• Tidak ada hasil yang ditemukan

27. Prosiding Prospeksi Lampung Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "27. Prosiding Prospeksi Lampung Barat"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PROSPEKSI PASIR BESI DI PESISIR BARAT KABUPATEN LAMPUNG BARAT,

PROVINSI LAMPUNG

Oleh:

Soepriadi dan Moe’tamar

Kelompok Penyelidikan Mineral,

Pusat Sumber Daya Geologi

SARI

Salah satu daerah prospeksi endapan pasir besi yang telah diselidiki di bagian barat Kabupaten Lampung Barat yaitu terdiri dari empat blok : Blok Kotakarang, Blok Baturaja-Way Gedau, Blok Malaya-Cahaya Negeri-Lemong dan Blok Tanjungjati, secara adminsitratif termasuk kedalam Kecamatan Pesisir Utara, Kecamatan Lemong dan Kecamatan Pesisir Selatan mempunyai potensi endapan pasir besi yang perlu dikembangkan.

Metoda prospeksi yang dilakukan meliputi pengumpulan data sekunder, pengumpulan data primer, analisis labora-torium dan pemboran “Hand auger” tipe doormer.

Berdasarkan hasil analisis kimia conto komposit ke empat blok dapat disimpulkan bahwa rata-rata kadar Fe total 53,34 % dengan kadar tertinggi 66,20 %, terendah 44,91% untuk TiO2 yang merupakan mineral pengotor rata-rata 12,73 %, tertinggi mencapai 16,06 % dan kadar terendah 7,93 %.

Hasil penyelidikan yang telah dilakukan sebanyak 4 (empat) blok di daerah ini sebagai berikut :

Blok Kotakarang seluas 28,78 Ha, panjang sejajar garis pantai 1200 m, lebar tegak lurus pantai rata-rata 60 m, ketebalan rata-rata lapisan pasir yang mengandung besi 2,55 m, persentase kemagnetan 4,23% dan berat jenis rata-rata 13,17 menghasilkan sumber daya terunjuk sebesar : 40.884,3514 ton.

Blok Baturaja-Way Gedau seluas 4,857 Ha, panjang sejajar garis pantai 150 m dan 200 m , lebar rata-rata 20 m, ketebalan rata lapisan pasir yang mengandung besi 2,00 m, persentase kemagnetan 7,76% dan berat jenis rata-rata 3,46, telah menghasilkan sumber daya terunjuk sebesar 26.081,70144 ton pasir besi.

(2)

Blok Tanjungjati seluas 19,78 Ha, panjang sejajar garis pantai 1000 m, lebar tegak lurus pantai 60 m,ketebalan rata-rata lapisan pasir yang mengandung besi 3,23 m, persentase kemagnetan 27,16 % dan berat jenis 3,07, meng-hasilkan sumber daya terunjuk sebesar 53.267,24581 ton.

Total produksi prospeksi endapan pasir besi yang diperoleh dari empat blok : 51 titik bor, kedalaman 130 meter, 173 conto dan sumber daya terunjuk dari ke empat blok endapan pasir besi yaitu : Blok Kotakarang, Blok Way Gedau-Baturaja, Blok Malaya-Cahaya Negeri-Lemong, Blok Tanjung Jati adalah = 170.758,0795 ton

(3)

PENDAHULUAN

Pertumbuhan industri baja di dalam negeri maupun internasional yang memicu meme-nuhi kebutuhan bahan baku besi, berdampak kepada harga komoditi besi di pasaran dunia, menyebabkan para investor mulai tertarik akan kemungkinan menanamkan investasi dibidang pertambangan khususnya bijih besi.

Pada saat ini, besi diperlukan sebagai material dasar untuk kontruksi bangunan beton ber-tulang, jembatan dan juga kontruksi, senjata, alat-alat tranportasi dan lain-lain yang pema-kaiannya akhir-akhir ini semakin meningkat, sehingga dalam jangka waktu tertentu bahan baku besi untuk kebutuhan industri tersebut sangat diperlukan. Untuk memenuhi kebutuhan industri-industri tersebut diperlukan pencarian bahan baku besi, dan salah satu sumberdaya yang memiliki potensi diperkirakan terdapat di Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung. Jenis endapan besi yang ada di daerah ini ada-lah plaser pantai.

Maksud dan Tujuan

Kegiatan prospeksi ini dimaksudkan untuk mendapatkan data primer potensi sumber daya mineral logam pasir besi yang terdapat di daerah Kabupaten Lampung Barat guna melengkapi dan memutakhirkan data informasi dalam merencanakan pengembangan wilayah untuk menggali dan meningkatkan pendapa-tan asli daerah dan penetapan Wilayah Usaha Pertambangan, Wilayah Ijin Usaha Pertamban-gan (WIUP) pasir besi di daerah tersebut.

Lokasi Kegiatan dan Kesampaian

Dae-rah Penyelidikan

Secara geografis Kabupaten Lampung Barat terletak pada posisi koordinat antara 40 47’ 16”

– 50 56’ 42” Lintang Selatan dan 1030 35’ 8” –

1040 33’ 51” Bujur Timur, dengan batas wilayah

antara lain adalah: sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Tanggamus; sebelah selatan ber-batasan dengan Samudera Indonesia dan Selat Sunda; dan sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu dan Kabu-paten Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS) Provinsi Sumatera Selatan. (Gambar 1)

Pencapaian ke daerah penyelidikan dapat ditempuh dari Bandung – Jakarta-Bandar Lampung (Tanjungkarang Ibu kota provinsi Lampung)-Liwa-Lokasi daerah prospeksi melalui jalan darat dengan kendaraan roda empat, dan route Jakarta - Bandar Lampung ditempuh dengan pesawat udara. Untuk penca-paian ke lokasi dari Bandar Lampung (Tanjung Karang, Ibu Kota Provinsi Lampung) - Liwa - lokasi prospeksi, ditempuh dengan perjalanan melalui lintas tengah atau lintas barat Sumat-era dengan kendaraan roda empat atau roda dua.

Penyelidik Terdahulu

Beberapa penyelidik terdahulu melaporkan hasil temuannya antara lain :

(4)

ter-hadap pasir besi pantai di sekitar Kota Agung endapan pasir pantai sangat sempit berkisar 4 – 10 m, sepanjang kira-kira 25 km, umumnya pasir berwarna putih ke abuan berbutir sedang sampai agak kasar. Pasir hitam magnetik ter-dapat secara mengelompok dan sangat tipis, fraksi mineral magnetik berkisar 0.10 – 6.43 %;

Amin T.C. Sidarta, Santosa,S., dan Gunawan, W.1993. Peta Geologi Regional Lembar Kota Agung, Sumatera, Skala 1:250.000, Pusat Penel-itian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Di lembar ini pemineralan yang cukup berarti adalah logam dasar dan emas, sebagai pem-bawa endapan pasir besi diperkirakan Formasi Hulusimpang berumur Tersier yang terdiri dari Breksi gunungapi, tuf bersusunan andesitik-basal, berurat kuarsa dan mineral sulfida.

Sukmana. N, A. Soleh, Kusyono dkk, 1991.

Penyelidikan Geokimia Regional di Daerah Sumat-era Bagian Selatan, Direktorat Sumber Daya Mineral, Bandung. Pasir besi sebagai endapan alluvial terdapat di antara muara-muara sungai yang mengalir ke Samudera Indonesia melam-par dekat pantai, sebagian terletak di daerah pemukiman penduduk.

GEOLOGI UMUM DAN INDIKASI

MIN-ERALISASI

Berdasarkan posisi nisbi busur magmatik, Sumatera dapat dibagi menjadi 4 mandala tek-tonik dari barat-timur. Zona Akrasi atau Zona Mentawai, Busur Muka atau Zona Barisan dan Busur belakang atau Zona Jambi-Palembang (Gambar 2).

Dalam tatanan tektonik, Lembar Kotaagung

terletak di zona busur muka dan busur mag-matik yang meluas ke zona busur belakang di bagian Timur laut. Dengan demikian geologi lembar ini tersusun dari batuan alas malihan pra-Mesozoikum; batuan beku Mesozoikum dan Kenozoikum; runtunan gunungapi Tersier sampai Kuarter dan batuan sedimen diatasnya.

Kebanyakan pola struktur utama Sumatera adalah sejajar-dengan arah sumbu pulau barat laut tenggara (Gambar.3). Diantaranya struktur ini merupakan pola struktur Tersier atau lebih muda, tetapi beberapa diantaranya mungkin menunjukan pengaktifan kembali, dari struk-tur-struktur yang lebih tua dan berlangsung lama, atau struktur baru.

Geologi Lampung Barat

(5)

mempu-nyai jenis batuan gamping. Batuan sedimen (alluvium) menyebar di sepanjang pantai barat, yaitu di kaki lereng Bukit Barisan. Dari tua ke muda batuan yang ada di peta lembar Kota Agung sebagai berikut (Gambar 4) :

Mineralisasi

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari ref-erensi maupun data-data laporan dari Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung pemineralan yang cukup berarti di daerah ini adalah yang ber-hubungan dengan urat kuarsa yang terdiri dari dua bentuk sistem urat yaitu Sistem urat epi-termal “high level” bersuhu rendah terdiri dari silika opal-kalsedon. Silikanya bersifat masif atau berlapis, biasanya tiap fragmen breksi tersusun dengan mengandung pirit tersebar. Tipe urat kuarsa yang kedua adalah sistem “lower level” temperatur lebih tinggi “meso-thermal” uratnya berukuran centimeter sampai 3-4 meter berongga mengandung sulfida logam dasar (pirit, kalkopirit, sphalerit dan galena).

Emas dilaporkan terdapat pada urat kuarsa pada batuan terkesikkan dan terprolitkan (Formasi Hulusimpang) yaitu di Banjaragung, Kecamatan Cukuhbalak dan pada aliran sungai yang mengalir dari Gunung Dempu. Kemung-kinan emasnya berasal dari batuan gunungapi terubah (Formasi Kikim) yang tersingkap di daerah ini dan mengandung pirit.

Emas alluvial terdapat juga di hulu Way Sekam-pung – Way Sangharus kemungkinan berasal dari urat kuarsa pada batuan genes mikaan, sekis dan kuarsit masif di daerah ini.

Sesuai dengan genesa pasir besi yaitu adanya batuan gunungapi, lava, tuf bersusunan andesi-tik-basal, terubah (Formasi Hulusimpang) yang dipotong aliran sungai terendapkan di pantai.

Lokasi pasir besi terdapat di beberapa tempat yaitu di Kecamatan Pesisir Utara, Pekon Kota-karang, Kecamatan Lemong Pekon Lemong, Pekon Bambang, Malaya yang saat ini sedang di eksploitasi PT. Top Mineral, Kecamatan Pesisir Selatan Pekon Pagar dalam, Pelita dan Tanjun-gjati.

HASIL PENYELIDIKAN

Geologi Daerah Penyelidikan Morfologi

Morfologi daerah penyelidikan dapat dibagi menjadi empat satuan morfologi yang mencer-minkan keadaan geologinya yaitu : Dataran rendah, Perbukitan bergelombang, Dataran tinggi dan Daerah pegunungan. Dataran ren-dah menempati sepanjang tepian bagian barat pantai daerah penyelidikan. Perbukitan ber-gelombang sebagian besar menempati 75 % dari total luas wilayah Kabupaten Lampung Barat dengan kemiringan lebih dari 40° ter-diri dari sedimen Tersier, gunungapi Kuarter, batuan terobosan dan sedikit batuan malihan dengan ketinggian beberapa puluh sampai 750 meter diatas permukaan laut. Dataran tinggi

(6)

Daerah dataran pantai termasuk depresi Semangko, topograpinya bervariasi 0 – 40 meter diatas permukaan laut dan tersusun oleh endapan alluvial, memiliki pola aliran radial menempati sekitar 5%. (Gambar 6.)

Litologi

Hasil pengamatan di lapangan, litologi daerah penyelidikan dapat dibagi beberapa satuan bat-uan dari tua kemuda sebagai berikut :

Satuan Breksi Gunungapi (Tmpl )

Batuan ini dijumpai disekitar Pekon Baturaja sebelah barat daerah penyelidikan berwarna kelabu, kecoklatan-hitam, keras, padat, terpilah buruk, kemas terbuka berfragmen menyudut bersusunan andesit-basal dalam metrik batu-pasir tufan. Satuan batuan ini termasuk ke dalam Formasi Lakitan berumur Miosen Akhir - Pliosen (T.C.Amin, Sidarto,S.Santosa dan W. Gunawan, 1994). Diendapkan pada lingkungan darat-fluviatil; menindih tak selaras Formasi Bal dan menjemari dengan Formasi Simpan-gaur. Ditindih tak selaras oleh batuan vulkanik Tersier-Resen.

Satuan tuf pasiran (Tmps)

Satuan batuan ini tersingkap memanjang barat-laut-tenggara sepanjang pantai bagian barat Bukit Barisan,hampir 90% menempati daerah penyelidikan terdapat batulanau, konglom-erat anekabahan, tuf bermoluska, berwarna kelabu pucat, berbutir halus, keras dan padat berlensa batupasir mengandung moluska dan pecahan kerang termasuk ke dalam Formasi Simpangaur. Lingkungan pengendapan-laut

dangkal-daratan, ditindih takselaras oleh For-masi Bintunan dan selaras menindih ForFor-masi Lamau (T.C.Amin, Sidarto,S.Santosa dan W. Gunawan, 1994) .

Satuan Batupasir Tufan (QTb)

Batuan ini tersingkap di Pekon Cahaya Negeri, Kecamatan Lemong, terdiri dari tuf pasiran lempung tufan, konglomerat anekabahan dan tuf batuapung bersisipan lignit dan sisa-sisa tumbuhan berwarna kuning-kelabu kecoklatan, berbutir halus-kasar, membundar tanggung termasuk pecahan litik, sisipan tipis batulem-pung gampingan, sisa tumbuhan setempat bertekstur silangsiur termasuk ke dalam For-masi Bintuhan berumur Plio Plistosen.

Satuan batuan gunungapi (Qv)

Satuan ini tersebar memanjang baratlaut di bagian Zone Bukit Barisan, terdiri lava andesit basal, tuf dan breksi vulkanik, berwaran kelabu-kehitaman, afanitik dan porfiritik fenokris plagioklas bersusunan andesin-oligoklas mas-adasar mikrolit felspar dan kaca vulkanik dan beberapa mineral mafik, berumur Holosen-Plistosen termasuk ke dalam Gunungapi Tua. Lingkungan pengendapan daratan sampai laut dangkal, tertindih takselaras Formasi Bintunan dan menindih selaras Formasi Lemau.

Satuan batugamping koral (Qg)

(7)

Alluvium (Qa)

Tersingkap di daerah depresi Semangko dan daerah pantai, terdiri bongkah, kerakal, kerikil, pasir, lanau dan lumpur berumur Holosen.

Struktur Geologi

Struktur geologi yang berkembang di dae-rah Lampung barat khususnya di pantai barat adalah lipatan antiklin, sinklin, sesar dan kelurusan. Kegiatan kemagmaan kembali meningkat pada Miosen Tengah yang berlanjut sampai Pliosen. Pada Plio-Plistosen sepanjang sistem sesar Sumatera terjadi geser menganan berarah baratlaut-tenggara yang diikuti oleh berkembangnya struktur lipatan sejajar pada cekungan busur belakang. Busur Bukit Barisan pada zaman Kuarter terjadi kegiatan penunja-man dan menghasilkan tufa, lava dan breksi gunungapi bersusunan riolit-basalt. Endapan Holosen, diwakili oleh aluvium dan endapan rawa.

Pembahasan Hasil Penyelidikan

Penampang Tegak Pemboran Sejajar

Pantai

Penampang ini menggambarkan endapan pasir besi sepanjang pantai, hasil pemboran dalam bentuk material lepas dicatat dalam log bor tiap ketebalan lapisan satu meter demikian seterusnya sampai mencapai batuan dasar. Tujuannya adalah untuk mengetahui sebaran pasir besi sejajar pantai, dapat dilihat pada gambar 8,9 dan gambar 10.

Penampang Tegak Pemboran Tegak

Lurus Pantai

Penampang tegak lurus pantai menggambar-kan lebar pantai, hasil pemboran dalam bentuk material lepas dicatat dalam log bor tiap ket-ebalan lapisan satu meter yang memanjang tegak lurus pantai untuk mengetahui lebar pan-tai dan sebaran pasir besi. Demikian seterusnya sampai mencapai batuan dasar. Tujuannya adalah untuk mengetahui sebaran lebar pantai pasir besi tegak lurus pantai, dapat dilihat pada gambar 11, 12 dan gambar 13.

Persentase Kemagnetan (MD)

Persentase kemagnetan ditentukan dengan membagi berat konsentrat yang dihasilkan dari pemisahan magnet dengan conto lapan-gan yang telah direduksi hingga menjadi 100 gr kemudian dikalikan 100 %, maka diperoleh harga MD atau dengan rumus dapat digambar-kan sebagai berikut: .

MD = Berat Konsentrat/Berat conto hasil reduksi x 100 %.

Pengukuran Dan Perhitungan Berat

Jenis Pasir Besi

Analisis dilakukan dengan cara conto asli

(crude sand) seberat 100 gram dimasukkan ke dalam air yang diketahui volumenya di dalam gelas ukur. Untuk memudahkan perhitungan ditetapkan volume 200 cc, apabila kenaikan air menjadi A cc, maka volume pasir yang dimas-ukkan = A – 200 cc).

(8)

pada Tabel 3.

tegak lurus pantai Blok Tanjungjati

Sebaran Magnetit Degree (MD)

Berdasarkan presentasi hasil hitungan magnetit degree (MD) ke tiga blok yaitu Blok Kotakarang, Blok Malaya-Cahaya Negeri-Lemong dan Blok Tanjungjati dapat disimpulkan bahwa rata-rata persentasi magnetit 12,65% dengan presentasi tertinggi 64,57%, terendah 0,48% sedangkan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3. Hasil penggambaran sebaran Magnetit Degree (MD) dapat dilihat pada gambar 14,15 dan gambar 16.

Sebaran Berat Jenis (BD)

Penggambaran sebaran berat jenis untuk mengetahui sebaran berat jenis dan mendapat-kan lokasi yang mempunyai kesamaan harga berat jenis dan melokalisir endapan pasir pan-tai yang berpotensi.

Berdasarkan presentasi hasil hitungan analisis berat jenis dari ke tiga blok yaitu : Blok Kotaka-rang, Blok Malaya-Cahaya Negeri-Lemong dan Blok Tanjungjati dapat disimpulkan bahwa dae-rah peneyelidikan persentasi berat jenis (BD) rata-rata adalah 3,43% dan tertinggi 5%, ter-endah 2,77% selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil penggambaran sebaran berat jenis (BD) dapat dilihat pada Gambar 17, Gam-bar 18 dan GamGam-bar 19.

Persentase Fe total dan hasil analisis

kimia

Persentase Fe total adalah untuk mengetahui tempat yang mempunyai kesamaan persentasi Fe total yang berguna untuk mengetahui enda-pan pasir besi yang potensi sehingga dapat digunakan dalam memilih daerah penamban-gan. Penggambaran Fe total dihasilkan dari interpertasi analisis kimia (Lampiran B, Hasil Analisa Kimia) yang diolah melelui perangkat lunak (sofwert) Map Infodan Microsoft Excel. Dari hasil analisis kimia conto komposit ke empat blok daerah prospeksi dapat disimpulkan rata-rata kadar Fe total 37,24 % dengan kadar tertinggi mencapai 46,99%, kadar terendah 3,71 %; TiO2 yang merupakan mineral pengo-tor kadar rata-rata 12,65 %, tertinggi 16,19 % dan kadar terendah 7,93 % untuk unsur-unsur yang lainnya dapat dilihat pada statistik Tabel 4. Penggambaran sebaran Fe total dapat dili-hat pada Gambar 20, Gambar 21 dan Gambar 22. Blok Way Gedau-Baturaja tidak dilakukan penggambaran sebaran Fe total karena hanya dilakukan cek point endapan pasir besi masing-masing satu titik bor, mengingat lokasi sebaran pasir besi tersebut sangat kecil.

Tabel.4 Statistik kandungan mineral (satuan %) dalam conto komposit pasir besi di empat blok

Hasil analisis mineralogi butir

(9)

butir isometrik-subangular-subrounded, ber-sifat “strong magnetit” ditunjukan membentuk rangkaian mata rantai. Tampak magnetit hadir bersama mineral Piroksen yang dapat dilihat pada foto 1, selengkapnya analisis mineralogi butir dapat dilihat pada Lampiran C.

Sebaran Ukuran Butir Pasir Besi

Hasil analisis fraksi butir yang telah dilaku-kan umumnya persentasi besar butir magnetit mendominasi pada fraksi -1/8+1/16 mm (mag-netit > 70 %), ilmenit 5 %, oksida besi sedikit, piroksen 20 % dan mineral lainnya (kuarsa 3 % + amfibol 2 % dan cangkang kerang persentasi kehadirannya sangat sedikit ) , salah satu conto hasil analisis butir conto bor LB11-11K dapat dilihat pada diagram balok gambar 23 dan Tabel 5,

Potensi Endapan Pasir Besi

Hasil pengamatan, pengukuran dan titik pem-boran endapan pasir besi di

pantai barat Kabupaten Lampung Barat dibagi menjadi 4 blok yaitu : Blok Kotakarang, Blok Baturaja-Way Gedau

Blok Malaya-Cahaya Negeri-Lemong dan Blok Tanjungjati.

Blok Kotakarang

Pengukuran dan pemboran dilakukan di daerah Kotakarang,

Kecamatan Pesisir Utara dengan panjang pan-tai 1,5 km, lebar 50 meter. Pemboran dilakukan

sebanyak 23 titik, terdiri dari 6 titik baseline, 25 conto pasir besi dengan total kedalaman 17 meter dan17 titik cross line, 63 conto pasir besi total kedalaman 48 meter. Secara keseluruhan di daerah Pekon Kotakarang dihasilkan 23 titik bor, 88 conto pasir besi dengan kedalaman titik bor 67 meter. Di blok ini pemboran terdalam dicapai pada kedalaman 4,6 meter yaitu pada titik bor LB11-06/04A, dengan kedalaman dari permukaan air laut 1,50 meter, kedalaman pal-ing dangkal terdapat pada titik jalur cross line LB11-02 dicapai kedalaman 0,45 meter. Ket-ebalan pasir besi dengan konsentrat magnetik rata-rata 2 meter, semua pemboran dihentikan pada batuan dasar (bedrock) konglomerat dan dicirikan dengan munculnya cangkang kerang, ketebalan pasir besi dengan magnetik ber-variasi antara satu titik dengan titik lainnya. Foto.18,19)

Penentuan potensi endapan pasir besi dilakukan metoda daerah pengaruh dengan menggunakan formula

C = (L x t) x MD x SG

C = sumber daya dalam ton

L = luas daerah pengaruh dalam m2

t = tebal rata-rata endapan pasir besi dalam meter

MD = prosentase kemagnetan dalam persen

SG = Berat jenis dalam ton/m3

(10)

ten-tukan yaitu :

Luas daerah pemboran = 28,78 = 287.800 m2

Tebal rata-rata endapan pasir = 2,55 m, MD rata-rata = 13,17 %, SG rata-rata = 4,23

Jadi sumber daya pasir besi adalah :

C = 287800 x 2,55 m x 13,17/100 x 4,23 ton/m3 =

40.884,3514 ton

Blok Way Gedau - Baturaja

Daerah Pekon Way Gedau dan Baturaja ter-masuk kedalam wilayah kecamatan Pesisir Utara. Dilokasi ini pengambilan conto pasir besi tidak dilakukan dengan penentuan titik bor secara grid baseline dan crossline mengin-gat luas lokasi pasir besi hanya sebagian kecil. Pekon Baturaja mempanyai panjang pantai kurang lebih 150 meter sejajar pantai, tegak lurus pantai 10 meter dan lokasi Pekon Way Gedau sekitar 100 meter sejajar pantai, lebar tegak lurus pantai kurang lebih 15 meter. Pasir besi pekon Baturaja merupakan tambang rakyat yang saat ini kegiatannya dihentikan oleh pemerintah setempat karena perijinannya ber-masalah.

Untuk mengetahui keadaan endapan pasir besi kedua Pekon ini dilakukan pengambilan conto cek sampling dengan rod 1 m “ivan” (sendok mata bor) dan setang pemutar, dari kedua dae-rah tersebut masing-masing hanya diambil 1 titik dengan kedalaman 1 - 1,5 meter, pasir ber-warna putih keabuan sebaran kurang dari 200 meter. Pengambilan conto dihentikan sampai alat bor menyentuh batuan dasar (konglomerat,

kerakal dan kerikil).

Penentuan potensi endapan pasir besi dilakukan metoda daerah pengaruh dengan menggunakan formula

C = (L x t) x MD x SG

C = sumber daya dalam ton

L = luas daerah pengaruh dalam m2

t = tebal rata-rata endapan pasir besi dalam meter

MD = prosentase kemagnetan dalam persen

SG = Berat jenis dalam ton/m3

Berdasarkan formula tersebut sumber daya pasir besi di daerah Blok Baturaja dan Way Gudey dapat di tentukan yaitu :

Luas daerah pemboran = 4,857 Ha = 48570 m2

Tebal rata endapan pasir = 2,00 m,MD rata-rata = 7,76 %,SG rata-rata-rata-rata = 3,46 Jadi sumber daya hypotetik pasir besi adalah :

C = 48570 m2 x 2,00 m x 7,76/100 x 3,46 ton/m3 =

26.081,70144 ton

Blok Malaya-Cahaya Negeri-Lemong

(11)

secara rinci terdiri dari 7 titik baseline, 12 conto pasir besi, total kedalaman 10 meter dan 4 titik crossline, 11 conto pasir besi total kedalaman 7 meter. Pemboran terdalam pada no titik bor LB11-9 dengan kedalaman 3 meter dan yang paling dangkal yaitu pada titik LB11-14 dengan kedalaman 0,50 meter (Gambar 15). Pengambilan conto dihentikan sampai alat bor menyentuh batuan dasar (konglomerat, kerakal dan kerikil).(Foto, 22,23,24). Penentuan potensi endapan pasir besi dilakukan metoda daerah pengaruh dengan menggunakan formula C = (L x t) x MD x SG

C = sumber daya dalam ton

L = luas daerah pengaruh dalam m2

t = tebal rata-rata endapan pasir besi dalam meter

MD = prosentase kemagnetan dalam persen

SG = Berat jenis dalam ton/m3

Berdasarkan formula tersebut sumber daya pasir besi di daerah Blok Malaya, Cahaya Neg-eri dan Lemong dapat di tentukan yaitu :

Luas daerah pemboran = 17,602 Ha = 176020 m2,Tebal rata-rata endapan pasir = 1,5 m, MD

rata-rata = 6,40 %, SG rata-rata = 2,99 .Jadi sumber daya pasir besi adalah

C = 176020 m2 x 1,5 m x 6,40/100 x 2,99 ton/m3

= 50.524,7808 ton

Blok Tanjungjati

Lokasi pemboran ini secara administratife masuk kedalam wilayah Pekon Tanjungjati, kecamatan Pasisir Selatan sebelah timur dae-rah penyelidikan berbatasan dengan Pekon Pagar Dalam dan sebelah barat berbatasan dengan Pekon Pelita Jaya Kecamatan Pesi-sir Selatan. Dari Kotakarang dapat ditempuh kurang lebih 1,5 jam dengan kendaraan roda empat. Pengambilan titik bor di lokasi ini berjumlah 25 titik bor, 59 conto pasir besi, total kedalaman 43 meter dengan perincian sebagai berikut : base line 5 titik, 20 conto pasir besi, kedalaman 15 meter dan 10 titik dan crossline,

39 conto pasir besi dengan jumlah kedalaman 28 meter (Gambar 16). Titik bor yang terdalam di lokasi ini terdapat pada baseline nomor LB11-16 yang merupakan gundukan pasir besi (sand dune), berwarna kehitaman dominan magnetit mencapai kedalaman 3,80 meter. Titik terdangkal terdapat pada titik bor LB11-20B (cross line) dengan kedalaman 2 meter, ber-warna putih keabuan dominan kuarsa. Semua titik bor dihentikan pada batuan dasar kerakal, konglomerat (bedrock).Foto 25 dan 26.

Penentuan potensi endapan pasir besi dilakukan metoda daerah pengaruh dengan menggunakan formula C = (L x t) x MD x SG

C = sumber daya dalam ton

L = luas daerah pengaruh dalam m2

t = tebal rata-rata endapan pasir besi dalam meter

MD = prosentase kemagnetan dalam persen

(12)

Berdasarkan formula tersebut sumber daya pasir besi di daerah Kotakarang dapat di ten-tukan yaitu :

Luas daerah pemboran = 19,78 Ha = 197800 m2. Tebal rata-rata endapan pasir = 3,23 m, MD

rata-rata = 27,16 %,SG rata-rata = 3,07

Jadi sumber daya pasir besi adalah :

C = 197800 m2 x 3,23 m x 27,16/100 x 3,07 ton/

m3 = 53.267,24581 ton

Untuk mengetahui tonase besi dalam endapan pasir besi perlu diketahui prosentase kandun-gan Fe atau Fe totalnya. Analisis Fe dalam pasir besi masih dalam proses laboratorium.

Total produksi prospeksi endapan pasir besi yang diperoleh dari 51 titik bor, kedalaman 130 meter, 173 conto dan sumber daya dari ke empat blok endapan pasir besi yaitu : Blok Kotakarang, Blok Way Guday-Baturaja, Blok Malaya-Cahaya Negeri-Lemong, Blok Tanjung Jati Total = 170.758,0795 ton

Prospek Pemanfaatan dan Pengembangan Pasir Besi

Lampung Barat secara geografis merupakan daerah pegunungan, perbukitan rendah sam-pai sedang dan dataran pantai landai, beriklim basah yang sebagian besar tanahnya ditumbuhi pohon besar (Taman Nasional Bukit Barisan.). Mata pencaharian penduduk di sekitar pan-tai beraneka ragam ada yang bekerja sebagai nelayan, bertani, berkebun, pegawai negeri, pendidik dan wiraswata.

Adanya endapan pasir besi di daerah ini memeberikan peluang bagi masyarakat untuk meningkatkan taraf pendapatan sekaligus membuka peluang kerja. Lokasi keterdapa-tan pasir besi ini relatif dekat dengan ibu kota kecamatan yang berada disepanjang pan-tai barat kabupaten Lampung Barat. Dengan kondisi tersebut apabila kandungan besi yang terdapat di daerah ini memenuhi kriteria untuk industri berat maupun industri bahan bangu-nan, maka pasir besi yang terdapat di daerah ini sangat potensil

untuk dikembangkan sehingga diharapkan dapat menambah pendapatan asli daerah. (Tabel 6 Perhitungan Estimasi Sumber Daya Pasir Besi)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

(13)

dan sekitarnya kecamatan Lemong yang pengo-lahan pemisahan magnetit non magtnetit pasir besi dan merupakan stockpile ditempatkan di Pekon Bambang yang dikelola oleh PT. Top Min-eral.

Hasil penyelidikan yang telah dilakukan seban-yak 4 (empat) blok sebagai berikut :

Blok Kotakarang seluas 28,78 Ha, panjang sejajar garis pantai 1200 m, ketebalan rata-rata lapisan pasir yang mengandung besi 2,55 m, persentase kemagnetan 4,23% dan berat jenis rata-rata 13,17 menghasilkan sumber daya terunjuk sebesar : 40.884,3514 ton.

Blok Baturaja-Way Gedau seluas 4,857 Ha, panjang sejajar garis pantai 150 m dan 200 m , ketebalan rata-rata lapisan pasir yang men-gandung besi 2,00 m, persentase kemagnetan 7,76 % dan berat jenis rata-rata 3,46, telah menghasilkan sumber daya terunjuk sebesar 26.081,70144 ton pasir besi.

Blok Malaya-Cahaya Negeri-Lemong seluas 17,602 Ha, panjang sejajar garis pantai 2200 m, ketebalan rata-rata lapisan pasir yang men-gandung besi 1,5 m, persentase kemagnetan 6,40 % dan berat jenis 2,99, menghasilkan sumber daya terunjuk sebesar 50.524,7808 ton.

Blok Tanjungjati seluas 19,78 Ha, panjang sejajar garis pantai 1000 m ketebalan rata-rata lapisan pasir yang mengandung besi 3,23 m, persentase kemagnetan 27,16 % dan berat jenis 3,07, menghasilkan sumber daya terun-juk sebesar 53.267,24581 ton.

Total sumber daya tertunjuk dari keempat blok

yaitu : Blok Kotakarang, Blok Way Gedau-Batu-raja, Blok Malaya-Cahaya Negeri-Lemong, Blok Tanjung Jati adalah 170.758,0795 ton.

Sumber daya ini masih dimungkinkan bertam-bah lagi mengingat belum seluruhnya diselidiki terutama ke arah timur, wilayah Kecamatan Pesisir Selatan dan Kecamatan Bengkunat.

Hasil analisis kimia menunjukkan kadar besi total kurang lebih 56 % Fe, maka potensi sum-ber daya pasir besi di daerah ini cukup prospek untuk dikembangkan mengingat permintaan pasar yang jatuh pada kisaran angka tersebut cukup banyak. Di samping itu dengan adanya sumber panas bumi sebagai pembangkit tenaga listrik di kecamatan Suoh dan Sekicau, Lampung Barat bilamana itu terwujud, maka tidak menutup kemungkinan adanya pabrik peleburan bijih besi akan berdiri di daerah ini. Namun jika sebaliknya yang terjadi, maka sumber daya tersebut dapat dipakai sebagai tambahan basis data daerah sambil menunggu perkembangan teknologi yang dapat mengolah bijih besi dengan spesifikasi kadar yang lebih rendah.

Saran

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Aliamin Husin,1976, Laporan penyelidikan sing-kat terhadap pasir besi di daerah pantai Teluk Betung dan Kalianda, Lampung Selatan. Direk-torat Geologi Bandung.

Amin, T.C, Sidarto, Santosa, S., dan Gunawan, W, 1993, Peta Geologi Lembar Kota Agung, Sumatera, sekala 1: 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Amirullah,F.S.,Sugandi D.,1986, Eksplorasi mineral logam daerah Sukadana dan sekitarnya, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung,

Direktorat Sumber Daya Mineral, Bandung.

Bemmelen, Van,.1949, The Geologi of Indonesia Vol. II, Martinus Nijhoff the Hague

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Lam-pung Barat 2010.Lampung Barat Dalam Angka, 2009,

Direktorat Sumberdaya Mineral Maret 1999,

Laporan Eksplorasi Wilayah Penugasan Per-tambangan Bahan Galian Bijih Besi di daerah Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur .Bandung

Direktorat Sumber Daya Mineral, Penyelidikan Geokimia Regional di Daerah Sumatera Bagian Selatan 1991.Bandung

Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, 2005.,Konsep Pedomen Teknis Eksplorasi Pasir Besi. Bandung.

Hamilton, W.B., 1979, Tectonics of the Indo-nesian region. Prof.Paper 1078, U.S.Geol.Surv. Washington, DC, 345 pp.

Katili, J.A., 1974, Geologi Environment of the Indonesian Mineral Deposit., publikasi Teknik seri Geologi Ekonomi No.7, Direktorat Geologi.

Kisman, dkk, 2005, Inventarisai dan Evaluasi Mineral Logam di Kabupaten Lampung Timur dan Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung,

(15)

Gambar 2. Mandala Sumatera Bagian Selatan

Gambar 3. Struktur Sumatera (S. Gafoer & T.C. Amin, 1992)

(16)

Gambar 6. Peta topografi dan lokasi titik bor daerah penyelidikan

Gambar 7. Peta geologi Daerah Penyelidikan

(17)

Gambar 9. Penampang tegak endapan pasir besi sejajar pantai Blok Malaya-Cahaya Negeri-Lemong

Gambar 10. Penampang tegak endapan pasir besi sejajar pantai Blok Tanjungjati

Gambar 11. Penampang endapan pasir besi tegak lurus pantai Blok Kotakarang

(18)

Gambar 13. Penampang endapan pasir besi tegak lurus pantai Blok Tanjungjati

Gambar 14.Peta sebaran Magnetit Degree (MD) Komposit Daerah Kotakarang

Gambar 15.Peta sebaran Magnet Degree (MD) Komposit Daerah Malaya, Cahaya Negeri dan Lemong

(19)

Gambar 17.Peta sebaran Berat Jenis (BD) Komposit Daerah Kotakarang

Gambar 18.Peta sebaran Berat Jenis (BD) Komposit Daerah Malaya, Cahaya Negeri dan Lemong

(20)

Diskripsi FeTotal (%) Ti02

(%)

Fe2O3 (%)

Al2O3 (%)

Rata-rata 37.24 12.65 53.49 2.55

Standard

Deviation 4.84 5.89 5.89 2.22

Minim. 3.71 7.93 43.6 1.08

Max. 46.99 16.19 67.18 4.75

Total 64.42 2188.15 9253.64 441.07

Count 173 173 173 173

Confid. Level (95,0) 0.73 0.29 0.88 0.09

Diskripsi SiO2 (%) MgO (%) H2O (%)

Rata-rata 2.33 1.68 0.32

S t a n d a r d

Deviation 1.77 0.45 0.15

Minimum 0.15 0.91 0.07

Maximum 8.92 3.99 0.86

Total 403.42 290.48 54.74

Count 173 173 173

Confidence Level

(95,0) 0.27 0.07 0.02

(21)

Gambar 21. Peta Geologi dan Sebaran Isograde kandungan Fe total Komposit daerah Malaya, Cahaya Negeri dan Lemong

Gambar 22. Peta Geologi dan Sebaran Isograde kandungan Fe total Komposit daerah Tanjung Jati

(22)

Gambar 23. Diagram balok sebaran besar butir conto bor LB11-11K

(23)

(%) (Ton) (Ton) BASE

LINE

CROSS LINE

1 Kotakarang

LB11-1 s/d

LB11-6

200 20 1200 50 287.80 2,55 733,890 13,17 4,23 3.104,355 40.884,352

2 Way Gedau-Baturaja

LB11-7 s/d

LB11-8

- - 180

100 25

20 48.570 2,00 72.855 7,76 3,46 252,078 26.081,702

3

Malaya-Cahaya Negeri-Lemong

LB11-9 s/d LB11-15

200 20 1000 20 176.02 1,50 264.03 6,40 2,99 7.894,497 50.524,781

4 Tanjung Jati

L11-16 s/d

LB11-20

200 20 1000 100 197.80 3,23 638.894 27,16 3,07 196.140.458 53.267,24581

Gambar

Gambar 2. Mandala Sumatera Bagian Selatan
Gambar 7. Peta geologi Daerah Penyelidikan
Gambar 12. Penampang  endapan pasir besi tegak lurus  pantai Blok Malaya-Cahaya Negeri-Lemong
Gambar 16.Peta sebaran Magnetit Degree (MD) Komposit Daerah Tanjungjati
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini membuat pernyataan, bahwa skripsi saya yang berjudul “Upacara Pangku Paliare masyarakat Suku Semende di Desa Mutar Alam Kecamatan Way Tenong Lampung Barat”

Lokasi penelitian berada pada 6 kabupaten, (Way Kanan, Tulang Bawang, Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Utara, Lampung Barat) dan 2 kota, (Kota Metro dan

PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT SEKRETARIAT DAERAH. PEJABAT

Menurut budaya masyarakat Sunda kedudukan anak laki- laki di Kelurahan Pajar Bulan Way Tenong Lampung Barat adalah sebagai kepala keluarga sedangkan perempuan mengatur

Ketentuan dalam Peraturan Bupati Lampung Barat Nomor 29 Tahun 2012 tentang Honorarium Tim Pelaksana Kegiatan, Panitia Pengadaan Dan Biaya Pengeluaran Lain-Lain

Secara stratigrafi batuan daerah penyelidikan yang berkaitan dengan endapan pasir besi adalah batuan dari Formasi Bacan yang terdiri dari breksi dan lava.. Breksi memiliki

Batuan endapan *ekungan Bintuni tercenanggan menjadi jalur lipatan berarah  barat – barat laut dari kaki lentikan (Kuesta) Kepala Burung bagian tengah di hulu sungai imau

5.1.1 Luas Lahan Sawah Menurut Kecamatan dan Jenis Pengairan di Kabupaten Lampung Barat (hektar), 2015 ...100 Area of Wetland by District and Type of Irrigation in Lampung