Bab 2
Penalaran
Suwardjono
12/02/17 Transi 2
• Menjelaskan pengertian penalaran.
• Menyebut dan menjelaskan komponen penalaran. • Menyatakan asersi secara makna dan diagram. • Menyebut dan menjelaskan sifat keyakinan. • Menyebutkan dan menjelaskan jenis argumen. • Membedakan antara argumen dan strategem.
• Menjelaskan dan memberi contoh strategem dan salah nalar. • Mengevaluasi validitas argumen.
Proses berpikir logis dan sistematis untuk
membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan
terhadap suatu pernyataan atau asersi.
Menentukan secara logis dan objektif apakah
suatu pernyataan valid (benar atau salah)
sehingga pantas untuk diyakini atau dianut.
Struktur penalaran terdiri atas masukan, proses,
dan keluaran.
Suwardjono
12/02/17 Transi 4
• Pernyataan atau asersi
(assertion)
• Keyakinan
(belief)
Proses dan Struktur Penalaran
Argumen
Asersi sebagi elemen
Keyakinan bahwa asersi konklusi
benar/valid
Masukan Proses Keluaran
Suwardjono
12/02/17 Transi 6
Serangkaian asersi beserta inferensi atau
penyimpulan yang terlibat di dalamnya.
Simpulan dinyatakan pulan dalam bentuk
asersi.
Merupakan bukti rasional akan kebenaran suatu
pernyataan.
Asersi
Penegasan tentang sesuatu hal atau realitas yang
dinyatakan dalam bentuk kalimat atau ungkapan.
Pengkuatifikasi asersi
Untuk membatasi asersi universal/umum menjadi spesifik dan menentukan hubungan inklusi, eksklusi, saling-isi.
Suwardjono
12/02/17 Transi 8
Makna atau arti
Semua badan usaha milik negara adalah perusahaan pencari laba.
Struktur atau bentuk
Semua A adalah B.
Diagram
Penyajian Asersi
Hubungan eksklusi:
Hubungan inklusif:
A
B
A
B
Tidak satupun A adalah B = Tidak satupun B adalah A
Semua A adalah B dapat bermakna
Suwardjono
12/02/17 Transi 10
Hubungan saling isi
Penyajian Asersi
“Beberapa B adalah A”
• Ada sebagian A yang bukan B. • Semua A adalah B.
• B sama dengan A
• Asersi menyangkal “Semua B adalah A”
• Asersi menegaskan “Tidak semua B adalah A”
Tanpa diagram tidak diketahui apakah:
Suwardjono
12/02/17 Transi 12
Interpretasi: Beberapa B adalah A.
B
A
B
A
Menyangkal Semua B adalah A.
Menegaskan Tidak semua B adalah A
Umumnya ini yang dimaksud.
Asersi untuk Evaluasi Istilah
Interpretasi:
certified public accountant (CPA) = bersertifikat akuntan publik (BAP)?
Suwardjono
12/02/17 Transi 14
Kredibilitas konklusi tidak dapat melebihi kredibilitas terendah premis-premis yang diajukan dalam argumen.
• Asumsi (assumption)
• Hipotesis (hypothesis)
• Pernyataan fakta (statement of facts) Jenis:
Fungsi: Sebagai pernyataan premis dan konklusi
Keyakinan
Kebersediaan untuk menerima bahwa suatu asersi adalah benar tanpa memperhatikan apakah argumen valid atau tidak atau apakah asersi tersebut benar atau tidak.
• Keadabenaran • Bukan pendapat • Bertingkat
• Berbias
• Bermuatan nilai • Berkekuatan • Veridikal
• Berketertempaan
Suwardjono
12/02/17 Transi 16
Indikator Argumen
Dalam suatu argumen atau penalaran yang kompleks, tidak selalu mudah untuk mengenali premis dan konklusi.
Indikator premis: oleh karena, karena, mengingat, dengan asumsi bahwa, jika
Cara mengenali: Prinsip/kaidah interpretasi terdukung (principle of charitable interpretation) Indikator konklusi: oleh karena itu, dengan demikian, maka,
Suwardjono
12/02/17 Transi 18
• Deduktif
• Nondeduktif:
Induktif Analogi
Argumen Deduktif
Argumen yang simpulannya diturunkan dari serangkaian asersi umum yang disepakati atau dianggap benar (disebut
premis baik major maupun minor).
Pada umumnya berstruktur silogisma sehinga disebut argumen logis (logical argument).
Premis major: Premis minor:
Konklusi:
Semua binatang menyusui berparu-paru. Kucing adalah binatang menyusui.
Kucing berparu-paru.
Suwardjono
12/02/17 Transi 20
• Kejelasan • Kesahihan
• Keterpercayaian
Kebenaran konklusi dalam argumen deduktif adalah
kebenaran logis bukan kebenaran empiris (realitas).
Kriteria kebenaran logis:
1. Semua premis benar
2. Konklusi mengikuti semua premis
Hubungan Premis dan Konklusi
(Gambar 2.9)Bila konklusi mengikuti premis secara logis, kebenaran logis konklusi bergantung pada kebenaran semua premis.
Premis 1: B
Premis 2: B
Premis 3: B
Konklusi: B
Premis 1: B
Premis 2: B
Premis 3: B
Konklusi: S
Premis 1: S
Premis 2: S
Premis 3: S
Konklusi: B
Premis 1: S
Premis 2: S
Premis 3: S
Konklusi: S
Pasti/harus Tak mungkin Mungkin Mungkin
Suwardjono
12/02/17 Transi 22
generalisasi dari keadaan atau pengamatan khusus sebagai premis.
Generalisasi menjadikan argumen induktif merupakan argumen ada benarnya (plausible argument) bukan argumen pasti benarnya atau logis (logical argument).
Premis: Premis:
Konklusi:
Satu biji jeruk dari karung A manis rasanya. Beberapa biji berikutnya manis rasanya.
Semua jeruk dari karung A manis rasanya.
Perbedaan Argumen Deduktif dan Induktif
Untuk meyakinkan perlu dilekatkan tingkat keyakinan (confidence level), misalnya 90% atau 95%.
Premis 1: Semua burung berbulu.
Premis 2: Bebek berbulu.
Konklusi: Bebek adalah burung.
Pasti benar
(necessarily true)
Premis 1: Beberapa burung dapat terbang.
Premis 2: Bebek adalah burung.
Konklusi: Bebek dapat terbang.
Argumen deduktif Argumen induktif
Boleh jadi benar/ada benarnya
(not necessarily true)
Suwardjono
12/02/17 Transi 24
disebabkan oleh faktor yang lain.
Kriteria Penyebaban:
1. Faktor sebab bervariasi dengan faktor akibat (efek). 2. Faktor sebab terjadi sebelum atau mendahului faktor
akibat.
3. Tidak ada faktor lain selain faktor sebab yang diidenfikasi.
Kecohan
(Fallacy)
• Strategem
• Salah nalar (reasoning fallacy)
• Aspek manusia dalam berargumen
Keyakinan semu atau keliru akibat orang terbujuk oleh suatu argumen yang mengandung catat (faulty) atau tidak valid.
Orang dapat terkecoh akibat taktik membujuk selain dengan argumen yang valid.
Suwardjono
12/02/17 Transi 26
• Persuasi taklangsung • Membidik orangnya
• Menyampingkan masalah • Misrepresentasi
Kecohan lantaran Salah Nalar
• Menyangkal anteseden • Pentaksaan
• Perampatan-lebih • Parsialitas
• Pembuktian dengan analogi • Merancukan urutan kejadian
dengan penyebaban
• Menarik simpulan pasangan
Suwardjono
12/02/17 Transi 28
• Puas dengan penjelasan sederhana • Kepentingan mengalahkan nalar • Sindroma tes klinis
• Mentalitas Djoko Tingkir
• Merasionalkan daripada menalar • Persistensi
Kutipan Penting
• Hirshleifer (1988) di halaman 90. • Nickerson (1986) di halaman 92.
Suwardjono
12/02/17 Transi 30
new heliocentric model of Copernicus; in chemistry Priestley supported the phlogiston theory of combustion while Lavoisier propounded the oxidation theory; and in biology the creationism of earlier naturalists was countered by Darwin’s theory of
evolution.
It is not universal agreement but rather the willingness to consider evidence that signals the scientific approach. For Galileo’s
opponents to disagree with him about Jupiter’s moons was not unscientific of itself; what was unscientific was their refusal to look through his telescope and see.
Priestley never accepted the oxygen theory, nor Lord Kelvin the electromagnetic theory, and so on. The difficulties of conversion have often been noted by
scientists themselves. Darwin, in a particulary perceptive passage at the end of his Origin of Species, wrote:
“Although I am fully convinced of the truth of the views given in this volume..., I by no means expect to convince experienced naturalists whose mind are stocked with a
multitude of facts all viewed, during a long course of years, from a point of view directly opposite to mine. ... [B]ut I look with confidence to the future, —to young and rising
naturalists, who will be able to view both sides of the
question with impartiality.”
Suwardjono
12/02/17 Transi 32
“a new scientific truth does not triumph by convincing its opponents and making them see the light, but rather
because its opponents eventually die, and a new generation grows up that is familiar with it”
... scientists, being only human, cannot always admit their errors, even when confronted with strick proof. I would
argue, rather, that in these matters neither proof nor error is at issue. The transfer of allegience from paradigm to
paradigm is a conversion experience that cannot be forced.