, kesadaran korporasi,dan kesejahteraan konsumen dalam jangka panjang.Falsafah yang jelas dan bertanggung jawab akan membantu manajer pemasaran menghadapi banyak pertanyaan rumit yang ditimbulkan oleh pemasaran dan aktivitas manusia lainnya (Kotler dan Amstrong 1996).

(5)

1. Prinsip kebebasan konsumen dan produsen.

Sejauh mungkin, keputusan pemasaran harus diambil oleh konsumen dan produsen dengan kebebasan relatif. Kebebasan pemasaran penting bila standar kehidupan yang tinggi dimaksudkan untuk menyampaikan kehidupan yang tinggi.

2. Prinsip mengendalikan bahaya potensial.

Sejauh mungkin transaksi bebas dimasuki secara bebas oleh produsen dan konsumen adalah bisnis pribadi mereka. Sistem politik mengendalikan kebebasan produsen atau konsumen hanya untuk mencegah transaksi yang berbahaya atau mengancam akan merugikan produsen, konsumen, atau pihak ketiga.

3. Prisip memenuhi kebutuhan dasar.

Sistem pemasaran harus melayani konsumen kurang mampu dan juga kaya. Dalam sistem perusahaan bebas, produsen membuat barang-barang untuk pasar, yang mau dan mampu di beli.

4. Prinsip efisiensi ekonomi.

Sistem pemasaran berusaha keras untuk memasok barang dan jasa secara efisien dan dengan harga rendah. Sejauh mana kebutuhan dan keinginan masyarakat dapat dipuaskan tergantung pada seberapa efisiennya pemanfaatan sumber daya yang langka.

5. Prinsip inovasi.

Sistem pemasaran mendorong inovasi otentik untuk menurunkan biaya produksi dan distribusi konsumen yang berubah.

6. Prinsip pendidikan dan informasi konsumen.

Sistem pemasaran efektif banyak melakukan investasi dalam pendidikan dan informasi konsumen untuk meningkatkan kepuasan dan kesejahteraan konsumen jangka panjang.Idealnya,perusahaan akan menyediakan informasi secukupnya mengenai produknya.

7. Prinsip perlindungan konsumen.

Pendidikan dan informasi konsumen tidak dapat melakukan seluruh tugas melindungi konsumen.Sistem pemasaran juga harus memberikan perlindungan konsumen.Perlindungan dengan konsumen pada akhirnya akan mencegah praktik penipuan dan teknik penjualan memaksa yang membuat konsumen tidak mampu bertahan.

Ketujuh prinsip di atas didasarkan pada asumsi bahwa tujuan pemasaran bukan untuk memaksimalkan laba perusahaan atau total konsumsi atau pilihan konsumen, melainkan memaksimalkan mutu kehidupan berarti memenuhi kebutuhan dasar, menyediakan berbagai macam produk bermutu, dan menikmati lingkungan alami dan budaya. Bila dikelola dengan tepat, sistem pemasaran dapat membantu menciptakan dan memberikan kehidupan dengan mutu lebih tinggi kepada manusia di seluruh Indonesia.

3.4. HAK KONSUMEN DAN ETIKA BISNIS

(6)

1. Hak akan keselamatan

2. Hak untuk mendapatkan informasi 3. Hak untuk memilih

4. Hak untuk didengar (diberi ganti rugi) 5. Hak untuk menikmati lingkungan yang bersih 6. Tanggung jawab minoritas dan kaum miskin

3.4.1 Hak akan Keselamatan

Bagian penting dalam RUU, mengenai hak konsumen yang diajukan oleh Kennedy berbunyi: konsumen mempunyai hak untuk dilindungi dari produk atau jasa yang berbahaya bagi kesehatan dan kehidupan”. Hak akan keselamatan dibuat secara spesefik dibawah Consumer Product Safety Commission (CPSC). Ada dua bagian pengatur lain yang berfokus pada isu keamanan.FTC, mempunyai mandate khusus untuk mengatur klaim dari perspektif pemakaian produk yang berbahaya. Traffic Safety Administration diberi wewenang untuk menuntut pabrik mobil agar memperbaiki cacat demi keselamatan.

3.4.2 Hak untuk Mendapatkan Informasi

RUU Kennedy menegaskan bahwa konsumen memiliki hak untuk dilindungi dari informasi iklan, pelabelan, atau praktek lain yang dianggap curang, menipu atau menyesatkan dan untuk diberi fakta yang diperlukan untuk melakukan pilihan berdasarkan informasi. Hans Thorelli, mengatakan “Konsumen yang diberi informasi adalah konsumen yang dilindungi dan lebih dari itu adalah konsumen bebas”. Hanya konsumen yang dapat memutuskan apakah informasi yang telah diterima itu berguna atau tidak.

3.4.3 Hak untuk Memilih

Secara umum UU ekonomi berbasis pasar mencakup prinsip laissezfaire,yang berpendapat bahwa konsumen mendapat pelayanan paling baik ketika perusahaan menghadapi persaingan bebas dan menawarkan pilihan tanpa kekangan.Sebagian orang berpendapat bahwa pilihan yang sehat dan bijaksana akan sulit untuk dilaksanakan bila terlalu banyak alternatif produk dan promosi.Sebagian yang lain berpendapat bahwa konsumen harus dipaksa melakukan apa yang terbaik untuk mereka,lepas dari preferensi pribadi.Bila kedua sudut pandang tersebut dijalankan,maka akan menyebabkan sejumlah pembatasan pilihan.

Pendekatan yang lebih popular pada akhir tahun 1980 an adalah menjauh dari peraturan dan pembatasan tetapi mengarah pada pendidikan yang dirancang untuk menghasilkan pilihan yang terbaik.Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan untuk menanggulangi proses pemilihan yang kompleks dalam masyarakat konsumsi missal.Progaram tersebut mencakup unsure-unsur:

• Pengetahuan formal tentang kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi produk teknis yang kompleks, dan cara-cara untuk memilih secara logis.

• Keterampilan manajerial dan pengambilan keputusan konsumen dapat dibandingkan dengan keterampilan yang dikembangkan di dalam pendidikan professional.

• Pengetahuan konsumen yang meningkat mengenai cara kerja perusahaan,pemerintah,dan pasar.

• Nilai dan suara hati yang akan mendorong respek dan perhatian kepada orang lain dalam penyegaran mereka akan konsumsi kolektif.

3.4.4 Hak untuk Didengar (Ganti Rugi)

(7)

penuh dan simpatk dalam perumusan kebijakan pemerintah dan perlakuan adil dan cepat dalam pengadilan administratifnya.Ganti rugi dapat dicapai dengan tiga cara,yaitu :pencegahan,restitusi dan hukuman.Komponen utama dari badan legislasi yang mengawasi restitusi dan hukuman dirinci dalam table sebagai berikut.

Tabel 3.1 Perbaikan Untuk Perlindungan Konsumen

Pencegahan Resistusi Hukuman

Tata laku

Penyingkapan persyaratan informasi

Penggantian klaim

Penyingkapan alternatif

Koreksi Iklan

Pembayaran kembali, limitasi pada kontrak abitrasi

Denda dan kurungan

Kehilangan Laba

Gugatan hukum

3.4.5 Hak untuk Menikmati Lingkungan yang Bersih

Polusi lingkungan merupakan produk sampingan yang patut mendapatkan perhatian serius pada abad teknologi.Suatu bukti menunjukan bahwa kenaikan yang tajam kadar karbon dioksida dan khlorofluorokarbon(CFC) di atmostif mengurangi lapisan ozon yang melindungi bumi dari radiasi yang berbahaya.

Jika tidak dikendalikan,apa yang disebut sebagai efek”rumah kaca”akan menaikan suhu diseluruh bumi dan dapat mengubah pola iklim.

Sebagai alternatifnya ialah mengurangi pemakaian bahan bakar dan fosil dan alat pendingin yang mengahasilkan CFC.Bila hal ini tidak dilakukan maka akan menimbulkan dampak yang besar pada standar kehidupan.Apakah kita bersedia membayar harganya?Mungkin kita perlu terlibat dalam menciptakan demarketing,yaitu mengurangi jumlah pembelian dan bahkan tidak membeli produk yang mengandung unsur percemaran.

3.4.6 Tanggung Jawab Minoritas dan Kaum Miskin

Mengatasi kemiskinan dan minoritas merupakan masalah yang sangat sulit, bahkan negara maju pun belum dapat menuntaskan masalah ini. Negara-negara seperti Nairobi dan Kenya merupakan contoh negara yang harus mencipatakan 1000 pekerja baru setiap hari bila ingin menanggulangi pertumbuhan populasi di perkotaan. Perusahaan pada umumnya dan peneliti konsumen pada khusunya tidak dapat menghindari peran dalam menentukan jenis lingkungan perkotaan yang harus dibangun untuk masa datang dan cara-cara dimana ekulitas yang lebih besar dapat dicapai.

Para peneliti konsumen telah menyelediki masalah mengenai bagaimana mereka yang paling banyak mengalami diskriminatisi dapat lebih efisien mengalokasikan sumber daya mereka yang terbatas.Selain itu dengan penelitian konsumen akan dapat meningkatkan efisiensi pemasaran dikalangan perusahaan danorganisasi yang melayani pangsa pasar yang beruntung.Sebagai contoh,perusahaan yang dimiliki oleh minoritas di Bantu untuk mencapai pasar yang lebih luas.

(8)

(Amirullah:2002).Konsumerisme bukan anti bisnis,melainkan kekuatan netral yang wajar sebagai respon terhadap aliansi.

Sistem usaha bebas yang dikendalikan oleh pasar dibangun dengan asumsi bahwa pengusaha dan manajer akan bertindak sesuai dengan kepentingan yang sudah dicanangkan.Hal ini berarti keuntungan material akan menjadi motif penuntun,tetapi memperkenalkan kendala bahwa pasar harus benar-benar dilayani dengan focus pada kepentingan konsumen jangka panjang.

Suasana kompetitif yang dihadapi perusahaan menghasilkan rekanan riil untuk mengkompromikan etika. Para mengambil keputusan perusahaan menghadapi dilema ini terus-menerus. Gambar 3.1 memperlihatkan bahwa perilaku manajerial yang bertanggung jawab dibentuk oleh lima dimensi. Dimensi yang paling mendasar adalah nilai dan kepercayaan konsumen. Kemudian dibentuk dalam suatu undang-undang yang mendefinisikan serta mengkodifikasi garis dasar etika. Semakin ke atas semakin spesifik. Tingkat ketiga adalah kode etika industri, kemudian disusul kode perusahaan dan akhirnya akan menjadi operasional pada tingkat pengambilan keputusan individu.

Tindakan Individual

Kode Perusahaan

Kode Industri

Legilasi

Standar Konsumen & Nilai

Gambar 3.1Dasar Standar Etika

RANGKUMAN

Etika Bisnis (business ethic) dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan secara ekonomi/sosial, dan pengetrapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis (Muslich, 1998: 4).

(9)

Pro-kontra terhadap masalah etika juga dikemukakan oleh Kitson dan Campbell (1996: 97-98), bahwa masalah utama etika dalam dunia bisnis berakar dari persoalan tanggung jawab sosial perusahaan. Pendapat tentang persoalan ini dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pendapat yang menolak tanggung jawab, pendapat yang mau menerima tanggung jawab secara terbatas, dan pendapat yang mau bertanggung jawab sosial secara utuh.

Etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang bertujuan untuk memberikan acuan cara yang harus ditempuh oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya. Muslich (1998:31-33) mengemukakan prinsip-prinsip etika bisnis yaitu: prinsip otonomi, prinsip kejujuran, prinsip tidak berniat jahat, prinsip keadilan, dan prinsip hormat pada diri sendiri.

Dari beberapa fungsi bisnis yang dikemukakan sebelumnya, fungsi pemasaran mendominasi perhatian terhadap etika bisnis. Hal ini sangat beralasan mengingat aktivitas dari fungsi pemasaran lebih banyak berhubungan dengan konsumen secara langsung. Kecurangan dan keburukan tindakan yang dilakukan oleh fungsi pemasaran seringkali berdampak pada fungsi-fungsi lainnya (operasi, keuangan, dan SDM).

Almarhum Presiden Amerika Serikat John F Kennedy menyebutkan 4 (empat) hak dasar konsumen yang diterima secara umum sebagai inti dalam kontrak social, tetapi oleh konsensus sosial ditambah dua lagi sehingga hak dasar konsumen menjadi enam. Hak-hak tersebut adalah: Hak akan keselamatan, Hak untuk mendapatkan informasi, Hak untuk memilih, Hak untuk didengar (diberi ganti rugi), Hak untuk menikmati lingkungan yang bersih, Tanggung jawab minoritas dan kaum miskin.

EVALUASI

1. Apa yang dimaksud dengan etika bisnis ? 2. Jelaskan prinsip-prinsip menurut Muslich !

3.

Untuk menjalankan falsafah yang jelas dan bertanggung jawab, terdapa beberapa

prinsip yang dapat menjadi pedoman untuk menyusun kebijakan publik terhadap

pemasaran. Saudara jelaskan prinsip-prinsip tersebut !

4. Jelaskan 4 (empat) hak dasar konsumen yang dapat diterima secara umum !

TUGAS

Bacalah dengan seksama petunjuk pengerjaan tugas berikut ini:

1. Carilah dua buah artikel tentang pelanggaran etika bisnis suatu perusahaan

2. Bentuklah kelompok belajar dengan ketentuan satu kelompok terdiri dari 3 (tiga) orang siswa (kelompok ditentukan secara mandiri oleh mahasiswa)

3. Lalu buatlah makalah tentang kasus pelanggaran etika bisnis dimaksud, dengan outline sbb:

COVER DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

(10)

BAB II : PEMBAHASAN BAB III : KESIMPULAN

3.1.Simpulan 3.2.Saran DAFTAR PUSTAKA

4. Lalu upload-lah laporan makalah Saudara di e-learning Poltekpos (vl.poltekpos.ac.id) dalam format pdf

TUGAS LANJUTAN: TUGAS PERTEMUAN KE 4

Gambar

Tabel 3.1 Perbaikan Untuk Perlindungan Konsumen
Gambar 3.1 Dasar Standar Etika

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Some large companies are making small Corporation public and private institute Sarbanes-oxley internal controls, as a condition for doing business with them?. This is very

(2) Baku mutu air limbah daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Propinsi dengan ketentuan sama atau lebih ketat dari baku mutu air limbah nasional

[r]

[r]

When I hear forum gossip about niche AdSense website creation being difficult and time consuming, I just get a annoyed because I know it’s NOT true. So that’s why I’ve decided to

Whether you are already doing retail work and want to take advantage of additional retail opportunities, searching for your first retail job, or transitioning from another field into