PEMASARAN HASIL BUAH POHON SERBAGUNA DENGAN
POLA AGROFORESTRI Dl PROPINSI LAMPUNG
Oleh
KHAIRIDA
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRACT
KHAIRlDA. Marketing of Multipurpose Tree Products Developed by Agroforestry system in Lampung Province. Under the direction of DIJDUNG DARUSMAN and JAMES ROSHETKO
The objectives of this research were to study marketing channel for multipurpose trees product with agroforestry system, to analyze market integration through vertical price correlatibn and price transmission elasticity, and to analyze the efficieny of multipurpose tress product marketing system in Lampung.
The research was conducted on October until Nopember 2001 at eight selected regencies, seventen districts and twenty one villages in Lampung Propince which were the center of production areas of multipurpose tree produced by community forest. Analysis method for data are kualitatif (market organization) and kuantitatif analysis (marketing margin, price correlation coefisien, price transmission elasticity, and econometric (simple regretion). The dominance multipurpose tree species were Petai (Parkia speciosa Log), Jengkol (Phitelobium piringa), Jackfruit (Artocarpus integra), Melinjo (Gnetum gnemon), Candlenut fruit (Aleurites moluccana Wild), Sugar palm (Arenga pinnata), Cinnamon (Cinnamomum burmanii).
The patterns of marketing channel had five channels: farmers -+ end consumer (I" Channel), farmers -+ collector trader 1 -+ end consumer (2"d Channel), farmers
+
collector trader 1 -+ collector trader 2-+
end consumer (3* Channel), farmers+
collector trader 1 -+ collector trader 2 -+ grocer trader -+ end consumer (4" Channel), farmers -+ collector trader 1 -+ collector trader 2 -+ grocer trader-+
retailer trader -+ end consumer (5" Channel).Margin distribution analysis showed that the highest price level that the highest price level received by farmer was at channel 1 for Petai (81,78 %), Jengkol (91,66 %), Melinjo (36,96 %), Candlenut fruit (89,88 %), Sugar palm 77,14 %), Jackfruit (80 %).
ABSTRAK
KHAIRIDA. Pemasaran Hasil Buah Pohon Serbaguna dengan Pola Agroforestri di Propinsi Lampug. Di bimbing oleh DUDUNG DARUSMAN sebagai ketua dan JAMES M. ROSHETKO sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk, mengetahui saluran pemasaran tanaman serbaguna didaerah-daerah sentra produksi di Propinsi Lampung, mengetahui distribusi marjin pemasaran tanaman serbaguna di Propinsi Lampung, menganalisis integrasi pasar, yaitu melalui analisis korelasi harga secara vertikal dan elastisitas transmisi, Menganalisis efisiensi sistem pemasaran tanaman serbaguna di Propinsi Lampung.
Penelitian ini dilaksanakan di Propinsi Lampung. Lokasi penelitian berada pada 6 kabupaten, (Way kanan, Tulang bawang, Lampung selatan, Lampung timur, Lampung Utara, Lampung barat) dan 2 kota, (kota Metro dan kota Bandar lampung); 17 kecamatan dan 21 desa. yang dilakukan selama 2 bulan.Pola tanam yang diterapkan oleh petani responden adalah kebun campuran atau secara turnpangsari antara tanaman perkebunan, buah-buahan dan pangan, yang merupakan tanaman utama di lahan tersebut.
Lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran hasil pohon serbaguna adalah petani, pedagang pengumpul, pedagang grosir dan pedagang pengecer. Saluran pemasaran untuk tanaman. Pola saluran pemasaran hasil pohon serbaguna lebih beragam yang memiliki 5 saluran pemasaran yaitu : Saluran pemasaran 1 (Petani
-
konsumen akhir). Saluran 2 (Petani - pedagang pengecer - konsumen akhir). Saluran 3 (Petani - Pedagang Pengumpul - pedagang Pengecer -konsumen akhir). Saluran 4 (Petani - Pedagang Pengumpul - Pedagang Grosir-
Pedagang Pengecer - konsumen akhir). Saluran 5 (Petani - Pedagang Pengumpul 1 - Pedagang Pengumpul2 - Pedagang Grosir - Pedagang Pengecer - Konsumen a b r ) .Hasil analisis integrasi pasar (korelasi harga) untuk h a i l pohon serbaguna yaitu :
Petai, Aren, Nangka dan Jengkol di lokasi penelitian adalah : Petai : Pf = - 83 + 0.667 Pr ; r = 0,606, dan ET -= 0,852. Gula Aren : Pf
-
-
548+
0.747 Pr ; r-
0,333, dan ET = 0,7798. Nangka : Pf = 644+
0.248 Pr ; r = 0,107, dan ET = 0,157. Jengkol : Pf =-
766+
0.646 Pr ; r = 0,548, dan ET = 0,635.Keadaan pasar di propisi Lampung kurang terintegrasi, ha1 ini ditunjukkan dengan nilai r ( koefisien korelasi harga ) k m g dari satu, dan hasil pengujian untuk kondisi pasar melalui uji t dengan hipotesis H, :
p
= 1 ,H.
:P
# 1 pada taraf a 0.005untuk komoditi petai, 0,050 pada komoditi gula aren, 0,200 pada komoditi nangka, dan 0,005 pada komoditi jengkol, berarti bahwa pasar untuk pohon serbaguna yang dianalisis clan tingkat petani ke konsumen (temtama di Bandar Lampung), kurang bersaing secara sempurna. Pasar ini cendrung bersifat oligopsonistik. Nilai elastisitas transmisi (ET) untuk komoditi petai adalah sebesar = 0,852 ; komoditi gula aren adalah sebesar = 0,7798; komoditi nangka adalah sebesar = 0,157 dan komoditi jengkol adalah sebesar -= 0,635.
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
PEMASARAN HASIL BUAH POHON SERBAGUNA DENGAN POLA
AGROFORESTRI DI PROPINSI LAMPUNG adalah benar hasil karya saya sendiri
dan belum pemah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
PEMASARAN HASIL BUAH POHON SERBAGUNA DENGAN
POLA AGROFORESTRI DI PROPINSI LAMPUNG
KHAIRIDA
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITU(T PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Pemasaran Hasil Uuah Pohon Serbaguna dengan I'ola Agroforestri di Propinsi Lampung
Nama : Khairida
Nomor Pokok : P14500033
Program Studi : Ilmu Pengetahuan Kehutanan
Menyetujui,
Prof. Dr. Ir. H. ~ u d u n g Darusman. MA. James Roshetko, M.Sc.
Ketua Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi IPK Program Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. C e c e ~ Kusmana, MS.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan Sumatera Utara pada tanggal 20 April 1976 dari pasangan H. M. Syaharuddin dan Hj. Khairani. Penulis merupakan anak keenam d m delapan bersaudara.
PRAKATA
Alhamdulillahirabbil'alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, berkat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penelitian dan penulisan tesis yang bejudul Pemasaran Hasil Buah Pohon Serbaguna dengan Pola Agroforestri di Propinsi Lampung dapat diselesaikan. Penulisan tesis ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam penyelesaian studi di program Magister Sains pada Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang talc terhlngga dan penghargaan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Dudung Darusman, MA. dan Bapak James Roshetko, M.Sc. selaku komisi pembimbing atas nasehat, bimbingan, arahan, bantuan, pengertian dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini.
2. Bapak Dr.
Ir.
Nurheni Wijayanto, MS. atas kesediaannya sebagai penguji luar komisi dan saran-sarannya.3 . International Centre For Researclz In Agroforestry (ICRAF) yang telah mendanai penelitian ini.
5. Abang Khairul Anwar SH. yang telah banyak membantu memberikan dorongan moril dan materil sehingga penulis memperoleh gelar Magister Sains.
6. Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS. atas dorongan moril dan semangat dalam menempuh studi di IPB.
7. Mba Ir. Yulianti M.Si. atas nasehat, bimbingan, arahan dan bantuan di lapangan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis.
8. Sahabatku Hesti Meilina ST. (Mahasiswi Pasca Sarjana TIP angkatan 2000) dan Rommy Qurniati SP, M S . atas bantuan moril, semangat, kesabaran dan persahabatan yang tulus.
9. Sahabat-sahabat alumni UNILA angkatan 95 ( h u l a , Yeni, Liza, Ridwan, h b o , Zaini, Dedi, Nurul, Uweng, Mirhan) atas kerjasama yang baik di lapangan.
10.Seluruh sahabat-sahabat
IPK
angkatan 2000 atas segala bantuan dan dukungannya. 11. Sahabat-sahabat di Pondok Malea yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatuatas saran, bantuan dan kerjasama selama kebersamaan di Pondok Malea.
12. Kepada semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Namun demikian penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat b a ~ semua pihak yang membutuhkan.
DAFTAR IS1
Halaman
...
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR ... vi ...
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Perurnusan Masalah ... 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7 TINJAUAN PUSTAKA
...
8 Konsepsi Agroforestri ... 8 Pemasaran ... 10 Hipotesis...
. .
19 Kerangka Pemlklran...
20 METODOLOGI PENELITIAN ... 22h k a s i dan Waktu Penelitian ...
Konsep Dasar dan Definisi Operasional
...
Metoda Pengumpulan Data ... Data yang Diperlukan . . ... Anal~sls Data .... .
Anal~s~s margin pemasaran ... Analisis koefisien korelasi harga ...
Analisis elastisitas transmisi harga ...
. . . .
Analls~s organlsasl pasar ... KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
. .
...Deskripsi Daerah Penel~t~an ... ...
...
Kabupaten Lampung Utara
...
Kabupaten Lampung Selatan ...
.
.
... HASIL PENGAMATAN
...
Status Produk
Saluran Pemasaran ... Pennintaan ... Pennasalahan Produksi ... ANALISIS PEMASARAN HASIL POHON SERBAGUNA
...
Margin Pemasaran ...
Penyebaran Margn Pemasaran Komoditi Petai ... Penyebaran Margin Pemasaran Komoditi Jengkol
...
...
Penyebaran Margin Pemasaran Komoditi Melinjo
Penyebaran Margin Pemasaran Komoditi Kemiri ...
Penyebaran Margin Pemasaran Komoditi Kayu Manis
...
Penyebaran Margin Pemasaran Komoditi Gula Aren ... Penyebaran Margin Pemasaran Komoditi Nangka . .
...
A n a l ~ s ~ s Korelasi Harga...
Analisis Elastisitas Transmisi Harga . ....
...
Orgamsas~ Pasar
Struktur Pasar ... Prilaku Pasar ...
KESIMPULAN DAN SARAN ...
DAFTAR PUSTAKA ...
DAFTAR TABEL
No T e h Halaman
1. .Luas Wilayah Propinsi Lampung Menurut Kabupatenl
Kota Tahun 200 1 (Ha) ...
2. Daerah Penelitian Hasil Pohon Serbaguna dI Propinsi
Lampung Tahun 200 1 ...
3. Status Produk has1 Pohon Serbaguna di Propinsi Lampung
Tahun 2001 ...
4. Sistem Penjulan Hasil Pohon Serbaguna di Propinsi Lampung Tahun 200 1
...
5. Sebaran margin, harga dan biaya pemasaran komoditi Petai
(Parkia spesiosa. Log) dl Propinsi Lampung Tahun 200 1 ... 6. Ratio keuntungan masing-asing lembaga untuk setiap saluran
pemasaran komodi petai ... 7. Sebaran margin, harga dan biaya pemasaran komoditi Jengkol
(Phitelobiumpiringa ) dI Propinsi Lampung Tahun 2001
...
8. Ratio keuntungan masing-asing lembaga untuk setiap saluranpemasaran komodi Jengkol ...
9. Sebaran margin, harga dan biaya pemasaran komoditi
Melinjo (Gnetum gnemon) di Propinsi Lampung Tahun 2001
...
10. Ratio keuntungan masing-asing lembaga untuk setiap saluran.
.
pemasaran komodi Melmnjo
...
1 1. Sebaran margin, harga dan biaya pemasaran komoditi Kemiri... (Aleurite molucana, wield) di Propinsi Lampung Tahun 2001
12. Ratio keuntungan masing-asing lembaga untuk setiap saluran
. .
pemasaran komodi Kem~n...
13. Sebaran margin, harga dan biaya pemasaran komoditi KayuManis (Cinnamomum burmunni) di Propinsi Lampung Tahun 200 1.
..
14. Ratio keuntungan masing-asing lembaga untuk setiap saluranpemasaran komodl Kayu Manis ...
15. Sebaran margin, harga dan biaya pemasaran komoditi Gula Aren (Aleurite molucana, wield ) dl Propinsi Lampung Tahun 2001
...
16. Ratio keuntungan masing-asing lembaga untuk setiap saluran
pemasaran komodi Gula Aren ... 17. Sebaran margin, harga dan biaya pemasaran komoditi Nangka
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
1 Perkembangan harga Petai tahun 2001 ...
2 Perkembangan harga Gula Aren tahun 2001 ... 3
.
Perkembangan harga Nangka tahun 2001 ...4 . Perkembangan harga Jengkol tahun 2001 ...
5 . Lokasi produsen
...
6 . Peta lokasi penelitian di Propinsi Lampung...
7.
Kebun campuran yang diusahakan petani...
...
8
.
Komoditi Petai siap dipasarkan (dalam satuan empong)9 . Kebun campuran yang diusahakan petani (tanaman Lada dan pohon Jengkol 10
.
Pengupasan kulit Kemiri sebelum dipasarkan...
1 1
.
Jenis Penggunaan Lahan per KabupatenIKota di Propinsi Lampung 2001..
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran pemasaran
. .
buah hasil agroforestri di...
Proplnsl Lampung 21
2. Saluran Pemasaran Pohon Serbaguna di propinsi Lampung Tahun 2001 ... 5 1
...
PENDAHULUAN Latar Belakang
Hutan mempunyai peran ekonomi sangat penting, baik secara makro sebagai sumber devisa negara maupun secara mikro sebagai sumber pendapatan masyarakat sekitar hutan. Kedua peranan di atas harus berjalan secara bersama, yaitu disamping penciptaan devisa yang t e r n meningkat juga pendapatan masyarakat yang selalu bettambah. Untuk dapat memenuhi peranan tersebut, maka produktivitas hutan harus semakin ditingkatkan. Hal ini juga h a m didukung oleh sumberdaya manusia yang bijaksana dalam mengelola sumberdaya tersebut.
Di sisi lain, sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan tingkat pendapatan, maka kebutuhan hidup manusia, seperti pangan, sandang dan papan juga mengalami peningkatan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Tuntutan kebutuhan hidup ini menyebabkan tejadinya tekanan terhadap sumberdaya alam, khususnya hutan, sehingga tidak mampu memberikan manfaat yang optimal.
2
Hasil-hasil produk yang dihasilkan dengan pola agroforestri didalam satu sub sektor kehutanan selain kayu, juga yang menjadi andalan adalah jenis tanaman serbaguna (multipurpose treess) . Pada masa yang akan datang tantangan utama dalam pengembangan sub sektor tanaman yang dihasilkan dari pola agroforestri ini adalah bagaimana agar mampu meningkatkan efisiensi baik disektor produksi, pasca panen, maupun pemasaran. Peningkatan efisiensi dalam pengembangan agribisnis tanaman serbaguna mempakan kata kunci yang tidak dapat ditawar-tawar lagi, karena keberhasilan agribisnis akan sangat bergantung pada kemampuan untuk meningkatkan daya saing komoditas dalam negeri, baik di pasar domestik maupun tradisional dan pasar intemasional (Dirjend Bina Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1999).
Komoditas yang dihasilkan dengan p l a agroforestri khususnya pohon serbaguna (multipurpose tree) mempakan salah satu potensi kehutanan dan pertanian di Indonesia yang mempunyai ptensi yang cukup besar untuk ditumbuh kembangkan, karena hasil dari pohon serbaguna ini selain buah, kayu, daun dapat dmanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat dan peluang pasar Peluang pasar baik dalam negeri maupun luar negeri masih terbuka lebar. Peluang pasar dalam negeri menunjukkan adanya peningkatan permintaan dari salah satu jenis tanaman serbaguna yaitu sekitar lima persen. terutama setelah peranan sektor migas terhadap devisa mulai menurun.
3 memanfaatkan dan mengusahakan tanaman serbaguna hasil agroforestri, dan banyak diusahakan petani di kawasan hutan rakyat, yang dikembangkan melalui program Bantuan Penghijauan dan sumber dana inpres (data tahun 199411995). Karena banyaknya pertnintaan pasar baik didalam maupun diiuar propinsi oleh sebab itu diusahakan bagaimana meningkatkan produksi tanaman.
Pengelolaan hasil-hasil agroforestri dihutan rakyat sampai saat ini masih dilakukan secara tradisional sehingga hasil yang diperoleh kurang menguntungkan. Didalam subsistem pemasaran, ternyata sebagian besar petani masih sangat rendah pengetahuannya dalam ha1 memasarkan hasil-hail hutan Di lain pihak, informasi pasar masih sangat kurang dan disertai kurangnya permodalan yang dimilikinya menyebabkan peranan tengkulak dalam penentuan harga pasar dan volume perdagangan masih sangat dominan.
Pemasaran merupakan kegiatan penting dalam mengusahakan lahan pertanian, yaitu kegiatan penyampaian komoditi dari produsen ke konsumen. Kegiatan pemasaran antara lain mengenai masalah pengangkutan, distibusi, standarisasi, pengepakan, pengujian dan penetapan harga.
Perurnusan Masalah
4
tanaman harm dilakukan secara intensif termasuk pada pengolahan pasca panen, transportasi, pengemasan maupun distribusi dan pemasarannya.
Pengusahaan produk-produk yang dihasilkan dengan pola agroforestri ini, mulai dari subsistem produksi hingga subsistem pemasaran, membutuhkan modal yang cukup besar atau bersifat padat modal, karena resiko yang harus ditanggung oleh lembaga tataniaga ini juga cukup tinggi. Beberapa resiko yang ditanggung dalam memasarkannya berupa resiko kerusakan tanaman, keterlambatan dalam pengangkutan karena jauhnya jarak antara produsen dan konsumen, resiko keuangan dan lain-lain.
Penanggulanga dilakukan untuk memperkecil tingkat resiko yang dihadapi perusahaan dapat secara formal maupun informal. Cam formal dapat dilakukakan dengan asuransi, sedangkan cam informal dapat dilakukan dengan melakukan strategi diversifikasi produk yang dipasarkan. Dengan melakukan strategi diversifikasi maka diharapkan tingkat resiko dapat ditekan. (Harahap, 1995)
Pada pemasaran hasil-hasil agroforestri haruslah melewati berbagai lembaga pemasaran dalam suatu sistem pemasaran. Sistem pemasaran yang produktif dan efisien tergantung pada efisiensi penggunaan sumberdaya dan dalam proses penciptaan kegunaan waktu, kegunaan bentuk, dan kegunaan tempat dalam pergerakan barang dan jasa dari kegiatan produksi atau pengelolaan.
5
terbesar setelah Sumatera Utara yaitu sekitar 15 ribulton (44,90 %). Jenis komoditi ini belum begitu memuaskan jika dibandingkan dengan propinsi lain seperti Kalimantan dan Sumatera. Karena kebutuhan dan permintaan terus meningkat. Untuk itu peluang peningkatan produksi tanaman yang dihasilkan dengan pola agroforestri yang banyak diusahakan harus dikembangkan, oleh sebab itu aspek pemasaran dalam menentukan komoditi ini harus diperhatikan.
Menurut Soekartawi (1993) bahwa kelemahan dalam sistem kehutanan di negara berkembang seperti Indonesia adalah kurangnya perhatian &lam bidang pemasaran. Fungsi-fimgsi pemasaran sering tidak be jalan seperti yang diharapkan sehingga efisiensi pemasaran terbatas.
Sebagai indikator efisiensi pemasaran relatif, sering dipergunakan analisis marjin pemasaran dan korelasi harga yang mencerminkan tingkat keterpaduan pasar (integrasi pasar). Marjin pemasaran terdiri dan biaya pemasaran clan keuntungan lembaga pemasaran. Melalui analisis marjin &pat diketahui apa yang menjadi penyebab tingginya marjin tersebut, sehingga dapat dicarikan pemecahan masalahnya. Diharapkan distribusi marjin dapat menyebar secara wajar diantara komponen pemasaran maupun tingkat petani. Melalui analisis korelasi harga dapat diketahui perilaku pasar (market conduct) dalam pemasaran hasil-hasil tanaman dengan pola agroforestri di wilayah Lampung. Efisiensi pemasaran juga ditentukan oleh keadaan struktur pasar pada setiap mata rantai saluran pemasaran, dengan melakukan pengamatan mengenai organisasi pasar.
berbagai jenis tanaman baik di lahan pertanian maupun di kawasan hutan rakyat. Hampir semua perubahan yang diusulkan dalam pemasaran suatu komoditas tanaman adalah berdasarkan alasan efisiensi. Penyebab utamanya adalah karena dengan efisiensi yang lebih tinggi berarti memberikan keragaan yang lebih baik, sedangkan penurunan tingkat efisiensi mencerminkan keragaan yang buruk. Masalah efisiensi pemasaran berhubungan dengan masalah menyalurkan barang-barang dan jasa dari produsen menurut tempat, waktu dan bentuk yang diinginkan oleh konsumen dengan biaya yang serendah-rendahnya sesuai dengan tingkat'teknologi yang ada.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui saluran pemasaran pohon serbaguna di daerah-daerah sentra produksi di Propinsi Lampung
2. Mengetahui distribusi marjin pemasaran pohon serbaguna & Propinsi
Lampwg
3. Menganalisis integrasi pasar, yaitu melalui analisis korelasi harga secara vertikal dan elastisitas transmisi.
4. Menganalisis efisiensi sistem pemasaran pohon serbaguna di Propinsi Lampung.
TINJAUAN PUSTAKA Konsepsi Agroforestri
Definisi agroforestri telah cukup lama diberikan oleh King dan Chandler (1978) yaitu suatu sistem pengelolaan lahan dengan berasaskan kelestarian yang meningkatkan h a i l lahan secara keseluruhan, mengkombinasikan produksi tanaman pertanian (termasuk tanaman pohon-pohonan) dan tanaman hutan danlatau hewan secara bersamzan atau bentrutan pada unit lahan yang sama, dan menerapkan cara- cara yang sesuai dengan kebudayaan setempat.
Selanjutnya dalam suatu seminar mengenai agroforestri dan perladangan berpindah yang diselenggarakan oleh Direktur Jendral Kehutanan di Jakarta tahun 1981, tersimpul definisi agroforestri sebagai berikut : " Suatu metode penggunaan
lahan secara optimal, yang mengkombinasikan sistem-sistem produksi biologis yang berotasi pendek dan panjang (suatu kombinasi produksi kehutanan dan produksi biologis lainnya) dengan suatu cara berdasarkan asas kelestarian, secara bersamaan atau bentrutan, dalam kawasan hutan atau diluarnya, yang bertujuan mencapai kesejahteraan rakyat. (Satjapradja
4,
1981).Nair (1989) memberikan definisi agroforestri yang lebih lengkap yaitu :
9 Adapun bentuk-bentuk agroforestri menurut (King 1978) adalah sebagai berikut ;
1. Agrisilviculture, yaitu penggunaan lahan secara sadar dan dengan pertimbangan yang masak untuk memproduksi sekaligus hasil-hail pertanian dan kehutanan.
2. Silvopastoral system, yaitu sistem pengelolaan lahan hutan untuk menghasilkan kayu dan juga untuk memelihara ternak.
3. Agropastoral system, yaitu sistem pengelolaan lahan untuk memproduksi hasil pertanian dan kehutanan secara bersamaan dan sekaligus untuk memelihara hewan ternak.
4. Multipurpose Forestry Tree Production System, yaitu sistem pengelolaan hutan dengan menanam berbagai jenis kayu yang tujuannya tidak saja menghasilkan kayu tetapi juga daun-daunan dan buah-buahan yang dapt digunakan sebagai bahan makanan manusia ataupun ternak.
Menurut Kartasubrata (1992) bahwa dalam pengembangan dan penerapan agroforesti terdapat beberapa model (bentuk) yaitu : pengembangan lingkungan, model usahatani, dan model bisnis agroforestri. Pengembangan tersebut tidak terlepas dan dukungan kelembagaan baik yang bersifat formal maupun informal.
10
manfaat langsung (perlindungan dan rehabilitas~ lahan) dan manfaat jangka panjang (peningkatan produksi dan perbaikan gizlkesehatan).
Model usahatani disarankan oleh Soegianto (1991) bahwa sistem agroforestri dikembangkan melalui pendekatan usahatani, dimana petani menentukanlrnemilih teknologi agroforestri yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan alam dan sosial ekonomi baik yang bersifat eksternal maupun internal.
Model bisnis agroforestri menurut Soegianto (1991) dikembangkan dengan pengaruh kebijaksanaan pemerintah dalam pemasaran hasil-hasil kegiatan agroforestri. Dalam model ini agroforestri hanya merupakan bagianlsubsistem dari sistem keseluruhan (pemberian input, proses pasca panen, dan pemasaran).
Pemasaran
Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhaan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan barga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan , baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Sumami dan Soeprihanto , 1993).
I I Pemasaran atau marketing mempakan semua kegiatan yang betujuan untuk memperlancar arus barang atau jasa dari produsen ke konsumen secara efisien dengan maksud untuk menciptakan permintaan efektif. Definisi tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pemasaran bukanlah semata-mata kegiatan untuk menjual barangljasa, sebab kegiatan sebelum dan sesudahnya juga mempakan suatu kegiatan pemasaran. Meskipun demikian, setiap kegiatan tersebut hams dilakukan secara efisien sehingga secara ekonomis dapat dipertanggungjawabkan (Hasyim, 1994).
Pemasaran pada prinsipnya mempakan aliran barang dari produsen ke konsumen, dan aliran pemasaran ini tejadi karena adanya lembaga pemasaran Peranan lembaga pemasaran ini sangat tergantung dari sistem pasar yang berlaku dan karakteristik aliran barang yang dipasarkan. Oleh karena itu kita mengenal istilah saluran pemasaran atau marketing chanel. Lembaga pemasaran memegang peranan penting dan juga menentukan dalam saluran pemasaran (Soekartawi, 1993).
Menurut Saefuddin (1981) bahwa penelaahan pemasaran akan memberikan dasar-dasar pengertian tentang sistem pemasaran yang digunakan untuk identifikasi dan analisis masalah pemasaran komoditi. Hasil yang dicapai dalam penelaahan pemasaran antara lain berupa skema arus komoditi.
12 Menumt Swasta dan Irawan (1985), saluran pemasaran mempakan suatu jalur yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai ke konsumen. Walters (1980 dalam Swata dan Irawan, 1985) menyatakan bahwa saluran pemasaran adalah sekelompok pedagang dan agen p e ~ s ~ h i 3 a n yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan hak dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu. Definisi tersebut mengandung pengertian sebagai berikut :
1. saluran pemasaran m e ~ p a k a n rantai yang terdiri dari beberapa kelompok lembaga yang mengadakan ke jasama untuk mencapai suatu tujuan.
2. karena anggota-anggota kelompok terdiri atas beberapa pedagang dan agen ,
maka ada sebagian yang dikenal oleh pembeli dan ada yang tidak. 3. pasar mempakan tujuan akhir dari kegiatan saluran pemasaran
4. saluran pemasaran melaksanakan dua kegatan penting, yaitu menggolongkan produk dan mendistribusikannya.
Sistem pemasaran dikatakan efisien bila memenuhi d i syarat (Mubyarto, 1989), yaitu :
1. sampainya barang kepada k o n s k e n akhir dengan harga serendah-rendahnya, dan
2. adanya pembagian keuntungan yang adil terhadap setiap pelaku pasar.
1. struktur pasar (market structure) adalah suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan keputusan oleh perusahaan maupun industri, jumlah perusahaan (firm) dalam suatu pasar, dishibusi perusahaan (firm) menurut berbagai ukuran seperti "size dan consentrasi", dislaipsi "jwoduct andproduct differentation", syarat-syarat ''entry' dan sebagainya (Limbong, 1991). Struktur pasar dcirikan oleh konsentrasi pasar, diferensiasi produk dan kebebasan keluar masuk pasar.
Berdasarkan struktumya, pasar &pat digolongkan atas dua, yaitu : pasar bersaing sempurna dan pasar tidak bersaing sempurna (Limbong, 1991). Pasar disebut bersaing sempurna apabila memenuhi ciri antara lain : banyak jumlah pembeli maupun penjual; setiap pembeli dan penjual hanya menguasai sebagian kecil dari barangljasa yang ada di pasar, oleh karena itu seorang pembeli maupun penjual tidak dapat mempengaruhi harga; barangljasa yang dipasarkan homogen, dan pembeli serta penjual bebas keluar masuk pasar. Sedangkan untuk pasar tidak bersaing sempurna, menurut Dab1 dan Hammond (1997) dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari konsumen dan dari sisi penjual (produsen). Dari sisi pembeli diktaranya termasuk pasar persaingan monopolistik (monopolistik competition), monopsoni dan oligopsoni. Sedangkan dilihat dari sisi penjual termasuk diantaranya pasar monopoli, oligopoli. Karekteristik struMur pasar juga dapat dilihat dari pengetahuan yang diperlukan untuk memasuki pasar, modal yang dibutuhkan dan market'share yang diperoleh masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat.
14
1983). Prilaku pasar tersebut dilihat dari proses pembentukan harga dan stabilitas pasar, serta ada tidaknya praktek jujur dari lembaga pemasaran tersebut. Struktur pasar dan prilaku pasar akan menentukan keragaan pasar yang dapat diukur melalui peubah harga, biaya dan margin pemasaran, serta jumlah komoditas yang diperdagangkan (Dahl and Hammono, 1977).
3. Keragaan Pasar Margin Pemasaran (market performance) merupakan perbedaan harga di berbagai tingkatan sistem pemasaran. Menurut Dahl dan Hammond (1977) mendefinisikan margin pemasaran sebagai perbedaan harga di tingkat petani dan di tingkat pengecer. Dan juga bagaimana pengaruh struktur pasar dan perilaku pasar yang berkenaan dengan harga, biaya dan volume produksi.
Saefuddin (1981), menyatakan bahwa kriteria yang digunakan sebagai indikator efisiensi pemasaran ada empat macam yaitu marjin pemasaran, harga pada tingkat konsumen, tersedianya fasilitas fisik pemasaran , dan tingkat persaingan psar. Indikator marjin pemasaran lebih sering digunkana dalam analisis efisiensi pemasaran, karena melalui analiis marjin pemasaran dapat diketahui tingkat efisiensi operasional serta efisiensi harga (ekonomi) dari pemasaran.
Keuntungan dalam penggunaan analisis marjin pemasaran adalah dapat diketahui (1) perbandingan bagian keuntungan dari masing-masing lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran , (2) perbandingan bagian keuntungan dan biaya pemasaran, apakah cukup logis atau tidak dan berbagai lembaga yang terlibat, dan (3) bagaimana struktur pasar komoditas tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung (Hamim, 1989).
George dan King dalam Asmarantaka (1985), menjelaskan beberapa tipe dari
m a i n pemasaran, yaitu :
(1) Persentase (%) yang konstan, asumsinya bahwa marjin merupakan persentase tertentu dari tingkat harga pada petani atau pengecer.
M = k Pr ; Pr = Pf + M = Pf
+
k Pr, sehingga: Pf = (I-k) Pr, di mana :M adalah marjin; Pr adalah harga di tingkat pengecer, Pf adalah harga dl tingkat petani dan k adalah konstanta atau persentase tertentu dari tingkat pengecer. (2) Marjin absolut, asumsinya bahwa nilai majin tetap. Pr = Pf +
M
!
'
adalah maginabsolut.
16 Lebih lanjut George dan King menyatakan bahwa tidak pernah dijumpai bahwa marjin rnerupakan persentase yang konstan atau marjin hanya rnerupakan nilai absolut yang konstan, tetapi yang mungkin dijumpai adalah kombinasi dari keduanya. Oleh sebab itu mereka menyarankan bahwa marjin merupakan fungsi linear dari tingkat harga eceran.
M = a
+
p
P r ; P r = P f + M ; P r = a+
p P rP r = - a + ( l - p ) P r , a p a b i l a : a = - a , b = l - P , m a k a p f = a + b P r .
Proses penentuan harga di pihak konsumen (pernbeli) yaitu pedagang tanaman serbaguna hampir sama dengan yang dilakukan oleh petani dalam tahapannya. Tujuan penetapan harga oleh pedagang adalah untuk memperoleh uang (keuntungan) dan untuk memenuhi permintaan dari konsumennya. Peran yang lebih besar didalam menentukan harga adalah pembeli (pedagang tanaman serbaguna mendorninasi harga). Penawaran dan harga di pihak petani banyak dipengaruhi oleh kebutuhan uang dari petani (dipengaruhi oleh kondisi perekonomian petani).
Menurut Hasyim (1994), selain menggunakan indikator marjin pemasaran indikator lain yang digunakan untuk mengetahui efisiensi pemasaran adalah analisis struktur, prilaku dan keragaan pasar. Pengukuran efisiensi pemasaran melalui analisis sbuktur , prilaku dan keragaan pasar dapat diketahui melalui analisis organisasi pasar yang dianalisis secara deskriptif
17 Mendapatkan nilai koefisien korelasi tersebut dapat diturunkan dari fungsi penawaran atau fungsi harga. Secara matematis penurunan tersebut sebagai berikut :
P f = a , + a l Q
P f = b o + b , Q Dimana,
Pr- 60
Q =
,
,
Pr- bo
p f = ao+al(-
bl
1
Atau, P f = a +
p
Pr Keterangan :Pf = harga ditingkat petani produsen
Pr = harga ditingkat konsumen akhir Q = jumlah penawaran
a,
p
= koefisien18 sederhana di antara dua harga pada dua tingkat pasar, kemudian dihitung elastisitasnya yang dapat diformulasikan sebagai berikut :
E T = 6 P r / 6 P r . PfIPr
Karena harga di tingkat produsen (Pf) linear terhadap harga di tingkat konsumen (Pr) atau secara matematis :
P f = a + P . P r
J a d i : E T = 1 I P . P f I P r
F;"\~"p;tn :
ET : Elastisitas transmisi harga
6 : Diferensial
fl
: Koefisien regresi atau slopePr : Harga pada tingkat pengecer Pf : Harga pada tingkat petani
Kriteria pengukuran pada analisis elastisitas transmisi harga (Hasyirn, 1994) adalah :
1. Jika Et = 1, berarti EDf (elastisitas permintaan atas harga di tingkat petani ) = Edr (elastisitas permintaan atas harga di tingkat pedagang pengecer). Hal ini menunjukkan laju perubahan harga di tingkat petani adalah sama besamya dengan laju perubahan harga di tingkat pedagang pengecer. Hal ini perlu membawa implikasi bahwa :
19 b. pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku pemasaran mempakan pasar
yang bersaing sempurna c. Sistem pemasaran telah efisien
2. Jika Et 7 1, berarti EDf z ED,, yang artinya bahwa laju perubahan harga di
tingkat petani lebih besar dari laju perubahan harga di tingkat konsumen akhir. Hal ini menunjukkan pasar dalam kondisi tidak bersaing sempurna. 3. Jika Et < 1, berarti EDf < ED. Hal ni menunjukkan bahwa laju pembahan
harga di tingkat petani < daripada laju perubahan harga di tingkat konsumen. Keadaan ini bermakna bahwa pasar yang dihadapi oleh pelaku pemasaran bersaing tidak sempurna, yaitu terdapat kekuatan monopsoni atau oligopsoni.
Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji &lam penelitian ini adalah sebagai berikut: a Sistem pemasaran tanaman serbaguna di Propinsi Lampung belum efisien
b. Pasar terintegrasi secara sempurna apabila harga di suatu tingkat lembaga pemasaran dengan tingkat di lembaga lainnya kons& atau persentase margin pemasaran tidak berubah secara matematika adalah :
Pf=a+bPr,apabilab=l,makaPf=a+Pr
Atau Pr - Pf = a = marjin pemasaran
Diduga pemasaran tanarnan sebaguna dengan pola agroforestri di Propinsi Larnpung kurang terintegrasi.
Asumsi-asumsi yang m e n h a r i adalah :
20
2. Fungsi pemasaran (handling, pengangkutan, dan pengolahan) setiap pemasaran tidak berbeda.
Kerangka Pemikiran
Upaya untuk meningkatkan produksi harus didukung dengan upaya perbaikan dalam sistem pemasaran, Peningkatan produksi tidak akan berhasil dengan baik tanpa didukung oleh aspek pasar yang baik. Demikian pula dengan fungsi pemasaran tidak akan be rjalan dengan baik tanpa didukung oleh proses produksi yang baik. Proses produksi yang berlangsung dengan efisien dan didukung oleh kondisi yang saling menguntungkan antara petani sebagai produsen, konsumen dan lembaga pemasaran yang menjadi penghubung diantara keduanya
Sumber Produksi tanaman serbaguna (MpTs)
Pertnasalahan a. Pengelolaan lahan yang kurang
menguntungkan
b. Kurangnya informasi p a x sehingga dalam penentuan harga masih sangat dominan
c. Kineqa clan e6siensi pemasaran terbatas
Analisis Pemasaran
I
Sistem Pemasaran
.
1
Produsen
v
Lembaga-lembaga Pemasaran (LP tingkat I, LP tingkat 4 LP tingkat ...)
v
Konsumen
+
Shuktur dan Prilaku Pasar Saluran Pemasaran Struktur P a x Prilaku Pasar
Keragaan Pasar Ma~jin Pemasafan
4
-
Hubungan harga produsen dan konsumenI
Efisiensi &stem PemasaranI
Strategi Pengembangan Pemasaran
[image:163.583.94.481.56.641.2],
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Propinsi Lampung. Lokasi penelitian berada pada 6 kabupaten, (Way Kanan, Tulang Bawang, Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Utara, Lampung Barat) dan 2 kota, (Kota Metro dan Kota Bandar Lampung); 17 kecamatan dan 21 desa, yang merupakan daerah-daerah sentra produksi pada kawasan hutan rakyat dengan semua komoditi jenis tanaman serbaguna, yang dilakukan selama 2 bulan .
Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup semua pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.
Pemasaran adalah fasilitas pemasaran yang memberikan jasa pelayanan, sehingga semua komoditi yang dihasilkan dapat disalurkan dari petani atau pihak produsen lain sampai ke tangan konsumen akhir. Pedagang tanaman serbaguna adalah pembeli produk-produk tanaman serbaguna baik dari petani atau lembaga pemasaran selanjutnya dijual kembali.
Struktur pasar adalah suatu hubungan yang tejadi antara penjual dengan penjual, pembeli dengan pembeli dan antara penjual dengan pembeli serta kemungkinan keluar masuknya penjual dalam pasar.
Marjin pemasaran; marjin pemasaran total adalah perbedaan harga antara pembayar konsumen akhir dengan harga yang diterima petani. Sedangkan marjin pemasaran di setiap tingkat lembaga adalah selisih harga beli dengan harga jual dari masing-masing tingkat lembaga yang bersangkutan. Marjin pemasaran terdiri dari biaya dan keuntungan lembaga pemasaran.
Cara pembelian secara borongan adalah pembelian tanpa mengetahui kuantitas barang dengan pasti. Kuantitas tersebut hanya diketahui dengan talcsiran. Cara pembelian eceran adalah pembelian dengan kuantitas barang diketahui dengan pasti. Pengukuran variabel-variabel di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Marjin pemasaran dhitung berdasarkan perbedaan harga beli dengan harga jual, satuannya rupiah.
2. Tingkat harga beli, dihitung berdasarkan harga pembelian dan satuannya rupiah.
3. Tingkat harga jual, dihitung berdasarkan harga penjualan dengan satuan rupiah.
4. Kapasitas penjual merupakan volume rata-rata pedagang.
5. Tingkat harga di petani (Pf) adalah harga jual yang diterima petanitprodusen lain dihitung berdasarkan rupiah.
24 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey melalui pengamatan langsung di lapang. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan.
Di dalam penelitian ini produsen yaitu petani dan tingkat pedagang tanaman serbaguna di wilayah Lampung sebagai unit contoh. Untuk pengambilan data tentang pemasaran jenis tanaman, kesatuan yang digunakan sebagai dasar dalam pengambilan contoh (assessment unit) adalah kecamatan. Kecamatan contoh yang diambil secara purposive sampling yaitu dengan memilib kecamatan-kecamatan yang menggambarkan keadaan keseluruhan kecamatan di wilayah kabupaten dan kota (Lampung Utara, Lampung Timur, Lampung Barat, Lampung Selatan Tulang Bawang, Way Kanan, Kota Metro d m Kota Bandar Lampung ). Dan kawasan hutan rakyat yang termasuk ke dalam enam kabupaten tersebut.
25
Data yang Diperlukan
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer (data pokok) dan data sekunder yang digunakan untuk mengetahui sistem pemasaran tanaman serbaguna di Propinsi Lampung. Data primer &lam penelitian ini adalah data pokok yang digunakan untuk mengetahui sistem pemasaran tanaman serbaguna antara lain: a. Sistem peredaran tanaman: asal tanaman dan skala perdagangan, dan jenis yang
dipasarkan. b. Volume transaksi. c. Biaya pemasaran. d. Biaya pengolahan. e. Biaya muat bongkar.
f Harga jual tanaman serbaguna g. Sistem pembayaran.
h. Sistem jual beli.
i. Pajak atau pungutan lainnya.
j. Distribusi pasca jual jangkauan pemasaran.
26
Analisis'Data
Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif maupun kuantitatif Efisiensi pemasaran akan dilihat melalui analisis organisasi pasar, analisis marjin pemasaran, analisis korelasi harga, dan analisis elastisitas transmisi harga. Dalam analisis kuantitatif dilakukan beberapa penghitungan yaitu: magin pemasaran, koofesien korelasi harga, dan elastisitas transmisi harga dan pengujian hipotesisnya melalui analisis sidik ragam (analysis of varians).
Analisis Margin Pemasaran
Analisis margin pemasaran merupakan perbedaan antara harga pada tingkat petani dan harga di tingkat konsumen akhir (industri pengolahan atau pedagang eceran). Untuk menghitung berapa besar marjin pemasaran dan marjin keuntungan secara matematis dapat dihitung dengan rumus:
M,i = Psi - Pbi, atau M,, = bti
+
H i , ataun i = Mji - bti
Untuk total ma j i n pemasaran adalah:
n
Mj =
1
~ j i , atau Mj = P, -Pf i=lKeterangan:
ni
= keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-iMj = total marjin pemasaran
Analisis Koefisien Korelasi Harga
Korelasi harga diukur melalui analisis statistik regresi sederhana dengan menggunakan data-data berkala (time series &a) berupa data harga bulanan di tingkat petani (Pf) dan di tingkat konsumen (P,) sebanyak 24 bulan.
Koefisien korelasi harga, secara matematis &pat dituliskan sebagai berikut:
Keterangan:
r = koefisien korelasi harga
n = jumlah pengamatan
Jika dari hasil perhitungan diperoleh angka koefisien korelasi harga (r) mendekati satu, maka ini menunjukkan keeratan hubungan harga pada kedua tingkat pasar tersebut dan begitu pula sebaliknya (Supranto, 1983).
Analisis Elastisitas Transmisi Harga
Karena harga di tingkat produsen (Pf) linier terhadap harga di tingkat konsumen (P,) atau secara matematis:
P , = a
+ a .
P,Sehingga:
Jadi:
Keterangan:
ET = Elastisitas transmisi harga
6 = Diferensia
p
= Koefisien regesi atau slopeP, = Harga pada tingkat pengecer Pf = Harga pada tingkat petani
Kriteria pengukuran pada analisi elastisitas transmisi harga (Hasyim, 1994) adalah :
29
a. marjin pemasarannya tidak dipengaruhi oleh harga di tingkat konsumen
b. pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku pemasaran merupakan pasar yang bersaing sempuma
c. Sistem pemasaran telah efisien
2. Jika Et > 1, berarti EDf > ED,, yang artinya bahwa laju perubahan harga di tingkat petani lebih besar dari laju perubahan harga di tingkat konsumen akhir. Hal ini menunjukkan pasar dalam kondisi tidak bersaing sempurna. 3. Jika Et < 1, berarti EDf < ED. Hal ni menunjukkan bahwa laju perubahan
harga di tingkat petani < daripada laju perubahan harga di tingkat konsumen. Keadaan ini bermakna bahwa pasar yang dihadapi oleh pelaku pemasaran bersaing tidak sempuma, yaitu tedapat kekuatan monopsoni atau oligopsoni. Pengujian analisis korelasi harga (integrasi pasar), bertujuan untuk menguji hipotesis pasar persaingan sempuma dan dilakukan melalui uji t. Hipotesis yang akan diujiadalah&:P=l,lawan
H . : P
# 130
Analisis Organisasi Pasar
Analisis organisasi pasar diketahui melalui analisis desknptif yang ditunjang oleh informasi, data, dan pengamatan di lapangan untuk mengetahui sistem pemasaran yang terdiri dari struktur pasar, prilaku pasar dan keragaan pasar dalam pemasaran tanaman multiguna :
1. Struktur pasar
Analisa struktur pasar, menggunakan parameter:
- jumlahhanyaknya pembeli dan penjual yang &pat menjamin adanya suatu intensitas persaingan yang memadai dalam ha1 harga dm kualitas'
- persentasi volume penjualan dari tiap lembaga tata niaga - diferensiasi produk
-
kemudahan keluar dan masuk pasar2.Perilaku pasar
Analisa perilaku pasar menggunakan parameter:
-
praktek-praktek penentuan harga-
kebijakan penetuan harga yang mendorong perbaikan mutu produk danmeningkatkan kepuasan konsumen
-
praktek transaksi (pembelian dan penjualan)3. Keragaan pasar
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Daerah Propinsi Lampung meliputi areal seluas 35.288,35 termasuk pulau- pulau yang terletak pa& bagian sebelah paling ujung tenggara pulau Sumatera, dan dibatasi oleh :
1. Propinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, di Sebelah Utara 2. Selat Sunda, disebelah Selatan
3. Laut Jawa, disebelah Timur
4. Samudera Indonesia, disebelah Barat
Propinsi Lampung dengan ibukota Bandar Lampung, yang mempakan gabungan dari kota kembar Tanjung karang dan Teluk betung memiliki wilayah yang relatif luas, dan menyimpan potensi kelautan.
Secara Geografis Propinsi Lampung terletak pada kedudukan : Timur- Barat berada antara : 103' 40'
-
105' 50' Bujur Timur Utara-
Selatan berada anatar : 6' 45' - 3' 45' Lintang SelatanTopografi
Secara topografi Daerah Lampung dapat dibagi &lam 5 (lima) unit topograf~ :
- Daerah topografis berbukit sampai bergunung
-
Daerah topografis berombak sampai bergelombang-
Daerah dataran alluvial- Daerah dataran rawa pasang surut
32
Daerah Topografis Berbukit Sampai Bergunung
Lereng-lereng yang curarn atau te jal dengan kemiringan berkisar 25 % dan ketinggian rata-rata 300 M diatas pemukaan laut. Daerah ini meliputi Bukit Barisan dengan pun& tonjolan-tonjolannya be& pada Gunung Tanggamus, Gunung Pasawaran, dan Gunung Rajabasa. Yang terakhir ini berelokasi di Kalianda dengan ketinggian, rata-rata 1.500 M. Puncak-puncak lainnya adalah Bukit Pugung, Bukit Pesagi, Sekincau yang terdapat dibagian utara. Daerah tersebut umumnya ditutupi oleh vegetasi hutan primer atau sekunder.
Daerah topografis berombak sampai bergelombang :
Ciri-ciri khusus daerah ini adalah terdapatnya bukit-bukit sempit, kemiringannya antara 8 % sampai 15 % dan ketinggian 300 M sampai 500 M dari permukaan laut.
33 Daerah Dataran Alluvial
Daerah ini sangat luas meliputi Lampung Tengah, Lampung Timur dan Tulang Bawang, yang merupakan bagian hilir (downstream) dari sungai-sungai yang besar seperti Way Sekampung, Way Tulang Bawang, dan Way Mesuji, Ketinggian di daerah ini berkisar antara 25 M sampai 75 M, dengan kemiringan 0% sampai 3 %. Pa& bagian pantai sebelah Barat dataran Alluvial menyempit dan memanjang arah Bukit Barisan
Daerah Dataran Rawa Pasang Surut
Disepanjang pantai timur merupakan daerah
rawa
pasang dengan ketinggian 0,5 M sampai 1 M, pengendapan air menurut naiknya pasang pasang air laut.Daerah River Basin
Daerah Lampung terdapat 5 (lima) River Basin yang utama :
-
River Basin Tulang Bawang- River Basin Seputih - River Basin Seputih
-
River Basin Sekampung-
River Basin Semangka-
River Basin Way JeparaKlimatologi Arus Angin
34 1. Nopember Sld Maret angin bertiup dari arah Barat dan Barta Laut.
2. Juli sld Agustus angin bertiup dari arah Timur dan Tenggara, Kecepatan angin rata-rata 5,83 kmljam
Temperatur
Pada daerah daratan dengan ketinggian 30 M-60 M temperatur udara rata-rata berkisar antara 26 C-28 0 C. Temperatur maksimum yang sangat jarang dialami adalah 33 0 dan juga temperatur minimum 20 0 C.
Kelembabab Udara
Dari stasiun-stasiun pengamat, rata-rata kelembaban udara disekitar 80 %-88 % dan temyata kelembabab udara akan lebih tinggi pada tempat-tempat yang lebih tinggi.
Administrasi Pemerintah
3 5
Secara administratif Propinsi Lampung dibagi dalam 10 (sepuluh) kabupaten kota, yang selanjutnya terdiri beberapa wilayah kecamatan dengan perincian sebagi berikut :
1. Kabupaten Lampung Barat dengan ibukotanya Liwa, luas wilayahnya 4.950, 40 km2 terdiri dari 14 kecamatan
2. Kabupaten tanggamus dengan ibukotanya Kota Agung, luas wilayahmnya 3.356,61
&
terdiri dari 17 kecamatan3. Kabupaten Lampung Selatan dengan ibukotanya Kalianda luas wilayahnya 3.180,78 km2 terdiri dari 20 kecamatan
4. Kabupaten Lampung Timur dengan ibukotanya Gunung Sugih, luas wilayahnya 4.337,89 Km2 terdiri dari 26 kecamatan
5. Kabupaten Lampung Utara dengan ibukotanya Kotabumi, luas wilayahnya 2.725,63 km2 terdiri dari 16 kecamatan
6. Kabupaten Lampung Tengah dengan ibukotanya Gunung Sugih, luas wilayahnya 4.789,82 km terdiri dari 26 kecamatan
7. Kabupaten Way kanan dengan ibukotanya Blambangan Umpu, luas wilayahnya 3.921,63 Km terdiri dati 12 kecamatan
8. Kabupaten Tulang bawang dengan ibukotanya Menggala, luas wilayahnya 7.770,84 km2 terdiri dari 16 kecamatan
9. Kota Bandar Lampung dengan luas wilayah 192,96 km2 terdiri dari 13 kecamatan
Penduduk
Penduduk Propinsi Lampung pada waktu sensus penduduk tahun 1961, 1971, 1980,1990, 2000 masing-masing sebesar 1.667.551, 2.775.695,4.624.785,6.015.803 dan 6.659.869 orang. Pertumbuhan penduduk pada periode 1971-1980 adalah sebesar 5,77 persen pertahun, pada periode 1980-1990 menjadi sebesar 2,67 persen pertahun. Periode 1990-2000 pertumbuhan penduduk sebesar 1,05 persen pertahun. Apabila dilihat laju pertumbuhan penduduk Propinsi Lampung dibawah laju pertumbuhan penduduk Indonesia.
Penduduk Propinsi Lampung tahun 2001 berdasar Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2001 sebesar 6.720.260 orang dan rata-rata kepadatan penduduk per kabupatenkota di Propinsi Lampung per ICm2 tahun 2001 berturut-turut adalah kabupaten Lampung Barat 75,10, kabupaten Tanggamus 238,45, kabupaten Lampung Selatan 360,52, kabupaten Lampung Timur 201,52, kabupaten, kabupaten lampung Tengah 220,30, kabupaten Lampung Utara 104,43, kabupaten Way Kanan 91,09, kabupaten Tulangbawang 91,61 dan Kota Bandar Lampung 3.91 1,94. Kota Metro
1.910,47.
Tabel 1 .Luas Wilayah Propinsi Lampung Menurut Kabupaten IKota Tahun 2001 (Ha
Kabupatenkota
I
Luas Wila~ah AreaI
Luar W i k a h A m'I
7.
1
Kabupaten Way KananI
392.163I
352.021 8.1
Kabupaten Tulang BawangI
777.084 777.084 9.1
Kota Bandar Lampung10 ] Kota Metro 1 6.179 1 7.864 19.296
3.301.545
Jumlah
19.200
[image:178.588.75.516.511.689.2]37
Diskripsi Daerah Penelitian
Propinsi lampung mempunyai posisi yang strategis dengan luas 35.400 km2, terdiri dari 10 kabupatenl kota, dengan 82 kecamatan dan 2018 desa, dan jumlah penduduk 6.998.535 jiwa (2000).
Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan daerah penelitian mempakan daerah daerah yang memiliki produksi dan potensi untuk pengembangan tanaman serbaguna, Adapun lokasi penelitian yang terpilih yaitu ; 6 kabupaten 2 kota, 17 kecamatan dan 2 1 desa (Tab. 2)
Tabel 2. Daerah Penelitian Hasil Pohon Serbaguna di Propinsi Lampung Tahun 2001
Daerah penelitian meliputi lokasi pohon serbaguna dan pedagang di tujuh belas kecamatan yang berada di delapan kabupaten yaitu : kecamatan Teluk Betung Barat dan Tanjung Karang Barat di kota Bandar Lampung. Kecamatan Metro Pusat di kota Metro. Kecamatan Pakuan Ratu di Kabupaten Way Kanan. Kecamatan Banjar
[image:179.583.73.477.299.633.2]38 Agung di kabupaten Tulang Bawang. Kechatan Padang Cermin, Katibung dan Natar di kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Pekalongan di Kabupaten Lampung Timur. Kecamatan Tanjung Raya, Muara Sungkai, Abung Barat dan Abung Tengah di kabupaten Lampung Utara. Kecamatan Pesisir Tengah, Sumberjaya,Way Tenong dan Batubrak di kabupaten Lampung Barat. Lokasi tersebut dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan daerah penelitian merupakan daerah yang memiliki produksi dan potensi hasil pohon serbaguna dari petani yang cukup besar unuk pengembangan pohon serbaguna di propinsi Lampung. Secara umum kondisi sarana dan prasana transportasi t e ~ t a m a jalan darat di masing-masing lokasi yang diteliti relatif baik, kecuali di lokasi keeamatan Pakuan Ratu, kecamatan Sumbe jaya,Way Tenong, dan Abung Barat yang didomonasi jalan tanah yang sulit dilalui terutama pada saat musirn hujan.
Hutan Rakyat Kabupaten Way Kanan
Kabupaten Way Kanan dengan ibukotanya ~ l a m b a n ~ a n Umpu, luas wilayahnya 3.921,63 Km2 terdiri dari 12 kecamatan, salah satu yang menjadi lokasi penelitian dikabupaten ini adalah kecamatan Pakuan Ratu. Secara administratif terdiri dari dari 15 desa aslil asal kampung induk dengan pertambahaan penduduk dan desa sejumlah 26 desa, sehingga kecamatan Pakuan Ratu hingga saat ini terdiri atas 41 desa.
39
1999 tanggal 2 1 April 1999 tentang pembentukan Daerah Tingkat
II
Lampung Timur, Way Kanan dan Kotamadya Metro. Kecamatan pakuan Ratu secara administratif memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :-
Sebelah Utara berbatasan dengan Propinsi Sumatera Selatan dan KecamatanMesuji, Kabupaten Tulang Bawang.
-
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tulang Bawang Tengah,Kabupaten Tulang Bawang
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan S& Utara, KabupatenLampung Utam.
-
Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Bahuga, Kabupaten Way Kanan.Adapun desa yang menjadi lokasi penelitian ini adalah desa Tegal Mukti. Di desa tersebut terdapat masyarakat atau petani yang menanam pohon serbaguna dan telah berproduksi serta adanya kegiatan transaksi perdagangan hasil pohon serbaguna.
Luas wilayah kecamatan Pakuan Ratu adalah 129.11 h a Jumlah penduduknya berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 1998 adalah 86.882 orang dengan kepadatan penduduk 67 jiwa p e r l d . Prouk unggulan daerah ini terdiri dari tanaman : karet (1.349 ha). tebu (1.815 ha), kelapa dalam (678 ha),
kakao
(450 ha) (Bappeda DatiII
Lampung Utara, 1999).Kabupaten Tulang Bawang
40
Dari 16 kecamatan yng menjadi lokasi penelitian adalah kecamatan Banjar Agung. Secara topografis kecamatan Banjar Agung terdapat di sepanjang Pantai Timur terdapat daerah berawa pasang surut dan daerah River Basin yang utarna yaitu River Basin Tulang Bawang clan River Basin Sungai-sungai kecil lainnya. Daerah ini beriklim tropis dengan musim hujan clan kemarau berganti sepanjang tahun. Temperatur rata-rata 3 l o C.
Kondisi jalan di kecamatan Banjar Agung ini sudah beraspal walaupun banyak terdapat kerusakan dan berbatu. Adapun desa tempat diadakan penelitian adalah desa Moris Jaya yang merupakan daerah yang masyarakatnya banyak membudidayakan hasil pohon serbaguna.
Kabupaten Lampung Barat
Luas wilayah Lampung Barat 495,040 Ha atau 13,99 % wilayah Propinsi Lampung. Jumlah penduduk Lampung Barat 381.643 jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk 1,38 %, secara umum administratif meliputi 14 kecamatan, 169 pekon.
Sebagian besar wilayah Lampung Barat adalah kawasan hutan (57,154 %), sisanya sebesar 42,846 % adalah areal yang diusahakan untuk budidaya pertanian, perkebunan, perikanan, pemukiman penduduk, sarana umum dan sebagainya.
Kabupaten Lampung Barat memiliki luas wilayah 4.950,40 lan2 atau 13,99% dari luas wilayah Propinsi Lampung dengan mata pencaharian pokok penduduknya sebagai petani. Kabupaten L