• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Massage dan Pakan terhadap Produksi dan Lemak Susu Kambing Peranakan Ettawa - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Massage dan Pakan terhadap Produksi dan Lemak Susu Kambing Peranakan Ettawa - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

WULAN SETYANINGSIH

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

(2)

Oleh

WULAN SETYANINGSIH

NIM : H2B 008 071

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi Produksi Ternak

Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

(3)

CHRISTIANA BUDIARTI dan TEGUH HARI SUPRAYOGI)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan lama massage dan imbangan hijauan-konsentrat pada kambing Peranakan Ettawa terhadap produksi dan lemak susu. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang pengaruh perbedaan lama massage dan imbangan hijauan-konsentrat terhadap produksi dan lemak susu. Penelitian berlangsung selama 1 bulan mulai tanggal 23 Juli 2011 sampai dengan 23 Agustus 2011. Penelitian dilaksanakan di UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak Singosari-Malang.

Materi yang digunakan dalam penelitian adalah 12 ekor kambing PE dengan bulan laktasi yang sama yaitu pada bulan ke-3. Peralatan yang digunakan adalah stopwatch, botol sampel, takaran susu dan kain lap. Bahan pakan yang digunakan yaitu konsentrat dan hijauan yang terdiri dari tebon dan legum. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial (3x4), faktor pertama lama massage (3 tingkat) dan faktor kedua imbangan pakan (3 tingkat). Setiap unit ulangan terdiri dari 4 ekor kambing perah yang mendapatkan perlakuan M0 tidak di massage dan P1 (imbangan pakan 80% : 20%), P2 (imbangan pakan 70% : 30%), P3 (imbangan pakan 60% : 40%); M1 dengan massage selama 3 menit dan P1, P2 dan P3 dan M2 dengan massage selama 5 menit dan P1, P2 dan P3. Parameter yang diamati meliputi produksi dan lemak susu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan lama massage dan imbangan hijauan-konsentrat pada kambing PE berpengaruh nyata terhadap kandungan lemak susu dan tidak berpengaruh terhadap konsumsi bahan kering, produksi susu dan kadar lemak susu. Konsumsi bahan kering M0 (P1: 1,65; P2: 1,58; P3: 1,66 kg/ekor/hari), M1 (P1: 1,55; P2: 1,64; P3: 1,57 kg/ekor/hari), M2 (P1: 1,55; P2: 1,62; P3: 1,61 kg/ekor/hari), produksi susu M0 (P1: 343,75; P2: 362,5; P3: 322,5 ml/ekor/hari), M1 (P1: 268,75; P2: 281,25; P3: 250 ml/ekor/hari), M2 (P1: 287,5; P2: 312,5; P3: 293,75 ml/ekor/hari), kadar lemak susu M0 (P1: 7,2; P2: 6,975; P3: 7,425%), M1 (P1: 6,775; P2: 6,525; P3: 7,375%) dan M2 (P1: 7,075; P2: 6,9; P3: 7,35%), dan kandungan lemak susu M0 (P1: 24,57; P2: 18,23; P3: 20,10gr), M1 (P1: 25,53; P2: 18,91; P3: 21,63gr) dan M2 (P1: 24,48; P2: 18,62; P3: 22,55gr).

(4)

Kacang dengan kambing Ettawa sehingga mempunyai sifat diantara tetuanya.

Susu kambing merupakan salah satu sumber protein hewani yang mempunyai

prospek di masa depan, maka dari itu diperlukan pengembangan peternakan

kambing perah. Perlakuan massage merupakan salah satu upaya untuk

meningkatkan produksi susu kambing peranakan.

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penyusunan skripsi tentang Peran Massage dan Pakan terhadap Produksi dan Lemak Susu Kambing Peranakan Ettawa. Terima kasih penulis sampaikan

kepada Ir. Christiana Budiarti, M.S. selaku pembimbing utama dan Ir. Teguh Hari

Suprayogi, M.Si. selaku pembimbing anggota yang telah memberikan bimbingan

dan arahan selama penyusunan skripsi. Ucapan terima kasih juga disampaikan

kepada Ibu Bekti yang telah membantu dalam memberikan materi penelitian.

Kepada Kepala Laboratorium Ilmu Ternak Perah beserta stafnya, dan kepada

dosen wali Prof. Dr. Ir. Agung Purnomoadi, M.Sc. serta semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua Bapak Sutiman

dan Ibu Sukesih, kedua kakak penulis Bekti Anggraini dan Laras Andini atas

semua dukungan baik moral, spiritual maupun material serta doa dan restunya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Noor Sofyan Wibowo, Ana,

(5)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga saran

dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa

mendatang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, April 2013

(6)

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR ILUSTRASI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Kambing Peranakan Ettawa ... 3

2.2 Susu Kambing ... 3

2.3 Perangsangan Ambing ... 5

2.4 Proses Pelepasan Susu ... 5

2.5 Produksi Susu ... 7

2.6 Kadar Lemak ... 8

2.7 Konsumsi Bahan Kering ... 9

BAB III MATERI DAN METODE ... 10

3.1 Materi Penelitian ... 10

3.2 Metode Penelitian ... 11

3.3 Parameter Penelitian ... 12

3.4 Rancangan Percobaan ... 13

3.5 Analisis Data ... 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

4.1 Konsumsi Bahan Kering ... 16

4.2 Produksi Susu ... 17

4.3 Lemak Susu ... 20

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 24

LAMPIRAN ... 27

(7)

1. Komposisi Susu Kambing, Sapi dan Air Susu Ibu ... 4

2. Hasil Analisis Proksimat Bahan Pakan Penyusun Ransum Kambing

Percobaan (Berdasarkan 100% Bahan Kering) ... 10

3. Komposisi Nutrisi Ransum Penelitian (dalam BK) ... 11

4. Rata - rata Konsumsi Bahan Kering Kambing Percobaan ... 16

5. Rata-rata Produksi Susu Kambing Percobaan setelah Mendapatkan

Perlakuan Perbedaan Lama Massage dan Pakan ... 17

6. Rata-rata Kadar Lemak dan Kandungan Lemak Susu Kambing Percobaan setelah Mendapatkan Perlakuan Perbedaan Lama

(8)

1. Gambar Proses Pelepasan Susu ... 6

2. Denah Percobaan Penelitian ... 14

3. Grafik Diagram Batang Produksi Susu Kambing Percobaan setelah

Mendapatkan Perlakuan Lama Massage dan Pakan ... 18

4. Grafik Diagram Batang Kadar Lemak dan Kandungan Lemak Susu Kambing Percobaan setelah Mendapatkan Perlakuan Lama Massage

(9)

1. Konsumsi Konsentrat (Bahan Segar) ... 27

2. Konsumsi Tebon (Bahan Segar) ... 28

3. Konsumsi Glirisidae (Bahan Segar) ... 29

4. Analisis Ragam Konsumsi Bahan Kering ... 30

5. Analisis Ragam Produksi Susu ... 33

6. Analisis Ragam Kadar Lemak Susu... 36

(10)

Susu kambing merupakan salah satu sumber protein hewani yang mempunyai

prospek di masa depan maka dari itu diperlukan pengembangan peternakan

kambing perah. Susu kambing mempunyai banyak manfaat dibandingkan dengan

susu sapi, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya hasil penelitian yang

menyebutkan susu kambing sangat berguna untuk tubuh manusia. Hal ini sesuai

dengan pendapat Setiawan dan Tanius (2003), susu kambing dapat mengatasi

berbagai macam penyakit antara lain tuberculosis, bronchitis, asma, maag, lemah

syahwat, ejakulasi dini, kerapuhan tulang (osteoporosis), rematik dan asam urat.

Triwulaningsih (1986) melaporkan produksi susu kambing PE 0,498-0,692

liter per ekor per hari dengan produksi tertinggi mencapai 0,868 liter. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa produksi susu kambing PE masih sedikit

dan tidak kontinyu setiap harinya maka perlu adanya upaya-upaya untuk

meningkatkan produksi susu tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan

oleh peternak di Indonesia adalah dengan melakukan perangsangan pada ambing

(massage) sebelum pemerahan dan pemberian imbangan hijauan dan konsentrat.

Proses pembentukan susu dibutuhkan beberapa hormon untuk

mempertahankan dan memulai produksi susu. Tomazewska et al. (1993)

(11)

pada ambing yang menyerupai anak yang sedang menyusu induknya. Massage berguna untuk mempercepat keluarnya hormon oksitosin akibat adanya

rangsangan pada ambing.

Pakan merupakan salah satu sumber pendukung meningkatnya tampilan

produksi dan kadar lemak susu. Penambahan mutu pakan dengan perbandingan

hijauan dan konsentrat yang seimbang akan memberikan tampilan produksi dan

kadar lemak susu yang bagus, untuk itu perlu adanya penelitian mengenai

pengaruh massage dan imbangan hijauan-konsentrat terhadap produksi dan kadar

lemak susu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan lama massage

dan imbangan hijauan-konsentrat terhadap produksi dan kadar lemak susu.

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang

pengaruh perbedaan lama massage dan imbangan hijauan-konsentrat terhadap

produksi dan kadar lemak susu. Hipotesis penelitian adalah pemberian massage dan imbangan hijauan-konsentrat mempengaruhi tampilan produksi dan kadar

(12)

2.1. Kambing Peranakan Ettawa

Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing

Kacang dengan kambing Ettawa sehingga mempunyai sifat diantara keduanya

(Atabany, 2001). Heryadi (2004), menambahkan bahwa, kambing PE merupakan

hasil persilangan yang tidak terarah dan kurang terpola antara kambing Ettawa

asal India dan kambing lokal yaitu kambing Kacang dengan karakteristik yang

lebih mendekati ke arah performa kambing Ettawa.

Kambing PE jantan berbulu di bagian atas dan bawah leher, pundak dan paha

belakang lebih lebat dan panjang (Hardjosubroto, 1994). Markel dan Subandriyo

(1997) menambahkan, karakteristik kambing PE adalah memiliki telinga panjang

antara 18-19 cm, tinggi badan antara 75-100 cm dan bobot jantan sekitar 40 kg

sedangkan bobot betina sekitar 35 kg. Kambing PE betina mempunyai bulu

panjang hanya terdapat pada bagian paha belakang dan muka cembung (Sudono

dan Abdulgani, 2002).

2.2. Susu Kambing

Susu kambing mempunyai karakteristik yang khas yaitu warnanya lebih putih

dari susu sapi karena susu kambing tidak mengandung karoten, yang

menyebabkan warna agak kekuningan seperti susu sapi (Sutama dan Budiarsana,

(13)

karakteristik warnanya lebih putih, globula lemak susunya lebih kecil dan

beremulsi dengan susu sehingga mudah dicerna, dan mengandung mineral (Ca,

P), vitamin A, E dan B kompleks yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu

sapi. Secara alamiah yang dimaksud dengan susu adalah hasil pemerahan sapi

atau hewan menyusui lain, yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai

bahan makanan, yang aman dan sehat serta tidak dikurangi

komponen-komponennya atau ditambah bahan lain (Sudono, 1999).

Kualitas susu ditentukan oleh warna, bau, rasa, uji masak, uji penyaringan dan

berat jenis, kadar lemak, bahan kering tanpa lemak dan kadar protein (Sudono,

1999). Perbandingan susu kambing, susu sapi dan Air Susu Ibu dapat dilihat pada

Tabel 1., sebagai berikut :

Tabel 1. Komposisi Susu Kambing, Sapi dan Air Susu Ibu

Komposisi Kambing Sapi ASI

Protein (%) 3,0 3,0 1,1

Lemak (%) 3,8 3,6 4

Kalori (cal/100ml) 70 69 68

Vitamin A (IU/gram) 39 21 32

Vitamin B (μg/100mg) 68 45 17

Riboflavin (μg/100mg) 210 159 26

Vitamin C (mg asam askorbat/100ml) 2 2 3

Vitamin D (IU/gram) 0,7 0,7 0,3

Kalsium (%) 0,19 0,18 0,04

Fe (%) 0,07 0,06 0,2

Fosfor (%) 0,27 0,23 0,06

Kolesterol (mg/100ml) 12 15 20

(14)

2.3. Perangsangan pada Ambing

Perangsangan pada ambing (massage) hanya ditimbulkan dari luar,

perangsangan pada induk sapi yang sedang laktasi bisa berasal dari suara anaknya,

hisapan puting oleh pedet, massage pada bagian ambing maupun puting (Schmidt,

1971). Taylor (1992) menambahkan, perangsangan ambing (massage) bertujuan

untuk melepaskan hormon oksitosin dari hipofisa dan harus diaktifkan dengan

rangsangan fisik pada ambing.

2.4. Proses Pelepasan Susu

Pelepasan susu (Milk Let Down) adalah proses susu keluar dari alveolus dan

ductus-ductus kecil. Pelepasan susu merupakan suatu refleks syaraf yang

dihasilkan oleh berbagai rangsangan yang berupa hisapan pedet atau puting

induknya, manipulasi terhadap puting pada saat mencuci atau memerah,

rangsangan penglihatan dan rangsangan pendengaran. Refleks milk injection menyebabkan terangsangnya syaraf di kulit puting yang peka terhadap sentuhan

atau temperatur. Rangsangan syaraf terbawa ke atas melalui corda spinalis (pada

sumsum tulang belakang), di hypothalamus dan kemudian ke glandula pituitaria pars posterior dan mempengaruhi kelenjar tersebut untuk melepaskan hormon

oksitosin ke dalam pembuluh darah, sampai di ambing oksitosin mengalami difusi

dan menyebabkan kontraksinya sel-sel myoepithel yang mengelilingi alveoli dan saluran kapiler susu, ini menyebabkan tekanan dalam ambing meningkat dan

(15)

dalam darah hanya bertahan selama 6-8 menit, karena itu sangat penting

menyelesaikan proses pemerahan dengan cepat selama hormon oksitosin masih

aktif yang dapat menyebabkan myoepithel berkontraksi (Prihadi, 1996 dan

Blakely dan Bade, 1998).

Proses Pelepasan Susu dapat dilihat pada Ilustrasi 1 berikut :

Ilustrasi 1. Gambar Proses Pelepasan Susu (Sumber : Syarief dan Sumoprastowo, 1985)

Pengaruh hormon oksitosin akan segera hilang, apabila setelah dilakukan

perangsangan tidak langsung dilakukan pemerahan. Keadaan ini akan

menyebabkan kontraksi sel-sel myoepithel juga akan segera berhenti, sebagai

akibatnya milk ejection juga akan berhenti. Pada proses pembentukan susu dibutuhkan beberapa hormon untuk mempertahankan dan memulai produksi susu.

Pada kambing, ACTH dan TSH penting untuk memulai produksi susu (inisiasi).

(16)

hypothalamus yang menyebabkan dikeluarkannya oksitosin (Tomazewska et al., 1993 dan Soetarno, 1999).

2.5. Produksi Susu

Produksi susu kambing PE 0,498-0,692 liter per ekor per hari dengan

produksi tertinggi dicapai 0,868 liter (Triwulaningsih, 1986). Produksi susu

kambing perah PE yaitu 0,45-2,2 liter/hari. Produksi susu kambing perah akan

menurun saat tanda-tanda birahi terlihat. Faktor yang mempengaruhi produksi

susu kambing adalah variasi antar jenis kambing, faktor genetik, musim, umur,

lama masa laktasi, faktor perawatan dan perlakuan, pengaruh masa birahi dan

kebuntingan, frekuensi pemerahan, jumlah anak dalam sekali melahirkan,

pergantian pemerah, lama masa kering, faktor hormonal, faktor pakan, serta

pengaruh penyakit (Sodiq dan Abidin, 2008).

Produksi akan meningkat sejak induk beranak kemudian akan turun hingga

akhir masa laktasi (Blakely dan Bade, 1998). Phalepi (2004) menambahkan,

produksi susu pada ternak yang umur tua lebih tinggi dari pada ternak umur muda

karena ternak umur muda masih mengalami pertumbuhan. Pendistribusian zat-zat

makanan pada ternak muda hanya sebagian untuk produksi susu dan sebagian lagi

untuk pertumbuhan.

Zat makanan merupakan substansi kimia dalam bahan makanan yang dapat

dimetabolisasi dan dimanfaatkan untuk hidup pokok, produksi dan reproduksi

(Haryanto dan Djajanegara, 1993). Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi

(17)

yang diberikan untuk ternak kambing harus dapat memenuhi kebutuhannya untuk

hidup pokok dan reproduksi (Ensminger, 2001).

2.6. Kadar Lemak

Lemak merupakan zat tidak larut air, sistem organik yang larut dalam pelarut

organik. Kadar lemak susu dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor fisiologis dan

faktor lingkungan. Faktor fisiologis antara lain: bangsa, umur, bulan laktasi,

kebuntingan dan interval kelahiran. Faktor lingkungan yang mempengaruhi kadar

lemak antara lain : pakan, penyakit dan iklim (Ensminger, 1971 dan Parakkasi,

1999).

Peningkatan produksi susu pada umumnya diikuti penurunan kadar lemak

(Cragle et al., 1986). Hal tersebut juga diungkapkan oleh Sindoeredjo (1996) yang menyatakan bahwa, kadar lemak susu akan meningkat seiring dengan

turunnya produksi susu.

Pemberian rasio pakan konsentrat lebih besar daripada hijauan menyebabkan

pH rumen menurun yang disebabkan konsentrat akan menekan kerja buffer karena

mastikasi berkurang akibat produksi saliva menurun dan meningkatkan produksi

volatile fatty acid (VFA) (Arora, 1995). Pakan yang terlalu banyak hijauan menyebabkan kadar lemak susu tinggi karena lemak susu tergantung dari

kandungan serat kasar dalam pakan. Kadar lemak kasar susu dipengaruhi oleh

rasio hijauan dan konsentrat, turunnya rasio hijauan dalam bahan pakan

(18)

Hijauan yang diberikan lebih mengarah pada fungsinya untuk meningkatkan

kadar lemak susu (kualitas susu) karena pemberian hijauan akan meningkatkan

asetat dalam rumen sedangkan konsentrat berfungsi dalam meningkatkan

kuantitas produksi susu karena pemberian konsentrat akan meningkatkan

propionat dalam rumen (Prawirokusumo, 1993). Pemberian hijauan dan

konsentrat harus dengan imbangan yang tepat supaya diperoleh kuantitas maupun

kualitas susu yang baik. Hijauan termasuk bahan pakan yang mempunyai

kandungan serat kasar (SK) diatas 18% dan produk utama SK tersebut adalah

asam asetat dan asam asetat merupakan precursor pembentuk lemak susu

(Anggorodi, 1994).

2.7. Konsumsi Bahan Kering

Menurut Kearl (1982), bobot hidup sapi dan produksi susu yang relatif sama

maka kebutuhan makanan sapi relatif sama. Varga et al. (1984) menambahkan, jumlah konsumsi BK maupun produksi susu sangat dipengaruhi oleh sifat ransum.

Sifat-sifat ransum antara lain kecernaan ransum, hasil fermentasi ransum di dalam

rumen, tingkat kelarutan ransum, maupun daya tampung rumen. Konsumsi

kambing dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kompleks meliputi faktor

hewannya sendiri, pakan yang diberikan dan lingkungan tempat ternak dipelihara

sehingga jika kondisi fisik dan fisiologis ternak, lingkungan tempat ternak

dipelihara dan kualitas pakan yang diberikan seragam akan menyebabkan tingkat

(19)

3.1. Materi Penelitian

Penelitian berlangsung mulai tanggal 23 Juli 2011 sampai dengan 23 Agustus

2011. Penelitian dilaksanakan di UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan

Ternak Singosari-Malang. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah 12

ekor kambing perah PE dengan bulan laktasi yang sama yaitu pada bulan ke-3.

Peralatan yang digunakan adalah stopwatch untuk mengukur lama waktu massage ambing, botol sampel untuk mengambil sampel susu, termos es untuk menjaga kualitas susu, takaran susu untuk mengukur produksi susu, kain lap

untuk memassage ambing. Bahan pakan yang digunakan dalam perlakuan adalah

konsentrat dan hijauan yang terdiri dari tebon dan legum. Air minum diberikan

secara ad libitum. Hasil analisis bahan pakan dan komposisi nutrisi ransum perlakuan tersaji dalam Tabel 2. dan Tabel 3. berikut ini.

Tabel 2. Hasil Analisis Proksimat Bahan Pakan Penyusun Ransum Kambing Percobaan (Berdasarkan 100% Bahan Kering)

Bahan Pakan

Kandungan Bahan Pakan

BK PK SK LK TDN BETN Abu

---% BK---

Konsentrat 88,49 12,77 16,32 7,55 53,29 52.03 11,32 Tebon 21,36 5,22 31,89 1,28 51,68 53,95 7,69 Glirisidae 25,72 19,96 17,59 3,85 62,37 49,00 9,60 Keterangan : Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi dan makanan Ternak, Fakultas

(20)

Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Penelitian (dalam BK)

Ransum P1

Kandungan Bahan Pakan

% BK PK TDN LK SK

---% BK---

Konsentrat 20 17,7 2,55 10,66 1,51 3,264 Tebon 35 7,467 1,83 18,09 0,448 11,15 Glirisidae 45 11,57 8,98 28,07 1,733 7,916 Jumlah 100 36,75 13,36 56,81 3,69 22,33

Ransum P2

% BK PK TDN LK SK

---% BK---

Konsentrat 30 26,55 3,83 15,99 2,265 4,896 Tebon 30 6,408 1,57 15,50 0,384 9,558 Glirisidae 40 10,29 7,98 24,95 1,54 7,036 Jumlah 100 43,24 13,38 56,44 4,19 21,49

Ransum P3

% BK PK TDN LK SK

---% BK---

Konsentrat 40 35,4 5,11 21,32 3,02 6,528

Tebon 25 5,34 1,31 12,92 0,32 7,965

Glirisidae 35 9,002 6,99 21,83 1,348 6,157 Jumlah 100 49,74 13,40 56,07 4,69 20,65

3.2. Metode Penelitian

Metode penelitian meliputi rancangan percobaan, prosedur penelitian, dan

parameter yang diamati. Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan RAL Faktorial (3x4), faktor pertama lama massage (3 tingkat) dan faktor kedua imbangan hijauan-konsentrat (3 tingkat). Unit ulangan terdiri dari 4

ekor kambing perah yang mendapatkan perlakuan M0 tidak di massage dan P1,

P2, P3, M1 dengan massage selama 3 menit dan P1, P2 dan P3, dan M2 dengan

massage selama 5 menit dan P1, P2 dan P3.

Penelitian ini dilakukan dalam 3 periode terdiri dari periode persiapan, periode

(21)

persiapan meliputi persiapan kandang, peralatan, pemilihan materi pengacakan

ternak dan penempatan di dalam kandang.

Kegiatan pada periode pendahuluan yaitu ternak diadaptasikan dengan

perlakuan pakan. Pakan yang diberikan berupa tebon, glirisidae dan konsentrat.

Kegiatan ini dilakukan selama 7 hari. Pakan diberikan sehari dua kali (08.00 dan

15.00) dengan jumlah pemberian pakan yang sama.

Kegiatan yang dilakukan pada periode perlakuan adalah perlakuan massage, pemberian pakan dan pengambilan data. Perlakuan massage dilakukan setiap

pagi sebelum pemerahan. Pemberian pakan dalam bentuk segar diberikan sesuai

dengan kebutuhan P1, P2, P3 yang telah disesuaikan. Air minum diberikan secara

ad libitum. Penimbangan sisa pakan dilakukan setiap pagi dan sore. Kegiatan ini dilakukan selama 3 minggu.

3.3. Parameter Penelitian

Parameter yang diamati yaitu meliputi produksi susu, kadar lemak dan

kandungan lemak susu :

3.3.1. Produksi Susu

Produksi susu diperoleh dari jumlah produksi susu hasil pemerahan satu hari

(pagi). Pemerahan dilakukan pada pukul 06.30 WIB. Susu hasil pemerahan

diukur volumenya dengan menggunakan takaran susu. Produksi susu dinyatakan

(22)

3.3.2. Kadar Lemak

Kadar lemak susu diperoleh dengan melakukan analisis laboratorium dengan

menggunakan metode Gerber dengan cara sebagai berikut : 10ml H2SO4

dimasukkan ke dalam tabung Butyrometer. Sejumlah 10.75 ml susu yang akan

dianalisa kandungan kadar lemaknya ditambahkan ke dinding Butyrometer secara

perlahan-lahan. 1ml amyl alkohol dimasukkan ke dalam Butyrometer kemudian

tutup dengan penutup karet. Kocok dengan hati-hati kemudian masukkan tabung

tersebut ke dalam alat sentrifuge dan putar dengan kecepatan 1200 rpm selama 5

menit. Penempatan Butyrometer harus seimbang agar perputarannya sempurna. 5

menit kemudian sentrifuge dihentikan lalu Butyrometer dikeluarkan dan lakukan

pembacaan. Kadar lemak susu ini dinyatakan dalam satuan persen.

3.3.3. Kandungan Lemak Susu

Kandungan lemak susu diperoleh dengan melakukan penghitungan dengan

menggunakan rumus : volume susu x BJ susu x % kadar lemak.

3.4. Rancangan Percobaan

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan RAL

Faktorial (3x4), yaitu sebagai berikut :

Tiga perlakuan : M0 : tidak di massage

M1 : massage selama 3 menit

(23)

Dua faktor : 1. Massage

2. Pakan, dengan perbandingan sebagai berikut :

P1 : Imbangan Hijauan : Konsentrat = 80 : 20%

P2 : Imbangan Hijauan : Konsentrat = 70 : 30%

P3 : imbangan Hijauan : Konsentrat = 60 : 40%

Ilustrasi 2. Denah Percobaan Penelitian

Model Linier Aditif yang digunakan sesuai dengan Gaspersz (1991), yaitu

sebagai berikut :

Yijk = iβjαβ ijijk

Keterangan :

Yijk = Produksi susu dan kadar lemak pada petak percobaan ke-k yang

memperoleh kombinasi perlakuan ij (taraf ke-i dari lama massage dan taraf ke-j dari imbangan hijauan-konsentrat).

  Nilai tengah umum produksi susu dan lemak susu.

i = Pengaruh aditif dari lama massage ke-i

Βj = Pengaruh aditif dari taraf imbangan hijauan-konsentrat ke-j Massage

Pakan

M0 M1 M2

P1 P1M0 P1M1 P1M2

P2 P2M0 P2M1 P2M2

(24)

αβ ij = Pengaruh interaksi antara lama massage ke-i dan taraf imbangan

hijauan-konsentrat ke-j

ijk = Pengaruh galat percobaan pada petak percobaan ke-k yang

memperoleh kombinasi perlakuan ij.

3.5. Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F pada taraf

ketelitian 5%). Uji wilayah ganda Duncan dilakukan apabila hasil analisis ragam

terdapat pengaruh perlakuan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan

(Gaspersz, 1991).

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

H0 : tidak ada pengaruh perlakuan (lama massage) dan imbangan

hijauan-konsentrat terhadap produksi dan lemak susu.

H1 :  ≠ 0 minimal ada satu pengaruh perlakuan (lama massage) dan imbangan

(25)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Konsumsi Bahan Kering

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-rata konsumsi BK antara

perlakuan P1, P2 dan P3 yang ditunjukkan pada Tabel 4. sebagai berikut :

Tabel 4. Rata - rata Konsumsi Bahan Kering Kambing Percobaan

Massage

Konsumsi BK (kg) Hasil Uji Statistik Taraf 5%

P1 P2 P3

M0 1,65 1,58 1,66

M1 1,55 1,64 1,57 TB

M2 1,55 1,62 1,61

Keterangan : TB = Tidak Berbeda Nyata

Konsumsi BK yang tidak berbeda nyata dikarenakan kapasitas rumen yang

hampir sama sehingga kemampuan dalam mengkonsumsi ransum juga hampir

sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Kearl (1982) yang menyatakan bahwa,

pada bobot hidup sapi dan produksi susu yang relatif sama maka kebutuhan

makanan sapi relatif sama. Jumlah konsumsi BK yang tidak berbeda nyata

dipengaruhi oleh kualitas dan komposisi ransum yang terkandung di dalamnya,

ransum yang diberikan dengan jumlah protein yang hampir sama sehingga

konsumsi BK menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata hal ini dikarenakan

ternak akan berhenti makan setelah kebutuhannya terpenuhi. Varga et al. (1984)

menambahkan, jumlah konsumsi BK maupun produksi susu sangat dipengaruhi

(26)

fermentasi ransum di dalam rumen, tingkat kelarutan ransum maupun daya

tampung rumen. Hasil tersebut juga diperkuat dengan pendapat Parakkasi, (1999)

yang menyatakan konsumsi kambing dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

kompleks meliputi faktor hewannya sendiri, pakan yang diberikan dan lingkungan

tempat ternak dipelihara sehingga jika kondisi fisik dan fisiologis ternak,

lingkungan tempat ternak dipelihara dan kualitas pakan yang diberikan seragam

akan menyebabkan tingkat konsumsi yang sama pula.

4.2. Produksi Susu

Berdasarkan hasil penelitian rata-rata produksi susu pada kambing PE yang

telah mendapat perlakuan lama massage dan pakan dengan imbangan hijauan-konsentrat yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 5. berikut ini :

Tabel 5. Rata-rata Produksi Susu Kambing Percobaan setelah Mendapatkan Perlakuan Perbedaan Lama Massage dan Pakan

Massage

Produksi Susu(ml) Hasil Uji Statistik Taraf 5%

P1 P2 P3

M0 343,75 268,75 287,50

M1 362,50 287,50 312,50 TB

M2 322,50 250,00 293,75 Keterangan : TB = Tidak Berbeda Nyata

Berdasarkan data di atas dapat dilihat pada Ilustrasi grafik diagram batang

(27)

Ilustrasi 3. Grafik Diagram Batang Produksi Susu Kambing Percobaan setelah Mendapatkan Perlakuan Perbedaan Lama Massage dan Pakan

Berdasarkan data dalam Tabel 5. di atas produksi susu kambing perah setelah

mendapatkan perlakuan lama massage dan pakan dengan pemberian Imbangan hijauan-konsentrat yang berbeda menunjukkan hasil tidak berbeda nyata. Hal ini

dikarenakan bahwa perbedaan lama massage tidak memberikan respon peningkatan produksi susu. Dapat dilihat dari data produksi susu di atas (Tabel

5.). Hasil produksi susu yang dihasilkan pada penelitian ini yaitu produksi susu

yang paling tinggi pada perlakuan M1 sedangkan hasil produksi susu yang paling

rendah pada perlakuan M2. Perlakuan M2 dengan lama massage selama 5 menit

menunjukkan dampak negatif terhadap produksi susu karena, terlalu lamanya

perlakuan massage dapat mengakibatkan tingkat stress yang tinggi sehingga menyebabkan rangsangan menjadi tidak sempurna akibatnya produksi susunya

menurun. Produksi susu tidak maksimal dikarenakan aktifitas hormon oksitosin

yang menurun. Hormon oksitosin dalam darah tidak akan bertahan lama sehingga 100

150 200 250 300 350 400

M0 (Tanpa massage) M1 (3 menit) M2 (5 menit)

p

ro

d

u

ks

i s

u

su

(ml)

Lama massage Produksi Susu

P1 (80:20)

P2 (70:30)

P3 (60:40)

(28)

jika perlakuan massage terlalu lama hormon oksitosin tidak akan bekerja secara optimal dan akan berpengaruh terhadap kerja sel myoepithel yang akan mengakibatkan susu yang dihasilkan tidak maksimal dan akan mengalami

penurunan. Hasil penelitian Prihadi (1996), yang menyatakan kontraksi sel

myoepithel terjadi 20-60 detik setelah adanya stimulasi pada puting aktifitas

hormon oksitosin dalam darah hanya bertahan sampai 6-8 menit pada sapi karena

itu sangat penting menyelesaikan proses pemerahan dengan cepat selama hormon

oksitosin masih aktif yang dapat menyebabkan myoepithel berkontraksi. Soetarno

(1999) menambahkan apabila setelah dilakukan perangsangan tidak segera

dilakukan pemerahan maka pengaruh hormon oksitosin akan segera hilang.

Keadaan ini akan menyebabkan kontraksi sel-sel myoepithel juga akan segera berhenti, sebagai akibatnya milk ejection juga akan berhenti.

Pada perlakuan M0 yaitu tidak dilakukan perangsangan (massage) didapatkan

hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan M1 dan lebih tinggi dibandingkan

M2 yaitu dengan rata-rata 343,70ml. Perlakuan M0 hormon oksitosin tidak

bekerja dengan sempurna karena tidak dilakukannya perangsangan pada ambing

sebelum pemerahan. Susu tidak akan dihasilkan jika tidak ada rangsangan saraf

yang melewati hypothalamus yang menyebabkan dikeluarkannya oksitosin.

Rata-rata produksi susu yang dihasilkan pada penelitian ini masih kurang dari standart.

Sesuai dengan hasil penelitian Triwulaningsih (1986), yang berpendapat bahwa

produksi susu kambing perah PE yaitu 0,498-0,692 liter per ekor per hari dengan

produksi tertinggi dicapai 0,868 liter. Sodiq dan Abidin (2002) menambahkan,

(29)

Pemberian Imbangan Pakan yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang

nyata, hal ini dikarenakan kapasitas rumen yang hampir sama, sehingga

kemampuan dalam mengkonsumsi ransum juga hampir sama. Jumlah produksi

susu yang tidak berbeda nyata dapat dipengaruhi oleh kualitas dan komposisi

ransum yang terkandung di dalamnya. Ensminger (2001), menyatakan bahwa

salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya produksi susu adalah dari

segi pemberian pakan dan minum. Pakan yang diberikan untuk ternak harus dapat

memenuhi kebutuhannya untuk hidup pokok dan reproduksi.

4.3. Lemak Susu

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-rata kadar lemak dan kandungan

lemak susu yang telah mendapat perlakuan lama massage dan pakan dengan imbangan hijauan - konsentrat yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 6. berikut

ini :

Tabel 6. Rata-rata Kadar Lemak dan Kandungan Lemak Susu Kambing Percobaan setelah Mendapatkan Perlakuan Perbedaan Lama Massage dan Pakan

Massage

Lemak Susu (%/gr) Hasil Uji Statistik Taraf 5%

P1 P2 P3

KL KLS KL KLS KL KLS

M0 7,20 24,57 6,70 18,23 7,00 20,10

M1 6,90 25,53 6,50 18,91 6,90 21,63 TB M2 7,40 24,48 7,30 18,62 7,30 22,55

(30)

Berdasarkan data di atas dapat dilihat pada ilustrasi grafik diagram batang

sebagai berikut :

Ilustrasi 4. Grafik Diagram Batang Kadar Lemak dan Kandungan Lemak Susu Kambing Percobaan setelah Mendapatkan Perlakuan Perbedaan Lama Massage dan Pakan

Kadar lemak yang terkandung dalam susu dipengaruhi oleh beberapa faktor,

baik pengaruh dari faktor fisiologis maupun pengaruh dari lingkungan, yang

termasuk pengaruh dari lingkungan salah satunya yaitu pengaruh dari pakan

sedangkan lama massage bukan termasuk faktor yang dapat mempengaruhi kadar

lemak susu, karena massage hanya perlakuan dari luar sedangkan kadar lemak

dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti bulan laktasi maupun pakan. Ensminger

(1971), menyatakan kadar lemak susu dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor

fisiologis dan faktor lingkungan. Faktor fisiologis antara lain: bangsa, umur,

bulan laktasi, kebuntingan dan interval kelahiran. Faktor lingkungan antara lain :

pakan, penyakit dan iklim. 0,00

5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00

P1KL P1KLS P2KL P2KLS P3KL P3KLS

K

adar

L

em

ak

(%

) dan

K

and

un

gan

L

em

ak

(G

ram

)

Pakan

(31)

Berdasarkan Tabel 6. dapat dilihat bahwa hasil kadar lemak yang paling tinggi

yaitu dengan pemberian pakan P1 hijauan : konsentrat ; 80% : 20%, hal ini

disebabkan oleh pemberian hijauan yang lebih tinggi akan menghasilkan produk

asam asetat yang lebih tinggi pula, karena asam asetat merupakan faktor yag

mempengaruhi kadar lemak susu, menurut Anggorodi (1994) hijauan termasuk

bahan pakan yang mempunyai kandungan serat kasar (SK) diatas 18% dan produk

utama SK tersebut adalah asam asetat dan asam asetat merupakan precursor

pembentuk lemak susu. Arora (1995) menambahkan, pemberian rasio pakan

konsentrat lebih besar daripada hijauan menyebabkan pH rumen menurun yang

disebabkan konsentrat akan menekan kerja buffer karena mastikasi berkurang

akibat produksi saliva menurun dan meningkatkan produksi volatile fatty acid (VFA).

Prawirokusumo (1993), melaporkan hijauan yang diberikan lebih mengarah

pada fungsinya untuk meningkatkan kadar lemak susu (kualitas susu) karena

pemberian hijauan akan meningkatkan asetat dalam rumen sedangkan konsentrat

berfungsi dalam meningkatkan kuantitas produksi susu karena pemberian

konsentrat akan meningkatkan propionat dalam rumen. Pemberian hijauan dan

konsentrat harus dengan imbangan yang tepat supaya diperoleh kuantitas maupun

kualitas susu yang baik.

Berdasarkan penghitungan kandungan lemak (lampiran), didapatkan hasil

yang berbeda nyata (taraf 5%) pada P1 dengan P2. Hal ini menunjukkan bahwa

adanya peningkatan kandungan lemak dengan pengaruh pemberian pakan

(32)

5.1. Simpulan

Pemberian rangsangan (massage) dan imbangan hijauan konsentrat yang

berbeda dapat meningkatkan kandungan lemak dengan pakan. Menunjukkan hasil

yangtidak berbeda nyata terhadap konsumsi bahan kering, produksi susu maupun

kadar lemak susu.

5.2. Saran

Saran untuk peneliti selanjutnya adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan

mengenai pemberian imbangan pakan dengan kandungan nutrisi yang berbeda,

dan waktu pemberian rangsangan yang tidak terlalu lama terhadap kambing perah

PE. Saran untuk peternak adalah sebaiknya dilakukan perangsangan selama 3

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta.

American Dairy Goat Association. 2002. Milk Comparison. The American Dairy Goat Association. Spindale, New York City.

Arora, S. P. 1995. Percernaan Mikroba pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Atabany, A. 2001. Studi Kasus Produksi Kambing Peranakan Etawah dan Kambing Saanen pada Peternakan Kambing Barokah dan PT Taurus Dairy Farm. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Blakely, J. dan D. H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Edisi ke-4. PT Gramedia. Jakarta. (Diterjemahkan oleh Bambang Srigandono).

Cragle, R.G., M.R. Murphy, S.W. Williams, and J.H. Clark. 1986. Effect of altering milk production and composition on multiple component milk pricing systems. J. Dairy Sci. 69 : 282-289.

Ensminger, M.E. 1971. Dairy Cattle Science. 1st Ed. Printed and Publisher Inc, Danville.

Ensminger, M. E. 2001. Sheep and Goat Science. 6th Ed. Interstate Publisher. Inc. Danville, Illinois.

Gaspersz, V. 1991. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Penerbit Tarsito, Bandung.

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Grasindo, Jakarta.

Haryanto, B. dan A. Djajanegara. 1993. Pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan ternak ruminansia. Dalam Tomaszewka WM, Mastika IM, Djajanegara A, Gardiner S, Wiradarya TR: Produksi Kambing dan Domba di Indonesi. Sebelas Maret University Press. Surakarta:159-209.

Heryadi, D. 2004. Standarisasi Mutu Bibit Kambing Peranakan Etawah. Kerja sama Penelitian antara Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran, Bandung.

(34)

Markel, R. C. dan Subandriyo. 1997. Sheep and Goat Production Handbook for Southeast Asia. 3th Ed. CV. Ekha Putra, Bogor.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Indonesia University Press, Jakarta.

Phalepi, M. A. 2004. Performa Kambing Peranakan Etawah (Studi kasus di Peternakan Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya Citarasa). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Prawirokusumo, S. 1993. Ilmu Gizi Komparatif. Edisi Pertama. Badan Penerbitan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Prihadi, S. 1996. Tatalaksana dan Produksi Ternak Perah. Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Wangsamanggala, Yogyakarta.

Schmidt, G. H. 1971. Biology of Lactation. Freeman and Company, Sanfransisco.

Setiawan, T. dan A. Tanius. 2003. Beternak Kambing Perah Peranakan Ettawa. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sindoeredjo, S. 1996. Pedoman Pemeliharaan Kambing Perah. Cetakan Pertama. Balai Pustaka, Jakarta.

Sodiq, A. dan Z. Abidin. 2002. Kambing Peranakan Etawah Penghasil Susu Berkhasiat Obat. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Sodiq, A. dan Z. Abidin. 2008. Meningkatkan Produksi Susu Kambing Peranakan Etawa. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Soetarno, T. 1999. Manajemen Ternak Perah, Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sudono, A., R. F. Rosdiana dan B. S. Setiawan. 2003. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis: Beternak Sapi Perah secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta.

(35)

Suherman, D. 2005. Imbangan rumput lapangan dan konsentrat dalam ransum terhadap kualitas produksi susu sapi perah holstein. J. Anim. Prod. 7 (1) : 14-20.

Sutama, I. K., dan I. G. M. Budiarsana. 1997. Kambing Peranakan Etawah penghasil susu sebagai sumber pertumbuhan dan subsektor peternakan di Indonesia. Proceeding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor. 18-19 November 1997: 156-170.

Syarief, M. Z. dan C. D. A. Sumoprastowo. 1985. Ternak Perah. CV. Yasaguna, Jakarta.

Taylor, R. E. 1992. Scientific Farm Animal Production : an introduction to animal science, Depart of Animal Science Colorado. State University Fort Collins. Colorado Macmillan Publishing Company, New York.

Tomaszewska, M. W., L. M. Mastika, A. Djajanegara, S. Gardiner, dan T.R. Wiradarya. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press, Surakarta.

Triwulaningsih, E. 1986. Beberapa Parameter Genetik Sifat Kuantitatif Kambing Peranakan Etawah (PE). Tesis Magister Sains Fakultas Pascasarjana IPB. Bogor.

(36)

Lampiran 1. Konsumsi Konsentrat (Bahan Segar)

Tanggal

Data Konsumsi Pakan Konsentrat

P1M0 P1M1 P1M2 P2M0 P2M1 P2M2 P3M0 P3M1 P3M2

23 0.495 0.463 0.398 0.589 0.658 0.639 0.734 0.664 0.698

24 0.498 0.478 0.378 0.578 0.563 0.527 0.698 0.647 0.668

25 0.593 0.426 0.56 0.621 0.576 0.496 0.767 0.495 0.653

26 0.398 0.452 0.499 0.491 0.542 0.563 0.756 0.65 0.685

27 0.498 0.485 0.475 0.587 0.537 0.486 0.689 0.687 0.697

28 0.494 0.479 0.467 0.487 0.669 0.592 0.699 0.645 0.632

29 0.595 0.397 0.476 0.572 0.601 0.497 0.765 0.558 0.668

30 0.486 0.367 0.365 0.468 0.495 0.539 0.568 0.632 0.589

31 0.548 0.576 0.45 0.529 0.496 0.601 0.587 0.582 0.69

1 0.497 0.534 0.463 0.596 0.654 0.472 0.752 0.563 0.664

2 0.493 0.397 0.456 0.498 0.578 0.484 0.598 0.574 0.582

3 0.497 0.435 0.475 0.569 0.685 0.497 0.679 0.643 0.694

4 0.389 0.447 0.449 0.483 0.589 0.483 0.697 0.587 0.689

5 0.475 0.429 0.578 0.472 0.499 0.521 0.732 0.665 0.69

6 0.486 0.484 0.53 0.573 0.605 0.468 0.687 0.63 0.586

7 0.579 0.435 0.495 0.665 0.579 0.561 0.758 0.579 0.462

8 0.475 0.398 0.466 0.487 0.564 0.451 0.698 0.632 0.689

9 0.486 0.456 0.452 0.479 0.668 0.443 0.687 0.603 0.566

10 0.459 0.426 0.471 0.395 0.583 0.502 0.658 0.64 0.678

11 0.521 0.487 0.495 0.499 0.543 0.472 0.687 0.635 0.685

12 0.486 0.459 0.399 0.498 0.487 0.421 0.585 0.574 0.687

13 0.554 0.369 0.482 0.584 0.486 0.496 0.587 0.492 0.682

14 0.542 0.395 0.427 0.527 0.568 0.507 0.643 0.546 0.588

15 0.468 0.486 0.415 0.487 0.572 0.483 0.728 0.583 0.69

16 0.488 0.518 0.492 0.468 0.557 0.424 0.657 0.604 0.684

17 0.484 0.426 0.46 0.496 0.562 0.458 0.598 0.659 0.688

18 0.473 0.457 0.473 0.587 0.624 0.529 0.765 0.593 0.665

19 0.563 0.429 0.51 0.672 0.589 0.488 0.684 0.6 0.68

20 0.462 0.485 0.526 0.589 0.485 0.392 0.694 0.587 0.695

21 0.477 0.466 0.498 0.574 0.478 0.495 0.731 0.569 0.657

22 0.462 0.427 0.478 0.558 0.498 0.562 0.743 0.588 0.476

23 0.386 0.436 0.485 0.498 0.653 0.452 0.765 0.492 0.642

(37)

Lampiran 2. Konsumsi Tebon (Bahan Segar)

Tanggal

Data Konsumsi Pakan

Tebon

P1M0 P1M1 P1M2 P2M0 P2M1 P2M2 P3M0 P3M1 P3M2

23 2.765 2.356 2.265 2.127 2.408 2.451 2.354 2.432 2.34

24 2.436 2.432 2.556 2.467 2.621 2.652 2.132 2.132 2.42

25 2.651 2.863 2.872 2.583 2.154 2.458 2.098 2.543 2.321

26 2.453 2.754 2.762 2.642 2.411 2.76 1.987 2.431 2.176

27 2.532 2.391 2.598 2.312 2.352 2.573 2.056 2.45 2.421

28 2.752 2.873 2.176 2.121 2.563 2.447 2.435 2.41 2.358

29 1.897 2.322 2.76 2.445 2.41 2.467 2.332 2.352 2.098

30 1.956 1.643 2.398 1.887 2.663 2.11 2.286 2.073 2.41

31 2.214 2.321 2.128 2.335 2.221 2.441 2.187 1.9 2.167

1 2.276 2.152 1.897 2.457 2.527 2.567 2.465 2.45 2.25

2 2.653 2.546 1.941 2.43 2.158 2.365 2.22 2.34 2.36

3 2.748 2.743 2.872 2.364 2.456 2.632 2.154 2.1 2.15

4 2.487 2.653 2.683 2.556 2.336 1.778 2.67 2.087 1.78

5 2.755 2.354 2.789 2.337 2.653 2.065 2.43 2.286 1.98

6 2.495 2.124 2.419 2.118 2.378 2.599 1.87 2.354 2.098

7 2.537 1.864 2.911 2.345 2.653 2.563 2.41 2.445 2.23

8 2.552 1.958 2.679 2.648 2.441 2.551 2.154 2.275 2.168

9 2.321 2.056 2.789 2.351 2.338 2.335 2.354 2.48 2.232

10 2.423 2.249 2.583 2.448 2.26 2.653 2.076 2.5 2.345

11 2.458 2.541 2.684 2.365 2.532 2.514 2.39 2.67 2.096

12 2.531 2.687 2.75 2.551 2.173 2.243 1.98 2.46 2.087

13 1.94 2.873 2.542 1.97 2.098 2.582 2.356 2.567 2.358

14 2.718 2.753 2.375 2.678 1.86 2.571 2.098 2.269 2.364

15 2.349 1.789 2.226 2.335 1.978 2.621 2.421 2.456 2.273

16 2.872 2.662 2.543 2.147 2.543 2.315 1.78 2.44 2.54

17 1.834 2.765 2.661 2.75 2.442 2.456 2.34 2.356 2.47

18 2.43 2.995 2.453 2.358 2.659 2.378 2.31 2.558 2.351

19 2.543 2.965 2.5 2.215 2.553 2.631 2.326 2.36 2.335

20 2.678 2.46 1.85 2.473 2.68 2.518 2.1 2.46 2.429

21 2.8 2.668 2.564 2.287 2.16 2.687 1.853 2.51 2.35

22 2.83 2.569 2.638 2.569 2.541 2.543 2.356 2.476 2.07

23 2.695 2.881 2.134 1.532 2.58 2.416 2.056 2.504 1.81

(38)

Lampiran 3. Konsumsi Glirisida (Bahan Segar)

Tanggal

Data Konsumsi Pakan Glirisidae

P1M0 P1M1 P1M2 P2M0 P2M1 P2M2 P3M0 P3M1 P3M2

23 2.54 2.452 2.509 2.52 2.421 2.35 2.572 2.347 2.486

24 2.462 2.386 2.45 2.45 2.589 2.54 2.318 2.14 2.051

25 2.317 2.54 2.315 2.439 2.468 2.418 2.383 2.431 2.1

26 2.375 2.631 2.552 2.42 2.395 2.372 2.491 2.318 2.38

27 2.179 2.578 2.63 2.358 2.457 2.253 2.573 2.47 2.261

28 2.254 2.385 2.547 2.289 2.559 2.54 2.296 2.176 2.376

29 1.98 2.266 2.576 2.31 2.519 2.178 2.153 2.33 2.337

30 2.317 2.196 2.568 2.428 2.435 2.54 2.43 2.167 2.418

31 2.586 2.071 2.521 2.409 2.497 2.448 2.51 2.35 2.108

1 2.237 2.178 2.562 2.415 2.416 2.485 2.315 2.421 2.21

2 2.405 1.98 1.985 2.481 2.57 2.55 2.487 2.052 2.162

3 2.389 2.542 1.856 2.51 2.486 2.189 2.153 2.14 2.307

4 2.585 2.375 2.237 2.417 2.38 2.42 2.56 2.391 2.336

5 2.458 2.451 2.598 1.74 2.56 2.096 2.486 2.36 2.285

6 2.585 2.398 2.46 1.945 2.419 2.387 2.396 2.185 1.96

7 2.67 2.407 2.452 2.43 2.078 2.45 2.45 2.075 2.098

8 2.341 2.531 2.354 2.184 1.89 2.397 2.361 2.137 2.143

9 2.429 2.419 2.287 2.256 2.186 2.427 2.531 2.25 2.331

10 2.286 2.52 2.47 2.349 2.395 2.431 2.3 2.398 2.267

11 2.458 2.279 2.588 2.463 2.424 2.37 2.201 2.052 2.15

12 2.319 1.89 2.275 2.47 2.64 2.48 2.163 2.189 2.108

13 2.261 2.35 2.385 2.347 2.532 2.57 2.473 2.372 2.34

14 2.538 2.267 2.598 2.496 2.514 2.318 2.385 2.486 2.167

15 2.658 2.456 2.482 2.45 2.441 2.452 2.095 2.37 2.265

16 2.466 2.568 2.652 2.307 2.652 2.436 2.476 1.898 2.29

17 2.389 2.671 2.599 2.51 2.539 2.358 2.015 2.105 2.34

18 1.987 2.336 2.635 2.6 2.476 2.476 2.13 2.044 2.304

19 2.535 2.56 2.542 2.631 2.465 2.357 2.471 2.145 2.29

20 2.428 2.448 2.598 2.476 2.753 2.167 2.55 2.248 2.178

21 2.636 2.317 2.575 2.558 2.537 2.51 2.286 2.286 2.356

22 2.37 2.45 2.584 2.53 2.55 2.497 2.017 1.875 2.251

23 2.516 2.579 2.593 2.607 2.478 2.015 1.85 2.056 2.153

(39)

Lampiran 4. Analisis Ragam Konsumsi Bahan Kering

Perlakuan

Ulangan

Total Perlakuan

1 2 3 4

Rata-rata M0

P1

1,586 1,765 1,576 1,674 6,601 1,650 M1 1,542 1,683 1,540 1,450 6,215 1,553 M2 1,585 1,570 1,479 1,580 6,214 1,553 M0

P2

1,594 1,650 1,535 1,565 6,344 1,586 M1 1,649 1,587 1,760 1,578 6,574 1,643 M2 1,584 1,748 1,629 1,549 6,510 1,627 M0

P3

1,686 1,567 1,678 1,739 6,670 1,667 M1 1,611 1,536 1,558 1,598 6,303 1,575 M2 1,631 1,653 1,567 1,596 6,447 1,611 Total ( R ) 14,468 14,759 14,322 14,329 57,878 14,4695

Massage

Hasil Konsumsi BK

Total M (B)

P1 P2 P3

M0 6,601 6,344 6,670 19,615

M1 6,215 6,574 6,303 19,092

M2 6,214 6,510 6,447 19,171

Total P 19,030 19,428 19,420 57,878

Keterangan :

r : Jumlah Ulangan = 4

a : Jumlah Tingkat Faktor A = 3

b : Jumlah Tingkat Faktor B = 3

Derajat bebas

db total = (rab) - 1 = (4 x3x3) -1 = 35

db perlakuan = (ab) - 1 = (3x3) - 1 = 8

db varian (A) = (a-1) = (3-1) = 2

db M (B) = (b-1) = (3-1) = 2

db A x B = (a-1)(b-1) = (3-1)(3-1) = 4

db galat = ab (r-1) = 3x3(4-1) =27

Faktor Koreksi (FK) = r ab

(40)

=

Jumlah Kuadrat (JK)

Jumlah Kuadrat Total (JKX) = x2– FK

Kuadrat Tengah (KT)

(41)
(42)

Lampiran 5. Analisis Ragam Produksi Susu

Perlakuan

Ulangan

Total Perlakuan

1 2 3 4 Rata-rata

M0

P1

310 375 240 450 1375 343,75

M1 225 350 375 500 1450 362,50

M2 280 300 310 400 1290 322,50

M0

P2

250 350 175 300 1075 268,75

M1 175 250 275 450 1150 287,50

M2 200 250 200 350 1000 250,00

M0

P3

250 325 225 350 1150 287,50

M1 200 250 300 500 1250 312,50

M2 250 250 275 400 1175 293,75

Total ( R ) 2140 2700 2375 3700 10915 2728,75

Massage

Hasil Produksi Susu

Total M (B)

P1 P2 P3

M0 1375 1075 1150 3600

M1 1450 1150 1250 3850

M2 1290 1000 1175 3465

Total P 4115 3225 3575 10915

Keterangan :

r : Jumlah Ulangan = 4

a : Jumlah Tingkat Faktor A = 3

b : Jumlah Tingkat Faktor B = 3

Derajat bebas

db total = (rab) - 1 = (4 x3x3) -1 = 35

db perlakuan = (ab) - 1 = (3x3) - 1 = 8

db varian (A) = (a-1) = (3-1) = 2

db M (B) = (b-1) = (3-1) = 2

db A x B = (a-1)(b-1) = (3-1)(3-1) = 4

db galat = ab (r-1) = 3x3(4-1) =27

Faktor Koreksi (FK) = r ab

(43)

=

Jumlah Kuadrat (JK)

Jumlah Kuadrat Total (JKX) = x2– FK

= 40876,39- 33505,56- 6359,722

= 1011,111

Jumlah Kuadrat Galat (JKG) = JK (X) – JK (P)

=261957,6- 40876,39

= 221081,3

Kuadrat Tengah (KT)

(44)

KT (A) =

(45)

Lampiran 6. Analisis Ragam Kadar Lemak Susu

Perlakuan

Ulangan

Total Perlakuan

1 2 3 4 Rata-rata

M0

P1

7,4 6,9 8,8 5,7 28,8 7,20

M1 7,2 7,5 7,3 5,9 27,9 6,90

M2 9,4 5,1 8 7,2 29,7 7,40

M0

P2

7 6,3 8 5,8 27,1 6,70

M1 6,5 8 5,7 5,9 26,1 6,50

M2 8,5 6,2 7,9 6,9 29,5 7,30

M0

P3

7,1 6,5 9,7 5 28,3 7,00

M1 6,7 7,5 7,5 5,9 27,6 6,90

M2 8,4 5,6 7,1 8,3 29,4 7,30

Total ( R ) 68,2 59,6 70 56,6 254,4 63,20

Massage

Hasil Kadar Lemak Susu

Total M (B)

P1 P2 P3

M0 28,8 27,1 28,3 84,2

M1 27,9 26,1 27,6 81,6

M2 29,7 29,5 29,4 88,6

Total P 86,4 82,7 85,3 254,4

Keterangan :

r : Jumlah Ulangan = 4

a : Jumlah Tingkat Faktor A = 3

b : Jumlah Tingkat Faktor B = 3

Derajat bebas

db total = (rab) - 1 = (4 x3x3) -1 = 35

db perlakuan = (ab) - 1 = (3x3) - 1 = 8

db varian (A) = (a-1) = (3-1) = 2

db M (B) = (b-1) = (3-1) = 2

db A x B = (a-1)(b-1) = (3-1)(3-1) = 4

db galat = ab (r-1) = 3x3(4-1) =27

Faktor Koreksi (FK) = r ab

(46)

=

Jumlah Kuadrat (JK)

Jumlah Kuadrat Total (JKX) = x2– FK

= 2,945- 0,601667-2,086667

= 0,256667

Jumlah Kuadrat Galat (JKG) = JK (X) – JK (P)

= 46,7- 2,945

= 43,755

Kuadrat Tengah (KT)

(47)
(48)

Lampiran 7. Analisis Ragam Kandungan Lemak Susu

Perlakuan

Ulangan

Total Perlakuan

1 2 3 4

Rata-rata M0

P1

23,62 26,59 21,72 26,39 98,31 24,57 M1 16,66 27,02 28,14 30,32 102,14 25,53 M2 27,07 15,74 25,52 29,62 97,95 24,48 M0

P2

17,98 22,66 14,39 17,90 72,92 18,23 M1 11,71 20,55 16,11 27,28 75,65 18,91 M2 17,49 15,94 16,25 24,82 74,49 18,62 M0

P3

18,27 21,73 22,43 18,00 80,43 20,10 M1 13,81 19,26 23,15 30,31 86,53 21,63 M2 21,60 14,40 20,08 34,15 90,23 22,55 Total ( R ) 168,21 183,89 187,78 238,79 778,69 194,67

Massage

Hasil Konsumsi BK

Total M (B)

P1 P2 P3

M0 98,31 72,92 80,43 251,67

M1 102,14 75,65 86,53 264,32

M2 97,95 74,49 90,23 262,68

Total P 298,40 223,08 257,19 778,69

Keterangan :

r : Jumlah Ulangan = 4

a : Jumlah Tingkat Faktor A = 3

b : Jumlah Tingkat Faktor B = 3

Derajat bebas

db total = (rab) - 1 = (4 x3x3) -1 = 35

db perlakuan = (ab) - 1 = (3x3) - 1 = 8

db varian (A) = (a-1) = (3-1) = 2

db M (B) = (b-1) = (3-1) = 2

db A x B = (a-1)(b-1) = (3-1)(3-1) = 4

db galat = ab (r-1) = 3x3(4-1) =27

Faktor Koreksi (FK) = r ab

(49)

=

Jumlah Kuadrat (JK)

Jumlah Kuadrat Total (JKX) = x2– FK

Kuadrat Tengah (KT)

(50)
(51)

Uji Duncan (Pakan)

CV : 25,56%

Sd : 1,59

r : 12

Tabel SSR

P 2 3

rp 2,905 3,05

RP 4.64 4,87

Perlakuan Rataan P1 P3 P2

P1 24.87 -

P3 21.43 3.43 ns -

P2 18.59 6.28 * 2.84 ns -

Perlakuan Rataan Uji Duncan

P1 24.87 a

P3 21.43 ab

(52)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Wulan Setyaningsih. Lahir di

Jakarta pada tanggal 03 April 1991, putri ketiga dari

Bapak Sutiman dan Ibu Sukesih.

Studi pertama diawali di TK Anizomiyah-Jakarta

pada tahun 1995 selama 1 tahun. Tahun 1996 penulis

melanjutkan studi di SDN 03 pagi selama 6 tahun, lulus

SDN tahun 2002 penulis meneruskan ke SMP 238 Jakarta tamat SMP tahun 2005,

kemudian penulis melanjutkan studinya di SMAN 60 Jakarta dan lulus tahun

2008. Tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Diponegoro

Semarang pada Fakultas Peternakan Jurusan Produksi Ternak.

Gambar

Tabel 1. Komposisi Susu Kambing, Sapi dan Air Susu Ibu
Tabel 2. Hasil Analisis Proksimat Bahan Pakan Penyusun Ransum Kambing Percobaan (Berdasarkan 100% Bahan Kering)
Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Penelitian (dalam BK)
Tabel 5. Rata-rata Produksi Susu Kambing Percobaan setelah Mendapatkan Perlakuan Perbedaan Lama Massage dan Pakan
+3

Referensi

Dokumen terkait

3 Senada dengan hal tersebut Nasaruddin Umar yang menyatakan bahwa Islam memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam bidang spiritual maupun urusan

dari siswa siswi tersebut akan dikembalikan apabila yang mengambil atau menjemputnya adalah orang tua para murid. Hal ini dikarenakan untuk memberi efek jera kepada

Pengaplikasian Beauveria bassiana dilakukan dengan menggunakan sprayer dengan cara disemprotkan pada tanaman padi saat 7 hari setelah tanaman diinfestasi hama wereng batang

anisopliae yang diaplikasikan secara disemprot menunjukkan efektifitas yang rendah terhadap nimfa wereng coklat, sedangkan yang diaplikasikan di sekitar perakaran

Model kinetika reaksi katalitik yang telah diuji clan memberikan ralat <l 0% adalah model di mana langkah desorpsi DME dari permukaan katalis merupakan langkah

BADAN PENELI TI AN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MI NERAL LAMPI RAN I

Kegagalan kompensasi dengan cara meningkatkan sekresi insulin terjadi pada Impaired Glucose Tolerance (IGT, point C) atau toleransi glukosa terganggu dan juga pada DM tipe 2

Lahan gambut dapat dikembangkan sebagai lahan pertanian dengan jenis komoditas yang beragam meliputi tanaman perkebunan, hortikultura, dan pangan (kelapa sawit, karet, kopi