• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inventarisasi Mineral Logam Di Kabupaten Seram Bagian Timur Provinsi Maluku 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Inventarisasi Mineral Logam Di Kabupaten Seram Bagian Timur Provinsi Maluku 2014"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR PROVINSI MALUKU

2014

Wahyu Widodo, Bambang Nugroho Widi Kelompok Penyelidikan Mineral Logam

S A R I

Inventarisasi mineral logam di Kabupaten Seram Bagian Timur antara lain didapatkan data sekunder hasil analisis kimia sedimen sungai, mineral berat dan data primer hasil uji petik di Kecamatan Liang Fitu, Kecamatan Kilmuri dan Kecamatan Werinama.

Morfologi daerah uji petik dapat dipisahkan menjadi tiga satuan morfologi, yaitu satuan morfologi dataran pantai, morfologi perbukitan bergelombang dan morfologi perbukitan tinggi. Geologi daerah uji petik disusun oleh kelompok batuan metamorf, kelompok batupasir, kelompok batuan ultrabasa, kelompok batuan terobosan, kelompok serpih merah, kelompok batugamping, kelompok batuan rombakan aneka bahan, kelompok napal, kelompok batugamping koral dan endapan alluvial.

Hasil inventarisasi menemukan sedikitnya empat lokasi daerah prospek mineral logam yang perlu ditindaklanjuti, yaitu : (1). Prospek Mo – Cu di dua lokasi intrusi (diorit kuarsa) di desa Hatumeten dan desa Batuasah, Kecamatan Werinama. (2). Prospek Mo – Cu/ Au (?) di aliran S. Kanasah, S. Tum dan S. Tala dan sekitarnya. (3). Prospek Mn pada bagian hulu dua sungai di Selagor – Kian Darat (D) dan (4). Indikasi Cu, Pb, Zn, Au pada conto sedimen sungai di Werinama.

Untuk dilakukan penelitian lebih lanjut pada kedua intrusi dan sekitarnya di desa Hatumeten dan desa Batuasah dan hulu aliran S. Kanasah, S. Tum dan S. Tala dan sekitarnya untuk mengetahui kemungkinan potensi mineralisasi Mo – Cu / Au serta dilakukan survey rinci di bagian hulu sungai-sungai keterdapatan float mangan dan dilakukan pengamatan geologi dan mineralisasi di daerah Werinama untuk membuktikan kebenaran adanya anomaly Cu, Au, Pb dan Zn conto sedimen sungai.

Pendahuluan

Adanya kesamaan geologi antara lereng selatan Kabupaten Seram Bagian Timur dengan P. Buru (batuan metamorf berumur Perm) yang saat ini dikenal dengan kegiatan penambangan emas rakyat serta adanya sebaran batuan ultrabasa berumur Kapur yang selama ini dibeberapa lokasi di kenal sebagai tempat kedudukan endapan Nikel laterit, (Gambar 1).

Lokasi kegiatan inventarisasi mineral logam di wilayah Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku, uji petik lapangan dilakukan pada 3 (tiga) Kecamatan, yaitu : Kecamatan Liang Fitu, Kecamatan Kilmury dan Kecamatan Werinama, (Gambar 2).

Kesampaian daerah inventarisasi mineral logam di Kabupaten Seram Bagian Timur Bula dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat sampai Kian selanjutnya disambung dengan perjalanan laut menggunakan Long boat/ speed boat untuk menuju Kecamatan Liang Fitu, Kecamatan Kilmury dan Kecamatan Werinama.

(2)

Selama kegiatan inventarisasi mineral logam di Kabupaten Seram Bagian Timur dilakukan pemercontoan sedimen sungai aktif, singkapan maupun float batuan, konsentrat dulang dan tanah laterit, (Gambar 3 s/d 6).

Pemercontohan sedimen sungai aktif diambil menggunakan saringan – 80 mesh, pada lokasi yang sama juga dilakukan pendulangan mineral berat, conto terkumpul masing-masing sedimen sungai dan konsentrat mineral berat masing-masing terkumpul sebanyak 51 conto sedimen sungai dan 47 conto konsentrat dulang.

Pemercontohan batuan dilakukan antara lain untuk dilakukan analisis kimia mineral (Cu, Pb, Zn, Au, Ag, As dan Sb atau Ni khususnya untuk batuan ultrabasa dan analisis fisika mineral (petrografi, mineragrafi), conto batuan terkumpul sebanyak 73 conto. Pemercontohan tanah laterit dilakukan pada bekas-bekas galian sumur uji dengan kedalaman berkisar antara 1 s/d 4 m, pengambilannya system channel dengan interval 1 m kearah kedalaman, terkumpul sebanyak 21 conto laterit.

Geologi dan Mineralisasi Daerah Uji Petik

Morfologi daerah uji petik dapat dipisahkan menjadi tiga satuan morfologi, yaitu satuan morfologi dataran pantai (0 – 25 m pal), morfologi perbukitam bergelombang (25 – 75 m pal) dan morfologi perbukitan tinggi (75 – 500 m pal).

Geologi daerah uji petik (Kecamatan Liang Fitu, Kecamatan Kilmuri dan Kecamatan Werinama), disusun oleh batuan-batuan relatip tua ke batuan relatip muda adala : Kelompok batuan metamorf (sekis, gneiss), kelompok batupasir, kelompok batuan ultrabasa, kelompok batuan terobosan, kelompok serpih merah, kelompok batugamping, kelompok batuan rombakan aneka bahan, kelompok napal, kelompok batugamping koral dan endapan alluvial, (Gambar 7 s/d 10).

Kelompok batuan metamorf (sekis, gneiss), dari pengamatan sepanjang lintasan sungai dan singkapan di Tala memperlihatkan bahwa disepanjang sungai float batuan didominasi oleh sekis mika dan gneiss dengan lensa-lensa kuarsa yang

memperlihatkan struktur augen (STW 19 R1/ R2), Hasil analisis Petrografi STW 1419 R1 dalam sayatan tipis batuan menunjukkan tekstur skistositi dan liniasi, berbutir halus – berukuran 0,5 mm, bentuk butir xenoblast yang disusun oleh kuarsa 55 %, biotit 34 %, plagioklas 10 %, tremolit 5 % garnet 5 % dan mineral opak 1 %, disebut Garnet – biotit skis, (Foto 2).

Sedangkan conto STW 1419 R2 dari sayatan tipisnya menunjukkan tekstur granoblastik dan foliasi, terlihat berlapis, berbutir halus – berukuran 0,75 mm, bentuk bitir xenoblast, disusun oleh mikrogranular kuarsa 50 %, piroksen 10 %, plagioklas 15 %, hornblende 20 %, garnet 3 % dan mineral opak 2 %, disebut Hornfels, (Foto 3).

Kelompok batuan ini secara regional di kenal sebagai Kompleks Kobipoto berumur Perm, (S. Gafoer, dkk., 1993).

Relatif lebih muda dari Kelompok batuan metamorf adalah kelompok batupasir yang merupakan perselingan batupasir (STB 1436 R), batulanau dan batu lempung termetakan atau disebut Formasi Kenikeh berumur Trias – Yura, (S. Gafoer, dkk., 1993).

Pengamatan sayatan tipis batuan STB 1436 R dibawah mikroskop menunjukkan tekstur klastik, berbutir halus – berukuran 2 mm, berbentuk menyudut – menyudut tanggung, kemas terbuka, terpilah buruk dan disusun oleh fragmen-fragmen batuan sekis, urat kuarsa/ batuan tersilisifikasi, fragmen plagioklas, mineral opak dan kuarsa dalam masa dasar/ penyemen serisit, klorit, mineral opak dan butiran-butiran halus kuarsa (disebut batupasir litik), (Foto 4).

Batuan serpentinit ditemukan setempat-setempat, berdasarkan pengamatan di tiga lokasi yaitu Desa Suru, Kecamatan Liang Fitu, Desa Batuasah dan Desa Hatumeten, Kecamatan Werinama. Batuan ultrabasa yang teramati terdiri dari piroksenit dan dunit (STW 1420 R, TPW 15 R dan STM 1439 R1, STM 1440 R), kadang terlihat serpentin dalam rekahan, bahkan telah berubah menjadi asbes.

(3)

dengan Kelompok Batuan Ultrabasa berumur Kapur, (S. Gafoer, dkk., 1993).

Batuan ultrabasa berumur Kapur dan perselingan batupasir, batulanau dan batulempung termetakan Formasi Kenikeh diterobos oleh batuan diorit, seperti terlihat di Hatumeten (STB 1435 R) dan Batuasah (STM 1437 RB), dari pengamatan diorit telah menunjukkan gejala ubahan dan mengandung mineral pirit.

Analisis petrografi dari kedua contoh batuan tersebut mengidentifikasikan sebagai diorit kuarsa, dalam sayatan tipis batuan ini menunjukkan tekstur hipidiomorfik granular, berbutir halus – berukuran 2,5 mm, bentuknya anhedral – subhedral, disusun oleh plagioklas 65 %, kuarsa 10, biotit 8 %, klorit 13 %, mineral opak 2 %, serisit 1 % dan lempung 1 %, (Foto 5).

Secara regional di dalam peta Geologi lembar Masohi dan Bula – Watubela sekala 1 : 250.000, batuan terobosan diorit kuarsa yang diuraikan di atas tidak temukan atau kemungkinan tidak terpetakan sehingga belum diketahui korelasinya.

Kelompok serpih merah dengan sisipan rijang dan napal Formasi Hatuolo berumur Eosen (S. Gafoer, dkk., 1993), keberadaannya setempat-setempat di sebelah utara Mising.

Kelompok batuan yang relatif lebih muda dari Formasi Hatuolo adalah kelompok batugamping berumur Oligosen Formasi Selagor (S. Gafoer, dkk., 1993), sebaran batuannya dapat diamati di Desa Kian Darat dan Desa Suru, Kecamatan Liang Fitu.

Kelompok batuan yang relatip lebih muda dari kelompok batugamping Formasi Selagor adalah campuran batuan hasil rombakan kelompok-kelompok batuan yang lebih tua yang merupakan bongkah batuan asing dengan masa dasar lempung, biasa dikenal Kompleks Salas (S. Gafoer, dkk., 1993).

Kelompok Napal yang disusun oleh napal bersisipan batugamping pasiran dan batupasir halus dikenal sebagai Formasi Wahai berumur Pliosen (S. Gafoer, dkk., 1993), tersebar luas di Batuasah dan di sebelah barat Desa Suru.

Kelompok batugamping yang umurnya relatif lebih muda dari Formasi Wahai, disusun oleh batugamping dan konglomerat yang penyebarannya setempat-setempat di sekitar Desa Batuasah dan pantai timur dekat Desa Suru. Singkapannya teramati pada pantai dekat Desa Batuasah, S. Gafoer, dkk., 1993 menyebut Anggota Batugamping Formasi Fufa berumur Pleistosen.

Aluvium dan terumbu koral yang terdapat di daerah uji petik merupakan endapan permukaan atau batuan termuda yang ada di daerah ini.

Struktur geologi yang berkembang di daerah uji petik adalah sesar dengan arah barat laut – tenggara s/d timur laut barat daya, yang umumnya sebarannya pada batuan berumur Pra Tersier.

Indikasi mineralisasi yang ditemukan selama uji petik berdasarkan pengamatan float maupun singkapan batuan antara lain adanya float mangan kalsedonik di beberapa sungai di sekitar Desa Selagor - Kian Darat pada lokasi STM 1401 SF dan STM 1402 SF, (Foto 6).

Piritisasi teramati dari float batuan metamorf di beberapa aliran sungai seperti conto STW 1415, 1416, 1417 F terlihat mengikuti foliasi sampai mengisi rekahan dan pada singkapan batuan yang sama terlihat pada conto STW 1418 dan 1419 R di S. Mala.

Hasil analisis mineragrafi conto STW 1415 F sayatan poles dibawah mikroskop cahaya pantul, mineral logam yang teridentifikasi adalah pirit, hematit, molibdenit dan hidrous iron oxide, (Foto 7).

Piritisasi disamping ditemukan pada batuan metamorf juga diketemukan dalam batuan diorite (STB 1431 F, STM 1438 RB dan STM 1438 RC). Pengamatan sayatan poles batuan (STM 1438 RC) dibawah mikroskop cahaya pantul, mineral logam yang teridentifikasi adalah pirit, hematit, kalkopirit, molibdenit dan hdrous iron oxide, (Foto 8).

(4)

Indikasi butiran emas dari pendulangan ditemukan pada tiga sungai yang saling berdekatan di S. Kanasah, S. Tum dan S. Tala, (Foto 9). Butir emas berbentuk menjarum sampai pipih dengan ukuran MC s/d VFC, mineral berat lainnya yang terdapat bersama-sama butir emas adalah zircon, kuarsa, garnet dan magnetit.

Adanya indikasi terbentuknya endapan nikel laterit didalam lingkungan batuan serpentinit di Desa Hatumeten dan Desa Batuasah, Kecamatan Werinama dan Desa Suru, Kecamatan Liang Fitu.

Prospek Sumber Daya Mineral Logam Berdasarkan data sekunder dan data primer yang dikumpulkan sedikitnya ada empat lokasi prospek mineral logam, yaitu :

Prospek Mo – Cu di dua lokasi intrusi (diorit kuarsa), yaitu di desa Hatumeten (A) dan desa Batuasah (B), Kecamatan Werinama, ditunjukkan adanya mineralisasi logam molibdenit, kalkopirit, hematit dan pirit dalan conto diorit kuarsa. Disamping prospek Mo-Cu-Au pada kedua lokasi tersebut juga terdapat adanya indikasi endapan nikel laterit pada sebaran batuan serpentinit, walaupun hasil analisis tanah lateritnya menunjukkan kadar Ni 0,17 s/d 0,23 %, Co 0,01 %, Fe 6,83 s/d 8,07 % dan Cr 0,11 s/d 0,14 %, sebarannya lateritnya tidak luas memanjang sepanjang punggungan kurang lebih 50 x 400 m2 dengan ketebalan 1 s/d 4 m.

Prospek Mo – Cu - Au (?) di aliran S. Kanasah, S. Tum dan S. Tala dan sekitarnya (C), ditunjukkan adanya indikasi mineral logam molibdenit, hematit, pirit didalam float batuan metamorf dan Molybdenit, kalkopirit, pirit dalam float diorit kuarsa serta adanya butiran emas dari pendulangan mineral berat di ketiga sungai tersebut.  Prospek Mn pada bagian hulu dua sungai di Selagor – Kian Darat (D), indikasi mineralisasi mangan ditunjukkan adanya float batuan

mengandung mangan/ mangan kalsedonik) pada kedua aliran sungai tersebut. dan

Indikasi Cu, Pb, Zn, Au di Werinama (E) yang berdasarkan data sekunder terdapat adanya anomaly Cu, Au, Pb dan Zn dari conto sedimen sungai. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan inventarisasi mineral logam di Kabupaten Seram Bagian Timur, berdasarkan data-data yang didapatkan (data sekunder maupun data primer hasil uji petik) setidaknya ada empat daerah prospek mineral logam, yaitu : Gambar11  Prospek Mo – Cu di dua lokasi intrusi

sedimen sungai di Werinama (E). DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Seram Bagian Timur, 2012; Seram Bagian Timur dalam angka.

Dietrich R.V., Dutro, Jr. J.T., Foose R.M., 1982; Agi Data Sheets for geology in the field, laboratory, and office; American Geological Institute, Second Edition.

Gafoer S., Suwitodirdjo K, dan Suharsono, 1993; Geologi Lembar Bula dan Watubela skala 1:250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

(5)

Tjokrosapoetro S., Rusmana E. dan Suharsono, 1994; Geologi Lembar Ambon skala 1:250.000, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Tjokrosapoetro S., dkk., 1993; Geologi Lembar Masohi skala 1:250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Dinas Pertambangan Dan Lingkungan Hidup Kabupaten Seram Bagian Timur, 2006; Laporan Akhir Kegiatan Survey / Penelitian Bahan Galian Mineral / Pertambangan Golongan A, B Dan C (Mineral Industri) Di Wilayah Kabupaten Seram Bagian Timur, Propinsi Maluku.

Gambar 1. Gambaran Geologi antara P. Buru dan Pulau Seram, Propinsi Maluku

(6)

Gambar 3. Peta Lokasi conto Hatumeten – Batuasa, Kecamatan Werinama, Kabupaten Seram Bagian Timur.

(7)

Gambar 5. Peta Lokasi conto Kilmuri - Dawang, Kecamatan Kilmuri, Kabupaten Seram Bagian Timur

(8)

Gambar 7. Peta Geologi Hatumeten – Batuasah, Kecamatan Werinama, Kabupaten Seram Bagian Timur.

(9)

Gambar 9. Peta Geologi Selor – Dawang, Kecamatan Kilmuri, Kabupaten Seram Bagian Timur.

(10)

Gambar11. Peta gabungan geologi dan indikasi mineralisasi logam

Kabupaten Seram Bagian Timur, Propinsi Maluku.

Foto 2. Fotomikrograf Garnet – biotit skis disusun oleh kuarsa, biotit, plagioklas, tremolit, garnet dan mineral opak. Terlihat kuarsa hubungan antar butirnya saling bertautan dan

(11)

Foto 3. Fotomikrograf Hornfels disusun oleh kuarsa, plagioklas, piroksen, hornblende, garnet dan mineral opak, terlihat mineral-mineralnya menunjukkan foliasi.

Foto 4. Fotomikrograf batupasir litik (STB 1436 R) disusun oleh fragmen batuan sekis, fragmen batuan tersilisifikasi, fragmen kuarsa, plagioklasdan mineral opak dalam masa

dasar/ penyemen serisit, klorit dan butiran halus kuarsa.

Foto 5. Fotomikrograf Diorit kuarsa disusun oleh plagioklas, kuarsa, biotit dan mineral opak, terlihat plagioklas terubah lemah ke serisit, klorit dan mineral lempung sedangkan

(12)

Foto 6. Foto float mangan kalsedonik di lokasi STM 1402 SF Desa Selagor Kian Darat.

Foto 7. Fotomikrograf sayatan poles STW 1415 F pirit (P) dan hematit (He) (a) dan hematit, molibdenit(Mo) (b) tersebar dalam masa batuan.

Gambar 9. Fotomikrograf sayatan poles STM 1438 RC pirit (P), kalkopirit (Kp), hematit (He) dan molibdenit (Mo) dalam massa batuan.

Foto 9. Butir Emas berukuran 1 FC dari pendulangan S Tum (a) dan beberapa butir VFC – FC di S. Kanasah (b).

Au 1 FC

Au VFC - FC

a

b

Gambar

Gambar 2. Peta Lokasi Inventarisasi Mineral Logam Kabupaten Seram Bagian Timur
Gambar 3. Peta Lokasi conto Hatumeten – Batuasa, Kecamatan Werinama, Kabupaten
Gambar 6. Peta Lokasi conto Kian  – Suru, Kecamatan Liang Fitu, Kabupaten Seram Bagian Timur
Gambar 7. Peta Geologi Hatumeten – Batuasah, Kecamatan Werinama, Kabupaten Seram Bagian Timur
+3

Referensi

Dokumen terkait

Granit yang merupakan komoditi bahan galian bangunan sebagai batuan ornamen di Kabupaten Gorontalo ditemukan pada wilayah Tanjung Keramat, Kecamatan Kota Selatan,

Hasil uji petik menunjukkan bahwa daerah Air Manggis, Kecamatan Lubuk Sikaping, Kabupataen Pasaman ditemukan bijih besi dengan jumlah sumber daya hipotetik ± 3.078.160 ton,

Batuan tertua sampai muda yang dijumpai di wilayah penyelidikan ini terdiri dari batuan malihan termasuk dalam Formasi Kluet, batuan intrusi meliputi Granit

Stratigrafi batuan Tersier daerah Pangkalan berdasarkan Peta Geologi Lembar Solok (Silitonga P.H. & Kastowo, 1995) disusun secara berurutan dari tua ke muda sebagai

Sumber daya hipotetik bahan galian lempung (Cly-01-PB sampai dengan Cly-08-PB), sebesar 130.840.000 m 3 (248.700.000 Ton), secara langsung dapat digunakan sebagai bahan baku

Secara stratigrafi regional, urutan satuan batuan dari tua ke muda di daerah penelitian menurut penamaan litostratigrafi dari Peta Geologi Regional Lembar

Lokasi kegiatan terletak di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.Kondisi geologi yang cukup kompleks, dengan jenis batuan yang berumur mulai

Satuan batupasir tufan yang umurnya relatip lebih muda dari kedua satuan batuan tersebut disusun oleh perselingan batupasir tufan dengan batupasir lanauan karbonan, serpih,