PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA
DAERAH PANAS BUMI SANGALLA-MAKALE
KABUPATEN TANATORAJA – SULAWESI SELATAN
Yuanno Rezky, Kasbani, Dedi Kusnadi
Kelompok Program Penelitian Panas Bumi
ABSTRAK
Secara umum penyebaran batuan di daerah panas bumi Makale disusun oleh batuan sedimen seperti Batugamping, Batulempung, dan Batupasir. Sedangkan di bagian tengah dan sedikit di bagian utara didominasi batuan produk batuan vulkanik berumur Kuarter. Sebaran morfologi terjal yang berpuncak tinggi terdapat di bagian barat dan timur dibangun oleh tubuh Batugamping Tersier. Pada bagian tengah dan timurlaut dibentuk oleh perbukitan vulkanik, sedangkan bagian barat laut dan tenggara dibentuk oleh morfologi bergelombang yang dibangun oleh batuan sedimen hingga pedataran alluvial.
Manifestasi panas bumi terdiri dari 3 mata air panas Makula 1, Makula 2 dan Makula 3, lokasinya
berdekatan, pada elevasi (800, 830 dan 860 m dpl), temperatur tertinggi hanya 43.6 oC pada temperatur
udara 22.1oC, pH air netral (pH= 7.7-8.1), debit air hanya 1 L/detik, sedangkan di bagian barat daya di
luar peta lokasi penyelidikan terdapat air panas Bera dengan temperatur hanya 35.8 oC, pada temperatur
udara 30.4 oC. tidak terdeteksi adanya gas hidrotermal ataupun hembusan uap panas.
Secara umum struktur yang berperan mengontrol sistem panas bumi daerah ini berupa Struktur sesar mendatar (strikeslip-fault), berarah N55°E-N60°E, merupakan sesar mengiri yang mungkin telah ter-rejuvenasi dan membentuk struktur muda di daerah ini.
Air panas di daerah ini termasuk tipe air klorida. Temperatur bawah permukaan diperkirakan 110 oC
berdasarkan geotermometer termasuk tipe temperatur rendah sehingga konsentrasi, temperatur dan CO2,
cenderung kearah bagian tengah, yaitu lokasi mata air panas makula, dengan pH netral.
Sistem panas bumi di daerah penyelidikan Sangalla Makale, kemungkinan tipe vulkanik, diindikasikan oleh masih terdeteksinya konsentrasi Fluorid (2 mg/L.
1. PENDAHULUAN
Panas bumi merupakan salah satu energi alternatif yang memiliki banyak kelebihan untuk dikembangkan. Selain cadangan yang sangat besar di Indonesia, panas bumi merupakan energi yang ramah lingkungan dan relatif murah untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik maupun manfaat langsung lainnya. Berdasarkan data potensi yang ada di Pusat Sumber Daya Geologi, daerah Sangalla Makale mempunyai beberapa lokasi manifestasi panas bumi.
Daerah panas bumi Sangalla Makale dan sekitarnya termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Sangalla, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis terletak pada
koordinat 3o1’59.96”-3o9’59.94” LS dan
119o50’58.85”-119o58’58.96”BT, dengan luas 15
x 15 km²
2. HASIL PENYELIDIKAN
2.1 Geologi Regional
Bemmelen (1949) dalam laporannya menyebutkan bahwa: di bagian utara Sulawesi Selatan terdapat rangkaian pegunungan dengan puncak tertinggi adalah G. Tentolomatinan dengan ketinggian 2.207 m sedangkan pegunungan di selatan Sulawesi Selatan yang tertinggi adalah G. Nunuka (1.606 m). Palung Sulawesi Selatan terletak di pantai selatan dan diantara Minahasa dan Sulawesi Selatan dengan maksimum kedalaman antara – 4.180 m, dimana lantai laut mengarah ke barat pada Gulf Sulawesi Selatan setinggi kurang dari 2000 m. Diantara bagian barat Gulf Sulawesi Selatan dan palung Sulawesi Selatan di timur terdapat suatu punggungan bawah permukaan
(median sub marine) dan atol (barier reef) yang
sedang terbentuk dan tumbuh terus diatasnya.
daerah Sangalla-Makale pada umumnya tersusun dari batuan terobosan (granodiorit) dan Sedimen Miosen Tengah. Batuan terobosan terutama granit menempati daerah yang sangat luas di Kabupaten Tana Toraja.
Tidak ada kegiatan volkanik aktif di sekitar daerah ini. Sumber panas diduga berkaitan dengan batuan intrusi granodiorit.
2.2 Geologi
2.2.1 Morfologi Daerah Penelitian
Pembagian geomorfologi di daerah penyelidikan berdasarkan bentang alamnya, yang meliputi
sudut kemiringan lereng (slope), elevasi, pola
aliran sungai dan tingkat erosi serta kelompok batuan, maka dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) satuan morfologi yaitu: satuan Perbukitan Terjal, satuan Kerucut Gunungapi, satuan Perbukitan Bergelombang Lemah - Sedang dan satuan Pedataran.
1. Satuan Morfologi Perbukitan Terjal
Satuan Morfologi Perbukitan Terjal, menempati bagian barat dan timur, mencakup 60% dari daerah penyelidikan, batuannya adalah Satuan Batugamping Tersier. Pola aliran sungainya berpola semi dendritik. Pola tersebut dipengaruhi oleh struktur geologi (lipatan) yang berpengaruh kepada bentuk pola aliran sungai. Lembah sungai di hulu mencirikan stadium muda.
2. Satuan Morfologi Perbukitan Vulkanik
Satuan Morfologi Perbukitan Vulkanik, menempati bagian tengah dan timurlaut daerah penyelidikan, mencakup 11 % luas wilayah penyelidikan. Di bagian tengah kerucut gunungapi ini terdapat Bukit Kaero, sedangkan di bagian timurlaut terdapat kerucut gunungapi Bukit Buntang batuannya adalah satuan lava. Pola aliran sungai mencirikan stadium muda, sangat dipengaruhi oleh pola kerucut.
3. Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang Satuan morfologi Perbukitan Bergelombang, menempati bagian baratlaut dan tenggara, mencakup 22 % dari wilayah penyelidikan, batuannya adalah satuan batuan sedimen batupasir batulempung dan batulanau. Pola aliran sungai di daerah sini berpola semi dendritik (setengah bercabang/mendaun). Lembah sungai mencirikan stadium erosi yang relatif dewasa, sangat dipengaruhi oleh struktur perlipatan dan beda kekerasan batuan.
4. Satuan Morfologi Pedataran
Satuan morfologi Pedataran menempati bagian utara dan sedikit dibagian barat. Daerah ini mencakup 7 % wilayah penyelidikan, batuannya
adalah satuan aluvium (Qal). Pola aliran
sungainya berpola semi mendaun (sub -
dendritik). Lembah sungai mencirikan stadium
erosi yang relatif dewasa. Pola aliran sungai tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis batuan aluvium yang mengimbas kepada bentuk pola aliran sungainya.
2.2.2. Stratigrafi daerah penyelidikan
Stratigrafi daerah Sangalla disusun berdasarkan hubungan relatif antara masing-masing satuan/ unit batuan. Penamaannya didasarkan kepada jenis batuan, mekanisme, genesa pembentukan batuan dan pusat erupsi.
Hasil penyelidikan lapangan, batuan di daerah Penyelidikan dikelompokkan menjadi 12 satuan.
1. Satuan batulempung sisipan batupasir dan
breksi (Tels)
Satuan ini tersingkap baik di daerah Makale sebelah barat daerah penyelidikan terutama pada sungai utama makale. Satuan batuan ini tersusun atas batulempung bersisipan batupasir dan breksi, setempat ditemukan serpih. Batulempung berwarna abu-abu terang dan sebagian lapuk berwana coklat, berukuran butir lempung yang secara regional oleh peneliti terdahulu dikelompokkan ke dalam Formasi Sakala (Tmps) yang berumur Eosen.
Batuan tertua yang tersingkap di daerah penyelidikan ini luasnya ± 20% dari luas daerah penyelidikan.
2. Satuan batugamping (Togp)
Satuan batuan Togp merupakan batugamping, dapat diamati dengan baik di banyak lokasi terutama di bukit-bukit bagian barat daerah penyelidikan, daerah Pakambang, Mendetek, Maruang, Lea, Rantelemo, Maraung, dan Sassa. Batuan tersebut meliputi luas ± 12 % dari wilayah daerah penyelidikan, dengan ketebalan mencapai 3 kilometer. Batuan ini menindih selaras satuan batulempung (Tels).
keras, setempat mengalami dolomitisasi, dibeberapa tempat telah mengalami proses pelarutan, mengandung fosil moluska dan foram. Umurnya adalah Eosen Atas sampai Oligosen.
3. Satuan batupasir sisipan batulanau dan
batulempung (Tmlp)
Satuan ini tersingkap baik di daerah Songgo (ST33-ST34) bagian tengah daerah penyelidikan. Satuan batuan ini tersusun atas batupasir bersisipan batulanau dan batulempung, setempat ditemukan serpih. Batupasir berwarna abu-abu terang dan sebagian lapuk berwana coklat, berukuran butir pasir yang secara regional oleh peneliti terdahulu dikelompokkan ke dalam Formasi Date atau Formasi Riu (Tomd) yang berumur Oligosen atas sampai Miosen bawah.
Batuan ini luasnya ± 11% dari luas daerah penyelidikan. Menindih selaras satuan batugamping (Togp), memiliki ketebalan mencapai 1370 meter.
4. Satuan batugamping (Tmgl)
Satuan batuan Tmgl merupakan batugamping, dapat diamati dengan baik di bukit-bukit bagian timurlaut daerah penyelidikan, daerah Batan, Buntudengan, Ledo. Batuan tersebut meliputi luas ± 20 % dari wilayah daerah penyelidikan, dengan ketebalan mencapai 1,8 kilometer. Batuan ini menindih selaras satuan batupasir (Tels).
Karakteristik megaskopik: segar, abu - abu terang, keputihan hingga kekuningan, kompak, keras, dibeberapa tempat telah mengalami proses pelarutan, mengandung fosil numulites, moluska dan foram. Umurnya adalah Miosen tengah.
5. Satuan batupasir konglomeratan (Tmk)
Satuan ini tersingkap baik di daerah Pasang dan Awa (ST35-ST36) bagian tenggara daerah penyelidikan. Satuan batuan ini tersusun atas batupasir konglomeratan. Batupasir berwarna abu-abu terang dan sebagian lapuk berwana coklat, berukuran butir pasir yang secara regional oleh peneliti terdahulu dikelompokkan ke dalam Formasi Toraja (Tets) yang berumur Miosen tengah.
Batuan ini luasnya ± 8% dari luas daerah penyelidikan. Menindih selaras satuan batupasir sisipan batulanau batulempung (Tmpl) dan menjemari dengan satuan batugamping (Tmgl), memiliki ketebalan mencapai 1800 meter.
6. Satuan batupasir kuarsa (Tmpk)
Satuan ini tersingkap baik di daerah bagian timur daerah penyelidikan. Satuan batuan ini tersusun atas batupasir dengan komposisi kuarsa yang dominan. Batupasir berwarna abu-abu terang kekuningan dan sebagian lapuk berwana coklat, berukuran butir pasir yang secara regional oleh peneliti terdahulu dikelompokkan ke dalam Formasi Toraja (Tets) yang berumur Miosen tengah.
Batuan ini luasnya ± 6% dari luas daerah penyelidikan. Menindih selaras satuan batupasir konglomeratan (Tmk) yang menjemari dengan satuan batugamping (Tmgl), memiliki ketebalan mencapai 800 meter.
7. Satuan batugamping, serpih kemerahan, serpih
napalan kelabu (Tmgn)
Satuan batugamping, serpih kemerahan, serpih napalan kelabu (Tmgn) berada di tenggara daerah penyelidikan. Batuannya batugamping dengan sisipan serpih dan serpih napalan seluas ± 5 % dari daerah penyelidikan.. Satuan Tmgn tersingkap baik di daerah rantepao, sebelah timur daerah penyelidikan.
Karakteristik megaskopik: segar, abu - abu terang, keputihan hingga kekuningan, kompak, keras, dibeberapa tempat telah mengalami proses pelarutan, mengandung fosil numulites, moluska dan foram. Umurnya adalah Miosen atas sampai Pliosen bawah.
8. Satuan Kubah lava Buntang (Tlbg)
Satuan Kubah lava Buntang (Tlbg) terletak di bagian baratlaut daerah penyelidikan. Batuannya berupa lava andesitik seluas ± 2% dari luas daerah penyelidikan. Karakteristik megaskopis, batuan segar, berwarna abu-abu gelap, afanitik, kompak, keras. Fenokris berupa mineral plagioklas, piroksen, hornblende dan gelas.
Umur lava Buntang (Tlbg) diperkirakan Pliosen.
9. Satuan lava Buntao (Tlbo)
keras. Fenokris berupa mineral plagioklas, piroksen, hornblende dan gelas.
Umur lava Buntao (Tlbg) relatif lebih muda dari satuan lava Buntang (Tlbg), diperkirakan Pliosen.
10.Satuan Lava Kaero (Qlk1)
Satuan lava Kaero (Qlk1) terletak di bagian tengahg daerah penelitian. Batuannya lava andesitik, luas sebaran ± 6 % luas daerah penelitian. Satuan lava Kaero (Qlk1) tersingkap
pada struktur sesar (lineament) berarah utara
timurlaut-baratdaya (N 45º E) yang membentuk kompleks vulkanik Kaero yang berumur Holosen.
Karakteristik megaskopis, batuan segar, berwarna abu-abu terang, afanitik, kompak, keras. Mengandung mineral plagioklas, hornblende, piroksen dan gelas. Singkapan segar berwarna abu - abu terang. Umur lava Kaero (Qlk1) relatif lebih muda dibandingkan dengan lava Buntao (Tlbo).
11. Satuan Kubah Lava Kaero (Qlk2)
Satuan kubah lava Kaero (Qlk2) terletak di bagian tengah daerah penelitian. Batuannya lava andesitik, luas sebaran ± 1 % luas daerah penelitian. Satuan kubah lava Kaero (Qlk2)
tersingkap pada struktur sesar (lineament) berarah
utara timurlaut-baratdaya (N 45º E) yang membentuk kompleks vulkanik Kaero yang berumur Holosen.
Karakteristik megaskopis, batuan segar, berwarna abu-abu terang, afanitik, kompak, keras. Mengandung mineral plagioklas, hornblende, piroksen dan gelas. Singkapan segar berwarna abu - abu terang. Umur kubah lava Kaero (Qlk2) relatif lebih muda dibandingkan dengan lava Kaero (Qlk1).
Umur satuan ini adalah Resen, hasil dating jejak
belah (fission – track).
11. Aluvium (Qal)
Batuan aluvium tersingkap di sekitar sungai2 utama dan pedataran di daerah penyelidikan. Batuannya berupa gravel, pasir, kerikil, kerakal, bongkah-bongkah dan lumpur hasil erosi, banjir bandang, longsoran yang berasal dari batuan yang ada sebelumnya.
Karakteristik aluvium, berwarna abu-abu - hingga abu kehitaman, berukuran lempung - bobongkah, diameter komponen hingga 2 m berasal dari
batuan tua, yaitu batuan sedimen, batuan lava Buntao, lava Buntang, dan lava Kaero, berporositas baik - buruk dan terpilah buruk. Satuan Qal umurnya termuda dan berada di permukaan. Kontak dengan batuan lainnya berupa
ketidak selarasan (unconformity).
2.3 Struktur Geologi
Struktur Geologi daerah penyelidikan dicerminkan oleh kelurusan topografi, paset segi
tiga, gawir sesar, kekar (joint), off-set batuan,
zona breksiasi, cermin sesar (slickenside),
endapan kolovium, munculan manifestasi panas.
Berdasarkan cerminan struktur geologi tersebut
dan citra landsat dari GlobExplorer dan
GoogleEarth, maka struktur geologi daerah penyelidikan terdiri dari:
• Struktur lipatan (NNE – SSW/ N10ºE- N15ºE)
ini berupa antiklin dan sinklin yang membentuk perbukitan dan lembah sedimen di daerah penyelidikan, struktur lipatan ini merupakan struktur lipatan yang searah dengan antiklin utama yang membentuk formasi Toraja, terbentuk di daerah timurlaut dan baratlaut daerah penyelidikan. Struktur lipatan terbentuk pada kala Pliosen setelah terbentuknya batuan sedimen Tels, Togp, Tmlp, Tmgl, Tmk, Tmpk, dan Tmgn.
• Struktur sesar mendatar (strikeslip-fault),
berarah N310°E-N315°E, merupakan sesar mengiri dan sesar menganan yang memotong struktur lipatan yang terbentuk sebelumnya.
• Struktur sesar mendatar (strikeslip-fault),
berarah N55°E-N60°E, merupakan sesar mengiri yang memotong struktur lipatan dan sesar mendatar yang terbentuk sebelumnya. Sesar tersebut merupakan struktur yang mengontrol pembentukan vulkanik Kaero dan mata air panas Makula.
• Struktur sesar mendatar (strikeslip-fault),
berarah N330°E-N335°E, merupakan sesar menganan yang memotong struktur lipatan dan sesar-sesar mendatar yang terbentuk sebelumnya.
2.4 Manifestasi Panas Bumi
lima sampel tanah dan udara tanah pada lintasan A, B, C, D, E, F dan G serta beberapa titik amat yang dilakukan secara random dibagian utara, dan selatan pada peta daerah penyelidikan.
Air panas Makula, muncul di tengah daerah penyelidikan yang berimpit dengan titik amat pengambilan sampel tanah C4000. Temperatur air
panas hanya 31.4-43.6oC, dengan pH netral
(7.7-8.1). Debit air 1 L/detik, daya hantar listrik
281-436 μS/cm. Air panas Bera, bertemperatur 35.8
oC, dengan pH netral (8.00), debit air 2.5 L/detik,
daya hantar listrik 222 μS/cm. Air dingin Makula,
temperatur 25.0 oC pada temperatur udara 25.0oC.
debit air hanya 0.1 L/detik, tak berwarna dan tak
berbau. Daya hantar listrik 101 μS/cm.
2.5 Geokimia Panas Bumi
Berdasarkan plotting pada diagram segitiga
Cl-SO4-HCO3 (gambar 6) ketiga mata air panas di
desa Sangalla Makale ini termasuk tipe klorida, disebabkan oleh lebih tingginya konsentrasi Cl
dari pada konsentrasi HCO3 dan SO4 dalam air
panas, walaupun pada temperatur rendah (di
permukaan 43.6 oC) yang memungkinkan
berhubungan dengan deep water namun namun
faktor lain sangat perlu dipertimbangkan.
Berdasarkan diagram segitiga Na-K-Mg (gambar
7), mata air panas terletak pada partial
equlibrium, indikasi bahwa telah terjadi interaksi
batuan dengan fluida panas sebelum ke permukaan.
Berdasarkan geotermometer NaK, perkiraan temperatur bawah permukaan di daerah Sangalla
Makale adalah 110 oC.
Temperatur tanah sangat bervariasi dengan nilai
terendah 21,7 oC sampai tertinggi 32,6 oC.
Anomali tinggi > 28 oC, terletak di bagian utara
daerah penyelidikan. nilai background 26,6 oC,
nilai thereshold 28,2 oC, dan nilai rata-rata 24,9
o
C.
Nilai pH tanah cukup bervariasi terendah 4,07 sampai tertinggi 7,57. Variasi pH tanah,
memberikan nilai background 6,68, nilai
thereshold 7,47, dan nilai rata-rata 5,89. pH >
7,00 terletak di bagian utara dari lokasi penyelidikan, Nilai pH 6,0-7,0 tersebar pada sebagian besar tengah-tengah memanjang kearah timur laut dan barat daya daerah penyelidikan.
Sedangkan nilai pH yang kurang dari 6,0 terletakdi bagian utara dan selatan.
Hg tanah setelah dikoreksi oleh nilai konsentrasi
H2O-, seperti pada gambar 3.2-3, konsentrasi 3
ppb sampai dengan 191 ppb. Variasi Hg tanah,
memberikan nilai background 78 ppb, nilai
thereshold 108 ppb, dan nilai rata-rata 48 ppb.
Anomali tinggi > 75 ppb terletak ke arah barat dari lokasi mata air panas Makale, yang berada di bagian tengah daerah penyelidikan. Nilai Hg 50 – 75 ppb tersebar pada bagian selatan daerah penyelidikan dan beberapa titik amat. Sedangkan nilai Hg yang kurang dari 50 ppb tersebar pada bagian utara, barat dan timur pada daerah penyelidikan.
Konsentrasi CO2 tanah bervariasi dari terendah
0,07 % sampai dengan konsentrasi tertinggi 3,68
%. Variasi CO2 Udara tanah, memberikan nilai
background 1,25 %, nilai thereshold 11,86%, dan
nilai rata-rata 0,65 %. Distribusi nilai CO2 Udara
tanah, memperlihatkan anomali tinggi > 1,0 % terletak pada bagian barat laut dan tenggara pada
daerah penyelidikan, Konsentrasi CO2 antara 0,5
– 1,0 %, terdistribusi pada bagian tengah, utara dan barat. Sedangkan nilai terendah kurang dari 0,5 % terletak di bagian barat laut dan selatan daerah penyelidikan.
2.6 Hidrologi
Secara garis besar wilayah air tanah di daerah penyelidikan di bagi menjadi 3 (tiga), yaitu Daerah resapan air, Daerah munculan air tanah dan Daerah aliran permukaan.
• Daerah resapan air (re-charge area)
mencakup ± 60 % dari luas daerah penyelidikan. Mempunyai elevasi antara > 80 - 1250 m dpl. Berada pada satuan morfologi Perbukitan Terjal dan Perbukitan bergelombang. Di wilayah ini sebagian besar air hujan meresap ke bumi melalui
permeabilitas (rekahan/ fracture dan porositas)
batuan, selanjutnya terakumulasi menjadi air
tanah dalam dan air tanah dangkal (catchment/
reservoir area).
• Daerah munculan air tanah (dis-charge)
berada di elevasi antara 0 - 80 m dpl. Daerah tersebut berada pada satuan morfologi pedataran, mencakup ± 30 % luas daerah penyelidikan. Air
hujan yang turun (meteoric-water) di daerah
resapan air (re-charge area) tersebut meresap ke
tanah dalam dan dangkal. Selanjutnya di elevasi rendah (morfologi Pedataran) akan muncul berupa mata air panas dan air dingin.
• Daerah aliran air permukaan (run - off water
area) mencakup ± 10 % dari luas daerah
penyelidikan. Berada pada satuan morfologi
Pedataran. Sistim air tanah di sini berupa aliran air permukaan, yaitu air hujan yang mengalir di permukaan membentuk sungai-sungai besar dan sungai kecil. Aliran air tersebut mengalir secara gravitasi dari elevasi tinggi menuju ke elevasi lebih rendah hingga ke daerah pedataran.
Model Panas Bumi Tentatif Daerah Makale
3. Pembahasan
Manifestasi panas bumi yang terdapat di daerah Sangalla, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan, berupa sumber mata air panas yang muncul di beberapa lokasi manifestasi di daerah Makula sekitar lereng Bukit Kaero.
Temperatur mata air panas terukur di lapangan
sekitar 42-440C pada temperatur udara 29.6oC, pH
netral dengan debit air sekitar 0.5 liter/detik. Mata air panas tersebut muncul melalui rekahan batuan lava andesitik Kaero.
Penampang model panas bumi tentatif dapat dilihat pada Gambar yang menggambarkan bentuk dan posisi akumulasi panas pada zona hancuran di sepanjang struktur rekahan yang membentuk suatu sistem panas bumi pada kedalaman tertentu pada tubuh vulkanik muda Kaero.
3.1. Sumber Panas
Heat-source (sumber panas) berasal dari poket
magma dibawah Bukit Kaero. Batuan konduksi
adalah batuan dasar (basement) diperkirakan
bagian dari Formasi Latimojong berumur Kapur
dan vulkanik Tersier yang mengalami kristalisasi dan telah tersilisifikasi. Rambatan panas secara konduksi tersalurkan naik melalui batuan tersebut, dengan manifestasi di permukaannya berupa mata air panas ber pH relatif netral.
3.2. Reservoir
Zona reservoir terletak di zona permeabilitas batugamping terkekarkan (Togp) dan satuan batupasir sisipan lanau (Tmlp). Daerah akumulasi airtanah bersistem air panas tersebut terperangkap di kedalaman hingga kedalaman yang belum diketahui di bawah manifestasi Makula.
Air panas daerah panas bumi Sangalla bersifat netral (pH = 6.80– 8.20) dan bertipe air bikarbonat. Pemunculannya yang berupa mata air panas bertemperatur rendah, menunjukkan bahwa mata air panas di daerah panas bumi Sangalla
diperkirakan terletak pada zona outflow dengan
sistem reservoir yang didominasi air panas (water
heated reservoir).
3.3 Lapisan Batuan Penudung
Batuan penudung berupa impermeable lithocap
clay-cap pada kontak sentuh antara batuan host - rocks dengan fluida panas di kedalaman manifestasi Makula. Transfer panas didominasi aliran konveksi pada fluida reservoir (air panas, gas ataupun uap). Transfer panas secara konduksi terjadi pada formasi batuan yang kompak
terutama batuan dasar (basement).
4. Kesimpulan
1) Sebaran morfologi terjal yang berpuncak
tinggi-tinggi terdapat di bagian barat dan timur dibangun oleh tubuh Batugamping Tersier. Pada bagian tengah dan timurlaut dibentuk oleh perbukitan vulkanik, sedangkan bagian barat laut dan tenggara dibentuk oleh morfologi bergelombang yang dibangun oleh batuan sedimen hingga pedataran alluvial.
2) Secara umum penyebaran batuan di daerah
panas bumi Makale disusun oleh batuan sedimen seperti Batugamping, Batulempung, dan Batupasir. Sedangkan di bagian tengah dan sedikit di bagian utara didominasi batuan produk batuan vulkanik berumur Kuarter.
3) Manifestasi panas bumi yang terdapat di
daerah Sangalla, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan, berupa sumber mata air panas yang muncul di beberapa lokasi manifestasi di daerah Makula sekitar lereng
Bukit Kaero. Heat-source (sumber panas)
berasal dari poket magma dibawah Bukit Kaero. Zona reservoir terletak di zona permeabilitas batugamping terkekarkan (Togp) dan satuan batupasir sisipan lanau (Tmlp). Daerah akumulasi airtanah bersistem air panas tersebut terperangkap di kedalaman > - 600 m hingga kedalaman yang belum diketahui di bawah manifestasi Makula.
Batuan penudung berupa impermeable
lithocap berupa batugamping dan
batulempung serta clay-cap pada kontak
sentuh antara batuan host - rocks dengan
fluida panas di kedalaman manifestasi Makula.
4) Peranan struktur sesar dalam suatu daerah
panas bumi sangat penting sebagai kontrol geologi dan panas bumi, yang merupakan media naiknya panas ke permukaan dan berfungsi sebagai tempat berakumulasi panas serta terbentuknya tubuh reservoir pada zona sesar/rekahan. Kontrol struktur yang sangat
berperan adalah struktur yang terbentuk pada periode keempat ditandai dengan Struktur
sesar mendatar (strikeslip-fault), berarah
N55°E-N60°E, merupakan sesar mengiri yang memotong struktur lipatan dan sesar mendatar yang terbentuk sebelumnya. Sesar tersebut merupakan struktur yang mengontrol pembentukan vulkanik Kaero dan mata air panas Makula dan juga menghasilkan gaya
releasing yang diduga kuat memicu
pemunculan manifestasi panas bumi, dan
pembentukan sistem rekahan (fracture system)
sebagai reservoir.
5) Manifestasi panas bumi di daerah
penyelidikan Sangalla Makale hanya berupa tiga mata air panas, dan satu mata air dingin di Makula, tidak ada hembusan uap panas ataupun gas. Temperatur tertinggi hanya 43.6
oC, lokasinya berdekatan, debit kecil,
ketiganya 1 L/detik.
6) Pada diagram segitiga Cl-SO4-HCO3, air
panas termasuk tipe air klorida, pada diagram
Na-K-Mg terletak pada partial equilibrium.
Temperatur bawah permukaan yang diperkirakan berhubungan dengan reservoir
panas bumi 110 oC, berdasarkan perhitungan
geotermometer Silika dan NaK.
7) Distribusi konsentrasi anomali pada tanah
yang ditunjukkan oleh konsentrasi Hg lebih dari 75 ppb terletak sebelah barat dari manifestasi air panas Makula. Anomali
konsentrasi CO2 lebih dari 1 % terletak tidak
beraturan yang berarah utara selatan. Luas
anomali Hg yang bersesuaian dengan CO2
yang didukung oleh anomali delta temperatur
sekitar 1,5 km2. Terletak di sebelah barat dari
lokasi munculnya mata air panas Makula.
DAFTAR PUSTAKA
1) Bammelen, van R.W., 1949. The Geology of
Indonesia. Vol. I A. The Hague,
Netherlands.
2) Dutro, J.T, 1989, AGI Data Sheet for
Geology In the Field, Laboratory and
Office, Alexandria, US.
3) Fournier, R.O., 1981, Application of Water
System: Principles and case Histories”. John Willey &Sons, New York.
4) Giggenbach, W.F., and Goguel, 1988,
Methods for tthe collection and analysis of geothermal and volcanic water and gas samples, Petone New Zealand.
5) Giggenbach, W., Gonfiantini, R., and
Panichi, C., 1983, Geothermal Systems, “ Guidebook on Nuclear Techniques in Hydrology”, Technical Reports Series No. 91. International Atomic Energy Agency, Vienna.
6) Hochstein, MP;1982: Introduction to
Geothermal Prospecting, Geothermal Institute, University of Auckland, New Zealand.
7) Kooten , V., and Gerald, K., 1987,
Geothermal Exploration Using Surface Mercury Geochemistry, Journal of volcanology and Geothermal Research , 31, 269-280.
8) Lawless, J., 1995. Guidebook: An
Introduction to Geothermal System. Short
course. Unocal Ltd. Jakarta.
9) S. Bachri, Sukido, N. Ratman (1993) Tim
Geologi regional/ Geologi bersistim P3G
telah melakukan pemetaan “Geologi Regional Lembar Mamuju, Sulawesi, skala 1: 250.000.
10) Thorpe R & Brown G., The Field
Description of Igneous Rocks, Dept. of
Earth Science The Open University, John Willey & Sons, New York.
11) Wohletz, K., and Heiken, G., 1992,
Gambar 1. Peta Geomorfologi Daerah Makale
Gambar 3. Analisa Struktur pada Citra Landsat daerah Makale (Sumber : GoogleEarth)
Gambar 6 Diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 air panas daerah Sangalla Makale
119º 120º 121º 122º
Lok asi p en yelid ikan Pet a In de ks PETA DIS TR IBUSI Hg DAE RAH P ANAS BUMI MAKALE , SANGALLA KECA MATAN SANGALLA, KAB UPATEN TANAH TORA JA
PROVINSI SULAW ESI S ELATAN
818 00 0 8 200 00 82 200 0 8 240 00 82 600 0 8 28 000 83 00 00
Tot umban g Bo ne S alul osso
Si mpar un Kat orr oan
B enne Bunt ubata n Tempe
Ta mpor an To mbuangi n Bal esu R ante pantan
Tanet e P ollot ondok Tembamba
Bunt umo ro Baban a Mar aung
Pao A ara rukan T anete Bind uk Pat andukan Kato longan
Kal ambesi Mal imongan Kombong Kampi smamulu A ri ang
Si ko long L uek Lengkong P amumbun
G entenga n B or ong P atongl oan
T amuanbai
PROYEKSI UTM ZONE 50 S DATUM HORIZONTAL WGS 84
KETERANGAN
D 4500 Jalan
Sungai
Titik pengamatan
Manifestasi air panas
Kontur topografi DAERAH PANAS BUM I M AKALE, SA NGA LLA K ECAM ATAN SANGALLA, KABUPATEN TANAH TORA JA
PROVINSI SU LAWESI SELATAN
KETERANGAN
818 000 820000 82200 0 824 00 0 826000 828000 83000 0 96500 00 S alut angnga
Pakampan Salul osso
Simpar un
B untul epong Rar u K ator roan
B enne B alul a Bu ntubat an
Tempe T ambola ng Tombuangin R antepant an
Tanet e Pol lot ondok Tembamba B ott o
Pasang B ubura n
Bassang Toroan Wal a Bor ong
Bunt umor o Babana R antel emo Bual e Binduk Pat andukan Kat olon gan
Kalambesi Mali mongan Kombong Kampi smamulu Ar iang
S ikolong
Manifestasi air panas Kontur topografi
Kontur Distribusi
PROYEKSI UTM ZONE 50 S DATUM HORIZONTAL WGS 84
GK 11
Gambar 8. Peta distribusi Hg tanah daerah Sangalla Makale