• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pada suatu perkataan, suatu gerakan, suatu sifat, dan suatu objek memiliki makna yang terkandung di dalamnya. Manusia sebagai makhluk sosial dan memiliki akal tidak akan terlepas dari berbagai macam peristiwa yang terdapat makna di dalamnya. Jika diteliti, objek seperti batu pasti memiliki suatu makna yang terkandung di dalamnya jika ditempatkan dalam situasi tertentu. Bahkan diamnya seseorang juga memiliki makna, dan makna tersebut akan berbeda jika ditempatkan pada waktu atau kondisi yang berbeda, walaupun peristiwa atau objek yang digunakan sama.

R. Brown dalam Mulyana (2007:281) mendefinisikan makna sebagai kecenderungan (disposisi) total untuk menggunakan atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa. Dijelaskan pula bahwa konsep makna itu sendiri memiliki berbagai makna tanpa ada satu makna pun yang lebih betul dari makna yang lainnya.

Makna bisa terdapat dimanapun, termasuk pada sebuah hiburan seperti sebuah candaan, atau humor. Hendarto (1990) dalam Rahmanadji (2009:213) menjelaskan bahwa naluri manusia untuk mencari kegirangan, kesenangan, kegembiraan, dan hiburan sudah dimiliki sejak masih bayi. Hendarto (1990) berpendapat bahwa sejak seorang bayi dilahirkan, ibunya segera melatihnya untuk menyukai kegembiraan, dan ketika sang anak sudah dewasa, kebutuhan akan kegembiraan itu sudah melekat erat dalam dirinya. Kesimpulannya adalah manusia hidup dengan naluri kuat untuk mencari kegembiraan dan hiburan.

Keinginan untuk mencari kesenangan dan mencari sesuatu untuk membuat tertawa merupakan fitrah manusia. Ditambah lagi dengan fakta bahwa manusia bisa bertahan hidup, tidak hanya dengan kebutuhan seperti makan,

(2)

2 dan minum saja, akan tetapi manusia pun harus menjaga kestabilan mentalnya. Untuk melakukan hal ini, manusia membutuhkan hiburan untuk membuatnya gembira dan tidak terus-menerus membebani dirinya dengan hal-hal yang serius dan berat seperti bekerja. Humor adalah salah satu cara untuk manusia menghibur dirinya dan melepas beban dalam dirinya untuk sejenak. Sebagaimana yang dikatakan oleh Widjaja (1993) dalam Rahmanadji (2009:213), bahwa kelucuan atau “humor” berlaku bagi manusia normal untuk menghibur mereka, karena hiburan merupakan kebutuhan mutlak bagi manusia untuk ketahanan diri dalam proses pertahanan hidupnya.

Akan tetapi tidak semua humor dapat menghibur manusia, terdapat satu jenis humor dimana manusia perlu memahami konteks tertentu terdahulu agar dapat terhibur dengannya, yaitu humor Satire, atau Sindiran Jenaka . Octa Riskiana Diar Resti (2015:2) menjelaskan bahwa satire adalah sebuah kritikan atau sindiran terhadap suatu keadaan yang berbentuk karya sastra, namun hanya memberikan gambaran terhadap suatu keadaan tersebut, dan tidak memberikan suatu solusi positif dari yang dikritiknya . Satire dikemas dalam bentuk humor yang mampu membangkitkan tawa para penikmat sastra, dan tawa itulah yang menjadi senjata satire untuk mengkritik dan mencemooh sesuatu. Salah satu contoh untuk humor satire adalah seperti ketika orang A yang berbadan gemuk menginjak kaki orang B, dan ketika A meminta maaf, B membalasnya dengan kalimat “oh iya tidak apa-apa, injak saja lagi, sudah biasa kok diinjak gajah”.

Untuk memahami humor satire, diperlukan waktu untuk memahami maksud dari isi humor tersebut. Peneliti menyadari perlunya diadakan penelitian untuk humor satire guna memperjelas maksud dari suatu humor yang disampaikan dengan cara tersebut, dikarenakan jika humor satire disampaikan kepada seseorang yang tidak memahami maksudnya, akan ada kemungkinan terjadinya kesalah pahaman yang memicu konflik antara komunikator dan komunikannya.

(3)

3 Seperti yang peneliti sampaikan sebelumnya, bahwa manusia mambutuhkan hiburan untuk menjaga kestabilan mentalnya, dan juga untuk memenuhi kebutuhan naluri pribadinya untuk mencari sebuah kesenangan. Salah satu jalan untuk mencapai tujuan tersebut adalah mencari sesuatu yang dapat membuat mereka tertawa yaitu humor, dan humor dapat ditemukan pada beberapa media, salah satunya adalah novel grafis atau komik.

Novel grafis atau komik bukanlah sarana yang baru untuk memenuhi kebutuhan akan hiburan. Marcel Danesi dalam bukunya Pesan, Tanda, dan Makna (2010: 224) menyatakan bahwa salah satu karya Amerika pertama dengan karakteristik penting dari komik strip diciptakan oleh Richard Felton Outcault dan muncul dalam seri Hogan's Alley, yang pertama kali diterbitkan pada tanggal 5 Mei, 1895, di Sunday World New York. Komik awal lainnya adalah Little Bears karya James Guifod Swinnerton, yang pertama muncul di Examiner San Fransisco pada tahun 1892, The Katzenjammer Kids karya Rudolph Dirks, yang muncul pertama kali di The American Humorist pada tahun 1897, dan Mutt and Jeff, yang pertama kali muncul sebagai Mr. A. Mutt pada bulan November 1907 yang diterbitkan oleh San Fransisco Chronicle. Gabungan surat kabar yang baru dibentuk selanjutnya memperkenalkan komik strip kepada audiens yang lebih luas, dan menjadi komik strip surat kabar harian pertama yang sukses di Amerika Serikat. Maka dapat disimpulkan bahwa novel grafis atau komik sudah menjadi sarana hiburan untuk manusia semenjak awal tahun 1890.

Seiring berjalannya waktu, buku komik tidak lagi hanya sebagai teks hiburan yang bisa dikonsumsi oleh semua umur. Pada tahun 1970-an muncul novel grafis, yang merupakan salah satu bentuk dari buku komik akan tetapi konten darinya berbeda dengan komik pada umumnya, karena telah disesuaikan dengan pembaca orang dewasa. Contoh dari novel grafis adalah Batman: The Killing Joke.

(4)

4 Seperti yang peneliti jelaskan sebelumnya bahwa humor satire juga dapat ditemukan dalam media komik, bahkan terdapat komik yang lebih memfokuskan kontennya untuk humor satire, pada umumnya humor satire dalam komik biasa dipakai untuk mengkritisi permasalahan sosial dan politik yang terjadi, baik itu di luar atau dalam negeri, salah satu contohnya adalah Pogo, ada pula komik yang hanya menyisipkan beberapa elemen-elemen dari humor satire, seperti halnya Batman: The Killing Joke.

The Killing Joke adalah novel grafis karangan Alan Moore dan ilustratornya Brian Bolland, yang berdasarkan dari situs goodreads.com, Alan Moore juga membuat beberapa novel grafis seperti Watchmen, V for Vendetta, dan From Hell. Beliau juga menulis novel Voice of the Fire. Disebutkan juga dalam situs yang sama, sebagai pengarang buku komik. Alan Moore dikenal sebagai penulis pertama yang mengaplikasikan kepekaan sastra dan formalis kepada arus utama medianya. Beliau juga memasukan persoalan atau materi yang menantang dan tema yang dikonsumsi oleh kalangan dewasa. (diakses pada tanggal 8 agustus 2016, pukul 14.30)

Batman: The Killing Joke menceritakan tentang seorang antagonis bernama The Joker yang mencoba untuk membuktikan pendapatnya bahwa hanya dibutuhkan satu hari yang buruk untuk mengubah orang yang paling waras di dunia kepada kegilaan. Demi membuktikan pendapatnya, The Joker menembak anak tunggal dari Komisaris Gordon, yaitu Barbara Gordon, dan menculik Komisaris Gordon untuk disiksa secara mental, hal tersebut diketahui oleh Protagonis dari cerita ini, yaitu Batman, yang pada akhirnya membawa Batman dan The Joker bertemu dan berkelahi, sampai pada akhirnya The Joker terkalahkan.

Akan tetapi sebelum novel grafis ini mencapai babak terakhirnya, Batman menawarkan perdamaian dan bantuan kepada The Joker, dan mengatakan bahwa mereka berdua tidak harus saling membunuh satu sama lain. Menanggapi tawaran itu The Joker melontarkan sebuah lelucon satire

(5)

5 mengenai dua orang gila yang digunakannya untuk menyindir Batman, yang makna didalam lelucon tersebut mengajak pembaca untuk memaknai sendiri apa maksud dari lelucon tersebut. Hal itu menarik perhatian peneliti untuk meneliti makna sebenarnya dari lelucon yang dilontarkan oleh The Joker tersebut.

Ditambah lagi, berdasarkan dari situs screenrant.com, The Killing Joke telah memenangkan penghargaan Eisner Award (acara penghargaan industri buku komik yang setara dengan Academy Awards milik Hollywood, yang didirikan pada tahun 1988) untuk nominasi Best Graphic Album pada tahun 1989. Pada acara yang sama, Alan Moore memenangkan penghargaan untuk kategori Best Writer untuk The Killing Joke. (diakses pada tanggal 8 agustus 2016, pukul 14.22)

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka fenomena yang ingin peneliti teliti adalah makna humor satire tokoh The Joker dalam novel grafis Batman: The Killing Joke. Masalah yang peneliti temukan dalam humor satire pada Batman: The Killing Joke adalah makna ambigu yang dibuat oleh tokoh The Joker dalam lelucon yang disampaikannya kepada Batman. Penyebab keambiguan dari makna lelucon The Joker tersebut adalah dikarenakan The Joker tidak pernah menyebutkan secara spesifik siapa kedua orang gila yang dimaksudkan olehnya. Jika diartikan secara eksplisit, pembaca hanya akan menganggap bahwa kedua orang gila yang diceritakan oleh The Joker tidak ada hubungannya dengan kedua tokoh utama, yaitu

Batman dan The Joker. Sebab Batman digambarkan sebagai seorang

pahlawan yang waras, dan hanya The Joker yang digambarkan sebagai orang gila dalam cerita di novel grafis tersebut. Akan tetapi jika pembaca ingin mengamati lebih dalam lelucon yang disampaikan The Joker, pembaca mungkin akan mendapati bahwa kedua orang gila yang diceritakan oleh The Joker adalah sebuah analogi atau perumpamaan dari Batman dan The Joker. Dengan keambiguan makna tersebut, tiap-tiap pembaca akan memiliki interpretasi yang berbeda terhadap lelucon tersebut. Dengan interpretasi yang

(6)

6 berbeda terhadap suatu aspek dalam sebuah cerita, akan berdampak kepada perasaan yang berbeda bagi masing-masing pembacanya, bahkan bisa menyebabkan ketidak pahaman. Lelucon The Joker yang dimaksud berada pada bagian akhir dari novel grafis Batman: The Killing Joke, dan merupakan babak kesimpulan dari cerita, maka itu lelucon The Joker merupakan bagian penting untuk menyimpulkan akhir dari cerita. Jika masing-masing pembaca memiliki penafsiran yang berbeda terhadap lelucon tersebut, maka masing-masing pembaca akan memiliki kesimpulan cerita yang berbeda. Jika pembaca tidak memahami maksud dari lelucon yang dimaksud, pembaca tidak akan mendapatkan kesimpulan cerita yang sebenarnya. Maka dari itu peneliti merasakan adanya urgensi untuk diadakan penelitian yang bertujuan untuk mencari makna sebenarnya dalam lelucon satire yang dimaksud. Hal itu untuk meluruskan makna yang terkandung dalam lelucon satire The Joker.

Dalam penelitian ini peneliti memutuskan untuk menggunakan semiotika Roland Barthes untuk mencari jawaban dari penelitian, alasannya adalah peneliti tidak hanya ingin meneliti makna yang tampak saja didalam lelucon tersebut, akan tetapi peneliti juga ingin mencari makna yang tersembunyi di dalam lelucon tersebut, meliputi makna denotasi, makna konotasi, dan mitos. 1.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian digunakan agar penelitian yang dilakukan tidak melenceng dan tidak terlalu meluas. Untuk itu peneliti memfokuskan penelitian yang akan dilakukan. Fokus penelitian ini adalah makna lelucon satire The Joker dalam buku Batman: The Killing Joke.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memutuskan untuk memakai semiotika Roland Barthes, yang manghantarkan peneliti untuk mempertanyakan hal-hal sebagai berikut:

(7)

7 1) Apa makna denotasi dari lelucon satire The Joker?

2) Apa makna konotasi dari lelucon satire The Joker? 3) Apa mitos dari lelucon satire The Joker?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui makna denotasi dari lelucon The Joker pada buku Batman: The Killing Joke.

2) Untuk mengetahui makna konotasi dari lelucon The Joker pada buku Batman: The Killing Joke.

3) Untuk mengetahui mitos dari lelucon The Joker pada buku Batman: The Killing Joke.

1.5 Manfaat Penelitian

Dalam hal ini peneliti membagi manfaat penelitian ke dalam dua aspek penting sebagai berikut :

1.5.1 Aspek Teoritis

1) Secara akademik, penelitian ini berisi kajian mengenai bagaimana interpretasi makna terhadap teks dalam buku, jadi diharapkan penelitian ini dapat menguraikan teori-teori mengenai pemaknaan.

2) Diharapkan penelitian ini bisa menjadi bahan pembanding bagi mahasiswa yang ingin meneliti kasus yang serupa atau metode yang sama.

(8)

8 tentang cara memaknai suatu teks.

1.5.2 Aspek Praktis

1) Sebagai media untuk membantu pembaca Batman: The Killing Joke memaknai lelucon The Joker pada beberapa panels terakhir dalam novel grafis tersebut.

2) Sebagai media belajar bagi peneliti, agar mengetahui metode pencarian makna dengan menggunakan metode semiotika Roland Barthes.

1.6 Tahapan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti harus sistematis dalam melakukan penelitian agar mendapatkan hasil yang sistematis pula. Peneliti menggunakan buku novel grafis Batman: The Killing Joke karya Alan Moore dan ilustratornya Brian Bolland sebagai objek penelitian dan memfokuskan penelitian kepada pemaknaan lelucon The Joker yang merupakan salah satu teks dan gambar dalam buku tersebut. Kemudian penulis akan mencari teori dan melakukan analisis menggunakan analisis wacana semiotika Roland Barthes terhadap objek untuk mendapatkan hasil dari penelitian. Setelah itu peneliti baru dapat menyimpulkan hasil dari penelitian yang dilakukan. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelietian merumuskan lokasi dan waktu penelitian sebagai berikut: 1.7.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan peneliti dalam mengamati objek yang berupa teks dan gambar buku novel grafis Batman: The Killing Joke. karya Alan Moore dan ilustrator Brian Bolland dapat dilakukan dimana saja.

1.7.2 Waktu Penelitian

(9)

9 teks dan gambar buku novel grafis Batman: The Killing Joke. karya Alan Moore dan ilustrator Brian Bolland dapat dilakukan kapan saja. Rincian waktu penelitian yang akan dilaksanakan peneliti adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Waktu Penelitian

No.

Tahapan Kegiatan 2017

Jan Feb Mar Apr Mei Jun 1 Mencari topik, pengamatan objek, mencari

referensi, serta menentukan kasus penelitian. 2 Pencarian data awal, observasi awal, dan

penyusunan tinjauan pustaka.

3 Penyusunan proposal skripsi (Bab I-III). 4 Pengumpulan bahan analisis.

5 Proses analisis dan pengolahan data.

6 Penyusunan hasil penelitian berupa kesimpulan dan saran.

Gambar

Tabel 1.1  Waktu Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pada pembelajaran perbaikan siklus I dengan menggunakan lembar observasi diperoleh data bahwa: (1) Penjelasan materi sangat cepat sehingga kurang dimengerti siswa,

Investor, dapat membantu dalam mengambil keputusan investasi, khususnya dalam melakukan analisa laporan keuangan dengan melihat variabel-variabel yang signifikan

Secara singkat, faktor yang dapat menjadi daya tarik pusat kota bagi masyarakat untuk memilih tinggal di pusat kota tersebut yang dapat menyebabkan permukiman tumbuh

Pemodelan penyelesaian permasalahan penjadwalan ujian Program Studi S1 Sistem Mayor-Minor IPB menggunakan ASP efektif dan efisien untuk data per fakultas dengan mata

“Enhance Learning Based on Psychological Indexes and Individual Preferences for a Physics Course Using An Adaptive Hypermedia Learning

untuk liabilitas keuangan non-derivatif dengan periode pembayaran yang disepakati Grup. Tabel telah dibuat berdasarkan arus kas yang didiskontokan dari liabilitas

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah virus Covid-19 adalah dengan menerapkan perilaku Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di mana dalam penerapannya

Berdasarkan komposisi patotipe Xoo pada pertanaman MH 2014/2015, rekomendasi perbaikan teknologi pengendalian penyakit HDB pada periode tanam awal dan pertengahan yaitu menanam